• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA CIHIDEUNG SEBAGAI DESA WISATA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA CIHIDEUNG SEBAGAI DESA WISATA."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT DESA CIHIDEUNG SEBAGAI DESA WISATA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Sosiologi

oleh

Hanifah Gunawan 1102829

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MASYARAKAT DESA CIHIDEUNG SEBAGAI DESA WISATA

Oleh:

Hanifah Gunawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Hanifah Gunawan 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Hanifah Gunawan (2015). Pembimbing I : Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. Pembimbing II : Dr. Elly Malihah, M.Si. Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata.

Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat. Perubahan pada masyarakat pedesaan menjadi titik awal terbentuknya masyarakat perkotaan yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya. Penelitian ini dilakukan di Desa Cihideung yang mengalami perubahan sosial budaya dari desa yang didominasi oleh pertanian sawah dan sayuran menjadi desa wisata yang didominasi oleh berbagaimacam pembangunan objek pariwisata beserta sarana pendukung lainnya yang dimiliki oleh para investor. Alasan utama dilakukan penelitian mengenai perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung adalah agar setiap pembangunan yang dilaksanakan harap memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat setempat karena dikhawatirkan masyarakat asli akan tersisihkan bahkan sampai menghilang apabila pembangunan tersebut tidak diimbangi dengan pelestarian terhadap kebudayaan dan kondisi sosial masyarakat Desa Cihideung, selain itu Desa Cihideung merupakan kawasan yang terletak di Kabupaten Bandung Utara dan memiliki peran dalam menjamin keberlanjutan perkembangan di Cekungan Bandung, yaitu sebagai daerah resapan dan penyimpanan cadangan air bagi daerah bawahannya sehingga sagat perlu untuk mengontrol pembangunan yang terjadi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan cara menganalisis dan mendeskripsikan fenomena-fenomena yang menyangkut perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung sebagai desa wisata. Kondisi awal masyarakat Desa Cihideung sebelum menjadi desa wisata didominasi oleh karakteristik sosial budaya masyarakat pedesaan, namun dengan berubahnya menjadi desa wisata berubah pula kondisi sosial budaya masyarakat Desa Cihideung akibat dari adanya pembangunan berbagaimacam objek pariwisata beserta sarana pendukung lainnya serta adanya pendatang dan adanya para wisatawan. Persepsi masyarakat Desa Cihideung terhadp wisatawan meliputi fase-fase euphoria, apathy, annoyance; antagonism. Perubahan sosial budaya tersebut antara lain : 1) Berkurangnya interaksi sosial; 2) Berkurangnya solidaritas sosial; 3) Proses sosialisasi dipengaruhi oleh unsur dari luar masyarakat Desa Cihideung; 4) Berkurangnya pengawasan sosial serta kepedulian; 4) Menghilangnya adat istiadat; 5) Meningkatnya eksistensi kesenian tradisional; 6) Mata pencaharian yang menjadi heterogen; 7) Terjadinya mobilitas sosial. Perubahan sosial budaya tersebut tentunya menimbulkan dampak positif manakala masyarakat Desa Cihideung dapat memanfaatkan dengan baik berbagaimacam objek pariwisata dan sarana pendukung lainnya dan akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Desa Cihideung yang tidak dapat memanfaatkan adanya objek pariwisata tersebut dan menyebabkan ketertinggalan budaya (cultural lag).

(7)

ABSTRACT

Analysis of socio cultural change in Cihideung as a tourist village.

Social change has occured since the past. Nowadays all of these changes happen very quickly. Social change on rural society has been the main point to shape socio cultural change on urban society. This research is taken place in Cihideung whose society have been through social change, it starts from the village which has turned agriculture into tourism and the land for farming is now built up for tourism’s interest which is owned by the investors. The main reason of this research is socio cultural change on Cihideung people occurs due to every construction that is built up should concern about socio cultural condition, it will be worried when the effect of construction will isolate Cihideung people without sustainable development to maintain their cultural. Besides, Cihideung is located on north regency Bandung and it is functioned to maintain sustainable water because this area is reserve water area for every area below Cihideung so that it is needed to control on development. This research is qualitative method with analyzing and describing about phenomenons that is related to socio cultural change on Cihideung which has turned into tourist village. Cihideung people was rural society before the village transform to tourist village and it is getting transformed because developing and tourist who visit the village for tourism’s interest, it changes the society and their cultural. Cihideung people’s perception on tourist is about euphoria, apathy, annoyance; antagonism. Socio cultural change occurs : 1) less social interaction, 2) less social solidarity, 3) socialization in Cihideung is influenced by out group, 4) less social control and awarness, 5) eliminating folkways, 6) increasing job vacancy, 7) social mobility. Socio cultural change can be pros and cons, it depends on Cihideung people to get involved in tourism or to be the victim of tourism, in other words tourism affects the cultural lag when people can not get used to social change.

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Manusia sebagai Mahluk Sosial ... 10

2.2 Manusia dan Kebudayaan ... 11

2.3 Masyarakat Pedesaan ... 13

2.3.1 Hakikat Masyarakat Pedesaan ... 14

2.3.2 Kehidupan Masyarakat Pedesaan ... 15

2.4 Perubahan Kebudayaan ... 19

2.5 Perubahan Sosial ... 21

2.6 Ciri-ciri Perubahan Sosial ... 24

2.7 Bentuk-bentuk Perubahan Sosial ... 26

2.8 Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial ... 27

2.9 Proses-proses Perubahan Sosial ... 32

2.10 Hubungan Antara Perubahan Sosial dan Kebudayaan ... 32

2.11 Teori Perubahan Sosial Budaya William F Ogburn ... 33

2.12 Desa Wisata ... 38

(9)

2.14 Dampak Sosial Budaya Pariwisata... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Desain Penelitian ... 41

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian ... 42

3.2.1 Partisipan... ... 42

3.2.2 Tempat Penelitian ... ... 45

3.3 Pengumpulan Data ... 48

3.3.1 Observasi ... 48

3.3.2 Wawancara.... ... 49

3.3.3 Studi literatur ... 50

3.3.4 Studi Dokumentasi ... 50

3.4 Analisis Data. ... 52

3.4.1 Reduksi Data ... 52

3.4.2 Penyajian Data ... 52

3.4.3 Verifikasi Data ... 52

3.5 Instrumen Penelitian... 54

3.6 Metode Penelitian... 55

3.7 Pengujian Keabsahan Data ... 56

3.7.1 Validitas ... 56

3.7.2 Reliabilitas ... 58

3.7.3 Objektifitas ... 58

3.8 Isu Etik . ... 58

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Temuan Penelitian ... 60

4.1.1 Kondisi masyarakat Desa Cihideung sebelum mengalami perubahan dari kawasan pertanian menjadi desa wisata ... 60

(10)

4.1.3 Dampak yang ditimbulkan dari adanya perubahan sosial budaya

masyarakat Desa Cihideung sebagai desa wisata ... 82

4.1.4 Tanggapan masyarakat Desa Cihideung terhadap perubahan sosial budaya yang terjadi setelah menjadi desa wisata ... 89

4.2 Pembahasan.... ... 89

4.2.1 Kondisi masyarakat Desa Cihideung sebelum mengalami perubahan dari kawasan pertanian menjadi desa wisata ... 89

4.2.2 Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung sebagai kawasan wisata... 99

a. Tahap-tahap pembangunan berbagai macam objek pariwisata mengubah masyarakat Desa Cihideung ... 100

b. Persepsi masyarakat Desa Cihideung terhadap wisatawan ... 102

c. Analisis Proses perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung menggunakan Teori Cultural Lag William F Ogburn .... 103

d. Faktor penyebab perubahan sosial budaya pada masyarakat Desa Cihideung. ... 106

e. Bentuk perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung setelah menjadi kawasan wisata. ... 107

4.2.3 Dampak yang ditimbulkan dari adanya perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung sebagai desa wisata ... 108

4.2.4 Tanggapan masyarakat Desa Cihideung terhadap perubahan sosial budaya yang terjadi setelah menjadi kawasan wisata ... 110

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 112

5.1 Simpulan... ... 112

5.2 Rekomendasi ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117

LAMPIRAN ... 120

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

(13)

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat meliputi berbagai macam aspek yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, teknologi, maupun ilmu pengetahuan. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Perubahan sosial budaya yang terjadi di Indonesia dapat digolongkan kedalam perubahan yang sangat pesat mulai dari komposisi penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun. Selain bertambahnya jumlah penduduk perubahan sosial dalam aspek nilai-nilai sosial serta norma-norma sosial pun semakin lama semakin ditinggalkan, dengan adanya modernisasi maka nilai-nilai sosial dan norma-norma sosial khususnya pada masyarakat pedesaan dianggap sebagai suatu hal yang kuno dan kolot sehingga berdampak pada merosotnya moral para generasi muda. Struktur-struktur sosial pun ikut berubah serta lembaga-lembaga sosial yang bertugas sebagai penyalur aspirasi rakyatpun ikut berubah, salah satu contohnya adalah keberadaan partai politik yang semakin lama jumlahnya semakin banyak. Dari segi perubahan budaya yang terjadi di Indonesia akibat globalisasi banyak pengaruh kebudayaan barat yang diimitasi oleh masyarakat Indonesia.

Menyoroti sisi lain dari perubahan sosial di Indonesia yaitu dalam aspek

food, fashion, fun memiliki peran penting dalam perubahan sosial budaya, gaya

hidup yang awalnya tradisional dan mementingkan segala sesuatu yang hanya menjadi kebutuhan pokok atau yang disebut dengan kebutuhan primer saja namun di saat ini kebutuhan sekunderpun telah dirubah menjadi kebutuhan pimer, sehingga meningkatnya sikap konsumtif pada masyarakat Indonesia. Selain

fashion, food yang semakin lama semakin bervariasi karena dipengaruhi oleh

(14)

berkembang di Indonesia tentunya berbagai macam, mulai dari hiburan yang dibuat oleh manusia maupun hiburan atau objek pariwisata alami. Perkembangan objek pariwisata di Indonesia semakin pesat dan mempengaruhi berbagai aspek dalam masyarakat.

Begitu halnya di Desa Cihideung kecamatan Parongpong kabupaten Bandung Barat terjadi perubahan sosial budaya setelah adaya pembangunan berbagai macam objek pariwisata mulai dari wisata alam, wisata haritage dan wisata buatan seperti permainan, wisata kuliner, maupun penginapan serta butik. Kawasan Desa Cihideung yang awalnya hanya merupakan kawasan pertanian, digunakan sebagai kawasan bercocok tanam oleh masyarakat Desa Cihideung yang mayoritasnya adalah para pemilik lahan-lahan pertanian, kini seiring dengan berkembangnya waktu serta pengaruh dari globalisasi dan modernisasi Desa Cihideung telah berkembang menjadi desa wisata baik yang alami mulai dari wisata taman bunga maupun objek pariwisata buatan, terdiri dari Kambung Gajah yang merupakan objek pariwisata rekreasi, Kampung Daun sebagai objek pariwisata kuliner, Maja House salah satu cafe yang sering dijadikan tempat untuk berkumpulnya anak muda dan lain sebagainya. Masyarakat Desa Cihideung yang dulunya memiliki lahan-lahan untuk bertani telah menjual lahannya kepada para investor sehingga dibangunlah berbagai macam objek pariwisata dan masyarakat Desa Cihideung banyak yang berpindah ke daerah lain karena sudah tidak memiliki lahan untuk dijadikan lapangan pekerjaan.

Kajian terdahulu yang dilakukan oleh Siti Rahmah Diyanti tahun 2013 (Diyanti, 2013, hlm. 121) yang berjudul Perubahan Sosial Budaya Masyarakat betawi di Jakarta pada Masa Kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin 1966-1977 meneliti bahwa perubahan sosial budaya pada masyarakat Betawi terjadi akibat berbagai macam faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal, diantaranya adalah pertambahan penduduk yang sangat tinggi, sedangkan faktor internalnya berasal dari masyarakat Betawi itu sendiri yaitu anggapan bahwa suatu hal yang lumrah dan wajar untuk memiliki banyak anak.

(15)

manyimpulkan bahwa perubahan mata pencaharian disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian yang telah dialihfungsikan menjadi non agraris. Berdasarkan data monografi tahun 2011, kecamatan Parongpong mempunyai luas lahan pertanian sebesar 9,36 Km2 sedangkan berdasarkan data monografi tahun 2005 luas lahan pertanian kecamatan Parongpong sebesar 13,54 Km2. Dari data tersebut maka terlihat bahwa pada lima tahun terakhir telah terjadi pengurangan luas lahan pertanian di kecamatan Parongpong sehingga mengakibatkan perubahan lapangan pekerjaan. Perubahan lapangan pekerjaaan tersebut terjadi di desa wisata Desa Cihideung Bandung dimana lapangan pekerjaan agraris sudah mengalami perubahan yang signifikan menjadi lapangan pekerjaan pada sektor jasa, perdagangan maupun industri.

Kajian terdahulu yang terakhir dilakukan oleh Wisnu Kusumah Putra pada tahun 2012 (Putra, 2012, hlm. 118) yang berjudul dampak perkembangan pariwisata terhadap kondisi ekonomi dan sosial di Desa Cihideung bahwa dampak dari perkembangan pariwisata dalam bidang sosial yaitu semakin berkurangnya lahan pertanian, tidak semua pengelola tempat wisata atau tempat hiburan lainnya menggunakan tenaga kerja dari masyarakat lokal, kemacetan juga menjadi salah satu masalah besar di Cihideung yang harus segera diatasi serta pengeruh-pengaruh gaya hidup yang dilakukan oleh para wisatawan yang berinteraksi dengan masyarakat lokal, dan apabila sedang tejadi high season atau intensitas pariwisata sedang tinggi-tingginya, sering terjadi penggunaan narkoba, vandalisme, prostitusi dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh wisatawan. Hal negatif terakhir dari adanya perkembangan pariwisata yang terjadi adalah perubahan etika dan perilaku masyarakat. Berbagai macam wisatawan yang berasal dari berbagai daerah sangat mempengaruhi etika dan perilaku yang dimiliki masyarakat lokal. Apalagi untuk masyarakat lokal yang masih muda sehingga sangat mudah untuk menerima dan mencerna pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar.

(16)

mengambil informan masyarakat Desa Cihideung namun kedua kajian tersebut tidak membahas mengenai bagaimana proses perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung hanya memfokuskan kepada hasil dan dampak yang ditimbulkan dari sebuah perubahan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Lisna Octa Rolina dan penelitian dari Wisnu Kusuma Putra dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Perkembangan daerah Cihideung menjadi desa wisata tentunya banyak mengalami perubahan-perubahan baik dari segi fisik geografisnya yang dipenuhi dengan bangunan-bangunan megah dan luas, jumlah penduduk yang semakin padat karena banyaknya karyawan yang ingin bekerja di objek pariwisata tersebut yang bukan merupakan masyarakat Desa Cihideung, sistem nilai dan norma yang menjadi pegangan masyarakat Desa Cihideung serta perilaku sosial masyarakat Desa Cihideung dan kebudayaan yang dipegang teguh pun sudah mulai luntur karena masyarakat secara tidak langsung berinteraksi dan mendapat pengaruh dari para wisatawan atau pendatang yang berkunjung ke objek pariwisata tersebut. Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung tentunya memberikan dampak yang positif maupun dampak yang negatif sehingga sangat penting untuk diketahui sejauh mana perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung dan dampak apa yang ditimbulkan dari perubahan sosial pada masyarakat Desa Cihideung setelah berubah menjadi desa wisata.

(17)

Kabupaten Bandung Utara mengacu kepada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.1 tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 58 tahun 2011.

Berdasarkan latarbelakang dan realitas yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam bagaimana perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung setelah menjadi desa wisata. Maka dari itu penulis akan melakukan sebuah penelitian yang berjudul

“ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA

CIHIDEUNG SEBAGAI DESA WISATA.

1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Penelitian yang baik adalah penelitian yang terfokus dan terarah sehingga fokus masalah penelitian ini penulis jabarkan dalam sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi masyarakat Desa Cihideung sebelum mengalami perubahan dari kawasan pertanian menjadi desa wisata?

2. Bagaimana perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung sebagai desa wisata?

3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung setelah menjadi desa wisata?

4. Bagaimana tanggapan masyarakat Desa Cihideung terhadap perubahan sosial budaya yang terjadi setelah menjadi desa wisata?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

(18)

bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sesuai dengan identifikasi dan rumasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai:

1. Kondisi masyarakat Desa Cihideung sebelum mengalami perubahan dari kawasan pertanian menjadi desa wisata.

2. Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung setelah menjadi desa wisata.

3. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung setelah menjadi desa wisata.

4. Tanggapan masyarakat Desa Cihideung terhadap perubahan sosial budaya yang terjadi setelah menjadi desa wisata.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi pengetahuan dalam bidang Sosiologi khususnya tentang perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat setelah menjadi desa wisata.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan bidang Sosiologi maupun pendidikan seperti :

1. Bagi mahasiswa program studi pendidikan Sosiologi, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi pemahaman mengenai perubahan sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. 2. Bagi masyarakat Desa Cihideung, hasil penelitian ini dapat memberikan

(19)

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi dalam memahami perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat.

4. Bagi pemerintah setempat, dapat memberikan kontribusi pemahaman mengenai perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat.

1.5 STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi skripsi dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang masing-masing menjelaskan:

1. Bab I yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang terjadinya perubahan sosial budaya pada masyarakat Desa Cihideung setelah menjadi desa wisata. Bab I terdiri dari alasan rasional dan esensial mengenai terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung berdasarkan fakta dan data yang didapatkan pada saat pra penelitian, uraian kesenjangan yang terjadi antara data dan fakta. Selanjutnya adalah identifikasi masalah penelitian yaitu pengenalan masalah yang terjadi pada proses perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung kemudian masuk pada rumusan masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya, tujuan penelitian menjadi bagian yang selanjutnya dalam bab I, metode penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

2. Bab II yaitu kajian pustaka yang berisi konsep-konsep dan teori-teori mengenai perubahan sosial budaya yang kemudian dianalisis dan dapat membantu memposisikan peneliti dalam kegiatan penelitian.

(20)

reduction, display dan conclution dari data yang didapatkan dari

masyarakat Desa Cihideung serta isu etik.

4. Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri atas dua hal utama yaitu pemaparan mengenai penemuan-penemuan yang di dapat dari masyarakat Desa Cihideung kemudian pembahasan hasil penelitian yaitu dari hasil temuan-temuan tersebut dihubungkan dengan teori-teori atau konsep yang dipilih sehingga hasil penelitian dapat lebih bersifat ilmiah. 5. Bab V yaitu simpulan dan rekomendasi yang terdiri dari inti setiap

pembahasan dari penelitian yang dilakukan dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang terlibat seperti masyarakat Desa Cihideung, maupun para pejabat pemerintahannya dalam menghadapi perubahan sosial budaya, selain itu dapat dijadikan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yang akan

(21)
(22)
(23)

BAB III

METODE PENELITAN

1.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian menganai perubahan sosial masyarakat Desa Cihideung dilakukan dengan menggunakan desain penelitian fenomenologis yang berfokus pada pengalaman hidup masyarakat Desa Cihideung dan memahami arti peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung yang berkaitan dengan perubahan sosial budaya. Dalam penelitian kualitatif desain penelitian fenomenologi ini mengajarkan untuk selalu membuka diri terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita salah satunya adalah informasi yang berasal dari manapun dan siapapun tanpa melakukan penilaian sedini mungkin berdasarkan pemahaman subjektif. Seharusnya yang dilakukan adalah

membiarkan fenomena tersebut “membuka mulutnya” sendiri, sehingga fenomena

tersebut dapat diterjemahkan dengan objektif.

Penelitian yang objektif dalam menganalisis fenomena perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung dapat menghasilkan hasil penelitian yang sahih dan berdasarkan kepada ilmu pengetahuan karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga menganalisis hubungan antara persepsi dengan objek-objek pengalaman pada masyarakat Desa Cihideung.

Denzin dan Lincoln (2009, hlm. 336) sebagaimana menurut Edmund Husserl yang utama dalam pemikirannya adalah bahwa ilmu pengetahuan

selalu berpijak pada “eksperiensial” (yang bersifat pengalaman). Baginya

hubungan antara persepsi dengan objek-objeknya tidaklah pasif. Husserl berpendapat bahwa kesadaran manusia secara aktif mengandung objek-objek pengalaman. Prinsip ini kemudian dijadikan menjadi pijakan bagi setiap penelitian kualitatif tentang praktik dan perilaku yang membentuk realitas.

(24)

Lincoln, 2009, hlm. 336) “ribuan fenomena dalam kehidupan sehari-hari dirangkum ke dalam konstruk dan jenis-jenis yang berbeda”. terdapat tipifikasi

(atau pemolaan) yang memudahkan untuk setiap individu untuk mengkaji pengalaman, mengenali dan menentukan apakah benda dan peristiwa dapat dipandang sebagai bagian atau masuk kedalam jenis realitas khusus atau tidak. Pada saat yang bersamaa tipifikasi juga bersifat tidak pasti, dapat menyesuaikan diri (beradaptasi), dan dapat dimodifikasi. Pola-pola yang tercipta antara realitas sosial dan realitas budaya masyarakat Desa Cihideung kemudian akan menggambarkan struktur-struktur dasar mengenai perubahan sosial budaya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Schutz (dalam Denzin dan Lincoln, 2009, hlm.

337) yang membahas mengenai “fenomena sosial yaitu untuk merumuskan ilmu sosial yang mampu menafsirkan dan menjelaskan tindakan dan pemikiran manusia dengan cara menggambarkan struktur-struktur dasar”. Dalam penelitian fenomenologi yang dilakukan pada masyarakat Desa Cihideung peneliti senantiasa mendekati dunia kognitif masyarakat Desa Cihideung dengan cara beradaptasi dengan kondisi umum masyarakat Desa Cihideung dengan kata lain tidak menjelek-jelekkan dan tidak terlalu mengagung-agungkan fenomena tersebut agar tercipta hubungan yang nyaman antara peneliti dan subjek peneliti atau masyarakat Desa Cihideung. Melalui fenomena perubahan sosial budaya yang terjadi di Desa Cihideung menghasilkan suatu kondisi ketimpangan budaya yang terjadi di daerah pedesaan yang otomatis menimbulkan banyak perubahan sosial dan budaya pada masyarakat Desa Cihideung.

1.2 PARTISIPAN DAN TEMPAT PENELITIAN 1.2.1 Partisipan.

Partisipan atau subjek penelitian yang dipilih adalah masyarakat Desa Cihideung yang menjadi unit analisis yang utama untuk di teliti baik dalam kelompok maupun individu, sebagaimana menurut Hamidi (2004, hlm. 75)

“partisipan atau subjek penelitian terkadang disebut juga sebagai unit analisis

yaitu satuan yang diteliti bisa berupa individu atau kelompok”. Penelitian

(25)

memiliki jabatan-jabatan tertentu yaitu kepala Desa Cihideung, sekretaris desa, bendahara desa serta perangkat desa yang lainnya, selain itu ketua RW 06 Ketua RW 07, Ketua RT, masyarakat yang tidak memegang jabatan serta tokoh masyarakat Desa Cihideung yang memegang kekuasaan dalam bidang-bidang tertentu seperti tokoh agama, tokoh pendidikan dan tokoh kesenian.

Partisipan dalam penelitian ini dibagi kedalam dua jenis yaitu informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci adalah orang yang bisa dikategorikan paling banyak mengetahui, menguasai informasi atau data tentang permasalahan penelitian, biasanya adalah tokoh masyarakat, pemimpin organisasi maupun orang yang telah lama berada di komunitas yang diteliti atau sebagai perintis. Informan kunci yang dipilih adalah para perangkat pemerintahan Desa Cihideung serta tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh pendidikan, tokoh keagamaan, dan tokoh kesenian atau adat istiadat, sedangkan informan pendukung yang peneliti pilih adalah masyarakat Desa Cihideung yang tidak memegang jabatan penting.

Subjek penelitian yang dilakukan di Desa Cihideung merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi. Subjek dalam penelitian ini agar dapat variasi yang sebanyak-banyaknya maka pemilihan subjek dilakukan terhadap masyarakat Desa Cihideung dengan berbagai macam kategori umur, pekerjaan, serta tingkat pendidikan.

Sampling yang digunakan dalam pendektan kualitatif ini yaitu purposive

sampling dan snowball sampling. Artinya, subjek penelitian relatif sedikit dan

(26)

...pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan yang dikenali dari rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel secara berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.

Banyaknya subjek dalam penelitian ini ditentukan oleh adanya pertimbangan perolehan informasi. Penentuan subjek dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh yaitu data atau informasi yang diperoleh memiliki kesamaan setelah dilakukan penelitian terhadap kelompok-kelompok yang berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm. 32-33) bahwa:

“untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti. Sehingga pengumpulan data dari informan didasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan”.

Alamat dari subjek-subjek penelitian ini tentunya berbeda-beda namun masih tetap dalam lokasi penelitian yaitu Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Selain memiliki alamat yang berbeda-beda subjek penelitian ini pun memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga jenjang perguruan tinggi hal tersebut berpengaruh pada daya dan tinggat pengetahuan masing-masing subjek penelitian sehingga mempengaruhi pula terhadap informasi yang diberikan kepada peneliti yang dilakukan melalui berbagai macam pertanyaan dalam wawancara antara peneliti dan informan.

Pekerjaan yang dimiliki oleh para subjek penelitian pun cenderung berbeda-beda mulai dari buruh tani hingga pegawai negeri sipil (PNS) sehingga berpengaruh terhadap waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena harus menyesuaikan dengan jadwal dari masing-masing subjek penelitian yang berbeda-beda diakibatkan oleh pekerjaan yang berberbeda-beda-berbeda-beda.

(27)

3.2.2 Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Desa Cihideung merupakan desa yang terkenal sebagai desa wisata karena terdapat banyak destinasi pariwisata mulai dari wisata alam, wisata kuliner maupun wisata rekreasi. Peneliti harus mengetahui karakteristik dari Desa Cihideung sebagaimana menurut Hamidi (2004, hlm. 69)

“lokasi penelitian pertama adalah menyebutkan tempat penelitian misalnya desa, komunitas atau lembaga tertentu. Kedua, yang lebih penting adalah mengemukakan alasan adanya fenomena sosial atau peristiwa seperti yang dimaksud oleh kata kunci penelitian, terjadi di lokasi tersebut. Terakhir adanya kekhasan lokasi itu yang tidak dimiliki oleh lokasi lain sehubungan permasalahan

penelitian”.

Dari data profil Desa Cihideung tahun 2014, Desa Cihideung mempunyai luas area 417,13 ha dengan jumlah RW sebanyak 17 RW dan jumlah RT sebanyak 51 RT dengan kondisi geografis sebagai berikut:

a. Ketinggian tanah dari permukaan laut: 800 m. b. Banyaknya curah hujan 2500-5000 mm per tahun c. Terletak di dataran tinggi.

d. Suhu udara rata-rata 17oC sampai dengan 24oC

Berikut ini merupakan batas-batas wilayah Desa Cihideung: a. Sebelah Utara : Perkampungan Sukawarna

b. Sebelah Selatan : Ciwaruga Kota Bandung c. Sebelah Barat : Cigugur Geger Kalong d. Sebelah Timur : Sukajaya Kahuripan.

Adapun jarak Desa Cihideung ke pusat kota pemerintahan adalah: a. Jarak dari pusat pemerintah 2 km

b. Jarak dari pusat pemerintah ibukota kabupaten 23 km c. Jarak dari ibukota provinsi 17 km

(28)
[image:28.595.139.516.208.742.2]

Desa Cihideung yang dikenal sebagai desa agrowisata didukung oleh berbagai macam pembangunan-pembangunan tempat-tempat pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Daftar Objek Pariwisata dan Sarana Pendukung lainnya di Desa Cihideung

No Nama Bidang

1 Balcony Dine and Wine Restaurant

2 Zafa Spa, Galery, Wedding Salon

3 Butik Batik Tasik Butik

4 Maja House Restaurant

5 Alfamart Mini market

6 Indomaret Mini market

7 Kampung Gajah Objek pariwisata

8 Warung Nasi Pengkolan Rumah makan tradisional

9 Family Spa Salon

10 Similir Dining Restaurant

11 Green Forest Resort Objek pariwisata

12 Warung Sate Maranggi Rumah makan tradisional

13 Football arena Sarana Olahraga

14 Villa Puri Teras Penginapan

15 Jendela Alam Objek pariwisata

(29)

17 Graha Puspa Perumahan

18 Resto Rumah Kayu and Cottage Restaurant dan penginapan

19 Griya Dulang Penginapan

20 Kampung Daun Objek pariwisata

21 Saung Si Bungsu Rumah makan tradisional

22 RM. Ngarak Sambel Ijo Rumah Makan Tradisional

23 Villa Chocolate Penginapan

24 Kavling Strawberi Objek pariwisata

25 Adapura Resort and Spa Salon

26 Jadul Village Villa dan Spa

(30)
(31)
(32)

Dalam penelitian ini data-data yang berasal dari Masyarakat Desa Cihideung antara lain mengenai perubahan lahan pertanian, perubahan karakteristik masyarakat, berbagai macam pembangunan yang terjadi, keberadaan pendatang, eksistensi dan peran lembaga, sistem pemerintaha yang diterapkan, cara pemenuhan kebutuhan, keberadaan investor, keberadaan lembaga pendidikan, eksistensi kesenian tradisional, tingkat religiusitas, eksistensi bahasa Sunda, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi yang dikumpulkan wawancara, observasi, studi literatur dan studi dokumentasi. Seperti yang dijelaskan oleh Bungin (2010, hlm. 107) yang menyatakan bahwa:

Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisa data adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet.

1.3.1 Observasi.

Kegiatan observasi yang dilakukan pada masyarakat Desa Cihideung dengan cara bertemu para informan yaitu masyarakat Desa Cihideung kemudian melakukan wawancara sehingga informasi dapat diperoleh, kegiatan observasi tersebut disebut dengan teknik observasi terbatas sebagaimana Vredenbregt (1984, hlm. 72-80) yang mengemukakan macam-macam teknik observasi:

1) Teknik observasi-partisipasi, seperti yang telah disindirkan oleh istilahnya maka peneliti dalam menerapkan teknik ini memainkan peranan sebagai partisipan atau peserta dalam suatu kebudayaan.

2) Teknik observasi saja, pada teknik ini, interaksi sosial dengan para informan sama sekali tidak terjadi. Observasi demikian dengan mudah dapat mengakibatkan timbulnya ethnocentism jika perbuatan dan kelakuan dari para responden tidak dipahami sesungguhnya.

3) Teknik partisipasi terbatas. Teknik ini banyak sekali dipakai karena tidak menimbulkan masalah-masalah role-pretense

4) Teknik observasi terbatas. Teknik observasi terbatas didasarkan atas satu kunjungan saja untuk mengadakan wawancara

(one-visit-interviews)

(33)

kehidupan masyarakat Desa Cihideung mulai dari proses sosialisasi, solidaritas sosial, jenis pekerjaan, teknologi, pola pemahaman yang dimiliki mereka, melihat dengan mata kepala sendiri apa yang terjadi, mendengarkan dengan telinga sendiri apa yang dikatakan masyarakat Desa Cihideung. Mencatat apa yang dilihat dan didengar, apa yang mereka katakan, pikirkan dan rasakan. Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini seperti yang dijelaskan di atas, peneliti melakukan pengamatan pada masyarakat Desa Cihideung dengan cara mengamati kehidupan sehari-hari mereka. Setelah memperoleh informasi mengenai perubahan masyarakat Desa Cihideung maka peneliti akan langsung melakukan pengamatan secara mendalam dan memahami berbagai macam argumentasi yang terlontar dari setiap kalangan masyarakat Desa Cihideung. Di dalam proses observasi ini juga peneliti mulai menentukan siapa saja informan-informan kunci, juga siapa saja informan-informan pelengkap. Observasi terus berlanjut sampai informasi yang dibutuhkan terpenuhi serta tujuan yang diinginkan peneliti tercapai.

Data observasi yang didapat tersebut berupa deskriptif yang faktual, cermat, dan terinci mengenai keadaan fisik Desa Cihideung, kegiatan masyarakat Desa Cihideung dan situasi sosial, serta konteks di mana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Data itu diperoleh berkat adanya peneliti di lapangan dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Sehingga memberikan banyak manfaat bagi peneliti, sebagaimana menurut Patton dalam Nasution (2003, hlm. 59) manfaat pengamatan ialah :

1. Dengan berada dilapangan peneliti lebih mampu menghadapi konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

2. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinkan melakukan penemuan atau discovery.

3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena di anggap biasa dan karena itu tidak akan di ungkapkan dalam wawancara.

4. Peneliti dapat melakukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan lembaga .

(34)

6. Kegiatan di lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi misalnya, merasakan suasana situasi sosoial.

Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik observasi sehingga secara langsung peneliti mencari masyarakat Desa Cihideung yang dijadikan sebagai informan kunci maupun informan pendukung sehingga peneliti mempunyai kesempatan mengumpulkan data yang kaya, yang dapat dijadikannya dasar untuk memperoleh data yang lebih terperinci dan lebih cermat mengenai perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung sebagai desa agrowisata.

1.3.2 Wawancara Mendalam

Selain menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara yang mendalam kepada pihak-pihak yang terkait yaitu masyarakat Desa Cihideung, sebagaimana yang dipaparkan berikut oleh Bungin (2010, hlm. 108). ini:

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara bersifat verbal dan non verbal. Pada dasarnya yang diutamakan adalah data verbal yang didapatkan melalui percakapan atau tanya jawab. Percakapan tersebut dapat dicatat dalam buku tulis maupun dengan cara direkam. Selain itu Denzin dan Lincoln (2009, hlm. 495)

mengemukakan bahwa “wawancara adalah bentuk perbincangan, seni bertanya

dan mendengar. Wawancara bukanlah perangkat netral dalam memproduksi

realitas.” Jadi wawancara merupakan alat untuk memproduksi dan memahami

pemahaman situasional yang bersumber dari kegiatan interaksi antara peneliti dan objek yang diteliti yaitu masyarakat Desa Cihideung.

(35)

wawancara yang dilakukan. Wawancara ini tidak terbatas waktu dan jumlah pertanyaan. Sesering mungkin wawancara dilakukan dan sebanyak mungkin pertanyaan yang diajukan mengenai perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung maka akan semakin banyak juga informasi yang dapat diperoleh peneliti karena peneliti langsung berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat Desa Cihideung. Sebagaimana menurut Vredenbregt (1984, hlm. 88-89) mengemukakan bahwa “suatu wawancara dapat disifatkan sebagai suatu proses interaksi dan komunikasi dalam sejumlah variabel memainkan peran yang penting karena kemungkinan untuk mempengaruhi dan menentukan hasil wawancara. Variabel-variabel yang dimaksud adalah: 1) pewawancara (interviewer); 2) responden (interview); 3) daftar pertanyaan atau pedoman pertanyaan (interview guide) yang dipakai; 4) rapport antara pewawancara dan

responden”.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini tidak selalu bersifat formal dan berpatokan pada pedoman wawancara, apalagi saat mewawancarai masyarakat Desa Cihideung yang menjadi subjek utama dalam penelitian ini. Peneliti harus benar-benar bisa membaur dan beradaptasi dengan masyarakat Desa Cihideung, agar peneliti bisa memahami mereka bukan dari luar atau secara etik tetapi memahami dari dalam sehingga mampu memperolah informasi dari sudut pandang emik.

1.3.3 Studi literatur.

Studi literatur yang selanjutnya digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini yaitu dengan cara mencari informasi data dari buku-buku yang telah tersedia ataupun skripsi yang berhubungan dengan dengan kondisi pada masyarakat Desa Cihideung.

1.3.4 Studi dokumentasi.

Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara mengkaji dokumen-dokumen profil Desa Cihideung tahun 1999 dan tahun 2012 sehingga dapat dikaji perubahan yang terjadi. Sebagaimana dalam

(36)

dihasilkan generalisasi-generalisasi, maka dari itu perlu dilakukan seleksi pada

bahan dokumentasi yang digunakan”.

Studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperkuat data hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung. Jenis dokumen yang digunakan adalah dokumen pemerintah yang berasal dari kantor Desa Cihideung dan dari kantor Kecamatan Desa Cihideung. Sebagaimana bentuk-bentuk dokumen yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1994, hlm. 48) yaitu:

1) Otobiografi. Terdapat tiga jenis otobiografi, yaitu: a. Otobiografi yang komperhensif; b. Otobiografi yang topikal; c. Otobiografi yang diedisikan

2) Surat Pribadi, Catatan dan Buku Harian. Segi-segi yang penting dari surat pribadi sebagai bahan dokumen ialah: a. Hubungan dyadic; b. Pokok pembicaraan yang menyangkut hubungan dan lembaga sosial; c. Tata susila atau adat istiadat yang tercermin dalam bentuk serta bahasa surat itu.

3) Surat kabar. Untuk mempelajari masyarakat dalam zaman modern sejak abat ke 19, surat kabar merupakan bahan dokumen yang sangat berharga. Ruang lingkupnya sangat luas dan meliputi soal-soal dari yang lokal, nasional, sampai yang internasional.

4) Dokumen pemerintah. Kepercayaan kepada bahan dokumen sebagai saksi dari peristiwa serta keadaan dalam masa yang lampau, berdasarkan pada tidak adanya kepentingan pribadi, kebodohan atau prasangka.

1.4 ANALISIS DATA

(37)
[image:37.595.134.518.119.295.2]

bahwa analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Gambar 3.2 Components of Data Analysis: Interactive Model

Miles dan Huberman, 2007, hlm.23

Penjelasan mengenai analisis data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data collection berupa berbagai macam informasi yang diperoleh dari masyarakat Desa Cihideung pada saat dilakukannya wawancara terdiri dari hal-hal yang berhubungan dengan perubahan sosial budaya maupun hal-hal yang tidak berhubungan dengan perubahan sosial budaya.

2. Data reduction berupa data yang telah dipilih oleh peneliti dalam hal yang berhubungan dengan perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung dan kemudian dilakukan pemisahan antara aspek yang termasuk dalam perubahan sosial maupun perubahan kebudayaan 3. Data display berupa data hasil reduksi yang telah diseleksi dan

memenuhi kondisi sosial maupun kondisi kebudayaan masyarakat Desa Cihideung kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik maupun uraian singkat.

4. Conclution berupa penarikan kesimpulan dari setiam rumusan

permasalahan yang telah melalui tahap reduksi dan display.

Data mengenai perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung yang telah diperoleh peneliti dari mulai observasi, wawancara mendalam, studi literatur dan studi dokumentasi selama penelitian berlangsung data-data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk catatan lapangan kemudian catatan tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilih dan dipilah mana yang penting dan diperlukan

Data Collection

Data Reduction

Data Display

(38)

untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sehingga data yang penting tidak akan terabaikan dan menumpuk tanpa ada pemisahan yang jelas juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh jika ditemukan kekurangan.

Data-data yang telah disortir mengenai perubahan sosial masyarakat Desa Cihideung tersebut kemudian dipelajari, dan dipamahi oleh peneliti. Setelah alur dari data-data tersebut dapat dipahami oleh peneliti, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu menginterpretasikan data dengan mendeskripsikan dan menggunakan berbagai macam matriks, grafik, network, chart maupun peta konsep agar data-data tersebut menjadi lebih mudah dipahami dan konflik realitas pada masyarakat Desa Cihideung dapat diidentifikasi dengan jelas.

Setelah data-data tersebut mudah dipahami dalam bentuk peta konsep dan dideskripsikan oleh peneliti tahap selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Pada awalnya sebuah kesimpulan masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi

dengan bertambahnya data maka kesimpulan tersebut akan semakin “grounded”.

Dari data-data tersebut dapat terlihat perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung setelah menjadi desa wisata.

1.5 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terjun langsung kepada masyarakat Desa Cihideung untuk mencari informasi mengenai perubahan sosial budaya yang terjadi melalui observasi, wawancara mendalam, studi literatur dan studi dokumentasi. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008, hlm. 59-60) “instrumen yang paling utama adalah peneliti sendiri”. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen penelitian utama karena sesuatu yang dicari dari objek penelitian belum begitu jelas, baik itu dari segi masalahnya, prosedur penelitiannya, ataupun dari hasil yang diharapkan. Selain itu

diungkapkan pula oleh Suharsimi dalam Riduwan (2002, hlm. 24) “Dalam

(39)

serba tidak pasti dan tidak jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri satu-satunya alat yang dapat menghadapinya”. Kemudian Lincoln dan

Guba (1985, hlm. 39) menyatakan bahwa “peneliti berperan sebagai instrument (human instrument) yang utama yang secara penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang dimasukinya. Human Instrument ini dibangun atas dasar

pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian”.

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan terus melakukan interaksi dengan masyarakat Desa Cihideung. Selain peneliti itu sendiri yang dijadikan instrumen dalam penelitian ini terdapat pedoman wawancara serta panduan observasi yang dijadikan instrumen pendukung dalam mencari atau memperoleh data mengenai perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung. Sebagaimana menurut Arikunto (2010, hlm. 202) secara garis besar ada dua pedoman wawancara yaitu :

1. Pedoman wawancara tidak struktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomer yang sesuai.

Pedoman wawancara yang dipilih oleh peneliti adalah pedoman wawancara tidak struktur yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan hasil pengembangan dari panduan observasi. Panduan observasi meliputi hal-hal yang menjadi pokok perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung sedangkan panduan wawancara meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Desa Cihideung secara spesifik.

1.6 METODE PENELITIAN

(40)

yaitu metode penelitian yang digunakan untuk membahas suatu permasalahan dengan cara meneliti, mengolah data, menganalisis, menginterpretasikan dengan pembahasan yang teratur dan sistematis tentunya dengan pendekatan kualitatif. Peneliti berupaya agar penelitian yang dilakukan mengenai perubahan sosial pada masyarakat Desa Cihideung sebagai desa agrowisata dapat membahas, mengolah data, menganalisis serta menginterpretasikannya dengan pembahasan yang terstruktur dan sistematis.

Analisis deskriptif yang digunakan mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat Desa Cihideung, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat tersebut dalam situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Cihideung. Selain itu metode ini bertujuan untuk menggambarkan karakter masyarakat Desa Cihideung dan gejala perubahan sosial budaya yang berlangsung serta menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara ilmiah.

Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan sebuah gambaran atau penegasan suatu konsep-konsep dan gejala-gejala sosial. Juga menjawab mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan objek dan subjek yang diteliti. Data deskriptif pada umumnya menggunakan instrumen penelitian yang berbentuk wawancara dan observasi. Hal-hal tersebut menjadi alasan utama yang menyebabkan peneliti memilih metode analisis deskriptif sebagai metode dalam penelitian ini.

1.7 PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

Keabsahan data merupakan konsep penting dalam penelitian ini karena dengan pengujian keabsahan data penelitian mengenai perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung dapat dikatakan layak dan benar ataupun sebaliknya. Sebagaimana penelitian ini, dilakukan pula pengujian keabsahan data dengan menggunakan Validitas, Reliabilitas dan Objektifitas.

1. Validitas.

(41)

melaksanakan kegiatan wawancara percakapan yang terjadi antara peneliti dengan masyarakat Desa Cihideung di rekam maupun di foto, sebagaimana menurut Alwasilah (2008, hlm. 169) validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran dan segala jenis laporan. Dalam melakukan validitas tugas peneliti adalah menyajikan bukti dan landasan yang kuat sehingga pembaca percaya atas kebenaran laporan tersebut.

Terdapat jenis-jenis validitas namun peneliti menggunakan dua validitas dalam penelitian ini yaitu validitas deskripsi dan validitas interpretasi. Validitas deskriptif mendeskripsikan masyarakat Desa Cihideung dengan menampilkan interpretasi atas norma-norma budaya yang dilakukan oleh masyarakat desa Cihideung dan menginterpretasi bagaimana perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat desa. Cara-cara pembuktian validitas dilakukan dengan merekam hasil wawancara atau dialog bersama masyarakat Desa Cihideung kemudian dirubah menjadi transkrip selain itu, catatan observasi pun dipilih sebagai bukti untuk validasi.

Selain jenis validitas deskripsi, peneliti menggunakan jenis validitas interpretasi yang dilakukan melalui interaksi antara peneliti dengan masyarakat Desa Cihideung, mempelajari bagaimana masyarakat Desa Cihideung memaknai apa yang mereka lakukan atau katakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam validitas interpretasi adalah member check, yaitu melakukan pengecekan kebenaran atau konfirmasi dengan menanyakan langsung kepada informan yang bersangkutan karena apa yang dikatakan masyarakat Desa Cihideung belum tentu benar. Sebagaimana menurut Alwasilah (2008, hlm. 178) “beberapa keuntungan dari member check adalah (1) menghindari salah tafsir terhadap jawaban informan sewaktu di interviu, (2) menghindari salah tafsir terhadap perilaku informan sewaktu diobservasi dan mengkonfirmasi perspektif emik informan terhadap suatu

proses yang sedang berlangsung”.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan member check kepada masyarakat Desa Cihideung sebagai subjek utama yang merasakan perubahan sosial budaya yang terjadi dan berasal dari berbagai kalangan.

(42)

Alwasilah (2008, hlm. 175-176) “triangulasi, yaitu pengecekan kebenaran data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi berfungsi untuk mengecek validasi data dengan menilai kecukupan

data dari sejumlah data yang beragam”. Triangulasi yang dilakukan dengan

mewawancara ketua RW kemudian jawaban-jawaban dari hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan jawaban dari katua RT apabila hasilnya sama maka data tersebut benar, namun apabila hasil dari wawancara tersebut masih berbeda maka perlu dikonfirmasi kepada informan lain hingga hasil yang didapatkan menjadi sama.

2. Reliabilitas.

Reliabilitas yang digunakan untuk menguji keabsahan data yang didapat dari masyarakat Desa Cihideung harus menunjukkan adanya konsistensi yakni memberikan hasil yang konsisten atau kesamaan hasil sehingga dapat dipercaya. Reliabilitas bergantung pada kemungkinan orang lain mengulangi penelitian yang sama dengan memperoleh hasil yang sama, dan untuk itu perlu diberi keterangan yang jelas. Misalkan dalam penelitian ini peneliti memiliki asisten dalam kegiatan penelitiannya, dengan peneliti yang berbeda menanyakan kepada kepala Desa Cihideung mengenai perubahan sosial budaya yang terjadi dan jawabannya sama, maka hal tersebut menunjukkan adanya konsistensi.

3. Objektivitas.

Objektivitas yang dilakukan peneliti dengan membandingkan hasil penelitian dengan kajian terdahulu yang berjudul perubahan orientasi mata pencaharian masyarakat Desa Cihideung. Setiap penelitian harus memenuhi syarat objektivitas, apabila data yang hanya didasarkan atas pengalaman atau pengalaman seorang individu bersifat subjektif. Data hanya dapat dianggap objektif bila diperoleh berdasarkan kesamaan hasil pengamatan sejumlah peneliti dan dapat dicheck kebenarannya oleh orang lain. Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha untuk sedapat mungkin memperkecil faktor subjektifitas.

3.8 ISU ETIK

(43)
(44)
(45)
(46)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat Desa Cihideung dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial budaya dapat diidentifikasi dengan cara membandingkan kondisi Desa Cihideung sebelum berubah menjadi desa agrowisata dan mengalami berbagai macam pambangunan objek periwisata beserta sarana lainnya yang mendukung dengan kondisi masyarakat Desa Cihideung yang sudah mengalami berbagai macam pembagunan.

(47)

masyarakat Desa Cihideung merupakan unsur-unsur masyarakat pedesaan tanpa dipengaruhi oleh kebudayaan lain, memegang teguh norma-norma sosial berupa norma kebiasaan, norma adat istiadat, norma agama serta norma kesopanan, sikap hidup yang sederhana dengan mementingkan kebutuhan pokok saja, rendahnya mobilitas sosial yang diakibatkan oleh rendahnya pendidikan masyarakat Desa Cihideung sehingga tidak bisa melakukan mobilitas sosial baik vertikal maupun horizontal, sistem pemerintahan yang belum tersosialisasikan dengan baik karena masyarakat Desa Cihideung cenderung pasif terhadap kegiatan pemerintahan, rendahnya ukuran komunitas yang disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia, kesenian tradisional yang masih kental, adat istiadat dan keagamaan yang masih kental.

(48)

masyarakat Desa Cihideung, memudarnya adat istiadat, meningkatnya kuantitas dan kualitas lembaga kemasyarakatan, meningkatnya sistem pemerintahan.

Desa Cihideung sebagai desa wisata dengan banyaknya pembangunan objek pariwisata beserta sarana pendukung lainnya yang mendatangkan para wisatawan. Masyarakat Desa Cihideung pada awalnya akan mengalami tahap-tahap yang memperlihatkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap wisatawan yaitu: tahap pertama adalah euphoria yaitu fase dimana masyarakat Desa Cihideung sangat senang dengan adanya wisatawan, tahap kedua adalah apathy yaitu kondisi masyarakat yang mulai terbiasa dengan adanya wisatawan, tahap annoyance yaitu tahap dimana masyarakat Desa Cihideung sudah mulai terganggu dengan adanya wisatawan dan tahap terakhir adalah antagonism adalah fase dimana masyarakat Desa Cihideung sudah mulai melakukan aksi terhadap dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh wisatawan maupun objek pariwisata.

Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung menyangkut dua unsur yaitu kebudayaan materil dan kebudayaan immateril. Kebudayaan materil yang masuk dalam kehidupan masyarakat Desa Cihideung adalah adanya berbagai macam pembangunan objek pariwisata serta sarana pendukung yang lainnya dan kebudayaan immaterilnya adalah bagaimana kemampuan masyarakat Desa Cihideung dalam menghadapi dan memanfaatkan kebudayaan materil. Kebudayaan materil dan immateril harus seimbang karena apabila kebudayaan meteriil lebih mendominasi daripada kebudayaan immateril maka akan terjadi ketertinggalan kebudayaan atau cultural lag. Ketertinggalan budaya terjadi pada masyarakat Desa Cihideung, karena masyarakat Desa Cihideung belum bisa memanfaatkan adanya berbagai macam pembangunan dengan baik sehingga menimbulkan kondisi-kondisi seperti berikut ini: 1) Masyarakat Desa Cihideung kalah bersaing untuk mengembangkan Desa Cihideung menjadi desa agrowisata; 2) Masyarakat Desa Cihideung kalah bersaing dengan para pendatang; 3) Adanya pelanggaran terhadap aturan; 4) Masyarakat Desa Cihideung menjadi konsumtif.

(49)

penemuan-penemuan baru; 2) faktor eksternal yang berasal dari luar masyarakat Desa Cihideung yaitu pengaruh kebudayaan lain yang berbantuk kebudayaan perkotaan, Sistem pendidikan formal yang baru dan dimiliki oleh masyarakat Desa Cihideung berupa bertambahnya kuantitas dan kualitas sekolah, sikap menghargai hasil karya orang lain yang diidentifikasi melalui sikap masyarakat Desa Cihideung yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai objek pariwisata beserta sarana pendukung yang lainnya, toleransi terhadap penyimpangan salah satunya adalah sikap permisifisme masyarakat Desa Cihideung terhadap kegiatan negatif yang diselenggarakan oleh objek pariwisata serta sarana pendukung yang lainnya. Setelah mengetahui mengenai faktor penyebab terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung maka perlu juga mengetahui bentuk dari perubahan sosial budaya tersebut. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung dikategorikan sebagai perubahan sosial yang cepat. Berbagai macam pembangunan baik fasilitas umum maupun objek pariwisata dan sarana pendukung lainnya yang dimiliki oleh para investor, serta teknologi berkembang di Desa Cihideung dalam kurun waktu 15 tahun.

Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan sosial budaya masyarakat Desa dibagi menjadi dua bentuk, yaitu dampak positif yang terdiri dari: 1) Membuat Desa Cihideung terkenal hingga ke mancanegara; 2) Menyediakan lapangan pekerjaan; 3) Memberi bantuan sosial; 4) Meningkatkan eksistensi kesenian tradisional; 5) Meningkatnya taraf hidup masyarakat Desa Cihideung karena adanya pendidikan dan teknologi; 6) Tersedianya fasilitas-fasilitas umum salah satunya adalah jalan raya. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah : 1) Terjadi kepadatan penduduk; 2) Hiangnya sifat-sifat masyarakat pedesaan; 3) Pencemaran lingkungan; 4) Rendahnya pengawasan sosial; 5) Kemacetan; 6) Meningkatnya kriminalitas.

(50)

mendukung pembangunan tersebut karena merasakan dampak positif yang dihasilkan, sedangkan masyarakat yang tidak mendukung terhadap pembangunan tersebut karena mereka merasakan banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan sehingga merugikan masyarakat Desa Cihideung.

1.2 REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bab IV, peneliti bermaksud memberikan rekomendasi dan saran yang dapat diajukan terkait dengan hasil penelitian menganai perubahan sosial budaya masyarakat Desa Cihideung sebagai desa agrowisata adalah sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat Desa Cihideung.

Masyarakat Desa Cihideung agar dapat lebih meningkatkan daya saing melalui pendidikan dan sikap mental sehingga pengembangan desa agrowisata tersebut dapat didominasi oleh masyarakat Desa Cihideung bukah oleh investor ataupun pendatang dan tidak terjadi ketertinggalan.

2. Bagi Pemerintah.

a. Pemerintah dapat memberikan solusi bagi masyarakat yang sudah tidak memiliki lahan pertanian.

b. Pemerintah dapat memberikan pemahaman bahwa petani tidak identik dengan kemiskinan sebagaimana dengan peraturan menteri pertanian nomor 2 tahun 2014 mengenai produksi pertanian Indonesia yang besar dipengaruhi oleh para petani.

c. Pemerintah memberikan sanksi yang tegas apabila terjadi pelanggaran terhadap kebijakan-kebijakan yang menyangkut Desa Cihideung sabagai desa agrowisata.

d. Pemerintah memberikan pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas masyarakat Desa Cihideung.

e. Pemerintah memberikan bantuan modal bagi masyarakat Desa Cihideung yang memiliki daya saing namun kekurangan dalam hal pembiayaan untuk membuat usaha sendiri.

3. Bagi peneliti.

(51)
(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka. (1999). Petani Merajut Tradisi Era Globalisasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Ahmadi, Abu. (2003). Ilmu Sosial Dasar. Semarang: Rineka Cipta.

Alwasilah, A Chaedar. (2008). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bachtiar, Wardi. (2010). Sosiologi Klasik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Bagyono. (2007). Pariwisata dan Perhotelan. Bandung: Alfabeta.

Beilharz, Peter. (2005). Teori-Teori Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bungin, Burhan. (2010). Analisis DataPenelitian Kualitatif: Pemahaman

Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta:

Grafindo Persada.

Creswell, J.W. (1994). Research Design Qualitative dan Quantitative Approach. London: Publication.

Diyanti Rahmah Siti. (2013). Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Betawi di

Jakarta pada Masa Kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin 1966-1977.

(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia.

Denzin, K. Norman dan Lincoln S. Yvonna. (2009). Handbook of qualitative

research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendi, Ridwan dan Setiadi Malihah, Elly. (2014). Pendidikan Lingkungan

Sosial Budaya Teknologi. Bandung: CV Maulana Media Grafika.

Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.

Henslin. M James. (2006). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Horton, B Paul dan Chester L Hunt. (1984). Sosilogi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Koentjaraningrat. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Jhonson, Paul Doyle dan Lawang M. Z. Robert. (1990). Teori Sosiologi Klasik

dan Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(53)

Research.Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Lincoln. Y. S dan Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publication.

Martono, Nanang. (2011). Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern,

Postmodern, dan Psikoanalisis. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Miles, M dan Huberman, AM. (2007). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber

tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, J Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Murdiyatmoko, Janu. (2008). Sosiologi Memehami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazsir, Nasrullah. (2008). Sosiologi Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi

Sebagai Ilmu Sosial. Bandung: Widya Padjajaran.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pitana, I Gede dan Gayatri, G Putu. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogjakarta: CV. Andi Offset

Putra Kusumah Wisnu. (2012). Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap

Kondisi Ekonomi dan Sosial di Desa Cihideung. (Skripsi). Universitas Pendidikan

Indonesia.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rolina Octa Lisna. (2013). Orientasi Perubahan Mata Pencaharian Petani di

Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. (Skripsi). Universitas

Pendidikan Indonesia.

Setiadi, Malihah, Elly dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Antropologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.

Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Setiadi, Elly M, dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana. Soekanto, Soerjono. (1985). Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasi. Bandung:

(54)

Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafinda Persada

Soekanto Soerjono. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sztompka, Piotr. (2011). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media

Group.

Vredenbregt. J. (1984). Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT

Gramedia.

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Objek Pariwisata dan Sarana Pendukung lainnya
Gambar 3.2 Components of Data Analysis: Interactive Model

Referensi

Dokumen terkait

1) Agar dapat menambahkan user baru yang dapat menggunakan sistem operasi secara pribadi, dan lebih aman menyimpan data dalam sistem operasi yang memiliki banyak user. 2)

Upaya tersebut merupakan implementasi visi Presiden Republik Indonesia bagi para TKI agar memperoleh perlindungan hukum ketika menjadi calon TKI, memperoleh jaminan kerja pada

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio debt to equity , profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, kualitas audit, dan pergantian auditor

Penggunaan probiotik untuk optimalisasi proses fermentasi media BIS dapat meningkatkan produksi biomasa maggot dan sifat nutrisinya Larva maggot dapat dimanfaatkan sebagai

Abbrevi- ations: ga: galena, cp: chalcopyrite, sph: sphalerite, fah I: freibergite- tetrahedritess, fah II: secondary tetrahedrite, py: pyrite, plb: polybasite, ac: acanthite,

Bagian Hasil dan Pembahasan merupakan bagian yang memuat semua temuan ilmiah yang diperoleh sebagai data hasil penelitian. Bagian ini diharapkan memberikan penjelasan

ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP KONTEN MEDIA SOSIAL “BEKAL BUAT SUAMI” DALAM PERSPEKTIF GENDER.. CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS OF SOCIAL MEDIA CONTENT "BEKAL BUAT SUAMI" IN