e1
PENGONTROLAN SUHU
STUDI KASUS PENGENCER SUSU BAYI OTOMATIS
IkaDzikrulKarimah1, Sumardi2, IwanSetiawan2Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
.
Abstrak
Dalam kurun waktu beberapa dekade
perkembangan peradaban manusia, ilmu pengetahuan menjadi salah satu aspek yang berkembang amat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dapat dirasakan dalam berbagai dimensi kehidupan manusia dan melewati batasan gender maupun kebangsaan. Perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri telah memacu perkembangan teknologi, hingga saat ini dapat kita rasakan sendiri bahwa kedua hal tersebut menjadi salah satu tolok ukur kemajuan peradaban suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dikembangkan untuk menciptakan teknologi yang mempermudah pekerjaan manusia. Salah satu produk teknologi yang saat ini sedang banyak dikembangkan adalah teknologi otomatisasi.
Pada tugas akhir ini, dibuat aplikasi kontrol PI pada sistem pengendalian suhu cairan. Sistem akan mengendalikansuhu cairan sesuai setpoint yang diberikan oleh operator. Tugasakhirinimemanfaatkan sensor LM35 sebagaiindikatoruntukmengatursuhudan electric heater
yang berfungsisebagaiaktuator, push button
sebagaiperangkat input, lcdsebagai media
penampildankomputersebagaipusat monitoring sistem.
Dari hasilpengujiandidapatkanbahwakontrol
PID
dapatdiaplikasikandenganbaikuntukmengontrolsuhucaira
ndenganmenggunakanmetodepenalaan Ziegler
Nichols.Denganmetodepenalaantersebutdidapatkan
parameter kontrol PI yaituKp = 11 danTi = 117. Pada
pengujian dengan penalaan parameter PID mampu
menghasilkan tanggapan keluaran dengan rise
timedanwaktupenetapanyang cukupcepat danketika
sistem diberi gangguan,tanggapan keluaran akan tetap terjaga dalam kestabilan.
Kata kunci:kontrolsuhu, kontrol PI, sensor LM35
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kurun waktu beberapa dekade perkembangan peradaban manusia, ilmu pengetahuan menjadi salah satu aspek yang berkembang amat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dapat dirasakan dalam berbagai dimensi kehidupan manusia dan melewati batasan
gender maupun kebangsaan. Perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri telah memacu perkembangan teknologi, hingga saat ini dapat kita rasakan sendiri bahwa kedua hal tersebut menjadi salah satu tolok ukur kemajuan peradaban suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dikembangkan untuk menciptakan teknologi yang mempermudah pekerjaan manusia. Salah satu produk teknologi yang saat ini sedang banyak dikembangkan adalah teknologi otomatisasi.
Dalam segala aspek kehidupannya manusia mengharapkan kepraktisan sehingga upaya otomatisasi dibutuhkan untuk dikembangkan. Salah satu contohnya adalah dalam bidang pembuatan minuman. Dalam pengenceran susu bayi contohnya, terdiri dari beberapa tahapan proses yang memerlukan pengaturan terhadap suhu fluida.
Pembahasan mengenai otomatisasi pengenceran susu bayi masih jarang dilakukan, oleh karena itu Tugas Akhir ini akan mengkaji perancangan alat pengencer susu bayi otomatis. Tahap awal pembuatan susu bayi adalah pemanasan air hingga suhu 100oC kemudian masuk ke proses pendinginan air 70oC untuk kemudian dicampur dengan susu bubuk, campuran susu tersebut baru dapat diminum setelah selanjutnya didinginkan mencapai suhu 37oC[14]. Oleh kareba itu itu dalam Tugas Akhir ini akan dibuat alat yang mampu mengatur pemanasan, pendinginan, serta pencampuran fluida.
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang alat pembuat susu bayi otomatis dengan menggunakan kendali proporsional integral yang ditanamkan pada mikrokontroler ATMega 8535 untuk mengatur suhu cairan.
II. KAJIAN PUSTAKA
Pengendali PI adalah pengendali yang memiliki dua aksi pengendalian, yaitu aksi kendali proporsional dan aksi kendali integral. Diagram blok pengendali PI diperlihatkan pada Gambar 2.2 berikut ini. p K + + -+ U(t) referensi error umpan balik K e(t)dt T 1 p i
Gambar 2.1 Diagram blok pengendali PI[1]. Aksi kendali proposional menyebabkan keluaran yang sebanding atau proposional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya).
Aksi kendali integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan pada keadaan mantap sama dengan nol. Pada sebuah plant yang tidak memiliki unsur integrator (1/s), jika hanya menggunakan aksi kendali proporsional keluaran sistem tidak akan mampu menghasilkan kesalahan keadaan mantapnya sama dengan nol.
t 0 i p pe
t
dt
T
K
t
e
K
)
t
(
u
(2.1)Transformasi Laplace dari persamaan (2.1) menghasilkan :
E
s
s
T
K
s
E
K
)
s
(
U
i p p
(2.2)
E
s
T
K
s
sE
K
)
s
(
sU
i p p
(2.3)Persamaan (2.3) dibawa kembali ke kawasan waktu menjadi :
t
e
T
K
dt
t
de
K
dt
)
t
(
du
i p p
(2.4)Dengan menggunakan teknik backward difference,
T
)
1
k
(
y
)
k
(
y
dt
)
t
(
dy
(2.5)persamaan (2.4) diubah ke dalam bentuk diskrit menjadi :
k e T K T 1 k e k e K T 1 k u ) k ( u i p p (2.6)
e
k T T K 1 k e k e K 1 k u ) k ( u i p p (2.7)
e
k T T K 1 k e k e K 1 k u ) k ( u i p p (2.8)2.2 Model Self Regulating Process
Model self regulating process pada dasarnya dapat didekati oleh sebuah model matematis FOPDT (First Order Plus Ded Time) yang hanya dicirikan oleh tiga buah parameter sebagai berikut:
Process transport delay (delay atau keterlambatan transportasi proses) - L
Process time constant (konstanta waktu proses) - T
Process static gain (penguatan tetap proses) - K Ketiga parameter yang menggambarkan dinamika proses, secara praktis dapat diperoleh atau diidentifikasi melalui eksperimen sederhana bump test atau sinyal tangga secara open loop pada mode kontrol manual.
2.1.1 PenalaanPengendali PID denganMetodeZieglerNichols
Metode ke-1 didasarkan pada respon plant terhadap masukan tangga (step) dalam kalang terbuka. Plant yang tidak mempunyai integrator, akan menghasilkan kurva tanggapan terhadap masukan tangga, seperti halnya pada hasil respon uji Bumptest yang diperlihatkan pada gambar 2.
Rumus-rumus untuk mencari parameter pengendali menggunakan metode kurva reaksi ditabelkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rumus parameter PID dengan penalaan Ziegler-Nichols metode ke-1.
Pengendali Kp Ti Td
P T/LK - -
PI 0.9T/KL 3,33L - PID 1,2T/KL 2L 0,5L
2.3 Sensor LM35
Dalam tugas Akhir ini, sensor suhu dipakai untuk mengamati suhu cairan dalam tabung. Sensor yang digunakan adalah WLM35TS (Waterproof-LM35 Temperature Sensor) yang memakai sensor LM35DZ sebagai komponen utamanya. Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang berfungsi mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan[11].
LM35 hanya memiliki tiga kaki yang berfungsi dalam penggunaannya yaituTegangan keluaran sensor ini akan mengalami perubahan 10 mV untuk setiap perubahan suhu 1 C atau memenuhi Persamaan (2.9) [15].
T mV
Vout10 (2.9)
dengan T adalah suhu yang dideteksi dalam derajat Celcius. Sensor suhu LM35 tidak membutuhkan kalibrasi dalam pemakaiannya karena telah dikalibrasi langsung dalam derajat Celcius.
+Vcc
Vout GND
Gambar 2.2 Sensor suhu LM35
.
III. PERANCANGAN
3.1 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)
Secara umum bentuk fisik hardware tampak depan dan belakang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Hardware tampak depan dan belakang.
Stainless steel dipilih menjadi bahan pembentuk rangka hardware berdasarkan beberapa pertimbangan, pertimbangan yang pertama yakni ketahanannya terhadap pemanasan suhu tinggi mengingat proses pengenceran susu formula membutuhkan pemanasan air dengan suhu tinggi. Sedangkan pertimbangan selanjutnya adalah ketahanannya terhadap korosi, faktor ini dinilai sangatpenting untuk menjaga kebersihan susu formula. 29 28 27 26 25 24 23 22 40 39 38 37 36 35 34 33 31 32 33pF 33pF 4 MHz Reset 4k7 VCC LCD
(Liquid Crystal Display)
21 INTERUPT 330 MOC3020 560 +5 V LM 35 PORTA.0 (ICP1) PD6 (MISO) PB6 PC7 (TOSC2) PC6 (TOSC1) PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 (SDA) PC0 (SCL) PA0 (ADC0) PA1 (ADC1) PA2 (ADC2) PA3 (ADC3) PA4 (ADC4) PA5 (ADC5) PA6 (ADC6) PA7 (ADC7) 20 5 VCC GND XTAL2 XTAL1 (RXD) PD0 (TXD) PD1 (INT0) PD2 (INT1) PD3 (OC1B) PD4 (OC1A) PD5 GND (XCK/T0) PB0 (T1) PB1 (INT2/AIN0) PB2 (OC0/AIN1) PB3 (MOSI) PB5 (SCK) PB7 RESET 1 2 3 4 30 6 8 10 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ATMEGA 8535 AREF 7 (SS) PB4 AVCC PD7 (OC2) pb_mix pb_out pb_start pb_wash G 10 n F /4 0 0 V 1 2 6 4 H e a te r 29/2W M T 2 2 2 0 V A C M T 1 330 BT12A PIND.6 +5 V 4N25 1 0 K 330/ 10W AC 12 V IN4002 IN4002 IN4002 IN4002 330 VCC K IP A S 330 VCC M O T O R S E R V O
Gambar 3.2 Alokasi port pada sistem minimum mikrokontroler Atmega8535.
3.2 Perancangan Perangkat Lunak
Perangkat lunak dari sistem yang akan dibangun meliputi inisialisasi I/O register dan variabel, sistem utama , penggunaan push button, pembacaan suhu sensor LM35, penggunaan motor servo, pengaturan triac, penggunaan mixer dan tampilan LCD.
Diagram keadaandari program utama dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut ini.
Gambar 3.3 Diagram keadaan prosedur ScanKey.
Setelah selesai inisialisasi, program dilanjutkan dengan melakukan pemanasan bila tombol start ditekan, ketika sensor suhu LM35 membaca suhu 98oCmaka state pendinginan akan dimulai hingga suhu mencapai 70oC. Setelah suhu yang diinginkan tercapai, sistem akan menjaga suhu tetap stabil hingga susu bubuk dimasukkan dan tombol mix ditekan baru kemudian proses pengadukan dan pendinginan dimulai. Setelah LM35 membaca suhu 37oC, sistem kembali menjaga suhu tetap stabil pada suhu tersebut hingga tombol out ditekan atau hingga timer menunjukkan 2 jam.
Pada perancangan Tugas Akhir ini parameter kendali PI didapatkan dari karakteristik sistem dengan memberikan sinyal kontrol (u(t)) secara manual. Untuk melakukanpencarian kendali PI ini, sebelumnya mode sistem diubah menjadi manual, seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.8. Sinyal kontrol yang diberikan operator, merupakan sinyal kontrol tangga, dan besarnya sinyal kontrol ditentukan langsung oleh operator.
Gambar 3.4 Blok diagram perhitungan parameter kendali PID
IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS
4.1 Pengujian Perangkat Keras 4.1.1 Pengujian Sensor
Pengujian sensor ini dilakukan dengan membandingkan pembacaan sensor LM35 dengan termometer. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 2 Perbandingan suhu pembacaan termometer dengan pembacaan sensor LM35.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa suhu pembacaan sensor suhu yang terukur proporsional dan memiliki rata-rata error sebesar 1,360C. Jadi kalibrasi pada program untuk sensor potensiometer sudah bisa dikatakan baik.
4.1.2 Pengujian Sistem
Respon sistem pada pengujian kalang terbuka menunjukkan plant sistem pengendalian level cairan termasuk model IPDT, penalaan Ziegler Nichols dapat dilakukan pada Kp dan Ti. Nilai Kp dan Ti pada model IPDT dapat dihitung dengan penalaan empiris Ziegler Nichols pertama sebagai berikut:
20
78
,
19
35
0013
,
0
95
,
0
*
9
,
0
L
K
K
p117
55
,
116
35
3
,
3
3
,
3
L
T
iPengujian penalaan Ziegler Nichols dilakukan dengan mengujikan nilai Kp dan Ti hasil perhitungan yaitu Kp = 20 dan Ti = 117 pada setting point 980C..
Gambar 3.5 Respon sistem pengujian penalaan Ziegler
Nichols.
Pada Gambar 3.5 dapat diketahui bahwa pada pengujian dengan penalaan Ziegler Nichols respon telah mencapai setting point dan kestabilan. Waktunaikuntuksetting point 980C dari suhu awal
22,20C adalah 271
detiksedangkanwaktupenetapannyaadalah482 detik tanpa overshoot, dengan osilasi kecil.
.
4.1.3 Pengujian Respon Sistem Terhadap Pengurangan Volume Air
Daya tahan sistem terhadap perubahan dan kecepatan respon sistem untuk kembali ke referensi dapat diketahui dalam pengujian ini yakni dengan bukaan penuh valve input pada sistem yang telah mencapai kestabilan pada suatu nilai referensi. Perlakuan ini dilakukan pada setting point 370C dengan suhu awal 38,20C. Hasil pengujian respon sistem ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Respon sistem kontrol PID terhadap gangguan.
Berdasarkan gambar di atas respon sistem terhadap bukaan valve pada setting point 370C nyaris tidak tampak. Namun bila kita cermati grafik sinyal kontrol dapat kita lihat adanya perubahan ketika terjadi pembukaan valve, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa sistem menyadari adanya gangguan dan menaikkan sinyal kontrol sebagai akibat perubahan yang terjadi.
4.1.4 Pengujian Ketahanan Sistem terhadap Gangguan
Daya tahan sistem terhadap gangguan dan kecepatan respon sistem untuk kembali ke referensi sebelum gangguan dapat diketahui dengan melakukan pengujian dengan memberikan gangguan berupa pemberian air bersuhu 960C pada sistem yang telah mencapai kestabilan pada suatu nilai referensi. Hasil pengujian respon sistem ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Respon sistem kendali PI dengan gangguan pada suhu 700C.
Berdasarkan gambar di atas respon sistem terhadap gangguanberupa pemberian air bersuhu 960C padasetting point 700C adalah terjadinya kenaikan suhu sebesar10,60C. Saat perubahan terjadi sistem tetap berusaha mengembalikan keadaansteadynya dengan melakukan pendinginan. Keadaan steadydapat dicapai kembali setelah 402 detik dengan error steady 1% - 4%.
Gambar 3.8 Respon sistem kendali PI dengan gangguan pada suhu 370C.
Berdasarkan gambar di atas respon sistem terhadap gangguan berupa pemberian air bersuhu 960C pada setting point 370C adalah terjadinya kenaikan suhu sebesar19,90C. Saat perubahan terjadi sistem tetap berusaha mengembalikan keadaan steadynya dengan melakukan pendinginan. Keadaan steady dapat dicapai kembali setelah 3480 detik dengan error steady 3,8%.
Hasil dari respon sistem PI dengan gangguan dapat kita ketahui bahwa walaupun dilakukan penambahan cairan bersuhu lebih tinggi sistem dapat mengembalikan keadaan steadynya dengan error steady yang terjadi pada kedua pengujian tidak lebih dari 5%.
4.1.5 Pengujian Kendali PI terhadap Penurunan Set Point
Pengujian dengan setting point turun ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan respon kendali sistem terhadap perubahan penurunan setting point.
Gambar 3.9 Respon sistem kontrol PID terhadap gangguan.
Berdasarkan Gambar 4.11 dapat dilihat hasil pengujian respon sistem pengendalian level cairan pada perubahan setting point turun atau semakin kecil dengan lama pengujian 9.702 sekon. Pada awalnya sistem diberi setting point tinggi sebesar 950C dari suhu awal 24,50C. Hasil analisa dari pengujian tersebut didapatkan:
1. Untuk setting point 950C:
Respon telah mencapai kestabilan dengan error 3,1%.
Waktu respon untuk memberikan tanggapan adalah 68 detik
Waktu naik (Tr) untuk setting point 95
0 C dari suhu awal 320C adalah 217 detik.
Waktu tunda (Td) adalah 168 detik
Waktu penetapan(Ts) adalah 371 detik
2. Untuk setting point 700C:
Respon telah mencapai kestabilan dengan error 0,9%.
Waktu respon untuk memberikan tanggapan adalah 22 detik
Waktu naik (Tr) untuk setting point 70
0 C dari suhu awal 96,10C adalah 455 detik.
Waktu tunda (Td) adalah 244 detik
Waktu penetapan(Ts) adalah 590 detik
3. Untuk setting point 370C:
Respon telah mencapai kestabilan dengan error 6,2%.
Waktu respon untuk memberikan tanggapan adalah 114 detik
Waktu naik (Tr) untuk setting point 37
0 C dari suhu awal 70,50C adalah 1824 detik.
Waktu tunda (Td) adalah 753 detik
Waktu penetapan(Ts) adalah 2497 detik
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian sensor LM35, rata-rata error yang didapatkan adalah 1,36.
2. Berdasarkan hasil pengujian perilaku motor servo, motor servo dapat bergerak sesuai dengan perintah yang diberikan yaitu perintah menutup dan keran membuka (membuka 800 terhadap posisi awal).
3. Pada pengujian kalang terbuka dengan eksperimen bump test untuk ΔCO = 100% dari CO awal 0%, plant sistem pengendalian suhu termasuk model IPDT dengan nilai L = 35 detik, dan K* = 0,0013 0C/ %.
4. Penalaan kontrol PI padasistem pengendalian suhu dengan metode Ziegler Nichols pertama didapatkan parameter Kp = 20 dan Ti = 117. Dengan parameter tersebut respon sistem kontrol PI mampu mencapai setting point dengan cukup cepat dan stabil. Pada pemberian setting point980C, kontrol PI dengan penalaan Ziegler Nichols pertama memiliki nilai Tr = 271 detik, Td = 261 detik dan Ts = 482 detik tanpa overshoot.
5. Pada pengujian pengurangan volume, respon sistem terhadap bukaan valve pada setting point 370C nyaris tidak tampak, namun pada grafik sinyal control dapat dilihat system mengenali adanya perubahan dan merespon dengan kenaikan sinyal control.
6. Pada pengujian respon sistem terhadap gangguan, respon sistem terhadap gangguan berupa pemberian air bersuhu 960C pada setting point 700C adalah terjadinya kenaikan suhu sebesar10,60C. Namun demikian, keadaan steady dapat dicapai kembali setelah 402 detik dengan error steady 1% - 4%. Sedangkan untuk pemberian air bersuhu 960C pada setting point 370C kenaikan suhu yang terjadi adalah19,90C dan keadaan steady dapat dicapai kembali setelah 3480 detik dengan error steady 3,8%. 7. Pada pengujian dengan nilai setting point turun,
respon sistem mampu mengikuti penurunan setting point. Saat mencapai setting point yang pertama 950C diperoleh Tr sebesar 217 detik dan Ts sebesar 371 detik. Ketika sistem melakukan perubahan setting point menjadi 700C diperoleh nilai Tr sebesar 455 detik dan Ts sebesar 590 detik. Terakhir ketika sistem melakukan perubahan setting point menjadi 400C yang Tr
dan Ts diperlukan adalah 1824 detik dan 2497 detik.
5.2 Saran
Untuk pengembangan sistem lebih lanjut, maka ada beberapa saran yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Menggunakan sensor yang memiliki keakuratan dan stabilitas yang lebih baik.
2. Menggunakan perangkat pendingin yang lebih baik lagi sehingga respon sistem pada saat penurunan suhu dapat lebih dipercepat,
3. Menggunakan metode pengontrolan lain seperti fuzzy, fuzzy hibrid, fuzzy sebagai tuning PID, jaringan syaraf tiruan, algoritma genetik.
4. Penggunaan bahan dapat lebih diperhatikan lagi untuk menjamin kelayakan produk.
DAFTARPUSTAKA
[1] Benjamin C. Kuo, Automatic Control System Sixth Edition, Prentice-Hall, New Jersey, 1991.
[2] Heryanto, M. Ary dan Wisnu Adi P, Pemrograman Bahasa C Untuk Mikrokontroler ATMEGA 8535, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2008.
[3] Malvino. “Prinsip – Prinsip Elektronika”. Jakarta : Erlangga, 1996.
[4] Mukhaitir, A. Shafi, Aplikasi Kendali PID Menggunakan Skema Gain Scheduling untuk Pengendalian Suhu Cairan pada Plant Electric Water Heater,Skripsi S-1, Teknik Elektro, Universitas Diponegoro, Semarang.
[5] Nuswantara, Satria Mukti, Perancangan Proses Otomatis Pada Sistem Kontrol Servo Valve untuk Pencampuran Fluida Warna Berbasis Mikrokontroler,Skripsi S-1, Teknik Elektro, Universitas Diponegoro, Semarang.
[6] Ogata, Katsuhiko, Teknik Kontrol Automatik Jilid 1, diterjemahkan oleh Edi Leksono, Erlangga, Jakarta, 1994.
[7] Ogata, Katsuhiko, Teknik Kontrol Automatik Jilid 2, diterjemahkan oleh Edi Leksono, Erlangga, Jakarta, 1994.
[8] Setiawan, Iwan, Kontrol PID untuk Proses Industri, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008.
[9] Setiawan, Iwan, Perancangan Sistem Embedded Berbasis Statechart: Studi
Kasus Pada Line Follower Mobile Robot, http://iwan.blog.undip.ac.id. Juni 2009. [10] Setiawan, Iwan, Programmable Logic
Controller (PLC) dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2006.
[11] Suyadhi, Taufiq Dwi Septian, Buku Pintar Robotika, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2010.
[12] ---, ATmega8535 Data Sheet, http://www.atmel.com.
[13] ---, Liquid Crystal Display Module M1632 : User Manual, SeikoInstrument Inc., Japan, 1987. [14] www.medicastore.com [15] ---, http://www.national.com/ds/LM/LM35.pd f [16] www.id.wikipedia.org
BIODATA
IkaDzikrulKarimah(L2F005541). Lahir di Semarang, 21 Oktober 1987. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro 2005, Konsentrasi Kontrol, Universitas Diponegoro.
Menyetujui dan Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Sumardi, S.T., M.T. NIP. 196811111994121001
Iwan Setiawan, S.T., M.T. NIP. 197309262000121001