• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI KEBIASAAN SARAPAN : Studi Ex Post Facto pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI KEBIASAAN SARAPAN : Studi Ex Post Facto pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Cicendo Kota Bandung."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 7

F. Disain Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Fungsi Kognitif ... 12

1. Atensi ... 13

2. Memori ... 15

B. Sarapan ... 18

C. Tingkat Melewatkan Sarapan ... 22

D. Alasan Melewatkan Sarapan ... 23

E. Efek Melewatkan Sarapan ... 24

1. Efek Jangka Pendek terhadap Fungsi Kognitif ... 26

2. Efek Jangka Panjang terhadap Fungsi Kognitif ... 28

F. Kerangka Pemikiran ... 29

G. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 32

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 37

E. Analisis Data ... 40

(2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Kebiasaan Sarapan ... 43

2. Fungsi Kognitif Siswa ditinjau dari Kebiasaan Sarapan ... 52

B. Pembahasan ... 56

1. Kebiasaan Sarapan ... 56

2. Fungsi Kognitif ditinjau dari Kebiasaan Sarapan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 75

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Persepsi Siswa Mengenai Sarapan 44

4.2 Frekuensi Sarapan Siswa 45

4.3 Alasan Siswa Melewatkan Sarapan 46

4.4 Alternatif Sarapan yang Disiapkan Ibu 46

4.5 Waktu Makan Pertama Kali jika Melewatkan Sarapan 47 4.6 Dampak Melewatkan Sarapan yang Dirasakan Siswa 48

4.7 Menu Sarapan 49

4.8 Minuman saat Sarapan 50

4.9 Teman saat Sarapan 51

4.10 Pekerjaan Ibu 51

(4)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Rata-rata Skor Atensi Siswa berdasarkan Kebiasaan Sarapan

53

4.2 Rata-rata Skor Memori Jangka Pendek Siswa berdasarkan Kebiasaan Sarapan

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Memori Atkinson-Shiffrin 17

(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

3.1 Prosedur Menentukan Sampel Penelitian dengan Menggunakan Teknik Multistage Sampling

35

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuesioner Kebiasaan Sarapan 75

2 Instrumen Tes Atensi Visual 77

3 4

Instrumen Tes Memori Jangka Pendek Tabulasi Data Hasil Penelitian

80 84

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar pada anak usia sekolah dasar merupakan kondisi yang

sangat penting sebagai landasan pendidikan anak. Namun demikian, kondisi

belajar tersebut terkadang mengalami gangguan dan menimbulkan masalah

belajar. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid

yang dapat menghambat kelancaran proses belajarnya.

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu memberikan

layanan kepada peserta didik berdasarkan kebutuhan masing-masing peserta didik

sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kapasitas

yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan pergeseran paradigma dalam memandang

anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam paradigma ini seorang anak dipandang

dari hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dimilikinya dan bukan

semata-mata dari kecacatan yang dimiliki anak tersebut.

Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori

yaitu anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari

kecacatan tertentu (anak penyandang cacat); serta anak berkebutuhan khusus yang

bersifat temporer, akibat lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak mendapatkan intervensi yang

(9)

Timbulnya hambatan belajar dan hambatan perkembangan baik yang

bersifat temporer maupun yang bersifat permanen dapat terjadi karena faktor

internal anak itu sendiri atau dapat juga karena faktor eksternal. Fungsi pendidikan

kebutuhan khusus adalah mencegah munculnya hambatan-hambatan belajar dan

hambatan perkembangan, atau sekurang-kurangnya dapat meminimalkan hambatan

itu, sehingga anak dapat berkembang optimal (Alimin, 2010).

Lynch (Supriadi, 2004) dalam laporan untuk Bank Dunia yang berjudul

Provision for Children with Special Educational Needs in the Asia Region“

mengungkapkan pendekatan baru dalam memahami anak-anak yang memiliki

kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Terdapat tiga anak yang masuk ke dalam

kategori ini, salah satunya adalah anak-anak yang telah berada di sekolah namun

karena berbagai alasan mereka tidak mencapai kemajuan sebagaimana layaknya.

Mereka itulah yang kemudian mudah putus sekolah atau tinggal kelas. Yang

masuk ke dalam kategori ini kebanyakan adalah anak-anak yang datang dari

keluarga atau masyarakat miskin serta anak-anak yang kondisi fisik dan

kesehatannya kurang.

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang. Beberapa faktor fisiologis yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kesehatan dan status gizi. Kedua

faktor ini penting karena seseorang tidak mungkin dapat mengembangkan

kapasitas dirinya secara optimal apabila yang bersangkutan tidak memiliki

(10)

Menurut Suharjo (1996), anak sekolah termasuk ke dalam kelompok yang

rentan gizi. Pada usia ini asupan gizi sangat diperlukan untuk menunjang

pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak memerlukan zat gizi dan energi untuk

berkonsentrasi pada tugas-tugas akademik di sekolah dan juga aktivitas fisik mereka

yang tinggi. Sarapan berkontribusi terhadap sepertiga asupan gizi yang dibutuhkan.

Namun banyak anak yang memiliki kebiasaan melewatkan sarapan pagi sebelum

mereka berangkat sekolah dengan berbagai alasan.

Beberapa penelitian untuk melihat kebiasaan sarapan pada anak sekolah

memberikan hasil yang beragam. Menurut Badan Pusat Statistik (2006) hanya

15,2% anak sekolah dasar di Majalengka yang memiliki kebiasaan sarapan,

dengan kata lain 84,8% anak sekolah dasar di Majalengka tidak terbiasa sarapan.

Sibuea (2002) menemukan terdapat 57,5% anak sekolah di Medan tidak pernah

sarapan pagi, sementara penelitian Kurniasari (2005) menemukan 25% anak

sekolah dasar di Yogyakarta jarang melakukan sarapan. Di Amerika Serikat,

prevalensi melewatkan sarapan pada anak-anak dan orang dewasa berkisar antara

10 sampai 30% tergantung dari kelompok umur, gender, ras, etnis dan bagaimana

mendefinisikan melewatkan sarapan (Rampersaud, 2008).

Bukan saja yang suka melewatkan sarapan yang kehilangan kesempatan

mendapatkan nutrisi penting dari sarapan tetapi juga anak-anak yang melakukan

sarapan di rumah tetapi sarapan dengan makanan yang tidak seimbang gizinya

(Worobey & Worobey, 1999). Banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa

(11)

kognitif dan prestasi akademik. Sarapan telah menjadi makan individual karena

anggota keluarga memiliki jadwal di pagi hari yang berbeda-beda (Bro et al., 1996).

Pentingnya sarapan bagi prestasi akademik tercermin dari efek sarapan

terhadap fungsi kognitif. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa melewatkan

sarapan berpengaruh buruk terhadap kemampuan memecahkan masalah, memori

jangka pendek dan pemusatan perhatian pada anak. Sebaliknya, ketika

anak-anak mengkonsumsi sarapan maka kinerjanya meningkat dalam hal pemusatan

perhatian, aritmatika, tugas-tugas memecahkan masalah dan penalaran logis

(Pollitt, 1998). Sarapan juga penting dalam mempertahankan suplai glukosa ke

otak. Penelitian yang dilakukan Benton (1998) menyebutkan bahwa suplai

glukosa ke otak dapat meningkatkan fungsi kognitif serta memperbaiki memori

dan suasana hati seseorang.

Melewatkan sarapan menciptakan keadaan kelaparan. Kelaparan adalah

suatu kondisi yang kompleks karena menyangkut banyak faktor, tidak saja faktor

metabolik dan psikologis namun juga menyangkut komponen emosional. Jika

diasumsikan seorang anak makan terakhir pukul 19.00 dan keesokan harinya

melewatkan sarapan, maka pada saat pelajaran dimulai –misal pada pukul 07.00-

anak ini tidak memiliki asupan makanan dan atau minuman selama 12 jam.

Menurut Worobey & Worobey (1999) kata sarapan (breakfast) itu sendiri

memiliki konotasi menghentikan periode puasa (breaking the fasting period).

Ketika anak melewatkan sarapan, cadangan energi dari makanan yang

tersedia di tubuhnya menjadi terbatas. Energi yang ada pertama-tama akan

(12)

dan terakhir untuk aktivitas sosial dan perkembangan kognitif. Akibatnya, anak

tersebut akan mengurangi tingkat aktivitasnya serta menjadi letargi dan apatis.

Perilaku ini akan berdampak terhadap interaksi sosial, kemampuan untuk

berkonsentrasi, serta kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks.

Kebiasaan melewatkan sarapan akan berdampak terhadap fungsi kognitif secara

keseluruhan (Craig, 1998 dalam Khan, 2010). Gangguan terhadap fungsi kognitif

pada akhirnya dapat mengganggu prestasi siswa di sekolah.

Pollitt dan Matthew (1998) menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan

mekanisme biologis di mana sarapan dapat mempengaruhi fungsi otak dan hasil

tes kognitif. Yang pertama, melibatkan perubahan metabolik - akibat puasa

semalaman yang diperpanjang – untuk mempertahankan ketersediaan bahan bakar

dan nutrisi lain bagi sistem saraf pusat. Yang kedua, pengaruh jangka panjang

sarapan terhadap status gizi seseorang yang akan mempengaruhi kognisi.

Meskipun kebanyakan penelitian menyatakan bahwa sarapan memiliki

efek postitif terhadap kesehatan, perilaku, kewaspadaan dan prestasi akademik,

ada juga yang menyatakan lain. Lopez (1993) menggambarkan bahwa tidak

terdapat efek merusak dari melewatkan sarapan terhadap prestasi akademik,

kewaspadaan dan kemampuan kognitif. Secara umum, temuan-temuan dari

penelitian masih tidak konsisten dengan menunjukkan sedikit atau bahkan tidak

ada efek merugikan dari melewatkan sarapan.

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: ”Fungsi Kognitif Siswa Sekolah Dasar

(13)

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana fungsi kognitif

siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya. Dari rumusan masalah

tersebut, diuraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar?

2. Apakah ada perbedaan fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari

kebiasaan sarapannya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Gambaran kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar.

2. Fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya.

D. Kegunaan Penelititan

1. Kegunaan Teoritis

Adapun kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah:

a. Dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dalam memperkaya

khasanah konsep dan teknis operasional dalam mengoptimalkan potensi anak

dan mencegah munculnya hambatan belajar.

b. Sebagai bahan informasi ilmiah – empirik yang berguna untuk penelitian

selanjutnya dalam mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan bidang

(14)

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi

pengambil kebijakan di tingkat sekolah agar dapat mengoptimalkan fungsi

kognitif melalui pembiasaan sarapan siswa.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru dan orangtua siswa

dalam membimbing kebiasaan sarapan anak.

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

1. Fungsi Kognitif

Kognisi mencakup proses mental yang diperlukan setiap kali kita

mendapatkan informasi, menempatkan informasi di penyimpanan, memanggil

informasi, atau menggunakan informasi tersebut. Kognisi meliputi berbagai

proses mental, termasuk persepsi, memori, pencitraan, bahasa, pemecahan

masalah, penalaran, dan pembuatan keputusan (Matlin, 1994).

Menurut Mosby’s Medical Dictionary (2009), fungsi kognitif adalah suatu

proses intelektual yang membuat seseorang menyadari, menerima dan memahami

gagasan-gagasan. Fungsi kognitif melibatkan seluruh aspek persepsi, berpikir,

bernalar dan mengingat. Menurut McGraw-Hill Concise Dictionary of Modern

Medicine (2002), proses kognitif didefinisikan sebagai setiap proses mental yang

melibatkan operasi simbolik – seperti persepsi, memori, penciptaan

perumpamaan, dan berpikir; proses kognitif meliputi kesadaran dan kapasitas

(15)

Dalam penelitian ini fungsi kognitif diartikan kemampuan yang diperlukan

dalam proses belajar. Adapun aspek yang diteliti adalah aspek perhatian

(attention) dan memori jangka pendek (short term memory).

a. Atensi

Atensi didefinisikan sebagai pemusatan aktivitas mental (Matlin, 1994).

Menurut Sternberg (2006), atensi adalah cara-cara kita secara aktif memproses

sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang

disediakan oleh indera, memori yang tersimpan, dan oleh proses-proses

kognitif kita yang lain.

Atensi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes atensi

visual yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi

kognitif seseorang dalam berkonsentrasi secara selektif terhadap satu hal dan

mengabaikan hal-hal lainnya.

b. Memori jangka pendek

Mengingat (memory) adalah kemampuan untuk menyimpan informasi dan

pengalaman yang pernah dipelajari pada masa lalu dan dapat dimunculkan

kembali jika diperlukan. Menurut The Atkinson-Shiffrin Model , memori ini

terdiri dari memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka

panjang (Matlin, 1994). Yang diteliti dalam penelitian ini adalah memori

jangka pendek.

Memori jangka pendek dalam penelitian ini merupakan hasil digit memory

test yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi

(16)

2. Kebiasaan Sarapan

Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; pola

untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yg dipelajari oleh

seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang

sama (KBBI, 2008). Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap

pada pagi hari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan

pukul 10.00 pagi (http://id.wikipedia.org/wiki/Sarapan).

Dalam penelitian ini kebiasaan sarapan yang dimaksud adalah aktivitas

rutin sarapan sebelum berangkat sekolah yang dikatergorikan menjadi tiga

kelompok yaitu selalu sarapan, kadang-kadang (melewatkan 2-3 kali sarapan

per minggu), dan tidak pernah sarapan.

F. Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan disain Ex

Post Facto. Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan after

the fact. Artinya, penelitian dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut

juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian

penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian

merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan

kejadian tersebut.

Istilah ex post facto berasal dari bahasa Latin yang berarti after the fact. Hal

ini mengindikasikan bahwa penelitian ex post facto dilakukan setelah variasi dalam

(17)

comparative karena bertujuan untuk menyelediki hubungan penyebab-dan-efek

antara variabel-variabel terikat dan bebas. Peneliti menggunakan metode ini dalam

situasi yang melibatkan variabel terikat yang melekat (attribute independent

variables, yaitu karakteristik yang sudah dimiliki seorang subjek sebelum penelitian

dilakukan) yang tidak dapat dimanipulasi atau ketika variabel tersebut sebenarnya

dapat dimanipulasi namun tidak dilakukan karena tidak etis atau tidak

bertanggungjawab jika hal tersebut dilakukan. (Ary, 2006).

Penelitian ini menggunakan metode survai sampel. Menurut Ary (2006),

survai sampel adalah suatu survey yang meneliti hanya sebagian dari populasi.

Kerlinger (Sugiyono, 2004) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah

penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel.

Sementara menurut Singarimbun (1995), penelitian survai adalah penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner dan

tes. Kuesioner digunakan untuk melihat kebiasaan sarapan sedangkan tes

digunakan untuk melihat fungsi kognitif siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di sekolah dasar yang

ada di Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Sampel diambil secara multistage

(18)

Analisis deksriptif dilakukan untuk menginterpretasikan hasil dari

kuesioner mengenai kebiasaan sarapan anak. Data mengenai fungsi kognitif

dianalis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dengan bantuan software

SPSS Statistical Package versi 11.0 untuk menguji hipotesis apakah terdapat

perbedaan dalam fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut tujuan, pendekatan, tingkat

eksplanasi, dan analisis data. Berdasarkan tujuannya, penelitian terbagi menjadi

penelitian dasar dan penelitian terapan. Suriasumantri (Sugiyono, 2004)

menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan

menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui,

sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan

masalah-masalah kehidupan praktis. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk ke dalam

penelitian terapan karena dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan

mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan

masalah-masalah praktis.

Berdasarkan tingkat eksplanasinya maka penelitian ini termasuk penelitian

deskriptif-komparatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel

yang lain (Sugiyono, 2004). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif karena

salah satu tujuannya berupaya untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah

kebiasaan sarapan siswa sekolah dasar. Di samping itu, penelitian ini juga

berupaya untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif siswa sekolah dasar

(20)

digolongkan ke dalam penelitian komparatif dimana penelitian komparatif adalah

suatu penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono, 2004).

Secara garis besar terdapat dua macam rancangan penelitian, yaitu: rancangan

ex post facto dan rancangan eksperimental. Faktor-faktor yang membedakan kedua

rancangan ini ialah pada rancangan pertama tidak terjadi manipulasi variabel bebas

sedang pada rancangan yang kedua terdapat manipulasi variabel bebas. Tujuan utama

penggunaan rancangan yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang

rancangan kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat).

Istilah ex post facto berasal dari bahasa Latin yang berarti after the fact. Hal

ini mengindikasikan bahwa penelitian ex post facto dilakukan setelah variasi dalam

variabel yang diamati telah terjadi secara alami. Metode ini disebut juga causal

comparative karena bertujuan untuk menyelediki hubungan penyebab-dan-efek

antara variabel-variabel terikat dan bebas. Peneliti menggunakan metode ini dalam

situasi yang melibatkan variabel bebas yang melekat (attribute independent

variables, yaitu karakteristik yang sudah dimiliki seorang subjek sebelum penelitian

dilakukan) yang tidak dapat dimanipulasi atau ketika variabel tersebut sebenarnya

dapat dimanipulasi namun tidak dilakukan karena tidak etis atau tidak

bertanggungjawab jika hal tersebut dilakukan. (Ary, 2006).

Ada dua model dasar dari penelitian ex post facto yaitu (1) mulai dengan

subjek-subjek yang berbeda dalam variabel bebas (penyebab) dan berusaha

menentukan konsekuensi (efek) dari perbedaan-perbedaan ini, dan (2) mulai dengan

subjek-subjek yang berbeda dalam variabel terikat (efek) dan berusaha untuk

(21)

mengambil model pertama dimana peneliti mulai dengan subjek-subjek yang

berbeda dalam kebiasaan makan (penyebab) dan berusaha untuk menentukan

konsekuensi dari perbedaan kebiasaan makan tersebut pada area fungsi

kognitif.

Penelitian ini menggunakan metode survai sampel. Kerlinger

(Sugiyono, 2004) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian

yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan

kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel. Menurut

Singarimbun (1995), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok. Penelitian survai dapat digunakan untuk

maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (explanatory

atau confirmatory), yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian

hipotesa; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa

yang akan datang, (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator

-indikator sosial. Menurut Ary (2006), survey sampel adalah suatu survey yang

meneliti hanya sebagian dari populasi.

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2004), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

(22)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Riduwan (2004), populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit

hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Sementara menurut Furqon (2009),

populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, orang, atau keadaan yang

paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar di Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

Siswa kelas V diambil dengan pertimbangan anak-anak pada usia ini sudah dapat

berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik sehingga diharapkan dapat

mempermudah pengisian kuesioner yang harus diisi dan melakukan semua tes

yang diberikan peneliti. Pada usia ini juga diprediksikan kebiasaan sarapan

sebagai salah satu variabel yang diteliti sudah mantap dan tidak berubah-ubah.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2004). Sementara menurut Arikunto (1993) sampel

adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel

penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan

dapat mewakili seluruh populasi.

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara untuk

mengambil sampel yang representatif dari populasi (Riduwan, 2004).

(23)

sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan

populasi yang sebenarnya.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

multistage cluster sampling. Cluster sampling sebagaimana dijelaskan Natsir

(2005) adalah teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit

terkecil, atau cluster. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total

populasi. Unsur-unsur dalam cluster sifatnya tidak homogen, yang berbeda

dengan unit-unit elementer dalam strata. Tiap cluster mempunyai anggota yang

homogen menyerupai populasi sendiri.

Pada multistage cluster sampling, proses pemilihan sampel penelitian

dilaksanakan melalui dua tahap pengambilan sampel atau lebih. Pada cluster

sampling tersebut, tahap pertama pemilihan cluster dapat menggunakan simple

random sampling, systematic sampling atau stratified sampling. Setelah cluster

sample diperoleh, elemen pada cluster tersebut tidak serta merta dijadikan sampel

penelitian. Tahap kedua adalah pemilihan sampel dari elemen-elemen pada tiap

cluster, yang dapat juga diperoleh melalui penggunaan salah satu dari ketiga jenis

teknik random yang sudah disebutkan sebelumnya.

Adapun pemilihan sampel dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam

(24)

Bagan 3.1 Prosedur Menentukan Sampel Penelitian dengan Menggunakan Teknik Multistage Sampling Kelurahan Pajajaran Kota Bandung Kelurahan Husein S. Kelurahan Pasirkaliki Kelurahan Pamoyanan Kelurahan Sukaraja SD K1 SD K2 SD K3 SD K4 SD K5 SD A1 SD A2 SD A3 SD A4 SD K3 SD S1 SD S2 SD S3 SD S4 Kelurahan Arjuna SD J1 SD J2 SD J3 SD Y1 SD Y2 SD Y3 SD Y4 SD Y5 SD H1 SD H2 SD H3 SD

H4 SD J4 SD J5

(25)

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Adapun yang

termasuk dalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan sarapan

(X); sementara yang menjadi variabel terikatnya adalah fungsi kognitif (Y).

2. Definisi Operasional

a. Kebiasaan Sarapan

Kebiasaan sarapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas rutin

sarapan sebelum berangkat sekolah yang dikategorikan menjadi tiga kelompok

yaitu selalu sarapan, kadang-kadang (melewatkan 2-3 kali sarapan per

minggu), dan tidak pernah sarapan yang diperoleh dari kuesioner kebiasaan

sarapan.

b. Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang dalam memproses pemikiran.

Dalam penelitian ini fungsi kognitif dinilai dari aspek atensi dan memori

jangka pendek.

1) Atensi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes atensi

visual yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi

kognitif seseorang dalam berkonsentrasi secara selektif terhadap satu hal

(26)

2) Memori jangka pendek dalam penelitian ini merupakan hasil digit memory

test yang bertujuan untuk melihat fungsi kognitif seseorang dalam

menahan informasi untuk waktu yang singkat.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik)

menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi

hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan,

ujian (tes), dokumentasi dan lainnya (Riduwan, 2004). Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner) dan tes.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini

disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2004). Menurut Riduwan (2004), instrumen

pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah.

Selanjutnya instrumen dapat diwujudkan dalam bentuk kuesioner, daftar cocok

(checklist), skala, pedoman wawancara, lembar pengamatan, soal ujian atau tes, dan

sebagainya. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan tes.

1. Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang

lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan

(27)

mengenai suatu masalah (Riduwan, 2004). Dalam penelitian ini semua

responden diminta mengisi kuesioner untuk menggali kebiasaan sarapan siswa

(kuesioner terlampir).

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1993). Dalam

penelitian ini tes ditujukan untuk menilai fungsi kognitif siswa dalam aspek

atensi dan memori jangka pendek.

a. Tes Atensi

Tes ini dilakukan secara klasikal. Siswa-siswa diberikan selembar kertas

berisi suatu wacana. Mereka diinstruksikan untuk melingkari setiap huruf

/a/ yang diikuti oleh huruf /n/. Tes ini diadaptasi dari Attention test yang

dikembangkan oleh R. Brickenkamp and E. Zilmer yang berfungsi untuk

mengases atensi dan konsentrasi. Adaptasi yang dilakukan adalah

mengganti wacana yang diberikan menjadi wacana dalam Bahasa

Indonesia. Adapun target yang harus dilingkari juga diganti dari huruf /d/

dengan dua titik menjadi huruf /a/ yang diikuti dengan huruf /n/. Terdapat

200 target yang harus dilingkari dalam tes ini. Nilai yang diperoleh adalah

dengan menghitung jumlah target yang dilingkari dengan benar.

b. Tes Memori Jangka Pendek

Tes memori jangka pendek yang digunakan adalah digit memory test atau

(28)

Ridsdale yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Tes

ini dilakukan secara individual di dalam ruangan yang tenang. Tester dan

testee duduk berhadapan. Tester membacakan deret angka dimulai dari 2

angka dan seterusnya. Testee diminta mendengarkan dengan cermat

kemudian menyebutkan kembali angka yang dapat diingatnya. Tes ini

dilanjutkan dengan deret angka lain tetapi testee diminta menyebutkannya

secara mundur, dari angka yang terakhir dibacakan sampai angka yang

pertama dibacakan. Nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan hasil tes

memori angka maju dan mundur yang kemudian dibandingkan dengan

tabel skor standar.

Uji coba instrumen dilakukan baik terhadap kuesioner kebiasaan sarapan

maupun instrumen tes fungsi kognitif. Tujuan uji coba instrumen adalah untuk

mengetahui kelayakan instrumen sehingga bisa digunakan untuk penelitian.

Instrumen yang telah dijustifikasi oleh dosen pembimbing kemudian diujicobakan

pada siswa-siswa kelas V di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Cicendo yang

tidak menjadi sasaran penelitian.

Setelah melakukan uji coba instrumen ternyata ada beberapa pertanyaan

dalam kuesioner yang harus direvisi dan ditukar urutannya karena ada beberapa

anak yang bingung terhadap pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan ujicoba tidak

(29)

Kuesioner yang telah direvisi kemudian diujicobakan kembali kepada lima

orang siswa. Setelah melakukan uji coba instrumen yang kedua kalinya tidak ada

pertanyaan yang direvisi, karena sudah dapat dipahami oleh siswa.

E. Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah statistik inferensial. Pada statistik

inferensial, dengan data hasil pengukuran terhadap sampel kita dapat menentukan

(menghitung) ukuran-ukuran sampel (statistik). Berdasarkan ukuran-ukuran

sampel itu, kita menggunakan statistik inferensial untuk membuat

kesimpulan-kesimpulan (to infer) tentang parameter populasinya.

Secara umum, ada dua kegiatan yang dapat dilakukan oleh statistika

inferensial, yaitu (1) menaksir (to estimate) parameter populasi berdasarkan

ukuran-ukuran sampel, dan (2) menguji (to test) hipotesis. (Furqon, 2009).

Selanjutnya, untuk menguji hipotesis tentang perbedaan rata-rata populasi

dari tiga kelompok data digunakan analisis variansi atau dikenal dengan Oneway

Analysis of Variance (ANOVA) dengan bantuan software Statistical Package for

Social Sciences (SPSS) 11.0 for Windows.

Asumsi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah sebagai berikut:

a) Populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi normal

b) Varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama

c) Sampel tidak berhubungan satu dengan yang lain.

Pada kasus ini, dari hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji

(30)

Demikian pula dengan uji homogenitas varians dengan uji Levene, didapatkan

hasil bahwa varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama. Dan yang

terakhir, sampel pada penelitian ini memang tidak berhubungan satu dengan yang

lain karena sampel dari masing-masing kelompok menggunakan subjek yang

berbeda. Dengan demikian, data yang diperoleh dalam penelitian ini memenuhi

syarat untuk pengujian dengan ANOVA. Hasil lengkap uji normalitas dan uji

(31)

F. Alur Penelitian

Bagan 3.2 Alur Penelitian

Tes Fungsi Kognitif

 Atensi  Memori Jk.

Pendek

Profil

Analisis dengan ANOVA

Hasil Kesimpulan

Implikasi Variabel Terikat

Selalu Sarapan

Kadang-kadang

Tidak Pernah Kuesioner

Kebiasan Sarapan

Asumsi Hipotesis

Sampel Penelitian

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Persepsi siswa mengenai sarapan sudah baik hal ini terlihat dari jawaban

siswa dimana seluruhnya menyatakan bahwa sarapan itu bermanfaat. Sebanyak

27,5% siswa selalu sarapan, 62,4% kadang-kadang sarapan, dan 10,1% tidak

pernah sarapan. Alasan utama melewatkan sarapan adalah tidak sempat karena

takut kesiangan dan tidak lapar. Uang jajan menjadi alternatif paling banyak yang

disiapkan ibu sebagai pengganti sarapan. Sebagian besar anak makan pertama kali

pada waktu istirahat jika mereka tidak sarapan. Menu makanan yang paling

banyak dikonsumsi saat sarapan terdiri dari nasi dan lauk sementara minuman

yang terbanyak dikonsumsi adalah susu. Sulit berkonsentrasi atau menangkap

pelajaran menjadi efek yang paling banyak dirasakan anak jika mereka

melewatkan sarapan. Sebagian anak melakukan sarapan sendiri tanpa anggota

keluarga yang menemani. Tidak ditemukan hubungan antara pekerjaan ibu dengan

kebiasaan sarapan anak. Dengan demikian kebiasaan sarapan anak lebih banyak

dipengaruhi oleh preferensi anak dan bukan karena ketersediaan makanan.

Anak-anak yang selalu sarapan memiliki atensi yang lebih baik

dibandingkan anak-anak yang suka melewatkan sarapan. Anak-anak yang selalu

sarapan memiliki memori jangka pendek yang lebih baik dibandingkan anak-anak

yang suka melewatkan sarapan. Dengan demikian, fungsi kognitif anak-anak yang

(33)

B. SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya:

Pada penelitian ini pengaruh sarapan baru ditinjau pada aspek atensi dan

memori. Oleh karena itu disarankan untuk meneliti pengaruh sarapan pada

aspek kognitif lainnya misalnya pada aspek pencitraan, bahasa, pemecahan

masalah, penalaran, dan pembuatan keputusan.

2. Bagi sekolah:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pertama kali makan jika tidak

sarapan di rumah adalah saat istirahat. Mengingat hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa sarapan berpengaruh terhadap fungsi kognitif, maka

disarankan agar sekolah dapat mengubah jadwal istirahat pertama menjadi

lebih awal untuk memberikan kesempatan anak-anak mendapat asupan

makanan lebih cepat terutama bagi yang belum sarapan.

Berdasarkan hasil penelitian, uang jajan merupakan alternatif terbanyak yang

disiapkan ibu sebagai pengganti sarapan. Untuk mengurangi paparan anak

sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bergizi

diperlukan upaya sekolah untuk mengelola kantin agar menyediakan makanan

yang sehat dan bergizi. Pihak sekolah juga perlu mengawasi

pedagang-pedagang makanan dan minuman yang ada di sekitar sekolah.

3. Bagi guru:

Mengingat hasil penelitian menemukan adanya pengaruh antara kebiasaan

sarapan dengan fungsi kognitif siswa maka guru perlu menekankan

(34)

timbulnya hambatan belajar. Dalam melakukan asesmen terhadap siswa yang

mengalami hambatan belajar perlu ditanyakan mengenai kebiasaan

sarapannya. Guru juga harus memastikan bahwa anak tidak dalam keadaan

lapar saat melakukan tes, baik dalam rangka asesmen maupun dalam

mengevaluasi hasil belajar siswa.

4. Bagi orangtua:

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar siswa memiliki kebiasaan

melewatkan sarapan dengan alasan tidak sempat sarapan karena takut

kesiangan. Oleh karena itu, disarankan kepada orangtua siswa agar membantu

anaknya untuk mengelola waktu dengan baik. Misalnya membiasakan anak

menyiapkan semua keperluan untuk sekolah sebelum tidur dan bangun tidur

lebih awal sehingga ada waktu untuk sarapan. Mengingat hasil penelitian

menyebutkan sebagian siswa sarapan sendiri maka disarankan agar keluarga

membiasakan diri untuk sarapan bersama sehingga seluruh anggota keluarga

dapat melihat contoh dan termotivasi untuk selalu sarapan. Orangtua

disarankan untuk tidak memberikan uang jajan sebagai pengganti sarapan jika

anak tidak sarapan di rumah, melainkan menyiapkan bekal makan yang

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Zaenal. (2010). Kesulitan Belajar dalam Perspektif Pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://z-alimin.blogspot.com/2010/04/kesulitan-belajar-dalam-perspektif.html [2 Oktober 2010]

Alimin, Zaenal. (2010). Reorientasi Pendidikan Khusus/PLB (Special Education) Ke pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Education) Usaha Mencapai Pendidikan Untuk Semua. [Online]. Tersedia:

http://z-alimin.blogspot.com/2010/04/reorientasi-pendidikan-khususplb.html [2

Oktober 2010]

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, Donald et al. (2006). Introduction to Research in Education. 7th ed. Canada: Thomson Wadsworth.

Badan Pusat Statistik. (2006). Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) Kabupaten Majalengka. Jakarta: BPS

Bagwel, E Susan. (2008) The Relationship Between Breakfast and School Performance. [Online]. Tersedia: http://clearinghouse.missouriwestern.edu/

manuscripts/202.asp. [2 Oktober 2010].

Benton D., & Parker P. (1998): Breakfast blood glucose and cognition. American Journal of Clinical Nutrition 67, S772–S778.

Bro, R., McLaughlin, T., Shank, L., & Williams, R. (1996). Effects of a breakfast program on on-task behaviors of vocational high school students. The Journal of Educational Research, 90(2), 111-115.

Chao, ESM., & Vanderkooy, PS. (1989). An Overview of Breakfast Nutrition. Journal of Canadian Dietetic Association, 50(4), 225-228.

CLF. (1997). Directory of Child Nutrition Program. Canadian Living Foundation, Breakfast for Learning. North York, Ontario.

Cromer BA, Tarnowski KJ, Stein AM, et al. (1990). The School Breakfast Program and Cognition in Adolescent. Dev. Behav, Pediatric. 1990: 11: 295 – 300.

(36)

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Judarwanto, Widodo. (2008). Perilaku Makan Anak Sekolah. [Online]. Tersedia: http://www.gizi.net/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%20sek olah.pdf [2 Oktober 2010].

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). [Online]. Tersedia:

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. [2 Oktober 2010].

Khan, Abdullah. (2010). The Relationship Between Breakfast, Academic Performance and Vigilance in School Aged Children. Tesis Magister Pendidikan pada Division of Art, School of Education, Murdoch University: tidak diterbitkan.

Khomsan, A. (2002). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Kurniasari, R. (2005). Hubungan frekuensi dan asupan gizi makan pagi dengan kadar hemoglobin (Hb) darah dan konsentrasi di sekolah pada murid kelas V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN Jetishardjo 1 Yogyakarta. Tesis Magister pada FIKM Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Lopez, I. (1993). Breakfast Omission and Cognitive Performance of Normal, Wasted and Stunted School Children. European Journal of Clinical Nutrition, 47, 533-542.

Matlin, Margaret W. (1994). Cognition. 3rd ed. USA: Harcourt Brace Jovanovich Publisher.

Meyers, AF., Sampson, AE., Weitzman, M., Rogers, BL., & Kayne, II. (1989). School breakfast program and school performance. American Journal 0f Disease of Children, 143, 1234-1239.

Mosby’s Medical Dictionary, 8th edition. (2009). Elsevier. [Online]. Tersedia:

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Cognitive+Function. [2

Oktober 2010]

Muhilal & Damayanti, D. (2006). Gizi seimbang untuk anak usia sekolah dasar. Dalam : Soekirman, Susana, H., Giarno, M.H. & Lestari Y. Hidup sehat: Gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka.

Nasir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pollitt, E. (1995). Does Breakfast Make a Difference in School? Journal of American Dietetic Association, 95, 1134-1139.

(37)

Function in Children. Journal of Psychiatric Research, 17, 169-174.

Pollitt, E. & Matthews, R. (1998). Breakfast and Cognition: An integrative summary. American Journal of Clinical Nutrition, 67, 804S-813S.

Powell, CA., Walker, SP., Chang, SM., & Grantham Mc-Gregor, SM. (1998). Nutrition and Education: A randomized trial of the effects of breakfast in rural primary school children. American Journal of Clinical Nutrition, 68, 873-879.

Rampersaud, G. (2008). Benefits of breakfast for children and adolescents: Update and recommendations for practitioners. American Journal of Lifestyle Medicine, 3(86), 86-103.

Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta.

Segen, J.C. (2002). Concise Dictionary of Modern Medicine. New York : McGraw-Hill. [Online]. Tersedia: http://medical-dictionary. thefreedictionary.com/Cognitive+Function. [2 Oktober 2010]

Sibuea, Posman. (2002). Perbaikan gizi anak sekolah sebagai invesasi SDM.

[Online]. Tersedia:

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Perbaikan%20Gizi%20Anak%20Sek

olah%20sebagai%20Investasi%20SDM.htm [2 Oktober 2010]

Simeon, DT. (1989). School Feeding in Jamaica:a Review of its Evaluation. American Journal of Clinical Nutrition, 67(S), 790S-794S.

Singarimbun. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Sternberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suharjo. (1996). Gizi dan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriadi, Dedi. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (1996). Psikologi Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiharyanti, Rooslain. (2006) Anak Yang Sarapan Daya Ingatnya Lebih Baik. [Online]. Tersedia: www.bernas.co.id/news/CyberNas/WACANA/3876.htm [2 Oktober 2010].

(38)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sarapan). [2 Oktober 2010].

Referensi

Dokumen terkait

Berita Acara Pemberian Penjelasan untuk paket pekerjaan Rehabilitasi Rumah Dinas 120 M2 dapat diunduh download pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013 melalui

Pada makalah ini, penulisan heading harap diperhatikan ditulis menggunakan angka romawi. Contohnya termasuk UCAPAN TERIMA KASIH dan REFERENSI, berada pada “Heading

akan menjadi masalah adalah ketika literasi keuangan yang dimilikinya rendah, maka dapat menyebabkan para UMKM memiliki masalah dalam pencatatan pembukuan keuangan

pada kebijakan dividen di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa.

sebuah kumparan kawat yang berputar dalam medan magnet serba sama.. GGL yang diinduksikan di dalam sebuah generator ideal berupa

Kegiatan yang telah dilakukan, seperti dalam tahapan berikut: Penjelasan tujuan kegiatan kepada Kepala kelurahan Sambiroto, Penentuan jadwal kegiatan yang

Penelitian ini bertujuan untuk merancang aplikasi Augmented Reality sebagai alat peraga, dalam menjelaskan spesifikasi dan fitur unggulan smartphone yang dipromosikan

Dari hasil penelitian di atas dapat disarankan bahwa tindakan konservasi ekosistem perlu dilakukan agar habitat dapat menghadirkan karakteristik ekosistem yang