• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA DI TAMAN KANAK – KANAK : Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014–2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA DI TAMAN KANAK – KANAK : Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014–2015."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

No.Daftar:10/PGPAUD/I/2015

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA

DI TAMAN KANAK - KANAK

(Penelitian deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh Fini Trisa

1005011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

FINI TRISA 1005011

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA

DI TAMAN KANAK KANAK (Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip

Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014 –2015)

Disetujui dan disahkan oleh :

Dosen pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II

Dr.H.Usep Kuswari, M.Pd Dr. Ocih Setiasih, M.Pd

NIP. 1959011 9198601 1001 NIP. 19600707 198601 2001

Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Fini Trisa 1005011

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA

DI TAMAN KANAK KANAK (Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip

Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014 –2015)

Disetujui dan disahkan oleh :

Penguji I

I Gusti Komang Arya.S.Pd,M.Hum NIP. 19770312 200812 1 001

Penguji II

Dr. Badru Zaman, M.Pd NIP. 19740806 200112 1 002

Penguji III

dr. Nur Faizah, M.Kes NIP. 19701129 200312 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA DI TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian Deskriptif pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip Kotamadya Bandung Tahun Ajaran 2014–2015)

Oleh : Fini Trisa

1005011

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fini Trisa

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(5)

Fini Trisa, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam

sebuah negara kebangsaan, apakah itu pada suatu daerah kecil, negara

bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas. Keberadaan sebuah bahasa

lokal atau bahasa daerah sangat erat dengan eksistensi suku bangsa yang melahirkan

dan menggunakan bahasa tersebut. Bahasa menjadi unsur pendukung utama tradisi

dan adat istiadat. Bahasa juga menjadi unsur pembentuk sastra, seni, kebudayaan,

hingga peradaban sebuah suku bangsa. Bahasa daerah dipergunakan dalam berbagai

upacara adat, dan dalam percakapan sehari-hari. Dengan demikian bahasa daerah

merupakan unsur pembentuk budaya daerah dan sekaligus budaya nasional.

Dewasa ini, sebagai dampak dari pengaruh perubahan dan perkembangan

zaman yang terjadi pada saat ini keberadaan bahasa daerah mulai terancam

pudar/punah. Salah satu diantaranya bahasa Sunda. Di daerah Jawa Barat. bahasa

Sunda bukan lagi merupakan bahasa ibu/bahasa pertama di daerah sendiri, tetapi

sudah dijadikan bahasa kedua setelah bahasa Indonesia. Pengaruh bahasa Indonesia

terhadap kebudayaan di Nusantara sangat besar sehingga banyak anak–anak jaman

sekarang terutama di kota–kota besar yang tidak lagi mengenal bahasa

lokalnya/bahasa ibu khususnya bahasa Sunda untuk daerah Jawa Barat.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Sunda berfungsi

sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat

perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.

Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa Sunda

berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah

dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran

bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dan (3) alat pengembangan serta

(6)

Adapun pengertian bahasa Sunda atau bahasa “ibu”/”indung” menurut

Iskandarwassid (2004:44) yaitu “Basa anu mimiti pisan asup kana ceuli budak

nyaeta basa anu dipake ku lingkungan kulawargana basa anu diterapkeun ku

indungna lamun nyarita ka barudakna”.

Artinya bahasa Sunda atau bahasa Ibu yaitu bahasa yang pertama kali

didengar oleh anak, bahasa yang dipakai dan diterapkan dalam lingkungan keluarga.

oleh karena itu bahasa Sunda atau bahasa Ibu merupakan bahasa yang paling dekat

dengan anak dan menjadi landasan awal anak dalam belajar berbahasa, berekspresi,

dan berpikir. Anak yang pandai berbahasa ibunya cenderung akan lebih mudah

belajar bahasa kedua (bahasa Indonesia) atau bahasa asing lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka bahasa Sunda sebagai salah satu bahasa

daerah sudah seyogyanya dipelihara oleh rakyatnya dengan sebaik-baiknya dan

dihormati, serta dipelihara juga oleh negara berdasarkan anggapan bahwa bahasa

daerah itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup, bukan

sebaliknya bahasa Sunda sebagai bahasa lokal/bahasa daerah yang diabaikan dengan

makin jarangnya penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di kalangan

masyarakat adat, khususnya generasi muda, ini merupakan ancaman terhadap

pudarnya keberadaan bahasa Sunda.

Adapun faktor utama penyebab mulai pudarnya bahasa Sunda dari anak–anak

jaman sekarang, yaitu kurangnya pembinaan dari orang tuanya sendiri terhadap

anaknya sejak usia dini untuk berbahasa daerah di lingkungan keluarganya, sebagai

contoh daerah perkotaan dan bahkan daerah pedesaan, sejak bayi lahir orang tuanya

sudah langsung mengajarkannya menggunakan bahasa Indonesia sampai anak

tersebut tumbuh dewasa dan setiap berkomunikasi dengan lingkungan keluarga dan

orang tuanya selalu menggunakan bahasa Indonesia, sehingga sejak usia dini anak

tersebut tidak mengenal bahasa ibunya sendiri/ bahasa Sunda.

Faktor lain penyebab mulai pudarnya bahasa Sunda yaitu derasnya pengaruh

arus teknologi komunikasi dan informasi sehingga mengancam hilangnya kududukan

(7)

yakni dengan masuknya kebudayaan–kebudayaan Barat. Masuknya kebudayaan

Barat tampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

maju. Selain dampak positif yang disumbangkannya terdapat pula dampak

negatifnya, pertukaran informasi yang cepat dan tanpa batas akan melahirkan

pergesekan antar budaya yang saling mempengaruhi. Dalam hal berbahasa,

pencampuran antar bahasa tidak bisa dihindarkan lagi. Pertukaran dan pencampuran

kosakata dan gaya bahasa terjadi setiap saat. Setiap bahasa mengandung latar etnik

dan tata nilai sendiri. Dalam era informasi yang global, latar nilai tidak lagi dapat

dipertahankan. Di sini pengaruh budaya Barat yang lebih maju secara material

menjadi besar pengaruhnya dibandingkan dengan budaya yang masih bersahaja,

pengaruh tersebut berakibat pada pola pikir, gaya hidup mereka, dan bahasa yang

digunakan sehingga lambat laun bahasa lokal/bahasa Sunda akan terancam

pudar/punah keberadaannya, karena bahasa daerah tidak lagi digunakan dalam

komunikasi baik di lingkungan rumah (orang tua tidak menganggap penting untuk

menggunakan bahasa Sunda), maupun lingkungan para remaja lebih suka pakai

bahasa gaul meski bertemu teman yang berbahasa daerah semua.

Kondisi tersebut tidak bisa diabaikan, jika anak–anak tidak dibekali dengan

bahasa ibunya, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti, bahasa Sunda akan

pudar dan punah ditengah arus perubahan zaman. Apabila satu per satu bahasa

pendukung budaya nasional pudar dan musnah, maka lambat laun pilar penyangga

budaya nasionalpun akan roboh dan hal ini berarti kebudayaan nasional juga

mengalami ancaman yang sangat serius. Apakah jadinya sebuah bangsa yang tidak

lagi memiliki kebudayaannya? Bangsa kita akan terjebak menjadi bangsa tanpa

kepribadian. Hal ini jelas akan memperlemah tegaknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Negara ini akan menjadi negara yang gagal (the fail state).

Kemungkinan akan punahnya suatu bahasa dicemaskan oleh banyak pihak.

Berangkat dari keprihatinan akan matinya banyak bahasa, UNESCO mencanangkan

(8)

November 1999 dan mulai merayakannya sejak tahun 2000. Ada alasan mendasar

mengapa kepunahan suatu bahasa sangat dikhawatirkan. Bahasa memiliki jalinan

yang sangat erat dengan budaya sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan, karena

begitu eratnya jalinan antara bahasa dan budaya, sehingga tanpa bahasa, budaya kita

pun akan mati. Hal ini bisa terjadi.

Mengacu pada permasalahan dan alasan di atas, maka upaya untuk

mempertahankan dan melestarikan bahasa Sunda sebagai salah satu warisan budaya

bangsa yaitu melalui implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman-Kanak.

Oleh karena itu peranan orang tua, guru, dan lingkungan sekitar mempunyai

pengaruh yang besar untuk mencegah hal–hal tersebut terjadi, untuk itu pemerintah

juga perlu membuat suatu kebijakan pendidikan untuk memelihara bahasa ibu dari

anak–anak bangsa Indonesia sehingga menghindari pudarnya kebudayaan bangsa kita

salah satunya bahasa lokal atau bahasa Sunda. di samping itu pemerintah sangat perlu

menghargai dan memahami, bahwa bahasa ibu sebagai akar dari keragaman linguistik

dan multilingualisme, karena bahasalah yang membangun identitas diri dan bangsa.

Kemampuan multilingual (bahasa ibu, bahasa nasional, dan bahasa internasional)

merupakan kunci menuju pembangunan berkelanjutan. Seperti yang sering

diungkapkan oleh UNESCO, penggunaan bahasa ibu dapat meningkatkan kecerdasan

dalam membangun pendidikan yang berkualitas.

Adapun upaya dari pemerintah dengan membuat suatu kebijakan pendidikan

melalui Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dengan mengembangkan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda

disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang

Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah,

antara lain, bahasa Sunda, harus diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari Taman

Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jawa Barat,

diharapkan melalui pembelajaran bahasa Sunda sejak usia dini dapat membantu anak

didik mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan perasaan,

(9)

dan imajinatif yang ada dalam diri anak, serta meningkatkan kemampuan anak didik

untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Sunda dengan baik dan benar, baik secara

lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra Sunda,

Di samping itu menganjurkan pelaksanaan pembelajaran bahasa Sunda diberikan

satu kali dalam satu minggu yaitu setiap hari Rabu, oleh karena itu bahasa Sunda

sebagai bahasa ibu bagi anak – anak di Jawa Barat perlu diperkenalkan kepada

anak-anak usia dini atau usia pra sekolah (TK/RA).

Oleh karena itu dalam implementasi pembelajaran bahasa Sunda di

Taman-Kanak, hendaknya guru menyelenggarakan pembelajaran bahasa Sunda dengan

suasana dan kegiatan yang menyenangkan dan interaktif bagi anak serta disesuaikan

dengan bakat, minat, kebutuhan, dan kemampuan anak. Hal ini sesuai dengan

Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

pada pasal 19 ayat 1 dalam (Wibowo, 2012:55) dinyatakan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Selain hal tersebut di atas, Sebagai bentuk perwujudan dalam implementasi

pembelajaran bahasa Sunda di Taman Kanak–Kanak, guru harus menyusun dan

merencanaan pembelajaran. Dalam konteks pengajaran, perencanaan menurut Majid

(2007:17) dapat diartikan:

Perencanaan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Perencanaan pembelajaran yang baik Menurut Gagne dan Briggs (1974)

dalam (Majid, 2007:96) mengemukakan:

(10)

pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran, dan pengalaman belajar; 3) evaluasi keberhasilan.

Komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi (tujuan, bahan/materi

pembelajaran, metode/strategi, media dan sumber belajar serta evaluasi/penilaian)

komponen-komponen tersebut dalam proses pembelajarannya saling berkaitan dan

berhubungan erat dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. Seperti yang dijelaskan

oleh tim pengembang MKDP kurikulum dan pembelajaran. Ruhimat. (2009:138)

menjelaskan bahwa:

Komponen pembelajaran sebagai sebuah sistem, masing-masing komponen tersebut membentuk sebuah integritas atau satu kesatuan yang utuh, masing-masing komponen saling berinteraksi, yaitu saling berhubungan secara aktif dan saling mempengaruhi. Misalnya dalam menentukan bahan pembelajaran merujuk pada tujuan yang telah ditentukan, serta bagaimana bahan materi itu disampaikan akan menggunakan strategi yang tepat yang didukung oleh media yang sesuai, dalam menentukan evaluasi pembelajaran akan merujuk pada tujuan pembelajaran, bahan yang disediakan media dan strategi yang digunakan, begitu juga dengan komponen yang lainnya saling bergantung

(interdependensi) dan saling terobos (interpenetrasi).

Berdasarkan paparan di atas maka dalam menyelenggarakan pembelajaran

bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak, selain merencanakan komponen-komponen

pembelajaran dan melaksanakannya, guru juga harus menguasai kompetensi

pengelolaan pembelajaran, dimana kompetensi yang dikuasai oleh guru tersebut akan

menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud

dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya

sebagai guru. Guru bukan saja harus pintar tapi juga pandai mentransfer ilmunya,

dengan ilmu dan pengetahuannya guru dapat memilih dan menentukan

komponen-komponen pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan minat, kebutuhan, kondisi dan

perkembangan anak serta sesuai dengan aspek perkembangan yang ingin dicapai

anak. Oleh karena itu melalui implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman

Kanak-Kanak diharapkan akan punahnya suatu bahasa lokal yaitu bahasa Sunda

(11)

meningkatkan kemampuan anak didik untuk dapat berkomunikasi dalam berbahasa

Sunda dengan baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan sejak usia dini, serta

mengenalkan adat istiadat dan budaya Sunda, serta menanamkan perasaan bangga

dan cinta terhadap budaya sendiri.

Salah satu Taman Kanak-Kanak di Kota bandung yang turut melestarikan

budaya lokal (bahasa Sunda), yaitu TK Negeri Pembina Citarip yang berlokasi di

Jalan Kopo Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung, merupakan salah satu TK

Negeri yang telah melaksanakan Keputusan Gubernur dan Peraturan Daerah

mengenai pembelajaran bahasa Sunda dalam program pembelajaran muatan lokalnya

yang dilaksanakan setiap hari Rabu. Hal yang menarik untuk diteliti di TK Negeri

Pembina Citarip dalam implementasi pembelajaran bahasa Sunda selain mengenakan

kebaya sunda baik kepala sekolah, guru, staf administrasi dan seluruh anak-anak,

pada hari Rabu tersebut diwajibkan bahasa pengantar untuk berbicara dan

berkomunikasi dengan bahasa Sunda dimulai dari anak-anak datang ke sekolah

mengucapkan salam “Wilujeng enjing. Bu Guru”. “Wilujeng enjing, rerencangan”,

sampai pulang sekolah, baik anak maupun guru berkomunikasi dalam bahasa Sunda.

selain itu TK Negeri Pembina Citarip sangat menjunjung tinggi serta ingin

menanamkan dan melestarikan budaya sopan santun dalam bertingkah laku/bersikap

serta anak-anak dapat bertutur kata halus dan berkomunikasi dalam bahasa Sunda

sejak usia dini.

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas maka fokus

(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Bahasa Sunda

di Taman Kanak-Kanak”. (Penelitian deskriptif pada Kelompok B di TK Negeri

Pembina Citarip Tahun Ajaran 2014-2015) adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran bahasa Sunda yang digunakan

di TK Negeri Pembina Citarip ?

2. Bagaimana proses kegiatan pembelajaran bahasa Sunda yang dilaksanakan di

TK Negeri Pembina Citarip ?

3. Bagaimana penilaian pembelajaran bahasa Sunda yang dilaksanakan di TK

Negeri Pembina Citarip ?

4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran bahasa

Sunda di TK Negeri Pembina Citarip ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mendeskripsikan data tentang perencanaan program pembelajaran

bahasa Sunda yang digunakan di TK Negeri Pembina Citarip

2. Untuk mendeskripsikan data tentang proses kegiatan pembelajaran bahasa

Sunda yang dilaksanakan di TK Negeri Pembina Citarip

3. Untuk mendeskripsikan data tentang penilaian pembelajaran bahasa Sunda

yang dilaksanakan di TK Negeri Pembina Citarip

4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran

bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara

(13)

1. Secara Teoritis

Sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan konsep-konsep pembelajaran

bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak.

2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan menjadi

kontribusi yang positif kepada lembaga penyelenggara pendidikan,

khususnya TK Negeri Pembina Citarip dalam implementasi pembelajaran

bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak sebagai upaya untuk meningkatkan

dan mengembangkan kemampuan komunikasi anak dalam berbahasa

Sunda sejak usia dini serta melestarikan bahasa Sunda dan budaya lokal.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan dan informasi serta gambaran dalam

penerapan pembelajaran bahasa Sunda untuk lebih bervariasi dalam

kegiatan pembelajarannya, lebih menyenangkan dan sesuai dengan

kebutuhan dan tingkat perkembangan anak sehingga pembelajaran bahasa

Sunda akan lebih mudah diterima, dicerna dan dipahami oleh anak.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti

selanjutnya dengan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai

implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak secara

menyeluruh.

E. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi

(14)

identifikasi dan rumusan masalah serta tujuan penelitian berisi mengenai

hal-hal pokok utama yang akan penulis teliti, sedangkan manfaat penelitian berisi

kegunaan hasil dari penelitian, dan terakhir struktur organisasi menjelaskan

mengenai sistematika penyusunan dalam skripsi.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka berisi kajian teori mengenai komponen-komponen

pembelajaran yang terdiri dari tujuan dan fungsi pembelajaran bahasa Sunda,

prinsip dan pendekatan pembelajaran, isi/bahan materi, metode pembelajaran,

media dan sumber belajar serta evaluasi/penilaian.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian menjelaskan tentang metode penelitian yang akan

digunakan dalam penyusunan skripsi yaitu menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Selain itu dijelaskan juga mengenai lokasi dan

objek penelitian, desain penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian,

proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisi data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan menguraikan tentang hasil penelitian dan

pembahasannya serta analisis hasil dari temuan penelitian.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil

pengolahan data dan analisi data yang telah dilakukan disertai saran dan

rekomendasi baik kepada pihak sekolah yang terkait maupun kepada peneliti

selanjutnya.

- DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi mengenai seluruh sumber yang dikutip dan digunakan

dalam penulisan skripsi.

- LAMPIRAN

(15)

Fini Trisa, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara

alamiah mengenai implementasi pembelajaran bahasa Sunda pada kelompok B di TK

Negeri Pembina Citarip. Penelitian ini dimulai dari meneliti perencanaan

pembelajaran bahasa Sunda dan tujuan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran

bahasa Sunda, metode pembelajaran yang digunakan, media dan sumber belajar,

evaluasi/penilaian, serta hambatan/permasalahan yang dialami dalam implementasi

pembelajaran bahasa Sunda.

Metode penelitian deskriptif menurut Hasan (2002:13-14) adalah “metode

penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara

yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan,

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena”.

Tujuan penelitian deskriptif menurut Hasan (2002:22) sebagai berikut:

- Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

ada

- Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang

berlaku

- Membuat perbandingan atau evaluasi

- Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang

sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan

(16)

Fini Trisa, 2015

Dengan demikian metode penelitian deskriptif digunakan untuk melukiskan

secara sistematis fakta tentang implementasi pembelajaran bahasa Sunda di TK

Negeri Pembina Citarip pada Kelompok B. metode penelitian deskriptif bukan saja

menjabarkan (analistis), tetapi juga memadukan. bukan saja melakukan klasifikasi,

tetapi juga mengorganisasikan.

Metode penelitian deskriptif pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan

menguji teori. Metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah.

Peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti hanya membuat kategori pelaku,

mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana alamiah

berarti peneliti terjun ke lapangan, tidak berusaha memanipulasi variabel, karena

kehadirannya, mungkin mempengaruhi gejala. Peneliti harus berusaha memperkecil

pengaruh tersebut.

Penelitian deskriptif kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor

fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif

seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang

suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar,

gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya. Berg

(2007:3) menyatakan dalam definisinya bahwa: “Qualitative Research (QR) thus

refers to the meaning, concept, definitions, characteristics, methapors, symbols, and

descriptions of things” (Satori & Komariah, 2011:23)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah Taman Kanak –

Kanak Negeri Pembina Citarip Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung yang

terletak di Jl. Kopo Komp. BTN Citarip Barat No. 2 Kota Bandung

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik / anak-anak dari kelompok

B Tahun Ajaran 2014-1015 berjumlah 16 orang terdiri dari 5 orang anak laki-laki

(17)

Fini Trisa, 2015

C. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Ada empat tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Tahap Pra-Lapangan

Tahap pra lapangan dilaksanakan peneliti sebelum pengumpulan data,

dimana peneliti melakukan:

a. Studi kepustakaan sebagai bahan masukan dan rujukan yang dijadikan

dasar dalam menentukan fokus penelitian

b. Mempersiapkan surat izin dan meminta izin dari pihak lembaga sekolah

terkait untuk pelaksanaan penelitian.

c. Penentuan lapangan penelitian dengan mempertimbangkan teori substansif

dengan mempelajari dan mendalami fokus rumusan masalah.

d. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan berkunjung ke TK Negeri

Pembina Citarip untuk memperoleh gambaran yang jelas terkait penelitian

mengenai implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman

Kanak-Kanak

e. Peneliti melakukan observasi dan percakapan informal dengan Kepala

Sekolah, dan Guru Kelas Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti menggali lebih dalam mengenai implementasi

pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip, yang mencakup

proses perencanaan pembelajaran beserta tujuan pembelajaran, proses

pelaksanaannya, metode, media dan sumber belajar yang digunakan,

evaluasi/penilaian yang dilaksanakan, serta kendala/hambatan yang dihadapi

dalam implementasi pembelajaran bahasa Sunda.

Pada tahap pekerjaan lapangan ini, selain peneliti memahami latar

belakang penelitian dan melakukan persiapan diri serta memasuki lapangan

penelitian, peneliti juga mengumpulkan data. Pada tahap pengumpulna data,

(18)

Fini Trisa, 2015

wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Wawancara dilakukan

kepada Ibu Kepala Sekolah dan Guru Kelas Kelompok B TK Negeri Pembina

Citarip, dalam upaya mencari data yang menyeluruh dan yang sesuai dengan

tujuan penelitian.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data ini penulis menganalisis data, informasi dan

fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, model yang digunakan peneliti dalam

teknik analisis data ini adalah metode analisis deskriptif. Peneliti mencari dan

mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang

sudah ada dan terkumpul untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti

terhadap suatu objek penelitian. Kemudian data yang terkumpul tersebut

diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian

deskriptif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap penulisan laporan ini tidak terlepas dari keseluruhan tahapan

kegiatan dalam penelitian. Setelah terkumpulnya data, tahap selanjutnya

pengolahan data berupa laporan awal setelah membandingkan data empirik

dengan teoritik, sedangkan pengolahan data sebagai laporan akhir dilakukan

setelah data yang diperlukan terkumpul lengkap dan menyeluruh. Tahapan ini

merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah berkonsultasi

dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, maka laporan pun dibuat

sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di universitas.

Laporan penelitian adalah ringkasan hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk tulisan. Penulisan laporan penelitian merupakan langkah terakhir dari

(19)

Fini Trisa, 2015

D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dalam penelitian tentang Implementasi Pembelajaran

Bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak sebagai berikut:

1. Implementasi

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik

berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam

Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi

adalah: “put something into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan

efek atau dampak). (Mulyasa, 2010:93).

2. Pembelajaran Bahasa Sunda

Pembelajaran bahasa Sunda adalah program untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan

sastra Sunda. (SKKD, 2007:23).

Adapun yang dimaksud dengan implementasi pembelajaran bahasa Sunda di

Taman Kanak-Kanak yaitu penerapan konsep pembelajaran yang memberikan

dampak terhadap peserta didik baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan berbahasa maupun nilai dan sikap. Implementasi pembelajaran

bahasa Sunda meliputi tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media dan

sumber belajar, serta evaluasi/penilaian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pegumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang

sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif teknik

pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan

berbagai cara. Dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan

(20)

Fini Trisa, 2015

langsung memberikan data kepada peneliti. Sumber sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. (Satori & Komariah,

2011:103)

Teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan masalah

penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi

penentuan metode pengumpulan data. Banyak masalah yang telah dirumuskan tidak

dapat dipecahkan dengan baik, karena metode untuk memperoleh data yang

diperlukan tidak dapat menghasilkan data seperti yang diinginkan.

Oleh karena itu dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dan

mengumpulkan data yang diperlukan guna memperoleh informasi yang akurat dan

lengkap, peneliti menggunakan observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi

kepustakaan.

1. Observasi

Alwasilah C. (2003:211) menyatakan, “observasi adalah penelitian atau

pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang

dikontrol validitas dan realibilitasnya”. Margono (2005:166) mengemukakan bahwa, “observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”. dalam (Satori

dan Komariah, 2011:104-105). Sedangkan di dalam pengertian psikologi,

observasi atau pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap

sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi

dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan

pengecap. (Arikunto, 2010:199-200).

Adapun observasi yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu mengamati secara

langsung, objek yang diamati yaitu anak – anak kelas kelompok B beserta

guru kelasnya selaku pendidik, peneliti mengobservasi dan mencatat

peristiwa/kejadian yang terjadi selama proses kegiatan implementasi

(21)

Fini Trisa, 2015

2. Wawancara

Berg (2007:89) membatasi, wawancara sebagai suatu percakapan dengan

suatu tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan informasi. Sedangkan

menurut Sudjana (2000:234) mengartikan bahwa, “wawancara adalah proses

pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya

(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee)”.

dalam (Satori dan Komariah, 2011:129-130)

Dapat disimpulkan wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui

percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya

mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas

dari informan. (Satori dan Komariah (2011:130).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap Kepala

Sekolah TK Negeri Pembina Citarip beserta guru kelas Kelompok B,

wawancara yang dilaksananakan berkaitan dengan implementasi

pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip.

3. Studi Dokumentasi

Stusi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. (Hasan, 2002:87).

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara.

Satori & Komariah (2011:149) menjelaskan bahwa :

(22)

Fini Trisa, 2015

Bentuk dokumentasi dalam penelitian ini yang diperoleh peneliti dari TK

Negeri Pembina Citarip berupa kurikulum 2013 yang digunakan dan

dilaksanakan, catatan perencanaan implementasi pembelajaran bahasa Sunda

Tahun Ajaran 2014-2015 seperti Program Semester (Promes), Satuan

Kegiatan Mingguan (SKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH), dan

rekapitulasi penilaian anak pengembangan bahasa Sunda. Peneliti

mempelajari arsip – arsip sekolah dan dokumentasi yang diperoleh tersebut

untuk dicermati terutama data – data yang berkenaan dengan sampel

penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian diperlukan untuk memudahkan proses penelitian dalam

pengumpulan data. Menurut Arikunto (2010:192) “Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu mode”.

Dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Peneliti

adalah merupakan instrumen kunci. Nasution (1996:9) menegaskan hanya manusia

sebagai instrument yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca

gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau

perbuatan responden. Sebagai “key instrument” peneliti membuat sendiri seperangkat

alat observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penilaian dokumentasi yang

digunakan sebagai panduan umum dalam proses pencatatan. (Satori & Komariah,

2011:62-63).

Secara lebih jelas instrumen penelitian dalam penelitian ini dapat dijelaskan

(23)

Fini Trisa, 2015

Table 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Implementasi Pembelajaran Bahasa Sunda Di Taman Kanak-Kanak Pada Kelompok B TK Negeri Pembina Citarip

(24)
(25)

Fini Trisa, 2015

Dalam proses pengembangan instrumen, peneliti melakukan beberapa

tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian

2. Menjabarkan kisi-kisi instrumen penelitian ke dalam pedoman wawancara dan

pedoman observasi serta studi dokumentasi.

3. Mengkonsultasikan dan mendiskusikan kepada pembimbing mengenai

kisi-kisi instrumen penelitian dan pengembangan dari kisi-kisi-kisi-kisi instrumen tersebut.

4. Melaksanakan penelitian lapangan

H. Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman, menjelaskan bahwa

data yang muncul dalam penelitian kualitatif berwujud kata-kata dan bukan rangkaian

angka. Data itu telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara,

inti sari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan melalui (pencatatan, pengetikan, dan penyuntingan), tetapi analisis

kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang

(26)

Fini Trisa, 2015

Berkaitan dengan proses penganalisisan data kualitatif, Miles dan Huberman

membagi dalam tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, ketiga alur yang

dimaksud yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari

catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus

selama pengumpulan data berlangsung, dengan reduksi data, data kualitatif

dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara melalui

seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam

satu pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data

Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang paling

sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti pola-pola, penjelasan, susunan-susunan yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Penarikan

(27)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Simpulan yang diperoleh berdasarkan observasi dan hasil penelitian mengenai

implementasi pembelajaran bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak pada kelompok B

di TK Negeri Pembina Citarip adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan program pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina

Citarip dirumuskan ke dalam Program Semester (Promes), Rencana Kegiatan

Mingguan (RKM), dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Bahan materi

berdasarkan tema-tema pembelajaran yang terdekat dengan lingkungan anak.

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan aspek perkembangan

bahasa Sunda yang ingin dicapai yaitu melalui metode menyanyi,

bercakap-cakap, bermain peran, metode bermain kaulinan barudak lembur, dan metode

bercerita. Media dan sumber belajar diambil dari lingkungan terdekat anak

dan bahan alam. Evaluasi/penilaian dalam pembelajaran bahasa Sunda

melalui observasi, percakapan, dan catatan anekdot.

2. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip

setiap hari Rabu, dengan bahasa pengantar bahasa Sunda. Adapun tujuan

implementasi pembelajaran bahasa Sunda yang telah dicapai anak-anak kelas

kelompok B TK Negeri Pembina Citarip secara keseluruhan dalam

pengembangan sikap dan perilaku menunjukan anak sudah dapat menerapkan

dan mengenal adat dan budaya Sunda dalam kehidupan sehari-hari seperti

sopan santun dalam bersikap dan bertutur kata halus ketika salam dan

sungkem, mengucapkan terimakasih ketika ditolong (hatur nuhun), anak dapat

menerapkan tata cara makan adat Sunda, menghormati orang yang lebih tua

ketika lewat (punten). Sedangkan aspek perkembangan kemampuan dasar

(28)

dapat menyebutkan berbagai macam makanan tradisional Sunda, mengetahui

nama jenis permainan Sunda, anak dapat menyanyikan lagu-lagu berbahasa

Sunda, anak dapat menyimak dan bisa menjawab apa yang didengar dan

ditanyakan guru dalam bahasa Sunda, dan sedikit-sedikit anak dapat

berkomunikasi dalam bahasa Sunda halus secara lancar meskipun belum

maksimal dan optimal serta diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian melalui pengalaman belajar bahasa

Sunda di Taman Kanak-Kanak diharapkan dapat menanamkan perasaan

bangga dan cinta terhadap adat istiadat dan budaya Sunda sendiri, anak

merasa bangga dapat berkomunikasi dalam bahasa Ibu/bahasa Sunda, yang

terbawa nanti sampai kelak mereka dewasa, melalui mereka sebagai generasi

penerus bangsa dan melalui implementasi pembelajaran bahasa Sunda,

diharapkan akan pudarnya bahasaIbu/bahasa Sunda dapat terhindari dan

bahasa Ibu dapat dipertahankan serta dilestarikan.

3. Penilaian/evaluasi pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri Pembina Citarip

dilaksanakan dimulai ketika anak datang ke sekolah sampai selesai kegiatan

pembelajaran. Alat penilaian yang digunakan yaitu observasi, percakapan, dan

catatan anekdot.

4. Kendala dalam implementasi pembelajaran bahasa Sunda di TK Negeri

Pembina Citarip yaitu (1) masalah dalam perencanaan pembelajaran bahasa

Sunda karena keterbatasan lagu-lagu anak dalam bahasa Sunda, serta

kurangnya bahan/materi cerita berbahasa Sunda sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan anak; (2) masalah dalam pelaksanaan

pembelajaran bahasa Sunda karena kurangnya kemampuan anak dalam

berbahasa Sunda; (3) masalah terkait kurangnya perhatian orang tua terhadap

perkembangan bahasa Sunda anak. Upaya yang dilakukan guru dan pihak

sekolah, yaitu: (1) guru menciptakan sendiri lagu-lagu anak berbahasa Sunda

yang sesuai tema pembelajaran serta menciptakan dan mengarang sendiri

(29)

guru memberikan perhatian dan bimbingan secara intensif terhadap anak yang

kurang, dan memanfaatkan waktu luang untuk digunakan dalam pendalaman

pembelajaran bahasa Sunda, serta adanya kerjasama antara pihak sekolah

dengan orang tua; (3) pihak sekolah melakukan pertemuan dengan orang tua

murid dan memberikan pemahaman kepada mereka untuk bersama-sama

meningkatkan kemampuan aspek perkembangan bahasa Sunda anak dengan

jalan dirumah dibiasakan dan diajarkan berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa Sunda sehingga anak mengenal budaya lokal/bahasa Ibunya sendiri

sejak usia dini dimulai dari lingkungan keluarga terdekat anak.

A . REKOMENDASI

Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, rekomendasi yang disampaikan

sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa Sunda, guru hendaknya

lebih memperhatikan keadaan kelas dan kondisi anak ketika anak melakukan

kegiatan, sehingga suasana pembelajaran bahasa Sunda lebih terarah dan

terkontrol dan tercapai tujuan pembelajaran bahasa Sunda.

b. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Sunda, hendaknya untuk lebih

dikembangkan dan bervariatif lagi lagu-lagu berbahasa Sunda sesuai tema

baik sebagai pengantar dan pengiring dalam kegiatan baris berbaris, maupun

dalam setiap kegiatan pembelajaran bahasa Sunda, Sehingga pembelajaran

bahasa Sunda hasilnya jauh lebih efektif dan efisien sehingga memudahkan

tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Sunda di Taman Kanak-Kanak .

c. Dalam pengembangan program pembelajaran bahasa Sunda dan Rencana

Kegiatan Harian bagian indikator, hendaknya guru lebih konsisten untuk

selalu menggunakan bahasa Sunda, serta dalam bertutur kata untuk selalu

(30)

2. Bagi Orang Tua

Orang tua sebagai lingkungan terdekat anak hendaknya menciptakan

lingkungan rumah yang membantu menstimulus anak dengan mengenalkan

dan mengajarkan bahasa Ibu/bahasa Sunda sebagai bahasa pertama yang

digunakan dalam percakapan sehari-hari di rumah, sehingga memudahkan

anak ketika mengikuti pembelajaran bahasa Sunda di sekolah, dan sebagai

wujud bentuk kerja sama dengan pihak sekolah untuk membantu

mengembangkan aspek bahasa Sunda anak.

3. Bagi Sekolah

Untuk lebih memotivasi orang tua agar lebih menghargai dan mencintai

budayanya sendiri khususnya bahasa lokal/ bahasa Sunda dan menjadi

kebanggaan karena bahasa Sunda merupakan bahasa yang mempunyai

tingkatan basa dan sastra yang tinggi, indah dan mengagumkan, yaitu

hendaknya sekali-kali diadakan acara lomba pidato berbahasa Sunda bagi

orang tua atau lomba menyanyi dalam bahasa Sunda dengan tema pidato dan

lagu bebas sesuai minat dan kemampuan orangtua. Kegiatan tersebut

hendaknya sebagai bagian dari pengembangan program pembelajaran bahasa

Sunda. dan sebagai upaya untuk melestarikan bahasa Sunda

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Jika peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa atau

terkait dengan program pembelajaran bahasa Sunda, hendaknya lebih

mengembangkannya dan mencoba menggunakan metode pembelajaran lain

dari metode yang sudah ada, yang lebih kreatif, variatif, dan inovatif untuk

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Sunda di Taman

kanak-Kanak tujuannya untuk lebih mengembangkan konsep program pembelajaran

Gambar

Table 3.1  Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

perencanaan pembelajaran aplikasi komputer yang telah dilaksanakan peneliti dapat mengartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,

Perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dan

dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pembelajaran, pengunaan media, pendekatan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan

Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode

Dalam konteks pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran,

Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode

Perencanaan Pembelajaran menurut Abdul Majid (2005: 17) diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode

Perencanaan pembelajran sebagai realitas; Pendapat Majid tentang perencanaan pembelajaran dapat disintesakan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,