No.Daftar:10/PGPAUD/I/2015
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA
DI TAMAN KANAK - KANAK
(Penelitian deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh Fini Trisa
1005011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
FINI TRISA 1005011
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA
DI TAMAN KANAK KANAK (Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip
Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014 –2015)
Disetujui dan disahkan oleh :
Dosen pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II
Dr.H.Usep Kuswari, M.Pd Dr. Ocih Setiasih, M.Pd
NIP. 1959011 9198601 1001 NIP. 19600707 198601 2001
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
LEMBAR PENGESAHAN
Fini Trisa 1005011
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA
DI TAMAN KANAK KANAK (Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip
Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014 –2015)
Disetujui dan disahkan oleh :
Penguji I
I Gusti Komang Arya.S.Pd,M.Hum NIP. 19770312 200812 1 001
Penguji II
Dr. Badru Zaman, M.Pd NIP. 19740806 200112 1 002
Penguji III
dr. Nur Faizah, M.Kes NIP. 19701129 200312 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA DI TAMAN KANAK-KANAK
(Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014–2015)
Oleh : Fini Trisa
1005011
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
© Fini Trisa
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Fini Trisa, 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam
sebuah negara kebangsaan, apakah itu pada suatu daerah kecil, negara
bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas. Keberadaan sebuah bahasa
lokal atau bahasa daerah sangat erat dengan eksistensi suku bangsa yang melahirkan
dan menggunakan bahasa tersebut. Bahasa menjadi unsur pendukung utama tradisi
dan adat istiadat. Bahasa juga menjadi unsur pembentuk sastra, seni, kebudayaan,
hingga peradaban sebuah suku bangsa. Bahasa daerah dipergunakan dalam berbagai
upacara adat, dan dalam percakapan sehari-hari. Dengan demikian bahasa daerah
merupakan unsur pembentuk budaya daerah dan sekaligus budaya nasional.
Dewasa ini, sebagai dampak dari pengaruh perubahan dan perkembangan
zaman yang terjadi pada saat ini keberadaan bahasa daerah mulai terancam
pudar/punah. Salah satu diantaranya bahasa Sunda. Di daerah Jawa Barat. bahasa
Sunda bukan lagi merupakan bahasa ibu/bahasa pertama di daerah sendiri, tetapi
sudah dijadikan bahasa kedua setelah bahasa Indonesia. Pengaruh bahasa Indonesia
terhadap kebudayaan di Nusantara sangat besar sehingga banyak anak–anak jaman
sekarang terutama di kota–kota besar yang tidak lagi mengenal bahasa
lokalnya/bahasa ibu khususnya bahasa Sunda untuk daerah Jawa Barat.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Sunda berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.
Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa Sunda
berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah
dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran
bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dan (3) alat pengembangan serta
Adapun pengertian bahasa Sunda atau bahasa “ibu”/”indung” menurut
Iskandarwassid (2004:44) yaitu “Basa anu mimiti pisan asup kana ceuli budak
nyaeta basa anu dipake ku lingkungan kulawargana basa anu diterapkeun ku
indungna lamun nyarita ka barudakna”.
Artinya bahasa Sunda atau bahasa Ibu yaitu bahasa yang pertama kali
didengar oleh anak, bahasa yang dipakai dan diterapkan dalam lingkungan keluarga.
oleh karena itu bahasa Sunda atau bahasa Ibu merupakan bahasa yang paling dekat
dengan anak dan menjadi landasan awal anak dalam belajar berbahasa, berekspresi,
dan berpikir. Anak yang pandai berbahasa ibunya cenderung akan lebih mudah
belajar bahasa kedua (bahasa Indonesia) atau bahasa asing lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka bahasa Sunda sebagai salah satu bahasa
daerah sudah seyogyanya dipelihara oleh rakyatnya dengan sebaik-baiknya dan
dihormati, serta dipelihara juga oleh negara berdasarkan anggapan bahwa bahasa
daerah itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup, bukan
sebaliknya bahasa Sunda sebagai bahasa lokal/bahasa daerah yang diabaikan dengan
makin jarangnya penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di kalangan
masyarakat adat, khususnya generasi muda, ini merupakan ancaman terhadap
pudarnya keberadaan bahasa Sunda.
Adapun faktor utama penyebab mulai pudarnya bahasa Sunda dari anak–anak
jaman sekarang, yaitu kurangnya pembinaan dari orang tuanya sendiri terhadap
anaknya sejak usia dini untuk berbahasa daerah di lingkungan keluarganya, sebagai
contoh daerah perkotaan dan bahkan daerah pedesaan, sejak bayi lahir orang tuanya
sudah langsung mengajarkannya menggunakan bahasa Indonesia sampai anak
tersebut tumbuh dewasa dan setiap berkomunikasi dengan lingkungan keluarga dan
orang tuanya selalu menggunakan bahasa Indonesia, sehingga sejak usia dini anak
tersebut tidak mengenal bahasa ibunya sendiri/ bahasa Sunda.
Faktor lain penyebab mulai pudarnya bahasa Sunda yaitu derasnya pengaruh
arus teknologi komunikasi dan informasi sehingga mengancam hilangnya kududukan
yakni dengan masuknya kebudayaan–kebudayaan Barat. Masuknya kebudayaan
Barat tampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
maju. Selain dampak positif yang disumbangkannya terdapat pula dampak
negatifnya, pertukaran informasi yang cepat dan tanpa batas akan melahirkan
pergesekan antar budaya yang saling mempengaruhi. Dalam hal berbahasa,
pencampuran antar bahasa tidak bisa dihindarkan lagi. Pertukaran dan pencampuran
kosakata dan gaya bahasa terjadi setiap saat. Setiap bahasa mengandung latar etnik
dan tata nilai sendiri. Dalam era informasi yang global, latar nilai tidak lagi dapat
dipertahankan. Di sini pengaruh budaya Barat yang lebih maju secara material
menjadi besar pengaruhnya dibandingkan dengan budaya yang masih bersahaja,
pengaruh tersebut berakibat pada pola pikir, gaya hidup mereka, dan bahasa yang
digunakan sehingga lambat laun bahasa lokal/bahasa Sunda akan terancam
pudar/punah keberadaannya, karena bahasa daerah tidak lagi digunakan dalam
komunikasi baik di lingkungan rumah (orang tua tidak menganggap penting untuk
menggunakan bahasa Sunda), maupun lingkungan para remaja lebih suka pakai
bahasa gaul meski bertemu teman yang berbahasa daerah semua.
Kondisi tersebut tidak bisa diabaikan, jika anak–anak tidak dibekali dengan
bahasa ibunya, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti, bahasa Sunda akan
pudar dan punah ditengah arus perubahan zaman. Apabila satu per satu bahasa
pendukung budaya nasional pudar dan musnah, maka lambat laun pilar penyangga
budaya nasionalpun akan roboh dan hal ini berarti kebudayaan nasional juga
mengalami ancaman yang sangat serius. Apakah jadinya sebuah bangsa yang tidak
lagi memiliki kebudayaannya? Bangsa kita akan terjebak menjadi bangsa tanpa
kepribadian. Hal ini jelas akan memperlemah tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Negara ini akan menjadi negara yang gagal (the fail state).
Kemungkinan akan punahnya suatu bahasa dicemaskan oleh banyak pihak.
Berangkat dari keprihatinan akan matinya banyak bahasa, UNESCO mencanangkan
November 1999 dan mulai merayakannya sejak tahun 2000. Ada alasan mendasar
mengapa kepunahan suatu bahasa sangat dikhawatirkan. Bahasa memiliki jalinan
yang sangat erat dengan budaya sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan, karena
begitu eratnya jalinan antara bahasa dan budaya, sehingga tanpa bahasa, budaya kita
pun akan mati. Hal ini bisa terjadi.
Mengacu pada permasalahan dan alasan di atas, maka upaya untuk
mempertahankan dan melestarikan bahasa Sunda sebagai salah satu warisan budaya
bangsa yaitu melalui implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman-Kanak.
Oleh karena itu peranan orang tua, guru, dan lingkungan sekitar mempunyai
pengaruh yang besar untuk mencegah hal–hal tersebut terjadi, untuk itu pemerintah
juga perlu membuat suatu kebijakan pendidikan untuk memelihara bahasa ibu dari
anak–anak bangsa Indonesia sehingga menghindari pudarnya kebudayaan bangsa kita
salah satunya bahasa lokal atau bahasa Sunda. di samping itu pemerintah sangat perlu
menghargai dan memahami, bahwa bahasa ibu sebagai akar dari keragaman linguistik
dan multilingualisme, karena bahasalah yang membangun identitas diri dan bangsa.
Kemampuan multilingual (bahasa ibu, bahasa nasional, dan bahasa internasional)
merupakan kunci menuju pembangunan berkelanjutan. Seperti yang sering
diungkapkan oleh UNESCO, penggunaan bahasa ibu dapat meningkatkan kecerdasan
dalam membangun pendidikan yang berkualitas.
Adapun upaya dari pemerintah dengan membuat suatu kebijakan pendidikan
melalui Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dengan mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang
Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah,
antara lain, bahasa Sunda, harus diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari Taman
Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jawa Barat,
diharapkan melalui pembelajaran bahasa Sunda sejak usia dini dapat membantu anak
didik mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan perasaan,
dan imajinatif yang ada dalam diri anak, serta meningkatkan kemampuan anak didik
untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Sunda dengan baik dan benar, baik secara
lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra Sunda,
Di samping itu menganjurkan pelaksanaan pembelajaran bahasa Sunda diberikan
satu kali dalam satu minggu yaitu setiap hari Rabu, oleh karena itu bahasa Sunda
sebagai bahasa ibu bagi anak – anak di Jawa Barat perlu diperkenalkan kepada
anak-anak usia dini atau usia pra sekolah (TK/RA).
Oleh karena itu dalam implementasi pembelajaran bahasa Sunda di
Taman-Kanak, hendaknya guru menyelenggarakan pembelajaran bahasa Sunda dengan
suasana dan kegiatan yang menyenangkan dan interaktif bagi anak serta disesuaikan
dengan bakat, minat, kebutuhan, dan kemampuan anak. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pada pasal 19 ayat 1 dalam (Wibowo, 2012:55) dinyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selain hal tersebut di atas, Sebagai bentuk perwujudan dalam implementasi
pembelajaran bahasa Sunda di Taman Kanak–Kanak, guru harus menyusun dan
merencanaan pembelajaran. Dalam konteks pengajaran, perencanaan menurut Majid
(2007:17) dapat diartikan:
Perencanaan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan pembelajaran yang baik Menurut Gagne dan Briggs (1974)
dalam (Majid, 2007:96) mengemukakan:
pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran, dan pengalaman belajar; 3) evaluasi keberhasilan.
Komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi (tujuan, bahan/materi
pembelajaran, metode/strategi, media dan sumber belajar serta evaluasi/penilaian)
komponen-komponen tersebut dalam proses pembelajarannya saling berkaitan dan
berhubungan erat dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. Seperti yang dijelaskan
oleh tim pengembang MKDP kurikulum dan pembelajaran. Ruhimat. (2009:138)
menjelaskan bahwa:
Komponen pembelajaran sebagai sebuah sistem, masing-masing komponen tersebut membentuk sebuah integritas atau satu kesatuan yang utuh, masing-masing komponen saling berinteraksi, yaitu saling berhubungan secara aktif dan saling mempengaruhi. Misalnya dalam menentukan bahan pembelajaran merujuk pada tujuan yang telah ditentukan, serta bagaimana bahan materi itu disampaikan akan menggunakan strategi yang tepat yang didukung oleh media yang sesuai, dalam menentukan evaluasi pembelajaran akan merujuk pada tujuan pembelajaran, bahan yang disediakan media dan strategi yang digunakan, begitu juga dengan komponen yang lainnya saling bergantung
(interdependensi) dan saling terobos (interpenetrasi).
Berdasarkan paparan di atas maka dalam menyelenggarakan pembelajaran
bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak, selain merencanakan komponen-komponen
pembelajaran dan melaksanakannya, guru juga harus menguasai kompetensi
pengelolaan pembelajaran, dimana kompetensi yang dikuasai oleh guru tersebut akan
menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya
sebagai guru. Guru bukan saja harus pintar tapi juga pandai mentransfer ilmunya,
dengan ilmu dan pengetahuannya guru dapat memilih dan menentukan
komponen-komponen pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan minat, kebutuhan, kondisi dan
perkembangan anak serta sesuai dengan aspek perkembangan yang ingin dicapai
anak. Oleh karena itu melalui implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman
Kanak-Kanak diharapkan akan punahnya suatu bahasa lokal yaitu bahasa Sunda
meningkatkan kemampuan anak didik untuk dapat berkomunikasi dalam berbahasa
Sunda dengan baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan sejak usia dini, serta
mengenalkan adat istiadat dan budaya Sunda, serta menanamkan perasaan bangga
dan cinta terhadap budaya sendiri.
Salah satu Taman Kanak-Kanak di Kota bandung yang turut melestarikan
budaya lokal (bahasa Sunda), yaitu TK Negeri Pembina Citarip yang berlokasi di
Jalan Kopo Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, merupakan salah satu TK
Negeri yang telah melaksanakan Keputusan Gubernur dan Peraturan Daerah
mengenai pembelajaran bahasa Sunda dalam program pembelajaran muatan lokalnya
yang dilaksanakan setiap hari Rabu. Hal yang menarik untuk diteliti di TK Negeri
Pembina Citarip dalam implementasi pembelajaran bahasa Sunda selain mengenakan
kebaya sunda baik kepala sekolah, guru, staf administrasi dan seluruh anak-anak,
pada hari Rabu tersebut diwajibkan bahasa pengantar untuk berbicara dan
berkomunikasi dengan bahasa Sunda dimulai dari anak-anak datang ke sekolah
mengucapkan salam “Wilujeng enjing. Bu Guru”. “Wilujeng enjing, rerencangan”,
sampai pulang sekolah, baik anak maupun guru berkomunikasi dalam bahasa Sunda.
selain itu TK Negeri Pembina Citarip sangat menjunjung tinggi serta ingin
menanamkan dan melestarikan budaya sopan santun dalam bertingkah laku/bersikap
serta anak-anak dapat bertutur kata halus dan berkomunikasi dalam bahasa Sunda
sejak usia dini.
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas maka fokus
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Bahasa Sunda
di Taman Kanak-Kanak”. (Penelitian deskriptif pada Kelompok B di TK Negeri
Pembina Citarip Tahun Ajaran 2014-2015) adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran bahasa Sunda yang digunakan
di TK Negeri Pembina Citarip ?
2. Bagaimana proses kegiatan pembelajaran bahasa Sunda yang dilaksanakan di
TK Negeri Pembina Citarip ?
3. Bagaimana penilaian pembelajaran bahasa Sunda yang dilaksanakan di TK
Negeri Pembina Citarip ?
4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran bahasa
Sunda di TK Negeri Pembina Citarip ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mendeskripsikan data tentang perencanaan program pembelajaran
bahasa Sunda yang digunakan di TK Negeri Pembina Citarip
2. Untuk mendeskripsikan data tentang proses kegiatan pembelajaran bahasa
Sunda yang dilaksanakan di TK Negeri Pembina Citarip
3. Untuk mendeskripsikan data tentang penilaian pembelajaran bahasa Sunda
yang dilaksanakan di TK Negeri Pembina Citarip
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran
bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara
1. Secara Teoritis
Sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan konsep-konsep pembelajaran
bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan menjadi
kontribusi yang positif kepada lembaga penyelenggara pendidikan,
khususnya TK Negeri Pembina Citarip dalam implementasi pembelajaran
bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak sebagai upaya untuk meningkatkan
dan mengembangkan kemampuan komunikasi anak dalam berbahasa
Sunda sejak usia dini serta melestarikan bahasa Sunda dan budaya lokal.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi serta gambaran dalam
penerapan pembelajaran bahasa Sunda untuk lebih bervariasi dalam
kegiatan pembelajarannya, lebih menyenangkan dan sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan anak sehingga pembelajaran bahasa
Sunda akan lebih mudah diterima, dicerna dan dipahami oleh anak.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti
selanjutnya dengan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai
implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak secara
menyeluruh.
E. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi
identifikasi dan rumusan masalah serta tujuan penelitian berisi mengenai
hal-hal pokok utama yang akan penulis teliti, sedangkan manfaat penelitian berisi
kegunaan hasil dari penelitian, dan terakhir struktur organisasi menjelaskan
mengenai sistematika penyusunan dalam skripsi.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka berisi kajian teori mengenai komponen-komponen
pembelajaran yang terdiri dari tujuan dan fungsi pembelajaran bahasa Sunda,
prinsip dan pendekatan pembelajaran, isi/bahan materi, metode pembelajaran,
media dan sumber belajar serta evaluasi/penilaian.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian menjelaskan tentang metode penelitian yang akan
digunakan dalam penyusunan skripsi yaitu menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Selain itu dijelaskan juga mengenai lokasi dan
objek penelitian, desain penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian,
proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisi data.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan menguraikan tentang hasil penelitian dan
pembahasannya serta analisis hasil dari temuan penelitian.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil
pengolahan data dan analisi data yang telah dilakukan disertai saran dan
rekomendasi baik kepada pihak sekolah yang terkait maupun kepada peneliti
selanjutnya.
- DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi mengenai seluruh sumber yang dikutip dan digunakan
dalam penulisan skripsi.
- LAMPIRAN
Fini Trisa, 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara
alamiah mengenai implementasi pembelajaran bahasa Sunda pada kelompok B di TK
Negeri Pembina Citarip. Penelitian ini dimulai dari meneliti perencanaan
pembelajaran bahasa Sunda dan tujuan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
bahasa Sunda, metode pembelajaran yang digunakan, media dan sumber belajar,
evaluasi/penilaian, serta hambatan/permasalahan yang dialami dalam implementasi
pembelajaran bahasa Sunda.
Metode penelitian deskriptif menurut Hasan (2002:13-14) adalah “metode
penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena”.
Tujuan penelitian deskriptif menurut Hasan (2002:22) sebagai berikut:
- Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada
- Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku
- Membuat perbandingan atau evaluasi
- Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
Fini Trisa, 2015
Dengan demikian metode penelitian deskriptif digunakan untuk melukiskan
secara sistematis fakta tentang implementasi pembelajaran bahasa Sunda di TK
Negeri Pembina Citarip pada Kelompok B. metode penelitian deskriptif bukan saja
menjabarkan (analistis), tetapi juga memadukan. bukan saja melakukan klasifikasi,
tetapi juga mengorganisasikan.
Metode penelitian deskriptif pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan
menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah.
Peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti hanya membuat kategori pelaku,
mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana alamiah
berarti peneliti terjun ke lapangan, tidak berusaha memanipulasi variabel, karena
kehadirannya, mungkin mempengaruhi gejala. Peneliti harus berusaha memperkecil
pengaruh tersebut.
Penelitian deskriptif kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor
fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif
seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang
suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar,
gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya. Berg
(2007:3) menyatakan dalam definisinya bahwa: “Qualitative Research (QR) thus
refers to the meaning, concept, definitions, characteristics, methapors, symbols, and
descriptions of things” (Satori & Komariah, 2011:23)
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah Taman Kanak –
Kanak Negeri Pembina Citarip Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung yang
terletak di Jl. Kopo Komp. BTN Citarip Barat No. 2 Kota Bandung
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik / anak-anak dari kelompok
B Tahun Ajaran 2014-1015 berjumlah 16 orang terdiri dari 5 orang anak laki-laki
Fini Trisa, 2015
C. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Ada empat tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Tahap Pra-Lapangan
Tahap pra lapangan dilaksanakan peneliti sebelum pengumpulan data,
dimana peneliti melakukan:
a. Studi kepustakaan sebagai bahan masukan dan rujukan yang dijadikan
dasar dalam menentukan fokus penelitian
b. Mempersiapkan surat izin dan meminta izin dari pihak lembaga sekolah
terkait untuk pelaksanaan penelitian.
c. Penentuan lapangan penelitian dengan mempertimbangkan teori substansif
dengan mempelajari dan mendalami fokus rumusan masalah.
d. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan berkunjung ke TK Negeri
Pembina Citarip untuk memperoleh gambaran yang jelas terkait penelitian
mengenai implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman
Kanak-Kanak
e. Peneliti melakukan observasi dan percakapan informal dengan Kepala
Sekolah, dan Guru Kelas Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini, peneliti menggali lebih dalam mengenai implementasi
pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip, yang mencakup
proses perencanaan pembelajaran beserta tujuan pembelajaran, proses
pelaksanaannya, metode, media dan sumber belajar yang digunakan,
evaluasi/penilaian yang dilaksanakan, serta kendala/hambatan yang dihadapi
dalam implementasi pembelajaran bahasa Sunda.
Pada tahap pekerjaan lapangan ini, selain peneliti memahami latar
belakang penelitian dan melakukan persiapan diri serta memasuki lapangan
penelitian, peneliti juga mengumpulkan data. Pada tahap pengumpulna data,
Fini Trisa, 2015
wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Wawancara dilakukan
kepada Ibu Kepala Sekolah dan Guru Kelas Kelompok B TK Negeri Pembina
Citarip, dalam upaya mencari data yang menyeluruh dan yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data ini penulis menganalisis data, informasi dan
fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, model yang digunakan peneliti dalam
teknik analisis data ini adalah metode analisis deskriptif. Peneliti mencari dan
mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang
sudah ada dan terkumpul untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti
terhadap suatu objek penelitian. Kemudian data yang terkumpul tersebut
diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian
deskriptif.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap penulisan laporan ini tidak terlepas dari keseluruhan tahapan
kegiatan dalam penelitian. Setelah terkumpulnya data, tahap selanjutnya
pengolahan data berupa laporan awal setelah membandingkan data empirik
dengan teoritik, sedangkan pengolahan data sebagai laporan akhir dilakukan
setelah data yang diperlukan terkumpul lengkap dan menyeluruh. Tahapan ini
merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah berkonsultasi
dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, maka laporan pun dibuat
sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di universitas.
Laporan penelitian adalah ringkasan hasil penelitian yang disajikan dalam
bentuk tulisan. Penulisan laporan penelitian merupakan langkah terakhir dari
Fini Trisa, 2015
D. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah dalam penelitian tentang Implementasi Pembelajaran
Bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam
Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi
adalah: “put something into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan
efek atau dampak). (Mulyasa, 2010:93).
2. Pembelajaran Bahasa Sunda
Pembelajaran bahasa Sunda adalah program untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan
sastra Sunda. (SKKD, 2007:23).
Adapun yang dimaksud dengan implementasi pembelajaran bahasa Sunda di
Taman Kanak-Kanak yaitu penerapan konsep pembelajaran yang memberikan
dampak terhadap peserta didik baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan berbahasa maupun nilai dan sikap. Implementasi pembelajaran
bahasa Sunda meliputi tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media dan
sumber belajar, serta evaluasi/penilaian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pegumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang
sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif teknik
pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan
berbagai cara. Dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan
Fini Trisa, 2015
langsung memberikan data kepada peneliti. Sumber sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. (Satori & Komariah,
2011:103)
Teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi
penentuan metode pengumpulan data. Banyak masalah yang telah dirumuskan tidak
dapat dipecahkan dengan baik, karena metode untuk memperoleh data yang
diperlukan tidak dapat menghasilkan data seperti yang diinginkan.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dan
mengumpulkan data yang diperlukan guna memperoleh informasi yang akurat dan
lengkap, peneliti menggunakan observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi
kepustakaan.
1. Observasi
Alwasilah C. (2003:211) menyatakan, “observasi adalah penelitian atau
pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang
dikontrol validitas dan realibilitasnya”. Margono (2005:166) mengemukakan bahwa, “observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”. dalam (Satori
dan Komariah, 2011:104-105). Sedangkan di dalam pengertian psikologi,
observasi atau pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi
dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan
pengecap. (Arikunto, 2010:199-200).
Adapun observasi yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu mengamati secara
langsung, objek yang diamati yaitu anak – anak kelas kelompok B beserta
guru kelasnya selaku pendidik, peneliti mengobservasi dan mencatat
peristiwa/kejadian yang terjadi selama proses kegiatan implementasi
Fini Trisa, 2015
2. Wawancara
Berg (2007:89) membatasi, wawancara sebagai suatu percakapan dengan
suatu tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan informasi. Sedangkan
menurut Sudjana (2000:234) mengartikan bahwa, “wawancara adalah proses
pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya
(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee)”.
dalam (Satori dan Komariah, 2011:129-130)
Dapat disimpulkan wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya
mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas
dari informan. (Satori dan Komariah (2011:130).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap Kepala
Sekolah TK Negeri Pembina Citarip beserta guru kelas Kelompok B,
wawancara yang dilaksananakan berkaitan dengan implementasi
pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip.
3. Studi Dokumentasi
Stusi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. (Hasan, 2002:87).
Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara.
Satori & Komariah (2011:149) menjelaskan bahwa :
Fini Trisa, 2015
Bentuk dokumentasi dalam penelitian ini yang diperoleh peneliti dari TK
Negeri Pembina Citarip berupa kurikulum 2013 yang digunakan dan
dilaksanakan, catatan perencanaan implementasi pembelajaran bahasa Sunda
Tahun Ajaran 2014-2015 seperti Program Semester (Promes), Satuan
Kegiatan Mingguan (SKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH), dan
rekapitulasi penilaian anak pengembangan bahasa Sunda. Peneliti
mempelajari arsip – arsip sekolah dan dokumentasi yang diperoleh tersebut
untuk dicermati terutama data – data yang berkenaan dengan sampel
penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian diperlukan untuk memudahkan proses penelitian dalam
pengumpulan data. Menurut Arikunto (2010:192) “Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu mode”.
Dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Peneliti
adalah merupakan instrumen kunci. Nasution (1996:9) menegaskan hanya manusia
sebagai instrument yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca
gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau
perbuatan responden. Sebagai “key instrument” peneliti membuat sendiri seperangkat
alat observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penilaian dokumentasi yang
digunakan sebagai panduan umum dalam proses pencatatan. (Satori & Komariah,
2011:62-63).
Secara lebih jelas instrumen penelitian dalam penelitian ini dapat dijelaskan
Fini Trisa, 2015
Table 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Implementasi Pembelajaran Bahasa Sunda Di Taman Kanak-Kanak Pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip
Fini Trisa, 2015
Dalam proses pengembangan instrumen, peneliti melakukan beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
2. Menjabarkan kisi-kisi instrumen penelitian ke dalam pedoman wawancara dan
pedoman observasi serta studi dokumentasi.
3. Mengkonsultasikan dan mendiskusikan kepada pembimbing mengenai
kisi-kisi instrumen penelitian dan pengembangan dari kisi-kisi-kisi-kisi instrumen tersebut.
4. Melaksanakan penelitian lapangan
H. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman, menjelaskan bahwa
data yang muncul dalam penelitian kualitatif berwujud kata-kata dan bukan rangkaian
angka. Data itu telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara,
inti sari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan melalui (pencatatan, pengetikan, dan penyuntingan), tetapi analisis
kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang
Fini Trisa, 2015
Berkaitan dengan proses penganalisisan data kualitatif, Miles dan Huberman
membagi dalam tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, ketiga alur yang
dimaksud yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus
selama pengumpulan data berlangsung, dengan reduksi data, data kualitatif
dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara melalui
seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam
satu pola yang lebih luas.
2. Penyajian Data
Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang paling
sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti pola-pola, penjelasan, susunan-susunan yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Penarikan
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Simpulan yang diperoleh berdasarkan observasi dan hasil penelitian mengenai
implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak pada kelompok B
di TK Negeri Pembina Citarip adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan program pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina
Citarip dirumuskan ke dalam Program Semester (Promes), Rencana Kegiatan
Mingguan (RKM), dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Bahan materi
berdasarkan tema-tema pembelajaran yang terdekat dengan lingkungan anak.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan aspek perkembangan
bahasa Sunda yang ingin dicapai yaitu melalui metode menyanyi,
bercakap-cakap, bermain peran, metode bermain kaulinan barudak lembur, dan metode
bercerita. Media dan sumber belajar diambil dari lingkungan terdekat anak
dan bahan alam. Evaluasi/penilaian dalam pembelajaran bahasa Sunda
melalui observasi, percakapan, dan catatan anekdot.
2. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip
setiap hari Rabu, dengan bahasa pengantar bahasa Sunda. Adapun tujuan
implementasi pembelajaran bahasa Sunda yang telah dicapai anak-anak kelas
kelompok B TK Negeri Pembina Citarip secara keseluruhan dalam
pengembangan sikap dan perilaku menunjukan anak sudah dapat menerapkan
dan mengenal adat dan budaya Sunda dalam kehidupan sehari-hari seperti
sopan santun dalam bersikap dan bertutur kata halus ketika salam dan
sungkem, mengucapkan terimakasih ketika ditolong (hatur nuhun), anak dapat
menerapkan tata cara makan adat Sunda, menghormati orang yang lebih tua
ketika lewat (punten). Sedangkan aspek perkembangan kemampuan dasar
dapat menyebutkan berbagai macam makanan tradisional Sunda, mengetahui
nama jenis permainan Sunda, anak dapat menyanyikan lagu-lagu berbahasa
Sunda, anak dapat menyimak dan bisa menjawab apa yang didengar dan
ditanyakan guru dalam bahasa Sunda, dan sedikit-sedikit anak dapat
berkomunikasi dalam bahasa Sunda halus secara lancar meskipun belum
maksimal dan optimal serta diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian melalui pengalaman belajar bahasa
Sunda di Taman Kanak-Kanak diharapkan dapat menanamkan perasaan
bangga dan cinta terhadap adat istiadat dan budaya Sunda sendiri, anak
merasa bangga dapat berkomunikasi dalam bahasa Ibu/bahasa Sunda, yang
terbawa nanti sampai kelak mereka dewasa, melalui mereka sebagai generasi
penerus bangsa dan melalui implementasi pembelajaran bahasa Sunda,
diharapkan akan pudarnya bahasaIbu/bahasa Sunda dapat terhindari dan
bahasa Ibu dapat dipertahankan serta dilestarikan.
3. Penilaian/evaluasi pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip
dilaksanakan dimulai ketika anak datang ke sekolah sampai selesai kegiatan
pembelajaran. Alat penilaian yang digunakan yaitu observasi, percakapan, dan
catatan anekdot.
4. Kendala dalam implementasi pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri
Pembina Citarip yaitu (1) masalah dalam perencanaan pembelajaran bahasa
Sunda karena keterbatasan lagu-lagu anak dalam bahasa Sunda, serta
kurangnya bahan/materi cerita berbahasa Sunda sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan anak; (2) masalah dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa Sunda karena kurangnya kemampuan anak dalam
berbahasa Sunda; (3) masalah terkait kurangnya perhatian orang tua terhadap
perkembangan bahasa Sunda anak. Upaya yang dilakukan guru dan pihak
sekolah, yaitu: (1) guru menciptakan sendiri lagu-lagu anak berbahasa Sunda
yang sesuai tema pembelajaran serta menciptakan dan mengarang sendiri
guru memberikan perhatian dan bimbingan secara intensif terhadap anak yang
kurang, dan memanfaatkan waktu luang untuk digunakan dalam pendalaman
pembelajaran bahasa Sunda, serta adanya kerjasama antara pihak sekolah
dengan orang tua; (3) pihak sekolah melakukan pertemuan dengan orang tua
murid dan memberikan pemahaman kepada mereka untuk bersama-sama
meningkatkan kemampuan aspek perkembangan bahasa Sunda anak dengan
jalan dirumah dibiasakan dan diajarkan berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Sunda sehingga anak mengenal budaya lokal/bahasa Ibunya sendiri
sejak usia dini dimulai dari lingkungan keluarga terdekat anak.
A . REKOMENDASI
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, rekomendasi yang disampaikan
sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa Sunda, guru hendaknya
lebih memperhatikan keadaan kelas dan kondisi anak ketika anak melakukan
kegiatan, sehingga suasana pembelajaran bahasa Sunda lebih terarah dan
terkontrol dan tercapai tujuan pembelajaran bahasa Sunda.
b. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Sunda, hendaknya untuk lebih
dikembangkan dan bervariatif lagi lagu-lagu berbahasa Sunda sesuai tema
baik sebagai pengantar dan pengiring dalam kegiatan baris berbaris, maupun
dalam setiap kegiatan pembelajaran bahasa Sunda, Sehingga pembelajaran
bahasa Sunda hasilnya jauh lebih efektif dan efisien sehingga memudahkan
tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak .
c. Dalam pengembangan program pembelajaran bahasa Sunda dan Rencana
Kegiatan Harian bagian indikator, hendaknya guru lebih konsisten untuk
selalu menggunakan bahasa Sunda, serta dalam bertutur kata untuk selalu
2. Bagi Orang Tua
Orang tua sebagai lingkungan terdekat anak hendaknya menciptakan
lingkungan rumah yang membantu menstimulus anak dengan mengenalkan
dan mengajarkan bahasa Ibu/bahasa Sunda sebagai bahasa pertama yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari di rumah, sehingga memudahkan
anak ketika mengikuti pembelajaran bahasa Sunda di sekolah, dan sebagai
wujud bentuk kerja sama dengan pihak sekolah untuk membantu
mengembangkan aspek bahasa Sunda anak.
3. Bagi Sekolah
Untuk lebih memotivasi orang tua agar lebih menghargai dan mencintai
budayanya sendiri khususnya bahasa lokal/ bahasa Sunda dan menjadi
kebanggaan karena bahasa Sunda merupakan bahasa yang mempunyai
tingkatan basa dan sastra yang tinggi, indah dan mengagumkan, yaitu
hendaknya sekali-kali diadakan acara lomba pidato berbahasa Sunda bagi
orang tua atau lomba menyanyi dalam bahasa Sunda dengan tema pidato dan
lagu bebas sesuai minat dan kemampuan orangtua. Kegiatan tersebut
hendaknya sebagai bagian dari pengembangan program pembelajaran bahasa
Sunda. dan sebagai upaya untuk melestarikan bahasa Sunda
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Jika peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa atau
terkait dengan program pembelajaran bahasa Sunda, hendaknya lebih
mengembangkannya dan mencoba menggunakan metode pembelajaran lain
dari metode yang sudah ada, yang lebih kreatif, variatif, dan inovatif untuk
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Sunda di Taman
kanak-Kanak tujuannya untuk lebih mengembangkan konsep program pembelajaran