• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SINAR SOSRO JL. RAYA MEDAN SATRIA KM. 28, BEKASI PERIODE 2 APRIL 30 APRIL 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SINAR SOSRO JL. RAYA MEDAN SATRIA KM. 28, BEKASI PERIODE 2 APRIL 30 APRIL 2012"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT SINAR SOSRO

JL. RAYA MEDAN SATRIA KM. 28, BEKASI

PERIODE 2 APRIL – 30 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NOVI KURNIATI, S.Farm.

1106049391

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT SINAR SOSRO

JL. RAYA MEDAN SATRIA KM. 28, BEKASI

PERIODE 2 APRIL – 30 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

NOVI KURNIATI, S.Farm.

1106049391

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

APRIL 2012

(3)
(4)
(5)

Alhamdulillahi robbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhannahu Wa Ta’ala, karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Sinar Sosro, Cakung yang berlangsung selama periode 2 April – 30 April 2012.

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa tingkat profesi pada Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia untuk menyelesaikan masa studi dan memperoleh gelar apoteker.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih tak terhingga kepada:

1. Bapak Soehartono, selaku Manajer Personalia dan Umum yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Sinar Sosro.

2. Bapak Asep Rismunandar, S.T.P., dan bapak Ahmad Ramdhani, ST., selaku supervisor Quality Control dan pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Sinar Sosro Cakung yang telah memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan bantuan lainnya yang sangat bermanfaat selama penyusunan laporan ini.

3. Ibu Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI.

5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI.

6. Seluruh staf dan karyawan PT. Sinar Sosro khususnya karyawan di bagian Quality Control dan Produksi PT. Sinar Sosro yang telah memberikan

(6)

7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan ini dapat berjalan dengan lancar.

8. Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 74 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dan jerih payah yang telah dicurahkan. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Depok, 2 Mei 2012

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Teh ... 3

2.2 Cara Pembuatan Makanan yang Baik (CPMB) ... 10

2.3 Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point /HACCP) ... 19

2.4 Syarat-syarat Penetapan Kualitas Air ... 24

2.5 Standar Baku Air Minum ... 25

BAB 3. TINJAUAN UMUM ... 28

3.1 Sejarah Perusahaan... 28

3.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu ... 31

3.3 Distribusi Produk PT. Sinar Sosro ... 32

3.4 Sertifikat PT. Sinar Sosro ... 33

3.5 Produk PT. Sinar Sosro ... 33

BAB 4. TINJAUAN KHUSUS PENGAWASAN MUTU ... 40

4.1 Pengawasan Mutu Sebelum Proses Produksi ... 40

4.2 Pengawasan Mutu Selama Proses Produksi ... 49

4.3 Pengawasan Mutu Setelah Proses Produksi ... 56

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 74

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses pengolahan daun teh ... 7

Gambar 3.1 Perubahan model botol untuk kemasan Teh Botol Sosro ... 29

Gambar 3.2 Peta distribusi nasional PT. Sinar Sosro ... 32

Gambar 3.3 Teh Botol Sosro ... 35

Gambar 3.4 Fruit Tea Sosro ... 36

Gambar 3.5. Sosro Joy Green Tea ... 37

Gambar 3.6 Happy Jus ... 37

Gambar 3.7 Country Choise ... 38

Gambar 3.8 Tebs ... 38

Gambar 3.9 S-tee ... 39

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persyaratan Air Minum Sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/II/2002. ... 79

Lampiran 2. Denah PT. Sinar Sosro Cakung ... 84

Lampiran 3. Struktur Organisasi Bagian Quality Qontrol ... 85

Lampiran 4. Skema Aliran Pengolahan Limbah Cair ... 86

Lampiran 5. Skema Aliran Proses Pemasakan (Kitchen) ... 87

Lampiran 6. Tabel SNI Minuman Teh dalam Kemasan. ... 88

Lampiran 7. Standar Kualitas Water Treatment ... 89

(10)
(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Sinar Sosro merupakan pelopor minuman teh kemasan di Indonesia. Bisnis ini dibangun sejak tahun 1940. Perkembangan bisnis yang cukup pesat membuat PT. Sinar Sosro menjadi pemimpin pasar minuman teh dalam kemasan di Indonesia. Kesuksesan ini kemudian membawa pesaing PT. Sinar Sosro menghadirkan produk sejenis sehingga menciptakan persaingan yang ketat.

Untuk mempertahankan bisnisnya, PT. Sinar Sosro secara kontinu mengembangkan usahanya dengan melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi dilakukan dengan memproduksi teh aneka rasa buah Fruit Tea, minuman teh bersoda TEBS, minuman kesehatan teh hijau Joy Tea, serta minuman dengan volume yang lebih besar seperti S-Tee.

PT. Sinar Sosro terbukti telah menjadi pemimpin atau market leader untuk produk minuman berbasis pengolahan teh di Indonesia. Hal ini mendorong PT. Sinar Sosro untuk semakin ketat dalam menjaga dan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan yang dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9002 pada tanggal 19 September 1996. Adanya penghargaan ini dapat meningkatkan permintaan dan kepercayaan masyarakat terhadap produk Sosro karena mutunya terjamin dan aman dikonsumsi. Oleh karena itu, pengawasan terhadap seluruh tahapan proses produksi merupakan hal yang wajib dilakukan. Selain itu, cara pembuatan makanan atau minuman yang baik (CPMB) harus selalu diterapkan agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.

Peran utama seorang apoteker di bidang obat-obatan menjadi semakin beragam dan dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan keterampilan yang memadai dan ditunjang pengalaman praktis, meluas ke bidang makanan dan minuman, serta kosmetik. Oleh karena itu Apoteker dapat berperan sebagai tenaga profesional di bidang-bidang tersebut dan bertanggung jawab terhadap penjaminan mutu produk-produk yang dihasilkannya. Untuk membekali para

(12)

calon Apoteker mengenai peran dan tanggung jawabnya di Industri, Program Pofesi Apoteker Universitas Indonesia bekerjasama dengan PT. Sinar Sosro menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini mencakup pada ruang lingkup proses produksi dan pengawasan mutu (Quality Control) terhadap bahan baku dan terhadap produk yang diproduksi oleh PT. Sinar Sosro, Cakung.

1.2 Tujuan

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Sinar Sosro bertujuan agar calon apoteker :

a. Mengetahui dan memahami penerapan Cara Produksi Makanan atau Minuman yang Baik (CPMB) di PT. Sinar Sosro

b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab Apoteker pada industri minuman.

(13)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teh

2.1.1 Sejarah Teh (Sosro, 2011)

Negeri Cina dipercaya sebagai sebagai tempat lahirnya tanaman teh yang pada awalnya merupakan legenda. Kisah yang paling banyak ditulis tentang asal usul teh adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung yang hidup sekitar tahun 2737 sebelum Masehi. Kaisar Shen Nung terkenal bukan hanya sebagai seorang Kaisar tetapi juga disebut sebagai The Divine Healer (Sang Penyembuh dari Ilahi). Cerita penemuan teh oleh sang Kaisar juga sangat tidak disengaja ketika daun teh pertama dari tanaman teh yang ada di kebun Kaisar Shen Nung jatuh kedalam air panas yang sedang dimasak oleh Sang Kaisar. Ketika daun teh tersebut terseduh dengan air panas, aroma sedap langsung muncul membuat Sang Kaisar sangat tergoda untuk meminumnya. Bukan hanya aromanya yang sedap, rasa sepat dan pahit yang ditimbulkan oleh daun teh juga sangat disukai oleh Sang Kaisar karena dipercaya dapat membuat tubuh lebih segar dan menurut penelitian Kaisar Shen Nung, minuman teh dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Sejak itu, Kaisar Shen Nung kerap kali meminum teh dan sejak itu teh menjadi sangat populer di seluruh penjuru Cina.

Di Jepang, terdapat beberapa versi tentang penemuan tanaman teh pada tahun 600 Masehi yang dihubungkan dengan Daruma, seorang pembawa ajaran agama Zen Buddha (Father of Zen Buddha). Legenda menyebutkan bahwa Daruma yang sedang mempelajari agama Zen Buddha tersebut tahan duduk bertapa tanpa tidur ataupun memejamkan matanya selama 7 tahun (ada yang menyebutkan 9 tahun), versi lain menyebutkan Daruma duduk bertapa tanpa bergerak sampai akhirnya kedua kakinya lumpuh dan legenda paling ekstrim menyebutkan bahwa Daruma sengaja merobek kedua kelopak matanya untuk menghindari tertidur pada saat bertapa. Kelopak matanya terjatuh di tanah dan menurut legenda keajaiban terjadi ketika tempat dimana kelopak mata tersebut jatuh, tumbuh tanaman teh yang pertama di Jepang.

(14)

Tahun 780 Masehi seorang cendekiawan bernama Lu Yu mengumpulkan dan membukukan temuan – temuan akan manfaat dan kegunaan teh kedalam sebuah literatur mengenai teh, yaitu Ch’a Cing atau The Classic of Tea. Buku tersebut menggambarkan “Teh merupakan minuman yang membuat kita lebih bersemangat bila meminumnya, menentramkan hati, membuka pikiran dan mencegah rasa kantuk, membuat badan terasa ringan dan segar serta meningkatkan kemampuan berpikir.

Pada masa Dinasti Ming (1368 – 1644), bangsa Cina mulai menyeduh teh dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, tempat penuang anggur tradisional dari Cina yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang sempurna. Tahun 1686, teh mulai dikenal di Indonesia ketika itu seorang warga Negara Belanda yang bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia sebagai tanaman hias. Tahun 1728 pemerintah Belanda mendatangkan biji-biji teh dari Cina untuk dibudidayakan di Jawa. Usaha itu tidak terlalu berhasil, dan baru berhasil setelah tahun 1824, Dr. Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang.

Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson tahun 1828, sejak saat itu teh menjadi komoditas yang menguntungkan bagi pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Cultur Stelsel). Pada masa kemerdekaan RI, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI.

2.1.2 Tanaman Teh (Fulder, 2004; Sosro, 2011)

Menurut taksonomi ilmu botani, Tanaman teh tergolong dalam famili Theaceae, dengan nama spesies Camelia sinensis. Dalam ilmu botani, teh dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Teh Sinensis atau Bohea atau Teh Cina.

Ciri-ciri pohon antara lain tingginya 3 hingga 9 meter, pertumbuhan agak lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daun kecil, pendek, ujungnya tumpul dan berwarna hijau tua, produksinya sedikit namun kualitasnya baik.

(15)

b. Teh Assamica.

Ciri-ciri pohon antara lain tingginya 12-20 meter, pertumbuhan lebih cepat, jarak cabang dengan tanah agak jauh, daun lebar, panjang, ujungnya runcing dan berwarna hijau mengkilat, produksinya tinggi dengan kualitas yang baik.

c. Teh Kamboja atau Cambodiensis.

Merupakan teh hasil hibrida dari kedua jenis teh Sinensis dan teh Assamica.

Teh tumbuh subur di daerah pegunungan dengan iklim tropis atau subtropics dengan ketinggian 200-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu ideal untuk tumbuh adalah 14-25° C dan dibutuhkan sinar matahari yang cukup dan hujan merata sepanjang tahun, minimum curah hujan adalah 2000 mili meter per tahun. Teh memiliki sifat hidroskopis yang artinya cepat menyerap air dari udara. Di perkebunan, teh dipangkas secara berkala hingga tingginya hanya satu meter untuk mempermudah proses pemetikan dan untuk menghasilkan pucuk daun teh yang lebih baik. Daun teh yang dipetik adalah tiga pucuk daun teratas (peko).

Teh dapat dipetik daunnya terus-menerus setelah berumur 4-5 tahun selama 40 tahun. Cara pemetikan daun teh dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas teh yang dihasilkan.Indonesia hingga saat ini masuk dalam lima besar produsen teh dunia dan Negara Indonesia merupakan penghasil teh kelima terbesar didunia, konsumsi teh di Indonesia masih sangat rendah dibanding negara lainnya.

2.1.3 Penggolongan Jenis Teh (Sosro,2011 ; Foster 2002)

Penggolongan Jenis Teh Ditinjau dari prosesnya, secara umum teh digolongkan menjadi 4 jenis yakni :

a. Teh Hitam (black tea)

Adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling lama sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia (khususnya oleh bangsa

(16)

Inggris). Teh Hitam lebih dipercaya memberikan banyak manfaat seperti : meningkatkan konsentrasi dan mencegah kantuk.

b. Teh Oolong (oolong tea)

Disebut sebagai teh semi fermentasi. Nama oolong diambil dari sebuah nama pria Cina yakni Wu Long atau Oolong. Pria ini menemukan teh oolong secara tidak sengaja ketika daun teh yang dipetiknya ditinggalkan demi mengejar seekor kijang. Ketika kembali, teh itu telah terfermentasi. Legenda lain menyebutkan bahwa oolong dalam bahasa Cina berarti naga hitam, karena daunnya mirip naga hitam kecil yang tiba-tiba terbangun ketika diseduh.

Seperti halnya teh yang lain, Teh oolong juga mempunyai khasiat sehat yang dapat membantu kinerja pencernaan, mengobati sakit kepala. Bahkan pada penelitian modern terhadap teh oolong menunjukkan bahwa teh ini efektif mengontrol kadar kolesterol dan membantu menurunkan kadar gula.

c. Teh Putih (white tea)

Merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses fermentasi. Proses pengeringan dan penguapan juga dilakukan sangat singkat. Teh putih diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar. Disebut teh putih karena ketika dipetik kuncup daunnya masih ditutupin seperti rambut putih yang halus. Kandungan katekin pada teh putih adalah yang tertinggi untuk menangkal radikal bebas sehingga lebih ampuh dibanding teh lainnya serta berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Teh putih terkenal sebagai dewa dewinya teh karena diambil dari kuncup daun terbaik dari setiap pohonnya.

d. Teh Hijau (green tea)

Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan daun yang sedikit lebih lama dibandingkan teh putih. Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan daun yang sedikit lebih lama dibandingkan teh putih.Semua jenis teh mengandung katekin, akan tetapi saat ini teh hijau lebih populer karena kandungan katekinya lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam. Sehingga teh hijau lebih dikenal sebagai jenis teh yang dapat mencegah pertumbuhan penyakit kanker. Manfaat lain dari teh hijau adalah untuk mencegah dan menurunkan

(17)

tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), resiko terkena stroke dan menghaluskan kulit (Foster, 2002).

Jenis teh lainnya yang biasa dikenal di masyarakat adalah Teh melati (Jasmine Tea) atau disebut juga teh wangi, sangat populer di Indonesia, yaitu Teh Hijau yang dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir sehingga menimbulkan aroma melati atau wangi yang khas. Pengolahannya dilakukan melalui proses pencampuran atau blending. Menurut hasil riset, Teh Melati dapat bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol dan menyegarkan badan (Sosro, 2011).

Pengolahan teh merupakan suatu metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting untuk menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil. Alur proses pengolahan daun teh menjadi teh hitam, teh oolong, teh putih dan teh hijau dapat dilihat pada gambar 2.1.

(18)

2.1.4 Produk dan Proses Pengolahan Daun Teh (Sosro, 2011)

Selain keempat jenis teh yang telah disebutkan sebelumnya, daun teh dapat diproses dengan berbagai cara pengolahan lainnya yang menghasilkan produk teh yang juga dikenal oleh masyarakat, produk teh tersebut antara lain:

a. Gun Powder, merupakan jenis teh hijau asal Cina. Didapatkan dengan cara menguapkan daun teh dalam waktu singkat kemudian daun dikeringkan hingga melipat membentuk butiran-butiran bulat.

b. Sencha, Jenis teh yang banyak dikonsumsi di Jepang. Daun teh yang baru dipetik diuapkan sekitar 30 detik kemudian dikocok dalam udara panasdan dikeringkan hingga melipat beberapa kali membentuk jarum-jarumhijau. Rasanya sedikit lebih pahit dan warnanya kuning keemasan.

c. Gyokuro, Nama ini berarti tetesan bangsawan. Proses pengolahannya mirip dengan Sencha. Perbedaannya adalah daun tehnya yang tumbuh 90% di bawah cahaya remang-remang. Hanya daun teh yang paling lembut dan bagus yang digunakan. Warnanya hijau keemasan. Teh ini dianggap sebagai jenis teh yang paling bagus dan mahal.

d. Mattcha,termasuk jenis teh bermutu tinggi yang harganya mahal. Teh ini banyak digunakan sebagai minuman teh untuk pesta. Seperti teh gyokuro, daunnya tumbuh dibawah cahaya remang dan diproses dengan cara yang sama tetapi teh ini dihaluskan sebelum dijual. Teh jenis ini berwarna hijau tua.

e. Bancha, dianggap sebagai teh yang paling rendah. Proses pengolahannya hampir sama dengan teh Sencha, tetapi daunnya hanya dipanen pada akhir musim. Daunnya lebih tebal dan berserat, kadar kafeinnya lebih rendah dari jenis teh lainnya.

f. Hojicha, proses pengolahannya di sangria, warnanya kecoklatan dan rasanya pahit. Kadar kafein yang terkandung dalam teh jenis ini relative rendah.

g. Tea Ala Menthe, jenis minuman teh khusus yang dikenal di jazirah Arab,Berber dan Benduoin Afrika Utara. Jenis teh ini adalah teh hijau yang dicampur dengan daun mint.

(19)

h. Spiced Tea, teh hitam yang dicampur dengan rempah-rempah seperti jahe, kapulaga dan cengkeh.

2.1.5 Manfaat Teh (Sosro,2011)

Teh memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh, antara lain: a. Memperkuat Gigi & Mencegah Karies pada Gigi

Unsur flourida (F) yang cukup tinggi pada teh, dapat membantu dalam mencegah tumbuhnya karies pada gigi serta dapat memperkuat gigi.

b. Mengurangi Resiko Keracunan Makanan Unsur katekin (salah satu unsur dalam polifenol), telah terbukti bahwa unsur tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan pertumbuhan.beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan makanan (menurut penelitian dari Taiwan dan Jepang).

c. Memperkuat Daya Tahan Tubuh

Dengan adanya vitamin C dan vitamin E, maka teh dapat juga membantu memperkuat daya tahan tubuh.

d. Menyegarkan Tubuh Teh mengandung sejenis kafein yang berbeda dengan kopi, maka teh juga dapat merangsang sistem syaraf tubuh kita sehingga pengambilan oksigen ke dalam tubuh lebih lancar.

e. Mencegah Tekanan Darah Tinggi

Epigallocatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari katekin, tenyata mampu bertindak sebagai inhibitor dari pada angiotensin transferase, yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula disimpulkan bahwa dengan kemampuan katekin untuk mencegah tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal bebas, maka katekin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. f. Menangkal Kolesterol

Katekin, ternyata juga telah dibuktikan bahwa dapat mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feses. g. Mengoptimalkan Metabolisme Gula

Mangan (Mn), yang terkandung dalam teh bisa membantu penguraian gula menjadi energi. Dengan demikian teh bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah.

(20)

h. Mencegah Pertumbuhan Kanker

Kemampuan katekin (salah satu unsur dalam polifenol) dapat menghambat terjadinya mutasi pada sel -sel tubuh dan menetralisir radikal bebas.

2.2 Cara Pembuatan Makanan yang Baik (CPMB) (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 23, 1978)

Cara Produksi Makanan Yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang menjelaskan cara memproduksi makanan agar bermutu, aman, dan layak untuk dikonsumsi. Dasar pertimbangan dibuatnya Cara Produksi Makanan Yang Baik adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/MenKes/SK/1978, tertanggal 24 Januari 1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik Untuk Makanan dan Buku Pedoman Penerapan Cara Produksi Makanan Yang Baik yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman Dirjen POM Depkes RI tahun 1996.

Perkembangan teknologi saat ini mengakibatkan perubahan dalam kebiasaan makan yang mempunyai dampak dalam perkembangan teknik produksi dan distribusi makanan. Tujuan penerapan CPMB antara lain untuk melindungi keselamatan dan kesehatan terhadap produksi dan peredaran makanan yang tidak memenuhi syarat dan sebagai penuntun bagi produsen makanan dan minuman untuk meningkatkan mutu hasil produksinya. Aspek-aspek CPMB meliputi lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk akhir, laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label, penyimpanan, pemeliharaan, dokumentasi dan pencatatan, penarikan produk serta pelatihan dan pembinaan.

2.2.1 Lokasi

Lokasi pabrik harus berada di tempat yang bebas dari pencemaran. Lokasi yang dapat menimbulkan pencemaran antara lain : daerah persawahan atau rawa, daerah pembuangan kotoran dan sampah, daerah kering dan berdebu, daerah berpenduduk padat, daerah kotor, dan daerah penumpukan barang bekas, perusahaan lain, tempat tinggal atau fasilitas lain yang bersamaan letak dan atau penggunaannya dengan bangunan, pekarangan yang tidak terpelihara, timbunan barang yang tidak teratur, tempat penimbunan sampah, tempat bersembunyi atau

(21)

berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan atau binatang lain, dan tempat yang memiliki saluran pembuangan air yang buruk sehingga terdapat genangan air.

2.2.2 Bangunan

Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis makanan dan minuman yang diproduksi, sehingga memudahkan pembersihan, sanitasi, dan pemeliharaan. Bangunan unit produksi harus terdiri atas ruangan pokok dan ruangan pelengkap yang letaknya terpisah untuk menghindari pencemaran terhadap makanan atau minuman yang diproduksi. Ruangan pokok harus memiliki luas yang sesuai dengan jenis dan kapasitas produksi, jenis dan ukuran alat produksi, dan jumlah karyawan yang bekerja. Selain itu, ruangan pokok harus mempunyai susunan bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi. Ruangan pelengkap harus memiliki luas sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja dan harus mempunyai susunan bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi.

Lantai untuk ruangan pokok harus rapat air, tahan terhadap air, garam, asam, atau basa, dan bahan kimia tertentu, memiliki permukaan yang rata dan halus, serta pertemuan antara lantai dengan dinding tidak boleh membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat dengan air. Ruangan pengolahan yang memerlukan pembilasan air, hendaknya mempunyai kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan dan mempunyai saluran tempat air mengalir atau lubang pembuangan. Lantai ruangan pelengkap harus rapat air, tahan terhadap air, dan memiliki permukaan yang rata dan halus. Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet harus mempunyai kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan.

Dinding ruangan pokok harus memenuhi syarat yaitu tidak membentuk sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah mendatar dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai. Pada permukaan bagian dalam dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, mudah dibersihkan dan sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat air, tahan terhadap air, garam, basa atau bahan kimia lainnya. Selain itu,

(22)

pertemuan antara dinding dengan dinding dan antara dinding dengan lantai tidak boleh membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat air.

Dinding ruangan pelengkap harus memenuhi syarat yaitu tidak membentuk sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah mendatar dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai harus rapat air. Pada permukaan bagian dalam dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, dan mudah dibersihkan. Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet selain harus memenuhi syarat untuk dinding ruangan pelengkap, sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat air.

Atap pada ruangan pokok harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit pada ruangan pokok harus dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan tidak retak, tahan lama dan mudah dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m, memiliki permukaan dalam yang rata, berwarna terang, dan tidak mudah mengelupas. Untuk tempat pengolahan yang menimbulkan atau menggunakan uap air harus rapat air. Atap pada ruangan pelengkap harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit pada ruangan pelengkap harus dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan tidak retak, tahan lama dan mudah dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m, memiliki permukaan dalam yang rata dan berwarna terang.

Ruangan pokok harus memiliki pintu yang terbuat dari bahan yang tahan lama, memiliki permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, dapat ditutup dengan baik, serta membuka keluar. Pintu ruangan pelengkap harus terbuat dari bahan yang tahan lama, memiliki permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, serta dapat ditutup dengan baik. Jendela yang digunakan harus memenuhi syarat terbuat dari bahan yang tahan lama, permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, sekurang-kurangnya setinggi 1 m dari lantai, dan memiliki luas yang sesuai dengan besarnya bangunan. Permukaan kerja dalam ruangan pokok dan ruangan pelengkap harus memiliki penerangan yang sesuai dengan keperluan dan

(23)

persyaratan kesehatan. Ventilasi dan pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan pelengkap, baik secara alami maupun buatan, harus memenuhi syarat, yaitu:

a. Cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau, debu, dan panas yang dapat merugikan kesehatan. b. Dapat mengatur suhu yang diperlukan.

c. Tidak boleh mencemari hasil produksi melalui udara yang dialirkan. d. Lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah

masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran ke dalam ruangan serta mudah dibersihkan.

2.2.3 Fasilitas Sanitasi

Bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air yang pada pokoknya terdiri dari sumber air, perpipaan pembawa, tempat persediaan air, dan perpipaan pembagi. Sarana penyediaan air harus dapat menyediakan air yang cukup bersih sesuai dengan kebutuhan produksi pada khususnya dan kebutuhan perusahaan pada umumnya. Pemasangan dan bahan sarana penyediaan air harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang pada pokoknya terdiri dari saluran dan tempat pembuangan sampah, tempat buangan padat, sarana pengolahan buangan, dan sarana pembuangan buangan yang terolah. Sarana pembuangan harus dapat mengolah dan membuang buangan padat, cair, dan gas yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pemasangan dan bahan sarana pembuangan harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Persyaratan untuk sarana toilet antara lain:

a. Memiliki letak yang tidak terbuka langsung ke ruang proses pengolahan b. Dilengkapi dengan bak cuci tangan

c. Diberi tanda pemberitahuan bahwa setiap karyawan harus mencuci tangan dengan sabun atau deterjen sesudah menggunakan toilet serta disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan

(24)

a. Ditempatkan pada lokasi yang diperlukan

b. Dilengkapi dengan air mengalir yang tidak boleh dipakai berulang kali dengan sabun atau deterjen, handuk untuk mengeringkan tangan dan tempat sampah yang bertutup

c. Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan

2.2.4 Alat Produksi

Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi makanan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene, serta memenuhi syarat lain yaitu sesuai dengan jenis produksi, permukaan yang berhubungan dengan makanan atau minuman harus halus, tidak berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan tidak berkarat, tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, serta alatnya mudah dibersihkan. 2.2.5 Bahan

Bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi makanan dan minuman tidak boleh merugikan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi. Bahan tambahan yang persyaratannya belum ditetapkan oleh menteri hanya boleh digunakan dengan izin khusus menteri.

2.2.6 Proses Pengolahan

Setiap jenis produk harus ada formula dasar yang menyebutkan antara lain:

a. Jenis bahan yang digunakan (bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong) serta persyaratan mutunya.

b. Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan. c. Tahap-tahap proses pengolahan.

d. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan. e. Jumlah hasil yang diperoleh untuk satu kali pengolahan.

(25)

g. Cara pemeriksaan bahan, produk antara dan produk akhir.

Untuk setiap satuan pengolahan harus ada instruksi tertulis dalam bentuk protokol pembuatan yang menyebutkan antara lain: nama makanan, tanggal pembuatan dan nomor kode, jenis dan jumlah bahan yang digunakan, tahap-tahap pengolahan dan hal-hal yang harus diperhatikan selama proses pengolahan, jumlah hasil pengolahan dan hal lain yang dianggap perlu.

2.2.7 Produk Akhir

Produk akhir tidak boleh merugikan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum diedarkan harus dilakukan pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi. Produk akhir yang persyaratannya belum ditetapkan oleh menteri, persyaratannya ditentukan sendiri oleh pabrik yang bersangkutan tetapi tetap mengacu pada peraturan menteri kesehatan.

2.2.8 Laboratorium

Perusahaan yang memproduksi jenis makanan atau minuman tertentu yang ditetapkan oleh menteri harus memiliki laboratorium untuk melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan, serta produk akhir. Pemeriksaan yang dilakukan harus ada protokol yang menyebutkan nama makanan, tanggal pembuatan, tanggal pengambilan contoh, jumlah contoh yang diambil, kode produksi, jenis pemeriksaan yang dilakukan, kesimpulan pemeriksaan, nama pemeriksa, dan hal lain yang dianggap perlu.

2.2.9 Karyawan

Karyawan yang bekerja di perusahaan harus memenuhi syarat antara lain: memiliki kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan pekerjaannya; bebas dari luka, penyakit kulit, atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran terhadap hasil produksi; diteliti dan diawasi kesehatannya secara berkala; mengenakan pakaian kerja, termasuk sarung tangan, tutup kepala, dan sepatu yang sesuai; mencuci tangan di bak cuci tangan sebelum melakukan pekerjaan; menahan diri untuk tidak makan, minum, merokok, meludah atau melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap produk makanan dan

(26)

minuman, serta tidak merugikan karyawan lain. Perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman harus menunjuk dan menetapkan penanggung jawab untuk bidang produksi dan pengawasan mutu yang memiliki kualifikasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, serta diharapkan penanggung jawab bidang produksi tidak merangkap sebagai penanggung jawab pengawasan mutu.

2.2.10 Wadah dan Pembungkus

Wadah dan pembungkus yang digunakan untuk makanan dan minuman harus memenuhi persyaratan antara lain; dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar; tidak berpengaruh terhadap isi; dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan; menjamin keutuhan dan keaslian isinya; tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan, dan peredaran; tidak boleh merugikan atau membahayakan konsumen. Sebelum digunakan, wadah harus dibersihkan dan dilakukan sanitasi, serta steril bagi jenis produk yang diisi secara aseptik.

2.2.11 Label

Label makanan harus memenuhi ketentuan yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan tentang Label dan Periklanan Makanan, yang dibuat dengan ukuran, kombinasi warna, dan atau bentuk yang berbeda untuk jenis makanan, agar mudah dibedakan.

2.2.12 Penyimpanan

Bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan produk akhir harus disimpan terpisah dalam masing-masing ruangan yang bersih, bebas serangga, binatang pengerat, dan atau binatang lain, cukup penerangan, memiliki peredaran udara yang baik, dan pada suhu yang sesuai. Selain itu, bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan produk akhir harus ditandai dan ditempatkan sedemikian rupa, serta disimpan dengan sistem kartu. Bahan berbahaya seperti insektisida, rodentisida, desinfektan, dan bahan yang mudah meledak harus disimpan dalam ruangan tersendiri dan diawasi sedemikian rupa, sehingga tidak

(27)

membahayakan atau mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan produk akhir.

Wadah dan pembungkus yang akan digunakan harus disimpan secara rapi di tempat yang bersih dan terlindung dari pencemaran. Label harus disimpan dengan baik dan diatur sedemikian rupa untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan. Alat dan perlengkapan produksi, yang telah dibersihkan dan dilakukan sanitasi, yang belum digunakan harus disimpan sedemikian rupa agar terlindung dari debu atau pencemaran lain.

2.2.13 Pemeliharaan

Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan disanitasi secara berkala, agar selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik. Pihak pabrik harus melakukan usaha pencegahan masuknya serangga, binatang pengerat, unggas, dan binatang lain ke dalam bangunan. Pembasmian jasad renik, serangga, dan binatang pengerat dengan menggunakan desinfektan, insektisida, atau rodentisida harus dilakukan dengan hati-hati, agar tidak mengganggu kesehatan manusia dan tidak mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan produk akhir.

Buangan padat harus dikumpulkan untuk dikubur, dibakar, atau diolah, sehingga aman bagi lingkungan. Buangan air harus diolah dahulu sebelum dialirkan keluar pabrik, sedangkan buangan gas harus diatur atau diolah sedemikian rupa supaya aman bagi lingkungan dan tidak mengganggu kesehatan karyawan. Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi makanan yang berhubungan langsung dengan makanan, harus dibersihkan dan disanitasi secara teratur supaya tidak mencemari produk akhir, sedangkan alat dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi makanan yang tidak berhubungan langsung dengan makanan harus selalu dalam keadaan bersih. Alat pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit produksi harus dalam keadaan bersih dan tidak boleh merusak barang yang diangkut atau dipindahkan, baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong yang digunakan maupun produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus

(28)

bersih, dapat melindungi produk, baik fisik maupun mutunya, sampai ke tempat tujuan.

2.2.14 Dokumentasi dan Pencatatan

Dokumentasi dan pencatatan yang baik bermanfaat bagi perusahaan dalam meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk, mencegah produk melampaui batas kadaluarsa, dan meningkatkan kredibilitas dan keefektifan sistem pengawasan makanan. Perusahaan harus mempunyai dokumentasi dan pencatatan yang lengkap mengenai hasil produksinya sebagai penelusur suatu produk. Catatan yang diperlukan mencakup tetapi tidak terbatas pada cara produksi atau tahap-tahap proses pengolahan, jumlah dan tanggal produksi dan distribusi produk yang meliputi tujuan, jumlah dan lain-lain. Catatan yang lengkap dan teliti sebaiknya disimpan selama suatu periode tertentu yang melebihi masa simpan produk.

2.2.15 Penarikan Produk

Penarikan produk adalah tindakan menghentikan produk dari peredaran dan hal ini dilakukan bila produk diduga menyebabkan timbulnya penyakit atau keracunan makanan. Tujuan dari penarikan produk adalah mencegah timbulnya korban yang lebih banyak karena mengkonsumsi produk yang membahayakan kesehatan.

Produk yang diduga menimbulkan masalah penyakit atau keracunan makanan, harus dilakukan tindakan tertentu yaitu manajer atau kepala produksi harus sudah menyiapkan prosedur penarikan produk dari pasaran, produk lain yang dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk penyebab keracunan seharusnya juga ditarik dari pasaran, masyarakat diberi peringatan tentang kemungkinan beredarnya produk berbahaya tersebut, produk yang ditarik tetap diawasi sampai saat dihancurkan atau digunakan untuk keperluan lain, tetapi bukan untuk makanan manusia, dan produk yang terbukti berbahaya atau beracun tidak boleh diproses kembali.

(29)

Pelatihan dan pembinaan terhadap karyawan pengolah makanan dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada karyawan, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan makanan tentang prinsip-prinsip dan praktek pengolahan makanan sehingga mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dan meningkatkan kesadaran karyawan mengenai cara produksi makanan yang baik dan peranannya dalam melindungi makanan terhadap pencemaran dan penurunan mutu sebelum melaksanakan tugasnya masing-masing.

Program pelatihan yang diberikan sebaiknya dimulai dari prinsip dasar sampai pada praktek produksi yang baik, meliputi:

a. Pelatihan dasar tentang higiene pribadi dan higiene makanan kepada petugas pengolahan makanan.

b. Prinsip dasar faktor-faktor yang menyebabkan penurunan mutu dan kerusakan, termasuk faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme patogen dan pembusuk dan prinsip dasar faktor-faktor yang dapat mengakibatkan penyakit dan keracunan melalui makanan. c. Cara produksi makanan yang baik termasuk penanganan, pengolahan,

penyimpanan, pengemasan, transportasi, serta pentingnya pengetahuan mengenai masa simpan makanan.

d. Petugas yang menangani bahan pembersih kimiawi yang keras atau bahan kimia berbahaya lainnya diberi petunjuk mengenai teknik penanganan yang aman dan prinsip-prinsip dasar pembersihan dan sanitasi peralatan dan fasilitas lainnya. (Departemen Kesehatan RI, 1978).

2.3 Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis

Critical Control Point /HACCP) (Badan Standarisasi Nasional, 1998)

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis mengandung dua pengertian yaitu; Analisa bahaya yaitu proses pengumpulan dan penilaian informasi mengenai keadaan bahaya sampai dapat terjadinya bahaya untuk menentukan yang mana berdampak nyata terhadap keamanan pangan; dan pengendalian titik kritis yaitu suatu langkah dimana pengendalian dapat dilakukan

(30)

dan mutlak diterapkan untuk mencegah atau meniadakan bahaya keamanan pangan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. HACCP dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang dirancang untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata atau spesifik bagi keamanan pangan.

Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip yaitu melaksanakan analisa bahaya, menentukan Titik Kendali Kritis (TKK), menetapkan batas kritis, menetapkan sistem untuk memantau pengendalian TKK, menetapkan tindakan perbaikan untuk dilakukan jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa suatu titik kendali kritis tertentu tidak dalam kendali, menetapkan prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif dan menetapkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan catatan yang sesuai dengan prinsip prinsip sistem HACCP dan penerapannya.

Penerapan prinsip-prinsip HACCP terdiri dari tahap-tahap dan tugas-tugas tertentu, yaitu: pembentukan tim HACCP, deskripsi produk, penyusunan bagan alir, konfirmasi bagan alir di lapangan, identifikasi rencana penggunaan, pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan analisa bahaya, penentuan tindakan pengendalian, penentuan titik kendali kritis (TKK), penentuan batas kritis untuk setiap TKK, penyusunan sistem pemantauan untuk setiap TKK, penetapan tindakan perbaikan untuk setiap penyimpangan yang terjadi, penetapan prosedur verifikasi, dan penetapan dokumentasi dan pencatatan.

2.3.1 Pembentukan Tim HACCP

Kegiatan operasi pangan harus menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian spesifik tentang produk tertentu tersedia atau dimiliki untuk pengembangan rencana HACCP yang efektif. Hal tersebut dapat dicapai secara optimal dengan pembentukan sebuah tim dari berbagai disiplin ilmu. Apabila tidak tersedia pengetahuan dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu diperlukan konsultan dari pihak luar. Ruang lingkup dari program HACCP harus diidentifikasi dan menggambarkan segmen-segmen mana saja dari rantai pengolahan pangan yang terlibat dan tingkatan bahaya yang ada.

(31)

Penjelasan lengkap dari produk harus dibuat termasuk informasi mengenai komposisi, struktur dan sifat fisika – kimia, perlakuan-perlakuan tertentu seperti pemanasan, pembekuan, penggaraman, pengasapan, pengemasan, kondisi penyimpanan dan daya tahan serta metode pendistribusiannya.

2.3.3 Identifikasi Rencana Penggunaan

Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaan-kegunaan yang diharapkan dari produk oleh pengguna produk atau konsumen. Dalam hal-hal tertentu, kelompok-kelompok populasi yang rentan, seperti yang menerima pangan dari institusi, mungkin perlu dipertimbangkan.

2.3.4 Penyusunan Bagan Alir

Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir harus memuat segala tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP diterapkan pada suatu operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan tahapan sebelum dan sesudah proses tersebut.

2.3.5 Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan

Tim HACCP sebagai penyusun bagan alir harus mengonfirmasikan operasional produksi dengan semua tahapan dan jam operasi dan bila perlu mengadakan perubahan bagan.

2.3.6 Pencatatan Semua Bahaya Potensial yang Berkaitan dengan Setiap Tahapan

Tim HACCP harus membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat pada tiap tahapan dari produksi utama, pengolahan, manufaktur, dan distribusi hingga sampai ke konsumen saat dikonsumsi. Tim HACCP harus mengadakan analisis bahaya untuk mengidentifikasi program HACCP, dimana bahaya yang terdapat secara alami harus ditiadakan atau dikurangi hingga batas-batas yang dapat diterima, sehingga produksi pangan tersebut dinyatakan aman.

Dalam menganalisis bahaya, sebaiknya mencakup tapi tidak terbatas pada hal-hal antara lain : kemungkinan timbulnya bahaya dan pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan; evaluasi secara kualitatif dan/atau kuantitatif dari

(32)

keberadaan bahaya; perkembangbiakan dan daya tahan hidup mikroorganisme tertentu; produksi terus-menerus toksin-toksin pangan, unsur-unsur fisika dan kimia; dan kondisi-kondisi yang memicu keadaaan tersebut.

Tim HACCP harus mempertimbangkan tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk setiap bahaya. Tindakan pengendalian dipersyaratkan untuk mengendalikan bahaya-bahaya tertentu dan lebih jauh lagi, satu bahaya dikendalikan oleh tindakan pengawasan tertentu.

2.3.7 Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)

Untuk mengendalikan bahaya yang sama dapat terdapat lebih dari satu TKK pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan TKK pada sistem HACCP dapat dibantu dengan menjawab pertanyaan menggunakan diagram analisa bahaya produk. Penerapan dari diagram tersebut harus fleksibel, tergantung apakah kegiatan tersebut produksi, pengolahan, penyimpanan, distribusi atau lainnya. Diagram keputusan ini mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap TKK. Pendekatan lain dapat digunakan bila contoh pertanyaan pada diagram keputusan tersebut tidak dapat diterapkan pada setiap situasi. Jika bahaya telah teridentifikasi pada suatu tahap dimana pengendalian penting untuk keamanan dan tanpa tindakan pengendalian pada tahap tersebut atau langkah lainnya maka produk atau proses harus dimodifikasi pada tahap tersebut atau pada tahap sebelum atau sesudahnya untuk memasukkan suatu tindakan pengendalian.

2.3.8 Penentuan Batas-Batas Kritis Pada Tiap TKK

Batas-batas kritis harus ditetapkan secara spesifik dan apabila mungkin divalidasi untuk setiap TKK. Dalam beberapa kasus, lebih dari satu batas kritis diuraikan pada suatu tahap khusus. Kriteria yang sering digunakan mencakup pengukuran-pengukuran terhadap suhu, waktu, tingkat kelembaban, pH, keberadan klorin, dan parameter-parameter sensorik seperti penampakan visual dan tekstur.

2.3.9 Penyusunan Sistem Pemantauan Untuk Setiap TKK

Pemantauan merupakan pengukuran atau pengamatan terjadwal dari TKK yang dibandingkan terhadap batas kritisnya. Prosedur pemantauan harus dapat

(33)

menemukan kehilangan kendali pada TKK dan memberikan informasi yang tepat waktu untuk mengadakan penyesuaian untuk memastikan pengendalian proses untuk mencegah pelanggaran dari batas kritis. Penyesuaian proses dapat dilakukan pada saat hasil pemantauan menunjukkan kecenderungan ke arah kehilangan kendali pada suatu TKK dan sebaiknya dilakukan sebelum terjadi penyimpangan.

Data yang diperoleh dari pemantauan harus dinilai oleh petugas yang diberi wewenang dan memiliki pengetahuan untuk melaksanakan tindakan perbaikan yang diperlukan. Apabila pemantauan tidak dilakukan secara berkesinambungan, maka jumlah atau frekuensi pemantauan harus cukup untuk menjamin agar TKK terkendali. Semua catatan dan dokumen yang terkait dengan kegiatan pemantauan TKK harus ditandatangani oleh petugas yang melakukan pengamatan dan petugas dalam perusahaan yang bertanggung jawab untuk melakukan peninjauan ulang.

2.3.10 Penetapan Tindakan Perbaikan

Tindakan perbaikan yang spesifik harus dikembangkan untuk setiap TKK dan sistem HACCP agar dapat menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakan tindakan yang dilakukan harus memastikan bahwa TKK telah berada di bawah kendali dan mencakup disposisi yang tepat dari produk yang dipengaruhi. Penyimpangan dan prosedur disposisi produk harus didokumentasikan dalam catatan HACCP.

2.3.11 Penetapan Prosedur Verifikasi

Metode audit dan verifikasi, prosedur dan pengujian termasuk pengambilan contoh secara acak dan analisa dapat dipergunakan untuk menentukan apakah sistem HACCP bekerja dengan baik dan benar. Frekuensi verifikasi harus cukup untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif. Kegiatan verifikasi dapat mencakup antara lain peninjauan kembali sistem HACCP dan catatannya, peninjauan kembali penyimpangan dan disposisiproduk, mengkonfirmasi apakah TKK dalam kendali dan lain-lain. Kegiatan validasi harus mencakup tindakan untuk mengkonfirmasi keefektifan semua elemen-elemen rencana HACCP.

(34)

2.3.12 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan

Pencatatan dan pembuktian yang efisien dan akurat sangat penting dalam penerapan sistem HACCP. Prosedur harus didokumentasikan dan dokumentasi serta pencatatan harus cukup memadai sesuai sifat dan besarnya kegiatan operasi. Hal-hal yang dapat didokumentasikan dan dicatat antara lain : analisa bahaya, penentuan TKK, penentuan batas kritis, kegiatan pemantauan TKK, penyimpangan dan tindakan perbaikan yang terkait, perubahan pada sistem HACCP dan lain-lain.

Pelatihan karyawan pada industri, pemerintah dan perguruan tinggi tentang prinsip dan penerapan HACCP serta peningkatan kesadaran konsumen merupakan unsur penting dalam penerapan HACCP yang efektif. Untuk membantu mengembangkan bahan pelatihan tertentu yang mendukung rencana HACCP dapat dikembangkan instruksi kerja dan prosedur yang menentukan tugas karyawan pelaksana yang ditempatkan pada setiap titik kendali kritis.

2.4 Syarat-Syarat Penetapan Kualitas Air (Departemen Kesehatan RI, 1990)

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan pengawasan kualitas air secara intensif dan terus menerus. Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar terhindar dari gangguan kesehatan. Syarat-syarat kualitas air yang berhubungan dengan kesehatan yang telah ada perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan upaya kesehatan serta kebutuhan masyarakat dewasa ini. Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka perlu ditetapkan kembali syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dengan Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Syarat-syarat kualitas air minum harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta

(35)

meningkatkan kualitas air. Syarat-syarat air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1.

2.5 Standar Baku Air Minum (Departemen Kesehatan RI, 1990)

Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan Standar Internasional yang dikeluarkan oleh WHO.

Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha mengoolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi tersebut, dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga.

2.5.1 Persyaratan Air Minum

Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan mikrobiologi.

2.5.1.1 Persyaratan fisik

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut:

a. Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

b. Temperaturnya normal

Air yang baik harus memeliki temperatur sama dengan temperatur udara (20- 26OC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya, fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.

(36)

c. Rasanya tawar

Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

d. Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.

e. Jernih atau tidak keruh

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.

f. Tidak mengandung zat padatan

Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan walaupun jernih,air yang mengandung padatan yang terapung tidak baik digunakan sebagai airminum. Apabila air didihkan, zat padat tersebut dapat larut sehingga menurunkan kualitas air minum.

2.5.1.2 Persyaratan kimia

Kualitas air minum tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut:

a. pH netral

Derajat keasaman air minum harus netral ,tidak bersifat asam merupakan bahasa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air alamyang terasa asam adalah air gambut.Segala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7, berarti air bersifat asam. Bila di atas 7, berarti basa (rasanya pahit).

b. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida sulfida dan fenolik.

(37)

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, D, dan Cr.

d. Kesadahan rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg.

e. Tidak mengandung bahan organik

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan inorganik itu seperti NH4, H2S, SO42- dan NO3.

2.5.1.3 Persyaratan mikrobiologis

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:

a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water).

b. Tidak mengandung bakteri non patogen, seperti actinomycetes, phyloplankton coliform, dadocera.

(38)

BAB 3

TINJAUAN UMUM PT. SINAR SOSRO

3.1 Sejarah Perusahaan

PT. Sinar Sosro merupakan anak perusahaan dari Rekso Group yang dirintis oleh keluarga Sosrodjojo dengan usaha di bidang minuman teh siap minum. Merek Sosro berasal dari singkatan nama keluarga tersebut. Keluarga Sosrodjojo antara lain Soemarsono Sosrodjojo (alm), Surjanto Sosrodjojo, Soegiharto Sosrodjojo dan Soetjipto Sosrodjojo (alm) memulai usaha teh wangi melati pada tahun 1940 di Slawi, Jawa Tengah. Teh wangi melati yang diperkenalkan pertama kali bermerek Cap Botol (PT. Sinar Sosro, 2005).

Sejak generasi pertama keluarga Sosro memiliki satu filosofi mulia dan selalu diterapkan pada setiap aktivitas bisnisnya. Filosofi tersebut adalah “Niat Baik”. “Niat Baik” ini dijabarkan kepada produk-produk yang dihasilkan bahwa produk Sosro tidak membahayakan kesehatan, dengan tidak menggunakan pengawet, pemanis buatan dan pewarna. “Niat baik” ini juga diterapkan pada proses produksi Sosro sehingga proses produksi yang dilakukan aman bagi lingkungan (PT. Sinar Sosro, 2005).

Pada tahun 1965, teh wangi melati merek Cap Botol mulai di perkenalkan di Jakarta. Pada saat itu, teknik promosi teh wangi melati merek Cap Botol di Jakarta di namakan strategi promosi “Cicip Rasa”. Secara rutin beberapa staf yang dikoordinir oleh Bapak Soetjipto Sosrodjojo mendatangi tempat-tempat keramaian dengan menggunakan mobil dan alat-alat propaganda seperti memutar lagu-lagu untuk menarik perhatian dan mengumpulkan penonton. Teknik merebus teh langsung di tempat keramaian itu ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan kendala, penonton yang sudah berkumpul menjadi tidak sabar dan banyak yang meninggalkan arena demo sebelum sempat mencicipi seduhan teh tersebut (PT. Sinar Sosro, 2005).

Strategi promosi kemudian diubah dengan menyeduh teh terlebih dahulu di kantor dan dimasukkan ke dalam panci sebelum di bawa dengan kendaraan menuju tempat-tempat keramaian untuk dipromosikan. Teknik yang kedua ini ternyata mengalami kendala yaitu teh yang dibawa dalam panci banyak yang

(39)

tumpah saat dalam perjalanan. Kemudian dicari cara lain, yaitu air teh yang telah diseduh di kantor dimasukkan ke dalam botol-botol bekas limun/kecap yang telah dibersihkan dan dibawa ke tempat kegiatan promosi “Cicip rasa” dan hasilnya berjalan baik dan terus dipakai selama beberapa tahun (PT. Sinar Sosro, 2005).

Setelah beberapa tahun dilakukan tehnik promosi “Cicip Rasa”, pada generasi ke-2 mulai dirintis teh siap minum dengan pendistribusian secara nasional. Teh siap minum dalam kemasan botol dimulai pada tahun 1969 dengan merek Teh Botol Sosro menggunakan desain botol pertamanya. Model botol untuk kemasan Teh Botol Sosro mengalami tiga kali perubahan. Pertama dikeluarkan pada tahun 1970 dengan merek Teh Cap Botol Soft Drink Sosrodjojo, kedua dikeluarkan pada tahun 1972 dengan merek Teh Cap Botol dengan penulisan cap lebih kecil sehingga orang lebih membaca teh botol. Penulisan soft drink dihilangkan, dan tulisan teh botol diganti dengan warna merah putih yang menggambarkan produk asli Indonesia. Penulisan Sosrodjojo juga disingkat menjadi Sosro dalam logo bulat merah (PT. Sinar Sosro, 2005).

Pada tahun 1974 bersamaan dengan didirikannya Pabrik PT. Sinar Sosro di kawasan Ujung Menteng (sekarang Cakung) terjadi perubahan desain botol yang ke-III. Desain botolnya tidak seperti botol versi I dan II, dengan bentuk botol yang baru dan perubahan pada penulisan merek Teh Botol Sosro pada kemasannya dan digunakan sampai sekarang (PT. Sinar Sosro, 2005).

[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]

Gambar 3.1 Perubahan model botol untuk kemasan Teh Botol Sosro

Pada awalnya, proses produksi PT. Sinar Sosro dilakukan secara manual dengan kapasitas produksi sekitar 50 krat per hari. Namun usaha ini mengalami

(40)

perkembangan sehingga PT. Sinar Sosro mendatangkan peralatan mesin semi otomatis dari Jerman Barat yang kemudian diberi nama mesin lini I dengan kapasitas 6000 botol per jam (PT. Sinar Sosro, 2005).

Seiring dengan meningkatnya permintaan produk, PT. Sinar Sosro melakukan pengadaan mesin yang diberi nama mesin lini II dengan kapasitas 30.000 botol per jam. Pada tahun 1980, Grup Sosro mengembangkan usahanya dengan membangun perusahaan baru yaitu PT. Surya Sosro Kencono di Surabaya yang memproduksi teh cair manis (PT. Sinar Sosro, 2005).

Selain itu PT Sinar Sosro juga melakukan diversifikasi produk dengan memproduksi teh cair manis dalam kemasan kotak. Produksi teh cair manis dalam kemasan kotak ini dilakukan dengan menggunakan mesin tetra pak berkapasitas 4.500 pak per jam dan mulai dioperasikan tahun 1982. Mulai tahun 1987, produksi teh dalam kemasan kotak ini dilakukan oleh PT. Union Multi Pack (UMP) yang bertempat di Tambun, Bekasi. PT. Union Multi Pack juga memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan nama “Air Sosro” dan Fruit Tea (teh dengan rasa buah) dalam kemasan tetra pak. Dalam perkembangannya PT. Union Multi Pack ini kemudian berganti nama menjadi PT. Sinar Sosro Tambun, Bekasi (PT. Sinar Sosro, 2005).

Dengan produksi yang semakin meningkat, pada tahun 1982 PT. Sinar Sosro melakukan pengadaan mesin lini III dengan kapasitas 80.000 botol per jam. Mesin yang bekerja secara otomatis ini dioperasikan pada tahun 1983. Mesin lini III ini merupakan instalasi mesin terbesar yang dimiliki perusahaan. Pada tahun 1984 mesin lini I dipindahkan ke Medan karena permintaan di wilayah Medan meningkat. Mesin ini dioperasikan di bawah PT. Toba Sosro Kencono yang memproduksi teh botol dengan kapasitas produksi 35.000 botol per jam (PT. Sinar Sosro, 2005).

Pada era tahun 90-an bisnis keluarga sosro telah memasuki generasi ke -3 dengan mengembangkan usaha minuman ke berbagai variasi cita rasa, target, segmen, benefit dan kemasan. Pada tahun 2004, PT. Sinar Sosro mengeluarkan produk baru berupa minuman teh berkarbonasi yang diberi nama Tebs. Untuk itu perusahaan melakukan pengadaan mesin baru yaitu mesin lini IV untuk memproduksi Tebs. Pada tahun 2005 juga dilakukan pengadaan mesin baru

(41)

berkapasitas 6000 botol per jam untuk memproduksi Fruit Tea dalam kemasan botol pet yang diberi nama mesin lini V. Saat ini cakupan distribusi telah merambah ke kawasan internasional dan menempati kantor usaha di wilayah cakung (PT. Sinar Sosro, 2005).

3.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu

3.2.1 Visi

Menjadi perusahaan minuman kelas dunia yang dapat memenuhi kebetuhan konsumen, kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah untuk semua pihak yang terkait.

3.2.2 Misi

Perusahaan ini memiliki misi yang merupakan tugas mulia, yaitu:

a. Membangun merek sebagai merek teh yang alami, berkualitas, dan unggul. b. Melahirkan merek dan produk baru, baik yang berbasis teh, maupun non

teh dan menjadikannya pemimpin pasar dalam kategori masing masing. c. Membangun dan memimpin jaringan distribusi nasional dan membangun

jaringan distribusi internasional.

d. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang, baik dalam volume penjualan maupun jumlah pelanggan.

e. Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai utama perusahaan.

f. Memberikan kepuasan terhadap konsumen dan para pelanggan. g. Memberikan kontribusi terhadap devisa negara.

3.2.3 Kebijakan mutu

a. Memproduksi minuman teh yang alami berkualitas dan unggul sesuai kebutuhan dan keinginan pelanggan.

b. Pimpinan dan seluruh karyawan PT. Sinar Sosro secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 melalui pengendalian mutu terpadu di semua lini perusahaan sesuai standar yang ditetapkan.

(42)

Dalam pengembangan bisnisnya, PT. Sinar Sosro telah mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru nusantara, melalui lebih dari 150 kantor cabang penjualan, serta beberapa Kantor Penjualan Wilayah (KPW). Selain itu, produk PT. Sinar Sosro sudah merambah pasar internasional dengan upaya mengekspor produk-produk dalam kemasan kotak dan kaleng ke beberapa Negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, sebagian Timur Tengah, Afrika, Australia, dan Amerika (PT Sinar Sosro, 2005).

[Sumber: PT. Sinar Sosro, 2005]

Gambar 3.2 Peta distribusi nasional PT. Sinar Sosro

Sampai dengan Tahun 2008, untuk menjangkau konsumennya, PT. Sinar Sosro telah memiliki 10 kantor pabrik (KPB) yang tersebar di beberapa wilayah Nusantara yakni Cakung, Tambun, Pandeglang, Cibitung, Ungaran, Gresik, Bali, Deli Serdang, Mojokerto, Palembang. PT. Sinar Sosro juga memiliki 12 kantor penjualan wilayah (KPW) yang berada di Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, Banten, Jawa Barat Utara, Jawa Barat Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, Sumatera Utara- NAD, Sumatera Barat-Kepulauan Riau, dan Sumatera bagian selatan-Bangka Belitung (PT. Sinar Sosro, 2005).

(43)

1) Sertifikat ISO 9001:2000

Yaitu sertifikat sistem manajemen mutu untuk menjamin kualitas pengolahan dan hasil produksi (PT. Sinar Sosro, 2005).

2) Sertifikat ISO 14.000

Yaitu sertifikat sistem manajemen lingkungan untuk menjamin keamanan lingkungan (PT. Sinar Sosro, 2005).

3) Sertifikat halal

Yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika MUI) bekerja sama dengan Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan untuk menjamin kehalalan bahan baku, proses, dan produknya (PT. Sinar Sosro, 2005).

4) Sertifikat SNI (Standar Nasional Indonesia)

Dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk Kementerian Perindustrian (PT. Sinar Sosro, 2005).

5) Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)

Yaitu sertifikat manajemen keamanan makanan untuk menjamin produk

yang aman bagi konsumen (PT. Sinar Sosro, 2005).

6) Sertifikat Higiene and Sanitary

Sebagai salah satu persyaratan untuk ekspor yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (PT. Sinar Sosro, 2005).

3.5 Produk PT. Sinar Sosro

Saat ini PT. Sinar Sosro telah menghasilkan beberapa produk minuman teh yaitu Teh Botol Sosro, S-tee, minuman teh aneka rasa buah Fruit Tea, minuman teh berkarbonasi Tebs, dan minuman teh hijau untuk kesehatan Joy Tea. Selain produk minuman teh, PT Sinar Sosro juga menghasilkan produk jus buah dengan merek Happy Jus dan Country Choice. (PT. Sinar Sosro, 2005).

Teh Botol Sosro menggunakan bahan baku air, gula industri dan teh hijau yang dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir (dikenal dengan teh wangi). Fruit Tea menggunakan bahan baku air, gula industri, teh hitam dan konsentrat sari buah asli. Joy Tea menggunakan bahan baku air, gula industri dan teh hijau (PT. Sinar Sosro, 2005).

Gambar

Diagram  keputusan  ini  mungkin  tidak  dapat  diterapkan  pada  setiap  TKK.
Gambar 3.1 Perubahan model botol untuk kemasan Teh Botol Sosro  Pada  awalnya,  proses  produksi  PT
Gambar 3.2 Peta distribusi nasional PT. Sinar Sosro
Gambar 3.3 Teh Botol Sosro
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Emanuel Kristijadi (Pak Didik), dosen wali saya, terima kasih atas semua saran yang bapak berikan ketika saya kuliah serta segenap dosen yang sudah

Keputusan tersebut dibuat melalui suatu proses pembahasan yang dilakukan bersama pemerintah negara penerima bantuan dengan melakukan survei lapangan untuk memastikan ruang

Peserta didik yang mendaftar pada sekolah SMP/MTs dalam Kabupaten yang bukan rayonisasinya wajib melampirkan surat keterangan pindah rayon yang dikeluarkan oleh

Berdasarkan hasil respon peserta didik dan penelitian terdahulu, dapat disimpulan bahwasanya E- Modul pembelajaran KD 3.3 Menerapkan Pembuatan Website sangat layak

Dalam hal pembelian Unit Penyertaan SUCORINVEST USD BALANCED FUND dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan secara berkala sesuai dengan ketentuan butir 13.4

Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.. Seluruh Staff Tata Usaha Jurusan

Karakteristik responden petani padi sawah di Desa Bungaejaya Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa yang menerapkan sistem tanam jajar legowo dalam penelitian ini meliputi tentang

Pengumpulan data sekunder diperoleh secara tidak langsung dimana data dapat diperoleh dari orang lain, yang meliputi gambaran umum daerah atau lokasi penelitian, data