• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI DENGAN Eupenicilliumjavanicum DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI DENGAN Eupenicilliumjavanicum DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI DENGANEupenicilliumjavanicumDALAM RANSUM TERHADAP

PERFORMA BROILER

SKRIPSI

Oleh :

DINA WANDIRA 1010612019

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI DENGANEupenicilliumjavanicumDALAM RANSUM TERHADAP

PERFORMA BROILER

Dina Wandira1, Mirnawati2, Helmi Muis2

1)

Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas

2)

Dosen Bagian Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas Kampus Limau Manis Padang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi (BISF) dengan Eupenicillium javanicum terhadap performa broiler. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yaitu penambahan BISF dalam ransum : R0 0% BISF, R110% BISF, R2

15% BISF, R3 20% BISF, dan R4 25% BISF. Peubah yang diamati adalah

konsumsi ransum (g/ekor/4 minggu), pertambahan bobot badan (g/ekor/4 minggu), dan konversi ransum broiler. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dalam ransum broiler berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan Eupenicilliun javanicum

sampai level 25% dapat menyamai performa broiler yang diberi ransum kontrol.

(3)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini sekitar 80% dari seluruh komponen penyusun ransum

unggas merupakan produk import seperti jagung, bungkil kedelai, dan tepung ikan

sehingga harganya cukup tinggi di pasaran. Kondisi ini menyebabkan biaya

pakan unggas dapat mencapai 60-70% dari biaya produksi. Untuk mengurangi

biaya pada pakan unggas maka diperlukan upaya untuk mencari pakan alternatif

pada ransum unggas. Salah satu limbah yang sangat potensi digunakan adalah

limbah dari pengolahan minyak sawit berupa bungkil inti sawit (BIS).

Bungkil inti sawit (BIS) adalah hasil ikutan dari ekstraksi inti sawit yang

diperoleh melalui proses kimia dan mekanik. Bungkil inti sawit (BIS) cukup

potensial digunakan sebagai pakan unggas. Bungkil inti sawit mudah didapat,

tersedia dalam jumlah yang besar, berkesinambungan dan sebagai pakan ayam

dengan harganya yang murah (Aritonang, 1986). Menurut BPS (2012) Indonesia

menyandang posisi sebagai produsen utama kelapa sawit terbesar di Dunia. Pada

tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai 22.508.011

ton.

Kandungan gizi BIS sangat bervariasi hal ini disebabkan berbagai faktor

diantaranya perbedaan teknik ekstraksi, umur tanaman, daerah asal tanaman, dan

perbedaan teknik analisa. Mirnawati dkk. (2010) mendapatkan bungkil inti sawit

(BIS) sebelum mengalami fermentasi memiliki kandungan bahan kering 87,30%,

protein kasar 16,07%, serat kasar 21,30%, lemak kasar 8,23%, Ca 0,27%, P

0,94%. Walaupun kandungan protein kasarnya tinggi tetapi bungkil inti sawit

(4)

dkk., 2001). Hal ini disebabkan nilai biologis dari BIS rendah. Rendahnya

kualitas BIS ini disebabkan oleh tingginya kandungan serat kasar. Tingginya

serat kasar pada BIS akan menurunkan penggunaan energi dan melindungi

molekul protein sehingga sukar diuraikan oleh protease unggas.

Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna bungkil inti sawit adalah

dengan cara pendekatan biotekhnologi melalui fermentasi sehingga bungkil inti

sawit fermentasi mempunyai nilai tambah yang prospektif sebagai bahan pakan

yang bernilai gizi tinggi, mengubah bahan makanan yang sulit dicerna menjadi

mudah dicerna dan menghasilkan aroma yang khas (Winarno dan Fardiaz, 1980).

Mirnawati (2008) melakukan pengolahan BIS dengan menggunakan

kapang Aspergillus niger ternyata memberikan peningkatan kandungan protein

dan penurunan serat kasar yang cukup tinggi dengan hasil sebagai berikut : bahan

kering 92,11%, protein kasar 26,01%, serat kasar 15,02%, lemak kasar 3,25%, abu

6,96%. Walaupun terjadi peningkatan protein kasar dan penurunan serat kasar

tetapi hanya dapat dimanfaatkan dalam ransum ayam broiler sebanyak 17%

(Mirnawati dkk, 2011). Rendahnya penggunaan bungkil inti sawit ini disebabkan

karena tingginya kandungan manan dari bungkil inti sawit. Sesuai dengan

pendapat (Daud et al.,1993) yang menyatakan bahwa 56,4% bungkil inti sawit

terdiri dari β-mannan. Kandungan mannan yang tinggi pada bungkil inti sawit

yang tergolong polisakarida menjadi salah satu pembatas penggunaan BIS, karena

unggas tidak memiliki enzim manannase untuk merombak manan.

Salah satu mikroba yang memiliki aktifitas mananase yang tinggi adalah

kapang Eupenicillium javanicum. Kapang ini memiliki aktifitas mananase yang

(5)

Mirnawati dkk. (2013) telah melakukan penelitian terhadap Bungkil inti sawit

fermentasi dengan menggunakan kapang Eupenicillium javanicum ternyata

memberikan aktifitas enzim yang tinggi, mananase (51,97 U/ml), selulase (26,44

U/ml), protease (32,55 U/ml), serta protein kasar 26,27%, bahan kering 88,68%,

serat kasar 11,37%, lemak kasar 1,03%, retensi nitrogen 50,22%, daya cerna serat

kasar 45,75%, Ca 0,75%, P 0,85%.

Dari penelitian tersebut terlihat adanya peningkatan kandungan gizi

bungkil inti sawit setelah difermentasi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk

melihat pengaruh penggunaan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan kapang

Eupenicillium javanicum dalam ransum dengan berbagai tingkat pemberian

terhadap performa broiler.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dengan

Eupenicillium javanicumdalam ransum terhadap performa broiler

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan

bungkil inti sawit fermentasi dengan kapang Eupenicillium javanicum terhadap

performa broiler.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat bahwa bungkil inti sawit fermentasi dengan kapang Eupenicillium

javanicum dapat digunakan sebagai salah satu pakan alternatif untuk mengurangi

(6)

1.5 Hipotesi penelitian

Penggunaan bungkil inti sawit fermentasi (BISF) dengan kapang

Eupenicillium javanicum sampai 25% dalam ransum dapat menyamai performa

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian air dengan interval yang bereda dan pupuk kandang dengan takaran berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman, baik tinggi

Diharapkan bagi perawat serta rumah sakit dapat menjadikan musik klasik sebagai terapi komplementer, serta menambah referensi untuk lebih meningkatkan mutu

Pengendalian pemanfaatan ruang yang dimaksud dalam pedoman ini adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang di kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan

Penilaian hasil DSM dengan menggunakan algoritma phase unwrapping yang berbeda, dimana semua proses untuk menghasilkan DSM dan sampel yang digunakan sama, dapat disimpulkan

Flat Slab biasanya ekonomis untuk bangunan gedung, parkir dan pabrik dan bangunan sejenis dimana drop panel atau kepala kolom yang terbuka diizinkan.Pelat

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa waktu pengaruh kombinasi pemberian pupuk nitrogen dan bobot mulsa jerami tidak berpengaruh nyata terhadap panjang

Nilai Indeks Produksi (IP) hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan sangat nyata (P  0,01) yang berarti pemberian ekstrak temulawak dan kunyit memberikan pengaruh

Ternak yang digunakan adalah ternak kambing Kacang jantan sebanyak 4 ekor dengan umur berkisar antara 6-8 bulan dengan bobot badan awal 10 kg. Penempatan ternak ke dalam