• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun 1960. Locke menunjukkan bahwa adanya suatu keterkaitan antara tujuan dengan kinerja. Dia menemukan bahwa tujuan yang spesifik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada tujuan yang mudah (Silalahi, 2021). Menurut Robbins

& Judge teori penetapan tujuan akan mengarahkan pada kinerja yang lebih tinggi (Silalahi, 2021).

Teori penetapan tujuan mengasumsikan bahwa pemahaman terhadap tujuan yang akan dicapai suatu organisasi akan berpengaruh terhadap kinerja (Silalahi, 2021). Setiap organisasi yang telah menetapkan sasaran (goal) yang di formulasikan ke dalam rencana anggaran lebih mudah untuk mencapai target kinerja yang sesuai dengan visi dan misi organisasi itu sendiri. Untuk mencapai tujuan organisasi, manajemen harus membuat langka-langka proaktif dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan yang komprehensif agar sasaran dan tujuan dapat dicapai, perencanaan dan pelaksanaan dapat dikatakan berjalan dengan baik bila tahapan-tahapan dapat diimplentasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal (Ferdinan et al., 2020).

Berdasarkan pendekatan teori penetapan tujuan maka keberhasilan dalam pengelolaan anggaran merupakan tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut dapat dipengaruhi oleh variabel perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pengadaan barang dan jasa sehingga tercipta kemungkinan untuk mencapai tujuan dengan lebih baik (Silalahi, 2021).

2.1.2 The Agency Theory

Menurut Jensen dan Meckling (1976) hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara principal dengan agent, dengan melihat pendelegasian beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Harahap et al., 2020).

(2)

Pengunaan teori keagenan telah dipergunakan secara luas baik di sektor privat maupun sektor publik. Teori keagenan dipergunakan untuk menganalisis hubungan principal agen dalam kaitannya dengan penganggaran sektor publik (Ferdinan et al., 2020). Di sektor pemerintahan, satuan kerja dapat dinyatakan sebagai agen dari pemerintah karena satuan kerja dibutuhkan untuk menghasilkan suatu output bagi masyarakat pada tingkatan tertentu. Ketepatan pengeluaran anggaran dapat diinterpretasikan sebagai komponen kontrak antara pemerintah sebagai principal dan satuan kerja sebagai agen. Tujuan pemerintah adalah untuk memudahkan satuan kerja dalam mengimplementasikan pelaksanaan program kegiatan yang telah ditetapkan dan satuan kerja sebagai agen harus dapat menunjukkan kinerja yang baik dengan melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan secara tepat (Ferdinan et al., 2020).

2.1.3 Penyerapan Anggaran

Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi. Anggaran sebagai kebijakan ekonomi yang berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan negara (Halim, 2017). Belanja pemerintah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, untuk kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan semakin awal, maka manfaat serta efek stimulusnya juga semakin besar. Namun apabila pelaksanaannya cenderung terlambat hingga ke akhir tahun, maka yang dirugikan sebenarnya adalah masyarakat, karena tertundanya manfaat yang akan diterima (Halim, 2017). Beberapa alasan yang menyebabkan anggaran dianggap menjadi penting (Halim, 2017) yaitu:

a. Pemerintah menggunakan anggaran sebagai alat untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

b. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas serta terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.

(3)

c. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.

Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa anggaran merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah. Tindak lanjut dari suatu anggaran adalah mewujudkan anggaran yang telah dialokasikan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Tindak lanjut dari anggaran tersebut adalah realisasi program dan kegiatan yang telah direncanakan akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran (Silalahi, 2021). Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, penyerapan anggaran bukan merupakan target alokasi anggaran.Namun hingga kini, salah satu indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pemerintah daerah adalah besarnya penyerapan anggaran. Sehingga penyerapan anggaran dapat diartikan sebagai realisasi anggaran suatu instansi pada akhir tahun anggaran dibandingkan dengan anggarannya (Halim, 2017).

Penyerapan anggaran menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan dan mempertanggungjawabkan setiap kegiatan yang telah merupakan akumulasi dari penyerapan anggaraan yang dilakukan oleh SKPD (Ramdhani & Anisa, 2017) Oleh karena yang diamati adalah organisasi sektor publik atau entitas pemerintahan, maka penyerapan anggaran itu dapat diartikan sebagai pencairan atau realisasi anggaran yang termuat dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada periode tertentu (Halim, 2017). Adapun kategori tingkat penyerapan dan nilai kinerja dan Kriteria Penyerapan berdasarkan Surat yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dengan Nomor S-837/MK.05/2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Kategori dan Kriteria Nilai Kinerja Penyerapan Anggaran Nilai Kinerja Penyerapan

Anggaran

Kategori Tingkat Penyerapan

Anggaran Kriteria

Lebih dari 100% Melebihi Tinggi Melebihi Baik

91 sampai 100% Tinggi Baik

81 sampai 90% Cukup Rendah Cukup Baik

61 sampai 80% Rendah Kurang Baik

60 ke bawah % Sangat Rendah Belum Baik

Sumber : Surat Menkeu Nomor S-837/MK.05/2019

(4)

Halim (2017) mengemukakan bahwa penyerapan anggaran yang tidak memenuhi target akan mengakibatkan manfaat dari belanja tersebut menjadi hilang, karena anggaran yang telah dialokasikan tersebut tidak mampu dimanfaatkan secara optimal sehingga mengakibatkan adanya dana yang menganggur. Faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya penyerapan anggaran (Halim, 2017) adalah sebagai berikut:

1. Lemahnya Perencanaan anggaran. Rendahnya capaian serapan anggaran memcerminkan perencanaan yang lemah dan kurang matang. Kegiatan akan sulit atau terlambat dieksekusi apabila terjadi revisi. Revisi anggaran tidak perlu dilakukan jika perencanaan dilakukan dengan matang, disamping itu adanya jadwal kegiatan yang pasti, sehingga kegiatan tidak menumpuk diakhir tahun anggaran.

2. Lamanya Proses Pembahasan Anggaran. Proses pembahasan anggaran yang lama terjadi karena banyaknya tarik ulur kepentingan. Tarik ulur ini efeknya juga menjadikan kegiatan yang diusulkan menjadi tidak tepat sasaran.

3. Lambatnya Proses Tender. Pejabat pembuat komitmen dan kuasa pengguna anggaran yang masih kurang memahami ketentuan pengadaan barang dan jasa serta pelaksanaan anggaran.

4. Ketakutan menggunakan anggaran. Adanya ketakutan dalam merealisasikan anggaran karena banyaknya kasus yang melibatkan kepala daerah, pengguna anggaran atau pejabat pembuat komitmen harus berurusan dengan aparat penegak hukum karena ditemukan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan.

2.1.4 Perencanaan anggaran

UU No. 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa perencanaan merupakan proses untuk menentukan tindakan yang tepat dimasa yang akan datang, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan merupakan merupakan proses untuk menyusun Rencana Kerja Anggaran Organisasi Perangkat Daerah (Silalahi, 2021).

Halim (2017) mengemukakan fungsi anggaran sebagai alat

(5)

perencanaan yaitu:

1. Merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi organisasi

2. Perencanaan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya

3. Pengalokasian dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun

4. Penentuan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2019 menyebutkan bahwa prinsip penyusunan APBD antara lain:

1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan kemampuan pendapatan daerah

2. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi

3. Berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara

4. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

5. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD

6. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat

7. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

Tanpa adanya perencanaan anggaran yang baik maka penyerapan anggaran yang maksimal sebagai suatu hal yang tidak mungkin dapat tercapai (Halim, 2017). Perencanaan anggaran memiliki peran yang sangat penting dalam upaya peningkatan penyerapan anggaran, karena apabila dilakukan dengan baik maka akan memudahkan dalam pelaksanaannya. Lemahnya perencanaan anggaran dapat mengakibatkan anggaran yang terlalu tinggi ataupun anggaran yang terlalu rendah akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran

(6)

(Mardiasmo, 2018). Apabila hal tersebut terjadi akan menyebabkan banyaknya layanan publik dijalankan secara tidak efisien dan tidak sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan publik. Menurut Yunto apabila perencanaan anggaran tidak baik akan berdampak pada kesulitan dalam pelaksanaannya, sehingga harus direvisi atau bahkan tidak dapat direalisasi (Silalahi, 2021)

Yunarto dalam Silalahi (2021) mengemukakan permasalahan biasa terjadi dalam perencanaan anggaran, yang mengakibatkan rendahnya penyerapan anggaran adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kegiatan tidak sesuai dengan kebutuhan 2. Tidak lengkapnya data pendukung penyusunan anggaran

3. Penentuan akun yang salah, sehingga perlu dilakukan revisi dokumen anggaran

4. Pagu anggaran yang terlalu rendah dan tidak sesuai dengan harga pasar 5. Biaya pendukung dan administrasi pengadaan tidak dianggarkan Term of

Reference (TOR) salah/tidak lengkap

6. Rencana Anggaran Biaya (RAB) tidak sesuai dengan satuan biaya sehingga mengakibatkan kelebihan ataupun kekurangan anggaran Formalisasi rencana penarikan anggaran selama tahun anggaran.

Perencanaan yang anggaran yang buruk adalah hambatan yang signifikan yang mencegah penyerapan anggaran.Perencanaan sebagai acuan bagi penganggaran pada dasarnya adalah proses untuk menyusun rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu, diantaranya mengenai partisipasi, akurasi data, pengesahan APBD, pendekatan dan istrumen dalam penyusunan anggaran, perencanaan dan kebutuhan serta revisi atau perubahan (Zarinah et al., 2016).

2.1.5 Pelaksanaan Anggaran

Pelaksanaan adalah aktifitas yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana ataupun kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam proses pelaksanaan meliputi pengaturan terhadap penggunaan alat – alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, bagaimana cara pelaksanaanya, waktu pelaksanaannya dan dimana

(7)

tempat pelaksanaannya (Silalahi, 2021). Pelaksanaan anggaran adalah upaya yang dilakukan untuk merealisasikan perencanaan anggaran terkait dengan anggaran yang dimiliki untuk kebutuhan program dan kegiatan OPD (Ramdhani & Anisa, 2017). Program dan kegiatan dapat dilaksanakan setelah disahkannya dokumen pelaksanaan anggaran sebagai dasar pelaksanaan anggaran bagi pengguna anggaran. Dalam Undang – Undang Perbendaharaan Negara dijelaskan bahwa:

1. Setelah APBD ditetapkan, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah memberitahukan kepada semua kepala OPD agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing OPD.

2. Kepala OPD menyusun dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) untuk OPD yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan 3. Di dalam DPA, diuraikan sasaran yang akan dicapai, fungsi, program

dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana.

4. DPA yang telah disahkan oleh PPKD disampaikan kepada Kepala OPD.

DPA-OPD digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala OPD selaku pengguna anggaran

Untuk meminimalisir terjadinya penumpukan penyerapan anggaran, pelaksanaan anggaran harus dilakukan konsisten sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Persoalan yang sering dihadapi dalam penyerapan anggaran adalah adanya kesenjangan yang terjadi antara perencanaan dan pelaksanaan, sehingga anggaran yang telah ditetapkan tidak terealisasi dengan baik. Walaupun sudah direncanakan dengan baik tetapi jika dalam pelaksanaan banyak mengalami kendala yang mengakibatkan kegiatan tidak sesuai dengan jadwal maupun tidak sesuai dengan rencana sebelumnya, maka dapat mengakibatkan realisasi anggaran tidak tepat waktu. Adanya revisi terhadap program dan kegiatan sehingga program dan kegiatan tidak dapat terlaksana, petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan seringkali memiliki perbedaan dengan dokumen pelaksanaan anggaran, aturan tentang mekanisme pencairan anggaran pemerintah daerah tidak begitu jelas, hal tersebut dapat mengakibatkan realisasi anggaran menjadi lambat (Silalahi, 2021)

(8)

2.1.6 Proses Pengadaan Barang dan Jasa

Dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah disebutkan bahwa pengadaan barang dan jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh perangkat daerah yang dibiayai oleh APBD yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa tersebut. Pada hakikatnya pengadaan barang dan jasa merupaka upaya yang dilakukan pihak pengguna anggaran untuk mendapatkan atau mewujudkan barang/jasa yang dibutuhkan (Silalahi, 2021).

Halim (2017) mengemukakan kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat, semakin awal pelaksanaan kegiatan, maka manfaat serta efek stimulusnya juga akan semakin besar. Namun jika pelaksanaannya mundur ke akhir tahun padahal seharusnya bisa dilaksanakan lebih awal, maka yang dirugikan sebenarnya adalah masyarakat, karena tertunda menerima manfaat.

Lemahnya manajemen pengadaan barang dan jasa akan berdampak terhadap kualitas pelaksanaan proyek dan fungsi OPD, selain itu dampak tersebut juga dapat berupa penundaan kegiatan atau pencairan anggaran sehingga manfaat program yang diharapkan masyarakat menjadi tertunda (Silalahi, 2021). Setyawan dalam Silalahi (2021) mengemukakan permasalahan yang terjadi terkait proses pengadaan barang/jasa diantaranya adalah kurangnya pegawai yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan, keengganan dan kehati-hatian menjadi pejabat pengadaan karena ketakutan akan tersangkut dengan kasus dugaan korupsi, keterlambatan proses lelang yang disebabkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang diterima pada semester dua dan adanya petugas baru yang menjadi pejabat pengadaan yang belum mempunyai pengalaman dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa.

Yunarto dalam Silalahi (2021) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi penyerapan anggaran berhubungan dengan proses pengadaan barang/jasa, antara lain:

1. Kegiatan dilaksanakan pada akhir tahun anggaran sehingga realisasi keuangan masih berupa uang muka.

(9)

2. Terbatasnya sumber daya manusia pada panitia pengadaan menyebabkan proses pelelangan harus mengikuti ketersediaan waktu panitia lelang. Hal ini menyebabkan keterlambatan penetapan pemenang yang mempengaruhi penyerapan anggaran.

3. Terjadi perubahan jenis barang yang akan diadakan, sementara dokumen perubahannya juga terlambat.

4. Adanya keterlambatan penetapan panitia pengadaan karena terbatasnya sumber daya manusia yang telah bersertifikat dan adanya keengganan untuk menjadi anggota panitia pengadaan.

Sudarwati et al., (2017) mengemukakan bahwa faktor pengadaan barang/jasa yang kurang baik menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penumpukan realisasi anggaran. Mereka menemukan ada beberapa permasalahan terkait dengan pengadaan barang/jasa yang dapat menghambat proses realisasi anggaran yaitu (1) pejabat pengadaan yang mempunyai sertifikat sangat terbatas; (2) kekhawatiran Pejabat Pembuat Komitmen dan pejabat pengadaan terhadap penegak hukum dan pemeriksa; (3) terlambatnya proses pelelangan; (4) kegagalan pelelangan; (5) pekerjaan belum ilaksanakan karena memerlukan revisi Rancangan Umum Pengadaan (RUP) terlebih dahulu.

2.1.7 Pandemi Covid-19

Menurut KBBI Daring Pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana meliputi daerah geografi yang luas (kbbi.web.id, 2021).

WHO (2011) menyatakan bahwa “A pandemic is defined as an epidemic occurring worldwide, or over a very wide area, crossing international boundaries and usually affecting a large number of people”. Pandemi didefinisikan sebagai epidemi yang terjadi di seluruh dunia,atau di wilayah yang sangat luas, melintasi batas internasional dan biasanya memengaruhi sejumlah besar orang.

WHO (2020) menyatakan bahwa “COVID-19 is a disease caused by a new coronavirus, which has not been previously identified in humans. In most cases, COVID-19 causes mild symptoms including dry cough, tiredness and fever,

(10)

though fever may not be a symptom for some older people. Other mild symptoms include aches and pains, nasal congestion, runny nose, sore throat or diarrhoea.

Some people become infected but don’t develop any symptoms and don’t feel unwell. Most people recover from the disease without needing special treatment.

Around 1 out of every 6 people who get COVID-19 becomes seriously ill and has difficulty breathing”. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus korona baru, yang sebelumnya belum teridentifikasi pada manusia. Dalam kebanyakan kasus, COVID-19 menyebabkan gejala ringan termasuk batuk kering, kelelahan dan demam, meskipun demam mungkin bukan gejala bagi sebagian orang lanjut usia. Gejala ringan lainnya termasuk sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Beberapa orang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tidak merasa tidak enak badan.

Kebanyakan orang sembuh dari penyakit tanpa memerlukan perawatan khusus.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam rangka pemulihan keuangan negara dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang kebijakan keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan untuk penanganan pandemi Covid-19 dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian . Selain itu dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020 Tentang Perubahan Postur Dan Rincian Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 guna menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan selama pandemi. Untuk mengatasi kondisi keuangan negara karena adanya pandemi Covid-19 maka diberlakukan Recoffusing Anggaran sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020 dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020.

Adapun isi dari Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 adalah sebagai berikut mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk kegiatan-kegiatan yang mempercepat penanganan Covid-2019 (Refocussing kegiatan, dan realokasi anggaran) dengan mengacu kepada protokol penanganan Covid-19, mempercepat refocussing kegiatan dan realokasi anggaran

(11)

melalui mekanisme revisi anggaran dan segera mengajukan usulan revisi anggaran kepada Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannya, serta mempercepat pelaksanaan pengadaan barang jasa untuk mendukung percepatan penanganan Covid-2019 dengan mempermudah dan memperluas akses sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Variabel Sampel Hasil

1 Darwis Lannai, Asbi Amin (2020)

X2 : Perencanaan Anggaran

Y : Penyerapan Anggaran

Instansi Pemerintah Sulawesi Selatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran

2 Sofia Gusmartina, Nur Azlina, Julita (2021)

X1 : Perencanaan Anggaran

X2 : Pelaksanaan Anggaran X3 : Proses pengadaan barang dan jasa

Y : Penyerapan Anggaran

OPD Kabupaten Pelalawan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan anggaran berpengaruh terhadap penyerapan anggaran, pelaksaan anggaran berpengaruh terhadap penyerapan anggaran serta proses

pengadaan barang dan jasa juga berpengaruh terhadap penyerapan anggaran.

3 Vegia Nabila Putri, Kuo Keo Pisey,

Mardihiah, Rita Martini

(2021)

X1 : Perencanaan Anggaran

X2 : Pelaksanaan Anggaran X3 : Proses pengadaan barang

& Jasa

OPD Kota Palembang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial perencanaan anggaran,

pelaksanaan anggaran dan proses pengadaan barang dan jasa memiliki pengaruh yang besar terhadap

(12)

penyerapan anggaran.

4 Mertua Hendri F Silalahi, Azhar Maksum, Azizul Kholis (2021)

X1 : Perencanaan Aanggaran X2 : Pelaksanaan Anggaran X4 : Proses Barang & Jasa

Organisasi Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan

anggaran,

pelaksanaan anggaran dan proses pengadaan barang dan jasa berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran.

5 Immanuel Wanggai, Maryam Mangantar, Ivonne Saerang (2021)

X1 : Perencanan Anggaran X2 : Pelaksanaan Anggaran X3 : Proses Pengadaan Barang & Jasa

Y: Penyerapan Anggaran

Kabupaten Tambarauw Provinsi Papua Barat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan

anggaran,

pelaksanaan anggaran dan proses pengadaan barang dan jasa berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran.

6 Rifka

Ramadhani, Mia Angelina Setiawan (2019)

X3 : Perencanaan Anggaran

X5 : Pengadaan Barang/Jasa

Y: Penyerapan Anggaran Belanja

OPD Prov.Sumate ra Barat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan proses pengadaan barang dan jasa memiliki pengaruh positif signifkan terhadap penyerapan anggaran

7 Dadan

Ramdhani, Indi Z. Anisa (2017)

X1 : Perencanaan Anggaran

X3 : Pelaksanaan Anggaran

Y: Penyerapan Anggaran

OPD Prov.Banten

Hasil Penelitian mengungkapkan bahwa variabel perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Banten

8 Sasmita Atika S.

Harahap, Taufeni Taufik

X1 : Perencanaan Anggaran

X2 : Pelaksanaan

OPD Kota Dumai

Hasil menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan

(13)

dan Nurazlina (2020)

Anggaran

Y: Tingkat Penyerapan Anggaran

pelaksanaan anggaran berpengaruh negatif terhadap tingkat penyerapan anggaran.

9 Arfah Salwah (2019)

X1 : Perencanaan Anggaran

X2 : Pelaksanaan Anggaran

Y : Serapan Anggaran SKPD

SKPD Pemerintah Kota Banda Aceh

Secara parsial

perencanaan anggaran tidak berpengaruh terhadap penyerapan anggaran, sedangkan pelaksanaan anggaran memiliki pengaruh postif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran.

10 Ni Luh Putu Lestari Dewi, A.A.N.B Dwirandra, Made Gede Wirakusuma (2017)

X1 : Perencanaan

Y: Penyerapan Anggaran

Kabupaten Tabanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan anggaran berpengaruh positif terhadap penyerapan Pemerintah

Kabupaten Tabanan anggaran

11 Sulis Puji Rahayu

(2019)

X1 : Perencanaan Anggaran

X3 : Pelaksanaan Anggaran

Y: Penyerapan Anggaran

Studi KasusDinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel perencanaan anggaran (X1) berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran, variabel pelaksanaan anggaran (X3) bepengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran.

12 David Sudarsi

(2016)

X1 : Perencanaan Anggaran

Y: Penyerapan Anggaran

Studi

Empiris pada SKPD Kota Padang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan anggaran berpengaruh

signifikan terhadap penyerapan anggaran dengan nilai (sig 0.021)

13 Indi Zaenur Anisa

X1 : Perencanaan Anggaran

OPD Prov.Banten

Hasil menunjukkan bahwa perencanaan

(14)

(2017) X3 : Pelaksanaan Anggaran

Y: Penyerapan Anggaran

anggaran dan

pelaksanaan anggaran memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaram pada Pemerintah Daerah Provinsi Banten.

14 Titin Delia, Syahril Djaddang, Suratno, JMV.

Mulyadi (2021)

X2 : Proses Pengadaan Brg/Jasa

Y: Penyerapan Anggaran

Satker Libangkes

Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa penyerapan anggaran dipengaruhi secara signifikan oleh roses pengadaan barang dan jasa

15 Indah Purwati, Arisyahidin, Abu Talkah

(2021)

X1 : Perencanaan Anggaran

X2 : Pelaksanaan Anggaran X4 : Pengadaan Brg/Jasa

Y: Penyerapan Anggaran

Kabupaten Kediri

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara parsial perencanaan dan pelaksanaan

anggaran, pengadaan barang jasa masing- masing berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran.

16 Dhea Nanda Arlena

(2021).

X1 : Perencanaan Anggaran

X2 : Pelaksanaan Anggaran X4 : Pengadaan Barang & Jasa

Y: Penyerapan Anggaran

Balai Pengawasan Obat dan Makanan Kota Jambi

(Kualitatif) Perencanaan yang berpengaruh terhadap rendahnya

penyerapan anggaran karena adanya recofusing dan realokasi kegiatan secara mendadak pada saat pandemic covid.

17 Jauhari

(2017)

X1 : Perencanaan Anggaran

X2 : Pelaksanaan Anggaran

Satuan Kerja Wilayah Pembayaran KPPN Bandung I dan KPPN Bandung II

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap penyerapan anggaran satuan kerja wilayah pembayaran KPPN Bandung I dan KPPN Bandung II.

Berdasarkan hasil

(15)

determinasi parsial menunjukkan bahwa variabel pelaksanaan anggaran lebih berpengaruh terhadap penyerapan anggaran Sumber : Data diolah, 2022

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka berpikir merupakan sintesa yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis penelitian yang berbentuk bagan alur yang dilengkapi penjelasan kualitatif (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini dapat diuraikan variabel independen yaitu Perencanaan Anggaran (X1), Pelaksanaan Anggaran (X2), dan Proses pengadaan barang dan jasa (X3), serta variabel dependen ialah Penyerapan Anggaran (Y).

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Sumber : Data yang diolah, 2022

Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka penulis akan mengembangkan kerangka penelitian sebagai berikut:

H1 : Perencanaan Anggaran (X1) berpengaruh terhadap Penyerapan Anggaran (Y) H2 : Pelaksanaan Anggaran (X2) berpengaruh terhadap Penyerapan Anggaran (Y) H3 : Proses Pengadaan Barang dan Jasa (X3) berpengaruh terhadap Penyerapan Anggaran (Y).

Pelaksanaan H2 Anggaran

(X2)

Penyerapan Anggaran (Y)

Proses Pengadaan Barang dan Jasa

(X3) Perencanaan

Anggaran (X1)

H3 H1

(16)

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Perencanaan anggaran Tehadap Penyerapan Anggaran Perencanaan merupakan suatu rangkaian yang penting dalam penyusunan anggaran, karena akan menentukan arah dalam implementasi anggaran dan akan menentukan apakah sebuah sasaran akan tercapai dengan baik.

Suatu perencanaan yang baik terdiri dari penyusunan kegiatan serta anggaran yang akurat, tidak adanya anggaran yang diblokir serta tidak adanya penambahan anggaran akan menentukan penarikan anggaran tepat waktu (Nugroho & Alfarisi, 2017). Teori penetapan tujuan dijadikan dasar dalam pembentukan hipotesis yang pertama. Setiap organisasi menetapkan tujuan yang kemudian diformulasikan kedalam rencana anggaran. Dalam perencanaan anggaran organisasi menetapkan yang menjadi sasaran atau target yang akan dicapai melalui setiap program kerja/kegiatan organisasi. Didalam penetapan tujuan juga diperlukan keterlibatan dalam perencanaan sehingga dapat mengembangkan strategi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan (Silalahi, 2021).

Perencanaan anggaran harus dilakukan dengan matang dan baik sehingga dapat meminimalisir terjadinya realisasi anggaran yang menumpuk, karena dalam perencanaan dalam perencanaan yang baik ditentukan juga kapan anggaran akan direalisasikan. Seftianova & Adam mengatakan bahwa perencanaan anggaran yang tidak baik dapat menyebakan anggaran belanja yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) perlu untuk direvisi, sehingga mengakibatkan proses penyerapan anggaran menjadi terhambat (Silalahi, 2021).

Beberapa penelitian membuktikan perencanaan anggaran berpengaruh terhadap penyerapan anggaran. Penelitian yang dilakukan (Lannai, Darwis &

Amin, 2020), (Gusmartina & Azlina, 2021), (Putri et al., 2021), (Wanggai et al., 2021), (Ramadhani & Setiawan, 2019), (Ramdhani & Anisa, 2017), (Dewi et al., 2017), (Rahayu, 2019), (Sudasri, 2016),(Anisa, 2017) , (Purwati et al., 2021) menemukan bahwa perencanaan berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran. Semakin baik proses perencanaan anggaran akan dapat meningkatkan penyerapan anggaran, namun apabila perencanaan anggaran yang kurang baik akan menghambat pelaksanaan program dan kegiatan dan hal ini akan

(17)

mengakibatkan rendahnya penyerapan anggaran (Silalahi, 2021). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis ke 1 adalah

H1 : Perencanaan anggaran berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja.

2.4.2 Pengaruh Pelaksanaan Anggaran terhadap Penyerapan Anggaran Pelaksanaan anggaran merupakan implemetasi dari perencanaan anggaran yang telah disusun. Faktor terpenting dalam pelaksanaan anggaran adalah proses pelaksanaan anggaran itu sendiri. Proses pelaksanaan anggaran meliputi persoalan-persoalan yang terjadi dalam internal satuan kerja, proses pengadaan barang dan jasa, serta proses mekanisme pembayaran (pencairan anggaran) (Ferdinan et al., 2020). Ketiga hal tersebut mempengaruhi tingkat penyerapan anggaran. Pada teori agency peran pelaksanaan anggaran memegang peran penting terutama pada bagaimana cara melaksanakannya, waktu pelaksanaannya, dimana tempat pelaksanaannya dan siapa yang melaksanakannya sehingga target penyerapaan anggaran dapat tercapai.

Semakin baik pelaksanaan anggaran maka penyerapaan anggaran akan semakin baik. Hal ini akan mempengaruhi satuan kerja (agent) menjalankan tupoksinya sejalan dengan tujuan organisasi dan seperti yang diinginkan masyarakat (principal) (Ferdinan et al., 2020).

Perencanaan anggaran yang dilakukan dengan baik, tidak menjadi jaminan bahwa pelaksanaan anggaran akan baik juga. Pelaksanaan anggaran yang konsisten dan tepat waktu sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya akan meminimalisir terjadinya penumpukan penyerapan anggaran, tidak selarasnya perencanaan anggaran dan program kerja yang akan dilakukan, dapat berdampak pada program kerja tidak akan berjalan dengan baik (Silalahi, 2021).

Beberapa penelitian membuktikan pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap penyerapan anggaran diantaranya (Jauhari, 2017), (Gusmartina &

Azlina, 2021), (Putri et al., 2021), (Silalahi et al., 2021),(Wanggai et al., 2021), (Ramdhani & Anisa, 2017), (Salwah, 2019), (Rahayu, 2019), (Anisa, 2017), (Purwati et al., 2021) menyatakan bahwa faktor pelaksanaan anggaran berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran. Hal ini dapat diartikan

(18)

semakin baik pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh OPD, maka akan semakin baik pula penyerapan anggaran OPD. Namun apabila permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan anggaran semakin tinggi maka penyerapan anggaran OPD akan semakin rendah (Silalahi, 2021). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis ke 2 adalah.

H2 : Pelaksanaan Anggaran berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja

2.4.3 Pengaruh Proses Pengadaan Barang Dan Jasa Terhadap Penyerapan Anggaran

Pengadaan barang/jasa merupakan kegiatan rutin untuk memenuhi kebutuhan pemerintah untuk menjalankan urusan pemerintahan serta melaksanakan pembangunan. Pengadaan barang/jasa merupakan kegiatan penting untuk melaksanakan pembangunan serta yang menjadi urusan pemerintahan sehingga dapat berjalan dengan efektif. Penyerapan anggaran belanja pengadaan barang dan jasa biasanya sangat lambat untuk direalisasikan serta sering menumpuk pada akhir tahun (Silalahi, 2021).

Teori penetapan tujuan dijadikan dasar dalam pembentukan hipotesis yang ketiga. Sesuai dengan teori penetapan tujuan, individu yang diberikan tujuan spesifik dan sulit namun dapat dicapai akan berdampak pada kinerja yang lebih baik. Organisasi yang telah menetapkan tujuannya pada program dan kegiatan anggaran maka organisasi dapat lebih mudah untuk mencapai target sesuai dengan yang ditentukan. Adanya tujuan akan meningkatkan ketekunan individu untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga dapat membantu dalam melakukan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan (Silalahi, 2021).

Berkaitan dengan upaya untuk mempercepat penyerapan anggaran, pemerintah mengatur tata cara pengadaan barang jasa dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa . Dalam Peraturan Presiden tersebut dijelaskan pengadaan barang jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

(19)

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang jasa. Mayoritas lambatnya serapan anggaran terus terjadi dikarenakan proses tender yang memakan waktu beberapa bulan, hal ini dikarenakan ada beberapa proses teknis dan non teknis yang harus dijalankan dan harus melalui prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan oleh aturan Undang-Undang (Delia et al., 2021)

Beberapa penelitian membuktikan faktor pengadaan barang dan jasa berpengaruh terhadap penyerapan anggaran diantaranya (Gusmartina & Azlina, 2021), (Putri et al., 2021), (Silalahi et al., 2021), (Wanggai et al., 2021) (Ramadhani & Setiawan, 2019), (Delia et al., 2021), (Purwati et al., 2021) yang menyatakan bahwa Pengadaan barang dan jasa memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan anggaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis ke 3 adalah

H3 : Proses Pengadaan barang dan jasa berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut penulis melakukan penelaahan karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti dengan judul Pengaruh

Faktor-faktor dominan mempengaruhi perilaku ekonomi rumah tangga petani karet Eks UPP TCSDP di Desa Koto Damai Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar: (a) aspek

Rendemenserbuk pewarna alami daun sirsak hasil interaksi penambahan maltodekstrin dan lama waktu perebusan sebesar 95,88 ± 2,67 gram dihasilkan pada lama waktu

8 Ainur rohmah/ 2013/ universitas dian nuswantoro semarang Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode harga pokok pesanan untuk efisiensi biaya produk studi kasus pada

Penelitian yang dilakukan bersifat Research and Development (R&D), dengan tahapan penelitian adalah mengembangkan bahan ajar melalui pengayaan materi,

b) Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan industri perjalanan, teknologi atau seni sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata

(4) Dalam hal arahan Anggota Dewan Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan secara lisan, BAPEL harus menuangkan arahan dimaksud dalam satu risalah, yang juga

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan yang Berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora, 2008), hal.. Sebagai tujuan,