• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Bokashi Serasah Jagung Dan Npk 16:16:16 Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (brassica Juncea L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Aplikasi Bokashi Serasah Jagung Dan Npk 16:16:16 Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi (brassica Juncea L.)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

OLEH :

ARDIAN PRATAMA 134110190

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2020

(2)
(3)
(4)

Assalammualaikum,

Saya sangat bersyukur telah menyelesaikan masa studi di Universitas Islam Riau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Memang bukan hal yang mudah merampungkan skripsi dan melakukan penelitian, jelas semuanya itu sulit sekali.

Beruntung, saya memiliki orang-orang terkasih yang selalu membantu dan membimbing saya dalam keadaan apapun.

Saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa, atas segala kenikmatan, kesempatan dan kebaikan yang telah ia beri kepada saya. Juga, kepada kedua orang tua saya yang telah banyak memberi dukungan materi, finansial dan motivasi. Serta, keluarga besar saya yang tak tertampung segala pemberian kasihnya.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu dosen pembimbing saya, yaitu Ibu Ir. Hj. T. Rosmawaty, M.Si., yang telah membimbing saya hingga saya dapat menyelesaikan dan meraih gelar Sarjana Pertanian. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih buat bapak dan ibu dosen Fakultas Pertanian, yaitu Ibu Dekan Dr. Ir. Siti Zahara, MP., Bapak Drs. Maizar, M.P selaku Ketua Program Studi Agroteknologi dan Bapak M. Nur, SP, MP selaku Sekretaris Program Studi Agroteknologi.

Kemudian, saya juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar AKLaMASI UIR, rumah kedua saya, tempat saya belajar berbagai macam hal dan

(5)

Selanjutnya, saya ingin mempersembahkan banyak terima kasih kepada teman-teman terbaik saya, yaitu teman-teman angkatan 2013 yang sama-sama setia dalam berjuang menghadapi ujian chunin serta meraih gelar sarjana tersebut.

Mereka, para pejuang itu adalah; Putra Bole Kaka, M. Arif Budiman, M.

Syafarudin (Gembel), Alfrio Supandri Berutu, Sigit Adji Probowo, Suherli Kurnianto (Mbah), Slamet Muhdyono, Jhon Festar dan Fadhil Noor.

Akhirnya, sampailah saya kepada titik-titik debu terdekat dalam kehidupan saya, yaitu menutup kata persembahan dan ucapan terima kasih ini dengan permintaan maaf serta ampunan dari Tuhan yang maha kuasa atas segala kelalaian yang telah saya lakukan di dunia yang ia ciptakan.

Wassalam,

(6)

Ardian Pratama, lahir di Dumai, 11 Desember 1995. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara oleh pasangan Bapak M. Adil Lubis dan Ibu Ida Adriani. Semasa hidup, penulis bersekolah di SDN 015 Kota Dumai, SMPN Binsus (Binaan Khusus) Kota Dumai, SMAN 2 Kota Dumai. Kemudian, penulis melanjutkan studi ke Universitas Islam Riau, Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi pada 2013. Selama berkuliah di Universitas Islam Riau, ia aktif dan bergiat di Media Mahasiswa AKLaMASI UIR, dan pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi AKLaMASI 2018-2019. Pernah ke Jepang untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa selama satu tahun, 2017-2018—

SPACE (Saga University for Academic Exchange). Pada 2020, ia telah menyelesaikan perkuliahan dengan mempertahankan ujian komprehensif dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada tanggal 15 Desember 2020 dengan judul “Aplikasi Bokashi Serasah Jagung dan NPK 16:16:16 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L)

Ardian Pratama, SP

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan oleh Ardian Pratama (134110190) dengan judul “Aplikasi Bokashi Serasah Jagung dan NPK 16:16:16 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi dan utama pada perlakuan bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 terhadap pertumbuhan serta produksi tanaman sawi. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, terhitung dari bulan Agustus 2020 sampai Oktober 2020.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah bokashi serasah jagung (B) terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu tanpa bokashi, 500, 1000 dan 1500 g/plot. Kemudian faktor selanjutnya adalah NPK 16:16:16 (N) yang memiliki taraf perlakuan yang sama seperti faktor sebelumnya, yaitu tanpa NPK, 10, 20 dan 30 g/plot. Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Maka, ada 48 satuan percobaan. Masing-masing unit percobaan terdiri dari 16 tanaman, dan 2 tanaman dijadikan sampel pengamatan. Sehingga, total keseluruhan tanaman sampel adalah 96 tanaman dari 768 tanaman keseluruhan.

Penelitian ini terdiri dari 5 parameter pengamatan; tinggi tanaman periodik, jumlah daun sempurna, lebar daun, volume akar dan bobot segar ekonomis.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, interaksi pemberian bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, lebar daun, volume akar dan bobot segar ekonomis. Perlakuan terbaik pada bokashi serasah jagung adalah dengan dosis 1500 g/plot, dan pada NPK 16:16:16 adalah 30 g/plot.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Aplikasi Bokashi Serasah Jagung Dan NPK 16:16:16 Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.).

Dalam penyusunan skripsi penelitian ini, ada beberapa hambatan dan kendala yang penulis hadapi. Namun, penulis sadar bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi penelitian ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak.

Sehingga hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi dengan baik. Penulis berterima kasih kepada ibu pembimbing, yaitu Ibu Ir. Hj. T. Rosmawaty, M.Si yang telah memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Pertanian, Kaprodi Agroteknologi, staff tata usaha fakultas, keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis untuk segera menyelesaikan masa studinya.

Penulis sadar naskah karya ilmiah berikut masih membutuhkan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk kebagusan dalam penyusunannya.

Penulis juga telah berupaya semaksimal mungkin menyusun naskah skripsi ini.

Semoga naskah skripsi ini dapat bermanfaat, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Aamiin.

Pekanbaru, Desember 2020

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

III. BAHAN DAN METODE ... 14

A. Tempat dan Waktu ... 14

B. Bahan dan Alat ... 14

C. Metode Penelitian ... 14

D. Pelaksanaan Penelitian... 16

E. Parameter Pengamatan... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

F. Tinggi Tanaman ... 20

(10)

G. Jumlah Daun ... 23

H. Lebar Daun ... 24

I. Volume Akar ... 26

J. Bobot Segar Ekonomis ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

RINGKASAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 38

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kombinasi Perlakuan Pupuk Bokashi Serasah Jagung dan Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 pada Tanaman Sawi. ... 14 2. Rerata tinggi tanaman dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung

dan NPK 16:16:16 (cm).. ... 20 3. Rerata jumlah daun dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung dan

NPK 16:16:16 (cm).. ... 23 4. Rerata lebar daun dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung dan

NPK 16:16:16 (cm).. ... 24 5. Rerata volume akar dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung dan

NPK 16:16:16 (cm).. ... 27 6. Rerata bobot segar ekonomis dengan perlakuan dosis bokashi serasah

jagung dan NPK 16:16:16 (cm).. ... 28

(12)

DAFTAR GAMBAR

Lampiran Halaman

1. Grafik tinggi tanaman sawi dengan perlakuan bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 pada 14, 21 dan 28 HST. ... 22

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

2. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 38

3. Deskripsi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) ... 39

4. Denah (Lay Out) Penelitian ... 40

5. Bagan Plot Percobaan ... 41

6. Analisis Ragam ... 42

7. Dokumentasi Penelitian ... 44

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) adalah jenis tanaman hortikultura yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat. Karena harga yang mudah dijangkau dan mengandung nutrisi pada tanaman tersebut, menjadi pilihan masyarakat memilih sayuran tersebut untuk di konsumsi. Menurut Hidayat (2014), pada 100 gr tanaman sawi terandung energi sebesar 20 kkal, protein 1,3 g, karbohidrat 3,4 g, lemak 0,4 g, kalsium 123 mg, fosfor 40 mg, dan zat besi 1,9 mg.

Sawi juga merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan gizi yang banyak, lebih lagi proses panennyaa cukup cepat dan memiliki kemampuan tumbuh yang bagus di lingkungan yang beriklim hangat maupun beriklim sejuk, kemudian bisat dikembangkann di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah (Nurhasanah, dkk 2015).

Hingga kini, jumlah konsumsi sayuran, khususnya sawi terus meningkat.

Menurut data BPS, hasil produksi sawi provinsi Riau pada 2015 berjumlah 1539 ton, 2016 sebanyak 2547 ton, 2017 sebanyak 2616 ton, dan 2018 sebanyak 1968 ton. Hasil panen sawi yang banyak dan baik didapati dengan proses produksi yang berkelanjutan, di antaranya melakukan pemupukan yang tepat dan cukup. Karena, produk sayuran yang sangat diminati oleh masyarakat adalah produk tani yang memiliki kualitas terbaik.

Perkembangan sayuran sawi yang baik haruslah memenuhi kandungan hara yang baik pula, yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. juga, produksi sayuran sawi juga haruslah memenuhi kandungan hara seperti kalsium, besi, clor dan magnesium. Karena, sayuran sawi dipengaruhi oleh tersedianya kandungan hara yang cukup di dalam tanah.

(15)

Menurut Erawan (2013), sayuran sawi berkembang bagus di media tanam yang memiliki N yang banyak. Pemupukan nitrogen pada media tanam bisa meninggikan sayuran sawi setinggi 2,4 cm, dan bobot segar sayuran sebesar 1,3 g.

Karena nitrogen dan kalium mempengaruhi tumbuh kembangnya sayuran sawi selama pertumbuhan.

Bokashi atau kompos organik mempunyai unsur hara yang sedikit daripada unsur hara pada pupuk sintetik, sebab itu, dalam memperkaya unsur nitrogen, fosfor dan kalium perlu tata cara pemupukan bagi tercukupinya unsur haranya.

Menurut Surtinah (2014), sayuran sawi perlu kandungan kalium sebanyak 1,5% di tanah untuk bisa mencukupi perkembangan sayuran sawi. Pertumbuhan tanaman membutuhkan kandungan hara tanah yang akan diambil oleh tanaman, jika kekayaan kandungan hara pada tanah tidak cukup, maka haruslah dilakukan pemerkayaan kandungan hara dengan pemupukan.

Tumbuh dan kembangnya tanaman, pasti ada selalu peran pupuk. Pelaku usaha tani biasanya menggunakan pupuk seperti pupuk keras serta pupuk cair organik atau anorganik. Pupuk keras yang dipakai oleh pelaku usaha tani biasanya adalah pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik biasanya bisa memperbanyak unsur makro pada media tanam, namun tentu pemakaiannya bisa menyebabkan kerusakan lingkungan. Usaha meminimalisir pemakaian pupuk anorganik bisa dilakukan dengan penggunaan pupuk organik yang telah diolah dari limbah organik (Triyono, 2013).

Salah satu bentuk pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokashi. Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti “bahan organik yang telah difermentasikan”. Pupuk organik adalah hasil dekomposisi bahan-bahan organik baik tumbuhan kering (humus) maupun limbah

(16)

dari kotoran ternak yang diurai (dirombak) oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Supartha, 2012).

Pupuk Bokashi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya mengandung 90 persen lactobacillus. Apabila diurai, EM 4 terdiri atas 80 spesies dari 10 genus bakteri. Beberapa aplikasi-aplikasi EM 4 dibidang pertanian (termasuk perkebunan) membawa segudang manfaat. Antara lain memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mempercepat proses fermentasi dalam pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, bisa menekan aktivitas hama dan mikroorganisme patogen, serta meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman (Nur Roihanna, 2010).

Bokashi sebenarnya bukanlah menggantikan peran pupuk anorganik, melainkan sebagai penyempurna fungsi pupuk anorganik atau kimia. Pupuk organik dan pupuk kimia akan lebih optimal dan lebih efisien penggunaannya bila dimanfaatkan secara bersama-sama. Penggunaan pupuk organik bisa meminimalisir efek negatif pupuk anorganik serta memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah secara bersamaan (Wahyono dkk, 2011).

Selain pupuk organik, pupuk kimia atau sintetik kadang juga digunakan pada produksi hasil-hasil pertanian. pupuk sintetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang kandungannya terdiri dari unsur hara yang lengkap (makro dan mikro) yang tersusun dalam komposisi tertentu. Keuntungan dari penggunaan pupuk ini selain praktis dalam penggunaan, hara yang terkandung tercampur dengan rata, sehingga memudahkan dalam aplikasi. Sedangkan pupuk tunggal ialah pupuk yang hanya mengandung unsur hara tertentu.

(17)

Pupuk NPK memiliki kandungan unsur hara sebagai berikut; nitrogen, fosfor dan kalium. Nitrogen berguna bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, juga merangsang pertumbuhan daun. Kemudian, fosfor dberguna bagi tanaman untuk mengangkut energi hasil metabolisme tanaman, juga merangsang pembungaan dan pembuahan. Sedangkan kalium berguna dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral, air, dan sulfur yang berfungsi sebagai pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas (Shinta, 2014).

Dengan persiapan tanah dan pemberian dosis pupuk NPK yang tepat maka dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini dapat terlihat dengan peran pupuk NPK yang dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman dan pengolahan tanah yang bertujuan untuk menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman dan menyediakan daerah perakaran yang baik.

Pupuk NPK majemuk adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium. Unsur nitrogen pada tanaman berfungsi untuk meningkatkan kandungan protein, meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara lain, serta mengaktifkan pertumbuhan mikroba (Jumin, 2012).

Pupuk majemuk memiliki keunggulan, yaitu pada satu kali pemupukan mencakup beberapa unsur dan lebih efisien dalam penggunaan jika dibandingkan dengan pupuk tunggal. Pupuk majemuk yang umum digunakan adalah NPK Mutiara dengan komposisi kandungan N 16 %, P2O5 16 %, K2O 16% dan diaplikasikan melalui akar yaitu dengan menaburnya di sekitar batang tanaman (Hasibuan dkk., 2017).

(18)

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Bokashi Serasah Jagung dan NPK 16:16:16 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea, L.).

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Bokashi Serasah Jagung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea, L.).

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan NPK 16:16:16 terhadap pertumbuhan serta produksi sawi (Brassica juncea, L.).

C. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai penggunaan Bokashi Serasah Jagung dan NPK 16:16:16 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea, L.).

2. Dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai penggunaan Bokashi Serasah Jagung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea, L.).

3. Dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai penggunaan NPK 16:16:16 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea, L.).

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

''Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagian menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.'' (QS An Nahl: 10-11).

“Tidaklah seorang muslim yang berkebun dan bertani, lalu ada burung, manusia atau hewan yang memakan darinya kecuali bernilai sedekah bagi muslim tersebut.” (HR. Al Bukhari dan Ahmad).

Sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dimanfaatkan sebagai makanan, terutama pada daun-daun yang masih muda.

Sawi memiliki macam-macam manfaat dan kegunaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sawi juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Selain itu, sawi mengandung pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Ada dua jenis caisim/sawi yaitu sawi putih dan sawi hijau (Pracaya, 2011).

Menurut Irmawati (2018), pengelompokan sayuran sawi termasuk pada Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas: Dicotyledonae; Ordo:

Rhoeadales; Family: Cruciferae; Genus: Brassica; Spesies: Brassica juncea L.

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik didataran tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Nurshanti, 2010).

(20)

Menurut Ahmad (2010), Sawi (Brassica juncea L) memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silinder) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 3-5 cm. Akar ini berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah serta memperkuat tegaknya batang tanaman.

Namun demikian, menurut Cahyono (2003), sawi berakar serabut dan menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman 5 cm.

Daun sawi bentuknya lonjong, ada yang lebar dan ada yang sempit, ada yang keriting, tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun sawi memiliki tangkai daun yang panjang, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, strukturnya kuat dan halus. Lembaran daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda, tetapi membuka. Disamping itu, daun juga memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang. Secara umum caisim biasanya mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop.

Buah dan biji sawi termasuk tipe buah polong, yaitu bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji sawi berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau kehitam-hitaman dan mengkilap. Permukaannya licin dan agak keras. Tanaman sawi masih satu keluarga dengan kubis- kubisan yaitu famili Cruciferae. Oleh karena itu, sifat dan morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur, batang, bunga, buah dan bijinya (Ahmad, 2010). Tanaman sawi juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau, penyiraman dilakukan dengan teratur dan dengan air yang cukup, tanaman ini dapat tumbuh baik pada musim penghujan. Apabila budidaya sawi dilakukan pada dataran tinggi, tanaman ini tidak memerlukan air yang banyak (Dora, 2010).

(21)

Tanaman sawi butuh kandungan makro dan mikro yang cukup untuk tumbuh kembang dalam memproduksi yang tinggi, seperti unsur nitrogen yang berguna dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif, sehingga daun sawi menjadi lebih lebar, hijau dan bagus bentuknya (Erawan, dkk 2013).

Menurut Irmawati (2018), Sawi adalah jenis sayuran yang tumbuh pada iklim yang lembab, biasanya tanaman ini banyak ditanam di wilayah dataran rendah, namun dapat juga di wilayah dataran tinggi. Sawi memiliki nilai ekonomis tinggi, berbatang kerdil, bentuk daun lonjong dan berwarna hijau, batang berwarna putih. Terdapat kandungan protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C.

Sawi termasuk familia Brassicaceae, daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainasenya baik (Edi dan Yusri. 2010).

Daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah dimulai dari ketinggian 5 meter sampai 1.200 meter dpl. Namun, biasanya tanaman sawi dibudidayakan di daerah yang berketinggian 1.00-5.00 mdpl, tanaman sawi menyukai tanah yang gembur (Nasution dkk., 2014).

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai 7 (Perwitasari dkk., 2012).

(22)

Kemasaman tanah berpengaruh sekali pada ketersediaan hara di dalam tanah, aktifitas biologis tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke dalam tanah.

Pembubuhan pupuk ke dalam tanah akan mempengaruhi tingkat kemasaman tanah, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral atau basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara makro semakin kecil (Hasibuan, 2010).

Daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah dimulai dari ketinggian 5 meter sampai 1.200 meter dpl. Namun, biasanya tanaman sawi dibudidayakan di daerah yang gembur (Nasution dkk., 2014). Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai 7 (Perwitasari dkk., 2012).

Pada tanaman sawi, hama yang sering menyerang pada tanaman sawi adalah belalang dan semut. Pengendaliannya yaitu dengan menggunakan decis dengan cara menyemprotkan dosis sebanyak 0,5 ml/liter air tiga hari sekali (Nurfalah, 2015).

Sebenarnya limbah tanaman jagung dapat menjadi bahan baku untuk pembuatan pupuk organik sebagai pembenah tanah, karena limbah jagung mengandung selulosa, hemiselulosa, maupun lignin sebagai penyusun utama serasah tanaman (Herdiyantoro, 2010).

Penggunaan serasah tanaman jagung biasanya digunakan sebagai makanan peternakan atau pun media tanam untuk produksi jamur. Untuk mengurangi limbah pertanian tanaman jagung dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah

(23)

tersebut sebagai kompos organik. Produksi kompos komersil yang terbuat dari limbah pertanian dengan aktivator pupuk organik adalah pilihan yang aman sebagai pembenah tanah secara alami dibanding pupuk kimia (Al Barkah, dkk., 2013).

Sementara (Azis, 2014) menyatakan bahwa manfaat aplikasi kompos ke lahan pertanian yaitu meningkatkan produktivitas, memperbaiki biodiversity tanah, mengurangi resiko ekologi, dan memperbaiki lingkungan.

Serasah tanaman jagung yang dipergunakan sebagai komposisi organik yaitu daun, batang, dan tongkol yang biasanya dibuang atau ditinggalkan di lokasi tanam. Padahal bahan organik tersebut mengandung hara penting seperti nitrogen, posfor dan kalium. Bahan bokashi serasah jagung adalah bahan pembentuk granulasi dalam tanah yang begitu penting dalam membentuk agregat tanah (Nuraida dan Muchtar, 2006).

Menurut Jamilah dkk. (2009), perlakuan pupuk bokashi serasah jagung 10 ton/ha, bisa menghasilkan produksi tanaman jagung dibandingkan dengan tanpa penggunaan bokashi serasah jagung. Menurut Suwahyono (2014), bokashi serasah jagung memiliki kandungan 0,81% nitrogen; 0,16% fosfor dan 1,33% kalium atau sama dengan kandungan 81 kg Urea; 36,64 kg TSP dan 160,20 kg KCl.

Pupuk NPK merupakan pupuk anorganik yang memiliki jenis pupuk majemuk karena mengandung unsur hara berupa nitrogen (N), fosfor (P). dan kalium (K). Kandungan unsur nitrogen dalam pupuk NPK adalah sebesar 15%.

Nilai nitrogen sudah mewakili kadar nitrogen yang terkandung dalam pupuk sehingga angkanya tidak perlu dikonversi kembali (Wikipedia, 2018). Pupuk NPK majemuk ini merupakan pupuk campuran yang paling tidak memiliki dua macam

(24)

unsur hara tanaman dan dapat dikelompokkan menjadi hara makro maupun mikro seperti N, P, dan K (Haryad et al., 2015).

N, P, dan K merupakan unsur utama yang harus tersedia untuk tanaman.

Karena berguna untuk proses metabolisme dan biokimia sel tanaman. Nitrogen digunakan sebagai pembentuk asam nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil.

Fosfor digunakan sebagai pembentuk asam nukleat, fosforlipid, bioenzim, protein, senyawa metabolik yang merupakan bagian dari ATP penting dalam transfer energy. Kalium digunakan sebagai pengatur keseimbangan ion-ion sel yang berguna untuk mengatur beberapa mekanisme metabolik seperti fotosintesis.

Untuk itu, dengan pemberian dosis pupuk N, P dan K akan memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman (Firmansyah et al., 2017).

Pupuk NPK mutiara merupakan pupuk majemuk yang memiliki kandungan nitrogen sebesar 16%, fosfor sebesar 16%, dan kalium sebesar 16%. Menurut penelitian (Fiolita et al., 2017), menyatakan bahwa penggunaan pupuk NPK mutiara dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat mempercepat pertumbuhan.

Kholidin (2015) menyatakan bahwa dosis pupuk NPK Mutiara 16:16:16 sebanyak 200 kg/ha menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang terbaik pada tanaman sawi dengan produksi sebesar 294,97 gram per tanaman.

(25)

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km 11 No. 113, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan September hingga November 2020.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang telah dipakai pada penelitian ini adalah biji sawi, tanah, pupuk NPK 16:16:16 dan bokashi serasah jagung, kayu, paku, cat, dan lainnya.

Sedangkan peralatan yang digunakan adalah cangkul, meteran, gembor, tali, papan nama, dan alat tulis.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah penggunaan Pupuk Bokashi Serasah Jagung (Faktor B) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan dan faktor kedua adalah penggunaan Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 (Faktor N) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan. Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Maka, ada 48 satuan percobaan. Tiap-tiap unit plot berjumlah 16 tanaman, dan 2 tanaman diambil untuk sampel pengamatan. Jadi, total seluruh tanaman sampel ialah 96 sampel dari 768 tanaman keseluruhan.

(26)

Adapun faktor perlakuan yang telah digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Penggunaan Pupuk Bokashi Serasah Jagung (Faktor B), terdiri dari 4 taraf:

B0 = Tanpa penggunaan Pupuk Bokashi Serasah Jagung.

B1 = 500 g/plot (5 ton/ha) B2 = 1000 g/plot (10 ton/ha) B3 = 1500 g/plot (15 ton/ha)

2. Penggunaan Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 (Faktor N), terdiri dari 4 taraf:

N0 = Tanpa penggunaan Pupuk NPK Mutiara 16:16:16.

N1 = 10 g/plot (100 kg/ha) N2 = 20 g/plot (200 kg/ha) N3 = 30 g/plot (300 kg/ha)

Kombinasi perlakuan dari penggunaan dosis Pupuk Bokashi Serasah Jagung dan Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 terlihat pada tabel.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Pupuk Bokashi Serasah Jagung dan Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 pada Tanaman Sawi.

Dosis Pupuk Bokashi (B)

(kg/plot)

Dosis Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 (N) (gram/plot)

N0 N1 N2 N3

B0 B0N0 B0N1 B0N2 B0N3

B1 B1N0 B1N1 B1N2 B1N3

B2 B2N0 B2N1 B2N2 B2N3

B3 B3N0 B3N1 B3N2 B3N3

Data amatan terakhir dianalisa secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Apabila F hitung yang diperolah lebih besar dari F table,

(27)

maka dilanjutkan dengan melakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan tempat penelitian.

Penelitian akan dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Tempat penelitian yang akan digunakan adalah lahan dengan luas 6 x 18 meter. Kemudian, lahan dibersihkan dari rerumputan dengan menggunakan cangkul, parang dan garu.

2. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan

Lahan yang telah dibersihkan, digembur supaya mencegah rerumputan tumbuh kembali. Kemudian, ratakan tanah yang telah bersih dari rerumputan dan bebatuan. Selanjutnya, dibentuk bedengan dengan ukuran 1 x 1 meter. Bedengan dibuat sebanyak 48 petak dengan jarak antar bedengan 50 cm dan tinggi bedengan 30 cm.

3. Persiapan Bahan Tanam dan Pupuk

a. Benih yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih Sawi yang sehat, bebas penyakit, tidak cacat dan sudah terjamin kualitasnya.

b. Pupuk Bokashi Serasah Jagung berasal dari hasil pengelolaan limbah organik kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.

c. Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 diperoleh dari Toko Pertanian Binter, Jalan Kaharuddin Nasution, Marpoyan, Pekanbaru.

(28)

4. Pemasangan Label

Pemasangan label dilakukan dengan menancapkan papan-papan penanda di setiap bedengan yang telah diberi tanda penomoran atau kode. Papan nama tersebut terbuat dari seng dengan ukuran 10 x 15 cm.

5. Pemberian perlakuan

a. Pemberian Pupuk Bokashi Serasah Jagung

Pemberian pupuk ini diberikan satu kali selama masa penelitian, dengan waktu pemberian 7 hari sebelum penanaman. Cara pemberian yaitu dengan mengaplikasikan pupuk Bokashi Serasah Jagung ke setiap plot sesuai dengan dosis perlakuan, yaitu B0 = 0 g, B1 = 500 g, B2 = 1000 g, B3 = 1500 g.

b. Pemberian Pupuk NPK Mutiara 16:16:16

Pemberian pupuk ini dilakukan pada saat 7 dan 14 hari setelah benih ditanam. Pupuk NPK sebaiknya diaplikasikan dengan jarak 8-10 cm dari tanaman dengan membuat larikan. Kemudian, tutup larikan dan siram tanaman yang telah diberi pupuk. Perlakuan dosis yang diberikan sesuai dengan label tiap plot, yaitu N0 = 0 g, N1 = 10 g, N2 = 20 g, N3 = 30 g.

6. Penanaman

Benih yang telah didapat kemudian ditanam pada lahan penelitian, dengan jarak 20 cm x 20 cm di tiap bedengan. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 2 cm, kemudian setiap lubang tanam diisi dengan dua benih.

Kemudian, tutup lubang tanam.

(29)

7. Pemeliharaan a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari, dilaksanakan pada pagi dan sore hari secara intensif. Penyiraman pada tiap bedengan harus membasahi tiap-tiap tanaman. Apabila turun hujan, maka tidak dilakukan penyiraman.

b. Penyiangan

Penyiangan rerumputan dilakukan satu minggu sebelum penanaman dimulai, dan selanjutnya dilaksanakan pada saat tanaman berumur 14 hari.

Rumput yang tumbuh di sekitar tanaman dicabut secara manual menggunakan tangan, sedangkan yang tumbuh di antara bedengan dibersihkan menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan pada pagi dan sore hari.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menerapkan prinsip preventif atau pencegahan. Yaitu dengan pengolahan tanah, sanitasi lahan, pembuatan drainase yang baik, pengaturan jarak tanam, penyiangan yang teratur. Kemudian, menerapkan prinsip kuratif atau perlakuan langsung pada masa 14 HST. Yaitu dengan menggunakan insektisida decis 25 Ec dengan dosis 2 cc/l air yang kemudian disemprotkan pada seluruh tanaman.

8. Panen

Panen dilakukan setelah tanaman Sawi telah memenuhi kriteria panen, yaitu daun berwarna hijau terang, tekstur batang tegar dan lebar daun berkisar 8 – 12 cm serta tinggi tanaman telah mencapai 20 – 25 cm. Pemanenan dilakukan dengan mencabut tanaman sawi beserta akarnya dari tanah, kemudian potong pangkal

(30)

batang. Selanjutnya hasil panen simpan di tempat pendingin atau kering agar tidak mudah membusuk.

E. Parameter Pengamatan 1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran diamati dari batas permukaan tanah sampai bagian ujung daun tertinggi tanaman. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 14, 21 dan 28 hari. Data pengamatan dianalisis secara statistik dan periodik, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

2. Jumlah Daun (helai)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah terbentuk sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat akhir penelitian.

Data pengamatan dianalisis secara statistik, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

3. Lebar Daun Terlebar (cm)

Pengukuran lebar daun dilakukan pada daun terlebar dari tanaman sampel yang berbentuk sempurna. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman akhir penelitian. Kemudian data dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Volume Akar (ml)

Pengukuran dilakukan dengan menghitung volume akar tiap sampel.

Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan (waktu panen). Data pengamatan dianalisis secara statistik, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

(31)

5. Bobot Segar Ekonomis (g)

Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang berat tanaman sampel saat panen, kecuali bagian akar. Kemudian data dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman sawi dilakukan setiap minggu mulai tanaman umur 14, 21 dan 28 HST, pengamatan dilakukan dengan pengukuran tinggi tanaman dari pangkal batang hingga ujung daun dari tiap tanaman sampel. Data yang diperoleh, diuji menggunakan uji sidik ragam atau uji F untuk mengetahui perlakuan formulasi nutrisi yang diberikan berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman sawi.

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman sawi pada 28 HST setelah dianalisis ragam (lampiran 5.a), memperlihatkan bahwa interaksi dan pengaruh utama bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 menunjukkan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sawi. Hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rerata tinggi tanaman dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 (cm).

Bokashi Serasah Jagung (kg/plot)

NPK (g/plot)

Rerata N0

(Tanpa) N1 (10) N2 (20) N3 (30)

B0 (Tanpa) 20,80 fg 21,07 fg 21,77 c-f 22,20 cde 21,46 b B1 (0,5 kg) 20,57 g 21,47 d-g 22,13 cde 22,53 c 21,68 b B2 (1 kg) 21,30 efg 22,30 cd 22,50 c 23,60 ab 22,43 a B3 (1,5 kg) 21,40 d-g 21,27 efg 22,70 bc 23,96 a 22,33 a

Rerata 21,02 d 21,53 c 22,28 b 23,08 a KK= 1,51% BNJ BN= 0,9 BNJ B&N= 0,33

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa secara interaksi pemberian bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman sawi,

(33)

dimana kombinasi perlakuan dosis bokashi serasah jagung 1,5 kg/plot dan dosis NPK 16:16:16 30 g/plot (B3N3) menghasilkan tinggi tanaman yaitu 23,96 cm. tidak berbeda nyata dengan B2N3, namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Berdasarkan Tabel 2 juga, menunjukkan bahwa perlakuan N3 menghasilkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi, dibanding perlakuan N2, N1 dan N0. Data rata-rata tinggi tanaman sawi di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman yang sangat baik diperoleh pada perlakuan N3, tanaman sawi yang diberikan perlakuan N3 jauh lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya.

Sedangkan, perlakuan B3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan B2 terhadap rata-rata tinggi tanaman. Begitupun dengan perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan B0 terhadap rata-rata tinggi tanaman. Namun, perlakuan B2 berbeda nyata dengan perlakuan B1.

Ini dikarenakan perlakuan bokashi serasah jagung meningkatkan ketersediaan hara pada pertumbuhan awal tanaman sawi. Menurut hasil penelitian Bahan organik bokashi serasah jagung tersebut memiliki kandungan hara yaitu N, P dan K. Bahan organik limbah jagung merupakan bahan pembentuk organik dalam tanah dan sangat penting dalam perbaikan hara tanah. Menurut Erawan (2013), sayuran sawi bertumbuh bagus pada media tanam yang terkandung nitrogen yang cukup. Selain unsur N, unsur K juga berpengaruh besar dalam pruduksi hasil tanaman.

Selanjutnya hasil penelitian Putra (2013) menunjukkan hasil bahwa pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, volume akar dan berat segar tanaman sawi. Nurshanti (2010) melaporkan hasil penelitiannya bahwa pemberian pupuk NPK menyebabkan tanaman sawi tumbuh dengan baik ditandai dengan tanaman yang tinggi.

(34)

Gambar 1. Grafik tinggi tanaman sawi dengan perlakuan bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 pada 14, 21 dan 28 HST.

Pada gambar 1 terlihat bahwa pada fase pertumbuhan vegetatif tinggi tanaman sawi terus mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan seiring dengan bertambahnya umur tanaman dan pemberian kombinasi bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 berbagai taraf perlakuan.

Kombinasi yang memiliki pengaruh tertinggi ada pada perlakuan B3N3.

B. Jumlah Daun (helai)

Hasil analisi dan amatan terhadap jumlah daun tanaman sawi (lampiran 5.b), memperlihatkan bahwa dalam interaksi serta pengaruh pada bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi. Hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% bisa ditinjau pada tabel 3.

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

14 HST 21 HST 28 HST

Tinggi Tanaman (cm)

Umur Tanaman (HST)

B0N0 B0N1 B0N2 B0N3 B1N0 B1N1 B1N2 B1N3 B2N0 B2N1 B2N2 B2N3 B3N0 B3N1 B3N2 B3N3

(35)

Tabel 3. Rerata jumlah daun dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 (cm).

Bokashi Serasah Jagung (kg/plot)

NPK (g/plot)

Rerata N0

(Tanpa) N1 (10) N2 (20) N3 (30)

B0 (Tanpa) 9,83 12,17 12,50 12,50 11,75 b

B1 (0,5 kg) 11,17 13,17 13,17 13,17 12,67 ab

B2 (1 kg) 11,17 13,17 12,83 13,50 12,67 ab

B3 (1,5 kg) 12,50 13,50 12,50 13,17 12,92 a

Rerata 11,17 b 13 a 12,75 a 13,08 a

KK= 7,59% BNJ B&N= 0,95 Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti aksara kecil yang sama memperlihatkan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Dapat dilihat di tabel 3 bahwa tidak adanya pengaruh nyata antara bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 terhadap jumlah daun sayuran sawi, yang mana perlakuan bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 dengan kombinasi B3N3, B3N2, B3N1, B2N3, B2N1, B1N3, B1N2 dan B0N2 menghasilkan jumlah daun terbanyak yaitu 13 helai daun, namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Menurut Wijaya (2010) produksi jumlah daun yang berbeda dipengaruhi oleh frekuensi pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda pula. Frekuensi pemberian pupuk yang tepat akan mempercepat laju pembentukan daun. Maka, pada perlakuan yang diberi sedikit dosis dan tanpa perlakuan menunjukkan jumlah daun yang lebih sedikit.

Jumlah daun tanaman juga dipengaruhi oleh faktor alam dan lingkungan sekitar lahan penelitian, yaitu gulma, hama, penyakit serta cuaca. Karena itu, pemeliharaan di lapangan perlu dilakukan dengan cara yang preventif dan kuratif. Cara preventif dengan membersihkan lahan penelitian untuk mencegah

(36)

gulma dan hama berkembang, dan cara kuratif dengan aplikasi langsung pestisida di lahan penelitian.

C. Lebar Daun (cm)

Hasil pengamatan terhadap lebar daun tanaman sawi setelah dianalisis ragam (lampiran 5.c), memperlihatkan bahwa interaksi maupun pengaruh yang tampak pada bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 memberikan pengaruh nyata terhadap lebar daun tanaman sawi. Hasil pengujian lanjut BNJ pada taraf 5% bisa dipahami pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Rerata lebar daun dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 (cm).

Bokashi Serasah Jagung (kg/plot)

NPK (g/plot)

Rerata N0

(Tanpa) N1 (10) N2 (20) N3 (30)

B0 (Tanpa) 6,53 h 6,60 h 6,67 gh 7,10 efg 6,73 d B1 (0,5 kg) 6,60 h 6,87 fgh 7,10 efg 7,27 c-f 6,96 c B2 (1 kg) 6,97 fgh 7,30 c-f 7,67 bc 7,63 bcd 7,39 b B3 (1,5 kg) 7,20 def 7,53 cde 8,00 ab 8,23 a 7,74 a

Rerata 6,83 d 7,08 c 7,36 b 7,56 a

KK= 1,96% BNJ BN= 0,39 BNJ B&N= 0,14

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama memperlihatkan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel di atas, menjelaskan keterkaitan bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 memberi pengaruh yang beda terhadap lebar daun sayuran sawi. Kombinasi terbaik adalah perlakuan bokashi serasah jagung 1,5 kg/plot dan NPK 16:16:16 30 g/plot (B3N3), dengan menghasilkan lebar daun 8,23 cm. Tidak berbeda nyata dengan perlakuan B3N2, namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Berdasarkan Tabel 4 juga, menunjukkan bahwa perlakuan N3 menghasilkan rata-rata lebar daun tertinggi, dibanding perlakuan N2, N1 dan N0. Data rata-rata

(37)

lebar daun sawi di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan lebar daun yang sangat baik diperoleh pada perlakuan N3, daun sawi yang diberikan perlakuan N3 jauh lebih lebar dibanding perlakuan lainnya. Begitu juga dengan perlakuan B3, daun sawi yang diberikan perlakuan B3 menghasilkan rata-rata lebar daun tertinggi dibanding perlakuan lainnya.

Hal ini sesuai dengan penelitian Fiolita dkk (2017), menyatakan bahwa penggunaan pupuk NPK dapat meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan tanaman, terutama daun. Karena NPK dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman, juga mengandung unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama nitrogen untuk pertumbuhan daun.

Tabel 4 juga memperlihatkan kombinasi perlakuan B0N0 (tanpa bokashi serasah jagung dan tanpa NPK 16:16:16) adalah perlakuan yang memiliki lebar daun terkecil. Perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B0N1, B0N2, B1N0, B1N1, serta B2N0.

Fitriyatno dkk. (2012) menyatakan pertumbuhan pada daun selalu sejalan dengan bagian daun lainnya karena dipengaruhi unsur hara pada yang diberikan.

Selain pertumbuhan daun sawi yang baik disebabkan oleh tercukupinya unsur nitrogen (N) yang cukup tinggi.

Kandungan unsur hara seperti N dan P dalam pertumbuhan tanaman sangat penting sehingga ketersediaannya harus sesuai dengan kebutuhan dari tanaman itu sendiri. Pertumbuhan vegetatif sangat berpengaruh pada ketersediaan nitrogen, seperti yang terlihat pada tabel 4, perlakuan N3 (30 g/plot) menunjukkan hasil terbaik dari perlakuan N lainnya, Fathini dkk (2014).

Menurut Suwahyono (2014), limbah serasah jagung mengandung 0,81%

N, 0,16% P dan 1,33% K. Artinya, limbah serasah jagung kaya akan zat nitrogen.

(38)

Kemudian Sari dkk (2015), mengemukakan bahwa proses pembelahan sel akan berjalan cepat dengan adanya ketersediaan N yang cukup.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Fahmi dkk (2010), bahwa unsur hara nitrogen merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar, apabila tanaman kekurangan nitrogen pertumbuhannya menjadi lambat dan tanaman menjadi kerdil.

D. Volume Akar (ml)

Pengamatan volume akar diukur ketika proses panen dilakukan, dimana akar masih terlihat segar dan kuat. Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan volume air 100 ml dan volume air ketika akar tanaman dimasukkan ke gelas ukur.

Hasil dari perbandingan tersebutlah menjadi data volume akar.

Hasil pengamatan terhadap volume akar tanaman sawi setelah dianalisa keragaman (lampiran 5.d), memperlihatkan adanya pengaruh maupun interaksi pada penggunaan bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 memberikan pengaruh nyata terhadap volume akar sayuran sawi. Hasil analisa lanjut BNJ pada taraf 5% bisa diperiksa pada tabel 5.

Tabel 5. Rerata volume akar dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 (cm).

Bokashi Serasah Jagung (kg/plot)

NPK (g/plot)

Rerata N0

(Tanpa) N1 (10) N2 (20) N3 (30)

B0 (Tanpa) 1,82 ef 1,81 ef 1,83 ef 1,89 ef 1,84 d B1 (0,5 kg) 1,71 f 1,80 ef 2,18 cd 2,39 c 2,02 c B2 (1 kg) 1,89 ef 2,03 de 2,39 c 2,81 b 2,28 b B3 (1,5 kg) 2,01 de 2,22 cd 2,88 b 3,23 a 2,59 a

Rerata 1,86 d 1,96 c 2,32 b 2,58 a

KK= 4,59% BNJ BN= 0,27 BNJ B&N= 0,1 Angka-angka pada kolom dan barisan yang memiliki huruf kecil yang sama memperlihatkan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.

(39)

Dalam tabel 5, menjelaskan bahwa bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 memberi pengaruh nyata terhadap volume akar sayuran sawi. Kombinasi terbaik adalah perlakuan bokashi serasah jagung 1,5 kg/plot dan NPK 16:16:16 30 g/plot (B3N3), dengan menghasilkan volume akar 3,32 ml.

Menurut P. Hartono (2007), besar volume akar sayuran sawi terpengaruh oleh adanyanya kandungan hara fosfor pada media tanam, jadi tentu saja berdampak pada hasil akhir fotosintesis. Kemudian, dipengaruhi oleh nitrogen yang adalah kandungan terpenting dalam tumbuh vegetatif tanaman, pemberian bokashi juga bisa merubah struktur tanah dan meningkatkan pH, sehingga akar menjadi kuat serta gampang menyerap kandungan hara makro dan mikro. Semua itu juga dipengaruhu oleh kandungan organik lainnya.

Elisabeth dkk (2012), menambahkan bahwa peran bahan organik dari aspek tanaman dari hasil pelapukan bahan organik dapat mengandung asam organik dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman dan dapat diserap tanaman dengan segera. Maka dapat dilihat pada tabel 5, pemberian perlakuan kombinasi B dan N dengan taraf perlakuan tertinggi menunjukkan pengaruh nyata dibanding dengan unsur taraf lainnya.

Sehingga dapat diduga bahwa pemberian bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 dapat menghasilkan volume akar yang baik pada tanaman sawi. Hal ini dapat ditinjau dari keseluruhan jumlah rerata pada tiap taraf perlakuan, semakin besar taraf perlakuan semakin tinggi pula volume akar.

E. Bobot Segar Ekonomis (g)

Bobot segar ekonomis adalah angka berat tanaman sawi yang memiliki nilai ekonomis, nilai ini didapat dari bobot tanaman tanpa disertai akar. Hasil pengamatan terhadap bobot segar ekonomis tanaman sawi setelah dianalisa ragam

(40)

(lampiran 5.e), memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 memberikan pengaruh nyata terhadap bobot segar ekonomis sayuran sawi. Hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rerata bobot segar ekonomis dengan perlakuan dosis bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 (cm).

Bokashi Serasah Jagung (kg/plot)

NPK (g/plot)

Rerata N0(Tanpa) N1 (10) N2 (20) N3 (30)

B0 (Tanpa) 39,57 g 41,87 fg 43,47 def 46,30 c 42,80 d B1 (0,5 kg) 42,03 fg 43,20 ef 46,30 c 46,80 c 44,58 c B2 (1 kg) 45,07 cde 46,23 c 47,50 c 50,60 b 47,35 b B3 (1,5 kg) 44,83 cde 46,17 cd 50,63 b 55,27 a 49,23 a

Rerata 42,88 d 44,37 c 46,98 b 49,74 a KK= 1,97% BNJ BN= 2,47 BNJ B&N= 0,91

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%.

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 memberi pengaruh kepada bobot segar ekonomis sayuran sawi.

Kombinasi terbaik adalah perlakuan bokashi serasah jagung 1,5 kg/plot dan NPK 16:16:16 30 g/plot (B3N3), dengan menghasilkan bobot segar ekonomis 55,27 g.

Sedangkan, kombinasi terendah adalah pada B0N0, B0N1, dan B1N0.

Tampak dari tabel 6 bahwa tiap interval taraf perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda dan berpengaruh nyata. Karena, bobot segar tanaman dipengaruhi oleh unsur yang diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan penelitian Raliandi dkk (2014), bahwa pemberian bokashi serasah jagung memperlihatkan pertumbuhan tanaman sawi, jumlah daun, berat segar dan volume akar.

(41)

Pupuk bokashi serasah jagung selain sebagai sumber bahan organik yang berfungsi dalam perbaikan kondisi tanah, baik sifat fisik, biologi dan kimia tanah.

Karena bokashi serasah jagung mengandung unsur hara N, P dan K. Menurut Suwahyono (2014), bokashi serasah jagung memiliki unsur hara 0,81% N, 0,16%

P dan 1,33% K. Artinya, limbah serasah jagung kaya akan zat nitrogen. Kemudian Sari dkk (2015), mengemukakan bahwa proses pembelahan sel akan berjalan cepat dengan adanya ketersediaan N yang cukup.

N, P, dan K merupakan faktor penting dan harus tersedia bagi tanaman karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman. Untuk itu, dengan pemberian dosis pupuk N, P dan K akan memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman (Firmansyah et al., 2017).

(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, bisa diberi kesimpulan:

1. Pengaruh pemberian bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, volume akar, lebar daun dan bobot segar ekonomis. Kombinasi perlakuan terbaik adalah bokashi serasah jagung 1,5 kg/plot (B3) dan NPK 16:16:16 30 g (N3).

2. Pengaruh nyata pemberian bokashi serasah jagung berpengaruh nyata terhadap semua taraf perlakuan, interaksi yang paling baik adalah bokashi serasah jagung 1,5 kg/plot (B3).

3. Pengaruh nyata pemberian NPK 16:16:16 berpengaruh nyata terhadap seluruh taraf perlakuan, interaksi yang paling baik adalah NPK 16:16:16 30 g (N3).

B. Saran

Dari apa yang telah diteliti, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan atau mengkombinasikan bokashi serasah jagung dengan pupuk anorganik lain, atau NPK 16:16:16 dengan pupuk organik lain. Agar penelitian yang dilakukan dapat menemukan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik.

(43)

RINGKASAN

Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) adalah jenis sayuran yang palin banyak dikonsumsi. Karena harganya mudah dijangkau dan kandungan nutrisinya yang tinggi menjadikan sayuran ini menduduki sebagai sayuran yang paling banyak dibudidaya. Menurut Hidayat (2014), pada 100 gr sayuran sawi terkandung energi sebanyak 20 kkal, protein 1,3 g, karbohidrat 3,4 g, lemak 0,4 g, kalsium 123 mg, fosfor 40 mg, dan zat besi 1,9 mg. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tentunya membutuhkan unsur hara tanah sebagai nutrisi.

Sawi juga ialah salah satu jenis sayuran yang mempunyai potensi ekonomis dan nutrisi yang optimum. Kemudian, pertumbuhannya juga cepat dan bisa tumbuh dengan baik di lingkungan yang beriklim hangat maupun beriklim sejuk.

Sehingga, bisa dikembangkan di wilayah dengan dataran tinggi, dan wilayah dengan dataran rendah (Nurhasanah, dkk 2015).

Tumbuh dan kembangnya sayuran sawi sangat dipengaruhi oleh kandungan hara dan pemupukan. Penggunaan pupuk anorganik bisa meningkatkan kandungan unsur hara makro pada tanah, namun tentu saja penggunaannya dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Usaha meminimalisir penggunaan pupuk anorganik bisa dilakukan dengan pemberian pupuk organik yang dapat diolah dari limbah organik yang ada di sekitar lingkungan (Triyono, 2013).

Tanaman sawi umumnya tumbuh dengan baik pada tanah dengan kandungan nitrogen yang tinggi. Pemberian pupuk dengan unsur N pada tanah dapat meningkatkan tinggi tanaman sawi dan berat basah tanaman. Selain unsur N, unsur K juga berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.

(44)

Pertumbuhan sayuran sawi yang baik butuh kandungan nitrogen, fosfor dan kalium. Kemudian, tumbuh dan kembangnya juga butuh kandungan hara mikro seperti kalsium, besi, klor dan magnesium.

Bokashi dan limbah organik memiliki unsur hara yang sangat sedikit kalau dibandingkan dengan kandungan hara pada pupuk kimia, oleh sebab itu, untuk mencukupkan kandungan nitrogen, fosfor dan kalium pada bokashi perlu tata cara pemupukan. Menurut Surtinah (2014), sayuran sawi butuh nitrogen sebanyak 1,5% di media tanam supaya bisa memaksimalkan produksi sayuran sawi..

Tumbuhnya tanaman sawi dengan baik harus memiliki unsur hara yang cukup, apabila kandungan hara pada media tanam belum cukup, maka harus dilakukan pemberian pupuk.

Selain pupuk organik, pupuk kimia atau sintetik kadang juga digunakan pada produksi hasil-hasil pertanian. Pupuk organik sebenarnya bukan sebagai pengganti fungsi pupuk anorganik, melainkan sebagai pelengkap fungsi pupuk anorganik. Pupuk organik dan pupuk anorganik kian ideal dan lebih efisien penggunaannya jika digunakan secara bersamaan. Penambahan pupuk organik bisa meminimalisir dampak negatif pupuk anorganik, juga memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah secara langsung (Wahyono dkk, 2011).

Salah satu pupuk sintetik adalah pupuk NPK, pupuk tersebut memiliki kandungan unsur hara yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. Nitrogen difungsikankan sebagai perangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan merangsang pertumbuhan vegetative. fosfor difungsikan tanaman sebagai zat pembantu dalam mengangkut energi hasil metabolisme dan mempercepat pembungaan dan pembuahan, kalium difungsikan sebagai pemprosesan fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, dan sulfur yang berguna untuk membentuk asam amino dan mempercepat proses pertunasan (Shinta, 2014).

(45)

Untuk itulah dilakukan suatu penelitian kombinasi antara pupuk organik dan anorganik untuk mengetahui interaksi dari kedua pupuk tersebut. Pada penelitian ini, pupuk organik yang digunakan adalah bokashi serasah jagung, sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah NPK 16:16:16. Percobaan ini telah dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km 11 No. 113, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru pada September hingga November 2020.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah penggunaan Pupuk Bokashi Serasah Jagung (Faktor B) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan dan faktor kedua adalah penggunaan Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 (Faktor N) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan. Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Maka, ada 48 satuan percobaan. Tiap-tiap plot memiliki jumlah 16 tanaman, dan 2 tanaman dijadikan sampel pengamatan.

Sehingga, total semua tanaman sampel adalah 96 tanaman dari 768 keseluruhan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah bokashi serasah jagung (B) terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu tanpa bokashi, 500, 1000 dan 1500 g/plot. Kemudian faktor kedua adalah NPK 16:16:16 (N) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu tanpa NPK, 10, 20 dan 30 g/plot. Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Maka, ada 48 satuan percobaan. Masing-masing unit percobaan terdiri dari 16 tanaman, dan 2 tanaman dijadikan sampel pengamatan. Sehingga, total keseluruhan tanaman sampel adalah 96 tanaman dari 768 tanaman keseluruhan. Penelitian ini terdiri dari 5 parameter pengamatan; tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, volume akar dan bobot segar ekonomis.

(46)

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, interaksi pemberian bokashi serasah jagung dan NPK 16:16:16 berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, lebar daun, volume akar dan bobot segar ekonomis. Perlakuan terbaik pada bokashi serasah jagung adalah dengan dosis 1500 g/plot, dan pada NPK 16:16:16 adalah 30 g/plot.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Al Barkah, F.N., S.M.A. Radwan and R.A.A. Azis. 2013. Using Biotechnology in Recycling Agricultural Waste for Sustainable Agriculture and Environmental Protection. Int. J. of Current Microbial and Appl. Sci. 2(12):

446‒459.

Ahmad Fuad. 2010. Budidaya Tanaman Sawi (Brassica juncea L). Skripsi Mahasiswa Fakultas Pertanian. Universitas Surakarta

Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Tanaman Hortikultura: Petsai/Sawi. Riau.

(Diakses tanggal 20 Juni 2020).

Dora Fatma Nursahati. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L) dengan 3 Varietas yang Berbeda. Jurnal AgronobiS 2 (4).

Edi dan Yusri. 2010. Budidaya Sawi Hijau. Jurnal Agrisistem. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi.

Elisabeth D. W., Santosa M., dan Herlina N. 2012. Pengaruh Pemberian Berbagai Komposisi Bahan Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Karya Ilmiah: Jurusan Budidaya Pertanian.

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Erawan, Dedi. 2013. “Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Urea”. Jurnal Agroteknos. Vol. 3 No.1.

Surtinah. 2010. Agronomi Tanaman Budidaya.Riau : Alaf Riau.

Fiolita, V., Muin, A., & Fahrizal. 2017. Penggunaan Pupuk NPK Mutiara untuk Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Gaharu Aquilaria spp pada Lahan Terbuka di Tanah Ultisol. Jurnal Hutan Lestari, 5(3): 850–857.

Firmansyah, I. Muhammad S dan Liferdi L. 2017.Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.). J. Hort. Vol. 27 No. 1.

Fitriyatno, Suparti, dan Arif S. 2012. Uji Pupuk Organik Cair dari Limbah Pasar terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) dengan Media Hidroponik. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS.

Hasibuan, S., Batubara, L.R., dan Sunardi, I. 2017. Pengaruh pemberian pupuk majemuk intan super dan pupuk NPK Mutiara terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS 13(1): 43─49.

(48)

Hasibuan, B. 2010. Pupuk Dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Pertanian, Medan.

Herdiyantoro, 2010. Pengomposan: Mikrobiologi dan Teknik Pengomposan.

Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah. Jurusan Ilmu Tanah.

Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Hidayat, Taufiqur Rahman. 2014. “Peranan Rumen Dengan Penambahan Aktivator Em 4 Dan PupukUrea Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pak Choy (Brassica chinensis L.)”. Jurnal Produksi Tanaman. Vol.

2 No. 5.

Irmawati. 2018. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Caisin ( Brasicca juncea L.) dengan Perlakuan Jarak Tanam. Journal of Agritech Science, 2(1), 30–36.

Jamilah. R.Munir, dan Fatimah. 2009. Upaya Menggantikan Pupuk Kimia Buatan dengan Kompos C. Odorata dan Guano Untuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Pengelolaan Tanah Marginal Secara Berkelanjutan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian UNITAS. Padang.

Jumin, H.B. 2012. Dasar-Dasar Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 250 hlm.

Kholidin. 2015. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) terhadap Kombinasi Pupuk Organik, Anorganik dan Mulsa Di Lembah Palu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako.

Nurfalah, A. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) dengan Pemberian Kapur dan Penambahan Pupuk Nitrogen. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Nurhasanah, O, Yetti, H, & Ariani, E, 2015,’Pemberian Kombinasi Pupuk Hijau Azolla pinnata dengan Pupuk Guano Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.)’, Jom Faperta, vol. 2, no. 1.

Nurshanti, D.F. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Caisim( Brassica juncea. L). Jurnal Agronobis. Vol 1: No. 1.

Perwitasari, B., Mustika T., Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis) Dengan Sistem Hidroponik. Agrovigor : 5 (1) : 14-25.

Pracaya. 2011. Bertanam Sayur Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

(49)

Roihanna, N., Haryanti, S., dan Budi Hastuti, R. 2010. Pengaruh Kompos Dengan Stimulator EM 4 (Effective Microorganisms 4) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea mays var, Saccharata). FMIPA. Universitas Diponegoro.

Sari, S.Y. 2015. Pengaruh Volume Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Serabut Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Shinta, W, Kristanti, I.P, dan Warisnu, A. 2014. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.1.

Supartha, I.N.Y., G. Wijana dan G.M. Adnyana. 2012. Aplikasi jenis pupuk organik pada tanaman padi sistem pertanian organik. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 1(2): 98-106.

Suwahyono, untung. 2014. Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Triyono, Ari. 2013. Efisiensi Penggunaaan Pupuk-N untuk Pengurangan Kehilangan Nitrat pada Lahan Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 2013.

Wahyono. 2011. Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah. Jakarta Selatan: PT. Agromedia Pustaka.

Wijaya, Kelik. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Skripsi. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Referensi

Dokumen terkait

Musim peralihan I periode minimum gelombang laut signifikan di musim ini berada pada tahun 2011, hal ini disebabkan oleh fetch yang pendek dan kecepatan angin

Para ahli tersebut yaitu dua orang ahli media dan dua orang ahli materi pembelajaran.Produk media pembelajaran berupa modul matematika berbantu Cabri 3D dengan

Dalam penelitian ini yang diukur adalah pengaruh tingkat produktivitas dan biaya madya terhadap nilai tambah industri furniture dari kayu, sedapat mungkin penjelasan

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan berkah dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanTesis yang berjudul PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI MELALUI PERILAKU

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi responden terhadap atribut tangibles (bukti fisik) diantara kedua kelompok responden baik dari RS Panti Nirmala

Berdasarkan tabel dan grafik rerata perubahan yang terjadi pada hepar setiap kelinci terhadap perlakuan menunjukkan bahwa, infiltrasi lemak dan sel radang pada

Sumartana (dalam Vitalis 2007: 128) yang menyatakan: “Untuk menilai validitas isi instrument (angket) dilakukan dengan jalan membandingkan materi instrumen yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Islam Terpadu Bakti Insani di Kabupaten Sleman dalam kegiatan ekstrakurikuler