• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN SISTEM PELAYANAN e-KTP (DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BATU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN SISTEM PELAYANAN e-KTP (DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BATU)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

680

UPAYA PEMERINTAH DAERAH

DALAM MENINGKATKAN SISTEM PELAYANAN e-KTP (DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA

BATU)

Dyana Dzuliya Pratiwi1, Okta Dwi Pratiwi2 Universitas Muhammadiyah Malang

dyanapratiwi27@gmail.com , oktapratiwi22@gmail.com ABSTRAK

Pelayanan adalah pemecahan permasalahan antara manusia sebagai konsumen dan perusahaan atau instansi sebagai penyelenggara pelayanan. Pelayanan ini didefiniskan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok, atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan.

Dalam pelayanan ini juga berguna untuk melayani orang atau masyarakat. Pelayanan publik yang dapat didefinisikan sebagai definisi pelayanan dan definisi publik secara terpisah. e-KTP merupakan suatu program yang diselenggarakan oleh pemerintah sejak tahun 2011 dan belum juga terselesaikan hingga tahun 2016. Dalam pembuatan e-KTP ini juga sangat berguna sekali dalam aktivitas masyarakat. Dalam kebijakan publik dapat juga berarti serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu demi kepentingan seluruh orang dan masyarakat. Penelitian ini berfokus kepada upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Batu dan Catatan Sipil Kota Batu.

Kata kunci : Pelayanan Publik; E- KTP; Kartu Identitas Anak

ABSTRACT

Service is solving problems between humans as consumers and companies or agencies as service providers. This service is defined as the activities of a person, group, or organization both directly and indirectly to meet needs. In this service it is also useful to serve people or the community. Public services can be defined as separate service definitions and public definitions. e-KTP is a program organized by the government since 2011 and has not been completed until 2016. In making e-KTP this is also very useful in community activities. In public policy can also mean a series of actions determined and carried out or not carried out by the government that has a specific purpose for the benefit of all people and society. This research focuses on the efforts made by the local government of Batu City and the Civil Registry of Batu City.

Keywords : Public Service, e-KTP, KIA Card

PENDAHULUAN

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah salah satu identitas yang resmi menjadi penduduk serta menjadi bukti diri yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Yang bertujuan untuk mewujudkan kepemilikan satu Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk satu penduduk diperlukannya kode keamanan dan rekaman elektronik pada satu Kartu Tanda Penduduk tersebut. Ini berguna untuk suatu efektivitas rekaman elektronik pada Kartu Tanda Penduduk yang berbasis Nomor Induk Kependudukan tersebut, pelu adanya suatu perubahan dalam muatan rekaman pada sidik jari tangan penduduk.

(2)

681 E-KTP card atau kartu identitas elektronik adalah suatu dokumen yang berisi demografi dalam suatu sistem keamanan atau kontrol baik dari administrasi atau teknologi informasi dengan sesuai database yang berdasarkan populasi nasional. Dalam Undang - Undang Nomor 23 Tahun yang berisi tentang administrasi kependudukan bahwa pemerintah wajib memberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) kepada setiap penduduk Indonesia serta mencantumkannya di dalam setiap dokumen kependudukan. Dengan kebijakan pemerintah yang menerakan KTP yang berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) sesuai dengan Pasal 6 Perpres No. 26 Tahun 2009 yang bertujuan untuk terbangunnya dalam penyimpanan database kependudukan yang akurat di tingkat Kabupaten, Kota, Provinsi dan Pusat dengan menggunakan rekaman elektronik yang berupa biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan.

Pada saat ini perkembangan masyarakat sangat maju, maka dari itu masyarakat membutuhkan pelayanan juga harus meningkat. Dengan demikian masyarakat ini membutuhkan pelayanan yang sangat cepat, ekonomis dan terjamin dengan adanya kepastian. Sehingga dalam pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah yang diharpakan dapat memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan harapan masyarakat. Dalam penyelenggaraan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah di daerah kota Batu yang masih belum efektif dan efisien serta dengan berbagai hal lainnya seperti kesulitan pada akses, prosedur dan biaya pembuatan pelayanan publik yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.1 Dalam pembuatan e-KTP ini memiliki banyak manfaat dibandingkan dengan kartu KTP biasanya yang dapat mencegah dalam kepemilikan identitas ganda, mencegah dalam daftar pemilihan pemilu yang palsu, pencegahan perdagangan orang dan sebagainya.

Dalam pelayanan ini yang terdiri dari definisi pelayanan dan definisi publik secara terpisah. Pelayanan ini didefiniskan sebagai suatu aktivitas seseorang, sekelompok, atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Menurut Moenir, mendefinisikan pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan

1 Sahya Anggara. 2012. Ilmu Administrasi Negara. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hal. 567-568 Citra

(3)

682 tertentu untuk meningkatkan keinginan yang dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau dilayani, tergantung dalam penyedia jasa yang dapat memenuhi harapan masyarakat.

Strategi dalam ini yang dimana dikemukakan oleh Chandler, bahwa strategi adalah penentuan tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi, startegi merupakan suatu bentuk rencana, kebijakan, keputusan, tindakan, pendayagunaan dan alokasi sumber daya yang dapat didefinisikan sebagai organisasi atau instansi yang tepat dengan sasaran waktu.

Menurut James E. Anderson, kebijakan publik ini dapat dikelompokkan sebagai : 1.) Substantive Policies adalah kebijakan yang dilihat dari suatu substansi masalah yang dihadapi pemerintah. 2.) Material policies adalah kebijakan- kebijakan dalam pengalokasian atau penyediaan sumber-sumber material bagi para penerimanya. 3.) Public Goods and Private Goods Policies. Public Goods Policies merupakan suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang dan pelayanan untuk kepentingan orang banyak. Sedangkan Private Goods Policies merupakan kebijakan-kebijakan tentang penyediaan barang atau pelayanan untuk kepentingan perorangan yang tersedia di pasar bebas, dengan imbalan tertentu.

(Sutopo dam Sugiyanto, 2007:5). 4.) Distributive, Redistributive, and Self Regulatory Policies. Distributive Policies merupakan suatu kebijakan yang mengatur tentang pemberian pelayanan atau keuntungan bagi individu-individu, kelompok-kelompok, perusahaan-perusahaan atau masyarakat tertentu. Sedangkan Redistributive Policies adalah kebijakan yang mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan, pemilikan atau hak-hak diantara kelas-kelas dan kelompok- kelompok penduduk. Dan yang terakhir, Self Regulatory Policies merupakan suatu kebijakan yang mengatur tentang pembatasan atau pelarangan perbuatan, tindakan bagi seseorang atau sekelompok orang.’

Jumlah anak yang sudah mendapatkan Kartu Identitas Anak atau yang disebut dengan (KIA) di kota Batu.

Tabel 1. Anak usia 0 sampai taman kanak- kanak kota Batu

(4)

683

No Nama Kecamatan Jumlah

1 Batu 1.380

2 Bumiaji 381

3 Junrejo 433

Total 2.194

Tabel 2. Anak Sekolah Dasar Kota Batu

No Nama Kecamatan Jumlah

1 Batu 3.803

2 Bumiaji 2.033

3 Junrejo 1.343

Total 7.179

Tabel 3. Anak Sekolah Menengah Pertama

No Nama Kecamatan Jumlah

1 Batu 1.227

2 Bumiaji -

3 Junrejo -

Total 1.227

Tabel 4. Anak Sekolah Menenggah Atas

No Nama Kecamatan Jumlah

1 Batu -

2 Bumiaji 22

3 Junrejo -

Total 22

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengunakan Metode Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Fenomenologi. Jadi, Penelitian Fenomelogi merupakan suatu Strategi penelitian dimana peneliti mengidentifikasi intisari pengalaman manusia tentang fenomena seperti yang dideskripsikan oleh Partisipan. Yang dimana penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu dalam penerapannya lebih menekankan

(5)

684 pada analisis mendalam terhadap suatu objek yang menjadi pusat penelitiaannya.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian secara kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan secara ilmiah dan yang berdasarkan fakta- fakta atau fenomena - fenomena yang ada didalam suatu studi lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian di Dinas Penduduk dan Pencatatan Sipil di Kota Batu yang kami wawancarai tersebut yaitu dalam Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu dan Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu. Dalam penelitian ini juga menggunakan teknik deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informasi yang dideskriptifkan secara menyeluruh. Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dideskriptifkan dengan secara menyeluruh.

KERANGKA TEORI

Soetopo mendefinisikan pelayanan sebagai suatu usaha untuk membantu menyiapkan mengurus apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan, Menurut Moenir yang mendefinisikan pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem prosedur dan dengan metode tertentu dalam rangka untuk memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Sementara Menurut Boediono, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi atau lembaga lain yang tidak termasuk dalam badan usaha swasta, yang tidak berorientasi pada laba atau profit. Pelayanan publik ini juga dapat diartikan sebagai suatu pemenuh untuk keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara.

Pelayanan publik menurut Sinambela (Harbani Pasolong, 2010:199) adalah sebagai “Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik”. Menurut Pasal 5 Undang- Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, “Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan”. Ruang lingkup tersebut termasuk pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,

(6)

685 komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya. Menurut Moenir (2005:47), Pelayanan merupakan proses pemenuhan kebutuhan melelui aktivitas orang lain secara langsung. Pada definisi ini pelayanan juga merupakan usaha yang dilakukan oleh manusia maupun pada dinas di pemerintahan.

Dalam definisi pelayanan ini yang berguna untuk mendapatkan kepuasan atau pemenuhan dalam suatu hal-hal tertentu didalam sebuah dinas atau pemerintahan

Teori menurut Zangwill, bahwa inovasi merupakan suatu hal yang penting dalam mencapai keunggulan kompetitif. Tanpa inovasi, perusahaan ini akan mati.

Perusahaan yang melakukan inovasi secara terus-menerus akan mendapatkan mendominasi pasar, dengan kreasi, model dan penampilan produk yang baru. Pada akhirnya dengan strategi inovasi akan memunculkan keunikan produk yang sulit ditiru oleh pesaing. Menurut Van Meter dan Van Horn (dikutip Leo Agustino,2012:139), implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok- kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Pada pasal 13 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang pendaftaran penduduk menyebutkan bahwa:

a. Setiap penduduk wajib memiliki Nomor Identitas Kependudukan (NIK).

b. Nomor Identitas Kependudukan berlaku seumur hidup dan selamanya, yang diberikan oleh pemerintah dan diterbitkan oleh instansi pelaksana kepada setiap penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata.

c. Nomor identitas kependudukan di cantumkan dalam setiap dokumen dalam kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, sim, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.

Menurut Hesti (2011 : 179), Kinerja Pelayanan Publik yani tugas seseorang birokrasi yang ada di Indonesia yang masih memiliki kekuasaan tersebut.Kualitas dalam pelayanan publik sangat penting dikarena menurut Goetsh dan Davis yakni

(7)

686 kualitas yang memiliki peran penting yang menghubungkan baik atau buruk suatu jasa, produk, manusia, dan sesuai dengan keinginan masyarakat fokus pada pandangan pelayanan publik pemerintahan.

Berkaitan dengan pengertian kebijakan tersebut, Carl Friedrich memberikan pengertiannya sebagai berikut : Kebijakan yaitu sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang dapat memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai dalam suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran tertentu.

Istilah kebijakan ini lebih ditujukan kepada kebijakan publik dan kebijakan yang dibuat oleh negara.

Kebijakan publik ini juga dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu demi kepentingan untuk seluruh masyarakatnya. Bentuk kebijakan publik itu dapat berupa undang-undang atau peraturan daerah. Menurut James Anderson, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemerintah kota Batu memberikan pelayanan e-KTP kepada stakeholders yang terkait. Stakeholder merupakan orang yang mempunyai minat maupun kepentingan dalam suatu Instansi atau kepentingan lainnya. Yang dimana ini sudah menjadi salah satu tugas dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang sudah menjadi tugas pokok dan fungsi untuk memberikan pelayanan yang baik salah satunya pelayanan pembuatan e-KTP. Maka dari itu informasi dalam pembuatan e- KTP sudah merupakan tanggung jawab dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota Batu untuk mempertahankan tanggung jawabnya yang sudah tertulis pada peraturan perundang- undangan yang berlaku. Maka dari itu pemerintah daerah khususnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dituntut untuk selalu memberikan informasi yang relevan dan up to date dalam pembuatan e-KTP.

Pelayanan e-KTP merupakan salah satu pelayanan yang mendasar bagi masyarakat atau warga negara yang sudah memenuhi berbagai persyaratan- persyaratan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dinas

(8)

687 Kependudukan dan Catatan Sipil harus memberikan informasi yang akurat dengan empat indikator yang terdiri dari (1) informasi persyaratan pembuatan e- KTP sudah benar, (2) informasi persyaratan pembuatan e-KTP sudah lengkap, (3) informasi persyaratan pembuatan e- KTP memiliki maksud yang jelas, (4) mampu menanamkan kepercayaan kepada masyarakat. Ada beberapa prosedur atau tata cara dalam pembuatan e- KTP untuk Warga Negara Indonesia (WNI) antara lain (1) sudah berusia 17 tahun, sudah kawin atau pernah kawin, (2) foto copy Kartu Keluarga atau KK untuk membuata e- KTP yang baru. Syarat pembuatan e- KTP baru untuk orang asing yang mempunyai izin tetap adalah:

1. sudah berusia 17 tahun, sudah kawin atau sudah pernah kawin, 2. membawa foto copy Kartu Keluarga atau KK,

3. harus membawa dokumen perjalanan, 4. kartu izin tinggal tetap atau menetap.

Persyaratan penerbitan e-KTP untuk Warga Negara Indonesia atau disingkat dengan (WNI) yang pindah dari suatu daerah ke daerah lainnya. (1) membawa surat keterangan pindah dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dari kabupaten atau kota asal, (2) membawa foto copy Kartu Keluarga (KK). Persyaratan pembuatan e- KTP bagi Warga Negara Indonesia yang baru datang dari luar negeri (1) harus ada dan membawa surat keterangan pindah dari perwakilan Indonesia, (2) membawa foto copy Kartu Keluarga atau KK. Untuk persyaratan penerbitan atau pembuatan e- KTP untuk orang asing yang telah mempunyai izin untuk tinggal dan menetap di Indonesia dengan cara mencantumkan surat keterangan pindah.

Dalam persyaratan penerbitan dan pembuatan e-KTP dikarenakan adanya perubahan data-data untuk Warga Negara Indonesia atau disingkat dengan (WNI) maupun untuk Warga Negara Asing atau yang disingkat dnegan (WNA) yang mempunyai perizinan untuk tinggal menetap di Indonesia (1) membawa foto copy Kartu Keluarga atau KK, (2) membawa e- KTP yang lama, (3) mempunyai dan membawa kartu izin untuk menetap di wilayah tersebut, (4) mempunyai surat keterangan atau bukti perubahan data. Syarat penertiban e- KTP karena peranjangan bagi orang asing yang mempunyai izin untuk tinggal dan menetap di Indonesia (1) membawa foto copy Kartu Kelurga atau KK, (2) membawa e- KTP yang lama, (3) mempunyai dan membawa dokumen perjalanan, (4) mempunyai kartu perizinan

(9)

688 untuk tinggal dan menetap di wilayah tersebut. Untuk pengurusan dan penerbitan e- KTP karena hilang atau rusak diperuntukkan Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing : (1) Dengan membawa surat keterangan hilang dari pihak kepolisian, (2) Dengan membawa e-KTP yang rusak, (3) Dengan membawa foto copy Kartu Keluarga atau KK, (4) Dengan membawa dokumen perjalanan RI atau dokumen perjalanan, (5) Dengan mempunyai dan membawa kartu perizinan untuk tinggal tetap. Jadi, pada proses perekaman dan penertiban e- KTP yang baru oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten atau kota di luar domisili dilakukan dengan cara tidak melakukan perubahan data penduduk dan harus membawa foto copy Kartu Keluarga atau KK. 2

Selain dengan syarat pemberlakuan dalam membuatan e-KTP, syarat dalam pembuatan Kartu Identitas Anak atau KIA juga harus memenuhi syarat dan ketentuan sebagai berikut (1) Warga Negara Indonesia atau WNI yang berusia dibawah 17 tahun dan belum pernah kawin, (2) cara pembuatan Kartu Tanda Penduduk Anak atau Kartu Identitas Anak atau KIA harus dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten atau kota, (3) untuk ketentuan yang lebih lanjut dalam soal penerbitan Kartu Identitas Anak atau KIA akan diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri atau PERMENDAGRI. Dalam pembuatan Kartu Identitas Anaka atau KIA, Peraturan Menteri Dalam Negeri atau PERMENDAGRI menetapkan UU Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak atau KIA dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) untuk anak usia 0- 5 tahun tanpa menggunakan foto, (2) untuk anak- anak yang berusia 5 tahun sampai dengan 17 tahun kurang satu hari harus menggunakan foto. Untuk syarat membuat Kartu Tanda Penduduk Anak atau Kartu Identitas Anak / KIA yang sudah tercantum dalam peraturan tersebut meliputi foto coppy akta kelahiran, foto copy KTP orang tua, foto copy Katu Keluarga atau KK dan harus melampirkan foto yang berukuran 2 x 3.

e- KTP juga mempunyai banyak manfaat yaitu sebagi identitas diri, membuka rekening di bank, mengajuakan kredit, untuk mengurus berbagai macam surat izin, sebagai suatu persyaratan untuk melakukan pemilihan umum (pemilu), mencegah dalam pemalsuan KTP, dan untuk mendapatkan database kependudukan

2 https://www.cermati.com/artikel/makin-mudah-begini-cara-membuat-e-ktp-tanpa-surat- pengantar-rtrw di akses tanggal 28 November 2019

(10)

689 yang akurat. Adapun tata cara dalam pembuatan Kartu Identitas Anaka (KIA) meliputi sebagai berikut: (a) pemohon atau orang tua anak menyerahkan berbagai persyaratan yang telah ditentukan mulai dari foto coppy akta kelahiran, foto coppy KTP dari orang tua, foto coppy kartu keluarga/ KK, dan melampirkan foto 2 x 3 ,(b) kemudian Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil akan segera memproses dan menerbitkan Kartu Identitas Anak/ KIA tersebut, (c) Kartu Identitas Anak atau KIA dapat diberikan kepada orang tua atau pemohon melalui dinas tersebut atau melalui kecamatan dan desa/ kelurahan dimana pemohon tersebut tinggal, (d) dinas dapat menerbitkan kartu tersebut melalui berbagai pelayanan yang salah satunya adalah pelayanan keliling dengan menggunakan mobil keliling atau mobiling.

Jumlah anak yang sudah mendapatkan Kartu Identitas Anak atau biasa disingkat dengan KIA di kota Batu sebagai berikut:

Tabel 1. Anak usia 0 sampai taman kanak- kanak kota Batu

No Nama Kecamatan Jumlah

1 Batu 1.380

2 Bumiaji 381

3 Junrejo 433

Total 2.194

Tabel 2. Anak Sekolah Dasar Kota Batu

No Nama Kecamatan Jumlah

1 Batu 3.803

2 Bumiaji 2.033

3 Junrejo 1.343

Total 7.179

Tabel 3. Anak Sekolah Menengah Pertama

No Nama Kecamatan Jumlah

1 Batu 1.227

2 Bumiaji -

3 Junrejo -

Total 1.227

(11)

690 Tabel 4. Anak Sekolah Menenggah Atas

No Nama Kecamatan Jumlah

1 Batu -

2 Bumiaji 22

3 Junrejo -

Total 22

Sumber daya mempunyai faktor yang sanggat penting bagi mengimplementasikan Kartu Identitas Anak atau KIA . Adapun beberapa faktor- faktor penghambat dalam pelaksanaan dan pembuatan Kartu Identitas Anak atau KIA yaitu dikarenakan jauhnya jarak dari tempat tinggal untuk menuju ke kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil atau DISPENDUKCAPIL yang jauh, kurangnya pemahaman masyarakat, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, kurangnya keinginan dari masyarakat yang terutama orang tua akan pentingnya adanya Kartu Identitas Anak.

Terdapat hambatan kebijakan dalam membuat Kartu Identitas Anak atau KIA yang terjadi kota Batu yang terkait dengan adanya sarana dan prasarana, koneksi antar jaringan listrik yang membutuhkan waktu, serta adanya tenaga pegawai yang sangat terbatas. Dalam Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu diperlukan juga adanya pegawai yang khusus untuk melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat dalam hambatan internal yang juga merupakan salah satu faktor pendukung untuk pelayanan dan jika tidak adanya pendukung yang baik maka pelayanan tersebut akan sulit untuk dilakukan. Selain adanya hambatan internal ada juga hambatan yang eksternal yaitu adanya masyarakat yang kurang dalam memahami dan menangkap adanya informasi dan kurang memahami pelaksanaan sosialisasi yang telah dilakukan oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Batu kepada masyarakat, serta kurang adanya partisipasi dari masyarakat tentang adanya Kartu Identitas Anak atau KIA.

Dalam hal ini ada beberapa upaya untuk mengatasi hambatan dalam membuat Kartu Identitas Anak yaitu antara lain pihak dari Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil di Kota Batu ini harus memberikan suatu pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya Kartu Identitas Anak atau KIA. Dalam hal ini

(12)

691 juga akan mendapat respon dan tanggapan yang baik dari masyarakat terutama dari orang tua yang memiliki anak yang berumur 17 tahun kebawah. Dalam upaya tersebut Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Batu akan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat melalui sekolah-sekolah, melalui para orang tua, desa- desa, dan RT/ RW yang ada di wilayah Kota Batu. Sehigga masyarakat akan lebih memahami dan mengerti dengan adanya program pembuatan Kartu Identitas Anak atau KIA. Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Batu sanggat berupaya keras supaya masyarakat dalam mengurus dokumen dalam pembuatan Kartu Identitas Anak atau KIA tidak lagi mengalami kesulitan karena sudah adanya suatu program layanan yang telah menggunakan mobil keliling atau mobiling. Ada empat inovasi yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu dalam melakukan pelayanan pembuatan Kartu Identitas Anak atau KIA yaitu antara lain sebagai berikut ini (1) pelayanan saeama 30 menit, (2) pelayanan mobil keliling atau disingkat mobiling, (3) pelayanan yang dilakukan secara online, (4) pelayanan tri in one.

Adapun proses dalam pembuatan e- KTP meliuti antara lain yaitu (1) mendatangi kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil atau DISPENDUKCAPIL yang ada di kota atau kabupaten dimana kita tinggal dengan membawa foto copy Kartu Keluarga atau KK. (2) mengambil nomor antrian.

Tunggu nomer anda untuk dipanggil oleh petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kemudian petugas tersebut melakukan verifikasi data penduduk dari kartu Keluarga atau KK dan melakukan pengecekan database kependudukan. (3) kemudian petugas juga akan melakukan pengambilan foto langsung ditempat, kemudian melakukan pengambilan tanda tanggan pada alat perekam tanda tanggan elektronik, perekaman sidik jari (jempol dan telunjuk kanan), selanjutnya melakukan proses scan retina (iris) mata dan selanjutnya petugas akan membubuhkan tandatanggan dan stempel pada surat panggilan sebagai bukti bahwa kalau kita sudah melakukan perekaman foto, tandatanggan, scan retina mata, sidik jari, dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan semua itu memerlukan waktu antara 10 sampai 15 menit. Dan yang terkahir (4) setelah semua itu selesai maka e- KTP tersebut akan dicetak dan akan memerlukan waktu kurang lebih paling cepat selama satu jam.

(13)

692 Ada beberapa hambatan-hambatan dalam prosedur pembuatan e-KTP yaitu kurangnya sosialisasi dalam sistem proses pelayanan penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan atau SIAK dalam pelayanan kependudukan sehingga masih adanya berbagai proses-proses yang rumit sehingga pihak yang berwajib harus bisa mengatasi hambatan- hambatan yang dijumpai dalam proses pelayanan kepada masyarakat yang terutama dalam pembuatan e-KTP dan yang perlu diperhatikan oleh petugas Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil dalam pembuatan e-KTP yaitu pelayanan yang berkualitas, produktifitas, efektifitas, dan efesiensi dalam seluruh tatanan administrasi pelayanan publik di dalam Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil.

Direktorat Jenderal Disdukcapil dan Kementerian Dalam Negeri RI (2012), bahwa KTP berbasis NIK secara Nasional yang biasa disebut dengan KTP Elektronik. KTP tersebut yang mempunyai spesifikasi dan format KTP Nasional yang menggunakan sistem pengamanan khusus dan dapat berlaku sebagai Identitas resmi yang diterbitkan oleh Disdukcapil Kabupaten atau Kota. Menurut UU RI Nomor 24 tahun 2013, yang merupakan perubahan atau jo atas UU Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan menjelaskan bahwa KTP Elektronik selanjutnya disingkat KTP elektonik adalah KTP yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan Disdukcapil Kabupaten/Kota. NIK hanya bisa diterbitkan oleh Disdukcapil Kabupaten/Kota dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan atau disingkat dengan (SIAK). Pada KTP elektronik untuk Warga Negara Indonesia (WNI) ini berlaku untuk seumur hidup dan untuk bagi orang Asing ini berlaku sesuai dengan masa izin untuk tinggal tetapnya. Hal ini juga ditujukan sebagai suatu efisiensi Anggaran.

Dengan adanya KTP elektronik ini masyarakat tidak perlu lagi untuk memperpanjang tiap lima tahun sekali. Kecuali, bagi warga negara yang mengalami peristiwa atau perubahan status kependudukannya. Seperti status pernikahan, gelar pendidikan atau perubahan domisili ataupun KTP elektroniknya hilang atau rusak.

Sedangkan, menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 126 tahun 2012 yang mengenai Perubahan ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 26 tahun 2009 mengenai Penerapan KTP Berbasis Nomor Induk Kependudukan merupakan : a.

Identitas resmi sebagai bukti domisili penduduk. b. Bukti diri penduduk untuk

(14)

693 pengurusan kepentingan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan. dan c.

Bukti diri penduduk untuk pengurusan layanan publik di Instansi Pemerintah, Pemerintah daerah, perbankan dan swasta yang berkaitan dengan dan tak terbatas pada perijinan, usaha, perdagangan, jasa perbankan, asuransi perpajakan dan pertanahan.

Berikut alur dalam kepengurusan dokumen Kependudukan termasuk didalamnya kepengurusan KTP elektronik :

Pada permasalahan mekanisme pengurusan KTP elektronik melalui UPT Kecamatan yang bertambah lagi dengan adanya ketidakmauan atau keengganan masyarakat untuk mengurus sendiri dokumen kependudukan khususnya KTP elektronik sendiri. Sehingga hal tersebut yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab seperti halnya oknum Aparat atau perangkat desa maupun biro jasa atau calo dalam kepengurusan KTP elektronik tersebut. Dan dimana biro jasa atau calo dalam kepengurusan dokumen kependudukan atau KTP elektronik tidak diberi imbalan atas jasa ataupun karena imbalan atas jasa tersebut sedikit, maka berdampak dalam kepengurusan KTP elektronik tersebut, yaitu dimolorkan atau tidak jelasnya waktu penyelesaian atau waktu jadi kepengurusan KTP elektronik tersebut. Sehingga terkesan bahwa layanan kependudukan atau KTP elektronik melalui UPT Kecamatan yang tidak jelas atau kurang transparan, berbelit belit, berbayar, tidak pasti kapan jadinya dan lain sebagainya.

Faktor- faktor pendukung dalam proses pelayanan e- KTP adalah sebagai berikut yaitu setiap penyelenggaraan pelayanan public harus memiliki ptandar

PEMOHON

KECAMATAN

RT/RW DESA/ KEL

MENGISI BLNKO DAN MELENGKAPI PERSYARAKATAN

UPT

DISPENDUK DAN

PENCATATAN SIPIL

PROSES PENCET AKAN KTP

DISPENDUK DAN PENCATATA N SIPIL

UPT DISPENDUK DAN

PENCATATAN SIPIL

(15)

694 pelayanan dan harus dipublikasikan untuk sebagai jaminan dalam adanya kepastian untuk penerima pelayanan. Menurut Moenir (2002: 88), dalam pelaksanaan suatu pelayanan publik terdapat beberapa faktor- faktor yang mendukung antara lain yaitu seperti adanya kesadaran dari pegawai Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil, adanya aturan- aturan yang mendukung, adanya faktor- faktor dari organisasi, adanya faktor kemampuan dan ketrampilan, serta adanya faktor- faktor dalam sarana dan prasarana yang mendukung dalam suatu pelayanan.

Bentuk- bentuk wewenang dalam pengadaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dapat disingkat dengan (E-KTP) kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil atau DISPENDUKCAPIL adalah suatu perangkat instansi pemerintah kabupaten atau kota yang bertanggung jawab dan yang mempunyai wewenang dalam melaksanakan pelayanan urusan - urusan administrasi kependudukan . Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merupakan suatu instansi dalam pelaksanaan yang melaksanakan dalam urusan administrasi kependudukan dengan berbagai kewajiban - kewajiban yang meliputi sebagai berikut ini: (a) mendaftar suatu peristiwa- peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa- peristiwa yang penting.

(b) memberikan pelayanan- pelayanan yang sama dan harus bisa professional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa dalam kependudukan dan peristiwa penting yang ada dalam masyarakat. (c) Dalam mencetak, menerbitkan dan mendistribusikan dokumen dalam kependudukan. (d) selanjutnya, mendokumentasikan hasil dari pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. (e) menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa apa yang ada dalam kependudukan dan peristiwa penting lainnya. (f) melakukan dan melaksanakan kegiatan verivikasi dan validasi data serta infornasi yang telah disampaikan oleh penduduk dalam suatu pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu merupakan salah satu perangkat pemerintah daerah Kota Batu yang bertanggung jawab dan berwenang dalam melaksanakan suatu pelayanan dalam urusan administrasi kependudukan dan serta memperoleh pelimpahan wewenang pengadaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau disingkat dengan (e-KTP) dari Kementerian Dalam Negeri. Dalam wewenang tersebut dapat diperoleh melalui Pasal 8 huruf C Undang-Undang

(16)

695 Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5475, menyatakan bahwa Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan mempunyai kewajiban yang meliputi sebagai berikut ini : mencetak dokumen, menerbitkan dokumen - dokumen yang penting, dan mendistribusikan berbagai dokumen- dokumen kependudukan yang ada dalam kota atau kabupaten tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah lalu, di ubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan kemudian kembali di ubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, kemudian diubah lagi menjadi Negara Republik Indonesia (NKRI) nomor 5587 yang telah menimbulkan konsekuensi adanya pelimpahan dalam kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk dalam mengurusi berbagai urusan - urusan rumah tangganya sendiri - sendiri. Dalam suatu pelaksanaan otonomi daerah juga memungkinkan pemberian suatu wewenang yang lebih luas lagi kepada pemerintah daerah. Dalam penyelenggaraan di dalam suatu bidang dalam pemerintahan terutama dalam hal pelayanan publik, salah satunya adalah dalam penyelenggaraan di dalam bidang administrasi kependudukan. Hal ini juga sudah sesuai dengan tujuan otonominya yaitu untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan publik.

Dalam suatu wewenang yang lebih luas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan penyelenggaraan administrasi kependudukan, terlihat di dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang menegaskan bahwa pemerintah kabupaten atau kota yang berkewajiban dan bertanggung jawab atas menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati atau walikota dengan kewenangan yang meliputi sebagai berikut : (a) terdapat koordinasi dalam penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. (b) terdapat pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan. (c) pada pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai

(17)

696 dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (d) dalam pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; (e) pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan. (f) penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan. (g) penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten atau kota berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri. dan (h) koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

Dalam penjelasan diatas sudah terlihat bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kota Batu memperoleh pelimpahan atas wewenang yang bersifat hukum publik karena wewenang yang telah diberikan akan menimbulkan akibat - akibat hukum yang bersifat hukum publik seperti mengambil keputusan- keputusan atau menetapkan suatu rencana yang terkait dengan wewenang mencetak e-KTP yang diperolehnya. Dalam pelimpahan wewenang tersebut yang diperoleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu untuk mencetak e-KTP merupakan suatu wewenang pemerintahan yang berasal dari peraturan perundang- undangan yang melalui cara delegasi. Delegasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintah dalam suatu organ pemerintahan yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada organisasi lain dengan dasar peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pendelegasian wewenang ini adalah Pasal 8 huruf c Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 232, kemudian diganti lagi dalam Negara Nomor 5475, yang menyatakan bahwa Instansi Pelaksana dalam melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban yang meliputi: untuk mencetak, menerbitkan, dan mendistribusikan dokumen kependudukan. Menurut Ridwan HR, dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi ini terdapat syarat-syarat sebagai berikut :

1. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) yang tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu.

(18)

697 2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan.

3. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.

4. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut;

5. Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan instruksi atau pentunjuk tentang penggunaan wewenang tersebut meliputi meliputi:

mencetak, menerbitkan, dan mendistribusikan dokumen kependudukan.

Menurut Ridwan HR, dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi ini terdapat syarat-syarat sebagai berikut:

1. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi atau disingkat sebagai (delegans) tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu;

2. Delegasi tersebut berdasarkan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, yang berarti delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu di dalam peraturan perundang-undangan.

3. Delegasi tidak kepada bawahan, yang dimana dalam suatu hubungan hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.

4. Kewajiban memberikan keterangan atau penjelasan, yang dimana dalam delegans tersebut dapat berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut.

5. Peraturan kebijakan atau disingkat dengan (beleidsregel), yang berarti delegansi tersebut memberikan berbagai instruksi - intruksi atau petunjuk yang meliputi tentang penggunaan wewenang tersebut.

KESIMPULAN

Dalam prosedur pembuatan e - KTP mempunyai tujuan yaitu seperti memberikan pelayanan kepada masyarakat yang telah ditetapkan dalam Undang- Undang dan peraturan yang sudah berlaku. Pemerintah kota Batu memberikan pelayanan e-KTP kepada stakeholders yang terkait. Stakeholder merupakan orang yang mempunyai kemauan maupun kepentingan dalam suatu Instansi atau kepentingan lainnya. Yang sudah menjadi salah satu tugas dari Dinas

(19)

698 Kependudukan dan Catatan Sipil yang sudah menjadi tugas pokok dan fungsi, yaitu memberikan pelayanan yang baik salah satunya pelayanan dalam pembuatan e- KTP. maka dari itu informasi dalam pembuatan e-KTP sudah merupakan tanggung jawab dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota Batu untuk mempertahankan tanggung jawabnya yang sudah tertulis pada peraturan perundang- undangan yang berlaku. Maka dari itu pemerintah daerah khususnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dituntut untuk selalu memberikan informasi yang relevan dan aptudate dalam pembuatan e-KTP.

Pada pasal 13 Undang –Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang pendaftaran penduduk menyebutkan bahwa:

a. Setiap penduduk wajib memiliki Nomor Identitas Kependudukan (NIK).

b. Nomor Identitas Kependudukan berlaku seumur hidup dan selamanya, yang diberikan oleh pemerintah dan diterbitkan oleh instansi pelaksana kepada setiap penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata.

c. Nomor identitas kependudukan di cantumkan dalam setiap dokumen dalam kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, sim, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya. Kartu Tanda Penduduk elektronik, e-KTP atau KTP- el adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dibuat secara elektronik, dalam Pelaksanaan tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada 30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 2348 kecamatan dan 197 kabupaten atau kota. Sedangkan tahap kedua mencakup 105 juta penduduk yang tersebar di 300 kabupaten atau kota lainnya di Indonesia.

Secara keseluruhan pada akhir tahun 2012 ditargetkan setidaknya ada 172 juta penduduk sudah memiliki e-KTP dan dari awal sampai akhir tahun 2013 perekaman data penduduk tetap berlanjut sampai seluruh penduduk Indonesia wajib KTP terekam data pribadinya. Permasalahan mekanisme pengurusan KTP elektronik melalui UPT Kecamatan bertambah lagi dengan ketidakmauan atau keengganan masyarakat untuk mengurus sendiri dokumen kependudukan khususnya KTP elektronik sendiri. Sehingga hal tersebut dimanfaatkan oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab seperti halnya oknum Aparat atau perangkat desa maupun birojasa atau calo dalam kepengurusan KTP elektronik

(20)

699 tersebut. Dan tatkala birojasa atau calo dalam kepengurusan dokumen kependudukan atau KTP elektronik tidak diberi imbalan atas jasa ataupun karena imbalan atas jasa tersebut sedikit, maka berdampak dalam kepengurusan KTP elektronik tersebut, yaitu dimolorkan atau tidak jelasnya waktu penyelesaian atau waktu jadi kepengurusan KTP elektronik tersebut. Sehingga terkesan bahwa layanan kependudukan atau KTP elektronik melalui UPT Kecamatan tidak jelas atau kurang transparan, berbelit belit, berbayar, tidak pasti kapan jadinya dan lain sebagainya.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah kemudian di ubah dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan kemudian kembali di ubah lagi dengan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, kemudian diubah lagi menjadi Negara Republik Indonesia ( NKRI) nomor 5587 yang menimbulkan konsekuensi adanya pelimpahan dalam kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk dalam mengurusi berbagai urusan- urusan rumah tangganya sendiri- sendiri.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah juga memungkinkan dalam pemberian suatu wewenang yang lebih luas lagi kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan di dalam suatu bidang dalam pemerintahan terutama dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik, salah satunya adalah dalam suatu penyelenggaraan di dalam bidang administrasi kependudukan. Hal tersebut sudah sesuai dengan tujuan otonominya yaitu untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan publik.

Pemberian atas wewenang yang lebih luas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan penyelenggaraan administrasi kependudukan, terlihat dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang menegaskan bahwa pemerintah kabupaten atau kota berkewajiban dan bertanggung jawab atas menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati atau walikota dengan kewenangan meliputi sebagai berikut ini

1) koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

(21)

700 2) pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang

Administrasi Kependudukan;

3) pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

4) pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;

5) pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;

6) penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;

7) penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri; dan 8) koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

Dalam penjelasan diatas sudah terlihat bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kota Batu memperoleh pelimpahan atas wewenang yang bersifat hukum publik karena wewenang yang telah diberikan akan menimbulkan akibat- akibat hukum yang bersifat hukum publik seperti mengambil keputusan- keputusan atau menetapkan suatu rencana yang terkait dengan wewenang mencetak e-KTP yang diperolehnya. Pelimpahan wewenang tersebut yang diperoleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu untuk mencetak e- KTP yang merupakan suatu wewenang pemerintahan yang berasal dari peraturan perundangundangan yang didapat melalui cara delegasi, yaitu pelimpahan wewenang pemerintah oleh suatu organ pemerintahan yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada organ lain dengan dasar peraturan perundang- undangan.

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pendelegasian wewenang ini adalah Pasal 8 huruf c Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 232, kemudian diganti lagi dalam Negara Nomor 5475, yang menyatakan bahwa Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban yang meliputi: mencetak, menerbitkan, dan mendistribusikan dokumen kependudukan.

(22)

701 Menurut Ridwan HR, dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi ini terdapat syarat-syarat sebagai berikut :

1. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi atau disingkat dengan (delegans) tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu;

2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang berarti dalam delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan itu dalam peraturan perundang-undangan;

3. Delegasi tidak kepada bawahan, yang dimana dalam hubungan hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.

4. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut.

5. Peraturan kebijakan atau disingkat sebagai (beleidsregel), artinya delegans memberikan instruksi atau petunjuk tentang penggunaan wewenang tersebut meliputi meliputi: mencetak, menerbitkan, dan mendistribusikan dokumen kependudukan.

Kartu Identitas anak merupakan identitas resmi yang dimiliki oleh anak yang berusia dibawah 17 tahun dan belum pernah menikah. Pemerintah menerbitkan Kartu Identitas Anak ini bertujuan sebagai upaya dalam memberikan perlndungan terhadap anak, meningkatkan pendataan terhadap anak, dan memberikan pelayanan publik kepada anak untuk memberikan hak- hanya sebagai anak- anak Warga Negara Indonesia.

Pada pasal 13 Undang –Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang pendaftaran penduduk menyebutkan bahwa:

A. Setiap penduduk wajib memiliki Nomor Identitas Kependudukan (NIK).

B. Nomor Identitas Kependudukan berlaku seumur hidup dan selamanya, yang diberikan oleh pemerintah dan diterbitkan oleh instansi pelaksana kepada setiap penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata.

C. Nomor identitas kependudukan di cantumkan dalam setiap dokumen dalam kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, sim, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.

(23)

702 Kebijakan publik dapat juga berarti serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat. Bentuk kebijakan publik itu bisa berupa undang-undang atau peraturan daerah (Perda) dan lain (Dewi, 2002:1).

Menurut James Anderson, dalam Sunggono (2004:23) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan- badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah juga memungkinkan dalam pemberian suatu wewenang yang lebih luas lagi kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan di dalam suatu bidang dalam pemerintahan terutama dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik, salah satunya adalah dalam suatu penyelenggaraan di dalam bidang administrasi kependudukan.

Hal tersebut sudah sesuai dengan tujuan otonominya yaitu untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan publik.

Jadi, pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu memperoleh pelimpahan atas wewenang yang bersifat hukum publik karena wewenang yang telah diberikan akan menimbulkan akibat- akibat hukum yang bersifat hukum publik seperti mengambil keputusan- keputusan atau menetapkan suatu rencana yang terkait dengan wewenang mencetak KTP-el yang diperolehnya.

Pelimpahan wewenang tersebut yang diperoleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Batu untuk mencetak KTP-el merupakan suatu wewenang pemerintahan yang berasal dari peraturan perundangundangan yang didapat melalui cara delegasi, yaitu pelimpahan wewenang pemerintah oleh suatu organ pemerintahan yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada organ lain dengan dasar peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pendelegasian wewenang ini adalah Pasal 8 huruf c Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 232, kemudian diganti lagi dalam Negara Nomor 5475, yang menyatakan bahwa Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban yang meliputi: mencetak, menerbitkan, dan mendistribusikan dokumen kependudukan.

(24)

703 Pelayanan publik yang dapat diartikan juga sebagai suatu pemenuh keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah kemudian di ubah dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan kemudian kembali di ubah lagi dengan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, kemudian diubah lagi menjadi Negara Republik Indonesia ( NKRI) nomor 5587 yang menimbulkan konsekuensi adanya pelimpahan dalam kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk dalam mengurusi berbagai urusan- urusan rumah tangganya sendiri- sendiri.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah juga memungkinkan dalam pemberian suatu wewenang yang lebih luas lagi kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan di dalam suatu bidang dalam pemerintahan terutama dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik, salah satunya adalah dalam suatu penyelenggaraan di dalam bidang administrasi kependudukan. Hal tersebut sudah sesuai dengan tujuan otonominya yaitu untuk mencapai suatu efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan publik.

Dalam pemberian atas wewenang yang lebih luas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan penyelenggaraan administrasi kependudukan, terlihat dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang menegaskan bahwa pemerintah kabupaten atau kota berkewajiban dan bertanggung jawab atas menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati atau walikota dengan kewenangan meliputi sebagai berikut ini

1. terdapat koordinasi dalam penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

2. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan.

3. terdapat pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

4. terdapat pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

(25)

704 5. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi

Kependudukan.

6. penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan.

7. penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten atau kota berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri. Dan yang terakhir

8. terdapat koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

DAFTAR PUSTAKA

Baunsele, Desi Andelia Et Al. (2019). Proses Pelayanan E-KTP Dalam Usaha Tertib. 8(1): 112–15.

Hadi, Krishno, Asworo, Listiana, Taqwa, Iradhad. (2020). “Inovasi Dialogis:

Menuju Transformasi Pelayanan Publik Yang Partisipatif (Kajian Sistem Pelayanan Malang Online). Journal of Government and Civil Society, 4(1),115–129, DOI: http://dx.doi.org/10.31000/jgcs.v4i1.2438

Mahardika, Rizalaidi, And Cahyo Sasmito. (2017). Pengaruh Sinkronisasi Informasi Pelayanan Terhadap Voice ( Ekspresi Ketidakpuasan ) Masyarakat.

6(2): 2–7.

Nur Ayyul Hisbani, Musliha Karim, Ihyani Malik. (2015). Penerapan Inovasi Pelayanan Publik Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Enrekang.: Jurnal Administrasi Publik 1(3), 265–76.

Prasetya Eka Pratama, Muhammad Kamil, Salahudin Salahudin. 2019.

Implementation of the Integrity Zone Development Program towards a Corruption-Free Area and a Serving Clean Bureaucracy Region. Journal of

Local Government Issues, 2 (2), 134-

148, DOI: https://doi.org/10.22219/logos.Vol2.No2.134-148.

Purwadi, S.Kom. M.Si. (2018). Kualitas Pelayanan E-Ktp Elektronik Di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.: Kualitas Pelayanan E-Ktp Elektronik Di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung 1(2012): 1–11.

(26)

705 Ratna, Ria, and Sari Pasaribu. (2018). Implementasi Kebijakan Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Identitas Anak (Kia) Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Batu.7(2): 158.

Rusmiati Teti Elis. (2017). Analisis Sistem Pelayanan e- KTP di Kelurahan Poris Gaga Tangerang, 1(2).

Sahya Anggara. (2012). Ilmu Administrasi Negara. Bandung: CV. Pustaka Setia.Hal.567-568 citra.

Shofi, M, And Sugeng Rusmiwari. (2019). Proses Pelayanan E-Ktp Dalam Usaha Tertib Administrasi Kependudukan Implementasi Program Keluarga Harapan ( Pkh ) Dalam Pengentasan Kemiskinan Bidang Pendidikan ( Studi Di Desa Sumberejo Kecamatan Batu Kota Batu . 8(1): 116–21.

Widiastuti, Ika. (2018). Kebijakan Pelayanan E-Ktp Di Kota Bandung Public Inspiration : Jurnal Administrasi Publik. 3(1): 16–25.

Wijayanti, Eka, and Anita Sindar. (2018). Implementasi Analytical Hierarchy Process Dalam Menentukan Tingkat Kepuasan Pelayanan E-Ktp.: Jurnal Nasional Komputasi dan Teknologi Informasi, 1, 93–96.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tabel 3 diketahui bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh terhadap nilai produksi industri kecil tenun ikat di Kabupaten Jepara dan bahan baku juga

Perkembangan share produksi dari sumber protein asal ternak akan berubah menyesuaikan dengan besarnya permintaan masyarakat untuk konsumsi daging, telur dan susu

prototype pintu geser otomatis yang diaplikasikan sebagai akses masuk laboratorium serta dipadukan dengan sistem multi akses kartu mahasiswa dimana dalam sistem ini

Setelah melihat kondisi awal tentang pengembangan kosa kata bahasa Inggris anak di taman kanak-kanak Padang pemberian nama pada benda-benda (labeling) dengan pembelajaran

Berdasarkan kedua data silsilah perkawinan antara kambing gembrong jantan warna putih dengan kambing gembrong betina warna coklat belum bisa memastikan apakah

Berdasarkan ketiga peraturan guru di atas, guru diharapkan menngembangkan Publikasi )lmiah sebagai bentuk kegiatan dalam Pengembangan %eprofesian Berkelan(utan& Publikasi

Dalam rangka perbaikan dan peningkatan layanan kepada client, maka gambaran umum sistem yang diusulkan yaitu dibuatnya suatu web support selain sebagai media

ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2OL4 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara perlu diubah;.. bahwa perubahan