• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR DALAM UPAYA MENINGKATKAN HISTORICAL COMPREHENSION SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Ilmu Sosial 4 SMA Negeri 10 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR DALAM UPAYA MENINGKATKAN HISTORICAL COMPREHENSION SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Ilmu Sosial 4 SMA Negeri 10 Bandung."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

NO. DAFTAR FPIPS: 4495/UN.40.2.3/PL/2015

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR DALAM UPAYA

MENINGKATKAN HISTORICAL COMPREHENSION SISWA PADA MATA

PELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Ilmu Sosial 4 SMA Negeri 10 Bandung)

Skripsi

diajukan untuk memenuhi sebagian

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh:

Yogi Iskandar 1000902

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

NO. DAFTAR FPIPS: 4495/UN.40.2.3/PL/2015

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR DALAM UPAYA

MENINGKATKAN HISTORICAL COMPREHENSION SISWA PADA MATA

PELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Ilmu Sosial 4 SMA Negeri 10 Bandung)

Oleh

Yogi Iskandar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yogi Iskandar 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

NO. DAFTAR FPIPS: 4495/UN.40.2.3/PL/2015

YOGI ISKANDAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR DALAM UPAYA MENINGKATKAN

HISTORICAL COMPREHENSION SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Ilmu Sosial 4 SMA Negeri 10 Bandung)

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd. NIP. 19620718 198601 2 001

Pembimbing II

Yeni Kurniawati Sumantri, M.Pd NIP. 19770602 200312 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

(4)

ABSTRACT

(5)

ABSTRAK

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat/ Signifikansi Penelitian ... 10

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Media Pembelajaran ... 12

2.1.1 Definisi Media Pembelajaran ... 12

2.1.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 14

2.1.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 17

2.1.4 Pengertian dan Karakteristik Media Gambar Karikatur ... 24

2.1.5 Kelemahan dan Kelebihan Media Gambar Karikatur ... 27

2.1.6 Media Dalam Pembelajaran Sejarah ... 28

2.2 Pemahaman Sejarah (Historical Comprehension) Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah ... 30

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Sasaran Penelitian ... 37

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 37

3.1.2 Subjek Penelitian ... 38

3.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 39

3.2.1 Perencanaan (Planning) ... 40

3.2.2 Pelaksanaan (Action) ... 41

3.2.3 Pengamatan (Observing) ... 42

3.2.4 Refleksi (Reflecting) ... 43

3.3 Metode Penelitian ... 43

3.4 Definisi Istilah ... 45

3.4.1 Media Gambar Karikatur ... 45

3.4.2 Pemahaman Sejarah (Historical Comprehension) Siswa ... 46

3.5 Instrumen Penelitian ... 47

3.5.1 Lembar Panduan Observasi ... 47

3.5.2 Pedoman Wawancara ... 48

3.5.3 Catatan Lapangan (Field Notes) ... 48

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.6.1 Observasi ... 49

3.6.2 Wawancara ... 49

3.6.3 Studi Dokumenter ... 50

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 50

3.7.1 Data Kualitatif ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Deskripsi Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan Penggunaan Media Gambar Karikatur untuk Meningkatkan Historical Comprehension Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah ... 53

4.1.1 Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 53

(8)

4.1.3 Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus III ... 73

4.1.4 Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus IV ... 84

4.2 Deskripsi Pengolahan Data Hasil Penggunaan Media Gambar Karikatur Dalam Upaya Meningkatkan Historical Comprehension Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah ... 94

4.2.1 Deskripsi Data Hasil Lembar Observasi Historical Comprehension ... 94

4.2.2 Deskripsi Data Hasil Wawancara ... 96

4.2.3 Deskripsi Data Hasil Catatan Lapangan ... 100

4.3 Analisis Peningkatan Historical Comprehension Siswa Setelah Penggunaan Media Gambar Karikatur Pada Mata Pelajaran Sejarah ... 103

4.4 Kendala Yang Dihadapi Dalam Penggunaan Media Gambar Karikatur ... 110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 113

5.1 Kesimpulan ... 113

5.2 Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sasaran Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandung yang beralamatkan di Jl. Cikutra No. 77 telp. 022-7273109 Kota Bandung. Pertama kali berdiri, SMA Negeri 10 merupakan filial dari SMA Negeri 3 Bandung yang berlokasi di

Jalan Belitung. Sebagai sekolah filial, pengelolaan manajemen SMA Negeri 10 Bandung berada di bawah manajemen SMA Negeri 3 Bandung. Selain itu, untuk operasional sehari-hari, SMAN 10 Bandung masih menggunakan semua fasilitas yang dimiliki SMA Negeri 3 Bandung, termasuk gedung untuk keperluan proses belajar mengajar. Baru pada tahun 1967, SMA Negeri 10 Bandung berpindah ke lokasi baru di Sekolah Dasar Sentrum yang sekarang menjadi Sekolah Dasar Cicadas Timur. Kepindahan itu terjadi sebagai realisasi dari surat bernomor 031/D.26/K.67 tertanggal 1 Juli 1967 perihal usulan pemisahan diri dari SMA Negeri 3 Bandung.

Sejak kepindahan itu SMA Negeri 10 tidak bergantung kepada SMA Negeri 3, masing-masing berdiri sendiri baik secara organisasi maupun administrasi. Munculnya SMA Negeri 10 Bandung yang memiliki otoritas penuh disahkan oleh Drs. Waskito atas nama Mentri Pendidikan dan Kebudayaan. Pada bulan oktober 1968 keluarlah surat izin membangun nomor 348/UKK/3/1968 tanggal 22 Oktober 1968. Dengan surat ijin itu, pada awal tahun 1969 dimulailah pelaksanaan pembangunan gedung SMA Negeri 10 Bandung. Lokasinya di jalan Cikutra Nomor 77 Bandung.Sejak kepindahan ke gedung baru pada tahun 1969 hingga sekarang, lokasi SMAN 10 Bandung tidak berubah lagi, yaitu di Jalan Cikutra No. 77 Kota Bandung. SMA Negeri 10 Bandung ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena alasan sebagai berikut:

a. Kepala sekolah dan guru mata pelajaran sejarah menerima serta mendukung

penelitian yang akan dilaksanakan di sekolah tersebut.

(10)

c. Siswa-siswi kelas XI IIS 1 di SMA Negeri 10 Bandung dirasa peneliti perlu dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. Tingkat pemahaman kesejarahan mereka masih rendah dan perlu untuk ditingkatkan, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Selain itu siswa kelas XI IIS 1 bersedia untuk dijadikan subjek penelitian.

3.1.2 Subjek Penelitian

Subjek yang akan dijadikan kelas penelitian yaitu kelas XI Ilmu Sosial 4, yang bertindak sebagai kolaborator peneliti yaitu guru matapelajaran sejarah SMA Negeri 10

Bandung. Saat ini jumlah siswa yang terdaftar sebagai murid SMA Negeri 10 Bandung berjumlah 1.343 siswa, dengan rincian sebagai berikut: kelas X berjumlah 533 yang terbagi ke dalam 15 kelas yakni 1 kelas bahasa, 8 kelas MIA, dan 7 kelas IS. Kelas XI berjumlah 385 siswa yang terbagi ke dalam 11 kelas yakni 1 kelas Bahasa, 5 kelas MIA, dan 5 kelas IIS. Kelas XII berjumlah 425 siswa yang terbagi ke dalam 12 kelas yakni 1 kelas Bahasa, 6 kelas IPA, dan 5 kelas IPS.

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kelas XI Ilmu Sosial 4 dengan jumlah siswa 27 orang, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih kelas XI Ilmu Sosial 4 untuk dijadikan subjek penelitian karena berdasarkan hasil pra-penelitian yang dilakukan pada bulan Juli 2014, peneliti melihat bahwa pemahaman sejarah siswa masih rendah yang nampak ketika guru meminta siswa untuk mengungkapkan kembali dengan kata-kata sendiri suatu informasi atau materi pelajaran yang didapat dari berbagai sumber maupun dari penjelasan guru, akan tetapi siswa hanya membaca dari buku pegangan. Rendahnya tingkat pemahaman sejarah siswa terlihat juga dari tidak adanya inisiatif siswa untuk mengajukan pertanyaan serta siswa tidak mampu memberikan pernyataan hubungan sebab akibat ketika guru meminta siswa untuk menjelaskan faktor penyebab dan dampak terjadinya perang Diponegoro dan perang Paderi. Selain itu, minimnya media

(11)

sehingga akan meningkatkan pemahaman sejarah (Historical Comprehension) siswa di kelas XI Ilmu Sosial 4 SMA Negeri 10 Bandung.

3.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang-ulang. Hal tersebut dilakukan untuk mengkaji permasalahan yang

menjadi fokus penelitian. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart. Dalam penelitian ini setidaknya

terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan tahapan refleksi. Berikut ini merupakan bagan dari desain model Kemmis dan Mc.Taggart :

Desain penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart dipilih karena model ini lebih sederhana dibandingkan dengan model atau desain penelitian tindakan kelas lainnya. “Dalam model Kemmis dan Mc. Taggart, memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka manyatukan dua komponen yang ke-2 dan ke-3, yaitu pelaksanaan dan pengamatan sebagai satu kesatuan” (Arikunto, 2010, hlm. 131). Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar dalam tahap selanjutnya, yaitu refleksi.

Sehingga dengan menggunakan model ini, maka pelaksanaan setiap tahapan dalam Gambar 3.1 Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas

(12)

penelitian tidak semua komponen tahapannya dilakukan secara terpisah satu sama lain, akan tetapi ada komponen tahapan penelitian tindakan yang dapat dilakukan secara bersamaan sebagaimana dijelaskan di atas. Dengan demikian hal ini bisa kemudian mendorong terhadap efektifitas waktu dalam pelaksanaan tindakan. Secara keseluruhan penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi (observation), dan melakukan refleksi (reflecting).

Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila dalam satu siklus belum menunjukan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan

(peningkatan mutu), kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus ke-2, dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai. Berikut penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan.

3.2.1 Perencanaan (Planning)

Dalam tahap perencanaan ini di dalamnya memuat penjelasan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap ini penelitian dilakukan dalam bentuk kolaborasi dengan guru mitra. Dalam menyusun perencanaan, peneliti menyusun rancangan dengan menentukan titik-titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, setelah itu membuat instrumen pengamatan yang digunakan untuk membantu peneliti dalam merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam pengembangan perencanaan terlebih dahulu melakukan kesepakatan antara peneliti dengan guru mitra sebagai kolaborator. Perencanaan yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa tahap diantaranya:

a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.

b. Melakukan pengamatan sebagai pra-penelitian terhadap kelas yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

c. Meminta kesedian guru mitra untuk menjadi kolaborator dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

d. Mendiskusikan dengan guru mitra dalam hal menentukan waktu penelitian.

(13)

f. Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan media gambar karikatur.

g. Menyusun format observasi sebagai alat ukur tingkat keberhasilan belajar siswa dalam hal meningkatkan pemahaman kesejarah siswa dengan penggunaan media gambar karikatur.

h. Mengumpulkan data yang diperoleh selama melakukan tindakan.

i. Merencanakan diskusi balikan dengan guru mitra, bagaimana langkah atau tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang sebelumnya berdasarkan

hasil pengamatan.

j. Merencanakan pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian.

3.2.2 Pelaksanaan (Action)

Tahapan selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan ini merupakan tataran praktis di kelas setelah dilakukan perencanaan. Hal yang harus diingat dalam tahap pelaksanaan ini guru atau peneliti harus tetap mengingat dan mentaati apa-apa yang sudah direncanakan bersama dalam tahap perencanaan dengan tetap melakukannya secara wajar. Modifikasi bisa dilakukan dengan catatan tidak mengubah prinsp-prinsip yang sudah disepakati dalam tahap sebelumnya. Rancangan tindakan yang akan dilaksanakan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (b) kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Melaksanakan tindakan yang sesuai dengan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan yaitu tindakan yang mengacu kepaada silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran serta langkah-langkah yang telah direncanakan.

(14)

1. Pendahuluan

a. Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran.

b. Menyiapkan materi dan media pembelajaran berupa gambar karikatur yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

2. Kegiatan Pelaksanaan

a. Melakukan apersepsi sekitar 5 menit mengenai materi yang akan disampaikan.

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus di kuasai oleh siswa. 3. Kegiatan Inti

a. Siswa diberikan tampilan gambar karikatur yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

b. Siswa mengamati tampilan gambar karikatur tersebut.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menafsirkan atau menjelaskan apa yang mereka ketahui tentang pesan apa yang tersampaikan dalam gambar karikatur tersebut.

d. Siswa yang lain diberikan kesempatan untuk menanggapi pendapat siswa yang menafsirkan atau menjelaskan dan terjadi diskusi, begitu seterusnya.

4. Penutup

a. Kemudian guru membantu menyempurnakan penafsiran siswa mengenai pesan yang tersampaikan dalam gambar karikatur.

b. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang hal yang telah dipelajari. c. Guru memberikan tugas untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya.

c. Menggunakan instrumen yang telah disusun sebagai alat ukur sejauh mana tingkat pemahaman kesejarahan siswa dengan penggunaan media gambar karikatur.

d. Melakukan diskusi dengan kolaborator untuk membuat rencana dalam memperbaiki tindakan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan.

e. Melakukan pengolahan data yang diperoleh setelah penelitian selesai.

3.2.3 Pengamatan (Observing)

(15)

sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Adapun pada kegiatan pengamatan ini yang dilakukan peneliti adalah:

a. Observasi kelas untuk memperoleh data yang akurat mengenai penelitian yang sedang berlangsung.

b. Catatan lapangan untuk mengetahui aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan penggunaan media gambar karikatur.

3.2.4 Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Selain itu refleksi dilakukan untuk melihat hal-hal apa saja yang kurang atau belum berhasil dilaksanakan dengan baik dalam pelaksanaan tindakan pada siklus sebelumnya serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tindakan untuk kemudian dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Tahapan yang dilakukan oleh peneliti dengan mitra adalah merencanakan kembali hal-hal yang dinilai kurang dalam tindakan maupun siklus pertama untuk kemudian diperbaiki dalam tindakan atau siklus selanjutnya. Adapun pada kegiatan refleksi ini adalah:

a. Melakukan diskusi dengan observer atau guru mitra dan siswa setelah tindakan dilakukan.

b. Menyimpulkan hasil diskusi untuk tindakan selanjutnya.

3.3 Metode Penelitian

(16)

memfokuskan pada masalah-masalah praktis, guna memperoleh pemecahan secepatnya. Menurut Kemmis (Hopkins, 2011, hlm. 88) penelitian tindakan kelas “merupakan studi sistematis yang dilaksanakan oleh sekelompok partisipan untuk meningkatkan praktik pendidikan dengan tindakan-tindakan praktis mereka sendiri...”. Sedangkan definisi penelitian tindakan kelas menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 124) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas mengajarnya atau kualitas mengajar teman sejawatnya atau untuk menguji asumsi-asumsi dari teori-teori pendidikan dalam prakteknya di kelas atau juga untuk mengimplementasikan atau mengevaluasi kebijakan-kebijakan sekolah.

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan dan memperbaiki layanan pendidikan dalam konteks pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai yakni sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran dan juga sekaligus sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu-ilmu pembelajaran. Sebagaiman yang dikemukakan oleh Gilmore dkk. (dalam Setyosari, 2012, hlm. 50) bahwa:

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk membantu pada hal-hal yang bersifat praktis dalam situasi problematik dan lebih jauh untuk tujuan pengembangan ilmu-ilmu sosial. Dengan demikian, ada komitmen bersama dalam penelitian tindakan kelas untuk mengkaji sebuah sistem dan secara bersamaan melakukan kerja kolaborasi dengan para anggota dalam sistem tersebut dalam mengubah apa yang diinginkan sebagai suatu tujuan bersama. Untuk mencapai kedua tujuan tersebut memerlukan kolaborasi secara aktif antara penelitian dan partner (client), dan dengan demikian penelitian ini menekankan pentingnya “co-learning” sebagai aspek utama penelitian.

Berdasarkan ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dapat dilakukan dalam situasi yang praktis, dengan maksud untuk meningkatkan atau memperbaiki situasi praktis. Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan secara bersama-sama guru dengan penelti profesional dengan tujuan untuk

(17)

penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti. Jadi, agak sulit diterima apabila peneliti tanpa melakukan kolaborasi dengan guru untuk melakukan PTK di sekolah. Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi.

Pemilihan metode penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki mutu proses dan hasil pembelajaran. Menurut

Arikunto (2010, hlm. 107) penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut:

Pertama, memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran. Kedua, menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran. Ketiga, menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti, para tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran. Keempat, meningkatkan kolaborasi antartenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.

Secara ringkas, penelitian tindakan kelas pada umumnya sangat cocok untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh subjek yang hendak diteliti (siswa). Digunakannya penelitian tindakan kelas ini untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar diharapan dapat meningkatkan pemahaman kesejarahan siswa. subjek penelitiannya yaitu seluruh siswa di kelas XI IIS-1 SMA Negeri 10 Bandung.

3.4 Definisi Istilah

3.4.1 Media Gambar Karikatur

Media gambar karikatur merupakan media pembelajaran yang termasuk ke dalam jenis media gambar atau media visual karena hanya dapat dicerna melalui indera penglihatan saja. Menurut Studio (2011, hlm. 81) mengemukakan bahwa:

(18)

Pendapat tersebut dapat penulis pahami bahwa karikatur merupakan gambar suatu objek konkret dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut, biasanya objek tersebut adalah wajah manusia ataupun seluruh tubuh yang bertujuan untuk memberikan pesan baik yang sifatnya mengkritik, menghimbau maupun menyindir. Gambar karikatur yang dimaksud dalam penelitian ini disebut media gambar yakni media yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau informasi untuk kepentingan pembelajaran

khususnya pembelajaran sejarah. Karikatur sebagai media pembelajaran, diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran sejarah.

3.4.2 Pemahaman Sejarah (Historical Comprehension) Siswa

Pemahaman sejarah merupakan salah satu komponen yang tertuang dalam tujuan pembelajaran sejarah yang menuntut siswa untuk mampu mengetahui dan memahami peristiwa masa lampau, kemudian memelihara pengetahuan dan pemahaman tersebut sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat pada masa kini. Dalam

National Standard for History (Murni, 2004, hlm. 85) historical comprehension

merupakan salah satu komponen dalam standar berpikir sejarah yang harus dicapai oleh setiap siswa”. Menurut Supriatna dan Wiyanarti (2008, hlm. 199-200) definisi historical comprehension (pemahaman sejarah) yaitu:

Historical Comprehension mencakup kemampuan untuk mendengar dan membaca cerita dan narasi sejarah dengan penuh pengertian, untuk mengidentifikasi elemen dasar dari suatu narasi atau struktur kisah, dan untuk mengembangkan kemampuan menggambarkan masa lalu berdasarkan penganlaman pelaku sejarah, literatur sejarah, seni, artefak, dan catatan-catatan sejarah dari masanya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat penulis pahami bahwa dalam pembelajaran sejarah siswa dituntut untuk dapat memiliki kemampuan mendengar, membaca, serta memahami sebuah narasi sejarah sehingga siswa mampu menjelaskan atau menggambarkan peristiwa masa lalu berdasarkan pemahaman, pengalaman, dan

(19)

peneliti akan menggunakan indikator historical comprehension yang tertuang dalam National Standard for History (Murni, 2004, hlm. 85) yaitu siswa:

a. Terampil mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan pokok yang tertuju pada narasi sejarah.

Sub indikator:

 Mampu bertanya yang mengaitkannya dengan peristiwa masa sekarang dan dalam kehidupan sehari-hari

 Mampu menjawab pertanyaan yang didukung dengan fakta-fakta sejarah. b. Terampil membaca sejarah secara naratif dan imajinatif.

Sub indikator:

 Mampu mencari dan menemukan fakta-fakta dari berbagai sumber mengenai peristiwa sejarah.

 Mampu memberikan pernyataan sebab-akibat dari sebuah fenomena/ peristiwa sejarah.

c. Terampil merekonstruksi arti harfiah suatu lintasan cerita historis. Sub Indikator:

 Mampu memberikan kesimpulan dengan kata-kata sendiri mengenai peristiwa sejarah yang didapat dari berbagai sumber.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, dan disebut juga sebagai teknik penelitian. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah pemahaman kesejarahan. Untuk memperoleh semua data yang ada di lapangan memerlukan beberapa perangkat penelitian. Yang menjadi instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti dan dibantu oleh perangkat-perangkat penelitian. Adapun perangkat-perangkat yang akan dijadikan sebagai instrumen/ alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Lembar Panduan Observasi

(20)

pembelajaran berlangsung dengan penggunaan media gambar karikatur. Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pemahaman kesejarahan siswa dalam penggunaan media gambar karikatur yang dicatat dalam catatan lapangan dengan format observasi berupa check list. Fungsi check list dalam penelitian ini yaitu untuk melihat apakah perencanaan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan prosedur dan hasilnya diberikan komentar oleh guru mitra yang nantinya dijadikan sebagai Expert

opinion untuk sebagai bahan masukan dalam diskusi balikan.

3.5.2 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan pelaksanaan tindakan, untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai penggunaan media gambar karikatur setelah pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran sejarah. “Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual maupun kelompok” (Sukmadinata, 2012, hlm. 216). Jenis wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara terstruktur. Sebelum melaksanakan wawancara, terlebih dahulu peneliti mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang meminta untuk dijawab oleh responden.

3.5.3 Catatan Lapangan (Field Notes)

Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti/ guru mitra mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan selama proses pembelajaran berlangsung. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wiriaatmadja (2012, hlm. 125) “catatan lapangan atau (field notes) yang dibuat oleh peneliti/ mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi”. Yang dicatat dalam catatan lapangan adalah berbagai aspek dalam pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa dan beberapa aspek

(21)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini terdapat berbagai teknik dalam pengumpulan data. Hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Observasi

“Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2012, hlm. 220). Bentuk observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk observasi partisipatif, yakni peneliti melakukan observasi sambil ikut serta dalam kegiatan yang sedang berjalan. Sedangkan pengamatan bagi guru yakni bagaimana efektivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

3.6.2 Wawancara

Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini. Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 117). ‘Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain’. Teknik pengumpulan data melalui wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran sejarah yang dikembangkan dengan penggunaan media gambar karikatur. Wawancara yang dilakukan hanya kepada sebagian siswa yang dianggap dapat wewakili seluruh siswa dalam satu kelas. Siswa yang dipilih untuk diwawancarai adalah siswa dari mulai yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Ada beberapa bentuk wawancara yang dapat digunakan diantaranya seperti yang

(22)

memperoleh data hasil wawancara, maka peneliti akan menggunakan alat rekaman sebagai alat untuk mengingat kembali topik yang dibahas.

3.6.3 Studi Dokumenter

“Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik” (Sukmadinata, 2012, hlm. 221). Dokumen-dokumen yang dihimpun nantinya akan dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah yang

diteliti. Study dokumenter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen arsip seperti foto-foto kegiatan pembelajaran, rpp, silabus, lembar penilaian tugas siswa, dan daftar hadir siswa.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif. Proses analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan tiga sub proses yang saling berhubungan sebagaimana yang dikemukakan Miles dan Huberman (dalam Puwito, 2007, hlm. 104) yaitu ‘reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying

consclusions)’. Melalui reduksi data yang meliputi seleksi dan pemadatan, catatan dan

rekaman lapangan diringkaskan, diberi kode dan dikelompokan. Data tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk gabungan informasi dan ringkasan serta sinopsis terstruktur yang kemudian memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan. Langkah selanjutnya adalah menaik kesimpulan dan melakukan verifikasi data. Ini mencakup proses penafsiran, pemaknaan data yang ditampilkan.

Data kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan rencana tindakan, menggambarkan hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran

dan mendeskripsikan aktivitas atau partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran serta tingkat pemahaman kesejarahan siswa sesuai dengan hasil pengamatan. Data yang terkumpul dari penelitian ini yaitu data hasil observasi terhadap siswa baik pada saat

penelitian maupun pada pelaksanaan tindakan, dan data observasi guru baik pada saat

(23)

dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang penting dalam penelitian ini, sebab data mentah

yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak ada gunanya jika tidak dilakukan analisis. Melalui

analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai

berakhirnya pelaksanaan penelitian. Melalui analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna

yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

3.7.1 Data Kualitatif

Adapun prosedur pengolahan dan analisis data kualitatif, sebagai berikut: 1) Pengolahan Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh berasal dari hasil observasi yang dilakukan kepada siswa pada setiap akhir pembelajaran. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan cara menganalisis terlebih dahulu hasil observasi siswa, kemudian peneliti mendeskripsikan data yang telah dianalisis dengan berlandaskan pada teori-teori yang telah peneliti kemukakan pada bab sebelumnya.

2) Validitas Data

Salah satu cara untuk melihat derajat kepercayaan suatu penelitian adalah dengan melihat validitas penelitian. Validitas merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh jenis penelitian termasuk dalam PTK. Suatu data dikatakan valid jika data tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. “Validitas menunjuk pada drajat keterpercayaan terhadap proses dan hasil PTK” (Kunandar, 2008, hlm. 103). Ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan validitas yaitu:

1) Members Check

Members Check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi

(24)

2) Audit Trail

Audit trail yaitu mencek kebenaran hasil penelitian sementara beserta prosedur dan

pengumpulan datanya, dengan mengkonfirmasikan pada bukti-bukti temuan yang telah diperiksa, dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama. Proses ini juga dilakukan dengan mengkonfirmasikan atau mendiskusikan dengan rekan-rekan mahasiswa jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI yang melakukan PTK.

3) Trianggulasi

Dalam proses ini, peneliti mencek kebenaran data atau informasi yang diperoleh

dari sumber data, yaitu peneliti utama, peneliti mitra, guru dan siswa, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang telah dipilih dan disepakati bersama. Dari peneliti utama, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan diperoleh melalui lembar hasil observasi tentang aktivitas guru dalam bentuk catatan pelaksanaan tindakan. Dari peneliti mitra, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan diperoleh melalui lembar hasil observasi tentang aktivitas siswa.

Guru berperan memberikan data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan refleksi-kolaboratif pada saat diskusi balikan di setiap akhir siklus tindakan. Siswa berperan dalam memberikan data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan wawancara terhadap beberapa orang siswa yang dianggap dapat memberikan informasi yang tepat setelah berakhirnya keseluruhan tindakan.

4) Expert Opinion

Expert opinion yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian

kepada para pakar yang professional di bidang ini, yaitu para pembimbing penelitian ini. 5) Interpretasi

Pada tahap ini peneliti berusaha menginterpretasikan temuan-temuan penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih. Hasil interpretasi ini diharapkan dapat

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka diperoleh gambaran tentang perencanaan dalam penggunaan media gambar karikatur, pelaksanaan dalam penggunaan media gambar karikatur, peningkatan pemahaman

sejarah (historical comprehension) siswa, dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi guru serta mendapatkan solusi untuk mengatasi kendala tersebut akan dipaparkan

sebagai berikut:

Pertama, perencanaan dilakukan setiap melaksanakan tindakan. Adapun

perencanaan yang dilakukan yaitu menentukan waktu pelaksanaan tindakan, menentukan materi pelajaran yang akan di bahas, menyusun RPP, mempersiapkan bahan ajar, mencari foto tokoh-tokoh yang akan dijadikan gambar karikatur, dan membuat media gambar karikatur. Kemudian menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan penggunaan media gambar karikatur, melakukan pengelolaan kelas dengan baik, pemberian motivasi berupa reward dalam bentuk nilai tambahan agar siswa antusias dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, mempersiapkan presensi siswa dan instrumen berupa lembar observasi pemahaman sejarah (historical comprehension) siswa, lembar penelaahan terhadap media gambar karikatur, lembar

catatan lapangan, format wawancara dengan siswa, dan alat untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran berupa kamera.

Kedua, pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan penggunaan media gambar

karikatur dibagi menjadi 3 tahap. Pertama, diskusi kelompok. Dalam kegiatan diskusi kelompok siswa ditugaskan untuk mengerjakan lembar kerja yang terlampir dalam media gambar karikatur. Hal ini difungsikan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam mencari dan menemukan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber. Kedua,

(26)

mengenai peristiwa sejarah yang mengaitkannya dengan kehidupan masa kini, kemudian juga untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang didukung dengan fakta-fakta sejarah, serta untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi dengan kata-kata sendiri berdasarkan pemahaman dan pengetahuannya setelah mengikuti proses pembelajaran.

Ketiga, setelah melakukan empat kali tindakan hasil menunjukan bahwa

penggunaan media gambar karikatur dapat meningkatkan pemahaman sejarah (historical comprehension) siswa dari tiap siklusnya, siswa cenderung lebih aktif dan

antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian, baik dari hasil lembar observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran, catatan lapangan yang mencatat seluruh aktivitas dalam kegiatan pembelajaran, dan hasil wawancara yang pada umumnya respons siswa menunjukan ketertarikan dan menyenangi belajar sejarah yang difasilitasi dengan penggunaan media gambar karikatur sehingga dapat meningkatkan pemahaman sejarah (historical comprehension) siswa dengan baik. Pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I siswa mampu memunculkan pemahaman sejarah (historical comprehension) tetapi masih sangat kurang baik karena terlihat dari kemampuan dalam bertanya yang masih bersifat faktual dan masih belum mampu mengaitkannya dengan kehidupan masa sekarang, kemampuan dalam menjawab pertanyaan yang masih belum didukung dengan fakta-fakta sejarah yang relevan, dalam mencari informasi atau fakta-fakta sejarah yang hanya masih mengandalkan dari satu sumber buku atau internet, siswa hanya mampu menjelaskan faktor penyebabnya saja dari peristiwa sejarah yang sedang dibahas, serta kemampuan dalam menyimpulkan materi yang masih membaca dari buku sumber atau internet. Hal tersebut karena siswa masih perlu dibantu guru dalam memunculkan seluruh aspek pemahaman sejarah (historical comprehension) seperti dalam bertanya dengan mengaitkannya dalam kehidupan masa kini masih perlu dipancing oleh guru

(27)

didukung dengan fakta-fakta sejarah yang relevan, dalam mencari fakta-fakta sejarah sudah menggunakan lebih dari dua buku sumber, dan kemampuan dalam memberikan pernyataan faktor penyebab serta akibat dari peristiwa sejarah dengan baik dan lengkap, serta mampu menyimpulkan materi dengan baik tanpa membaca dari buku sumber atau internet yang berdasarkan pemahamannya. Pada tindakan siklus IV pemahaman sejarah (historical comprehension) siswa secara keseluruhan tetap mengalami peningkatan ke

arah yang lebih baik. Bahkan sudah tercapainya dengan skor tertinggi dalam kategori nilai baik terkait seluruh aspek pemahaman sejarah (historical comprehension) siswa

yang ditunjukan oleh kelompok A dan C. Hal ini telah menunjukan bahwa data sudah menunjukan meningkatnya pemahaman sejarah (historical comprehension) siswa, sehingga peneliti dan guru mitra memutuskan untuk menghentikan penelitian ini. Dengan demikian penyampaian materi pembelajaran yang dikemas melalui media gambar karikatur menjadikan pembelajaran sejarah lebih menarik dan bervariatif sehingga yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman sejarah (historical comprehension) siswa dengan baik.

Keempat, dalam pelaksanaan penggunaan media gambar karikatur selain

keberhasilan yang dicapai dalam meningkatkan historical comprehension siswa, terdapat pula kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan media gambar karikatur. Kendala-kendala tersebut yaitu dalam pembuatan media gambar karikatur yang memerlukan keahlian khusus dan waktu yang cukup banyak karena harus memperhatikan beberapa aspek atau kriteria yang harus dicapai sehingga media gambar karikatur yang dihasilkan akurat dan sesuai dengan materi pembelajaran. Kemudian selain itu tidak semua materi yang akan dibahas dapat dikemas melalui media gambar karikatur. Selanjutnya kendala lain yang dihadapi yaitu pada awal pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan memahami makna yang tersampaikan dalam media gambar karikatur karena masih belum memahami dan masih harus dibantu

oleh guru dengan memberikan penjelasan untuk memancing meunculnya historical comprehension, serta kurangnya kemampuan guru dalam pengelolaan kelas, seperti:

(28)

intonasi suara guru kecil sehingga kurang terdengar sampai ke belakang terutama pada pelaksanaan tindakan siklus satu dan dua. Tetapi dengan adanya refleksi atau perbaikan yang dilakukan peneliti dan guru mitra pada setiap akhir pelaksanaan tindakan pembelajaran, kendala-kendala tersebut sedikit demi sedikit akhirnya dapat diatasi.

5.2 Saran

Media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam menyampaikan bahan ajarnya agar materi yang disampaikan lebih menarik dan mudah untuk dapat dipahami

oleh siswa. Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas tentunya masih belum dapat dikatakan mencapai sempurna sehingga mendorong peneliti untuk mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan penting dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa:

a. Peneliti berharap dengan digunakannya media gambar karikatur dalam pembelajaran sejarah, siswa lebih tertarik untuk belajar dengan aktif dan antusias lagi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman sejarah (historical comprehension) dengan lebih baik lagi.

2. Bagi guru:

a. Peneliti berharap guru dapat melanjutkan proses pembelajaran dengan penggunaan media gambar karikatur dan hendaknya lebih memaksimalkan lagi dalam penggunaan media gambar karikatur agar ketertarikan dan keterlibatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah lebih baik lagi.

3. Bagi Peneliti Lebih Lanjut:

a. Pengelolaan kelas yang harus lebih ditingkatkan lagi agar dalam proses pembelajaran dengan penggunaan media gambar karikatur lebih efektif lagi, serta perlu ditingkatkan lagi dalam mengemnagkan materi pelajaran melalui media

gambar karikatur agar materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa. b. Kreatifitas guru dalam pembuatan media gambar karikatur hendaknya lebih

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, T & dkk. (1997). Memahami Kontroversi Sejarah Orde Baru. Jakarta: Masyarakat Sejarawan Indonesia

Ali, M & dkk. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: IMTIMA

Anitah, S. (2010: 11-12). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka

Arikunto, S., Suhardjono., dan Supardi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hopkins, D. (2011). Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press

Kochhar, S. K. (2008). Teaching Of History. Jakarta: PT Grasindo.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kustandi, C & Sutjipto. (2013). Media Pembelajaran; Manual dan Digital Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyana, A & Leong. (2009). Totorial Membangun Multimedia interaktif; Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) press.

Nurhadiat, D. (2003). Pendidikan Seni; Seni Rupa. Jakarta: Grasindo.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS

Rendro. (2010). Beyond Borders: Comunication Modernity & History. Jakarta: STIKOM The London School of Public Relations.

Rinanto, A. (1982). Peranan Media Audiovisual dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

(30)

Setyosari, A. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: CV Alfabeta

Studio, A. R. (2011). Drawing Magic: Panduan Menggambar Dengan Pensil. Jakarta: PT. TransMedia.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supriatna, N & Wiyanarti, E. (2008). Sejarah dalam Keberagaman. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah

Susilana, R & Riyana, C. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wicana Prima

Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Jurnal:

Ramelan, R. (2008). “Wacana Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya“. Bahasa dan Kognisi.

10, (1), hlm. 72-89.

Sumber Desertasi

Murni. (2004). Model Pembelajaran Holistik Dalam Pengembangan Keterampilan Berpikir Kesejarahan (Suatu Penelitian dan Pengembangan Terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Kesejarahan Mahasiswa Pendidikan Sejarah di Kota Palembang). (Desertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Skripsi

Jaelani, J. R. (2012). Penerapan Metode Debat Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 23 Bandung. (Skripsi). Pendidikan Sejarah FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(31)

Mariana, I. (2008). Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XII IPS 3 SMA Negeri 1 Ciamis). (Skripsi). Pendidikan Sejarah FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Muthmainah, R. (2013). Penerapan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Pemahaman Kesejarahan Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 MAN 1 Bandung). (Skripsi). Pendidikan Sejarah FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nugraha, F. D. (2013). Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Pemahaman Kesejarahan Siswa Pada Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA 1 SMA Pasundan 1 Bandung). (Skripsi). Pendidikan Sejarah FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rusyandi, D. (2010). Penerapan Model Cooperative Learning Melalui Tipe Make – A Match Dalam Pembelajaran Sejarah Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Garut). (Skripsi). Pendidikan Sejarah FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Supriatini, U. (2012). Upaya Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik Melalui Bantuan Media Gambar Pada Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan Konsep Denah Suatu Tempat (Penelitian Tindakan Kelas di SDN Babakan Ciparay 16 Kelas III Semester I Tahun Ajaran 2011/2012 Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung. (Skripsi). PGSD FIP, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Utari, E. (2011). Pemanfaatan Media Tiga Dimensi Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV Tentang Macam-Macam Sendi Di SD Karangpakuan Sukaresmi (Penelitian Tindakan Kelas IV SD Negeri Karangpakuan Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Sukabumi). (Skripsi). PGSD FIP, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Internet:

National Center for History in the Schools. (1996). Historical Comprehension. [Online]. Tersedia di: http://www.nchs.ucla.edu/history-standards/historical-thinking-standards/2.-historical-comprehension [Diakses 9 Oktober 2014].

National Center for History in the Schools. (1996). Introduction to Standards in Historical

Thinking. [Online]. Tersedia di:

Gambar

Gambar 3.1 Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas Mengadopsi dari Kemmis dan Mc Taggart

Referensi

Dokumen terkait

Unit Bimbingan Kaunseling bersama dengan Ketua panitia dapat berbincang untuk program selepas PMR akan masa pelajar tingkatan 3 dapat dimanafaatkan... daripada unit akademik

Pasal 1 Angka (2) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Hutan dan Lahan

Interaksi model penalaran deduktif yang dipergunakan oleh penstudi hukum teoretis, dengan berbagai model penalaran lain yang dikenal dalam teori hukum dan filsafat hukum

Pengembangan Model Perkuliahan Biologi Umum berdasarkan Pembelajaran Inkuiri pada Mahasiswa Calon Guru Biologi.. Bandung: Universitas

1) Tunanetra; khusus untuk anak buta total ( totally blind ) kegiatan belajar dilakukan dengan metode “rabaan.” Di mana, kemampuan indera raba anak sangat

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Batang sebagai salah satu perangkat Satuan Organisasi Pemerintah di Kabupaten Batang, dalam rangka

[r]

McCormack, Jack C., 2003, “Desain Beton Bertulang”, Penerbit Erlangga, Jakarta.. Unnikhrisna and Menon, Devdas, 2003, “Reinforced