Pikiran
Rakyat
llelajar SOl!:I_SusuD~~i Cin~
Oleh R(}CHADI TAWAF
peterriakan sapi perah di
Indo-nesia seperti jalan di temp at
bahkan cenderung menurun
karena rasio produksi susu
da-lam negeri dengan impor pada
1990-an berkisar 50:50 dan
saat ini kontribusinya berkisar
di 30:70. Rata-rata produksi
per ekor per hari hanya 10-12
liter, skala usaha per keluarga
peternak relatif tetap sekitar
3-4 ekor. Jika kita dihadapkan
pada situasi tersebut
rasa-ra-sanya ACFfA akan
merupa-kan tantangan berat bagi
pe-ternak di negeri ini. Atas dasar
itu, agar kita dapat bersaing
dengan produk yang berasal
dari Cina, kita harus tahu apa
yang telah dan tengah
dilaku-kan oleh industri peternadilaku-kan
di sana. Berdasarkan
peng-alaman penulis mengunjungi
beberapa provinsi di Cina,
ki-ranya ada yang patut dijadikan
teladan.
T
AHUN
2010ini,
ASE-AN-Cina Free Trade Agreement (ACFfA) mulai diberlakukan, pemerin-tah sangat optimistis pada per-dagangan bebas ini karena perekonomian Indonesia di-prediksi akan tumbuh positif. Optimisme pemerintah terha-dap ACFfA ternyata berbeda dengan para pelaku bisnis yang justru sangat pesimistis. Para pengusaha sangat yakin produk nasional akan kalah bersaing oleh produk asal Cina yang sangat kompetitif. Ke-mampuan menghasilkan pro-duk yang kompetitif, tiada lain dari peran pemerintah yang sungguh-sungguh berpihak kepada usaha rakyat dalam menginovasi teknologi.
Salah satu komoditas peter-nakan yang diandalkan dapat tumbuh dan memberikan kon-tribusi terhadap pembangunan ekonomi adalah bidang
persu-suan. Di Indonesia, industri ini Tumbuh pesat mulai tumbuh dan berkem- Dalam sepuluh tahun ter-bang di era 1970-1980-an. akhir, industri persusuan di
Pembangunan industri per- Cina telah tumbuh dan ber-susuan teIjadi secara besar-be- kern bang sangat pesat ketim-saran di kota yang memiliki bang negara-negara lainnya di pelabuhan laut Jnternasional. dunia, dengan rata-rata tum-Hal ini dilakukan karena ba- buh 10-25 persen per tahun han bakunya sebagian besar (lihat tabel). Kini, Cina telah berasal dari impor. Bersamaan menjadi 10 besar negara peng-dengan membangun industri hasil susu didunia. Pertum-pengolah susu, dilakukan pula buhan tersebut teIjadi sebagai importasi sapi hidup dari Aus- akibat dari investasi dan ino-tralia dan New Zealand secara vasi teknologi yang dilakukan besar-besaran pada akhir 1979 secara besar-besaran. Konsep sampai dengan 1980-an. kawasan sebagai "pusat pe-Kini, setelah beIjalan lebih ngembangan sapi perah di
dari dua puluh tahun, kea~!n
_
~aan~l!Yi!la~
MJ!-Kliping
Humas Unpad
2010
king Centre (VMC) merupakan basis pengembangan kawasan peternakan sapi perah. Ribuan VMC telah beroperasi dengan skala usaha antara 50-2.000 sapi laktasi didukung oleh in-frastruktur dan teknologi yang kondusif.
Di sektor pasar, pemerintah Cina melakukan program mi-num susu bagi anak sekolah yang pembiayaannya ditang-gung pemerintah. Semuanya merupakan inisiasi pemerin-tah yang telah memberikan ik-lim kondusifbagi usaha ternak sapi perah rakyat di Cina.
Beberapa kebijakan peme-rintah Cina yang telah diberi-kan kepada peternadiberi-kan,rakyat agar industri persusuannya dapat tumbuh dan berkem-bang, yaitu program pemberi-an Bpemberi-antupemberi-an Langsung Tunai kepada peternak yang mau menerapkan program embryo transfer (ET). Peternak yang mengikuti program ET diberi-kan bantuan sekitar 500 RMB (Rp 675.000) dan 1.500 RMB (Rp 2.025.000) jika ternak tersebut terus diusahakan sampai berproduksi.
Selain itu, fasilitas kredit pe-ternak disubsidi bunganya oleh pemerintah dan peternak
mendapatkan bunga
0persen,
fasilitas lahan tanpa sewa di-berikan untuk lima puluh ta-hun dan lahan tersebut bisa dimiliki jika peternak berhasil mengembangkan usahanya. Investasi kandang pun disub-sidi sekitar 30-50 persen, in-frastruktur pendukung lainnya berupa jalan dan sistem ko-munikasi di perdesaan sarna dengan di perkotaan. Dampak. --~
o
Selasao
Rabuo
Kamiso
Jumat.
Sabtu1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
kebijakan tersebut telah mam-pu menumbuhkembangkan industri petemakan sapi perah di perdesaan. Peningkatan produksi susu rakyat dari 3.000 kg/laktasi meningkat menjadi 4.000 kg/laktasi, bagi perusahaan dari 6.000 kg/lak-tasi menjadi 8.000 kg/lakkg/lak-tasi hanya dalam kurun waktu an-tara 5-10 tahun. Dengan demi-kian, harga produksinya me-miliki daya saing (kompetitif) karena sebagian besar beban produksinya sangat rendah.
Bagaimana di Indonesia? Kita tabu bahwa beban pajak (PBB) bagi lahan pertanian ti-dak mendapatkan insentif. Ka-takanlah lahan yang tidak di-usahakan malah mendapatkan keringanan PBB dibandingkan dengan lahan yang diusaha-kan. ROO tentang lahan abadi pun masih diperuntukkan bagi pertanian padi. Fasilitas kredit yang ada seperti KUPS (kredit usaha perbibitan sapi) yang bunganya disubsidi lima per-sen temyata masih sangat sulit diakses. Inovasi teknologi
bo-leh juga dikatakan menjadi
kendala. Contohkasus
penggu-naan hormon pertumbuhan
(HGP) yang dilarang di negeri
ini, sementara kita mengimpor
susu dari negara yang
menggu-nakan HGP. Bagaimana
pro-duksi susu di negeri ini mau
tumbuh dan berkembang
se-mentara banyak kebijakannya
yang kontraproduktif. Semua
hal tersebut telah menciptakan
produk hasil usahanya
menja-di tidak memiliki daya saing
(kompetitif).
Agar petemak sapi perah di
dalam negeri dapat bersaing,
kiranya
pemerintah
harus
mampu memberikan
perlaku-an yperlaku-ang sarna seperti yperlaku-ang
di-berikan oleh negara lain
terha-dap petemaknya. Sepanjang
hal tersebut tidak dilakukan,
rasa-rasanya negeri ini hanya
akan menjadi negara
pengim-por susu terbesar di kawasan
Asia Tenggara. ***
PenuZis,
dosen Fakultas
Peternakan
Unpad, Sekjen
DPP PPSKI dan Ketua II PB
ISPI.
t~eoo
Produksi susu dari Cina
55000 soooo
:t51>OO 201>00
15000
101>00 51>00
o
A~ A~ ~ ~~ ~". A'*' ~~ ~~ ~~ A<f>~tS> £<Cr J1>,<J-.K>~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ .~ 'V .~ .~
Sumber: Chinese Statistical Yearbooks