19
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
4.1. Modul Sumber
Pada modul ini ada 2 output yang tersedia, yaitu output setelah LM7815 dan output setelah LM7805. Saat dilakukan pengujian menggunakan multimeter, output setelah LM7815 terbaca 15 VDC, sedangkan setelah LM7805 terbaca 5 VDC.
4.2. Modul Mikrokontroler
Pengujian yang dilakukan saat ini hanya pengujian pembangkit PWM. Pin PD.5 pada mikrokontroler dihubungkan ke osiloskop dan terbaca sinyal kotak sebesar 5 Vpp, duty cycle 50%, dan frekuensi sebesar 20 kHz sesuai dengan program di mikrokontroler
yang telah dibuat.
Gambar 4.1. Sinyal PWM pada pin PD.5 Mikrokontroler
20 4.3. Modul Pemanas
Pengujian pertama yang dilakukan adalah pengujian driver IGBT. Photocoupler TLP250 mendapatkan masukan PWM dari Modul Mikrokontroler. Pin Vcc pada TLP250 diberi tegangan 15 V sehingga keluaran dari TLP250 terbaca sinyal kotak PWM sebesar 15 Vpp, duty cycle 50%, dan frekuensi 20 kHz.
Gambar 4.2. Sinyal Keluaran TLP250
(V/div=5 & Time/div=10ms)
Pengujian kedua dilakukan terhadap IGBT. Kaki gate terhubung pada output TLP250. Kaki emitor terhubung pada ground. Kaki kolektor terhubung pada resistor 20 Ohm yang diberi tegangan sebesar 15 V.
21
Gambar 4.3. Sinyal pada pin kolektor IGBT
(V/div=5 & Time/div=10ms)
Berikut adalah gambar dua kanal input gate IGBT dan output kolektor IGBT:
Gambar 4.4. Sinyal pada pin Gate dan Kolektor IGBT (Dua kanal)
22 4.4. Modul Sensor Suhu
Pada modul ini, pengujian dilakukan dengan membakar sensor Thermocouple kemudian nilai suhu akan ditampilkan di LCD setelah diolah oleh mikrokontroler. Pada saat thermocouple tidak dipanaskan, maka suhu akan terbaca sekitar 28 oC.
Gambar 4.5. Thermocouple pada Suhu Normal
Setelah thermocouple dibakar menggunakan korek beberapa saat, suhu akan terus meningkat dan ditampilkan ke LCD.
23 4.5. Modul Pilihan Menu
Modul ini mempunyai tiga tombol pilihan menu, yaitu SLOW, NORMAL, dan FAST. Masing-masing pilihan menu mempunyai frekuensi PWM yang berbeda-beda. Menu yang dipilih akan ditampilkan di LCD.
Gambar 4.7. Tampilan Awal LCD
Menu pertama yang dipilih adalah SLOW, sehingga mikrokontroler akan mengeluarkan sinyal PWM sebesar 15 kHz.
Gambar 4.8. Sinyal PWM Mode Slow
24
Menu kedua yang dipilih adalah NORMAL, sehingga mikrokontroler akan mengeluarkan sinyal PWM sebesar 17.5 kHz.
Gambar 4.9. Sinyal PWM Mode Normal
(V/div=5 & Time/div=20ms)
Menu terakhir yang dipilih adalah FAST, sehingga mikrokontroler akan mengeluarkan sinyal PWM sebesar 20 kHz.
Gambar 4.10. Sinyal PWM Mode Fast
25
4.6. Pengujian Kompor Induksi Elektromagnetik
Pada pengujian kali ini, kompor akan memasak air sebanyak 330 ml hingga mencapai suhu 55oC. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali percobaan untuk setiap mode pada kompor induksi. Perhitungan waktu akan menggunakan stopwatch. Hasil dari pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pengujian Kompor Induksi
Slow Normal Fast
54 detik 44 detik 35 detik
56 detik 46 detik 37 detik
55 detik 47 detik 37 detik
Pengujian tidak memasak air sebanyak 2 liter seperti yang tercantum pada spesifikasi. Hal itu disebabkan karena kapasitor yang dihubungkan paralel pada kumparan tidak dapat bekerja dalam waktu yang lama. Kapasitor yang digunakan adalah kapasitor MPX 0,33 uF dengan batas tegangan sebesar 275 volt. Batas tegangan yang kurang tinggi tersebut menyebabkan kapasitor menjadi terlalu panas apabila sistem berjalan terlalu lama, bahkan hingga kapasitor meledak. Oleh karena keterbatasan komponen yang ada maka pengujian hanya memasak air sebanyak 330 ml.
Dari data tersebut, terlihat bahwa lama memasak air sesuai dengan mode-mode yang telah ditentukan. Perbedaan mode tersebut terletak pada frekuensi PWM yang dihasilkan oleh mikrokontroler. Pada mode SLOW digunakan frekuensi 15 kHz, kemudian meningkat pada mode NORMAL dengan frekuensi 17.5 kHz, dan pada mode tercepat FAST menggunakan frekuensi 20 kHz.
26
Tumbukan antar elektron ini mengakibatkan terjadinya panas. Semakin cepat elektron bergerak maka tumbukan yang terjadi semakin keras sehingga menghasilkan panas yang lebih besar. Kecepatan gerak elektron dipengaruhi oleh kecepatan perubahan arus terhadap waktu. Kecepatan perubahan arus terhadap waktu tersebut ditentukan oleh besar frekuensi PWM yang akan memutus-hubungkan IGBT.
Resonansi terjadi saat besarnya reaktansi induktif (XL) sama dengan besarnya reaktansi kapasitif (XC). Besarnya frekuensi resonansi didapat dari perhitungan pada saat perancangan.
f = 1
2�√( �) =
1
2�√(98. 10−6� 0,3. 10−6) = 29,367 kHz
Namun menurut pengujiannya, frekuensi resonansi terdapat pada frekuensi sekitar 20 KHz. Oleh sebab itu frekuensi picu maksimal PWM dibuat sekitar 20 KHz. Saat terjadi resonansi, maka nilai impedansi mencapai nilai minimum. Pada saat impedansi minimum inilah arus yang mengalir mencapai maksimum.
Imaks =� �
� ……….…….……….. (4.1)
Arus maksimum tersebut yang akan mempengaruhi daya kompor induksi, sesuai dengan rumus:
P = V.I ………...………... (4.2)
Dimana P merupakan daya (watt), V merupakan tegangan (volt) dan I merupakan arus (ampere).
27
Tabel 4.2. Pengujian Kompor Listrik dan Kompor Gas
Kompor Gas (Sanyo) Kompor Listrik (Maspion S-302)
1 menit 30 detik 6 menit 15 detik
1 menit 24 detik 6 menit 3 detik
1 menit 38 detik 5 menit 58 detik
Menurut pengujian tersebut, kompor induksi memiliki lama waktu memasak yang lebih cepat dibandingkan kompor gas dan kompor listrik biasa. Kompor listrik yang digunakan adalah kompor listrik Maspion S-302 dengan daya 600 watt sesuai dengan spesifikasi dari pabrik tersebut. Pada saat pengujian, kompor listrik dan kompor gas dinyalakan pada kemampuan maksimalnya.
Efisiensi waktu memasak kompor induksi terlihat lebih baik daripada kompor gas, apalagi dibandingkan dengan kompor listrik diatas. Tentunya hal ini juga akan memberikan keuntungan pada saat memasak dari segi waktu.
28
Perhitungan tersebut tentu saja tidak valid namun nilai efisiensinya mendekati nilai tersebut. Pada pengujian akhir kompor, tegangan dan arus sama sekali tidak dapat diukur. Dibutuhkan wattmeter agar dapat mengetahui daya pada kompor induksi, namun alat tersebut tidak tersedia pada saat pengujian akhir.
Selain efisiensi daya, dapat dihitung juga efisiensi energi dari kompor induksi. Efisiensi energi dihitung dari besarnya energi keluaran dibagi dengan energi masukan kemudian dikalikan 100%.
Dari perhitungan diatas, efisiensi energi dapat mencapai sebesar 98.46% atau hampir mendekati 100%. Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh energi panas yang dihasilkan kompor induksi berapa pada panci (logam konduktor) sehingga efisiensi energi dari kompor induksi sangat besar.