PERSEPSI PETANI TERHADAP
SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION
(SRI)
DI SUBAK YEH ANAKAN, KECAMATAN NEGARA,
KABUPATEN JEMBRANA
SKRIPSI
Oleh
I KADE NOPA SASTRA WIRAWAN
KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
i
PERSEPSI PETANI TERHADAP
SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION
(SRI)
DI SUBAK YEH ANAKAN, KECAMATAN NEGARA,
KABUPATEN JEMBRANA
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh
I KADE NOPA SASTRA WIRAWAN
NIM. 1105315004
KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iii
ABSTRAK
I Kade Nopa Sastra Wirawan. NIM 1105315004.
Persepsi Petani Terhadap
System of Rice Intensification
(SRI) di Subak Yeh Anakan,
Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana
. Dibimbing oleh : Dr. Ir. IDewa Putu Oka Suardi, M.Si dan I Made Sarjana, SP, M.SC.
Kebutuhan terhadap sektor pertanian semakin meningkat, berbagai kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi beras di Indonesia. SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman, dan air irigasi melalui pemberdayaan kelompok yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi petani terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Kabupaten Jembrana. Ruang lingkup dari penelitian ini merupakan kajian mengenai persepsi dari salah satu program pemerintah pusat yaitu SRI berlokasi di Kecamatan Negara. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi petani terhadap SRI di Subak Yeh Anakan tergolong kategori baik dengan pencapaian skor 76,76%. Hasil tersebut dapat mendeskripsikan bahwa petani di Subak Yeh Anakan mempunyai tanggapan atau melihat bahwa SRI layak dan bisa diterapkan di Subak Yeh Anakan sebagai solusi peningkatan produksi dan pendapatan. Persepsi petani yang baik ini didukung dari semua indikator tergolong kategori baik dengan pencapaian skor masing-masing sebagai berikut. Prinsip-prinsip SRI: 69,42, SRI sebagi inovasi: 81,08%, kesiapan petani menerima: 79,57%, aspek sosial: 77,62%, dan aspek ekonomi: 76,13%.
Untuk keberlanjutan program pengembangan teknologi budidaya SRI di Subak Yeh Anakan dapat disarankan agar Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan sebaiknya lebih intensif memberikan bimbingan kepada para petani, dari penyuluh pertanian supaya mengembangkan teknis penyuluhan yang mampu mendorong petani mengadopsi SRI secara mandiri.
iv
ABSTRACT
I Kade Nopa Sastra Wirawan. NIM 1105315004. Farmers’ Perception on System of Rice Intensification (SRI) in Subak Yeh Anakan, District of Negara, Regency of Jembrana. Supervised by: Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si and I Made Sarjana, SP, M.SC
Undeniable needs on farming sector is increasing in today’s society. A number of policies have been issued by the government to increase rice production in Indonesia. SRI is one of recent approaches applied in rice cultivation which emphasizes on land management, plantation and irrigation system through safe environment-based teamwork empowerment. The goal of this study is to disclose
farmers’ perceptionon SRI system applied in Subak Yeh Anakan, Regency of Jembrana. The range of this research is a study on perception regarding one of central government program on farming system (the SRI system) applied in District of Negara. This study is based on descriptive-qualitative approach.
The result of the study shows that farmers’ perception on SRI in Subak Yeh Anakan is categorized as positive by 77,02% of total samples. It implies that farmers in Subak Yeh Anakan opted for SRI as a reliable and proper cultivation technology to be applied in their farming group as a solution to productivity and income upsurges. This positive perception of the farmers involves all indicators, which include
principles of SRI (69.42%, SRI as an innovation (81.08%), farmers’ readiness to
respond (79.57%), social aspect (77.62%) and economical aspect (76.13%).
The sustainability of SRI farming system in Subak Yeh Anakan depends on
goverment’s caretaking program through Government Agency of Farming and
Forestry. They should intensively give trainings to farmers. Farming trainers should develop training and workshop techniques which enforce farmers to adopt cultivation technology independently.
v
RINGKASAN
Indonesia dikenal dengan negara agraris karena sebagian besar rakyatnya
hidup dari sektor pertanian. Iklim yang mendukung dan tanah yang subur memang
cocok untuk dikembangkannya pertanian di Indonesia. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan terhadap sektor pertanian
dan tuntutan terhadap kebutuhan sandang, pangan, papan pun semakin meningkat.
Kendala utama dalam pengembangan sektor pertanian belakangan ini
adanya penurunan produktifitas padi. Pemerintah Indonesia telah melakukan
berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi, seperti: pembangunan
sarana irigasi, subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit usahatani bersubsidi, dan
pembinaan kelembagaan usahatani telah ditempuh.
System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu pendekatan
dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan
tanah, tanaman, dan air irigasi melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal
yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. SRI dikenalkan pertama kali di
Subak Yeh Anakan oleh penyuluh pertanian Kecamatan Negara pada bulan April
2014 dengan melakukan sosialisasi bahwa akan diadakannya kegiatan program
SRI di Subak Yeh Anakan. Rasa antusias petani yang cukup besar untuk
mengikuti program SRI di Subak Yeh Anakan, namun kekhawatiran terhadap
resiko yang akan dihadapi tetap menjadi faktor yang penting. Seperti kekeringan
karena kekurangan air dan gangguan hama terutama keong. Nampaknya masih
memerlukan penyesuaian-penyesuaian lain yang secara tidak langsung merupakan
proses pembelajaran petani dalam mengadopsi SRI.
Menurut laporan kegiatan pengembangan SRI tahun 2014 dari hasil
demplot didapatkan produktifitas per hektarnya sebesar 90,24 ku/ha. Dari data
tersebut menunjukan bahwa di Subak Yeh Anakan cocok untuk
dikembangakannya SRI dalam rangka peningkatan produksi pertanian. Namun
vi
terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap SRI
sebagai cara untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan petani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap SRI di
Subak Yeh Anakan, Kabupaten Jembrana. Persepsi petani dilihat dari:
prinsip-prinsip SRI, SRI sebagai inovasi, kesiapan petani menerima, aspek sosial, dan
aspek ekonomi.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 187 dan sampel 37 orang petani
yang diambil dari tiga tempek yang ada di Subak Yeh Anakan. Yaitu tempek Sri
Nadi 10 orang, tempek Merpati Muda 13 orang, dan tempek Sri Mumbul
berjumlah 14 orang. Dengan menggunakan teknik propotionale random Sampling. Jenis data yang dikumpulkan mencangkup data kuantitatif dan kualitatif yang
diperoleh dari data primer dan sekunder. Data yang yang diperoleh tersebut
dianalisis secara deskritif kualitatif, dengan perhitungan terinspirasi dari skala
Likert (skor, 1, 2, 3, 4,dan 5).
Berdasarkan hasil penelitian diketahu bahwa persepsi petani terhadap SRI
di Subak Yeh Anakan tergolong kategori baik dengan pencapaian skor 76,76. Data
ini menunjukan bahwa petani di Subak Yeh Anakan mempunyai tanggapan atau
melihat bahwa SRI layak dan bisa diterapkan di Subak Yeh Anakan sebagai solusi
peningkatan produksi dan pendapatan dengan pencapaian skor masing-masing
sebagai berikut. Prinsip-prinsip SRI: 69,42, SRI sebagi inovasi: 81,08, kesiapan
petani menerima: 79,57, aspek sosial: 77,62, dan aspek ekonomi: 76,13.
Untuk keberlanjutan program pengembangan SRI di Subak Yeh Anakan
walaupun persepsi petani tergolong baik dapat disarankan agar Pemerintah
Kabupaten Jembrana melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan sebaiknya lebih
intensif memberikan bimbingan kepada para petani, selain itu penyuluh pertanian
supaya mengembangkan teknis penyuluhan yang mampu mendorong petani
viii
PERSEPSI PETANI TERHADAP
SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI SUBAK YEH ANAKAN, KECAMATAN NEGARA,
KABUPATEN JEMBRANA
Dipersiapkan dan diajukan oleh
I Kade Nopa Sastra Wirawan NIM. 1105315004
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji
Pada tanggal: 19 januari 2016
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana
No : 12 /UN14.1.23/DL/2016
Tanggal : 21 Januari 2016
Tim Penguji Skripsi adalah:
Ketua : Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP Anggota :
1. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, MS
2. Ir. I Dw Gd Raka Sarjana, MMA
3. Dr. Ir I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si
ix
RIWAYAT HIDUP
I Kade Nopa Sastra Wirawan dilahirkan di Negara pada
tanggal 12 Nopember 1992, merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan I Putu Arnaya dan Ni Ketut Werni.
Pendidikan formal di Sekolah Dasar No 4 Baluk pada tahun
1999 dan tamat pada tahun 2005. Pendidikan sekolah
menengah pertama ditempuh di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Negara dan tamat pada tahun 2008. Kemudian dilanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Negara dan tamat pada tahun 2011. Untuk
selanjutnya melanjutkan kuliah di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Udayana, melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama menjadi mahasiswa, aktif dalam mengikuti kepanitiaan dalam acara
yang diadakan di tingkat jurusan, fakultas, maupun Universitas. Pada tahun 2013
untuk pertama kalinya mengikuti keorganisasian di Universitas Udayana yaitu
organisasi Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma UNUD (FPMHD
UNUD), dengan menjadi Kepala Bidang Usaha dan Dana. Selain itu juga pernah
bergabung dalam organisasi pers mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Udayana
x
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Angayubagia Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Sri Krishna, Atas karuia tiada sebabnya dari Guru spiritual His Holy Grace Ida
Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa dan Para Waisnawa penulis telah
menyelesaikan satu kewajiban tradisi akademis yakni penyusunan skripsi, tugas akhir
sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Skripsi ini berjudul “Persepsi Petani Terhadap System Of Rice Intensification (SRI) di Subak Yeh
Anakan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana)”. Penulisan skripsi ini selain
bertujuan untuk melengkapi persyaratan meraih gelar Sarjana Pertanian juga
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan studi kepustakaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya melalui kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. I Nyoman Rai, MS. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana
yang telah memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian ini.
2. Ir. I Wayan Widyantara, MP. Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Udayana, atas segala kebijakannya yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Prof. Dr. Made Antara, MS. Selaku Pembimbing Akademik atas segala
xi
4. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si. Selaku Pembimbing I dan I Made
Sarjana, SP, M.SC. Selaku Pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran
serta ikhlas memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi
ini.
5. Ir. Wayan Sudarta,MS, dan I Ketut Surya Diarta,SP.MA selaku pembahas
pada saat seminar proposal, Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP, I Gede Setiawan
Adi Putra, SP., M.Si, dan Dr. Gede Mekse Korri Arisena, SP., M.Agb selaku
pembahas pada saat seminar hasil penelitian atas segala masukkan, saran, dan
koreksi untuk penyempurnakan skripsi ini.
6. Segenap dosen dan pegawai jurusan Program Studi Agribisnis dan Fakultas
Pertanian yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kedua orang tua saya I Putu Arnaya dan Ni Ketut Werni. atas segala
pengorbanan dan jerih payahnya memberikan dukungan moral, dana, dan
spiritual yang tiada hentinya diberikan.
8. Wibisana Dasa sekeluarga atas segala pengorbanan dan jerih payahnya
memberikan dukungan moral, dana, spiritual dan tempat selama penulis
melakukan penelitian sehingga memudahkan penulis untuk bersosialisasi
dengan anggota Subak Yeh Anakan.
9. Kedua saudara saya kakak I Gede Oka Endra Setiawan dan adik Ni Komang
Ayu Yogi Sri Wahyuni atas dukungan yang senantiasa diberikan.
10.Brahmacari Asram Krishna Balaram dan Asram Radha Gopinatha atas
pengertian, dan memberikan semangat penulis dari awal pembuatan usulan
xii
11.Kawan-kawan Konsentrasi Pengembangan Masyarakat dan Jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Angkatan 2011, terima
kasih banyak untuk pengalaman dan bantuannya selama ini.
12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih
atas segala bantuannya.
Ketidaksempurnaan adalah sebab dari kebodohan dan kegelapan, termasuk
dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyakini bahwa kritik yang konstruktif
adalah solusi terbaik untuk membangun pondasi akademis yang lebih ilmiah. Dalam
kesederhanaan, ketidaksempurnaan dan dengan kerendahan hati, penulis berharap
agar skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, terutama dalam pengembangan kesejahteraan petani.
Akhirnya penulis berucap syukur tiada henti ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa Sri Krishna. Om Santih, Santih, Santih, Om.
Denpasar, 2 Januari 2016
xiii
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Konsep SRI (System of Rice Intensification) ... 7
2.1.1 Pengertian dan perkembangan SRI ... 7
2.1.2 Keunggulan dan tujuan SRI... 8
2.1.3 Tahapan kegiatan SRI... 9
2.1.4 Prinsip dasar budidaya padi SRI... 10
2.2 Konsep Persepsi ... 12
2.2.1 Definisi persepi ... 12
xiv
2.3 Penelitian terdahulu ... 16
2.4 Kerangka pemikiran………. 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3.2 Data Penelitian ... 19
3.2.1 Jenis data ... 19
3.2.2 Sumber data ... 20
3.2.3 Metode pengumpulan data ... 20
3.3 Populasi dan sampel ... 21
3.4 Variabel dan pengukuran variabel ... 22
3.5 Batasan Oprasional Variabel... 24
3.6 Instrumen Penelitian ... 28
3.6.1 Uji validitas ... 29
3.6.2 Uji reliabilitas ... 29
3.7 Metode Analisis Data ... 30
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITAN ... 32
4.1 Subak Yeh Anakan ... 32
4.1.1 Letak Subak Yeh Anakan ... 32
4.1.2 Potensi pertanian Subak Yeh Anakan ... 32
4.1.3 Struktur organisasi Subak Yeh Anakan ... 33
4.1.4 Anggota Subak ... 34
4.1.5 Prasarana dan sarana ... 35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
5.1 Karakteristik Responden ... 36
5.1.1 Jenis kelamin ... 36
5.1.2 Umur ... 36
5.1.3 Pendidikan ... 37
5.1.4 Pengalaman bertani ... 38
5.1.5 Pekerjaan sampingan ... 38
5.1.6 Perkakas/alsintan yang dimiliki ... 39
5.1.7 Jumlah anggota rumah tangga ... 40
5.1.8 Luas lahan ... 41
5.2 Persepsi responden ... 42
5.2.1. Prinsip-prinsip SRI ... 43
5.2.2.SRI sebagai inovasi ... 49
5.2.3.Kesiapan petani menerima ... 53
5.2.4.Aspek sosial ... 57
xv
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 63
6.1 Simpulan ... 63
6.2 Saran ... 63
Daftar Pustaka ... 65
xvi
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
3.1 Pengambilan Sampel di Masing-masing Tempek ... 22 3.2 Variabel, Indikator, Parameter, dan pengukuran Persepsi Petani Terhadap
SRI di Subak Yeh Anakan. ... 23 3.3 Katagori Persentase Pencapaian Skor “Persepsi Petani Terhadap Sistem
of Rice Intensification (SRI) di Subak Yeh Anakan, Kecamatan Negara
Kabupaten Jembrana ... 33
5.1 Tingkat Pendidikan Formal Responden Anggota Subak Yeh Anakan,
Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Tahun 2015 ... 38
5.2 Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan Pada Subak Yeh Anakan,
di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana... 39
5.3 Jumlah Anggota Rumah Tangga Petani Responden pada Subak Yeh
Anakan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ... 40 5.4 Responden Berdasarkan Rata-rata Luas Lahan di Subak Yeh Anakan ... 41 5.5 Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Tahun 2015 ... 43 5.6 Persepsi Petani Terhadap SRI Di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari
Prinsip-prinsip SRI, Tahun 2015 ... 44 5.7 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani Terhadap SRI Dilihat
Dari Prinsip-prinsip SRI di Subak Yeh Anakan, Tahun 2015 ... 49 5.8 Persepsi Petani Terhadap SRI Di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari
SRI sebagai inovasi, Tahun 2015 ... 49 5.9 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani Terhadap SRI Dilihat
Dari SRI Sebagai Inovasi di Subak Yeh Anakan, Tahun 2015 ... 53 5.10 Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari
Kesiapan Petani MenerimaTahun 2015, ... 53 5.11 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani Terhadap SRI Dilihat
xvii
5.12 Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari
Aspek Sosial, Tahun 2015 ... 57 5.13 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani Terhadap SRI
Dilihat Dari Aspek Sosial di Subak Yeh Anakan, Tahun 2015 ... 59 5.14 Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari
Aspek Ekonomi,Tahun 2015 ... 60 5.15 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani terhadap SRI Dilihat
xviii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
2.1Kerangka Pemikiran Penelitian Persepsi Petani Terhadap SRI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1. Kuesioner Mengukur Persepsi Petani Terhadap System of Rice
Intensification (SRI) Di Subak Yeh Anakan, Kecamatan
Negara, Kabupaten Jembrana ... 68
2. Validitas dan Reabilitas Kuesioner ... 79
3. Karakteristik Responden ... 80
4. Hasil Rekapitulasi Data ... 81
1
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal dengan negara agraris karena sebagian besar rakyatnya
hidup dari sektor pertanian, jumlah penduduk yang terdata pada Sensus Pertanian
(ST) 2013 dan bekerja pada sektor pertanian sekitar 38 juta lebih dari total populasi
penduduk di Indonesia yakni 252,16 juta orang (Antara, 2014). Iklim yang
mendukung dan tanah yang subur memang cocok untuk dikembangkannya pertanian
di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan
terhadap sektor pertanian dan tuntutan terhadap kebutuhan sandang, pangan, papan
pun semakin meningkat, terlebih lagi kebutuhan akan pangan, karena jika tidak ada
pangan, masyarakat tidak akan dapat hidup dan bagus tidaknya ketahanan pangan
suatu negara itu dapat menjadi indikator keberhasilan suatu negara. Jika kita melihat
Kitab Suci Veda, pertanian sangat ditekankan sebagai mata pencaharian rakyat.
Melalui pertanian dan perlindungan terhadap sapi, setiap orang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya secara alami dan merata.
Menurut hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010 s.d 2015, maka
penduduk Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 293,88 juta jiwa, berarti akan
mengalami kenaikan 56,24 juta jiwa dari penduduk tahun 2010. Dengan laju
pertumbuhan penduduk sekitar 1,43 persen per tahun diperlukan tambahan
penyediaan bahan pangan yang tidak sedikit setiap tahunnya, yang mana kebutuhan
2
ton pada tahun 2025. Kendala utama dalam pengembangan sektor pertanian
belakangan ini adanya penurunan produktifitas padi. Hal ini berdampak terhadap
menipisnya ketersediaan stok pangan nasional, serta keamanan pangan nasional
Indonesia pun dalam posisi mengkhawatirkan (Setjen, Pertanian 2013).
Beberapa hal yang mempengaruhi kondisi kritis ketahanan pangan nasional
Indonesia yakni. 1) meningkatnya alih fungsi lahan pertanian, khususnya lahan sawah
menjadi lahan non pertanian mengalami peningkatan, 2) menurunnya ketersediaan air
sebagai dampak dari meningkatnya kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai) dan
perubahan iklim global, dan 3) meningkatnya kerusakan infrastruktur irigasi.
Berlangsungnya fenomena penyusutan luas lahan pertanian, terutama lahan
persawahan di pulau Jawa dan sekitar kota-kota besar sudah cukup memprihatinkan
(Setjen, Pertanian 2013).
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan untuk
meningkatkan produksi padi, seperti: pembangunan sarana irigasi, subsidi benih,
pupuk, dan pestisida, kredit usahatani bersubsidi, dan pembinaan kelembagaan
usahatani telah ditempuh. Demikian juga dalam pemasaran hasil, pemerintah
mengeluarkan kebijakan harga dasar gabah (HDG) atau harga dasar pembelian
pemerintah (HDPP), untuk melindungi petani dari jatuhnya harga di bawah biaya
produksi. Sementara itu, kebijakan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri yang terus meningkat, dan agar harga beras terjangkau oleh sebagian
besar konsumen. Campur tangan yang sangat besar dan bersifat protektif telah
3
demikian, swasembada yang dicapai hanya sesaat. Secara umum, selama lebih dari
tiga dekade produksi beras dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan.
Dengan kata lain, Indonesia hampir selalu defisit bahan pangan, sehingga masih
tergantung pada impor (Sudaryanto et al.,2006) ( dalam Swastika et al.,2007).
Berbagai kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi
beras di Indonesia. Akan tetapi, menjaga kebutuhan pangan tidak hanya tanggung
jawab pemerintah saja, pihak swasta dan masyarakat luas khususnya petani juga
harus berkontribusi dalam aspek teknologi tepat guna, pemerintah telah mengadopsi
SRI. SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang
menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman, dan air irigasi melalui
pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah
lingkungan.
Penerapan SRI ini dilaksanakan oleh subak, namun belum seluruh subak
menerapkan ini dengan berbagai alasan. Salah satu subak yang menjadi sasaran
pengembangan SRI di Kecamatan Negara yaitu di Subak Yeh Anakan. Subak Yeh
Anakan yang berlokasi di Desa Banyubiru Kecamatan Negara mempunyai luas areal
140 ha dengan jumlah anggota sebanyak 187 orang. Sumber irigasi subak ini yaitu
dari air hujan dan juga dari bendungan benel untuk menghindari kekeringan kalau
akibat debit air yang kecil di bendungan, Subak Yeh Anakan juga terdapat dua sumur
bor. Pada tahun 2014 Subak Yeh Anakan mendapatkan kegiatan pengembangan SRI,
4
pertanian melakukan denplot di salah satu lahan milik petani sebagai percontohan
dengan harapan petani nantinya tertarik untuk menerapkan SRI.
System of Rice Intensification (SRI) dikenalkan pertama kali di Subak Yeh
Anakan oleh penyuluh pertanian Kecamatan Negara pada bulan April 2014 dengan
melakukan sosialisasi bahwa akan diadakannya kegiatan SRI di Subak Yeh Anakan.
Rasa antusias petani yang cukup besar untuk mengikuti program SRI di Subak Yeh
Anakan, namun kekhawatiran terhadap resiko yang akan dihadapi tetap menjadi
faktor yang penting. Seperti kekeringan karena kekurangan air dan gangguan hama
terutama keong. Akibatnya petani melakukan adopsi komponen SRI secara bertahap.
Nampaknya masih memerlukan penyesuaian-penyesuaian lain yang secara tidak
langsung merupakan proses pembelajaran petani dalam SRI. Menurut laporan
kegiatan pengembangan SRI tahun 2014 dari hasil demplot didapatkan produktifitas
per hektarnya sebesar 90,24 ku/ha. Dari data tersebut menunjukan bahwa di Subak
Yeh Anakan cocok untuk dikembangakan SRI dalam rangka peningkatan produksi
pertanian. Namun demikian petani di Subak Yeh Anakan belum menerapkan SRI.
Dalam penyampaian SRI ke para pelaku pertanian masih menjadi kendala,
masih kurangnya informasi yang memberikan penjelasan tentang SRI sehingga minat
petani untuk menerapkan SRI masih kurang. Persepsi merupakan proses aktif
penggunaan pikiran sehingga menimbulkan tanggapan terhadap suatu rangsang.
Persepsi yang terbentuk dalam diri petani padi akan mempengaruhi cara pandangnya
terhadap SRI sebagai cara untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan
5
penghambat atau pendorong bagi petani padi dalam menerapkan SRI. Oleh karena itu
perlu mengubah sikap petani dimulai dengan mempengaruhi persepsi petani tersebut
terhadap pesan yang diterima yaitu mengenai SRI. Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi petani di Subak Yeh
Anakan Kabupaten Jembrana terhadap pengembangan SRI.
1.1.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas yaitu bagaimana persepsi petani terhadap SRI di Subak
Yeh Anakan, Kabupaten Jembrana?
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi petani terhadap
SRI di Subak Yeh Anakan, Kabupaten Jembrana.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menjadi sumbangan
pemikiran, sebagai masukan dalam pelaksanaan pengembangan SRI di Subak Yeh
Anakan bagi pemerintah setempat. Sebagai masukan dan informasi agar para petani
mempercepat mengadopsi SRI sebagai solusi peningkatan penghasilan.
Dengan adanya penelitian ini maka akan mendapatkan manfaat teoritis
ataupun sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian
6
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini merupakan kajian mengenai persepsi dari
salah satu program pemerintah pusat yaitu SRI berlokasi di Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana dengan obyek penelitian yaitu Subak Yeh Anakan. Persepsi
petani dari program ini akan diukur berdasarkan lima indikator persepsi petani
meliputi: 1) prinsip-prinsip SRI, 2) SRI sebagai inovasi 3) kesiapan petani
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep SRI (System of Rice Intensification)
2.1.1 Pengertian dan perkembangan SRI
Menurut Kementerian Pertanian (2014) SRI adalah teknik budidaya padi pada
lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin secara
intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan
petani/kelompok tani/P3A/gapoktan dan kearifan lokal.
Kuswari dan Alit (2003) SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu
meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah,
air, dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar
50% bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. SRI pertama kali
ditemukan secara tidak sengaja di Madagaskar antara tahun 1983 s.d 1984 oleh FR.
Henri De Laulanie, SJ. Oleh penemunya, metode ini selanjutnya dalam bahasa
prancis dinamakan Ie Systme De Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa
Inggris populer dengan nama System Of Rice Intensification disingkat SRI. Tahun
1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk
memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institutional for
Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy
Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di
8
SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh
dengan hasil yang positif. Di Indonesia mulai diuji pada tahun 2004.
2.1.2 Keunggulan dan tujuan SRI
Keunggulan teknologi budidaya SRI menurut Kuswari dan Alit (2003)
sebagai berikut. 1) Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai
panen memberikan air maksimum dua cm, paling baik macak-macak sekitar lima mm
dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus), 2) Hemat biaya,
hanya butuh benih lima kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak
memerlukan biaya pindah bibit, dan tenaga tanam, 3) Hemat waktu, tanaman bibit
muda 5 s.d 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal, 4) Produksi
meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha, 5) Ramah lingkungan, tidak
menggunakan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik
(kompos, kandang dan mikroorganisme lokal). Sedangkan kelemahan SRI antara lain
daerah sawah irigasi akan memerlukan perbaikan jaringan irigasi, ketersediaan bahan
kompos untuk pupuk terbatas dan membutuhkan waktu, tenaga, biaya untuk
melakukan pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk organik.
Adapun tujuan pengembangan SRI (Kementerian Pertanian, 2014) adalah
sebagai berikut.
1. Memperbaiki kualitas/kesuburan lahan sawah melalui pemberian asupan bahan
organik.
2. Mengefisiensikan penggunaan saprodi dan pemanfaatan air.
9
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang usahatani padi sawah
organik SRI.
5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
6. Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
2.1.3 Tahapan kegiatan SRI
Tahapan kegiatan SRI menurut Kementerian Pertanian (2014) meliputi :
tahapan persiapan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, tahap monitoring dan
evaluasi, laporan mingguan dan laporan akhir.
a. Tahap persiapan
Tahap ini meliputi pengusulan kegiatan dari kelompok berdasarkan hasil
musyawarah anggota, dilaksanakan secara bersama-sama antara petani dan petugas
untuk menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Tahap sosialisasi
Setelah dilakukan tahapan persiapan, maka berikutnya adalah tahap sosialisasi
kegiatan ini bertujuan agar anggota penerima manfaat mengetahui dengan jelas
tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga termotivasi dan bersedia
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
c. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi tahap pengerjaan kegiatan yang berpegang pada
petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh dinas teknis kemudian dalam tahap pengerjaan
juga diawasi oleh dinas terkait agar kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan juknis
dan anggaran yang ada.
10
Monitoring dan evaluasi dilakukan ketika pekerjaan akan, sedang dan telah
dilaksanakan sehingga dapat dilaporkan pada kegiatan tersebut sesuai dengan juknis.
e. Laporan
Laporan dilakukan untuk melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan
dalam satu kegiatan, sehingga akan terlihat perkembangan kegiatan yang dicapai.
f. Laporan akhir
Laporan ini dibuat dalam rangka melaporkan perkembangan kegiatan yang
dilakukan dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan.
2.1.4 Prinsip dasar budidaya padi SRI
Prinsip dasar budidaya padi SRI (Kementerian Pertanian, 2014). Sebagai
berikut.
a. Pengolahan tanah sawah sehat adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara
konvensional, dengan memberikan asupan bahan organik seperti kotoran hewan,
hijauan, limbah organik, jerami, yang proses dekomposisinya dipercepat dengan
menggunakan Mikro Organisme Lokal (MOL) / POC. Selanjutnya untuk
pengelolaan airnya dibuat parit keliling atau melintang petakan sawah dengan
kedalaman 40 cm dan lebar 40 cm dan dibuat garis jarak tanam dengan
menggunakan caplak.
b. Persemaian SRI, dilakukan dengan cara kering (tidak digenang), dan dilakukan
penyiraman setiap hari. Pesemaian bisa dilakukan di lahan sawah/darat,
pekarangan dengan dilapisi plastik dan di nampan/yang dilapisi daun pisang
11
tanam dari persemaian. Sebagai media tumbuh persemaian berupa campuran
tanah dengan bahan organik dengan perbandingan 1:1 kebutuhan benih 10 kg per
ha. Sebelum benih disemai perlu dilakukan uji benih bermutu / bernas dengan
menggunakan larutan garam.
c. Cara tanam dan jarak tanam SRI adalah penanaman satu bibit per lubang (tanam
tunggal), tanam dangkal dan akar membentuk hurup L) saat bibit berumur 5
sampai dengan 7 hari. Jarak tanam longgar / lebar dengan alternatif antara lain :
25 x 25 cm atau 30 x 30 cm.
d. Pengelolaan air SRI adalah pada umur padi vegetatif, air diberikan secara
macak-macak (kapasitas lapang) kecuali pada saat penyiangan dilakukan penggenangan (
2 sampai dengan 3 ) cm. Pada umur kurang lebih 45 hari sebaiknya lahan
dikeringkan selama 10 hari untuk menghambat pertumbuhan anakan, kemudian
air diberikan secara macak – macak kembali sampai masa pertumbuhan malai,
pengisian bulir padi hingga bernas, selanjutnya pada umur tanaman kurang lebih
100 hari sawah dikeringkan sampai panen.
e. Pemeliharaan tanaman SRI adalah penyiangan, penyulaman dan pengendalian
hama.
1. Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 10 hari setelah tanam sebanyak
empat kali dan setiap selesai penyiangan dilakukan penyemprotan supplement
pupuk cair (POC) / Mikro Organisme Lokal (MOL) yang dibuat sendiri.
2. Penyulaman tanaman dilakukan bila ada gangguan belalang atau keong. Bibit
untuk menyulam adalah bibit yang diambil dari bibit cadangan yang secara
12
3. Pengendalian hama dilakukan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) secara utuh yaitu : melalui pendayagunaan fungsi musuh alami,
pengamatan secara berkala, dan tidak menggunakan pestisida sintetis.
2.2 Konsep Persepsi.
2.2.1 Definisi persepsi
Persepsi (perception) adalah proses ketertarikan individu terhadap sesuatu
untuk menerima informasi, memperhatikan informasi tersebut dan memahaminya.
Pada tahap exposure (exposure stage) konsumen menerima informasi melalui
pancainderanya. Kemudian pada tahap perhatian, mereka mengalokasikan kapasitas
pemrosesan menjadi rangsangan. Akhirnya pada tahap pemahaman, mereka
menyusun dan menginterpretasikan informasi tersebut. Pemahaman merupakan
proses rangsangan panca indera sehingga mereka dapat memahaminya (Sunarto,
2003).
Dalam Kamus Lengkap Psikologi, persepsi diartikan sebagai proses
mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, yang
merupakan kesadaran dari proses organis dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
(Chaplin, 1999). Van Den Ban dan Howkins (1999), mengemukakan bahwa persepsi
adalah proses informasi antara stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam
kesadaran psikologis. Sedangkan menurut Muntansyir dan Munir (2003), persepsi
13
pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi atau peramalan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan
men-gorganisasikan data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri
(Shaleh, 2009). Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2002) adalah
proses pencarian informasi untuk dipahami, alat untuk memperoleh informasi
tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya).
Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.
Simamora (2002) mengemukakan bahwa persepsi adalah bagaimana kita
melihat dunia sekitar kita. Secara formal, persepsi dapat didefenisikan sebagai suatu
proses dengan mana sesorang menyeleksi, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan stimulus keadaan dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan
menyeluruh. Stimulus keadaan yang dapat ditangkap, seperti bau. Stimulus yang
diterima oleh pancaindera seperti mata, telinga, mulut, hidung dan lain-lain. Stimuli
adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera. Stimuli tersebut diterima oleh
panca indera, seperti mata, telinga, mulut, hidung dan kulit. Stimuli dapat dibedakan
menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah stimuli fisik yang datang dari lingkungan
sekitar. Tipe kedua adalah stimuli yang berasal dari dalam si individu itu sendiri
dalam bentuk predisposisi, seperti harapan, motivasi dan pembelajaran yang
14
pancaindera untuk menyeleksi stimuli untuk diperhatikan. Stimuli mana yang terpilih,
tergantung pada dua faktor yaitu faktor personal dan faktor stimuli itu sendiri.
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Menurut Walgito (2002), persepsi
adalah hasil dari suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus
yang diterima indera sehingga stimulus tersebut dimengerti dan mempengaruhi
tingkah laku selanjutnya. faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor
internal meliputi fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal (adanya stimulus atau
keadaan yang melatarbelakangi terjadinya persepsi dan perhatian yang ditujukan
kepada sesuatu atau sekumpulan objek). Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan
persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan mereka.
Menurut Leavie ( dalam Sobur, 2009) persepsi (perception) dalam arti sempit
ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti
luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Menurut Atkinson (dalam Sobur, 2009) persepsi adalah proses
saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan.
Berdasarkan beberapa definisi persepsi tersebut di atas maka penulis
15
yang diterimanya berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pengalaman, sikap, objek
yang dipersepsikan dan situasi atau keadaan saat mempersepsikan suatu rangsangan.
Dengan demikian, maka persepsi setiap orang terhadap suatu objek yang sama bisa
saja berbeda, hal ini di sebabkan oleh persepsi sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu pelaku persepsi, objek yang dipersepsikan dan konteks dari situasi
dimana persepsi itu dilakukan (Robins, 2003)
2.2.2 Faktor yang mempegaruhi persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Robbins (2002) sebagai
berikut.
1. Orang yang mempersepsikan.
Saat individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasi.
Interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang melihat.
Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif,
kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.
2. Objek atau sasaran yang dipersepsikan.
Karakteristik sasaran yang dipersepsi dapat mempengaruhi apa yang
dipersepsikan. Individu yang ceria lebih menonjol dalam suatu kelompok daripada
individu yang pendiam. Karena sasaran tidak dipahami secara terisolasi maka latar
belakang sasaran juga dapat mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan kita untuk
16
3. Konteks dimana persepsi itu dibuat.
Konteks dimana kita melihat suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi
pemahaman, seperti juga lokasi, cahaya, panas atau sejumlah faktor-faktor situasional
lainnya.
Menurut Walgito (2002) persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor
berikut.
1. Faktor dalam diri individu.
Keadaan individu yang mempengaruhi persepsi adalah yang berhubungan
dengan kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis (pengalaman,
perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan motivasi).
2. Faktor di luar diri individu.
Faktor di luar diri individu meliputi stimulus itu sendiri dan lingkungan
dimana persepsi berlangsung.
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasil Penelitian Ihak dan Afrizon (2011) dengan judul “ Persepsi dan Tingkat
Adopsi Petani Padi Terhadap Penerapan System Of Rice Intensification (SRI) di
Desa Bukit Peninjauan I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma”. Menyimpulkan
bahwa seluruh petani responden mempunyai persepsi yang baik terhadap teknologi
SRI. Hal ini berarti bahwa komponen SRI dianggap baik sehingga dapat
17
Hasil Penelitian Utomo et al.,(2012) dengan judul “ Persepsi Petani Terhadap
Budidaya Padi System Of Rice Intensification (SRI) di Desa Ringgit Kecamatan
Ngombol Kabupaten Purworejo”. Menyimpulkan Petani SRI menyatakan bahwa SRI
mempunyai manfaat ekonomis; sesuai dengan kondisi lingkungan, harus merubah
kebiasaan petani, dan sesuai dengan kebutuhan petani; SRI lebih rumit, kurang
praktis, dan memerlukan ketrampilan khusus. Pertumbuhan tanaman lebih sehat,
mutu gabah lebih baik, dan terdapat peningkatan pendapatan petani.
2.4 Kerangka Pemikiran
SRI merupakan program kementerian pertanian yang digulirkan untuk
mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Konsep dari
pengembangan padi dengan pola SRI mampu menghemat air, penggunaan pupuk dan
pestisida serta benih.
Dalam proses peningkatan produksi beras dengan inovasi SRI tidak hanya
ditentukan oleh potensi daerah dan kebijakan pemerintah namun juga dipengaruhi
oleh bagaimana persepsi petani terhadap SRI. Persepsi petani dalam penelitian ini
dilihat dari lima indikator :(1) Prinsip-prinsip SRI, (2) SRI sebagai inovasi (3)
kesiapan petani menerima, (4) Aspek sosial, dan (5) Aspek ekonomi .
Dengan lima indikator tersebut, maka dapat diteliti persepsi petani terhadap
SRI. Hasil penelitian akan dibahas dan disajikan dalam analisis deskriptif kualitatif,
dan dari hasil analisis tersebut maka akan dapat dihasilkan kesimpulan dan saran dari
peneliti yang berlandaskan kembali pada keberlanjutan pengembangan. Kerangka
18
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Tahun 2015
System of Rice Intensification
(SRI)
Subak Yeh Anakan
Indikator SRI
1. Prinsip-prinsip SRI
2. SRI sebagai inovasi
3. Kesiapan petani menerima
4. Aspek sosial
5. Aspek ekonomi
Analisis Data
Persepsi Petani