STUDI TENTANG HIGIENE DAN SANITASI PADA USAHA SALON
KECANTIKAN DI KECAMATAN KOTA SELATAN
KOTA GORONTALO
Ingka Christie Ilato1), Lintje Boekoesoe2), Sunarto Kadir3)
1 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Inga Christie Ilato
Email : inkachristieilato@yahoo.co.id
2
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Lintje Boekoesoe
Email : Lintjeboekoesoe@yahoo.co.id
3
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Sunarto Kadir Email : Sunarto.kadir@yahoo.co.id
Abstrak
Studi Tentang Higiene dan Sanitasi Pada Usaha Salon Kecantikan di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Lintje Boekoesoe.,M.Kes dan Pembimbing II Dr. Sunarto Kadir, Drs.,M.Kes.
Perkembangan ekonomi dunia secara global berdampak pada perkembangan seluruh sektor kehidupan. Rumusan masalah dari penelitian ini yakni bagaimana higiene dan sanitasi di lingkungan usaha salon kecantikan di Kecamatan Kota Selatan Kota Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui higiene dan sanitasi pada usaha salon kecantikan yang ada di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yakni 10 salon dan sampel dari penelitian ini 10 salon dan 25 karyawan salon. Hasil penelitian higiene pada indikator kebersihan tubuh menunjukkan bahwa dari 25 karyawan salon (100%) diperoleh 12 karyawan (52%) yang termasuk dalam kategori cukup sedangkan 13 karyawan (48%) yang termasuk kategori baik. Pada indikator kebersihan pakaian menunjukkan bahwa dari 25 karyawan salon (100%) diperoleh 14 karyawan (56%) yang termasuk dalam kategori baik sedangkan 11 karyawan (44%) yang termasuk dalam kategori cukup. Pada penelitian sanitasi salon kecantikan menunjukkan bahwa dari 10 salon (100%) jumlah salon kecantikan terdapat 8 salon (80%) yang termasuk dalam kategori tidak memenuhi syarat sedangkan 2 salon (20%) yang termasuk dalam kategori memenuhi syarat. Pengelola usaha salon kecantikan agar dapat menjadikan bahan acuan melaksanakan upaya peningkatan higiene dan sanitasi serta diharapkan bagi karyawan salon dapat memperhatikan kebersihan tubuh dan pakaian yang digunakan.
Abstract
Ingka Christie Ilato. 811410050. 2015. A Study on the Hygiene and Sanitation at Beauty
Salons in Kota Selatan sub-disrict of Gorontalo City. Department of Public Health, Faculty of Health and Sport Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor is Dr. Hj. Lintje Boekoesoe., M.Kes, and the co-supervisor is Dr. Sunarto Kadir, Drs., M.Kes.
Economic development globally affects development of all sectors of life. The problem discussed in this research is on the hygiene and sanitation of beauty salons in Kota Selatan sub-district, Gorontalo city. This research aims at investigasting the hygiene and sanitation at beauty salon in Kota Selatan sub-district of Gorontalo city. This is a descriptive quantitative research. The population of this research consists of 10 salons, and the samples are 25 employees of the salons. The result on hygiene according to the indicator of body hygiene shows that 12 (48 %) out of 25 employees had moderate body hygiene, and the remains 13 (52 %) had good body hygiene. According to clothing hygiene, 14 (56 %) out of 25 employees had good clothing hygiene, while the remains 11 (44 %) had moderate clothing hygiene. According to indicator of sanitation, 8 (80 %) out of 10 salons did not meet the requirement, while the remains 2 salons (20 %) met the requirement. This result is expected to be a reference for beauty salon owners to improve the hygiene and sanitation, as well as maintain the body and clothing hygiene.
Keywords : Hygiene, Sanitation, Beauty Salon
1. PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi dunia
secara global berdampak pada
perkembangan seluruh sektor
kehidupan. “Salah satu sektor yang turut berkembang adalah sektor pariwisata yang merupakan andalan wilayah-wilayah Indonesia yang menjadi tempat-tempat tujuan wisata baik lokal maupun nasional” (Nilawati, 2010).
Perkembangan ini berdampak positif bagi pelaku usaha salon
kecantikan. Didukung dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat mengenai penampilan dan keinginan yang secara tidak langsung membawa kemajuan dalam dunia kecantikan. “Berkembangnya bisnis usaha salon kecantikan, seharusnya memperhatikan aspek-aspek yang menunjang kelayakan dan kelancaran suatu usaha dari segala aspek seperti Sumber Daya Manusia yang bekerja, Sarana dan Prasarana yang
tersedia, Lingkungan Usaha dan
Pelayanan yang diberikan” (Nilawati, 2010).
Higiene dan sanitasi merupakan cara-cara yang berguna dalam kesehatan agar terhindar dari hal-hal yang mendatangkan penyakit. “Ada beberapa hal yang harus dikembangkan dan dijaga oleh para personil usaha salon kecantikan dalam rangka pencegahan dan perlindungan diri (higiene) terhadap penyakit secara jasmaniah, diantaranya
adalah Pemeliharaan tubuh,
Pemeliharaan Pakaian, sedangkan usaha perlindungan terhadap penyakit melalui pemeliharaan lingkungan (sanitasi) usaha salon kecantikan berkaitan dengan Air Bersih, Pengendalian Sampah dan Pengendalian Air limbah serta alat dan bahan” (Awaludin, 2011).
Kesehatan lingkungan usaha salon kecantikan yang baik adalah bidang-bidang yang memiliki relevansi tinggi dengan kegiatan profesional di
bidang tata kecantikan yang
berhubungan dengan sanitasi lingkungan adalah bangunan yang memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan, tersedia air bersih dengan kualitas yang memenuhi
syarat fisik (tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau), syarat
Bakteriologik (terhindar dari
kemungkinan tercemar dengan bibit penyakit), Sampah (refuse), yakni sebagian dari sesuatu yang tidak dapat dipakai/disenangi yang harus dibuang, pengelolaan sampah meliputi 3 hal pokok yakni; penyimpanan sampah, pengumpulan sampah, dan pembuangan sampah. “Air limbah adalah air yang
tidak bersih, karena mengandung
berbagai zat yang bersifat
membahayakan kehidupan manusia,
karena perbuatan manusia itu sendiri.
Pengolahan air limbah dapat
dilaksanakan dengan usaha yang
diupayakan tidak merusak lingkungan, Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan pada salon kecantikan” (Candra, 2006).
Usaha salon kecantikan telah banyak bermunculan di Kota Gorontalo khususya Kecamatan Kota Selatan.
Diperkuat dengan adanya salon
kecantikan yang ada di Kecamatan Kota Selatan dengan jumlah 10 salon. Usaha salon kecantikan yang menjadi bisnis yang banyak digeluti kaum wanita ini menjadi bisnis yang cukup memberikan keuntungan bagi pemiliknya.
Hal ini menandakan bahwa usaha salon kecantikan mengalami perkembangan yang cukup baik di Kota Gorontalo khususnya di Kecamatan Kota Selatan. Untuk dapat memberikan
pelayanan yang baik dan dapat
memuaskan pelanggan maka
memperhatikan higiene dan sanitasi usaha salon kecantikan merupakan suatu keharusan karena pelayanan pada salon
kecantikan berhubungan langsung
dengan manusia, oleh karena itu memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan yang merupakan suatu hal penting.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pengawasan lingkungan adalah dengan memperhatikan higiene dan sanitasi pada lingkungan usaha
salon kecantikan dengan maksud untuk memberikan pelayanan yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan
pelanggan maka sebuah salon
kecantikan harus memperhatikan
higiene dari perorangan karyawan dan
sanitasi dari lingkungan salon
kecantikan. Hal ini bertujuan untuk
menghindari penyakit yang dapat
ditularkan kepada pekerja salon
kecantikan penelitian maupun kepada pelanggan.
Berbagai fenomena yang
ditemui dilapangan mengindikasikan masih rendahnya usaha pengawasan kesehatan dalam higiene dan sanitasi usaha salon kecantikan yang ada di Kecamatan Kota Selatan.
2. METODE PENELITIAN
Jenis
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan
kuantitatif.
Deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan
mendeskripsikan
atau
menjelaskan sesuatu hal seperti apa
adanya.
Sedangkan
penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti populasi
dan
sampel
tertentu,
penelitian
menggunakan instrumen penelitian.
Populasi dalam penelitian ini yakni
salon kecantikan di Kecamatan Kota
Selatan yang berjumlah 10 salon.
Teknik
pengambilan
sampel
menggunakan total sampling dimana
populasi menjadi sampel penelitian
yakni berjumlah 10 salon kecantikan
dengan jumlah karyawan secara
keseluruhan adalah 25 karyawan.
Analisis data yang digunakan adalah
analisis univariat yakni menjelaskan
atau mendeskripsikan setiap variabel
penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan selama 2 hari tanggal 25-26 September 2014 pada salon-salon yang berada di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo tentang Higiene dan sanitasi sebagai berikut :
Higiene salon kecantikan
Hasil penelitian hygiene salon
kecantikan di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo dinilai dari dua indikator yaitu:
Tabel 1 Kebersihan Tubuh Karyawan
Salon di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo
Kategori Jumlah Salon Kecantikan
Jumlah Persen
Kurang 0 0,0
Cukup 13 52,0
Baik 12 48,0
Total 25 100,0
Sumber: Data Primer 2014
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa dari 25 karyawan salon yang berada di Kecamatan Kota
Selatan diperoleh karyawan yang
termasuk dalam kategori cukup adalah 13 karyawan (52%) dan yang termasuk dalam kategori baik adalah 12 karyawan
(48%). Sedangkan yang termasuk
kategori cukup 0,0 %.
Tabel 2 Kebersihan Pakaian Karyawan Salon di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo
Kategori Jumlah Salon Kecantikan
Jumlah Persen
Kurang 0 0,0
Cukup 11 44,0
Baik 14 56,0
Total 25 100,0
Sumber: Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa dari 25 karyawan salon yang berada di Kecamatan Kota
Selatan diperoleh karyawan yang
termasuk dalam kategori cukup adalah 11 karyawan (44%) dan yang termasuk
dalam kategori baik adalah 14 karyawan
(56%). Sedangkan yang termasuk
kategori cukup 0,0%.
Tabel 3 Sanitasi Salon Kecantikan di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo Kategori Jumlah Salon Kecantikan Jumlah Persen Tidak Memenuhi Syarat 8 80,0 Memenuhi Syarat 2 20,0 Jumlah 10 100,0
Sumber: Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 3
menunjukkan bahwa dari 10 jumlah salon kecantikan terdapat 8 salon (80 %) yang termasuk dalam kategori tidak memenuhi syarat dan ada 2 salon (20 %)
yang termasuk dalam kategori
memenuhi syarat. Pembahasan
Higiene Salon Kecantikan Kebersihan tubuh
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. “Perilaku higiene perorangan adalah kegiatan dan tindakan kesehatan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, serta mencegah timbulnya penyakit” (Darmastuti, 2011).
Menurut Siswanto (2009) dalam Elviani (2013) menjelaskan bahwa “Menjaga kebersihan tangan, kuku, dan kaki merupakan salah satu aspek penting
dalam mempertahankan kesehatan
kesehatan badan perseorangan”. Oleh karena itu tangan, kuku, dan kaki harus dijaga kebersihannya. Kuman penyakit dapat terbawa melalui tangan, kuku, dan kaki yang kotor. Tangan, kaki, dan, kuku yang kotor membawa bibit penyakit. Bibit penyakit dan telur cacing yang mungkin ada dalam tangan atau kuku yang kotor ikut tertelan.
“Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi perilaku dan kebiasaan yang
melekat pada dirinya maka perilaku agar kesehatan dapat terpelihara tidak lepas dari kebiasaan yang dilakukan setiap hari untuk selalu hidup bersih dan sehat. Perilaku setiap hari bisa dilakukan dari hal yang paling kecil seperti mandi, dan memakai pakaian bersih” (Nurullita, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 25 karyawan salon tentang higiene perorangan karyawan pada indikator pemeliharaan kebersihan anggota tubuh berbeda dengan keadaan saat dilaksanakannya observasi awal
yang menyatakan bahwa terdapat
permasalahan mengenai pemeliharaan
kebersihan anggota tubuh, namun
setelah dilakukan penelitian terdapat hasil yang baik terhadap pemeliharaan kebersihan tubuh, meskipun masih terdapat beberapa orang karyawan yang menunjukkan buruknya pemeliharaan kebersihan tubuh. 2 salon yakni salon “MA dan MO” yang terdapat di Kecamatan Kota Selatan dilihat dari alat-alat kerjanya yang kurang bersih karena peralatan yang mereka gunakan tidak bersih. Seperti handuk kecil yang
digunakan pada lebih dari satu
pelanggan yang tidak dicuci atau diganti
dengan yang baru untuk setiap
pelanggan yang datang. Kebersihan pakaian
Kebersihan pakaian karyawan salon kecantikan sangat berpengaruh pada kualitas salon kecantikan itu sendiri, karena pakaian yang bersih dapat menarik perhatian pelanggan untuk datang ke salon.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa karyawan salon
kecantikan dapat diketahui bahwa pakaian yang mereka gunakan dalam bekerja sehari-hari hanya mengganti pakaian sebanyak satu kali dalam sehari, tetapi meskipun hanya menggantinya satu kali, pakaian mereka tampak bersih dan rapi.
Alat Pelindung Diri (APD)
merupakan suatu perangkat yang
digunakan oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta kecelakaan kerja yang kemungkinan dapat terjadi di tempat kerja.
Menurut Sumarna (2012)
dijelaskan bahwa “Penggunaan APD oleh pekerja saat bekerja merupakan suatu upaya untuk menghindari paparan risiko bahaya di tempat kerja. Walaupun
upaya ini berada pada tingkat
pencegahan terakhir, namun penerapan
alat pelindung diri ini sangat
dianjurkan”. penggunaan APD ini dimaksudkan agar bebas dari penyakit menular umumnya dan penyakit kulit pada khususnya. Kesehatan pribadi khususnya bagi mereka yang terlibat dan bekerja pada sebuah salon kecantikan perlu diperhatikan, karena hal ini selain penting untuk dirinya sendiri juga berkepentingan untuk pelanggan dan keberlangsungan perusahaan.
Menurut Munir (2014)
dijelaskan bahwa “APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai, tidak mengganggu kerja memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya”.
Menurut Sabir (2009) dalam Ismi (2010), alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Perlindungan karyawan meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan. “Karyawan harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan
pekerjaannya” (Munir,2014).
Perlindungan tersebut bermaksud agar
karyawan secara aman melakukan
pekerjaannya sehari-hari untuk
meningkatkan produksi dan
“Masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar
(kapas) yang masuk kedalam
pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu” (Munir,2014).
Pada penelitian yang dilakukan pada 25 karyawan salon pemeliharaan kebersihan pakaian memang terdapat permasalahan yang juga setelah diteliti menyatakan bahwa kurangnya upaya yang dilakukan karyawan usaha salon
kecantikan dari segi higiene
pemeliharaan kebersihan pakaian. Hal ini jika tidak diatasi dapat menyebabkan
buruknya pelayanan yang akan
diberikan karena salon kecantikan merupakan tempat yang digunakan memberikan pelayanan bidang tata kecantikan yang berhubungan langsung dengan manusia.
Hal ini menyebabkan
pemeliharaan kebersihan baik anggota tubuh maupun pakaian maka akan berdampak pada penyebaran penyakit yang mungkin dapat membahayakan kesehatan pelanggan maupun karyawan itu sendiri.
Ada beberapa hal yang mungkin menjadi batasan dalam penelitian ini
diantaranya pada saat melakukan
penelitian karyawan yang bersedia diwawancarai hanya beberapa orang. Sanitasi salon kecantikan
Salon kecantikan harus
memperhatikan higiene perorangan
karyawan salon kecantikan dan sanitasi dari lingkungan salon kecantikan agar terciptanya usaha salon kecantikan yang dapat memberikan pelayanan kepada pelanggan serta dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Mukono (2004) dalam
Retno (2008) menjelaskan bahwa
“Sanitasi fasilitas adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya yang digunakan untuk menjaga kualitas lingkungan atau kesehatan manusia”.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang sanitasi pada usaha salon kecantikan yang berada di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo
menunjukkan ada 2 salon yang
memenuhi syarat layaknya usaha salon itu dibangun dapat dilihat dari persyaratan gedungnya dan kebersihan
lingkungan dari salon tersebut.
Sedangkan yang tidak memenuhi syarat gedung dan lingkungan ada 8 salon dapat dari kebersihan lingkungan terutama halaman yang masih kurang
diperhatikan kebersihannya oleh
pengelola salon, sehingga dapat
mengakibatkan berbagai penyakit yang akan timbul.
Pada 10 salon yang berada di Kecamatan Kota Selatan 2 salon yakni salon “RN dan MA” tidak memiliki halaman yang luas karena salon tersebut di bangun dekat dengan jalan raya.
Menurut Sulisyarini (2013)
menjelaskan bahwa “Sanitasi
lingkungan merupakan usaha-usaha
pengawasan terhadap semua faktor yang ada dalam lingkungan fisik yang
memberi pengaruh atau memberi
pengaruh buruk terhadap kesehatan, fisik, mental dan kesejahteraan sosial”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada salon kecantikan yang berada di Kecamatan Kota Selatan , masih terdapat salon yang kurang memperhatikan sanitasi pada salon tersebut dapat dilihat dari indikator
persyaratan gedung usaha salon
kecantikan dan pengendalian limbah. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasari tahun 2013 pada usaha salon mengenai higiene dan sanitasi di Kota Payakumbuh yaitu pada higiene perorangan karyawan usaha salon kecantikan di Kota Payakumbuh
dengan indikator pemeliharaan
kebersihan anggota tubuh berada pada
kategori baik dengan persentase
pencapaian sebesar 82%, sedangkan pada indikator pemeliharaan kebersihan
pakaian berada pada kategori kurang dengan skor 63%.
Sedangkan pada sanitasi usaha salon kecantikan di Kota Payakumbuh dengan indikator persyaratan gedung usaha salon kecantikan terdapat 2 salon (25%) yang memenuhi 8 persyaratan
gedung. Pada indikator kualitas
kebersuhan aair terdapat 4 salon (50%) yang memenuhi 8 persyaratan kualitas
kebersihan air. Pada indikator
pengelolaan sampah terdapat 3 salon (37,5%) yang memenuhi 4 persyaratan pengelolaan sampah. Pada indikator pengendalian limbah tidak terdapat satupun salon yang memenuhi 8 persyaratan pengendalian limbah. Pada indikator kebersihan alat dan bahan yang digunakan pada usaha salon kecantikan terdapat 2 salon (25%) yang memenuhi 8 persyaratan kebersihan alat dan bahan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
dilakukan
pada
salon
kecantikan
yang
berada
di
Kecamatan
Kota
Selatan
Kota
Gorontalo dapat disimpulkan bahwa:
Higiene perorangan karyawan
salon
kecantikan
yakni
pada
indikator
pemeliharaan
anggota
tubuh berada pada kategori cukup
dengan
pencapaian
persentase
sebesar 52 %, sedangkan pada
indikator
pemeliharaan
pakaian
berada pada kategori baik dengan
pencapaian persentase sebesar 56 %.
Sanitasi lingkungan usaha salon
kecantikan yakni pada 10 salon
terdapat 2 salon yang termasuk
kategori memenuhi syarat dengan
persentase 20 %, sedangkan pada 8
salon yang termasuk dalam kategori
cukup dengan persentase 80 %.
5. REFERENSI
Awaludin, V. 2009. Makalah Hygiene
dan Sanitasi Salon Kecantikan. di
akses 08 Februari 2014.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : EGC.
Darmastuti, I. 2010. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan. Volume 7,
Nomor 1, 12 November 2010. Diakses 19 November 2014 Wiza, N. 2013. Studi Hygiene dan
Sanitasi Usaha Salon Kecantikan di Kota Payakumbuh. Skripsi,
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
Nilawati, dan Eva Sativa. 2010. Beauty Preneurship, Cantiknya bisnis Kecantikan. Jogyakarta : CV. Andi Offset
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nurullita, U. 2011.Hubungan Higiene
Perorangan dengan Sanitasi Lapas Terhadap Kejadian Penyakit Herpes. Jurnal Unimus, Volume 7, Nomor 1,
Mei 2011. Diakses 18