• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Seminar tugas akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Seminar tugas akhir"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Materi Seminar tugas akhir

ANALISIS PENGARUH PEMBEBANAN TRANSFORMATOR TERHADAP

KANDUNGAN GAS TERLARUT MINYAK ISOLASI

Agung Ekosurya Harsono[1], Ir. Tejo Sukmadi[2], Karnoto ST.MT[3]

ABSTRAK

Minyak transformator merupakan salah satu komponen penting dalam suatu transformator, karena fungsinya selain sebagai isolator yang memberikan fungsi isolasi antar belitan dalam transformator, juga sebagai media pendingin untuk menyerap panas dari inti transformator dan belitan transformator. Kandungan gas yang terlarut dalam minyak transformator secara tidak langsung menunjukkan kondisi dari transformator itu sendiri. Oleh karena itu analisa terhadap minyak transformator atau Diissolved Gas Analys (DGA) perlu dilakukan untuk mengetahui jenis gangguan yang mungkin terjadi dalam transformator, sehingga dapat langsung dilakukan suatu tindakan dan perhatian khusus terhadap transformator sebelum kondisinya bertambah buruk.

Tugas akhir ini membahas tentang pengaruh pembebanan transformator terhadap kandungan gas terlarut pada minyak isolasi transformator. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan beberapa metoda interpretasi yaitu TDCG, Doenenburg, Rogers, dan Gas Kunci. Sampel uji yang digunakan sebagai bahan analisa adalah sampel minyak transformator pada beberapa gardu induk milik PT. PLN (Persero) P3B Region 3 Jateng dan DIY.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pembebanan pada transformator akan berdampak pada meningkatnya jumlah gas terlarut yang mudah terbakar dalam minyak transformator. Hal ini akan menjelaskan bahwa transformator tersebut talah mengalami gangguan yang dapat berupa gangguan thermal (thermal fault), partial discharge, maupun arcing.

Kata kunci : minyak transformator, pembebanan, gas terlarut, DGA,Gangguan

I. PENDAHULUAN

Transformator adalah salah satu alat yang sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik. Fungsi utama dari transformator adalah untuk mengubah level tegangan dari satu level tegangan ke level tegangan yang lain. Pada pemakaian suatu transformator tegangan tinggi diperlukan isolasi untuk mengisolasi antara bagian yang bertengangan dan bagian yang tidak bertegangan serta untuk mengisolasi bagian-bagian antara fasa yang bertegangan. Sistem isolasi yang terdiri dari minyak transformator dan isolasi kertas merupakan bagian yang perlu perneliharaan dengan baik.

Kelangsungan operasi dari transformator sangat bergantung kepada kualitas sistem isolasinya. Minyak transformator selain berfungsi sebagai isolasi dan pendingin. juga mempunyai sifat dapat melarutkan gas-gas yang timbul akibat

kerusakan sistem isolasi baik isolasi padat

(cellulose) maupun isolasi cair (minyak

transformator) selama dalam operasinya. Selama transformator beroperasi maka minyak transformator di dalamnya akan mengalami beban berupa medan listrik dan juga beban thermal yang berasal baik dari belitan maupun inti transformator. Pembebanan lebih dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan karakteristik dielektrik, fisik dan kimia minyak transformator selain itu juga menyebabkan timbulnya gas-gas terlarut yang berada dalam minyak transformator.

Tugas akhir ini disusun untuk mencari hubungan antara pembebanan transformator terhadap jumlah kandungan gas terlarut minyak isolasi dan menganalisa gas terlarut yang muncul untuk diketahui jenis gangguan yang

(2)

II. DASAR TEORI

2.1 Pengertian Transformator

Transformator merupakan peralatan yang berfungsi mengkonversi (merubah) arus atau tegangan bolak-balik dari nilai tertentu menjadi nilai yang lain. Konstruksi dasar transformator adalah suatu inti/teras besi terdiri dari dari keping-keping besi tipis yang disekat satu dengan yang lain yang dililiti oleh 2 bagian kumparan konduktor. Satu sisi kumparan bagian tegangan tinggi dan sisi lainnya adalah kumparan bagian tegangan rendah. Penggunaan transformator pada sistem penyaluran tenaga listrik dapat dibagi :

a) Trafo penaik tegangan (Step up) atau disebut trafo daya, untuk menaikkan tegangan pembangkit menjadi tegangan transmisi.

b) Trafo penurun tegangan (Step down), dapat disebut trafo distribusi, untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi.Trafo instrumen, untuk pengukuran yang terdiri dari trafo tegangan dan trafo arus, dipakai menurunkan tegangan dan arus agar dapat masuk ke meter-meter pengukuran.

2.2 Dasar Teori Transformator

Apabila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan (sumber), maka akan mengalir arus bolak balik I1 pada kumparan tersebut. Oleh

karena kumparan menpunyai inti, arus I1

menimbulkan fluks magnet yang berubah-ubah pada intinya. Akibat adanya fluks magnet yang berubah-ubah, pada kumparan primer akan timbul GGL induksi ep.

Besarnya GGL induksi pada kumparan primer adalah: dt d Np    p e

ep : GGL induksi pada kumparan primer

Np: jumlah lilitan kumparan primer

d : perubahan garis-garis gaya magnet dalam satuan Weber

dt : perubahan waktu dalam satuan detik. Fluks magnet yang menginduksikan GGL induksi ep juga dialami oleh kumparan sekunder

karena merupakan fluks bersama (mutual flux). Dengan demikian fluks tersebut menginduksikan GGL induksi es pada

kumparan sekunder.

Besarnya GGL induksi pada kumparan sekunder adalah: dt d Ns    s e

Ns : jumlah lilitan pada sisi sekunder.

2.3 Minyak Isolasi Transformator

Minyak transformator juga memberikan fungsi isolasi antara belitan-belitan dengan badan transformator dan benda-benda lain di luar transformator. Selain itu minyak transformator juga berfungsi sebagai media pendingin untuk menyerap panas dari inti

trafo dan dari belitan transformator. Suatu peralatan elektrik harus

memiliki isolasi elektrik dan juga harus memiliki isolasi thermal. Isolasi elektrik berfungsi sebagai pemisah antara bagian-bagian peralatan yang memiliki beda potensial, sedangkan isolasi thermal berfungsi menyerap panas yang terdisipasi. Minyak dianggap dapat memenuhi dua fungsi tersebut.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut minyak yang ideal harus m em i li ki beberapa keri t eri a beri kut :

1. Tegangan Tembus Minyak (Breakdown Voltage)

2. Tegangan Antar Permukaan (Interfacial Tension / IFT)

(3)

3. Kandungan air dalam minyak (Water content)

4. Angka kenetralan (Neutralization Number / NN)

5. Flash point 6. Warna

7. Kejernihan (Appearance) 8. Titik tuang (Pour point)

9. Viskositas kinematik (Kinematic viscosity) 10. Massa jenis (Density)

11. Faktor Kebocoran Dielektrik (Dielectric Dissipation Factor)

2.4 Pengaruh Pembebanan Transformator

Transformator dalam keadaan bertegangan dan belum dibebani akan timbul rugi-rugi yang dapat menimbulkan kondisi trafo tersebut panas, namun panas yang timbul kecil. Apabila transformator tersebut dibebani maka kumparan dan minyak di dalam trafo akan bertambah panas sesuai dengan kenaikan bebannya atau sebesar I2R. Panas yang timbul pada kumparan akan diteruskan secara konduksi pada minyak trafo yang berfungsi sebagai pendingin. Baik kumparan maupun minyak trafo mempunyai batas-batas operasi panas yang diijinkan. Isolasi kumparan yang terdiri dari kertas kraft mempunyai batas panas yang diijinkan sesuai dengan kelas isolasi spesifikasi trafo. Demikian juga minyak isolasi trafo mempunyai batas panas yang diijinkan. Apabila panas-panas tersebut dilampaui maka isolasi akan rusak dan secara keseluruhan transformator tersebut akan rusak. Panas tersebut harus direduksi dengan memasang sistem pendingin.

2.5 Mekanisme Pembentukan Gas Dekomposisi Minyak

Minyak isolasi mineral dibentuk dari beberapa molekul hidrokarbon yang mengandung gugus kimia CH3, CH2, dan CH yang

dihubungkan oleh ikatan molekul carbon. Pemutusan beberapa ikatan C-H dan C-C dapat

terjadi sebagai akibat gangguan elektrik dan thermal, dengan bentuk pecahan kecil yang tidak stabil, dalam bentuk radikal atau ion seperti H*, CH3*, CH2*, CH* atau C* (diantara

bentuk lain yang lebih kompleks) yang terkombinasi kembali dengan cepat melalui reaksi kompleks menjadi molekul gas seperti Hidrogen H-H methane CH3-H ethane CH3

-CH3 ethylene CH2=CH2 atau acetylene CH ≡

CH. Gas gas tersebut terbentuk larut dalam minyak, atau terakumulasi sebagai gas bebas jika pembentukannya dalam jumlah besar dan waktu yang cepat.

Dekomposisi Isolasi Kertas

Saat terjadi dekomposisi minyak akibat panas, isolasi selulosa menghasilkan CO & CO2

dan beberapa H2 dan CH4 dalam minyak.

Tingkat seberapa besar senyawa yang dibentuk tergantung suhu dan volume material pada suhu tersebut.

 Proses over heating

Bila selulosa / kertas dipanaskan dengan over heating (paling rendah 140 0C) dalam sistem tertutup sesuai dengan kondisi transformator, maka terjadi penguraian selulosa menjadi gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2)

dan H2O.

 Proses pirolisis

Bila selulosa dipanaskan sampai terurai dengan proses pirolisis dan temperatur diatas 250 0C dalam sistem tertutup, maka kan terbentuk lebih banyak karbon monoksida (CO) dari pada karbon dioksida (CO2) dengan jumlah

kira-kira CO lebih besar empat kali dari CO2.

2.6 Jenis Gangguan Yang Terjadi Pada Transformator

Pada Komponen yang ada pada transformator antara lain adalah : konduktor, bushing, dan isolasi (padat dan cair) dll. Dalam hal ini bahan yang mudah

(4)

terurai dari transformator adalah bahan organik yang berasal dari bahan isolasi padat dan isolasi cair (minyak), sedangkan bahan anorganik yang berasal dari konduktor, keramik dan logam lain relatif tidak terdekomposisi dalam kondisi operasi transformator.

penyebab utama terbentuknya gas-gas dalam kondisi transformator yang selang beroperasi adalah adanya gangguan :

Partial Discharge yang terjadi pada minyak transformator menyebabkan timbulnya gas hidrogen (H2). Sedangkan partial discharge

yang terjadi pads selulosa menyebabkan timbulnya gas hidrogen (H2), karbonmonoksida (CO).

karbondioksida (CO2).

Thermal degradation yang terjadi pada minyak transformator, pada temperatur rendah menyebabkan timbulnya gas metana (CH4) dan etana (C2H6), pada

temperatur tinggi menyebabkan timbulnya gas etilen (C2H4), hidrogen

(H2) dan sedikit gas metana (CH4) dan

etana (C2H6). Sedangkan thermal

degradation yang terjadi pada

selulosa. pada temperatur rendah menyebabkan timbulnya gas karbondioksida (CO2) dengan sedikit

karbon monoksida (CO) dan p a d a t e m p e r a t u r t i n g g i m e n y e b a b k a n t i m b u l n y a g a s karbonmonoksida (CO) dengan sedikit karbondioksida (CO2).

Arcing yang terjadi pads minyak transformator menyebabkan timbulnya gas hidrogen (H2) dan Asetilen (C2H2).

III. METODE PENELITIAN 3.1 Alat Pengujian Sampel

Alat yang digunakan selama pengujian adalah kromatograf yang berfungsi memisahkan komponen gas dan kemudian mendeteksinya. Sampel gas yang telah dipisahkan dari minyak transformator dilakukan analisis terhadap

komposisi gas baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Dasar kerja dari alat kromatografi gas adalah berdasarkan sifat penyerapan sistem kolom kromatografi gas terhadap sampel gas. Sampel gas (campuran gas) yang diinjeksikan kedalam alat, dialirkan oleh gas pembawa sehingga gas mempunyai perbedaan sifat penyerapan yang terpisah. Pemisahan gas-gas tersebut, masing-masing akan dideteksi oleh suatu detektor yang akan dikonversikan kepada sistem pencatat atau integrator. Jenis dan jumlah gas yang diinjeksikan dapat diketahui dengan jalan membandingkan atau melakukan hal yang sama terhadap gas standar yang telah diketahui komposisinya.

3.2 Metode Intepretasi Gangguan

Pada chart pembentukan gas dapat dilihat pada keadaan suhu tertentu suatu gas akan terbentuk lebih besar dari gas lainnya. Metoda ini menggunakan hubungan ini dengan melihat bahwa pada suhu tertentu maka akan terdapat komposisi dari gas yang dapat dibuat rasionya.

(5)

H2 CH4 C2H2 C2H4 >2L1 Y N Y N RATIO TEST OK? Y N GAS INPUT NORMAL PARTIAL DISCHARGE ARCING R4 >0,4 Y N R3 <3 Y N R1 <0,1 Y N R4 < 0,4 Y N R3 >0,3 Y N R2 >0,75 Y N R1 0,1-1 Y N R4 >0,4 Y N R3 <0,3 Y N R2 <0,75 Y N R1 >1 Y C2H6 CO >L1 GANGGUAN TAK TERDETEKSI LAKUKAN UJI ULANG

GANGGUAN THERMAL GANGGUAN TAK TERDETEKSI LAKUKAN UJI ULANG

GANGGUAN TAK TERDETEKSI LAKUKAN UJI ULANG

R2 < 0,1 Y N R1 0,1-1 Y N R5 < 1 Y N R5 1-3 Y N R1 >1 Y R5 1-3 Y N R5 >3 Y R2 0,1-1 Y N R1 < 0,1 Y R5 < 0,1 Y R2 1-3 Y R1 0,1-1 Y R5 >3 Y GAS INPUT CASE 0 NO FAULT CASE 3 LOW TEMPERATURE THERMAL OVERLOADING CASE 4 THERMAL <700 C CASE 5 THERMAL >700 C CASE 1 PD INFLUENCE VOLTAGE (RIV) CASE 2 HIGH ENERGY ARCING Chart diatas adalah representasi dari teori

thermal degradation principles dimana

pembentukan senyawa gas hidrokarbon dipengaruhi suhu gangguan (fault temperature).

1. Metode Total Dissolved Combustible

Gases (TDCG)

Gas yang mudah terbakar menurut IEEE adalah Karbonmonoksida (CO), Metana (CH4), Etana (C2H6), Etilen

(C2H4), Asetilen (C2H2), Hidrogen (H2).

Jumlah konsentrasi (ppm) dari masing-masing gas tersebut di atas merupakan kandungan total dissolved combustible gases (TDCG). Komposisi gas terlarut dalam minyak dapat merepresentasikan kondisi minyak itu sendiri. Standar yang digunakan dalam analisis ini adalah IEEE C57-104-1991 dan ASTM Test Method D-3612 sesuai dengan label IEEE limits berikut ini :

2. Metode Doenenburg

Dasar dari metoda ini adalah Chart pembentukan Senyawa gas di minyak terhadap suhu. Pada Suhu tertentu akibat gangguan maka akan terbentuk senyawa gas hidrokarbon dengan pola komposisi seperti pada chart. Dengan mengetahui rasio gas maka dapat ditentukan dia berada pada titik suhu mana dan gangguan apa yang terjadi dengan mengakibatkan terjadinya suhu sebesar demikian.

R1 : CH4/H2

R2 : C2H2/C2H4

R3 : C2H2/CH4

R4 : C2H6/C2H2

3. Metode Rasio Rogers

Rasio Rogers dapat diperoleh dengan membandingkan kuantitas dari berbagai gas gas kunci yang akan memberikan sebuah nilai rasio suatu gas kunci terhadap gas Lainnya. Untuk lebih jelasnya nilai dan diagnosis gangguan dengan rasio rogers dapat dilihat pada fowchart berikut ini:

(6)

4. Metode Gas Kunci

Gas gas yang dilihat pada metoda ini adalah gas gas yang terbentuk dari proses penurunan kualitas minyak & kertas selulosa yaitu H2,

CH4, C2H2, C2H4, C2H6, CO

Thermal – Oil

Hasil pemburukan termasuk ethylene dan methane, ditambah dengan kecilnya kehadiran hydrogen dan methane. Gas Kunci : Ethylene

Thermal – Celullose

Jumlah besar dari senyawa CO dan CO2

dibentuk dari panas berlebih pada kertas sellulose. Gas kunci : Carbon monoksida

Electrical – Korona

Elektrik discharge low- energy menghasilkn hydrogen dan methane, dengan jumlah kecil ethane dan ethylene. Gas kunci: Hidrogen

Electrical – Arcing

Jumlah yang banyak darihydrogen dan acetylene dengan jumlah sedikit methane dan ethylene terjadi saat arcing. Gas kunci : acetylene

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Transformator

Penyusunan tugas akhir ini dilakukan dengan pengambilan data sampel uji minyak transformator pada beberapa gardu induk di wilayah PT. PLN (Persero) P3B Region 3 Jateng dan DIY. Berikut ini data persentase pembebanan masing-masing transformator :

Data hasil pengujian dengan gas kromatografi meliputi banyaknya jumlah kandungan gas yang telarut (dalam ppm) dari masing-masing transformator yang diambil sampel minyaknya.

Data tahun 2007

Data tahun 2008

Data tahun 2009

Data tahun 2010

4.2 Interpretasi Minyak Transformator 4.2.1 Metode Total Dissolved Combustible

Gasses (TDCG)

Berdasarkan data pengujian minyak transformator pada beberapa gardu induk di wilayah PT. PLN (Persero) P3B Region 3 Jateng dan DIY, maka perbandingan pembebanan transformator terhadap total kandungan gas terlarut pada masing-masing transformator tersebut adalah :

(7)

4.2.2 Metode Doenenburg

Metode ini menggunakan 4 jenis rasio gas dalam melakukan interpretasi yaitu R1, R2, R3, dan R4. Dengan menggunakan bantuan program delphi kita dapat melakukan interpretasi minyak transformator dengan menggunakan metode doenenburg sehingga diperoleh hasil interpretasi sebagai berikut :

4.2.3 Metode Rogers

Pada metode rogers ini rasio yang digunakan antara lain R1, R2, dan R5

4.2.4 Metode Gas Kunci

Metode ini digunakan untuk memprediksi gangguan yang terjadi pada minyak dengan cara membandingkan komposisi combustible gas dan mencari gas dengan konsentrasi tertinggi sebagai gas kunci. Korelasi antara gas kunci dengan gangguan yang terjadi ditentukan berdasarkan standar IEEE C57.104. Berikut ini adalah data-data persentase gas-gas yang mudah terbakar yang terlarut dalam sampel minyak transformator

(8)

Dengan menggunakan bantuan program delphi, kita dapat mengetahui kondisi gangguan yang mungkin muncul pada minyak transformator berdasarkan metode gas kunci sehingga diperoleh hasil interpretasi sebagai berikut :

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi dan analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin tinggi tingkat pembebanan transformator maka laju peningkatan gas terlarut pada minyak akan semakin meningkat pula.

2. Hasil interpretasi dengan metode Rogers dan Doenenburg menunjukkan pada pembebanan 62,2% hingga 80,8% tampak

terjadinya gangguan thermal pada

transformator, sedangkan pembebanan diatas 88% menunjukkan adanya gangguan arcing. Untuk metode gas kunci hasil interpretasi menunjukkan bahwa pada pembebanan 62,2% hingga 70,8% tampak adanya gangguan

thermal pada minyak, sedangkan

pembebanan diatas 80,8% tampak adanya gangguan thermal pada isolasi kertas.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil studi dan analisa yang telah dilakukan, maka saran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Untuk transformator yang berada pada kondisi level 2 berdasarkan metode TDCG dan atau terdeteksi gangguan

thermal dengan suhu kurang dari 300°C

berdasarkan metode rasio gas, hendaknya diberikan perhatian khusus berupa pengambilan sampel untuk pengujian yang lebih rutin agar dapat diketahui laju peningkatan combustible

gas pada minyak.

2. Untuk transformator yang berada pada kondisi level 3 dan 4 berdasarkan metode TDCG dan atau terdeteksi gangguan thermal dengan suhu lebih dari 300°C maupun arcing berdasarkan metode rasio gas, hendaknya segera dilakukan tindakan berupa purifikasi pada minyak jika terjadi kegagalan pada minyak dan re-winding isolasi kertas belitan apabila terjadi kegagalan pada isolasi kertas.

Daftar Pustaka:

[1]. A. Arismunandar, S. Kuwahara, “Buku

Pegangan Teknik Tenaga Listrik”, Jilid

III,

Jakarta : Pradnya Paramita, 1979.

[2]. IEC, “Loading Guide For Oil Immersed

Transformer”, IEC Publication, 1972.

[3]. IEC 60599, “Mineral oil-impregnated

eletrical equipment in service : Guide to the

interpretation of dissolved and free gases analysis,” IEC Publication 60599

(1999-2003), Mar.1999.

[4]. “IEEE Guide for the Interpretation of

Gases Generated in Oil-Immersed

Transformers,”.

IEEE Standart C57.104-1991, June/July 1991.

(9)

[5]. “IEEE Standart General Requirements for

Liquid-Immersed Distribution, Power, and Regulating Transformers,” IEEE Standart

C57.12-2000, June 2000.

[6]. Kadir, Abdul, “Transformator”, Jakarta : Pradnya Paramita, 1979.

[7]. PT. PLN (Persero) P3B, “Panduan

PemeliharaanTransformator”, PT. PLN,

2003.

[8]. PT. PLN (Persero), “Pedoman Pembebanan

Transformator Terendam Minyak”, SPLN

17, 1979.

[9]. PT. PLN (Persero) P3B, “Validasi Hasil Uji

DGA RJKB”, Forum Enjiniring Ke-3,

Surabaya, 2007.

[10]. Rahmatullah Arif F, M, “Analisis Indikasi

Kegagal Transformator dengan Metode Dissolved Gas Analys”, Tugas Akhir

Teknik Elektro, FT UNDIP, Semarang, 2011.

[11]. Sigit, Purnama, “Analisa Pengaruh

Pembebanan Terhadap Susut Umur

Transformator

Tenaga”, Tugas Akhir Teknik Elektro, FT

UNDIP, Semarang, 2009.

[12]. SPLN 49_1 : 1982, Pedoman Penerapan

Spesifikasi dan Pemeliharaan Minyak Isolasi.

[13]. Tobing, B.L., “Peralatan Tegangan Tinggi”, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2003.

Penulis

Agung Ekosurya Harsono (L2F 307 003) lahir di Rembang, menyelesaikan pendidikan dasar hingga pendidikan menengah di Rembang. Saat ini sedang menempuh pendidikan di jurusan Teknik Elektro bidang Konsentrasi Teknik Energi Listrik Universitas Dipenegoro

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Tejo sukmadi, MT Karnoto, ST. MT 196111171988031001 196907091997021001

Referensi

Dokumen terkait

Adapun instrumen internasional dan kebijakan legislatif yang dimaksud adalah sebagai berikut: pada prinsipnya, PBB melalui the UN Secretary – General’s Study on

kenyataannya &gt; a &gt; juga dapat dihasilkan pada juga dapat dihasilkan pada campuran yang kurus karena campuran yang kurus karena pembakaran tidak merata karena distribusi

Information Systems Information Systems Operations Support Systems Transaction Processing Systems Process Control Systems Enterprise Collaboratio n Systems Support of

Tujuan penelitian adalah : untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subyektif, kontrol perilaku dan niat pengguna terhadap pemanfaatan sistem informasi Perpustakaan Online di

Keuntungan utama dari pemanfaatan teknologi ini adalah waktu untuk menghasilkan informasi lebih singkat, disamping birokrasi dapat dikurangi, komputer juga memiliki kemampuan

Bapak Ketua Majelis Hakim beserta Majelis Hakim Anggota yang memeriksa dan mengadili perkara ini sebelum menjatuhkan putusan akhir, kiranya berkenan untuk

Alterasi transisi ini merupakan bentuk terluar yang luas dan berasosiasi dengan klorit-actinolit-biotit-magnetit Karakteristik dari alterasi transisi ditandai dengan hadirnya

Dalam ketentuan Pasal 2A Ayat (3) dan (4) PP 72 Th 2016 tentang Perubahan Atas PP Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan Dan Penatausahaan Modal Negara Pada