4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Lingkungan
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup dari biota teripang sangat dipengaruhi oleh kondisi ekologis yang dapat tercermin dari karakteristik biofisik lingkungan perairan sehingga dapat menunjang kehidupan biota tersebut.
Pengambilan data kualitas air dan substrat, diambil pada tiga stasiun pengamatan dan pada tiap kedalaman lihat Lampiran 7
Beradasarkan hasil pengamatan diperoleh kisaran nilai beberapa kualitas air di perairan Kayoa Selatan yang mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup dari teripang pasir maupun teripang hitam tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4: Nilai rata-rata parameter kondisi lingkungan dan sedimen pada ke tiga stasiun penelitian
Parameter Satuan Stasiun
I II III
Suhu 0C 29.7 30.3 29.7
Kec Arus cm/dt 1.32 0.65 1.51
Salinitas % 32 31 31
DO ppm 6.55 6.47 6.45
pH 7.43 7.43 7.1
Pasir % 93.85 95.64 96.41
Debu % 3.36 1.49 2.57
Liat % 2.79 2.68 1.47
4.1.1. Suhu
Suhu mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengaturan aktivitas suatu organism dimana perubahan suhu dapat menjadi suatu isyarat bagi organism tersebut untuk memulai atau mengakhiri berbagai aktivitas seperti reproduksi.
Pengaruh suhu secara langsung dapat menyebabkan kematian, sedangkan secara tidak langsung dapat menyebabkan meningkatnya daya akumulasi berbagai zat kimia serta penurunan kadar oksigen terlarut dalam air.
Nilai suhu perairan yang terukur pada saat penelitian berkisar antara 27-31
0C. Nilai suhu rata-rata pada staiun I adalah 29,7 0C dan pada stasiun II adalah
30,3 0C sedangkan pada stasiun III adalah 29,7 0C. Perbedaan suhu antara stasiun tidak terlalu signifikan akan tetapi tetap ada pengaruhnya terhadap keberadaan organisme teripang pasir maupun teripang hitam itu sendiri. Hal ini sejalan dengan dengan yang dikemukakan oleh Annie Mercier et al,. (2000) bahwa suhu air di Kogu Veke sekitar 27-29 0C dan mengalami penurunan yang tidak merata menjadi sebesar 26 oC suhu permukaan diperkirakan mencapai 37 oC dan mengalami penurunan menjadi sekitar 25-27 oC
Walaupun perbedaan suhu yang tidak terlalu signifikan dan tetap ada pengaruhnya dimana hal ini terlihat dari jumlah individu pada ketiga stasiun ternyata pada stasiun I yang memiliki biota tertinggi dan terendah berada pada stasiun III. Meskipun demikian suhu yang terdapat pada penelitian di Desa Laluin masih tergolong baik untuk keberlangsungan teripang. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Bakus (1973), teripang didaerah tropis mempunyai batas toleransi terhadap suhu antara 26-31 0C. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir di setiat stasiun dan setiap kedalaman mempunyai kisaran suhu yang hampir sama (Tabel 4).
.
4.1.2. Kecepatan Arus
Hasil pengukuran kecepatan arus di tiap lokasi penelitian yaitu berkisar antara 0,19 cm/detik. Arus ini berhubungan dengan sedimentasi, dimana pada perairan yang tenang dengan arus yang lemah akan dan tersedia makanan untuk deposit feeder (Levinton, 1982),
Nilai kecepatan arus dilokasi penelitian yang terukur pada masing-masing stasiun pengamatan disesuaikan dengan kedalaman masing-masing stasiun pengamatan. Nilai rata-rata kecepatan arus pada stasiun I adalah 1,32 cm/detik, stasiun II adalah 0,65 cm/detik dan pada stasiun III dengan nilai rata-rata adalah 1,51 cm/detik. Walaupun kecepatan arus perbedaan tidak terlalu signifikan hal ini terlihat dari analisis sedimen yang dimana pada stasiun I menghasilkan pasir 93,83%, debu 3,36% dan liat 2,79, sementara itu pada stasiun II adalah menghasilkan pasir 95,64%, debu 1,49% dan liat 2,68% selanjutnya pada stasiun III menunjukkan nilai pasir 96,41%, debu 2,57%, liat 1,47%. Hal ini sejalan dengan pendapat Wood (1987) bahwa arus yang relatif deras tidak memungkinkan pengendapan partikel yang halus sehingga terbentuk dasar perairan berpasir,
sedangkan kondisi perairan yang tenang (arus yang lambat) memungkinkan mengendapnya partikel yang halus sehingga terbentuk dasar perairan berlumpur.
4.1.3. Salinitas
Nilai salinitas yang diperoleh pada masing-masing stasiun tidak terlalu besar perbedaannya atau cenderung sama pada stasiun I nilai salinitas berkisar 31- 33 %, nilai salinitas ini masih dalam batas salinitas air laut, dimana salinitas air laut pada umumnya berkisar antara 33-37 % (Sijabat, 1973). Untuk nilai salinitas rata-rata pada stasiun I adalah 32 %, stasiun II adalah 31% dan untuk stasiun III adalah 31 %. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan (Pawson,1970).Teripang adalah organisme laut murni yang hanya menempati perairan yang mempunyai salinitas air laut dan tidak toleran terhadap salinitas rendah.
4.1.4. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut besarnya konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air, oksigen yang terlarut dalam air dapat berasal dari fotosintesa phytoplankton atau tanaman air lainnya, difusi dari udara dan air hujan. Oksigen terlarut diperairan dapat mempengaruhi banyak faktor seperti suhu, salinitas, respirasi maupun fotosintesis, jika tidak ada senyawa yang beracun maka kandungan oksigen terlarut di peraiaran sebesar 2 ppm masih mendikung bagi organikme secara normal (Prescod 1973).
Dari hasil pengukuran oksigen terlarut dissolved oxygen (DO) disemua stasiun selama periode pengamatan berada pada kisaran nilai antara 5.87-6.99 ppm, sedangkan untuk nilai rata-ratanya pada stasiun masing-masing yaitu pada stasiun I nilainya adalah 6.55 ppm dan pada stasiun II adalah 6.47 ppm sedangkan pada stasiun III adalah 6.45 ppm.
Nilai oksigen (DO) yang ditemikan pada stasiun penelitian ini cenderung hampir sama nilainya yang menunjukkan tidak ada perbedaan, hal ini dikarenakan pada ketiga stasiun sama-sama memiliki kondisi perairan yang setiap saatnya selalu mengalami pengadukan oleh adanya aktivitas pasang surut dan proses fotosintesa oleh komunitas lamun, maupun tanaman air lainnya sehingga ketersediaan oksigen terlarut selalu ada setiap saatnya.
Nilai oksigen terlarut yang terukur di Desa Laluin Kecamatan Kayoa Selatan layak bagi kehidupan teripang, hal ini seperti yang dikemukakan (Panggabean, 1987) yaitu kandungan oksigen terlarut tempat di temukannya teripang diperairan alami antara 4-8 ppm.
4.1.5. pH
Biasanya air laut mempunyai kisaran pH antara 7,5 dan 8,4 karena kehadiran CO2 dan sifat basa yang kuat dari ion natrium, kalium dan kalsium dalam air. Dari tabel di atas terlihat bahwa pH di perairan Desa Laluin Kecamatan Kayoa Selatan pada setiap stasiun pengamatan adalah normal, yakni pada stasiun I dengan nilai 7,43, stasiun II 7,42 dan pada stasiun III 7,10. Nilai pH yang sesuai dengan pertumbuhan teripang adalah 7,1-7,5 untuk perairan produktif dan 7,5-8,5 untuk perairan yang sangat produktif. Kisaran nilai pH yang ditemukan pada lokasi penelitian masih dalam kisaran toleransi kehidupan teripang.
4.1.6. Sedimen
Sedimen adalah materi atau mineral yang tengelam didasar perairan, sedimen dasar mempunyai penyebaran ukuran tertentu yang merupakan suatu ekosistem bagi kehidupan organisme dasar. Teripang merupakan organisme akuatik yang hidup didasar perairan (bentik), diam atau bergerak lambat di dasar perairan, teripang pada umumnya bersifat deposit feeder yaitu memakan apa saja yang ada di dasar perairan seperti: detritus, partikel pasir, diatom, filamen alga biru atau merah dan beberapa mikroorganisme yang lain (Bakus, 1973).
Berdasarkan hasil analisis laboratorium untuk komposisi partikel sedimen pada setiap stasiun ditiap kedalaman menunjukkan bahwa pada stasiun I pasir 93,83%, debu 3,36% dan liat 2,79, sementara itu pada stasiun II adalah pasir 95,64%, debu 1,49% dan liat 2,68% selanjutnya pada stasiun III menunjukkan nilai pasir 96,41%, debu 2,57%, liat 1,47%. (Tabel 4). Hal ini sejalan dengan yang dikemukaka oleh Jones et al,. (2000) bahwa sedimen di kawasan yang disekitar hamparan rumput laut lebih dalam dikarakterisasi oleh substrata berpasir.
4.1.7. Hubungan Antara Kelimpahan Teripang Dengan Kondisi Lingkungan Hasil analisis komponen utama memperlihatkan bahwa kondisi lingkungan dan kelimpahan teripang pasir serta teipang hitam berpusat pada dua sumbu utama dengan nilai kumulatif sebesar 77.16 %. Kontribusi masing-masing sumbu sebesar 46.28 5 untuk faktor satu dan 30.87 % faktor dua. Variabel lingkungan yang berpengaruh terhadap faktor satu diantarannya adalah kecepatan arus (0.39), pH (0.36), salinitas (0.34), sedangkan faktor dua komponen yang mencirikannya adalah variabel DO (0.52), suhu substrat (0.49), kecepatan arus (0.22) dan pH (0.15). Grafik hasil analisis komponen utama dapat di lihat pada gambar 14
Gambar 14: Grafik hasil analisis komponen utama kondisi lingkungan perairan pada sumbu 1 dan 2 (F1XF2) di Desa Laluin Kec.Kayoa Selatan Agustus-September 2010.
Berdasarkan gambar kelimpahan teripang pasir dan teripang hitam memiliki korelasi yang sama terhadap kondisi lingkungan di Desa Laluin dengan nilai akar ciri masing-masing sebesar 0.77 teripang pasir dan 0.53 teripang hitam (lampiran 8 dan 9), kondisi lingkungan yang memiliki korelasi dengan teripang pasir dan teripang hitam adalah kecepatan arus, pH, debu dan salinitas, seluruh komponen variabel tersebut dalam sumbu utama faktor satu bila di hubungkan dengan kondisi lingkungan pada setiap stasiun penelitian adalah stasiun I pada kedalaman 0-5 m, 5-10 m dan 10-15 m berkorelasi dengan sumbu satu maka stasiun atau lokasi penelitian tersebut di cirikan dengan faktor salinitas dan debu,
Variables (ax es D1 and D2: 77,16 %) after Varim ax rotation
Suhu Substrat
Kec. Arus
Salinitas DO
pH Pasir
Debu
Liat
Trp. Pasir Trp. Hitam
-1 -0.75 -0.5 -0.25 0 0.25 0.5 0.75 1
-1 -0.75 -0.5 -0.25 0 0.25 0.5 0.75 1
D1 (46,13 %)
D2 (31,03 %)
Obs ervations (ax es D1 and D2: 77,16 %) after Varimax rotation
I1
I3 I2
II1
II2
II3
III1
III3 III2
-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5
D1 (46,13 %)
D2 (31,03 %)
sedangkan pada stasiun II pada kedalaman 0-5 m di cirikan oleh suhu dan DO, kedalaman 5-10 m dicirikan oleh kondisi yang persentase liatnya tinggi, begitu pula pada kedalaman 10-15 m. Hal ini dapat dijelaskan pada kedalaman 0-5 m, 5- 10 m dan 10-15 m di stasiun II akumulasi substrat sangat tinggi, stasiun I dan II merupakan daerah yang terbuka dengan kecepatan arus yang rendah sehingga terjadi akumulasi sedimen.
Pada stasiun III dicirikan oleh kondisi suhu dan DO, stasiun ini merupakan daerah berkarang dengan gelombang yang cukup besar sehingga DO relatif tinggi di banding dengan stasiun lainnya, stasiun III pada kedalaman 10-15 m merupakan daerah yang memiliki banyak karang dengan substrat yang dominan adalah pasir sehingga pada kedalaman ini dicirikan oleh substrat berpasir.
Berdasarkan pengamatan di lokasi, diketahui bahwa teripang pasir maupun teripang hitam memiliki karateristik yaitu DO, salinitas, pH dan kecepatan arus yang tinggi, serta suhu yang agak rendah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada stasiun I kelimpahan teripang yang tinggi di duga kondisis lingkungan masih menunjang untuk kehidupan teripang.
4.2. Distribusi Spasial Teripang pasir dan Teripang Hitam
Berdasarkan hasil pengamatan teripang pasir (Holothuria scabra) yang tertangkap di Desa Laluin selama penelitian menunjukkan bahwa di stasiun I kedalaman 0-5 m terdapat 52 ekor, kedalaman 5-10 m 37 ekor dan kedalaman 10- 15 m sebanyak 9 ekor. Stasiun II menunjukkan bahwa pada kedalaman 0-5 m ada 34 ekor, 5-10 m 29 ekor dan kedalaman 10-15 m 13 ekor, sedangkan stasiun III kedalaman 0-5 m jenis teripang pasir yang tertangkap berjumlah 38 ekor, kedalaman 5-10 m 19 ekor dan kedalaman 10-15 m 10 ekor. Apabila dilihat jumlah total per stasiun tanpa melihat kedalaman maka yang mendominasi jumlah teripang berada pada stasiun I dengan jumlah 98 ekor, stasiun II 76 ekor dan yang paling sedikit pada stasiun III dengan jumlah 67 ekor, jumlah keseluruhan teripang pasir yang tertangkap pada stasiun I, II, III sebanyak 241 ekor.
Selanjutnya untuk teripang hitam yang tertangkap pada stasiun I kedalaman 0-5 m adalah 31 ekor, kedalaman 5-10 m 44 ekor dan kedalamana 10- 15 m sebanyak 10 ekor, Stasiun II pada kedalaman 0-5 m terdapat 21 ekor,
kedalaman 5-10 m 23 ekor dan kedalaman 10-15 m 5 ekor, selanjutnya pada stasiun III teripang hitam yang tertangkap berjumlah 35 ekor pada kedalaman 0-5 m, kedalaman 5-10 m berjumlah 36 ekor dan kedalaman 10-15 m sebanyak 16 ekor. Secara keseluruhan tampak bahwa teripang hitam lebih banyak ditemukan pada stasiun III dan terendah pada stasiun II, jika berdasarkan kedalaman maka teripang hitam lebih dominan pada kedalaman 5-10 m. Hal ini sejalan dengan yang dikemukaka oleh Vakily (1989) bahwa bertambahnya kedalaman maka ketersediaan makanan menjadi faktor pembatas bagi phytoplankton yang menjadi makanan suatu biota.
Dari hasil analisis uji Kruskal-Wallis perbandingan jumlah individu teripang pasir berdasarkan kedalaman disemua stasiun (Hhitung=5.771 dan Htabel 5,99 dengan α=0.05) sedangkan teripang hitam (Hhitung =1.263 dan Htabel 5,99 dengan α=0.05) tidak berbeda nyata (Lampiran 10 dan 11). Hal ini dapat disimpulkan bahwa teripang pasir maupun teripang hitam menyebar luas pada tiap kedalaman di semua stasiun yang ada di Desa Laluin Meskipun secara keseluruhan jumlah individu teripang pasir terbanyak pada stasiun I, II dan yang paling sedikit pada stasiun III akan tetapi jumlah individu di tiap kedalaman tidak terlalu besar selisihnya.
4.3. Kepadatan Teripang Pasir dan Teripang Hitam
Dari hasil pengamatan pada ketiga stasiun menunjukkan bahwa kepadatan teripang pasir tertinggi ditemukan pada stasiun I, di kedalaman 0-5 m dengan nilai kepadatan rata-rata 3 ind./m² diikuti kedalaman 5-10 m dengan nilai 2 ind./m² dan kedalaman 10-15 m dengan nilai rata-rata 1 ind./m², kepadatan teripang pasir yang kedua berada pada stasiun III di kedalaman 0-5 m dengan nilai 3 ind./m² kemudian disusul pada kedalaman 5-10 m dengan nilai 1 ind./m² dan pada kedalaman 10-15 m adalah 1 ind./m², sedangkan pada stasiun II merupakan kepadatan teripang pasir terendah yang ditemukan yaitu berada di kedalaman 0-5 m dengan nilai 2 ind./m² dan nilai rata-rata kedalaman 5-10 m 2 ind./m² dan kedalaman 10-15 memiliki kepadatan rata-rata 1 ind./m².
Secara keseluruhan kepadatan teripang pasir ini berada pada stasiun I dengan nilai rata-rata 2 ind./m² kemudian pada stasiun II dengan nilai rata-rata 2
ind/m² dan stasiun III memiliki kepadatan rata-rata 1 ind./m², Nilai kepadatan secara menyeluruh berdasarkan stasiun dan kedalaman disajikan pada tabel 5.
Adanya perbedaan nilai tersebut juga berhubungan erat dengan kondisi lokasi yang ada, dimana pada stasiun I memiliki kondisi substrat berpasir dan sepanjang hamparan substratnya ditumbuhi oleh lamun dan terumbu karang, disamping itu juga faktor kualitas air turut mempengaruhi dan mendukung keberadaan maupun kelangsungan hidup dari teripang pasir pada daerah tersebut.
Demikian pula halnya kandisi yang serupa hampir sama dengan yang terdapat pada stasiun III, sedangkan pada stasiun II substratnya adalah berpasir hanya saja sepanjang hamparan lebih banyak terumbu karang dan kurangnya tumbuhan lamun. Kondisis ini dapat mempengaruhi faktor makanan dan juga faktor tumbuhan pelindung seperti lamun dan sejenisnya.
Menurut Kithakeni & Ndaro (2002), Penelitian Buyuni memiliki kelimpahan Holothuria. scraba yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kunduchi.
Hal ini nampaknya disebabkan oleh keadaan Buyuni yang sebagian daerahnya dilingkupi oleh bebatuan dan memiliki sejumlah besar makrohabitat sedangkan Kunduchi dilingkupi oleh pantai berpasir dan hanya memiliki terumbu karang yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan laut lainnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Hemel et al (2001), bahwa keaneka ragaman morfologi dan ekologi tempat dimana teripang hidup memiliki persamaan dengan yang diamati di India, Indonesia, dan Filipina.
Sementara itu kepadatan tertinggi pada jenis teripang hitam berada di stasiun I dengan nilai rata-rata 3 ind/m² di kedalaman 5-10 m dan dikedalaman 0- 5 m nilai rata-rata kepadatannya 2 ind./m² dan 1 ind/m² berada pada kedalaman 10-15 m, kemudian kepadatan teripang hitam yang memiliki kepadatan kedua berada pada stasiun III nilai rata-ratanya 2 dikedalaman 5-10 m dan kepadatan di kedalaman 0-5 m merupakan kepadatan kedua dengan nilai rata-rata 2 ind/m², disussl pada kedalaman 10-15 m dengan nilai kepadatan 1 ind./m². Stasiun II merupakan kepadatan terendah teripang hitam yaitu memiliki nilai 2 ind./m² berada pada kedalaman 5-10 m dan pada kedalaman 0-5 m nilai kepadatan 1 ind./m² kemudian disussul pada kedalaman 10-15 m dengan nilai rata-ratanya 1
ind./m². Apabila dilihat secara keseluruhan dari jenis teripang hitam kepadatan tertinggi berada pada stasiun III dengan nilai rata-rata 2 ind./m² Tabel 5.
Tabel 5. Kepadatan teripang pasir dan teripang hitam ind./m².
NO
.
Kedalaman (m)
Teripang pasir Teripang hitam
ST.1 ST.2 ST.3 ST.1 ST.2 ST.3
1 0-5 3 2 3 2 1 2
2 5-10 2 2 1 3 2 2
3 10-15 1 1 1 1 1 1
Rata-rata 2 2 1 2 1 2
4.4. Distribusi Kelompok Ukuran Teripang Pasir dan dan Teripang Hitam Teripang pasir yang terdapat pada saat sampling selama bulan Agustus- Sampling 2010 mempunyai panjang total 70-238 mm. Nilai tengah ukuran teripang pasir pada tiap stasiun dan kedalaman masing-masing selama penelitian disajikan pada lampiran 12.
Pada stasiun I dikedalaman 0-5 m dipengambilan pertama (Sampling 1) memiliki panjang nilai tengah ukuran 143 mm dengan dugaan populasi 25 ekor, sampling ketiga atau pengambilan ketiga (Sampling 3) nilai tengah ukuran 158 mm dengan dugaan populasi 10 ekor dan dipengambilan keempat (Sampling 4) dengan nilai tengah ukuran 91 mm dan dugaan populasinya 7 ekor, kemudian pada kedalaman 5-10 m dipengambilan pertama (Sampling 1) memiliki panjang nilai tengah ukuran 122 mm dengan dugaan populasi 18 ekor, di pengambilan kedua (Sampling 2) memiliki nilai tengah ukuran 133 mm dan dugaan populasinya 10 ekor sementara itu pada pengambilan sampling keempat (Sampling 4) nilai tengah ukuran 114 mm dengan dugaan populasi 9 ekor.
Selanjutnya pada kedalaman 10-15 m sampling atau pengambilan kedua (Sampling 2) dengan nilai tengah ukuran 80 mm dengan dugaan populasi sebesar 8 ekor.
Sementara pada stasiun II dikedalaman 0-5 m pengambilan pertama (Sampling 1), terdapat dua nilai tengah ukuran yakni 112 dan 143 mm dengan dugaan populasinya masing-masing 8 dan 5 ekor, pengambilan kedua (Sampling
2) nilai tengah ukuran 113 mm dengan populasi dugaan 4 ekor kemudian pada pengambilan ketiga (Sampling 3) nilas tengah ukuran129 mm dengan dugaan populasi 7 ekor, selanjutnya pada kedalaman 5-10 m dipengambilan pertama (Sampling 1) dengan nilai tengah 122 mm dan dugaan populasi 18 ekor, pengambilan kedua (Sampling 2) nilai tengah ukuran 133 mm dengan dugaan populasi 10 ekor dan dipengambilan keempat (Sampling 4) nilai tengah ukuran 114 mm dengan dugaan populasi 9 ekor. Selanjutnya pada kedalaman 10-15 m dipengambilan kedua (Sampling 2) nilai tengah ukuran 122 mm dan populasi dugaan 6 ekor.
Pada stasiun III kedalaman 0-5 pada saat pengambilan sampling pertama (Sampling 1) terdapat dua nilai tengah ukuran yakni 116 dan 174 mm dengan populasi dugaan 10 dan 5 ekor begitu juga pada pengambilan ketiga (Sampling 3) terdapat dua nilai tengah ukuran antara 115 dan 143 mm dengan populasi dugaan 7 dan 4 ekor, kemudian pada pengambilan keempat (Sampling 4) nilai tengah ukuran 154 mm dengan populasinya 9 ekor. Dikedalaman 5-10 m terdapat dua nilai kelas tengah ukuran yaitu pada pengambilan pertama (Sampling 1) 122 mm, 143 mm dengan populasi dugaan 6 ekor dan 2 ekor sementara pada pengambilan ketiga (Sampling 1) nilai tengah ukuran berada pada 133 mm dengan populasi dugaan 23 ekor, dan pada kedalaman 10-15 dipengambilan pertama (Sampling 1) tidak terdapat pola nilai tengah kelas ukuran berdasarkan analisis Bhattacharya (Sparre & Venema 1999) dan terdapat dibeberapa kedalaman juga pada saat sampling atau saat pengambilan sampling lihat lampiran 13.
Pengelompokkan kelas tengah ukuran panjang dengan metode Bhattacharya (Sparre & Venema 1999) dapat diketahui secara keseluruhan bahwa pada stasiun I dikedalaman 0-5 m terdapat dua kelompok nilai tengah ukuran panjang teripang pasir pada periode Agustus-September 2010 (Sampling 1, Sampling 2, Sampling 3 dan Sampling 4) yaitu yang pertama nilai tengah ukuran 97 mm dengan populasi dugaan 15 ekor serta nilai tengah ukuran yang kedua adalah 138 mm dugaan populasi 51 ekor, kedalaman 5-10 m nilai tengah ukuran 123 dugaan populasi 36 ekor dan pada kedalaman 10-15 m nilai tengah ukuran adalah 123 mm dan populasi dugaannya adalah 8 ekor. Sementara pada stasiun II kedalaman 0-5 m terdapat nilai tengah ukuran 142 populasi dugaan 61 ekor,
kedalaman 5-10 m diketahui ada dua nilai tengah ukuran yaitu 108 dengan populasi dugaan 23 ekor kemudian yang kedua nilai tengah ukuran 144 populasi dugaan 7 ekor kemudian pada kedalaman 10
dengan populasi dugaan 9 ekor. Selanjutnya pada stasiun III dikedalaman 0 terdapat dua nilai tenga ukuran yang pertama nilai tengah ukuran 120 dugaan populasi 23 ekor dan yang kedua nilai
dugaan 18 ekor kedalaman 5 20 ekor dan pada kedalaman 10 16 ekor. Gambar 15.
Gambar 15: Distribusi kelompok nilai tengah
stasiun di Desa Laluin Kec.Kayoa Selatan Agustus 2010.
Teripang hitam mempunyai nilai tengah ukuran panjang pada kedalaman 0-5 m di stasiun I adalah pada saat pengambilan pertama (Sampling 1) nilai tengah ukuran 128 mm dugaan populasi 6 ekor pada pengambilan kedua (Sampling 2) nilai tengah ukuran 154 mm dugaan populasi 4 ekor dan pada pengambilan keempat (Sampling 4) nilai tengah ukuran 141 dan dugaan 10 m diketahui ada dua nilai tengah ukuran yaitu 108 dengan populasi dugaan 23 ekor kemudian yang kedua nilai tengah ukuran 144 populasi ekor kemudian pada kedalaman 10-15 m nilai tengah ukuran 177 mm dengan populasi dugaan 9 ekor. Selanjutnya pada stasiun III dikedalaman 0 terdapat dua nilai tenga ukuran yang pertama nilai tengah ukuran 120 dugaan populasi 23 ekor dan yang kedua nilai tengah ukuran 163 mm dengan populasi dugaan 18 ekor kedalaman 5-10 m nilai tengah ukuran 144 mm dugaan populasi 20 ekor dan pada kedalaman 10-15 m nilai tengah ukuran 93 mm populasi dugaan
: Distribusi kelompok nilai tengah ukuran teripang pasir di i Desa Laluin Kec.Kayoa Selatan Agustus-
Teripang hitam mempunyai nilai tengah ukuran panjang pada kedalaman 5 m di stasiun I adalah pada saat pengambilan pertama (Sampling 1) nilai 28 mm dugaan populasi 6 ekor pada pengambilan kedua (Sampling 2) nilai tengah ukuran 154 mm dugaan populasi 4 ekor dan pada pengambilan keempat (Sampling 4) nilai tengah ukuran 141 dan dugaan 10 m diketahui ada dua nilai tengah ukuran yaitu 108 dengan populasi dugaan 23 ekor kemudian yang kedua nilai tengah ukuran 144 populasi 15 m nilai tengah ukuran 177 mm dengan populasi dugaan 9 ekor. Selanjutnya pada stasiun III dikedalaman 0-5 m terdapat dua nilai tenga ukuran yang pertama nilai tengah ukuran 120 dugaan tengah ukuran 163 mm dengan populasi 10 m nilai tengah ukuran 144 mm dugaan populasi 15 m nilai tengah ukuran 93 mm populasi dugaan
ukuran teripang pasir di setiap -September
Teripang hitam mempunyai nilai tengah ukuran panjang pada kedalaman 5 m di stasiun I adalah pada saat pengambilan pertama (Sampling 1) nilai 28 mm dugaan populasi 6 ekor pada pengambilan kedua (Sampling 2) nilai tengah ukuran 154 mm dugaan populasi 4 ekor dan pada pengambilan keempat (Sampling 4) nilai tengah ukuran 141 dan dugaan
populasinya 6 ekor. Pada kedalaman 5-10 m menunjukkan bahwa pada waktu pengambilan pertama (Sampling 1) nilai tengah ukuran 177 mm dengan populasi dugaan 23 ekor, pengambilan ketiga (Sampling 3) terdapat dua nilai tengah ukuran yang pertama nilai tengah ukuran 106 mm dengan dugaan populasi 8 ekor ukuran tengah yang kedua 141 mm dugaan populasi 6 ekor dan selanjutnya pada kedalaman 10-15 m pada waktu pengambilan pertama (Sampling 1) nilai tengah ukuran 141 mm dengan dugaan populasi 6 ekor.
Stasiun II pada kedalaman 0-5 m dipengambilan ketiga (Sampling 3) nilai tengah ukuran 206 mm dugaan populasi 4 ekor untuk kedalaman ini ada beberapa populasi yang tidak dapat dibaca oleh metode Bhattacharya (Sparre & Venema 1999). Selanjutnya pada stasiun III dikedalaman 0-5 m pada pengambilan pertama (Sampling 1) nilai tengah ukuran 128 mm serta dugaan populasi 5 ekor, pengambilan ketiga (Sampling 3) nilai tengah ukuran terdapat dua nilai ukuran yang pertama 78 mm dengan dugaan populasi 15 ekor dan yang kedua 276 mm dengan dugaan populasi 19 ekor, sedangkan pada pengambilan keempat (Sampling 4) dari sampling ini terdapat tiga nilai tengah ukuran dimana pada nilai tengah ukuran yang pertama adalah 102 mm dengan dugaan populasi 5 ekor, nilai tengah ukuran yang kedua 141 mm dugaan populasi 3 ekor dan yang ketiga nilai tengah ukurannya adalah 245 mm dengan dugaan populasi 6 ekor. Pada kedalaman 5-10 m pada pengambilan pertama nilai tengah ukuran 141 mm dengan dugaan populasi 6 ekor dipengambilan kedua (Sampling 2) terdapat dua nilai tengah ukuran yaitu yang pertama 115 mm dengan dugaan populasi 8 ekor serta yang kedua nilai tengah ukuran 181 mm dugaan populasi 4 ekor dan pada sampling ketiga (Sampling 3) nilai tengah ukuran 160 mm dengan dugaan populasi 6 ekor selanjutnya pada pengambilan keempat (Sampling 4) nilai tengah ukuran 141 mm dengan dugaan populasi 6 ekor. Pada kedalaman 10-15 m model nilai ukuran tengah tidak terbentuk ini dikarenakan jumlah individu yang sedikit.
Lampiran 14.
Dilihat dari kedalaman maka pada stasiun I kedalaman 0-5 m terdapat nilai tengah kelas ukuran 193 mm dengan dugaan populasi 46 ekor dikedalaman 5-10 ada dua nilai kelas ukuran yaitu yang pertama nilai tengah ukuran 109 mm dugaan populasinya 18 ekor dan yang kedua nilai kelas ukurannya 168 mm dengan
populasi 31 ekor sementara pada kedalaman 10
ukuran 200 mm dan dugaan populasi 24 ekor. Di stasiun II kedalaman 0 tengah ukuran 231 mm dugaan populasi 36 ekor, kedalaman 5
kelas ukuran yaitu 133 dan 141 mm dengan dugaan populasinya masing
13 dan 9 ekor. Selanjutnya pada stasiun III ada tiga nilai tengah yang terdapat pada kedalaman 0-5 dan 5-
tengah kelas ukuran 112 mm, 170 mm dan 219 mm dimana masing memiliki dugaan populasi 19 ekor, 14 ekor da
10 nilai tengah ukuran yang pertama 114 mm, kedua 156 mm dan yang ketiga 219 mm dengan dugaan populasi yang pertama 19 ekor, kedua 19 ekor dan yang ketiga 3 ekor, kedalaman 10
dugaan populasinya 12 ekor. Gambar
Gambar 16: Distribusi kelompok nilai tengah ukuran teripang hitam di setiap stasiun Di Desa Laluin Kec.Kayoa Selatan Agustus
2010.
Ukuran kelas panjang meningkat seiring dengan pertambahan waktu Sebaran frekuensi panjang dari 240 spesimen
populasi 31 ekor sementara pada kedalaman 10-15 mm terdapat nilai tengah kelas ukuran 200 mm dan dugaan populasi 24 ekor. Di stasiun II kedalaman 0
tengah ukuran 231 mm dugaan populasi 36 ekor, kedalaman 5-10 m ada dua nilai kelas ukuran yaitu 133 dan 141 mm dengan dugaan populasinya masing
ekor. Selanjutnya pada stasiun III ada tiga nilai tengah yang terdapat -10 m dimana pada kedalaman 0-5 m mempunyai nilai tengah kelas ukuran 112 mm, 170 mm dan 219 mm dimana masing
memiliki dugaan populasi 19 ekor, 14 ekor dan 3 ekor sementara dikedalaman 5 10 nilai tengah ukuran yang pertama 114 mm, kedua 156 mm dan yang ketiga 219 mm dengan dugaan populasi yang pertama 19 ekor, kedua 19 ekor dan yang ketiga 3 ekor, kedalaman 10-15 m mempunyai nilai tengah ukuran 132
n populasinya 12 ekor. Gambar 16.
: Distribusi kelompok nilai tengah ukuran teripang hitam di setiap Di Desa Laluin Kec.Kayoa Selatan Agustus-
Ukuran kelas panjang meningkat seiring dengan pertambahan waktu kuensi panjang dari 240 spesimen Holothuria scraba diukur selama
lai tengah kelas ukuran 200 mm dan dugaan populasi 24 ekor. Di stasiun II kedalaman 0-5 m nilai 10 m ada dua nilai kelas ukuran yaitu 133 dan 141 mm dengan dugaan populasinya masing-masing ekor. Selanjutnya pada stasiun III ada tiga nilai tengah yang terdapat 5 m mempunyai nilai tengah kelas ukuran 112 mm, 170 mm dan 219 mm dimana masing-masing n 3 ekor sementara dikedalaman 5- 10 nilai tengah ukuran yang pertama 114 mm, kedua 156 mm dan yang ketiga 219 mm dengan dugaan populasi yang pertama 19 ekor, kedua 19 ekor dan yang 15 m mempunyai nilai tengah ukuran 132 mm
: Distribusi kelompok nilai tengah ukuran teripang hitam di setiap -September
Ukuran kelas panjang meningkat seiring dengan pertambahan waktu diukur selama
bulan Januari hingga Desember ditunjukkan penyebaran frekuensi bersifat unimodal, dengan kisaran panjang sebagian besar individu sekitar 8.5 hingga 26.5 cm. Kategori panjang individu yang paling banyak ditemukan adalah 17.5 cm.
jumlah tangkapan keseluruhan terdiri dari individu yang panjangnya berkisar antara 7 hingga 27 cm (Kithakeni & NdaroSome 2002)
Presentase teripang pasir yang berukuran besar dan yang berukuran kecil disajikan pada gambar 23. Pada stasiun I dikedalaman 0-5 m nilai panjang rata- rata minimum dan maksimum terdapat pada pengambilan keempat (Sampling 4) dengan nilai minimum 93 mm dan panjang nilai rata-rata maksimum berada pada pengambilan ketiga (Sampling 3) dengan nilai 157 mm, kedalaman 5-10 m minimumnya 118 mm pada Sampling 1 dan maksimumnya 162 mm pada Sampling 3, sementara pada kedalaman 10-15 m panjang rata-rata minimum 92 mm pada Sampling 4 dan maksimum 171 mm pada Sampling 3. Selanjutnya pada stasiun II kedalaman 0-5 m nilai rata-rata minimumnya 120 mm pada Sampling 2 dan maksimumnya 136 mm dan berada pada Sampling 1 dan Sampling 4, kedalaman 5-10 m minimumnya 114 m pada Sampling 2 dan maksimum 129 m pada Sampling 3, selanjutnya pada kedalaman 10-15 m nilai rata-rata minimum berada pada Sampling 1 dengan nilai rata-rata 126 mm dan maksimum 210 mm pada pengambilan keempat (Sampling 4) dan pada stasiun III kedalaman 0-5 m nilai minimum 129 mm berada pada Sampling 3 dan maksimum 156 mm Sampling 2, dikedalaman 5-10 m nilai minimumnya 141 mm pada Sampling 1 dan maksimumnya 143 mm pada Sampling 3 dan selanjutnya pada kedalaman 10- 15 m nilai panjang rata-rata minimum berada pada pengambilan ketiga (Sampling 3) 142 mm dan maksimum 153 mm pada pengambilan pertama (Sampling 1).
Gambar 17.
Secara keseluruhan terlihat bahwa nilai ukuran panjang minimum pada stasiun I berda di kedalaman 10-15 dengan nilai rata-rata minimum 91 mm pada pengambilan keempat (Sampling 4), sedangkan panjang rata-rata maksimu pada stasiun I berada dikedalaman 10-15 dengan nilai panjang 171 mm dipengambilan ketiga (Sampling 3), kemudian pada stasiun II nilai rata-rata panjang minimum berada pada kedalaman 5-10 m pada pengambilan kedua (Sampling 2) yaitu 114 mm dan maksimum 129 mm dikedalaman 5-10 m (Sampling 3). Selanjutnya pada
stasiun III nilai panjang minimum 129 mm (Sampling 3) kedalaman 0-5 m dan maksimum 156 mm dikedalaman 0-5 m (Sampling 2).
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1Sampling 2Sampling 3Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST. I Kedalaman 0-5 m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.I Kedalaman 5-10 m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.I Kedalaman 10-15
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg
ST.II Kedalaman 0-5
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1Sampling 2Sampling 3Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.II Kedalaman 5-10
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.II Kedalaman 10-15
Gambar 17: Sebaran ukuran panjang total minimum, panjang total maksimum dan panjang total rata-rata teripang pasir di setiap stasiun berdasarkan waktu sampling (Sampling 1,Sampling 2, Sampling 3 dan Sampling 4) dan tiap kedalaman (0-5, 5-10 dan 10-15) Di Desa Laluin Kec.Kayoa Selatan Agustus-September 2010
Sebaran ukuran panjang total, panjang total minimum, panjang total maksimum dan panjang total rata-rata teripang hitam disajikan pada Gambar 19.
Sebaran ukuran panjang teripang hitam pada stasiun I dikedalaman 0-5 m terdapat panjang rata-rata minimum 132 mm (Sampling 3) dan maksimum 150 mm (Sampling 2), dikedalaman 5-10 m panjang minimum 135 mm (Sampling 4) dan maksimum 202 mm (Agusus 2) sedangkan pada kedalaman 10-15 m nilai panjang minimum 153 (Sampling 1) maksimum 168 mm pada pengambilan kedua (Sampling 2), kemudian pada stasiun II kedalaman 0-5 m nilai rata-rata minimum 167 mm (Sampling 2) maksimum 200 mm (Sampling 1), kedalaman 5-10 m nilai minimum terdapat pada dua pengambilan yaitu masing-masing pada pengambilan kedua (Sampling 2), pengambilan ketiga (Sampling 1) dengan nilai rata-rata 127
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.III Kedalaman 0-5 m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1Sampling 2Sampling 3Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.III Kedalaman 5-10
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4
PT (mm)
Min Ma x ST.III Kedalaman 10-
mm dan maksimum terdapat 147 mm dan pada kedalaman 10-15 m hanya terdapat satu ukuran pada samling pertama (Sampling 1) dengan nilai rata-rata 154 mm dan selanjutnya pada stasiun III dikedalaman 0-5 m nilai rata-rata minimum 138 mm (Sampling 2) dan maksimum 166 mm (Sampling 3), kedalaman 5-10 m nilai minimum 131 mm (Sampling 4) maksimum 164 (Sampling 1) dan selanjutnya pada kedalaman 10-15 m nilai rata-rata minimum 117 mm (Sampling 1) dan maksimum 145 mm pada pengambilan kedua (Sampling 2).
Secara menyeluruh stasiun I nilai panjang rata-rata minimum berada pada kedalaman 0-5 m dengan nilai 132 mm (Sampling 3) dan panjang rata-rata minimum berada di kedalaman 5-10 m dengan nilai 202 mm (Sampling 2) dan pada stasiun II nilai rata-rata minimum berada pada kedalaman 5-10 m yaitu ada dua panjang rata-rata minimum diantaranya pada pengambilan kedua dan ketiga, masing-masing 127 mm sedangkan panjang maksimum berada pada kedalaman 0- 5 m dengan nilai rata-rata 200 mm (Sampling 1). Stasiun III nilai minimum berada pada kedalaman 5-10 m dengan nilai panjang rata-rata 131 mm (Sampling 4) dan maksimum pada kedalaman 0-5 m nilai maksimumnya 166 mm (Sampling 3). Gambar 18.
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1Sampling 2Sampling 3Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.I Kedalaman 0-5 m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.I Kedalaman 5-10
m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1Sampling 2Sampling 3Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.I Kedalaman 10-15 m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1Sampling 2Sampling 3Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.II Kedalaman 0-5
m
Gambar 18: Sebaran ukuran panjang total minimum, panjang total maksimum dan panjang total rata-rata teripang hitam di setiap stasiun berdasarkan waktu sampling (Sampling 1,Sampling 2, Sampling 3 dan Sampling 4) dan tiap kedalaman (0-5, 5-10 dan 10-15 m) Di Desa Laluin Kec.Kayoa Selatan Agustus-September 2010
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.II Kedalaman 5-10
m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
PT (mm)
Min Ma x Av g ST.II Kedalaman 10- 15 m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1Sampling 2Sampling 3Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.III Kedalaman 0-5
m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.III Kedalaman 5-10 m
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4
PT (mm)
Min Max Avg ST.III Kedalaman 10-15
m
4.5. Parameter Biologi
4.5.1. Tingkat Kematangan Gonad Teripang Pasir dan Teripang Hitam Sebaran tingkat kematangan gonad (TKG) teripang pasir pada tiap stasiun I, II dan stasiun III mulai dari kedalaman 0-5 m, 5-10 m dan 10-15 m berdasarkan jumlah total semua sampling di tiap kedalaman, umumnya yang mendominasi adalah TKG III. Dimana pada stasiun I untuk kedalaman 0-5 m total untuk teripang pasir jantan hanya terdapat TKG III dan VI dimana total di semua sampling TKG III sebanyak 16 ekor dan TKG IV sebanyak 1 ekor, betina TKG II sebanyak 1 ekor TKG III sebanyak 24 ekor dan TKG IV ebanyak 2 ekor dan pada kedalaman 5-10 m untuk teripang pasir jantan didominasi oleh TKG III sebanyak 9 ekor, TKG IV sebanyak 4 ekor dan TKG V sebanyak 1 ekor sedangkan betina terdapat TKG III sebanyak 15 ekor, TKG IV 2 ekor, selanjutnya pada kedalaman 10-15 m teripang pasir yang jantan hanya ada TKG II dan TKG V, dimana jumlah total semua sampling TKG II ada 1 ekor dan TKG V 1 ekor dan yang berjenis kelamin betina TKG III 1 ekor dan TKG IV 1 ekor.
Pada stasiun II sebaran total berdasarkan jumlah ekor di semua sampling juga didominasi oleh TKG III dimana pada kedalaman 0-5 m TKG III untuk teripang pasir jantan sebanyak 7 ekor dan TKG IV berjumlah 2 ekor teripang pasir betina juga di dominasi TKG III dimana TKG II berjumlah 1 ekor, TKG III berjumlah 19 ekor serta TKG IV 2 ekor. Kedalaman 5-10 m teripang pasir jantan terdapat tiga TKG saja dimana TKG II 1 ekor TKG III 2 ekor dan TKG III sebanyak IV 1 ekor, yang berjenis kelamin betina terdapat dua TKG saja dimana TKG II sebanyak 1 ekor dan TKG III sebanyak 13 ekor. Selanjutnya pada kedalaman 10-15 m terdapat dua TKG yaitu TKG II 1 ekor dan TKG III 6 ekor untuk teripang pasir yang berjenis kelamin jantan sedangkan yang berjenis kelamin betina terdapat dua TKG yaitu TKG III 5 ekor dan TKG IV 1 ekor.
Stasiun III kedalaman 0-5 m untuk semua sampling dua TKG dimana teripang pasir yang berjenis kelamin jantan TKG III 11 ekor dan TKG IV 1 ekor dan yang betina ada empat TKG yaitu TKG II 1 ekor, TKG III 22 ekor, TKG IV 1 ekor dan TKG V berjumlah 1 ekor, kedalaman 5-10 m teripang pasir yang berjenis kelamin jantan ada dua TKG dimana TKG III 9 ekor dan TKG IV 1 ekor saja sedangkan yang betina hanya terdapat TKG III dengan jumlah 8 ekor,
selanjutnya pada kedalaman 10-15 m teripang pasir jantan ada dua TKG yaitu TKG III berjumlah 3 ekor dan TKG IV berjumlah 1 ekor, betina hanya terdapat TKG III berjumlah 4 ekor. Secara keseluruhan sebaran TKG berdasarkan persentase di tiap kedalaman disajikan pada Gambar 19. Apabila dilihat secara keseluruhan berdasarkan kedalaman ditiap stasiun yang paling dominan berada pada kedalaman 0-5 m baik stasiun I, II dan stasiun III. Adanya sebaran ukuran dan kematangan gonad teripang yang didapatkan pada masing-masing pengamatan yang berbeda kedalamannya ini, tentunya sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan masing-masing stasiun pengamatan, terutama yang paling spesifisik yaitu jenis substrat, kedalaman perairan dan kondisi arus Wood (1987).
Stasiun I Kedalaman 0-5 m Jantan Betina
Kedalaman 5-10 m
Jantan Betina
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
Kedalaman 10-15 m
Jantan Betina
Stasiun II Kedalaman 0-5
Jantan Betina
Kedalaman 5-10 m
Jantan Betina
Kedalaman 10-15 m
Jantan Betina
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG
III 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG
III 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
Stasiun III Kedalaman 0-5 m
Jantan Betina
Kedalaman 5-10 m
Jantan Betina
Kedalaman 10-15 m Jantan
Gambar 19: Persentase Tingkat Kematangan Gonad teripang pasir Jantan-Betina pada tiap kedalaman Agustus-September 2010
Sebaran teripang hitam pada stasiun I, II dan III di masing-masing kedalaman dan total di semua sampling umumnya juga didominasi oleh TKG III, di mana pada stasiun I kedalaman 0-5 m terdapat dua TKG yang jantan TKG II berjumlah 2 ekor dan TKG III berjumlah 5 ekor, betina TKG I berjumlah 2, TKG II berjumlah 4 ekor dan TKG III berjumlah 9 ekor, kedalaman 5-10 m teripang hitam yang berjenis kelamin jantan ada empat TKG dimana TKG I berjumlah 1 ekor, TKG II 4 ekor dan TKG III berjumlah 6 ekor dan betina ada dua TKG
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1Sampling 2Sampling 3Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III TKG II
TKG I 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV
dimana TKG II berjumlah 6 ekor dan TKG III berjumlah 21 ekor, selanjutnya pada kedalaman 10-15 m untuk yang jantan terdapat tiga TKG di mana TKG I berjumlah 1 ekor, TKG II berjumlah 2 ekor dan TKG III berjumlah 1 ekor sedangkan yang betina terdapat dua TKG di mana TKG II berjumlah 3 ekor dan TKG III berjumlah 3 ekor
Stasiun II kedalaman 0-5 m untuk teripang hitam yang berjenis kelamin jantan terdapat dua TKG di mana TKG I berjumlah 1 dan TKG III berjumlah 7 ekor sedangkan yang betina terdapat dua TKG dimana TKG II berjumlah 1 ekor dan TKG III berjumlah 6 ekor, kedalaman 5-10 m yang jantan ada dua TKG di mana TKG II 1 ekor dan TKG III berjumlah 3 ekor, betina ada tiga TKG yaitu TKG I berjumlah 2 ekor , TKG II berjumlah 6 ekor dan TKG III sebanyak 5 ekor.
Selanjutnya pada kedalaman 10-15 m yang jantan hanya ada TKG III berjumlah 2 ekor dan yang betina terdapat dua TKG di mana TKG II berjumlah 1 ekor dan TKG III berjumlah 2 ekor.
Stasiun III pada kedalaman 0-5 m untuk teripang hitam yang berjenis kelamin jantan ada dua TKG di mana TKG II berjumlah 2 ekor dan TKG III berjumlah 9 ekor sedangkan yang betina ada dua TKG di mana TKG II berjumlah 7 ekor dan TKG III berjumlah 9 ekor, pada kedalaman 5-10 m yang jenis kelamin jantan terdapat dua TKG di mana TKG II berjumlah 2 ekor dan TKG III berjumlah 10 ekor yang betina ada dua TKG yakni TKG II berjumlah 5 ekor dan TKG III berjumlah 12 ekor selanjutnya pada kedalaman 10-15 m terdapat dua TKG di mana TKG II berjumlah 1 ekor dan TKG III berjumlah 1 ekor, yang betina ada dua TKG yaitu TKG I berjumlah 1 ekor dan TKG III berjumlah 4 ekor
Stasiun I Kedalaman 0-5 m
Jantan Betina
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
Kedalaman 5-10 m
Jantan Betina
Kedalaman 10-15 m
Jantan Betina
Stasiun II Kedalaman 0-5 m
Jantan Betina
Kedalaman 5-10 m
Jantan Betina
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG
III 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total
TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TKG V TKG IV
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TKG V TKG IV TKG III
Kedalaman 10-15 m
Jantan Betina
Stasiun III Kedalaman 0-5 m
Jantan Betina
Kedalaman 5-10 m
Jantan Betina
Kedalaman 10-15 m
Jantan Betina
Gambar 20: Persentase Tingkat Kematangan Gonad teripang hitam Jantan-Betina pada tiap kedalaman Agustus-September 2010
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total
TKG V
TKG
IV 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV
Berdasarkan stasiun I, II dan III sebaran tingkat kematangan gonad (TKG) pada teripang pasir jantan dan betina dari TKG I sampai TKG V di masing- masing stasiun umumnya di dominasi oleh tingkat kematangan gonad (TKG) III pada tiap bulan atau tiap sampling. Stasiun I presentase jumlah tngkat kematangan gonad (TKG) teripang pasir jantan secara keseluruhan menunjukkan bahwa TKG II (3.0 %), TKG III (75.8 %), TKG IV (15.2 %) dan TKG V (6.1 %) dan teripang pasir betina menunjukkan pada TKG II (2.17 %), TKG III (86.95 %), dan TKG IV (10.86 %). Meskipun dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus- September yang berarti di luar puncak musim pemijahan teripang pada lokasi tersebut yaitu pada bulan Desember-Januari dan Mei-Juni (Jayadi & Tuwo, 1996), namun individu matang gonad tetap di dapatkan yaitu pada stasiun I dihampir semua kedalaman. Hal ini sesuai dengan pandapat Ong Che & Gomez (1983) bahwa teripang memijah sepanjang tahun sehingga individu yang matang bisa didapatkan sepanjang tahun.
Pada stasiun II secara keseluruhan teripang jantan menujukkan TKG II (15
%), TKG III (75 %) dan TKG IV (10 %), selanjutnya jenis teripang pasir betina memiliki presentase TKG II (4.8 %), TKG III (88.1 %) dan TKG IV (7.1 %).
kemudian pada stasiun III presentase untuk teripang pasir yang berjenis kelamin jantan pada TKG III (88.46 %) dan TKG IV (11.53 %) sedankan teripang betina presentase TKG II (2.7 %), TKG III (91.9 %), TKG IV (2.7 %) dan TKG V (2.7
%) Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) teripang pasir pada tiap stasiun baik jantan maupun betina disajikan pada Gambar 21.
Stasiun I
Jantan Betina
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sampling 1
Sampling 2
Sampling 3
Sampling 4
Total TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I