• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENDAHULUAN ALTERASI DAN MINERALISASI DI DUSUN DAGEN, DESA GEMAHARJO, KECAMATAN TEGALOMBO, KABUPATEN PACITAN, PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI PENDAHULUAN ALTERASI DAN MINERALISASI DI DUSUN DAGEN, DESA GEMAHARJO, KECAMATAN TEGALOMBO, KABUPATEN PACITAN, PROVINSI JAWA TIMUR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENDAHULUAN ALTERASI DAN MINERALISASI DI DUSUN DAGEN, DESA GEMAHARJO, KECAMATAN TEGALOMBO, KABUPATEN PACITAN,

PROVINSI JAWA TIMUR

Danis Agoes Wiloso1, R.Aditya Manggala Yudha2

1Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND

2 Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND Email: 1danisagoes@akprind.ac.id, ,2manggala.aditya21@gmail.com

ABSTRACT

Dagen and vicinity have the potential of metal resources and epithermal mineralization systems characterized by the presence of alteration and quartz sulphide veins. The veins are formed as a result of the filling process on the fracture by a hydrothermal solution. Identification of vein characteristics needs to be studied in metal exploration to assist in the development of economical mineral exploration activities. The purpose of this study was to investigate the characteristics of quartz veins and to determine the vein distribution and zoning deposition of mineralization in the study area.

The research was conducted in May 2018 located in Dagen Village, Gemaharjo Village, Tegalombo District, Pacitan Regency, East Java Province precisely located at coordinates between 536055 - 538104 mN and 9110712 - 9108008 mE with the research area is 3.58 km2. Sampling for analysis mineragrafi as much as 3 sample of quartz vein with selective sampling.

The results showed vein texture in research area in the form of massive, banded, crustiform, comb, and cockade. The dominant vein texture contains a base metal and into the Crystalline Quartz (X) Super Zone.

Mineragraphy analysis results from 3 quartz vein samples showed mineral content of chalcopyrite, sphalerite, tennantite, galena, covellite, native element Au and Ag. It proves that the research area is a place of accumulation of base metal minerals and little precious metals from the epithermal mineralization system.

Keywords : Chalcopyrite, covellite, galena, mineragrafi, quartz vein

INTISARI

Dusun Dagen dan sekitarnya memiliki potensi sumberdaya logam dan sistem mineralisasi epitermal yang ditandai dengan kehadiran alterasi dan urat kuarsa sulfida. Urat tersebut terbentuk akibat dari proses pengisian pada rekahan oleh larutan hidrothermal. Identifikasi mengenai karakteristik urat perlu dikaji dalam dunia eksplorasi logam guna membantu dalam perkembangan kegiatan eksplorasi mineral logam ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik urat kuarsa yang berkembang dan menentukan sebaran urat serta zonasi pengendapan mineralisasi di daerah penelitian.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2018 yang berlokasi di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur tepatnya terletak pada koordinat antara 536055 – 538104 mN dan 9110712 – 9108008 mE dengan luas daerah penelitian adalah 3.58 km2. Pengambilan sample untuk analisis mineragrafi sebanyak 3 sample urat kuarsa dengan pengambilan sampel secara selektif.

Hasil penelitian menunjukan tekstur urat di daerah penelitian berupa massive, banded, crustiform, comb, dan cockade. Tekstur urat dominan mengandung logam dasar dan masuk ke dalam Zona Super Crystalline Quartz (X). Hasil analisis mineragrafi dari 3 sample urat kuarsa menunjukkan kandungan mineral chalcopyrite, sphalerite, tennantite, galena, covellite, native element Au dan Ag. Hal itu membuktikan bahwa daerah penelitian merupakan tempat akumulasi mineral logam dasar dan sedikit logam mulia dari sistem mineralisasi epitermal.

Kata kunci : Chalcopyrite, covellite, galena, mineragrafi, urat kuarsa

1. PENDAHULUAN

Suhu pembentukan larutan hidrotermal bersama-sama dengan kimia fluida merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam keseluruhan rangkaian proses terbentuknya alterasi dan mineralisasi (Corbett dan Leach, 1996). Tinggi atau rendahnya suhu yang terbentuk dalam proses alterasi dan mineralisasi, akan berpengaruh

(2)

terhadap pembentukan mineral ubahan (alterasi), tekstur urat maupun struktur dari suatu endapan mineral sampai pada jenis dan model endapan mineralisasi (Morrison et al, 1990). Mineral-mineral tersebut dapat menjadi suatu parameter yang dapat membantu dalam menentukan suhu larutan hidrotermal yang terbentuk ketika larutan hidrotermal tersebut naik menuju ke permukaan dan mengubah batuan yang dilalui (wallrock) serta mengendapkan mineral-mineral ekonomis (logam mulia dan logam dasar).

Dusun Dagen dan sekitarnya memiliki potensi sumberdaya logam dan sistem mineralisasi epitermal yang ditandai dengan kehadiran alterasi dan urat kuarsa sulfida. Urat tersebut terbentuk akibat dari proses pengisian pada rekahan oleh larutan hidrothermal. Identifikasi mengenai karakteristik urat perlu dikaji dalam dunia eksplorasi logam guna membantu dalam perkembangan kegiatan eksplorasi mineral logam ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik urat kuarsa yang berkembang dan menentukan sebaran urat serta zonasi pengendapan mineralisasi di daerah penelitian.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2018 di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.

Metode yaitu berupa kompilasi atau penggabungan antara data primer atau data hasil pengamatan langsung di lapangan dan ditambah dengan data sekunder dari literatur atau referensi yang terkait di daerah penelitian (Gambar 1).

Data primer yang diambil antara lain data lapangan berupa data geologi seperti litologi, dan pengambilan data sampel urat/vein di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur (Bakosurtanal, 2001). Kemudian sampel tersebut akan digunakan dalam analisis minergrafi dan slab urat untuk diketahui asosiasi mineralogi (mineral bijih dan mineral gangue) dan karakteristik tekstur uratnya. Adapun runtutan pengambilan data primer akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Secara astronomi terletak pada koordinat antara 536055 – 538104 mN dan 9110712 – 9108008 mE dengan luas daerah penelitian adalah 3.58 km2 (Bakosurtanal, 2001). Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas informasi bahwa daerah ini merupakan daerah alterasi dan mineralisasi yang belum pernah dilakukan penelitian dan karakteristik dari jenis mineralisasinya (Samudra, dkk., 1992). Oleh karena itu, lokasi ini sangat menarik untuk dilakukan penelitian terkait karakteristik urat kuarsa.

2. Pemetaan Alterasi

Pemetaan alterasi dan mineralisasi yang bertujuan untuk mengetahui pola sebaran daerah ubahan beserta mineraloginya, untuk dihubungkan dengan pembentukan urat pada daerah penelitian.

3. Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sampel urat epitermal. Sampel urat epitermal ini kemudian diamati secara megaskopis di lapangan untuk diamati bagaimana kenampakan mineral ubahan yang ada pada urat tersebut. Pada tahap ini sekaligus dilakukan pengamatan tekstur urat kuarsa di lokasi penelitian, yang

(3)

nantinya akan dijadikan sebagai data pelengkap bersamaan dengan data asosiasi mineral (mineral bijih dan mineral gangue) untuk menetukan suhu larutan hidrotermal.

Pengambilan sampel dilakukan pada 3 lokasi. Ketiga lokasi ini merupakan lokasi pengambilan sampel urat, sampel urat yang diambil dalam keadaan tersingkap di permukaan dan tidak dalam keadaan terkubur maupun material lepasan. Selain itu pengambilan sampel ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik pada masing-masing urat dengan analisis laboratorium berupa analisis mineragrafi dan analisis slab urat.

4. Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium yang dilakukan adalah analisis sayatan poles mineragrafi dan slab urat. Analisis ini dilakukan pada sampel urat yang diambil pada lokasi pengambilan sampel dengan tujuan agar mendapatkan informasi mengenai asosiasi mineral logam serta penambahan data mengenai tekstur urat yang sulit teramati di lapangan. Analisis sayatan poles mineragrafi ini, mulai dari preparasi sampai pada analisis mineral secara mikroskopis dilakukan di Laboratorium Geologi Optik yang beralamat di Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika No. 2 Kampus UGM lantai 3 Bulaksumur, Yogyakarta 55281.

Sedangkan pemotongan dan pemolesan sampel urat dilakukan di Laboratorium Geologi Teknik dan Tata Lingkungan yang beralamat di Jalan I Dewa Nyoman Oka No. 32, Kotabaru, Yogyakarta.

Data sekunder yang digunakan dalam mendukung penelitian ini yaitu berupa buku, jurnal, maupun paper, yang berkaitan dengan judul dari penelitian.

Kegiatan lapangan, peralatan lapangan dan alat tulis yang digunakan dalam menunjang penelitian sebagai berikut :

1. Adapun alat-alat lapangan yang digunakan antara lain:

a. Palu Geologi g. Loupe dan scrabber

b. Kompas Geologi jenis Brunton h. Kamera c. Alat tulis dan buku catatan lapangan i. Meteran

d. GPS Garmin tipe 64S j. Plastik sampel atau karung

e. Peta Dasar skala 1:12.500 k. Jas hujan/raincoat f. Ransel, sepatu dan rompi lapangan l. HCl 0.1 N

2. Adapun alat-alat laboratorium yang digunakan antara lain:

a. Mikroskop trinokuler Euromax (Holland) terintegrasi dengan kamera dan komputer b. Lembar deskripsi mineragrafi

c. Alat pemotong batuan (gerinda)

d. Amplas berbagai ukuran (200, 400, 1000, 2000) e. Alat tulis lengkap

(4)

Gambar 1. Bagan alir pengumpulan data penelitian (Penyusun, 2018)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan pada batuan alterasi di lokasi penelitian bertujuan untuk mengetahui sebaran pola alterasi yang berkembang pada daerah penelitian, sekaligus mengamati asosiasi mineral ubahan yang muncul pada masing- masing pola alterasi yang hadir di daerah penelitian.

3.1 Alterasi dan Asosiasi Mineralogi Daerah Penelitian

Pada daerah penelitian jenis alterasi yang berkembang ada dua jenis antara lain alterasi propilitik dan alterasi argilik. Alterasi propilitik hadir di lapangan dengan asosiasi mineral ubahan yang ada berupa klorit–zeolit–

smektit–epidot– kuarsa. Mineral klorit memiliki kenampakan warna hijau sampai hijau tua dan berkilap tanah, mineral zeolit di lapangan dijumpai dengan warna hijau susu atau hijau keputih-putihan dengan kilap tanah, sedangkan mineral epidot dijumpai dengan warna hijau muda kusam agak kecokelatan, hadir secara tidak merata dan biasanya berada pada dekat zona pengisian larutan hidrotermal.

Hasil pengamatan lapangan, alterasi propilitik ini dominan dijumpai pada litologi basalt andesitik dimana dari pengamatan dan interpretasi mineral-mineral ubahan yang hadir pada alterasi ini diinterpretasikan hasil dari ubahan mineral-mineral primer batuan asal dengan komposisi dominan mineral mafik seperti piroksen dan amfibol yang kontak dengan larutan hidrotermal sehingga mineral-mineral tersebut terubah menjadi klorit, zeolit dan epidot.

Jenis alterasi berikutnya yang dijumpai di daerah penelitian yaitu alterasi argilik dengan asosiasi mineral yang hadir berupa mineral-mineral lempung antara lain kaolinit–illit–smektit. Mineral kaolin memiliki ciri-ciri kenampakan berupa warna putih susu, kilap tanah dengan karakteristik yang lebih lunak dan lebih halus ketika digesekan dengan telapak tangan (seperti sabun). Mineral lempung selanjutnya adalah illit dengan kenampakan fisik di lapangan berwarna putih kusam sedikit keabuan, kilap tanah, memiliki tekstur yang sedikit lebih kasar ketika digesekan dengan telapak tangan. Sedangkan mineral smektit memilki karakteristik yang sama dengan illit, namun perbedaannya di lapangan adalah warna smektit lebih abu-abu kusam kebiruan. Persebaran dari alterasi argilik ini meliputi dari litologi tuf karbonatan dan intrusi andesit porfiritik yang diinterpretasikan sebagai interaksi

(5)

dari larutan hidrotermal yang mengubah mineral-mineral primer seperti feldspar yang kemudian terubah menjadi mineral-mineral lempung (Gambar 2).

Gambar 2. a. Kenampakan alterasi propilitik berupa mineral klorit pada LP 20 (kamera menghadap ke arah utara) dan b. Kenampakan alterasi argilik berupa mineral kaolin dan oksidasi besi pada LP 8 (kamera menghadap ke arah timur) (Penyusun, 2018)

Salah satu parameter penting yang digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik urat selain pengamatan tekstur urat, mineralogi urat dan mineral ubahan (alterasi) adalah asosiasi dari mineral pengganggu (gangue). Mineral gangue juga merupakan suatu bagian parameter yang tidak kalah penting dimana kehadiran dari mineral-mineral ini hadir berasosiasi dengan mineral-mineral logam dan ubahan yang nantinya juga akan mengarahkan kita pada interpretasi suhu larutan hidrotermal dengan mengkaitkan dengan beberapa klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini. Mineral gangue yang dijumpai pada daerah penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini agar dapat dipahami karakteristiknya.

Tabel 1. Beberapa jenis mineral gangue pada daerah penelitian (Penyusun, 2018) No. Mineral

gangue Deskripsi

1 Klorit Berwarna hijau – hijau tua keruh, kilap seperti tanah, bentuk berupa agregat-agregat butiran (amorf) jika diamati dengan menggunakan loupe, keberadaannya hampir pada seluruh basalt andesitik dan pada dinding-dinding urat sebagai penciri alterasi propilitik.

2 Epidot Berwarna hijau muda agak kusam kilap seperti tanah, bentuk berupa agregat-agregat butiran (amorf) jika diamati dengan menggunakan loupe, keberadaannya mengisi pada tubuh urat sebagai penciri alterasi propilitik

3 Kuarsa Berwarna putih pucat kemerahan terkadang putih susu, kilap kaca, bentuk berupa agregat butiran dan amorf dengan keterdapatan yang cukup melimpah di sepanjang tubuh urat.

4 Mineral lempung

Mineral lempung berwarna putih keabu-abuan sampai abu-abu kebiruan, kilap seperti tanah, kelimpahannya cukup banyak pada zona alterasi namun kurang melimpah pada tubuh urat. Jenis mineral lempung yang sering hadir berupa kaolinit, illit dan smektit pada beberapa urat dan zona alterasi.

(6)

3.2 Lokasi Pengambilan Sampel Urat

Pengumpulan data urat/vein dilakukan di tiga lokasi pengamatan yaitu lokasi pengamatan 4, lokasi pengamatan 18 dan lokasi pengamatan 19 (Tabel 2).

Tabel 2. Data pengamatan tekstur urat dan mineralogi urat secara megaskopis di lapangan (Penyusun, 2018)

No.

Sampel Urat / Kode

Sampel

Jenis Tekstur

Urat

Deskripsi Foto Sampel Urat

1 LP 4

(VGe 1/M/1) Koordinat:

9109693 mE 536521 mN

Massive - banded - crustiform - comb - cockade

a. Warna; putih pucat sedikit kehijauan.

b. Alterasi tubuh urat;

silisifikasi - propilitik kuat c. Tekstur; Vein Massive-

banded-crustform-comb- cockade dengan tebal lapisan kurang lebih 10 cm.

d. Geometri struktur: Tension Fracture dengan lebar 70 cm, panjang urat tersingkap sekitar 20 m. Memiliki kenampakan mengikuti geometri kekar yang terbentuk sebelumnya dengan arah tenggara – barat laut yaitu N 140oE

e. Mineral sekunder; klorit, kuarsa, mineral lempung.

f. Mineral logam: kalkopirit, pirit dan sfalerit dengan ukuran sedang – sangat halus dapat teramati dengan menggunakan loupe, terkadang dijumpai stanning malachite pada tubuh urat sebagai proses supergene enrichment pada mineral tembaga.

Foto singkapan:

(7)

g. Genesa : terbentuk sebagai endapan open space infiling akibat adanya struktur geologi berupa kekar.

h. Lingkungan: Epitermal sulfidasi rendah.

2 LP 19

(VGe 2/M/2) koordinat 9109600 mE 536950 mN

Massive- banded- cockade/

breccia- disseminat ed sulfide

a. Warna; putih susu agak kuning merah kecokelatan.

b. Alterasi tubuh urat; silifikasi- arigilik intens

c. Tekstur; Vein Massive- banded-cockade-

disseminated sulfide dengan tebal lapisan kurang lebih 10-30 cm.

d. Geometri struktur: Breccia Vein, dengan lebar 580 cm, panjang urat tersingkap sekitar 150 m. Memiliki kenampakan mengikuti geometri sesar yang terbentuk sebelumnya dengan arah utara – selatan yaitu N 170oE

e. Mineral sekunder; illit, kaolinit, kuarsa f. Mineral logam: pirit,

kalkopirit, sfalerit, dan tennantit dengan ukuran sedang – sangat halus dapat teramati dengan

menggunakan loupe, dijumpai mineral-mineral oksida seperti hematit dan limonit pada bagian tepi urat dan terkadang mengisi pada

Foto singkapan:

(8)

veinlet-veinlet sebagai hasil dari oksidasi mineral pirit.

g. Genesa : terbentuk sebagai endapan open space infiling akibat adanya struktur geologi berupa sesar.

h. Lingkungan: Epitermal sulfidasi rendah.

3 LP 18

(VGe 3/M/3) koordinat 9109499 mE 537144 mN

Massive – banded comb

a. Warna; cokelat kemerah- merahan kusam.

b. Alterasi tubuh urat; silifikasi - propilitik kuat membentuk halo alterasi

c. Tekstur; Vein Massive- Banded-Comb dengan tebal lapisan kurang lebih 7 cm.

d. Geometri struktur: Tension fracture, dengan lebar 60 cm, panjang urat tersingkap sekitar 50 m. Memiliki kenampakan mengikuti geometri kekar yang terbentuk sebelumnya dengan arah tenggara – baratlaut yaitu N 125oE e. Mineral sekunder; klorit dan

kuarsa

f. Mineral logam: kalkopirit, pirit dan sfalerit dengan ukuran kasar – sangat halus dapat teramati dengan menggunakan loupe, terkadang dijumpai mineral tennantit disseminated halus dan dijumpai mineral- mineral oksida seperti

Foto singkapan:

(9)

hematit dan ilmenit pada bagian tubuh urat sebagai hasil dari oksidasi mineral pirit.

g. Genesa : terbentuk sebagai endapan open space filling akibat adanya struktur geologi berupa kekar.

h. Lingkungan: Epitermal sulfidasi rendah.

3.3 Hasil Analisis Laboratorium

Data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium dalam penelitian ini berupa data analisis sayatan poles mineragrafi dan slab urat. Proses preparasi sampel ini bertujuan sebagai data tambahan untuk mengetahui asosiasi mineral logam dan tekstur urat pada daerah penelitian. Analisis mineragrafi dan slab urat dilakukan pada sampel-sampel urat yang ada di lapangan dan sudah dipilih secara representatif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kehadiran mineral-mineral logam yang tidak dapat teramati dengan pengamatan megaskopis serta tekstur urat yang sulit diamati di lapangan.

Asosiasi mineral logam yang diamati secara megaskopis relatif berupa pirit, kalkopirit, sfalerit, oksida hematit dan ilmenit serta dijumpai mineral tennantit secara minor, sedangkan pada tekstur urat cenderung lebih dijumpai tekstur massive, cockade, banded, dan disseminated sulfide. Sehingga analisis slab urat dan minergrafi perlu dilakukan dalam penelitian ini agar mendapatkan keakuratan data yang lebih baik. Sampel yang akan dianalisis terdiri dari tiga sampel urat yang sudah diambil langsung dari tubuh urat secara representatif (Gambar 3 dan Gambar 4).

Gambar 3. Beberapa sampel urat yang diambil dari lapangan a. Sampel urat LP 4, b. Sampel urat LP 19, c. Sampel urat LP 18, sampel tersebut sudah dipotong dan kemudian akan dilakukan preparasi sayatan poles mineragrafi (Penyusun, 2018)

(10)

Gambar 4. Sampel sayatan poles mineragrafi dari beberapa sampel urat yang telah diambil di lapangan, A. Sampel urat LP 4, B. Sampel urat LP 19, dan C. Sampel urat LP 18 (Penyusun, 2018)

3.4 Karakteristik Urat berdasarkan analisis mineragrafi

Analisis sayatan poles mineragrafi dapat menjelaskan asosiasi mineralogi urat dan karakteristik orientasi mineral pada tubuh urat. Hasil analisis mineragrafi pada sampel vein 1 menunjukan kehadiran mineral pirit, kalkopirit, sfalerit, tennantit, tetrahidrit, kovelit dan hematit (Gambar 5). Dari pengamatan sampel tersebut, mineral tembaga (Cu) dominan hadir pada pengamatan sampel dan dijumpai tekstur sekunder pada mineral kalkopirit berupa tekstur penggantian (replacement) dimana mineral kalkopirit tergantikan oleh mineral kovelit, hal ini ditunjukkan pada tubuh mineral kalkopirit yang menunjukan kenampakan bergradasi dengan mineral kovelit pada pengamatan mineragrafi sedangkan mineral hematit merupakan hasil dari proses oksidasi mineral-mineral yang mengandung unsur besi (Fe) seperti pirit dan kalkopirit. Selain itu dari pengamatan mineragrafi, sampel vein 1 diinterpretasikan sebagai base metal vein dengan hadirnya mineral-mineral seperti kalkopirit dan sfalerit yang melimpah.

Gambar 5. Sayatan poles mineragrafi sampel vein 1 pada LP 4 keterangan: py : pirit; cpy: kalkopirit; sph: sfalerit;

cov: kovelit; ten: tennantit; ted: tetrahidrit; dan hem: hematit (Penyusun, 2018)

(11)

Asosiasi mineral yang hadir pada sampel vein 2 menunjukan kehadiran mineral pirit, kalkopirit, sfalerit, tennantit, tetrahidrit, kovelit, hematit, emas dan perak (Gambar 6). Dari pengamatan sampel vein 2 cenderung memperlihatkan mineral pirit, kalkopirit dan sfalerit yang dominan, namun pada beberapa pengamatan dijumpai mineral natif emas dan perak. Sampel vein 2 diindikasikan sebagai base metal vein berdasarkan kehadiran mineral- mineral logam dasar seperti kalkopirit, sfalerit dan pirit yang sangat melimpah dan berukuran besar (euhedral), sedangkan mineral natif emas dan perak hadir dalam inklusi mineral pirit dan mengambang pada massa dasar, kedua mineral ini bersifat minor saja.

Gambar 6. Sayatan poles mineragrafi sampel vein 2 pada LP 19 keterangan: py : pirit; cpy: kalkopirit; sph: sfalerit;

au: emas; ag: perak; cov: kovelit; ten: tennantit; ted: tetrahidrit; dan hem: hematit (Penyusun, 2018)

Asosiasi mineral pada sampel vein 3 menunjukan kehadiran asosiasi mineral logam yaitu pirit, kalkopirit, sfalerit, galena dan kovelit (Gambar 7). Pada sampel tersebut dijumpai tekstur sekunder berupa tekstur penggantian (replacement) dari mineral kalkopirit dengan kovelit dan tekstur eksolusi (pendinginan) berupa belbs texture oleh mineral kalkopirit yang tumbuh pada tubuh mineral sfalerit (chalcopyrite disease). Dari pengamatan sampel vein 3 dapat diinterpretasikan sampel tersebut masih termasuk dalam base metal vein dengan kehadiran mineral logam dasar seperti kalkopirit, sfalerit dan galena.

(12)

Gambar 7. Sayatan poles mineragrafi sampel vein 3 pada LP 19 keterangan: py : pirit; cpy: kalkopirit; sph: sfalerit;

gln: galena; dan cov: kovelit (Penyusun, 2018)

4. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengamatan, pengambilan data geologi dan karakteristik urat kuarsa di daerah penelitian, dapat disimpulkan:

1. Sayatan poles mineragrafi pada lokasi pengambilan sampel 4, 18 dan 19 menunjukan adanya tekstur khusus berupa replacement pada mineral kalkopirit dan kovelit yang diakibatkan oleh proses kimia. Proses kimia tersebut diinterpretasikan sebagai proses pelepasan ion Fe pada kalkopirit (CuFeS2) sehingga terjadi pengurangan unsur Fe yang terkandung dan menghasilkan mineral kovelit (CuS). Selain itu dijumpai tekstur khusus pada sampel 18 dimana mineral kalkopirit yang intergrowth dengan mineral sfalerit. Tekstur tersebut berupa tekstur exsolution (belbs texture) dimana kedua mineral ini terbentuk pada saat proses pendinginan larutan hidrotermal yang berangsur cepat sehingga tidak dapat membentuk mineral yang sempurna, akibatkan mineral tersebut terbentuk secara bersamaan dikarenakan kation yang saling berdekatan.

2. Asosiasi mineralogi terdiri dari mineral bijih (ekonomis) seperti Chalcopyrite, sphalerite, tennantite, tetrahedrite, galena, covellite, dan native element gold (Au) dan silver (Ag) serta mineral-mineral gangue (non ekonomis) pada urat terdiri dari chlorite, epidot, quartz, pyrite, mineral lempung dan hematite.

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal. 2001. Peta Rupa Bumi (RBI) Lembar Tegalombo skala 1:25.000. BIG. Bogor.

Corbett, G., and Leach M,T., 1996. Southwest Pasific Rim Gold-Copper Systems: Struktur, Alterations and Mineralization, Manual For an Exploration Workshop, Jakarta.

Morrison, G., Guoyi, D. and Jaireth, S. 1990. Textural Zoning In Epithermal Quartz Veins. Townsville: Klondike Exploration Services.

Samudra, H.; Gafoer, S.; dan Tjokrosapoetro, S. 1992. Peta Geologi Lembar Pacitan, Jawa Sekala 1:100.000.

Puslitbang Geologi. Bandung.

Gambar

Gambar 1. Bagan alir pengumpulan data penelitian (Penyusun, 2018)
Tabel 1. Beberapa jenis mineral gangue pada daerah penelitian (Penyusun, 2018)  No.  Mineral
Tabel 2. Data pengamatan tekstur urat dan mineralogi urat secara megaskopis di lapangan (Penyusun, 2018)
Foto singkapan:
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mempertimbangkan faktor-faktor pada no 1 tersebut diharapkan dapat meminimumkan biaya yang dilakukan oleh terpilihnya lokasi tertentu. Biaya kebutuhan modal

Bukan hanya sagu yang bisa di makan dan menjadi kuliner terkenal dari papua akan tetapi ulat yang terdapat dalam pohon sagu tersebut juga sangat terkenal dan memiliki banyak

berdasarkan ter'adinya displasia epitel dan keganasan yaitu> HPVtipe 9 dan 11 merupakan tipe virus yang dianggap beresiko onkogenik rendah (low risk ) yang dianggap lebih

Pernyataan kejadian khusus dan keberatan saksi yang berhubungan dengan rekapitulasi penghitungan suara dalam Pemilu Tahun 2OL4 (Model DD-2). Penyampaian Berita Acara dan

wilayah perkotaan. Sebagian besar wilayah perkotaan memiliki presentase kualitas hunian yang baik sekitar 60%. Jumlah ini menggambarkan sebagian besar masyarakat

5) Tercapainya peningkatan peringkat Unpad di tingkat internasional ; dengan memfasilitasi peningkatan mutu proses pembelajaran secara

1) Secara umum arah kebijakan penataan ruang Kabupaten Gayo Lues sebagaimana ditetapkan dalam tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Gayo Lues tidak

semua pihak pada upaya IMDIA yang berpusat pada pengembangan SDM Mold & Die sejak didirikan. Meskipun demikian dikarenakan perekonomian Indonesia yang mengalami kemajuan