• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RASIO UTANG, PROFITABILITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KESEMPATAN INVESTASI PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH RASIO UTANG, PROFITABILITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KESEMPATAN INVESTASI PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RASIO UTANG, PROFITABILITAS,

KEBIJ AKAN DIVIDEN TERHADAP KESEMPATAN

INVESTASI PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG

GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Oleh :

DHIVA PRATAMAYOGA

0712010107 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

PENGARUH RASIO UTANG, PROFITABILITAS,

KEBIJ AKAN DIVIDEN TERHADAP KESEMPATAN

INVESTASI PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG

GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Yang diajukan

DHIVA PRATAMAYOGA

0712010107 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr . Muhadjir Anwar , MM Tanggal :………..

Mengetahui

Wakil Dekan I

(3)
(4)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH RASIO UTANG, PROFITABILITAS, KEBIJ AKAN DIVIDEN TERHADAP KESEMPATAN INVESTASI PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

(5)

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.

7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Analisis Rasio ... 10

2.2.2. Investment Opportunity Set (IOS) ... 23

2.2.3. Proksi IOS ... 24

2.2.4 Leverage ... 31

2.2.5. Dividen ... 35

2.2.6. Pengaruh Kebijakan utang Terhadap Kesempatan Investasi ... 40

(7)

2.3. Kerangka Pikir ... 43

2.4. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 46

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 47

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Perusahaan ... 52

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 52

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 54

4.2. Deskripsi Variabel ... 55

4.2.1. Uji Normalitas ... 55

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 56

4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 58

4.2.4. Hasil Pengujian Uji F dan uji t ... 60

4.3. Pembahasan ... 62

(8)

Keingian Kesempatan Investasi ... 63

4.3.3. Pengaruh Deviden Terhadap Keingian Kesempatan Investasi... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 65

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel ... 56

Tabel 4.2. Data Autokorelasi ... 56

Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 57

Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 58

Tabel 4.5 Koefisien Regresi ... 59

Tabel 4.6 : Hasil Uji F ... 60

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DIVIDEN TERHADAP KESEMPATAN INVESTASI

PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA

Dhiva Pr atamayoga

ABSTRAKSI

Pada beberapa perusahaan Manufaktur sektor otomotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami kecenderungan menurunnya pertumbuhan aktiva pada beberapa perusahaan Manufaktur sektor otomotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal ini menandakan aanya masalah rendahnya investasi pada perusahaan otomotive. Penurunan investasi disebabkan oleh factor kesempatan investasi dan menjadikan investor berfikir panjang untuk menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio utang, profitabilitas, kebijakan dividen perusahan otomotive yang go public terhadap set kesempatan investasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 – 2010 Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda.

Hasil menyimpulkan sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Rasio Hutang tidak memberikan kontribusi terhadap Kesempatan Investasi. Variabel Profitabilitas tidak memberikan kontribusi terhadap Kesempatan Investasi. Variabel Dividen tidak memberikan kontribusi terhadap Kesempatan Investasi

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Investasi merupakan kebijakan yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan.

(13)

menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran diveden dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan deviden.

Dalam manajemen keuangan terdapat banyak metode yang bisa digunakan untuk mengevaluasi dan menilai investasi. Penilaian suatu perusahaan dalam bidang akuntansi dan keuangan sekarang ini masih beragam. Di satu pihak, nilai suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan, khususnya neraca perusahaan yang berisi informasi keuangan masa yang lalu, sementara di pihak lain berangggapan bahwa nilai perusahaan adalah nilai sekarang dari aktiva yang dimiliki perusahaan, bahkan ada yang beranggapan bahwa nilai suatu perusahaaan tercermin dari nilai investasi yang akan dikeluarkan di masa mendatang. Myers, mengemukakan konsep nilai perusahaan sebagai suatu kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan opsi investasi di masa yang akan datang (Gaver dan Gaver, 1993).

(14)

terhadap IOS. Nilai aktiva yang dimiliki (assets in place) dengan opsi investasi di masa akan datang atau kesempatan bertumbuh dalam bentuk kombinasi keunggulan (advantages) dan keterbatasan (limitations) perusahaan akan menentukan potensi pertumbuhan suatu perusahaan. Kesempatan bertumbuh yang diukur dengan investment opportunity set dipengaruhi keunggulan perusahaan dalam bentuk reputasi perusahaan, jenis perusahan multinasional, size dan profitabilitas perusahaan, sedangkan keterbatasan dalam bentuk leverage dan risiko sistematis (AlNajjar dan Belkaoui, 2001). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa IOS berhubungan positif dengan likuiditas, size dan profitabilitas perusahaan, dan berhubungan negatif dengan leverage dan resiko sistematis perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi menandakan kesempatan bertumbuh perusahaan cenderung rendah. Hal ini dikarenakan oleh lebih banyak aktiva lancar yang ada di perusahaan dibandingkan dengan aktiva tetapnya. Aktiva tetap juga mengalami penurunan nilai dikarenakan oleh adanya factor penurunan ekonomi atau depresiasi. Pada tahap ini juga banyak aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dijual oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kaaro dan Hartono (2002) menunjukkan hasil yang signifikan antara likuiditas dengan kesempatan bertumbuh perusahaan.

(15)

memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang. Hubungan antara profitabilitas dan investment opportunity set yang dilakukan pengujiannya oleh Al Najjar dan Belkaoui (2001) serta Lestari (2004) menunjukkan hasil yang signifikan positif. Penelitian yang dilakukan oleh Pagalung (2002) antara likuiditas dengan IOS tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Kebijakan dividen perusahaan menunjukkan tingkat efektivitas yang ada pada perusahaan. Semakin tinggi tingkat kebijakan dividen yang ada pada perusahaan semakin besar aliran kas yang diterima perusahaan berarti semakin efektif dalam mengelola kebijakan dividen transaksi yang ada di perusahaan. Adanya tingkat efektivitas yang tinggi menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan yang tinggi pada masa mendatang.

(16)

2,1 persen tahun 2009. Industri manufaktur nonmigas yang tumbuh 5,1 persen tahun 2007 kini hanya 2,5 persen.

Kontribusi manufaktur Indonesia terhadap ekonomi nasional cenderung flat, yaitu 27-28 persen. Imbas krisis ekonomi memang sempat menekan kontribusinya menjadi 26,3 persen pada tahun 2009. Namun, perlu disadari, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara tetangga, khususnya di kawasan ASEAN. Nilai dasar ekspor manufaktur yang makin tinggi cenderung membuat tren pertumbuhannya melambat. Pada tahun 2008-2009, laju pertumbuhan ekspor manufaktur pun anjlok akibat turunnya permintaan global.

(17)

Tabel 1.1. Data Per tumbuhan Aktiva Per usahaan Manufaktur Sektor

Pt. Hexindo Adiperkasa Tbk 0.1193 0.3288 0.1017 0.1003

PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk 0.4062 0.1367 0.0870 0.0018

PT. Indospring Tbk 0.2215 0.5322 0.0870 0.0018

PT. Intraco PentaTbk 0.0384 0.3165 0.0859 0.0516

PT. United Tractor 0.1560 0.7571 0.0681 0.0348

PT. Tunas Riclean 0.1705 0.0711 0.4766 0.0896

PT. Astra Internasional Tbk 0.0965 0.2972 0.1015 0.0754

PT. Multi Shada Arak Saraua 0.2549 0.3222 0.0660 0.0079

PT. Nipress Tbk 0.3084 0.1279 0.0323 0.0165

PT. Prima Alloy Steel Tbk 0.0846 0.0227 0.2423 0.0093

PT. Sugi Sama Persada Tbk 0.0480 0.2113 0.1455 0.0303

Sumber : data diolah.

Berdasarkan table diatas dapat dilihat terjadinya kecenderungan menurun pertumbuhan aktiva pada beberapa perusahaan Manufaktur sektor otomotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal ini menandakan aanya masalah rendahnya investasi pada perusahaan otomotive. Penurunan investasi disebabkan oleh factor kesempatan investasi fundamental perusahaan, seperti rasio utang, profitabilitas, kebijakan dividen.

(18)

positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut

Profitabilitas yang tinggi memberikan signyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Sebagian dari profitabilitas tersebut akan ditanamkan lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatkan perusahaan.

Rasio kebijakan dividen juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk kegiatan operasi maupun jangka panjang). Misalnya untuk meningkatkan penjualan akan membutuhkan tambahan aset. Rasio kebijakan dividen memungkinkan para analis menduga kebutuhan ini serta menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan aset yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat investasi.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung untuk memperkecil utang. Ini dikarenakan oleh semakin tinggi tingkat utang perusahaan akan semakin tinggi kemungkinan perusahaan diprediksi mengalami kebangkrutan oleh debtholder jika tidak mampu membayar utang

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk menguji sejauhmana pengaruh rasio utang, profitabilitas, kebijakan dividen perusahan otomotive yang go public terhadap set kesempatan investasi

1.2. Per umusan Masalah

(19)

1. Apakah rasio utang berpengaruh terhadap kesempatan investasi pada perusahaan otomotive yang go public?

2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kesempatan investasi pada perusahaan otomotive yang go public?

3. Apakah rasio kebijakan dividen berpengaruh terhadap kesempatan investasi pada perusahaan otomotive yang go public?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh rasio utang terhadap kesempatan investasi pada perusahaan otomotive yang go public.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap kesempatan investasi pada perusahaan otomotive yang go public.

3. Untuk mengetahui pengaruh rasio kebijakan dividen terhadap kesempatan investasi pada perusahaan otomotive yang go public.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Menambah ilmu pengetahuan dan kepustakaan bagi mahasiswa atau pembaca.

b. Sebagai bahan masukan untuk memberikan informasi dan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan untuk mengambil keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi demi kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan dalam melakukan pemasaran yang efektif dan efisien.

(20)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain yang dapat dipakai sebagai penyajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh :

1. Hamzah (2005), Analisis rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, Solvabilitas dan investment opportunity set dalam Tahapan siklus kehidupan perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek jakarta (BEJ) tahun 2001 – 2005.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas terhadap investment opportunity set (IOS) berpengaruh secara signifikan pada tahap pendirian (start-up).

2. Pr a tiwi, Nor (2007), Analisis Korelasi Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proksi IOS sebagai proksi pertumbuhan bagi suatu perusahaan memiliki kandungan informasi yang dapat digunakan oleh para investor di pasar modal sebagai sinyal dalam kesempatan memprediksi dan memperoleh return saham, khususnya di sekitar peristiwa atau tanggal publikasi laporan keuangan.

(21)

perusahaan baik untuk perusahaan yang tumbuh maupun yang tidak tumbuh. Korelasi positif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi . Rasio market debt to equity tidak signifikan terhadap kebijakan pendanaan perusahaan.

2.2. Landasan Teor i 2.2.1. Analisis Rasio

2.2.1.1. Penger tian Analisis Rasio

Analisa rasio merupakan bentuk cara yang umum digunakan dalam menganalisis laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan digunakan sebagai standar.(Munawir, 1998 : 64)

(22)

dapat diperbaiki. Analisa yang dilakukan oleh manajer disebut analisis intern (Bambang, 1997 : 328)

Analisa intern dilakukan oleh kreditur atau investor. Investor berkepentingan terhadap laporan finansiilnya. Suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modal. Para kreditur berkepentingan terhadap kemampuan nasabah untuk dapat memenuhi kewajiban finansiil yang harus dipenuhi (Bambang, 1997 : 328-329)

2.2.1.2. Macam-macam Analisa Rasio Keuangan

Menurut munawir (2002:68) pada dasarnya banyak sekali angka rasio itu karena rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Namun demikian angka-angka rasio pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu sumber data keuangannya dan berdasarkan tujuan penganalisa. Berdasarkan sumber datanya angka rasio dibedakan menjadi (Munawir, 2002:68) :

a. Rasio-rasio neraca (Balanche sheet ratio)

b. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income statement ratio) c. Rasio-rasio antar laporan (Inter statement ratio)

(23)

Menurut Ang (1997:18-23) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio ini menyatakan kemampuan peruasahaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo

b. Rasio Aktivitas ( Acti vity Ratio)

Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam memanfaatkan harta yang dimilikinya

c. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan.

d. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga leverage ratio e. Rasio Pasar (Market Ratio)

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis perusahaan

(24)

a) Current Ratio

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih. Adapun formulasi dari current ratio (CR) adalah sebagai berikut (Munawir 2001: 74) :

b) Quick Ratio Rasio

Quick Ratio Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar (Munawir 2001: 74).

(25)

karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan. Adapun formulasi dari quick ratio adalah sebagai berikut (Munawir 2001: 74):

2. Rasio Profitabilitas, yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh Bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio-rasio Profitabilitas ini biasanya dicari hubungan timbale balik antar pos yang terdapat pada laporan laba-rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efesiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Rasio-rasio Profitabilitas terdiri atas:

(26)

cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. (Munawir 2001: 77)

(27)

c. Rasio Beban Operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Untuk bank syariah, pendapatan operasional bank terdiri atas pendapatan bagi hasil, keuntungan atas kontrak jual-beli, fee, biaya administrasi, dll.

(Munawir 2001: 79) d. Net Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan

tingkat keuntungan bank, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Sebagaimana halnya dengan perhitungan rasio sebelumnya, rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai resiko seperti resiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), serta Kurs Valas (jika kredit diberikan dalam bentuk valas). (Munawir 2001: 79)

(28)

terjadi likuiditasi Bank. Disamping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio Solvabilitas ini terdiri atas:

a) Debt to Equity Ratio

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Formulasi dari debt to equity ratio adalah sebagai berikut:

(Munawir 2001: 80)

b) Debt to Total Assets

Menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba

(29)

(Munawir 2001: 83) 4. Rasio Aktivitas

Aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu (Setiawan, 2005: 19).Menurut Tunggal, Amin Wijaya (1996:6) Aktivitas adalah suatu langkah dalam proses produksi yang memperhatikan untuk menyelesaikan suatu proses.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam proses produksi suatu periode tertentu. Aktivitas menggambarkan apa yang koperasi lakukan, cara waktu digunakan, proses dan keluaran. Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif koperasi mengelola aktivanya. Jika koperasi memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi dan akibatnya laba akan menurun. Disisi lain jika aktiva terlalu rendah maka penjualan yang menguntungkan akan hilang. Rasio aktivitas berisikan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi dalam berbagai harta. Untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan rasio sebagai berikut:

1. Receivable Turnover (Piutang Dagang)

(30)

diberikan. Posisi hutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut, yaitu dengan membagi total kredit yang diberikan dengan piutang rata- rata.

(Munawir 2001: 82) 2. Cash Turnover (Perputaran kas)

Perputaran kas adalah Perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan nilai rata-rata kas yang dimiliki oleh koperasi ( Riyanto, 1999: 95). Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh koperasi. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan dalam modal kerja.

Cash Turnover = Penjualan x 100% (Munawir 2001: 84) Total Aktiva

2.2.1.3. Kegunaan Analisis Rasio

Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah “future oriented”. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk

(31)

rasio sepertinya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterprestasikan data yang bersangkutan. (Munawir, 1998 : 64)

Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama (Weston, 1990 : 312-313) Yaitu :

1. Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan. 2. Analisa kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang menetapkan peringkat obligasi (di AS), yang menganalisis rasio untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar utangnya.

3. Analisa sekuritas, yaitu analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuiditas aktiva dalam hal ini kepailitan.

Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukaan oleh Harahap (2002 :195-197) sebagai berikut :

a) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.

(32)

c) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

d) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

e) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating)

f) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan.

g) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

h) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan Standar Industri normal atau Standar ideal.

i) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.

j) Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.

(33)

digunakan dalam analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun interprestasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang cukup komplek. Oleh karena itu, efektifnya rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis, sangat tergantung dari kemampuan dan keahlian analisis menginterprestasikan rasio-rasio yang digunakan. Selanjutnya, analisis rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan gejala-gejala serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank.

2.2.1.4. Keter batasan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap ( 1998 : 298 ), Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keterbatasan yang diharuskan untuk diketahui dalam penggunaan dalam perhitungan. Keterbatasan tersebut antara lain :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yng dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjaga keterbatasan teknik seperti :

Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu hanya mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.

(34)

Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio.

4. Sulit jika ada data yang sesuai tidak sinkron.

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bias terjadi kesalahan.

2.2.2. Investment Oppor tunity Set (IOS)

Menurut Myers (1977) Kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) merupakan keputusan investasi dalam bentuk

kombinasi aktiva yang dimiliki (asset in place) dan pilihan pertumbuhan atau growth option pada masa yang akan datang (Lestari, 2004). Sedangkan menurut Kallapur dan Trombley, 2001 dalam Lestari, 2004 , pertumbuhan itu sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk berinvestasi dalam proyek yang memiliki net present value yang positif. Menurut kedua peneliti tersebut, IOS juga meningkatkan size perusahaan.

Kesempatan bertumbuh yang diukur dengan investment opportunity set (IOS) dipengaruhi oleh keunggulan perusahaan dalam

(35)

dan risiko sistematis perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa IOS berhubungan positif dengan reputasi perusahaan, jenis perusahaan multinasional, size dan profitabilitas perusahaan, serta berhubungan negatif dengan leverage dan risiko sistematis perusahaan (Pagalung, 2003).

Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Saputro (2002), IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar. Komponen dari nilai perusahaan merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi di masa yang akan datang dalam merupakan IOS (Myers, 1977; Smith dan Watts, 1992, dalam Saputro, 2002).

IOS merupakan call option yang nilainya tergantung pada kecerendungan manajemen untuk melaksanakan kesempatan investasi (Myers, 1977, dalam Fitrijanti dan Hartonno, 2002), hal ini dikarenakan manajemen lebih fleksibel untuk bertindak opportunistik dan sulit dideteksi serta sulit diobservasi tanpa informasi dari pihak internal.

2.2.3. Pr oksi IOS

(36)

(2002), yang menyatakan bahwa kesempatan investasi perusahaan tidak dapat diobservasi untuk pihak-pihak di luar perusahaan.

Berbagai variabel yang digunakan sebagai proksi IOS telah banyak diteliti dan diuji pada berbagai penelitian (klarifikasi proksi secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1). Proksi ini dapat diklarifikasikan dalam empat tipe (Kallapur dan Trobley, 2001 dalam Saputro, 2002).

1. Proksi Berbasis Harga

Proksi ini merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar, proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place). Proksi ini mendasarkan pada perbedaan antara aset dan nilai perusahaan, oleh karena itu proksi ini sangat bergantung pada harga saham (Hartono, 1999 dalam Saputro 2002). Proksi yang digunakan adalah :

1) Rasio PPE / BVA (Book Value Of Property, Plant, and Equipment To The Book Value of The Assets).

(37)

PPE pada struktur aktiva dari perusahaan, maka semakin besar pula potensi dari perusahaan untuk bisa mengalami pertumbuhan pada masa mendatang. Rasio in dapat diukur dengan rumus

Rasio P / E menunjukkan bahwa perusahaan yang tumbuh, maka rasio P / E yang dihasilkan oleh perusahaan adalah tinggi. Semakin tinggi nilai dari rasio P / E perusahaan, maka semakin tinggi pula kemungkinan dari perusahaan untuk tumbuh. Dengan rasio P / E yang tinggi dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki potensi bagus dan memberikan suatu daya tarik kepada pasar, dan selain itu perusahaan juga terlihat lebih terjamin untuk bisa

3) MVE / BVE (Market Value To Book Value of Equity)

(38)

ekuitas perusahaan, apabila rasio ini mempunyai nilai yang lebih dari 1 maka pasar memiliki kepercayaan bahwa niali pasar dari perusahaan lebih besar dari pada nilai bukunya dan perusahaan bisa dikatakan masuk dalam kategori tumbuh. Rasio ini dapat digunakan oleh investor untuk dipakai sebagai acuan sebelum investor membuat keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Saputro, 2002) :

MVE / BVE =

4) MVA / BVA (Market Value To Book Value of Assets)

Rasio MVA / BVA digunakan untuk menilai besar kecilnya nilai buku dari suatu perusahaan. Selain itu rasio ini mempunyai suatu kesamaan fungsi dengan rasio MVE / BVE yaitu dapat digunakan sebagai acuan bagi investor dan perusahaan untuk bisa menilai besar kecilnya nilai buku dari perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan rumus ((Saputro, 2002)) :

(39)

lama dalam suatu perusahaan. Bentuk proksi ini berbentuk suatu rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan (Pagalung, 2003). Proksi yang digunakan adalah :

a. CAP / MVA (Capital Expenditures To Market Value Of Assets)

Rasio CAP / MVA memberikan suatu petunjuk yang berkaitan dengan aliran tambahan modal saham dari perusahaan pada aktiva produktif guna meningkatkan pertumbuhan dari perusahaan. Rasio ini memperlihatkan apakah perusahaan melakukan invetasi pada aktiva yang memberikan keuntungan yang besar pada perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Fijrianti dan Hartono, 2002) :

CAP / MVA = Tot. Nil. buku aktiva tetapt – Tot.Nil.buku aktiva tetapt-1 Tot.Aset – Tot.Ekuitas+(jml shm x hrg penutupan shm)

b. CAP / BVA (Capital Expenditure To Book Value Of Assets)

Rasio CAP / BVA memberikan suatu petunjuk yang berkaitan dengan aliran tambahan modal saham dari perusahaan pada aktiva produktif guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Rasio ini memperlihatkan apakah perusahaan melakukan investasi pada aktiva yang memberikan keuntungan yang besar pada perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Saputro, 2002) :

CAP / BVA = Tot.Nil.buku aktiva tetapt – Tot.Nil.buku aktiva tetapt-1 Total Asset

(40)

3. Proksi Berbasis pada Varian (Variance Measurements)

Proksi ini mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yag mendasari peningkatan aktiva (Pagalung, 2002). Proksi yang digunakan adalah :

VARRET (Variance to total return)

Rasio VARRET memberikan suatu petunjuk yang berkaitan dengan kemampuan dari perusahaan dalam melakukan pembagian deviden yang akan dinilai baik apabila terjadi suatu peningkatan variabilitas hasil dari asset yang mendasarinya. Rasio ini lebih berkaitan dengan kemampuan dari perusahaan untuk bisa meningkatkan jumlah deviden yang diberikannya kepada para pemegang saham. Rasio ini dapat diukur dengan rumus (Saputro, 2002) :

VAR = [(Hrg shm x lbr shm) = deviden + interest]t Tot.Aset – Tot. Equity + (hrg shm x lbr shm))t-1

4. Proksi Gabungan dari Proksi IOS Individual.

Alternatif proksi gabungan IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual, sehingga

akan menghasilkan pengukuran yang baik untuk IOS (Smith dan Watts, 1992 ; Gaver and Gaver, 1993 dalam Saputro, 2002).

(41)

1993 dalam Pagulung, 2003). Berbagai proksi yang ada menunjukkan selalu ada proksi IOS yang tidak dapat digunakan, sehingga belum ada kesepakatan tentang proksi yang dapat mewakili IOS secara tepat (Gaver dan Gaver, 1993 dalam Saputro, 2003). Kallapur dan Trombley (2001) dalam Saputro (2002), menyatakan bahwa berbagai proksi IOS yang ada tidak semuanya adalah ekuivalen atau bernilai.

Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal (single ratio). Namun demikian beberapa penelitian lainnya menggunakan pendekatan pengukuran komposit (composite measures) yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga membentuk suatu ukuran baru sebagai proksi IOS.

(42)

2.2.4 Lever age

Dana dapat diperoleh dan luar perusahaan (external financing) maupun dan dalam perusahaan (internal financing). Modal internal berasal dan laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dan modal sendiri dan hutang. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu (Baridwan, 2004).

Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat diperoleh dan hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu (a) bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dan hutang, (b) pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap (Masdupi, 2005).

(43)

menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang. Karena dengan penggunaan utang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa utang mengandung risiko yang tinggi. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besamya dengan pihak lain (Masdupi, 2005).

Menurut Kartadinata (1999:57), rasio hutang atau disebut juga dengan debt ratio mengukur persentase kebutuhan modal yang dibelanjai dengan hutang. Meningkatnya rasio hutang berarti bahwa kegiatan operasional perusahaan lebih banyak diperoleh dari hutang.

(44)

diperoleh lebih besar dari pada biaya aktiva dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham.

Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Rasio leverage (leverage ratio) mengukur tingkat sejah mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang (Weston dan Copeland, 1995: 238) dalam Dewi (2007). Dengan mengetahui leverage ratio akan dapat dinilai tentang: (a) Posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain, (b) Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap, dan (c) Keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal.

a. Leverage Operasi (Operating Leverage)

(45)

operasi. Meskipun DOL itu sendiri bukan sumber variabilitas. DOL yang tinggi tidak akan berpengaruh bila perusahaan dapat memelihara penjualan dan struktur biaya yang konstan.

b. Leverage keuangan (Financial Leverage)

Leverage keuangan merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham (Martono&Harjito, 2003). Masalah leverage keuangan baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap. Beban tetap yang dikeluarkan dari penggunaan dana misalnya hutang obligasi harus mengeluarkaan beban tetap berupa bunga, sedangkan penggunaan dana yang berasal dari saham preferen harus mengeluarkan beban teteap berupa dividen.

(46)

per share. Perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi, perubahan EBIT (earning before interest and taxes) akan menyebabkan perubahan EPS yang tinggi. Jadi, jika EBIT meningkat, maka EPS juga akan meningkat secara signifikan, dan sebaliknya jika EBIT turun, EPS juga akan turun secara signifikan. DFL dapat diartikan sebagai efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit).

2.2.5. Dividen

Dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Dengan dividen payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai

(47)

2.2.5.1. Penger tian Dividen

Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan, 2000:434). Semua keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam suatu rapat pemegang saham.

Yang termasuk dalam pengertian Dividen adalah:

1. Pembagian laba secara langsung atau tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal disetor.

3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran, termasuk yang berasal dari kapitalisasi agio saham.

4. Pembagian Laba dalam bentuk saham.

5. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran. 6. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau

(48)

2.2.5.2. J enis Dividen

Perusahaan dapat membagikan dividen dalam bentuk kas, aktiva lain, atau saham bonus. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian dividen adalah masalah:

1. Kapan utang dividen harus dicatat 2. Kepada siapa dividen akan diterimakan 3. Kapan pembayaran dividen akan dilakukan.

Agar perusahaan dapat membagikan dividennya, maka perusahaan tersebut harus: 1. Mempunyai saldo laba yang ditahan cukup besar

2. Jumlah kas yang cukup

3. Memutuskan secara resmi tentang pembagian dividen.

(49)

2.2.5.3. J enis-jenis Dividen

1. Cash Dividen ialah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang saham, perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk cash dividen (M. Munandar, 1983: 312). Perusahaan hanya berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham. Pembayaran dividen dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau melalui pihak lain, umpamanya bank. Cara yang kedua biasanya yang dipilih perusahaan karena bank mempunyai banyak cabang, sehingga memudahkan pemegang saham yang mungkin sekali tersebar luas di seluruh Indonesia (Arief Suaidi, 1994: 230). Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

(50)

2. Pr oper ty Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk barang-barang (tidak berupa uang tunai ataupun (modal) saham perusahaan). Contoh dividen barang adalah dividen berupa persediaan atau saham yang merupakan investasi perusahaan pada perusahaan lain. Pembagian dividen berupa barang sudah barang tentu lebih sulit dibanding pembagian dividen uang. Perusahaan melakukannya karena uang tunai perusahaan tertanam dalam investasi saham perusahaan lain atau persediaan dan penjualan investasi atau persediaan terutama bila jumlahnya cukup banyak akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan turun, sehingga merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri (Arief Suaidi, 1994 : 233).

3. Liquidating Dividen adalah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham, dimana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran bagian laba (Cash Dividen), sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut (M. Munandar, 1983: 314).

(51)

2.2.6. Pengar uh Kebijakan utang Ter hadap Kesempatan Investasi

Kebijakan utang menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.Menurut Myerr (1977) perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung untuk memperkecil utang. Ini dikarenakan oleh semakin tinggi tingkat utang perusahaan akan semakin tinggi kemungkinan perusahaan diprediksi mengalami kebangkrutan oleh debtholder jika tidak mampu membayar utang.

Penelitian pengaruh pertumbuhan perusahaan yang diproksi dengan investment opportunity set (IOS) dengan utang dilakukan oleh

Pakaryaningsih (2004) yang menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Najjar dan Belkaoui (2001), Lestari (2004) juga menunjukkan pengaruh yang signifikan negatif, tetapi penelitian yang dilakukan oleh Pagalung (2002) menunjukkan pengaruh yang signifikan positif antara kebijakan utang dan IOS. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kaaro dan Hartono (2002) pengaruh utang terhadap investment opportunity set (IOS) pada periode normal menunjukkan hasil

(52)

2.2.7. Pengar uh Rasio Pr ofitibalitas Terhadap Keingian Kesempatan Investa si

Profitabilitas mengasumsikan bahwa perusahaan yang memiliki laba atau profit yang besar akan memiliki kesempatan yang baik untuk bersaing dengan perusahan yang sama. Mayer (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaan sebagai kombinasi antara asset yang dimiliki dan peluang investasi. Profitabilitas yang tinggi memberikan signyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Sebagian dari profitabilitas tersebut akan ditanamkan lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatkan perusahaan. Kemudian Miles dalam Belkouwi (2001) menyimpulkan bahwa beta opsi pertumbuhan tergantung pada profitabilitas investasi di masa yang akan datang. (Gumanti, 2008:142)

(53)

2.2.8. Pengar uh Deviden Ter hadap Keingian Kesempatan Investasi

IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan (Pagalung dalam Inneke, 2008 : 280). Mayers dalam Karsana (2005) menyatakan perusahaan dengan IOS yang tinggi menunjukkan bahwa nilai perusahaan lebih banyak ditentukan oleh intangible asset sehingga akan cenderung kesulitan untuk mendapatkan hutang dari pihak luar. Hal ini dikarenakan perusahaan kurang memiliki asset riil yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Selain itu IOS yang tinggi juga mengindikasikan risiko yang harus ditanggung oleh lender juga semakin tinggi yang mengakibatkan cost of debt menjadi lebih tinggi daripada cost of equity . sebaliknya perusaaan yang memiliki level set kesempatan investasi yang rendah akan mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak luar karena perusahaan dengan IOS rendah menunjukkan bahwa nilai perusahaan lebih banyak ditentukan oleh asset riilnya yang dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang.

(54)

kecenderungan untuk membagikan dividen yang lebih tinggi, terjadi pada perusahaan yang memiliki level IOS yang rendah.

2.3 Ker angka Konseptual

Gambar 2.1 Ker angka Konseptual

2.4. Hipotesis

1. Kebijakan utang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan investasi (IOS) pada perusahaan manufaktur yang go public 2. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan

investasi (IOS) pada perusahaan manufaktur yang go public

3. Kebijakan dividend berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan investasi (IOS) pada perusahaan manufaktur yang go public Kebijakan Utang

Profitabilitas

Kesempatan Investasi (IOS)

(55)

BAB III

METODE PENELITAIN

3.1.Definisi Oper asional dan Pengukuran Var iabel Var iabel ter ikat / var iabel yang dipr ediksi :

Kesempatan Investasi (sebagai var iabel Y)

Merupakan luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan dating. Kesempatan Investasi diukur dengan membagi aktiva tetap lalu dibagi dengan total aktiva, dengan

Adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu

(56)

2. Profitabilitas (X2)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri (Inneke 2008 : 281). Variabel ini diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA) yang menunjukkan kemampuan keseluruhan dana yang

ditanamkan dalam aktiva untuk menghasilkan laba yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio. Untuk mengukur variabel ini digunakan rumus sebagai berikut :

x100%

Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Kebijakan dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan (Inneke 2008 : 282). Dengan dividen payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan memaksimumkan

(57)

3.2.Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri – ciri atau karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Soemarsono, 2004 : 44). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 – 2010, yang berjumlah 17.

3.2.2. Sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden – responden berdasarkan criteria atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel sebagai bagian dari populasi. Kriteria yang dimaksud adalah:

1. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2006 – 2010yang aktif memberikan laporan keuangan pada periode tersebut.

2. Data perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia di Bursa Efek Bursa Efek Indonesia

(58)

3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

Data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini bersumber dari data sekunder yang diambil dari laporan tahunan Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini di peroleh dari Bursa Efek Indonesia

3.3.3. Tek nik Pengumpulan data

Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi berupa pengumpulan kertas data. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.

3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Data 3.4.1. Teknik Analisis Data

(59)

Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan untuk analisis.

2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat

Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei ... (Sudrajat, 2001:112) Keterangan :

Y1 = Set Kesempatan Investasi X1 = Kebijakan Utang

X2 = Profitabilitas X3 = Dividen

β0 = Konstanta

β1,...,β3 = Koefisien regresi

ei = Kesalahan pengganggu (error)

3.6.2Uji Asumsi Klasik

(60)

1. Multikolinear itas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2001 : 57)

1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. 2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas. 2. Heter oskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,10 berarti bebas dari heteroskedastisitas. b. Nilai probabilitas < 0,10 berarti terkena dari heteroskedastisitas.

3. Autokor elasi

(61)

cross sectional). (Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan jumlah data ( n ) sehingga diketahui dL dan du maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2001: 61). Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang memiliki prosedur sebagai berikut:

(62)

Hi : bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Kriteria pengujian :

(63)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Perusahaan

4.1.1. Gambar an Umum Bur sa Efek Indonesia

Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO seperti dewasa ini.

Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa diswastanisasikan (tahun 1992).

(64)

dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992, Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993 Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995 BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan menengah kecil serta obligasi/ surat utang.

(65)

tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bur sa Efek Indonesia a. Visi

Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:

“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive Bourse”.

b. Misi

Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. to produce variety of sellable high standard capital market product.

(66)

5. to create market integrity and transparency.

6. to create high competencies and favorable choice for human resource.

4.2. Deskr ipsi Hasil Pengujian Hipotesis 4.2.1. Uji Nor malitas

Menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa tidak semua variable yang diteliti memiliki distribusi yang normal, hanya pada variable pROFITABILITAS yang memiliki distribusi normal dimana nilai Asymp. Sig (signifikansi) lebih besar dari 0,10, sehingga dapat disimpulkan sebagian data tersebut tidak memenuhi asumsi berdistribusi normal. Seperti pada tabel normalitas data berikut.

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka

(67)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Normal Parametersa Mean 2.1587 6.7868 108.85 .2139

Std. Deviation 2.03491 7.45350 196.292 .24339

Most Extreme Differences Absolute .197 .100 .291 .209

Positive .197 .100 .278 .209

Negative -.146 -.078 -.291 -.192

Kolmogorov-Smirnov Z 1.434 .728 2.121 1.522

Asymp. Sig. (2-tailed) .033 .664 .000 .019

Sumber : Lampiran

Dari tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa nilai probabilitas setiap variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi dari data adalah mengikuti pola distribusi normal.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Autokor elasi

Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,865, hal ini menunjukkan tidak terdapat gejala autokorelasi

Tabel 4.2. Data Autokor elasi Model Sum m ar yb

(68)

Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan tidak adanya gejala multikolinieritas pada semua variabel bebas dimana nilai VIF pada semua variabel (lebih kecil dari 10). Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10 (Cryer,1994 : 681).

Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinier itas Coeff ic ientsa

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian colliniearity statistics, nilai VIF pada seluruh variabel bebas lebih kecil dari 10, yang

artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinier.

4.2.2.3 Heteroskedastisitas

(69)

Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Heter oskedastisitas Spearman's rho RASIO HUTANG Correlation Coefficient 1.000 -.271* .117 -.093

Sig. (2-tailed) . .050 .406 .506

N 53 53 53 53

PROFIT Correlation Coefficient -.271* 1.000 .594** -.145

Sig. (2-tailed) .050 . .000 .300

N 53 53 53 53

DIVIDEN Correlation Coefficient .117 .594** 1.000 -.107

Sig. (2-tailed) .406 .000 . .447

N 53 53 53 53

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient -.093 -.145 -.107 1.000

Sig. (2-tailed) .506 .300 .447 .

N 53 53 53 53

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1, X2 dan X3, tidak mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya, nilai Sig lebih besar dari 0,10 maka hasil analisis ini dapat disimpulkan seluruh variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas..

4.2.3. Hasil Pengujian Regr esi Linier Ber ganda

(70)

Coeff ic ientsa

Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Y = 0.087 + 0.026 X1 + 0.007 X2 + 0.002 X3 + e

Dengan asumsi bahwa variabel X1, X2, X3 adalah nol atau konstan maka nilai Kesempatan Investasi (Y) adalah sebesar 0.087

Koefisien regresi untuk variabel Rasio Hutang (X1) diperoleh nilai 0.026, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai Rasio Hutang (X1) akan menaikkan nilai Kesempatan Investasi (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

(71)

Koefisien regresi untuk variabel Dividen (X3) diperoleh nilai 0.002 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai Dividen (X3) akan meningkatkan nilai Kesempatan Investasi (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

4.2.4. Hasil Pengujian Uji F dan uji t

Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan dan uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun hasil dari uji F dan uji t adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 : Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .376 3 .125 2.271 .092a

Residual 2.704 49 .055

Total 3.080 52

a. Predictors: (Constant), DIVIDEN, RASIO HUTANG, PROFIT b. Dependent Variable: KESEM P.INVEST

Sumber : Lampiran

(72)

Coefficientsa

Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa :

1. Rasio Hutang (X1) berpengaruh terhadap Kesempatan Investasi (Y), tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,124 > 0,10 : Non signifikan [positif].

2. Profitabilitas (X2) berpengaruh terhadap Kesempatan Investasi (Y), tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,195 > 0,10 : Non signifikan [positif].

3. Dividen (X3) berpengaruh terhadap Kesempatan Investasi (Y), tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,247 > 0,10 : Non signifikan [positif].

(73)

4.3.1. Pengar uh Kebijakan utang Ter hadap Kesempatan Investasi

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Rasio Hutang secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kesempatan Investasi. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Myerr (1977) nilai suatu perusahaan dapat diukur dengan IOS. Dalam hal ini konsep nilai perusahaan adalah suatu kombinasi aktiva yang dimiliki (asset in place) dan kesempatan bertumbuh (growth opportunity). Pada tahapan siklus kehidupan perusahaan proporsi kedua

(74)

Investa si

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kesempatan investasi (IOS), hal ini menunjukkan nilai profitabilitas atau laba yang diperoleh pada perusahaan otomotive cenderung mengalami penurunan yang drastis, hal ini dialami perusahaan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Hasil ini kurang mendukung teori Mayer (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaan sebagai kombinasi antara asset yang dimiliki dan peluang investasi. Profitabilitas yang tinggi memberikan signyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Sebagian dari profitabilitas tersebut akan ditanamkan lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatkan perusahaan. Kemudian Miles dalam Belkouwi (2001) menyimpulkan bahwa beta opsi pertumbuhan tergantung pada profitabilitas investasi di masa yang akan datang.

4.3.3. Pengar uh Deviden Ter hadap Keingian Kesempatan Investasi

(75)
(76)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian tentang pengaruh Rasio Hutang, Profitabilitas, Dividen berpengaruh signifikan terhadap Kesempatan Investasi maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Rasio Hutang tidak memberikan kontribusi terhadap Kesempatan Investasi.

2. Variabel Profitabilitas tidak memberikan kontribusi terhadap Kesempatan Investasi.

3. Variabel Dividen tidak memberikan kontribusi terhadap Kesempatan Investasi.

5.2. Sar an

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang. 1. Perusahaan sebaiknya fokus untuk memperbesar kemampuan dan

(77)

sahamnya.

2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan variabel lain yang mempengaruhi kesempatan investasi (IOS) seperti kebijakan dividen dan kebijakan utang. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumawati (2008) yang menjelaskan bahwa kebijakan dividen dan kebijakan utang memiliki pengaruh terhadap kesempatan investasi (IOS) sehingga penelitian dapat digeneralisasikan.

Gambar

Tabel 1.1. Data Pertumbuhan Aktiva Perusahaan Manufaktur Sektor
Gambar  2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 1 : Autokorelasi
Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel
+6

Referensi

Dokumen terkait

Telah diteliti pengaruh ethrel terhadap kandungan karbohidrat terlarut total dan aktivitas dehidrogenase pada buah pisang Kepok ( Musa paradisiaca L.).. Penelitian

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Proses rekoveri yang dilakukan berperan sekalian sebagai pengolahan limbah, karena hasil akhirnya adalah terpisahannya senyawa - senyawa aktif (kontaminan) dan endapan

tujuan penelitian ini untuk tujuan ilmiah yaitu skripsi dengan judul “ ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, PERLUASAN MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN

Implementasi Kebijakan Pelayanan publik merupakan mekanisme proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas yang penting dari keseluruhan proses kebijakan, hal tersebut

Jaringan komunikasi informal dipilih, karena subjek dari penelitian ini adalah Komunitas Petani “Tumpang Sari” yang ada di desa Sumber Brantas, kecamatan Bumiaji, kota Batu,

Untuk wilayah yang memiliki nilai kelerengan tinggi menggunakan pola tanam mengikuti kontur, untuk wilayah yang tidak memiliki nilai kelerengan tinggi menerapkan

[7:179] Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk