• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 6 Ulat Sagu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kelompok 6 Ulat Sagu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ISBD

KEBUDAYAAN MEMAKAN ULAT SAGU DI PAPUA

Diusulkan oleh :

CHORY NUR FADILLA (2015.02.007)

HILDA RIVA FADHILLA (2015.02.017)

KETUT TEGUH SETIABUDI (2015.02.018)

OKE PUSPITA ANGGRAINI (2015.02.031)

SHERLY RINIENDA VIALLY (2015.02.039)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN BANYUWANGI SI KEPERAWATAN

BANYUWANGI APRIL 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul " KEBUDAYAAN MEMAKAN ULAT SAGU DI PAPUA ". Selama pembuatan makalah ini, kami juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dita Amanda, selaku dosen pengajar Ilmu sosial dan budaya yang memberikan bimbingan, saran, dan juga ide.

2. Rekan – rekan yang memberikan dorongan, dan juga masukan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca yang budiman sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima kasih.

Banyuwangi, April 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan ...1

B. Rumusan Masalah ...2

C. Tujuan Penulisan ...2

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah dan Mekanisme memakan Ulat Sagu ...3

B. Perkembangan budaya hingga saat ini ...3

C. Kelompok yang melestariakan kebudayaan tersebut ...5

D. Hubungan budaya tersebut dengan kesehatan ...6

E. Pandangan segi kesehatan terhadap kebudayaan tersebut ...6

F. Peran Tenaga Kesehatan dalam menyikapi kebudayaan ...8

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...9

B. Saran ...9

PERTANYAAN DISKUSI ...10

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan

Menurut Larson dan Smalley (1972: 39) Kebudayaan sebagai "blue print" yang memandu perilaku orang dalam suatu komunitas dan diinkubasi dalam kehidupan keluarga. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk hanya sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis yang sulit ditembus karena terdiri atas lembah-lembah hutan yang curam dan pegunungan tinggi. Keadaan tanah Papua berasal dari batuan sedimen yang kaya mineral, kapur dan kuarsa dan berpotensi sebagai tanah pertanian. Hutan bagi masyarakat Papua adalah gudang makanan sebab di dalam terdapat berbagai sumber kehidupan sehari-hari bagi kelangsungan hidup mereka dari generasi ke generasi utamanya

(5)

makanan pokok yaitu pohon sagu. Di dalam pohon sagu sendiri terdapat larva yang biasanya berkembang menjadi ulat sagu. Ulat sagu merupakan hal unik yang menjadi khas Papua sebab dari zaman nenek moyang suku pedalaman mengambil ulat sagu sebagai makanan pendamping.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat sebagai berikut :

1. Sejarah munculnya dan mekanisme kebudayaan memakan ulat sagu di Papua?

2. Perkembangan kebudayaan memakan ulat sagu di Papua hingga saat ini? 3. Kelompok yang melestarikan kebudayaan memakan ulat sagu di Papua? 4. Hubungan budaya kebudayaan memakan ulat sagu di Papua dengan

kesehatan?

5. Pandangan segi kesehatan terhadap kebudayaan memakan ulat sagu di Papua?

6. Peran tenaga kesehatan dalam menyikapi kebudayaan memakan ulat sagu di Papua?

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang kebudayaan memakan ulat sagu di papua

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sejarah munculnya dan mekanisme kebudayaan memakan ulat sagu di Papua

b. Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan memakan ulat sagu di Papua hingga saat ini

c. Untuk mengetahui kelompok yang melestarikan kebudayaan memakan ulat sagu di Papua

d. Untuk mengetahui Hubungan budaya kebudayaan memakan ulat sagu di Papua dengan kesehatan

e. Untuk mengetahui Pandangan segi kesehatan terhadap kebudayaan memakan ulat sagu di Papua

f. Untuk mengetahui Peran tenaga kesehatan dalam menyikapi kebudayaan memakan ulat sagu di Papua

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah dan mekanisme kebudayaan memakan ulat sagu

Ulat sagu sudah dikonsumsi lama oleh masyarakat di Papua secara turun-temurun. Dari nenek moyang terdahulu, masyarakat papua meyakini bahwa ulat sagu yang begitu melimpah disekitar rumah mereka itu memiliki khasiat. Namun mereka belum mengadakan penelitian dikarenakan keterbatasan alat pada zaman dahulu dan pengetahuan mereka yang sangat minim. Hal ini terlihat dari beberapa kepercayaan masyarakat papua tentang agama. Menurut peneliti dan antropolog Belanda Van der Leeden(1980-22) agama Kristen pada pertengahan abad ke 19, jadi sekitar enam abad sesudah masuknya agama Islam di Raja Ampat dan FakfakTapi tidak dipungkiri bahwa masyarakat papua masih memeluk aliran animisme dan dinamisme. Aliran – aliran ini lah yang membuat mereka tidak mengetahui adanya informasi tentang nutrisi apa saja yang ada dalam ulat sagu.

B. Perkembangan kebudayaan hingga saat ini

Kita mengenal Papua dengan berbagai macam jenis keragamannya. Bukan hanya budaya atau kebiasaanya, tapi juga makanan dan berbagai tempat-tempat yang menjadi perhatian seluruh dunia seperti keindahan papua yang masih murni dan lain sebagainya. Semua mata tertuju pada keunikan yang terdapat di Papua sampai saat ini. Papua adalah sebuah kawasan yang sebagian besar adalah terdiri dari orang-orang pendatang. Salah satu keunikan papua adalah datang dari makanan yang sederhana tetapi memiliki banyak protein, khasiat dan manfaatnya, salah satunya adalah Sagu. Sagu adalah makanan pokok masyarakat asli papua. Sejak dulu hingga saat ini sagu tetap di jaga dan dilestarikan. Sagu adalah makanan yang di cintai oleh masyarakat pendatang. Bukan hanya sagu yang bisa di makan dan menjadi kuliner terkenal dari papua akan tetapi ulat yang terdapat dalam pohon sagu tersebut juga sangat terkenal dan memiliki banyak protein dan gizi yang menjadi perhatian masyarakat dunia. Sulit membayangkan ulat sebagai makanan untuk dikonsumsi sehari-hari karena mengganggu nafsu makan kita atau bahkan melenyapkan nafsu makan karena rasa jijik yang timbul. Namun ternyata tidak semua ulat harus dibayangkan sebagai sesuatu yang menjijikan. Salah satunya adalah ulat sagu yang nama latinnya Rhynchophorus ferruginenus.

Mungkin telah ratusan tahun, sejak Orang Papua mendiami dataran yang bernama New Guinea. Ulat sagu telah dikonsumsi oleh orang asli Papua. Di Papua, ulat sagu didapat dengan cara menebang pohon sagu (setelah dipangkur/diambil sarinya untuk sagu) kemudian batangnya dibiarkan membusuk. Ulat sagu dapat diperoleh dari alam, yaitu dari limbah panen pohon masak tebang, kurang lebih 1-2 m pada bagian atas batang hingga pucuk.

(7)

Panen ulat sagu secara alami dilakukan dengan mencari limbah pucuk atau batang sagu yang telah berumur 30-40 hari setelah ditebang. Panen ulat sagu secara alami hanya dapat dilakukan satu kali pada tiap gelondong limbah sagu. Hal ini karena pada waktu memanen ulat sagu, media tumbuh (gelondong) batang sagu dirusak (dibelah). Selain itu, teknologi budi daya ulat sagu dapat didasarkan pada daur hidup kumbang merah kelapa.Kumbang terbang pada siang hari dan biasanya tertarik pada batang sagu (juga batang tebu) yang telah ditebang dan agak membusuk. Pada waktu akan bertelur, kumbang betina membuat lubang dengan sungutnya pada bagian batang yang luka atau busuk (layu). Lubang sedalam 3 mm diisi 400-500 butir telur. Periode bertelur berlangsung 1-3 bulan. Telur akan menetas dalam 2-3 hari. Larva yang baru menetas masuk ke dalam pucuk batang dan memakan jaringan yang lunak serta membuang bagian yang berserat ke luar lubang, sehingga di luar lubang akan terlihat adanya getah dengan kotoran dan bekas makanan yang berbau tajam. Periode larva berlangsung sekitar 2 bulan. Larva dapat tumbuh hingga panjang 5 cm dan lebar bagian tengah 2 cm. Saat akan menjadi pupa, larva membuat kepompong dari serat berbentuk silindris. Fase pupa berlangsung 2-3 minggu. Daur hidup kumbang kelapa lebih kurang 3,50-7 bulan. Penelitian dan pengkajian tentang pemanfaatan sumber daya lokal untuk pakan ternak telah banyak dilakukan guna memenuhi kebutuhan protein bagi ternak, seperti penggunaan rayap dan cacing tanah untuk pakan ayam buras atau bekicot (keong) untuk pakan itik (Tiro et al . 2002; Uhi dan Hetharia 2002; Usman et al. 2002; Matitaputty 2003). Hasil pengkaji menunjukkan serangga dapat dimanfaatkan dalam membuat pakan unggas. Berdasarkan hasil analisis proksimat, ulat sagu mengandung protein 13,80%, lemak 18,09%, dan air 64,21% (Wikanta 2005). Ulat sagu juga mengandung berbagai asam amino esensial yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi alternatif sumber protein dalam pakan ternak. Dalam beberapa kelompok masyarakat di Papua, ulat sagu biasanya dimasukkan ke dalam sagu yang akan dibakar sebagai isinya. Selain rasanya yang lezat, diyakini juga ulat sagu bisa menjadi makanan suplemen untuk kesehatan. Proteinnya yang tinggi serta tidak mengandung kolesterol dan lemak dapat menjadi penambah tenaga. Selain dimasukkan dalam sagu yang dibakar, ulat sagu juga dapat dibakar langsung untuk dikonsumsi. Biasanya, ulat sagu itu ditusuk seperti sate lalu dibakar (diasar/asap) hingga matang. Ulat sagu yang mengkerut setelah dibakar ini meninggalkan rasa gurih di lidah karena protein yang lumer dalam tubuh ulat tersebut setalah dibakar. Bagian kepalanya yang renyah mengingatkan kita pada rasa kulit ari jagung yang dibakar. Pilihan lain selain dibakar, ulat sagu digoreng hingga gurih sebelum dikonsumsi. Juga nikmat dibuat sambal ulat sagu yang pedas dan asam menyegarkan. Bagi yang suka atau terbiasa, ulat sagu dapat dimakan mentah atau hidup-hidup. Namun bagi orang yang biasa alergi dengan makanan yang

(8)

tidak cocok dengan darahnya, ulat sagu mungkin tidak cocok juga untuk dikonsumsi karena akan menimbulkan alergi yang sama.

C. Kelompok yang melestarikan kebudayaan tersebut

1. Suku Asmat

a. Pengetahuan mengenai alam sekitar

Orang Asmat berdiam di lingkungan alam terpencil dengan rawa-rawa berlumpur yang ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu dan lainnya. Perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5 meter. Pengetahuan itu dimanfaatkan oleh orang Asmat untuk berlayar dari satu tempat ke tempat lain. Pada waktu pasang surut, orang berperahu ke arah hilir atau pantai dan kembali ke hulu ketika pasang sedang naik.

b. Pengetahuan mengenai alam flora dan fauna di daerah tempat tinggal Pohon sagu banyak tumbuh di daerah dimana Suku Asmat tinggal. Oleh karenanya, makanan pokok Suku Asmat adalah sagu dengan makanan tambahan seperti ubi-ubian dan berbagai jenis daun-daunan. Mereka juga memakan berbagai jenis binatang seperti, ulat sagu, babi hutan, burung, telur ayam hutan, dan ikan. Selain itu, gigi-gigi anjing yangtelah mati biasa digunakan sebagai perhiasan.

c. Pengetahuan mengenai zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya

Orang-orang Asmat hanya mengenal 3 warna dalm kehidupannya, yaitu warna merah, putih, dan hitam. Warna merah didapatkan dari

(9)

campuran tanah merah dengan air. Untuk warna putih, orang Asmat membakar semacam kerang yang kemudian ditumbuk dan dicampur dengan air. Sedangkan warna hitam diperoleh dengan cara mencampurkan arang dengan air. Ketiga warna ini biasa terlihat pada hasil ukiran dan juga cara berhias yang dilakukan oleh orang-orang Asmat.

d. Pengetahuan mengenai sifat dan tingkah laku (kebutuhan) antar manusia Tempat tinggal suku Asmat yang berada di daerah dataran rendah membuat mereka perlu mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya. Seperti misalnya batu sangat langka di daerah-daerah lumpur berawa-rawa. Mereka telah mengatahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masyarakat mereka sendiri maupun masyarakat di luar daerahnya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, suku Asmat telah mengenal sistem barter. Mereka telah biasa melakukan barter dengan masyarakat lain yang tinggal di daerah dataran tinggi untuk mendapatkan alat-alat seperti kapak, batu, dsb yang memudahkan mereka dalam kehidupannya.

e. Pengetahuan mengenai ruang dan waktu

Untuk memeperoleh bahan makanan di hutan, orang-orang Asmat pun berangkat pergi pada hari Senin dan kembali ke kampung pada hari Sabtu. Selama di hutan, mereka tinggal di rumah sementara yang bernama bivak. Apabila orang-orang Asmat ingin mengambil air minum, maka air minum diambil pada saat air surut, sewaktu air sungai tidak terlalu asin. Air tersebut disimpan dalam tabung bambu yang diperoleh dari hasil penukaran dengan penduduk desa di lereng-lereng gunung. D. Hubungan budaya tersebut dengan kesehatan

Dilihat dari segi kesehatan ternyata ulat sagu memiliki kandungan yang sama dengan sagu. Namun, ini sedikit aneh karena ini adalah ulat yang setelah di makan akan mengeluarkan cairan yang manis. Berdasarkan penelitian, ulat sagu mengandung protein sekitar 9.34%. Ulat ini juga mengandung beberapa asam amino esensial, seperti asam aspartat (1.84%), asam glutamat (2.72%), tirosin (1.87%), lisin (1.97%) dan methionin (1.07%). Sementara bagi dunia kesehatan, manfaat ulat sagu ini memang telah diteliti sebelumnya, dan hasilnya memang agak mirip dengan mitos masyarakat yang meyakini bahwa ulat sagu ini mampu meningkatkan stamina tubuh.

E. Pandangan segi kesehatan terhadap kebudayaan tersebut 1. Protein

a. Manfaat

a.) Protein untuk Pembentukan Janin

(10)

c.) Protein untuk Pemeliharaan Sel Tubuh

d.) Protein Mendukung Metabolisme Tubuh

e.) Protein Meningkatkan Kekebalan Tubuh

f.) Protein Menghasilkan Tenaga

g.) Protein Meningkatkan Kesehatan Jantung

h.) Protein Meningkatkan Kesehatan Kulit, Rambut dan Otot

i.) Protein Meningkatkan Energi

b. Dampak

a). Berat Badan Meningkat b). Merusak Hati dan Otak c). Meningkatkan Kolesterol d). Kerusakan Ginjal

e). Menyebabkan Dehidrasi f). Jumlah kalsium Rendah g). Resiko kanker

h). Mengurangi Ketosis i). Tinggi Asam Urat

j). Masalah keseimbangan Makronutrien untuk Tubuh 2. asam aspartate

a. Manfaat

a). Pengobatan untuk Kelelahan Kronis b). Sistem Kekebalan Tubuh

c). Menjaga Memori Tetap Tajam b. Dampak

a). Menimbulkan Kanker b). Keracunan jika berlebihan 3. Asam Glutamat

a. Manfaat

a). Membantu memperbaiki gangguan kepribadian b). Mengobati permasalahan terkait perilaku b. Dampak

a). Menimbulkan penyakit hati atau ginjal, atau penyakit neurologi 4. Tirosin

a. Manfaat

a). Mengurangi tingkat stress b). Mengurangi kelelahan

c). Mengurangi kekurangan tidur b. Dampak

(11)

b). Sakit perut

c). Ketidaknyamanan usus 5. Lisin

a. Manfaat

a) Meningkatkan pembentukan kolagen

b) Mendukung produksi protein lain seperti enzim, antibodi dan hormone

c) Meningkatkan kesehatan tulang b. Dampak

a). Reaksi alergi b). Gangguan jantung c). Sakit perut dan diare. 6. Methionine

a. Manfaat

a). Menyediakan energi untuk otot

b). Pembentukan kulit, kuku, dan jaringan ikat

c). Membantu mengurangi tingkat inflamasi dalam tubuh b.Dampak

a). Menyebabkan kerusakan otak dan kematian. b). Menyebabkan kerusakan otak dan kematian. c). Pemicu pertumbuhan beberapa jenis tumor F. Peran tenaga kesehatan dalam menyikapi kebudayaan

Sebagai tenaga kesehatan memberikan penyuluhan dan informasi lengkap tentang manfaat dan dampak mengonsumsi ulat sagu. Dari segi kesehatan, ulat sagu banyak memberikan manfaat tetapi alangkah baiknya jika ulat sagu secara baik dan benar dengan cara memasaknya. Ini dapat membuat ulat sagu terhidar dari mikroorganisme, sehingga makanan itu memiliki prinsip bersih.

(12)

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan

Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk hanya sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis. Ulat sagu sudah dikonsumsi lama oleh masyarakat di Papua secara turun-temurun. Dari nenek moyang terdahulu, masyarakat papua meyakini bahwa ulat sagu yang begitu melimpah disekitar rumah mereka itu memiliki khasiat. Ulat sagu adalah larva dari kumbang merah kelapa. Sebagai sumber protein ulat sagu bisa dijadikan bahan subsitusi pakan ternak atau juga lauk bergizi yang bebas kolesterol. Kandungan protein ulat sagu sekitar 9,34%, sedangkan pakan berbahan utama ulat sagu sekitar 27,77%. Selain kandungan protein yang cukup tinggi, ulat sagu juga mengandung beberapa asam amino esensial, seperti asam aspartat (1,84%), asam glutamat (2,72%), tirosin (1,87%), lisin (1,97%), dan methionin (1,07%).Mungkin telah ratusan tahun, sejak Orang Papua mendiami dataran yang bernama New Guinea. Biasanya, ulat sagu itu ditusuk seperti sate lalu dibakar (diasar/asap) hingga matang. Ulat sagu yang mengkerut setelah dibakar ini meninggalkan rasa gurih di lidah karena protein yang lumer dalam tubuh ulat tersebut setalah dibakar. Bagian kepalanya yang renyah mengingatkan kita pada rasa kulit ari jagung yang dibakar. Pilihan lain selain dibakar, ulat sagu digoreng hingga gurih sebelum dikonsumsi. Juga nikmat dibuat sambal ulat sagu yang pedas dan asam menyegarkan. Bagi yang suka atau terbiasa, ulat sagu dapat dimakan mentah atau hidup-hidup. Namun bagi orang yang biasa alergi dengan makanan yang tidak cocok dengan darahnya, ulat sagu mungkin tidak cocok juga untuk dikonsumsi karena akan menimbulkan alergi yang sama.

B.

Saran

Untuk masyarakat papua dalam mengonsumsi ulat sagu sebaiknya diolah dengan benar yaitu memasaknya hingga matang sehingga mengurangi resiko terjangkitnya bakteri yang tidak diketahui di dalam ulat sagu.

(13)

PERTANYAAN DISKUSI

1. Apakah Ulat Sagu mempunyai dampak tersendiri pada seseorang dengan penyakit tertentu?

Jawab : Penyakit tertentu ini misalnya Gagal Ginjal sedangkan Ulat Sagu dikenal oleh masyarakat dunia memiliki banyak Protein. Tentu ini akan menjadi dampak buruk bagi gijalnya. Gagal Ginjal adalah salah satu dampak dari konsumsi protein yang terlalu banyak. Oleh karena itu, bagi seseorang dengan penyakit tertentu hendaknya menghindari memakan Ulat Sagu ini untuk menekan adanya dampak lebih buruk yang bisa ditimbulkan. 2. Apakah Ulat sagu hanya ditemukan di daerah Papua saja?

Jawab : Ulat Sagu didapat dari Pohon Sagu yang telah membusuk antara 30-40 hari. Pohon Sagu ini biasa tumbuh di rawa-rawa berlumpur. Rawa-rawa

berlumpur ini tidak hanya ditumbuhi Pohon Sagu saja tetapi juga Pohon bakau, Nipah , dan lainya dengan perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5 meter. Tanah dengan karakteristik seperti ini tidak hanya ada di Papua bisa saja di Maluku dan daerah Indonesia bagian timur yag menjadikan Sagu untuk makanan pokok mereka.

3. Bagaimana peran Tenaga kesehatan dalam memberikan Penyuluhan?

Jawab : Peran Tenaga Kesehatan dalam memberikan penyuluhan harus tetap menjaga etika dan budaya masyarakat Papua. Tenaga Kesehatan akan melakukan pendekatan terlebih dahulu. Kemudian Tenaga Kesehatan akan menjelaskan tentang bahaya memakan Ulat Sagu secara langsung. Karena pada dasarnya makanan yang akan masuk kedalam tubuh harus dalam keadaan bersih dan terhindar dari mikroorganisme. Ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan dan memasak Ulat sagu itu sendiri.

4. Pada zaman dahulu tidak ada yang dinamakan Peran Tenaga Kesehatan. Lalu bagaimana orang Papua zaman dahulu mengetahui bahwa dia mengalami alergi yang disebabkan oleh memakan Ulat Sagu?

Jawab : Masyarakat pedalam Papua adalah Suku Asmat. Suku Asmat ini memiliki pengetahuan yang sangat minim dapat terlihat dari mereka yang hanya tau pengetahuan dari sisi :

 Pengetahuan mengenai alam sekitar

 Pengetahuan mengenai flora dan fauna di daerah tempat tinggal

 Pengetahuan mengenai zat-zat, bahan mentah dan benda-benda dalam lingkunganya

 Pengetahuan mengenai sifat dan tingkah laku (kebutuhan) antar manusia

(14)

Dapat disimpulkan bahwa Suku Asmat pada zaman dahulu tidak memiliki Pengetahuan Kesehatan. Jadi, Suku Asmat zaman dahulu tidak mengetahui apa itu alergi dan tanda-tanda alergi seperti apa.

5. Apakah Ulat Sagu menjadi makanan sehari-hari atau hanya menjadi makanan masyarakat Papua?

Jawab : Ulat Sagu sudah menjadi makanan sehari-hari karena masyarakat Papua menyakini akan khasiat yang terkandung didalamnya. Juga menjadi makanan khas masyarakat Papua karena Papua menjadi destinasi wisata sehingga banyak pendatang yang menyukai makanan dari Ulat Sagu ini serta mempercayai khasiatnya serta sebagai rasa penghormatan akan budayanya. 6. Mengapa masyarakat Papua menjadikan Ulat Sagu sebagai makanan Khas

mereka padahal itu sengat menjijikan?

Jawab : Sebagian orang memang menganggap itu adalah hal yang menjijiakn namun ini tidak berlaku pada masyarakat Papua. Mereka hanya memanfaatkan apa yang ada di alam mereka. Karena Pohon Sagu sangat melimpah di daerah tempat tinggal mereka. Sagu mereka jadikan sebagai makanan pokok dan Ulat Sagu di jadiakn sebagai makanan yang mengandung Protein dan Gizi tnggi.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Tabloidjubi.2015.Kepercayaan Agama Suku-suku di Tanah Papua,(Online), http://tabloidjubi.com/2015/10/30/kepercayaan-agama-suku-suku-di-tanah-papua/.Diakses: Selasa (13.29)

Kompasiana.2013. Makanan Khas Papua, (Online),

http://www.kompasiana.com/zaenal.abidin88/bukan-hanya-sagunya-tapi-

ulatnya-pun-menjadi-khas-ala-papua-yang-bisa-di-cicipi_551c1922a33311c82ab65a6a2013.Diakses : Selasa (13.51) Fidi.2014.masyarakat dan kebudayaan PAPUA,(Online),

http://fidiatimafika.blogspot.co.id/2014/12/masyarakat-dan-kebudayaan-papua.html. Diakses: Selasa (14.10)

Wijaya, Adi. 2015. Kandungan Gizi dan Manfaat Ulat Sagu ,

(Online),http://permathic.blogspot.co.id/2015/04/kandungan-gizi-dan-manfaat-ulat-sagu.html.Diakses : Selasa (14.23)

Sridianti. 2016.Fungsi dan Manfaat Asam

aspartat,(Online),http://www.sridianti.com/fungsi-dan-manfaat-asam-aspartat.html.Diakses : Rabu ( 15.35)

Aminudin.2016. Efek aspartam,(Online), http://indonesiasehat.net/arya/efek-aspartam-pemanis-aspartam/.Diakses : Rabu (15.49)

Sugeng.2014. Asam glutamat, Sumber, Fungsi, Manfaat, Dosis, dan Efek Samping,(Online), http://www.referensisehat.com/2015/09/asam-glutamat-sumber-fungsi-manfaat-dosis-efek-samping.pdf.html. Diakses : Rabu (15.53) Redaksi Nootritment.2016. L-Tyrosine: Manfaat, Efek Samping dan Dosis Gratis

,(Online),http://nootriment.com/id/tyrosine/.Diakses : Rabu (16.02)

Sugeng. 2015. Lisin (Lysin), Sumber, Fungsi, Manfaat, Dosis dan Efek Samping ,(Online),http://www.referensisehat.com/2015/08/lisin-lysin-sumber-fungsi-manfaat-efek-samping.html. Diakses : Rabu (16.09)

Sugeng. 2015. Metionin (Methionine), Sumber, Fungsi, Manfaat, Dosis dan Efek

samping,(Online),http://www.referensisehat.com/2015/08/metionin-methionine-sumber-fungsi-manfaat-dosis-efek-samping.pdf.html.Diakses : Rabu (16.21)

Referensi

Dokumen terkait

adalah lembaga peradilan yang dibentuk untuk menangani kasus-kasus yang membutuhkan putusan berdasarkan hukum Islam. Kasus yang ditangani lembaga ini adalah kasus

Pada akhir siklus kedua hasil tes menunjukkan bahwa 27 mahasiswa atau sebanyak 90% mahasiswa sudah kompeten, sedangkan tiga mahasiswa lagi atau sebanyak 10%

SMKN 3 Singaraja merupakan salah satu sekolah kejuruan yang ada di Bali, dimana memiliki banyak jurusan dibidang teknologi, salah satunya yaitu multimedia,

[r]

Memperoleh suatu judul Tugas Akhir yang jelas dan layak, dengan suatu penekanan desain yang spesifik sesuai dengan aktualita, urgensi, originalitas/karakter judul dan

1. Pendahuluan  

Pengembangan rencana Induk di Desa Sillu, Kupang, Nusa Tenggara Timur yang dibahas dalam makalah ini adalah bentuk sebuah kepedulian hasil pembelajaran dengan metode

Walaupun dalam rubrik ”Deteksi” Jawa Pos banyak digunakan bentuk interferensi yang merupakan indikator ketidakbakuan dan ketidakcermatan pemakaian ejaan, bukan