• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru dalam Mengingkatkan Kemandirian Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Guru dalam Mengingkatkan Kemandirian Belajar Siswa"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU DALAM MEMBANTU MENINGKATKAN

KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR PESERTA DIDIK

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pengantar Pendidikan

Di susun oleh :

NUJULIAH

NIM: 13221016

Kelas: 1A

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP)

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim…..

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,karena berkat rahmat dan karuniaNya yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peran guru dalam membantu meningkatkan kemandirian dalam belajar peserta didik dapat diselesaikan dengan baik walaupun terdapat banyak kekurangan,tak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,yang telah menuntun kita kejalaan yang diridoi Allah.SWT.

Karena penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini,penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak,baik materi maupun spiritual,karena tanpa bantuan semuanya penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh darikesempurnaan baik dari segi bahasa,cara penulisan,dan juga materi karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki,sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.Semoga makalh ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat dunia pendidikan.

Garut,Januari 2014

Penyusun,

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar...2

Daftar Isi...3

BAB I PENDAHULUAN...5

1.1 Latar Belakang...5

1.2 Rumusan Masalah...6

1.3 Tujuan Penulisan...6

BAB II PEMBAHASAN...7

2.1 Fungsi guru sebagai pengajar,pendidik,dan pembimbing...7

2.1.1 Sebagai Pengajar...7

2.1.2 Sebagi Pendidik...7

2.1.3 Sebagai Pembimbing...7

2.2 Penyebab terjadinya ketidakmandirian pada peserta didik...8

2.2.1 Alasan terjadinya ketidakmandirian...8

2.2.2 Tingkat dan Karakteristik Kemandirian...9

2.3 Kemandirian dan Cakupannya dengan Peserta Didik...10

2.4 Tahapan Kemandirian Pada Peserta Didik...11

2.5 Upayaguru dalam membantu menumbuhkan semangat belajar Yang mandiri...12

2.5.1 Guru dapat menggunakan layanan informasi ...13

2.5.2 Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi Kesulitan peserta didik...14

2.5.3 Strategi yang dapat di gunakan oleh guru...15

2.5.4 Peran guru dalam menumbuhkan motivasi anak didiknya...16

BAB IV PENUTUP...18

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mendidik kemandirian pada anak sejak dini, sangat penting, karena kemandirian akan mendukung anak dalam belajar memahami pilihan perilaku beserta resiko yang harus dipertanggung jawabkan oleh anak. Semakin dikekang, anak akan semakin sulit untuk mengendalikan emosi, dengan kemungkinan perilaku yang akan muncul adalah perilaku memberontak atau justru, sangat tergantung pada orang lain.

Keadaan orang tua yang terlalu melindungi anak (proteksi berlebih) sehingga anak tidak diberi kesempatan berhubungan dengan orang lain akan menghambat anak untuk mencapai kemandirian. Dengan keadaan seperti ini anak-anak selalu bergantung kepada orang tuanya dan merasa nyaman bila dekat dengan orang tuanya serta merasa tidak nyaman jika berada jauh tidak didampingi orang tuanya.Rasa ketergantungan yang besar terhadap orang dewasa menyebabkan anak tidak mandiri.

Di lingkungan Sekolah Menengah Atas anak didik dibimbing untuk belajar sambil bermain, dengan cara mandiri ataupun dengan cara berkelompok untuk merangsang sosialisasi anak. Dengan demikian orang tua dan pendidik sangat berperan penting dalam membentuk sikap mandiri anak sehingga anak tidak tergantung pada orang lain. Pada hakekatnya orang tua adalah pembina pribadi dan pendidik yang pertama dalam kehidupan anak, yang memberi bantuan serta tanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan anak menuju kedewasaan.

(6)

melalui interaksi dengan lingkungannya. Kemandirian anak dalam aktivitas belajar bertujuan agar anak mengetahui secara sadar apa yang dilakukannya dan tahu apa yang menjadi tujuannya. Anak akan merasa bahagia bahwa ia mempunyai arti bagi diri dan orang lain, ia mampu mengenali diri, mengetahui kekurangan dan kelebihan, dapat menerima diri dan orang lain seperti apa adanya, dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, pantang mundur meski ada kekurangan pada dirinya dan juga berani menghadapi kenyataan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis akan membatasi pembahasan dalam makalah ini,yang akan di tuangkan dalam rumusan-rumusan sebagai berikut :

1.2.1 Fungsi guru sebagai pengajar, pendidik,dan pembimbing. 1.2.2 Penyebab terjadinya ketidakmandirian pada peserta didik. 1.2.3 Pengertian kemandirian dan cakupannya dengan peserta didik. 1.2.4 Tahapan kemandirian pada peserta didik.

1.2.5 Upaya guru dalam membantu menumbuhkan semangat belajar yang mandiri.

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah yang berjudul Peranan guru dalam membantu meningkatkan kemandiriandalam belajar peserta didik,disusun agar,

1.3.1 Memberikan informasi yang dapat membantu khususnya bagi pendidik.

1.3.2 Meningkatkan motivasi dan mendorong semangat pendidik untuk selalu membantu peserta didiknya sehingga tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

1.3.3 Menjadikan pendidik mengetahui masalah-masalah yang menimbulkan ketidakmandirian pada peserta didik,dan dapat memecahkan masalahnya.

(7)

2.1 Fungsi guru sebagai pengajar, pendidik,dan pembimbing

2.1.1 Sebagai pengajar

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.

2.1.2 Sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

2.1.3 Sebagai pembimbing

(8)

 Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.

 Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis

 Guru harus memaknai kegiatan belajar.

 Guru harus melaksanakan penilaian.

2.2 Penyebab terjadinya ketidakmandirian pada peserta didik

2.2.1 Alasan terjadinya ketidakmandirian pada peserta didik

Gen atau keturunan orang tua.

Orang tua, yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya melainkan sifat orang tuanya itu muncul dalam cara-cara orang tua mendidik anaknya.

Pola asuh orang tua.

Cara-cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak anaknya. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata "jangan" kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anaknya.

Sistem pendidikan di sekolah.

(9)

2.2.2 Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian

Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian dengan Lovinger (dalam Asrori, 2007:133-137) mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut :

Impulsif dan melindungi diri

Ciri-ciri tingkatan ini adalah (1) peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain, (2) mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik, (3) berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu (stereotype), (4) cenderung melihat kehidupan sebagai "zero-sum game" (5) cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.

Konformistik

Menurut Asrori, 2007:133-138) bahwa ciri-ciri tingkatan ini adalah (1) peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial, (2) cenderung berpikir stereotype dan klise, (3) peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal, (4) bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian, (5) menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi, (6) perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri ekstemal, (7) takut tidak diterima kelompok, (8) tidak sensitif terhadap keindividualan, (9) merasa berdosa jika melanggar aturan.

Sadar diri

Ciri-ciri tingkatan ini adalah (1) mampu berpikir alternatif, (2) melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi, (3) peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada, (4) menekankan pada pentingnya pemecahan masalah, (5) memikirkan cara hidup (6) penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

Seksama (conscientious)

(10)

jangka panjang, (8) cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial, (8) berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

Individualistik

Ciri-ciri tingkatan individualistik menurut Asrori, (2007:133-140) adalah (1) peningkatan kesadaran individualitas, (2) kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan, (3) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, (4) mengenal eksistensi perbedaan individual, (5) mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan, (6) membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya, (7) mengenal kompleksitas diri, (8) peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

 Mandiri

Ciri-ciri tingkatan mandiri menurut Asrori (2007:133-141) adalah (1) memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan, (2) cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain, (3) peduli terhadap faham-faham abstrak, seperti keadilan sosial, (4) mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan (5) toleran terhadap ambiguitas, (6) peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment), (7) ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal, (8) respek terhadap kemandirian orang lain (9) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain, (10) mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.

2.3 Kemandirian dan cakupannya dengan peserta didik

(11)

yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan dalam dimensi sosial.Secara singkat definisi ini mempunyai pengertian bahwa individu mandiri adalah individu yang mampu menentukan diri, arah dan tindakannya dalam kerangka hubungan sosial.Seperti halnya salah satu teori psikologi mengenai masalah kemandirian, yaitu Secara psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah kebutuhan yang berlainan, yaitu kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan untuk bergantung. Kebutuhan mandiri meliputi semua tindakan yang diambil untuk berpikir secara bebas, merasa bebas mengerjakan sesuatu tanpa memikirkan orang lain. Menurut (dalam Sahama, 2010:1) bahwa seseorang yang mandiri adalah seseorang yang mampu mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa adanya kontrol dari luar. Kemandirian adalah mampu mengatur diri sendiri sesuai dengan hak dan kewajibannya, mampu menentukan nasibnya sendiri, tidak tergantung orang lain sampai batas kemampuannya, mampu bertanggung jawab atas keputusan, tindakan, dan perasaannya sendiri serta mampu membuang pola perilaku yang mengingkari kenyataan.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian adalah suatu sikap pada diri seseorang yang ditunjukkan dengan kemampuannya dalam menentukan diri, arah dan tindakannya dalam kerangka hubungan sosial, bebas dan original tanpa adanya pengaruh dari luar, mampu mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, tidak tergantung pada orang lain sehingga ia dapat mengaktualisasikan dirinya serta merealisasikan harapan-harapannya.

2.4 Tahapan Kemandirian Pada Peserta Didik

Pada umumnya menunjukkan bahwa tingkat kemandirian anak menyebar pada tingkatan sadar diri, seksama, individualistik, dan mandiri, maka semua ini dapat ditafsirkan secara rinci masing-masing tingkatan sebagai berikut :

1 Tingkat sadar diri

Tingkat sadar diri dapat ditafsirkan bahwa anak telah memiliki kemampuan berikut ini: (1) cenderung mampu berpikir alternatif, (2) melihat berbagai kemungkinan dalam suatu situasi, (3) peduli akan pengambilan manfaat dari situasi yang ada, (4) berorientasi pada pemecahan masalah, (5) memikirkan cara mengenall hidup, (6) berupaya menyesuaikan diri terhadap situasi dan peranan.

(12)

Tingkat seksama dapat ditafsirkan bahwa anak telah memiliki kemampuan berikut ini (1) cenderung bertindak atas dasar nilai internal, (2) melihat dirinya sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan, (3) melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri maupun orang lain, (4) sadar akan tanggungjawab, (5) mampu melakukan kritik dan penilaian diri (6) peduli akan hubungan materialistik, (7) berorientasi pada tujuan jangka panjang.

3 Tingkat individualistik

Tingkat individualistik dapat ditafsirkan bahwa anak telah memiliki kemampuan berikut ini (1) memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan individualitas, (2) kesadaran akan konflik emosionalitas antara kemandirian dan ketergantungan, (3) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, (4) sadar akan eksistensi perbedaan individual, (5) bersikap toleran terhadap perkembangan dalam kehidupan, (6) mampu membedakan kehidupan dalam dirinya dengan kehidupan luar dirinya.

4 Tingkat mandiri

Tingkat mandiri dapat ditafsirkan bahwa anak telah memiliki kemampuan berikut ini (1) telah memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan, (2) bersikap objektif dan realistic terhadap diri sendiri maupun orang lain, (3) mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan, (4) ada keberanian untuk menyelesaikan konflik dalam diri, (5) menghargai kemandirian orang lain, (6) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain, (7) mampu mengekspresikan perasaannya dengan penuh keyakinan dan keceriaan.

2.5 Upaya guru dalam membantu menumbuhkan semangat belajar

yang mandiri

Kemandirian sebagai aspek psikologis itu berkembang tidak dalam kevakuman atau ditanamkan oleh orang tuanya, maka intenensi-intervensi positif melalui ikhtiar pengembangan atau pendidikan sangat diperlukan bagi kelancaran perkembangan kemandirian anak.Sejumlah intervensi dapat dilakukan sebagai ikhtiar pengembangan kemandirian anak menurut Asori (2007:138-139) sebagai berikut.

(13)

Penciptaan partisipasi dan keterlibatan anak dalam keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk (a) saling menghargai antar anggota keluarga, (b) keterlibatan dalam memecahkan masalah anak atau keluarga,

b. Penciptaan keterbukaan

Penciptaan keterbukaan dapat diwujudkan dalam bentuk (a) toleransi terhadap perbedaan pendapat, (b) memberikan alasan terhadap keputusan yang diambil bagi anak, (c) keterbukaan terhadap minas anak, (d) mengembangkan komitmen terhadap tugas anak, (e) kehadiran dan keakraban hubungan dengan anak.

c. Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan.

Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk yaitu (a) mendorong rasa ingin tabu anak, (b) adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan, (c) adanya aturan, tetapi tidak cenderung mengancam bila ditaati

d. Penerimaan positif tanpa syarat.

Penerimaan positif tanpa syarat dapat diwujudkan dalam bentuk (a) menerima apapun kelebihan maupun kekurangan yang ada pada diri anak, (b) tidak membeda-bedakan anak satu dengan yang lain, (c) menghargai ekspresi potensi anak dalam bentuk kegiatan produktif apapun meskipun sebenarnya hasilnya kurang memuaskan

e. Empati terhadap anak.

Empati terhadap anak dapat diwujudkan dalam bentuk yaitu (a) memahami dan menghayati pikiran dan perasaan anak, (b) melihat berbagai persoalan anak dengan menggunakan perspektif atau sudut pandang anak, (c) tidak mudah mencela karya anak betapapun kurang bagusnya karya itu.

f. Penciptaan kehangatan hubungan dengan anak.

Penciptaan kehangatan hubungan dengan anak dapat diwujudkan dalam bentuk yaitu (a) interaksi secara akrab tetapi tetap saling menghargai, (b) menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap dingin terhadap anak, (c) membangun suasana humor dan komunikasi ringan dengan anak.

2.5.1 Guru juga dapat menggunakan layanan informasi untuk

membantu meningkatkan kemandirian dalam belajar,

(14)

berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk suatu tugas atau kegiatan atau menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Pendapat ini menunjukkan bahwa layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang linkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak. Kemudian menurut Dewa dan Desak (2002: 57) bahwa layanan informasi, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki konseling, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli di lingkungan yang baru. Tujuan pelayanan informasi ditujukan untuk siswa baru dan untuk pihak-pihak lain (terutama orang tua siswa) guns memberikan pemahaman dan penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki.

Hasil yang diharapkan dari layanan informasi ialah dipermudahnya penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilansiswa. Demikian juga orang tua siswa, dengan memahami kondisi, situasi, dan tuntutan sekolah anaknya akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya.Dalam menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya, individu memerlukan berbagai informasi baik untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, sekarang, maupun untuk perencanaan kehidupannya ke dapan. Individu bisa mengalami masalah dalam kehidupannya sehari-hari maupun

a. Guru hendaknya melakukan home visit pada keluarga peserta didik untuk mengumpulkan bahan sebagai acuan untuk memulai mengadakan bimbingan. b. Guru mengumpulkan data fakta dari lingkungan sekitar peserta didik, tentang keberadaan peserta didik dalam lingkungan pergaulannya sehari-hari.

(15)

d. Guru hendaknya memntau hasil dari setiap peserta didik yang mendapat masalah dan telah di beri bimbingan untuk bahan evaluasi tindak lanjut.

e. Guru seyogyanya membiasakan diri untuk menjalankan program bimbingan secara menyeluruh, dan di pilah ketika ada diantara peserta didik yang mengelami kesulitan, sehingga peserta didik tidak merasa tabu ketika di panggil untuk menghadap memasuki ruang program bimbingan.

f. Guru dalam melayani bimbingan terhadap peserta didik harus mampu mengarahkan pada kemandirian serta keharmonisan dalam menjalin hubungan social baik di sekolah dengan teman sebayanya, juga di lingkungan rumah dan lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik.

2.5.3 Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru

untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai

berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.Tentunya pujian yang bersifat membangun.

(16)

diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok 9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan

10 Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan

2.5.4 Peran guru dalam menumbuhkan motivasi anak didiknya

Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenaaangkan. - M. Sobry Sutikno

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam adiri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

(17)

• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.

Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru.Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik.Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru.Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan.Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.

(18)

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebelum melaksanakan program bimbingan pada peserta didik, yang erat kaitannya dengan keberadaan individu sebagai pribadi, diantaranya ;

a. Sebagai individu “manusialepas landas “ memiliki wawasan serta daya nalar yang luas dengan pandangan hidup yang bersifat positif, aktif memiliki kemampuan untuk mengembangkan sikap dalam menentukan kehidupanya secara pribadi.

b. Memproritaskan hasil dari kinerja yang sangat memuaskan, sehingga yang bersangkutan merasakan adanya kemampuan yang lebih di bandingkan orang lain dan tidak setiap pekerjaan yang dilakukannnya mengacu pada sisi pinansial yang harus di dapat.

c. Senantiasa berorientasi kepada masa depan yang akan di jalani, dan selalu berupaya untuk hidup secermat mungkin dengan melalui pertimbangan yang matang akan hal-hal yang harus di sikapi sebelum sesuatu terjadi.

d. Pada usia dini sudah diajarkan, dilatih dan dididik selalu menjaga keselamatan alam sekelilingnya sehingga melalui kematangandalam pembelajaran dapat menumbuhkan seseorang berusaha mengimbangi arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendunia.

e. Dapat beradaptasi dengan kondisi pergaulan dalam lingkungan social sehingga menumbuhkan sikap positif dan dapat mempertimbangkan ketika unsur negatif mempengaruhi individu dengan sendirinya.

4.2 SARAN

Setelah penulis memaparkan semua rumusan masalah,penulis menyarankan :

a

. Program bimbingan yang dilakukan guru pada jenjang penidikan dasar adalah membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar dengan baik.

b. Menjelaskan kepada peserta didik tentang tujuan proses pembelajaran yang harus dijalan kan agar memperoleh hasil yang memuaskan.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDAQFjAB&url=http%3A%2F %2Fejurnal.fip.ung.ac.id%2Findex.php%2FPDG%2Farticle%2FviewFile

(20)

%2F174%2F169&ei=Y27WUougL4P-Af3m4DwBw&usg=AFQjCNHC_xxxi8BJVbaMVKlHoUEr7AoqCg&bvm=bv.593784 65,d.bm

https://www.facebook.com/permalink.php?

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman-pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya, akan melahirkan berbagai kesadaran sosial pada anak. Kesadaran bahwa dalam bertingkah laku (dalam rangka

Anak yang mengalami kesulitan belajar terhambat oleh waktu mengakibatkan mereka tidak memiliki waktu lebih untuk mendengarkan atau mengerjakan soal latihan yang

maka mereka akan lebih bisa menontrol dirinaya sendiri, sehingga mereka dapat meningkat hasil belajar mereka. Sedangkan seseorang yang memiliki minat belajar

bahwa anak yang memiliki motivasi belajar akan.. dapat meluangkan waktu belajar lebih

memiliki kemampuan kerja yang baik dan memiliki motivasi kerja yang cukup tinggi. Sebagai seorang guru bukanlah hanya sebatas jabatan fungsional, akan tetapi jabatan

maka mereka akan lebih bisa menontrol dirinaya sendiri, sehingga mereka dapat meningkat hasil belajar mereka. Sedangkan seseorang yang memiliki minat belajar

menikah apalagi yang telah memiliki anak akan memiliki peran yang ganda. Berikut dijelaskan beberapa peran ganda guru wanita tersebut. Peran di dalam keluarga.. 1)

Dilihat dari aspek Relevance relevansi rata-rata motivasi belajar siswa lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol artinya bahwa kelas ekperimen lebih memiliki kesadaran akan hubungan dan