DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GRAFIK ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFAR BAGAN ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 7
F. Disain Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Fungsi Kognitif ... 12
1. Atensi ... 13
2. Memori ... 15
B. Sarapan ... 18
C. Tingkat Melewatkan Sarapan ... 22
D. Alasan Melewatkan Sarapan ... 23
E. Efek Melewatkan Sarapan ... 24
1. Efek Jangka Pendek terhadap Fungsi Kognitif ... 26
2. Efek Jangka Panjang terhadap Fungsi Kognitif ... 28
F. Kerangka Pemikiran ... 29
G. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 32
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 37
E. Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 43
1. Kebiasaan Sarapan ... 43
2. Fungsi Kognitif Siswa ditinjau dari Kebiasaan Sarapan ... 52
B. Pembahasan ... 56
1. Kebiasaan Sarapan ... 56
2. Fungsi Kognitif ditinjau dari Kebiasaan Sarapan ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 75
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Persepsi Siswa Mengenai Sarapan 44
4.2 Frekuensi Sarapan Siswa 45
4.3 Alasan Siswa Melewatkan Sarapan 46
4.4 Alternatif Sarapan yang Disiapkan Ibu 46
4.5 Waktu Makan Pertama Kali jika Melewatkan Sarapan 47 4.6 Dampak Melewatkan Sarapan yang Dirasakan Siswa 48
4.7 Menu Sarapan 49
4.8 Minuman saat Sarapan 50
4.9 Teman saat Sarapan 51
4.10 Pekerjaan Ibu 51
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Rata-rata Skor Atensi Siswa berdasarkan Kebiasaan Sarapan
53
4.2 Rata-rata Skor Memori Jangka Pendek Siswa berdasarkan Kebiasaan Sarapan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Memori Atkinson-Shiffrin 17
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
3.1 Prosedur Menentukan Sampel Penelitian dengan Menggunakan Teknik Multistage Sampling
35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kuesioner Kebiasaan Sarapan 75
2 Instrumen Tes Atensi Visual 77
3 4
Instrumen Tes Memori Jangka Pendek Tabulasi Data Hasil Penelitian
80 84
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar pada anak usia sekolah dasar merupakan kondisi yang
sangat penting sebagai landasan pendidikan anak. Namun demikian, kondisi
belajar tersebut terkadang mengalami gangguan dan menimbulkan masalah
belajar. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid
yang dapat menghambat kelancaran proses belajarnya.
Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu memberikan
layanan kepada peserta didik berdasarkan kebutuhan masing-masing peserta didik
sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kapasitas
yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan pergeseran paradigma dalam memandang
anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam paradigma ini seorang anak dipandang
dari hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dimilikinya dan bukan
semata-mata dari kecacatan yang dimiliki anak tersebut.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori
yaitu anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari
kecacatan tertentu (anak penyandang cacat); serta anak berkebutuhan khusus yang
bersifat temporer, akibat lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak mendapatkan intervensi yang
Timbulnya hambatan belajar dan hambatan perkembangan baik yang
bersifat temporer maupun yang bersifat permanen dapat terjadi karena faktor
internal anak itu sendiri atau dapat juga karena faktor eksternal. Fungsi pendidikan
kebutuhan khusus adalah mencegah munculnya hambatan-hambatan belajar dan
hambatan perkembangan, atau sekurang-kurangnya dapat meminimalkan hambatan
itu, sehingga anak dapat berkembang optimal (Alimin, 2010).
Lynch (Supriadi, 2004) dalam laporan untuk Bank Dunia yang berjudul
“Provision for Children with Special Educational Needs in the Asia Region“
mengungkapkan pendekatan baru dalam memahami anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Terdapat tiga anak yang masuk ke dalam
kategori ini, salah satunya adalah anak-anak yang telah berada di sekolah namun
karena berbagai alasan mereka tidak mencapai kemajuan sebagaimana layaknya.
Mereka itulah yang kemudian mudah putus sekolah atau tinggal kelas. Yang
masuk ke dalam kategori ini kebanyakan adalah anak-anak yang datang dari
keluarga atau masyarakat miskin serta anak-anak yang kondisi fisik dan
kesehatannya kurang.
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang. Beberapa faktor fisiologis yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kesehatan dan status gizi. Kedua
faktor ini penting karena seseorang tidak mungkin dapat mengembangkan
kapasitas dirinya secara optimal apabila yang bersangkutan tidak memiliki
Menurut Suharjo (1996), anak sekolah termasuk ke dalam kelompok yang
rentan gizi. Pada usia ini asupan gizi sangat diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak memerlukan zat gizi dan energi untuk
berkonsentrasi pada tugas-tugas akademik di sekolah dan juga aktivitas fisik mereka
yang tinggi. Sarapan berkontribusi terhadap sepertiga asupan gizi yang dibutuhkan.
Namun banyak anak yang memiliki kebiasaan melewatkan sarapan pagi sebelum
mereka berangkat sekolah dengan berbagai alasan.
Beberapa penelitian untuk melihat kebiasaan sarapan pada anak sekolah
memberikan hasil yang beragam. Menurut Badan Pusat Statistik (2006) hanya
15,2% anak sekolah dasar di Majalengka yang memiliki kebiasaan sarapan,
dengan kata lain 84,8% anak sekolah dasar di Majalengka tidak terbiasa sarapan.
Sibuea (2002) menemukan terdapat 57,5% anak sekolah di Medan tidak pernah
sarapan pagi, sementara penelitian Kurniasari (2005) menemukan 25% anak
sekolah dasar di Yogyakarta jarang melakukan sarapan. Di Amerika Serikat,
prevalensi melewatkan sarapan pada anak-anak dan orang dewasa berkisar antara
10 sampai 30% tergantung dari kelompok umur, gender, ras, etnis dan bagaimana
mendefinisikan melewatkan sarapan (Rampersaud, 2008).
Bukan saja yang suka melewatkan sarapan yang kehilangan kesempatan
mendapatkan nutrisi penting dari sarapan tetapi juga anak-anak yang melakukan
sarapan di rumah tetapi sarapan dengan makanan yang tidak seimbang gizinya
(Worobey & Worobey, 1999). Banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa
kognitif dan prestasi akademik. Sarapan telah menjadi makan individual karena
anggota keluarga memiliki jadwal di pagi hari yang berbeda-beda (Bro et al., 1996).
Pentingnya sarapan bagi prestasi akademik tercermin dari efek sarapan
terhadap fungsi kognitif. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa melewatkan
sarapan berpengaruh buruk terhadap kemampuan memecahkan masalah, memori
jangka pendek dan pemusatan perhatian pada anak. Sebaliknya, ketika
anak-anak mengkonsumsi sarapan maka kinerjanya meningkat dalam hal pemusatan
perhatian, aritmatika, tugas-tugas memecahkan masalah dan penalaran logis
(Pollitt, 1998). Sarapan juga penting dalam mempertahankan suplai glukosa ke
otak. Penelitian yang dilakukan Benton (1998) menyebutkan bahwa suplai
glukosa ke otak dapat meningkatkan fungsi kognitif serta memperbaiki memori
dan suasana hati seseorang.
Melewatkan sarapan menciptakan keadaan kelaparan. Kelaparan adalah
suatu kondisi yang kompleks karena menyangkut banyak faktor, tidak saja faktor
metabolik dan psikologis namun juga menyangkut komponen emosional. Jika
diasumsikan seorang anak makan terakhir pukul 19.00 dan keesokan harinya
melewatkan sarapan, maka pada saat pelajaran dimulai –misal pada pukul 07.00-
anak ini tidak memiliki asupan makanan dan atau minuman selama 12 jam.
Menurut Worobey & Worobey (1999) kata sarapan (breakfast) itu sendiri
memiliki konotasi menghentikan periode puasa (breaking the fasting period).
Ketika anak melewatkan sarapan, cadangan energi dari makanan yang
tersedia di tubuhnya menjadi terbatas. Energi yang ada pertama-tama akan
dan terakhir untuk aktivitas sosial dan perkembangan kognitif. Akibatnya, anak
tersebut akan mengurangi tingkat aktivitasnya serta menjadi letargi dan apatis.
Perilaku ini akan berdampak terhadap interaksi sosial, kemampuan untuk
berkonsentrasi, serta kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks.
Kebiasaan melewatkan sarapan akan berdampak terhadap fungsi kognitif secara
keseluruhan (Craig, 1998 dalam Khan, 2010). Gangguan terhadap fungsi kognitif
pada akhirnya dapat mengganggu prestasi siswa di sekolah.
Pollitt dan Matthew (1998) menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan
mekanisme biologis di mana sarapan dapat mempengaruhi fungsi otak dan hasil
tes kognitif. Yang pertama, melibatkan perubahan metabolik - akibat puasa
semalaman yang diperpanjang – untuk mempertahankan ketersediaan bahan bakar
dan nutrisi lain bagi sistem saraf pusat. Yang kedua, pengaruh jangka panjang
sarapan terhadap status gizi seseorang yang akan mempengaruhi kognisi.
Meskipun kebanyakan penelitian menyatakan bahwa sarapan memiliki
efek postitif terhadap kesehatan, perilaku, kewaspadaan dan prestasi akademik,
ada juga yang menyatakan lain. Lopez (1993) menggambarkan bahwa tidak
terdapat efek merusak dari melewatkan sarapan terhadap prestasi akademik,
kewaspadaan dan kemampuan kognitif. Secara umum, temuan-temuan dari
penelitian masih tidak konsisten dengan menunjukkan sedikit atau bahkan tidak
ada efek merugikan dari melewatkan sarapan.
Bertolak dari latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: ”Fungsi Kognitif Siswa Sekolah Dasar
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana fungsi kognitif
siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya. Dari rumusan masalah
tersebut, diuraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar?
2. Apakah ada perbedaan fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari
kebiasaan sarapannya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Gambaran kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar.
2. Fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan sarapannya.
D. Kegunaan Penelititan
1. Kegunaan Teoritis
Adapun kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah:
a. Dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dalam memperkaya
khasanah konsep dan teknis operasional dalam mengoptimalkan potensi anak
dan mencegah munculnya hambatan belajar.
b. Sebagai bahan informasi ilmiah – empirik yang berguna untuk penelitian
selanjutnya dalam mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan bidang
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi
pengambil kebijakan di tingkat sekolah agar dapat mengoptimalkan fungsi
kognitif melalui pembiasaan sarapan siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru dan orangtua siswa
dalam membimbing kebiasaan sarapan anak.
E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional
1. Fungsi Kognitif
Kognisi mencakup proses mental yang diperlukan setiap kali kita
mendapatkan informasi, menempatkan informasi di penyimpanan, memanggil
informasi, atau menggunakan informasi tersebut. Kognisi meliputi berbagai
proses mental, termasuk persepsi, memori, pencitraan, bahasa, pemecahan
masalah, penalaran, dan pembuatan keputusan (Matlin, 1994).
Menurut Mosby’s Medical Dictionary (2009), fungsi kognitif adalah suatu
proses intelektual yang membuat seseorang menyadari, menerima dan memahami
gagasan-gagasan. Fungsi kognitif melibatkan seluruh aspek persepsi, berpikir,
bernalar dan mengingat. Menurut McGraw-Hill Concise Dictionary of Modern
Medicine (2002), proses kognitif didefinisikan sebagai setiap proses mental yang
melibatkan operasi simbolik – seperti persepsi, memori, penciptaan
perumpamaan, dan berpikir; proses kognitif meliputi kesadaran dan kapasitas
Dalam penelitian ini fungsi kognitif diartikan kemampuan yang diperlukan
dalam proses belajar. Adapun aspek yang diteliti adalah aspek perhatian
(attention) dan memori jangka pendek (short term memory).
a. Atensi
Atensi didefinisikan sebagai pemusatan aktivitas mental (Matlin, 1994).
Menurut Sternberg (2006), atensi adalah cara-cara kita secara aktif memproses
sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang
disediakan oleh indera, memori yang tersimpan, dan oleh proses-proses
kognitif kita yang lain.
Atensi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes atensi
visual yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi
kognitif seseorang dalam berkonsentrasi secara selektif terhadap satu hal dan
mengabaikan hal-hal lainnya.
b. Memori jangka pendek
Mengingat (memory) adalah kemampuan untuk menyimpan informasi dan
pengalaman yang pernah dipelajari pada masa lalu dan dapat dimunculkan
kembali jika diperlukan. Menurut The Atkinson-Shiffrin Model , memori ini
terdiri dari memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka
panjang (Matlin, 1994). Yang diteliti dalam penelitian ini adalah memori
jangka pendek.
Memori jangka pendek dalam penelitian ini merupakan hasil digit memory
test yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi
2. Kebiasaan Sarapan
Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; pola
untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yg dipelajari oleh
seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang
sama (KBBI, 2008). Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap
pada pagi hari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan
pukul 10.00 pagi (http://id.wikipedia.org/wiki/Sarapan).
Dalam penelitian ini kebiasaan sarapan yang dimaksud adalah aktivitas
rutin sarapan sebelum berangkat sekolah yang dikatergorikan menjadi tiga
kelompok yaitu selalu sarapan, kadang-kadang (melewatkan 2-3 kali sarapan
per minggu), dan tidak pernah sarapan.
F. Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan disain Ex
Post Facto. Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan after
the fact. Artinya, penelitian dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut
juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian
penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian
merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kejadian tersebut.
Istilah ex post facto berasal dari bahasa Latin yang berarti after the fact. Hal
ini mengindikasikan bahwa penelitian ex post facto dilakukan setelah variasi dalam
comparative karena bertujuan untuk menyelediki hubungan penyebab-dan-efek
antara variabel-variabel terikat dan bebas. Peneliti menggunakan metode ini dalam
situasi yang melibatkan variabel terikat yang melekat (attribute independent
variables, yaitu karakteristik yang sudah dimiliki seorang subjek sebelum penelitian
dilakukan) yang tidak dapat dimanipulasi atau ketika variabel tersebut sebenarnya
dapat dimanipulasi namun tidak dilakukan karena tidak etis atau tidak
bertanggungjawab jika hal tersebut dilakukan. (Ary, 2006).
Penelitian ini menggunakan metode survai sampel. Menurut Ary (2006),
survai sampel adalah suatu survey yang meneliti hanya sebagian dari populasi.
Kerlinger (Sugiyono, 2004) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah
penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel.
Sementara menurut Singarimbun (1995), penelitian survai adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner dan
tes. Kuesioner digunakan untuk melihat kebiasaan sarapan sedangkan tes
digunakan untuk melihat fungsi kognitif siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di sekolah dasar yang
ada di Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Sampel diambil secara multistage
Analisis deksriptif dilakukan untuk menginterpretasikan hasil dari
kuesioner mengenai kebiasaan sarapan anak. Data mengenai fungsi kognitif
dianalis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dengan bantuan software
SPSS Statistical Package versi 11.0 untuk menguji hipotesis apakah terdapat
perbedaan dalam fungsi kognitif siswa sekolah dasar ditinjau dari kebiasaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut tujuan, pendekatan, tingkat
eksplanasi, dan analisis data. Berdasarkan tujuannya, penelitian terbagi menjadi
penelitian dasar dan penelitian terapan. Suriasumantri (Sugiyono, 2004)
menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan
menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui,
sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah kehidupan praktis. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk ke dalam
penelitian terapan karena dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan
mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan
masalah-masalah praktis.
Berdasarkan tingkat eksplanasinya maka penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif-komparatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel
yang lain (Sugiyono, 2004). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif karena
salah satu tujuannya berupaya untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah
kebiasaan sarapan siswa sekolah dasar. Di samping itu, penelitian ini juga
berupaya untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif siswa sekolah dasar
digolongkan ke dalam penelitian komparatif dimana penelitian komparatif adalah
suatu penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono, 2004).
Secara garis besar terdapat dua macam rancangan penelitian, yaitu: rancangan
ex post facto dan rancangan eksperimental. Faktor-faktor yang membedakan kedua
rancangan ini ialah pada rancangan pertama tidak terjadi manipulasi variabel bebas
sedang pada rancangan yang kedua terdapat manipulasi variabel bebas. Tujuan utama
penggunaan rancangan yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang
rancangan kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat).
Istilah ex post facto berasal dari bahasa Latin yang berarti after the fact. Hal
ini mengindikasikan bahwa penelitian ex post facto dilakukan setelah variasi dalam
variabel yang diamati telah terjadi secara alami. Metode ini disebut juga causal
comparative karena bertujuan untuk menyelediki hubungan penyebab-dan-efek
antara variabel-variabel terikat dan bebas. Peneliti menggunakan metode ini dalam
situasi yang melibatkan variabel bebas yang melekat (attribute independent
variables, yaitu karakteristik yang sudah dimiliki seorang subjek sebelum penelitian
dilakukan) yang tidak dapat dimanipulasi atau ketika variabel tersebut sebenarnya
dapat dimanipulasi namun tidak dilakukan karena tidak etis atau tidak
bertanggungjawab jika hal tersebut dilakukan. (Ary, 2006).
Ada dua model dasar dari penelitian ex post facto yaitu (1) mulai dengan
subjek-subjek yang berbeda dalam variabel bebas (penyebab) dan berusaha
menentukan konsekuensi (efek) dari perbedaan-perbedaan ini, dan (2) mulai dengan
subjek-subjek yang berbeda dalam variabel terikat (efek) dan berusaha untuk
mengambil model pertama dimana peneliti mulai dengan subjek-subjek yang
berbeda dalam kebiasaan makan (penyebab) dan berusaha untuk menentukan
konsekuensi dari perbedaan kebiasaan makan tersebut pada area fungsi
kognitif.
Penelitian ini menggunakan metode survai sampel. Kerlinger
(Sugiyono, 2004) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari
adalah dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel. Menurut
Singarimbun (1995), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok. Penelitian survai dapat digunakan untuk
maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (explanatory
atau confirmatory), yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian
hipotesa; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa
yang akan datang, (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator
-indikator sosial. Menurut Ary (2006), survey sampel adalah suatu survey yang
meneliti hanya sebagian dari populasi.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2004), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Riduwan (2004), populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit
hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Sementara menurut Furqon (2009),
populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, orang, atau keadaan yang
paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar di Kecamatan Cicendo Kota Bandung.
Siswa kelas V diambil dengan pertimbangan anak-anak pada usia ini sudah dapat
berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik sehingga diharapkan dapat
mempermudah pengisian kuesioner yang harus diisi dan melakukan semua tes
yang diberikan peneliti. Pada usia ini juga diprediksikan kebiasaan sarapan
sebagai salah satu variabel yang diteliti sudah mantap dan tidak berubah-ubah.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2004). Sementara menurut Arikunto (1993) sampel
adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel
penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara untuk
mengambil sampel yang representatif dari populasi (Riduwan, 2004).
sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
multistage cluster sampling. Cluster sampling sebagaimana dijelaskan Natsir
(2005) adalah teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit
terkecil, atau cluster. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total
populasi. Unsur-unsur dalam cluster sifatnya tidak homogen, yang berbeda
dengan unit-unit elementer dalam strata. Tiap cluster mempunyai anggota yang
homogen menyerupai populasi sendiri.
Pada multistage cluster sampling, proses pemilihan sampel penelitian
dilaksanakan melalui dua tahap pengambilan sampel atau lebih. Pada cluster
sampling tersebut, tahap pertama pemilihan cluster dapat menggunakan simple
random sampling, systematic sampling atau stratified sampling. Setelah cluster
sample diperoleh, elemen pada cluster tersebut tidak serta merta dijadikan sampel
penelitian. Tahap kedua adalah pemilihan sampel dari elemen-elemen pada tiap
cluster, yang dapat juga diperoleh melalui penggunaan salah satu dari ketiga jenis
teknik random yang sudah disebutkan sebelumnya.
Adapun pemilihan sampel dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam
Bagan 3.1 Prosedur Menentukan Sampel Penelitian dengan Menggunakan Teknik Multistage Sampling Kelurahan Pajajaran Kota Bandung Kelurahan Husein S. Kelurahan Pasirkaliki Kelurahan Pamoyanan Kelurahan Sukaraja SD K1 SD K2 SD K3 SD K4 SD K5 SD A1 SD A2 SD A3 SD A4 SD K3 SD S1 SD S2 SD S3 SD S4 Kelurahan Arjuna SD J1 SD J2 SD J3 SD Y1 SD Y2 SD Y3 SD Y4 SD Y5 SD H1 SD H2 SD H3 SD
H4 SD J4 SD J5
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Adapun yang
termasuk dalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan sarapan
(X); sementara yang menjadi variabel terikatnya adalah fungsi kognitif (Y).
2. Definisi Operasional
a. Kebiasaan Sarapan
Kebiasaan sarapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas rutin
sarapan sebelum berangkat sekolah yang dikategorikan menjadi tiga kelompok
yaitu selalu sarapan, kadang-kadang (melewatkan 2-3 kali sarapan per
minggu), dan tidak pernah sarapan yang diperoleh dari kuesioner kebiasaan
sarapan.
b. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang dalam memproses pemikiran.
Dalam penelitian ini fungsi kognitif dinilai dari aspek atensi dan memori
jangka pendek.
1) Atensi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes atensi
visual yang dilakukan secara tertulis yang bertujuan untuk melihat fungsi
kognitif seseorang dalam berkonsentrasi secara selektif terhadap satu hal
2) Memori jangka pendek dalam penelitian ini merupakan hasil digit memory
test yang bertujuan untuk melihat fungsi kognitif seseorang dalam
menahan informasi untuk waktu yang singkat.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik)
menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi
hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan,
ujian (tes), dokumentasi dan lainnya (Riduwan, 2004). Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner) dan tes.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2004). Menurut Riduwan (2004), instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah.
Selanjutnya instrumen dapat diwujudkan dalam bentuk kuesioner, daftar cocok
(checklist), skala, pedoman wawancara, lembar pengamatan, soal ujian atau tes, dan
sebagainya. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan tes.
1. Kuesioner
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang
lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan
mengenai suatu masalah (Riduwan, 2004). Dalam penelitian ini semua
responden diminta mengisi kuesioner untuk menggali kebiasaan sarapan siswa
(kuesioner terlampir).
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1993). Dalam
penelitian ini tes ditujukan untuk menilai fungsi kognitif siswa dalam aspek
atensi dan memori jangka pendek.
a. Tes Atensi
Tes ini dilakukan secara klasikal. Siswa-siswa diberikan selembar kertas
berisi suatu wacana. Mereka diinstruksikan untuk melingkari setiap huruf
/a/ yang diikuti oleh huruf /n/. Tes ini diadaptasi dari Attention test yang
dikembangkan oleh R. Brickenkamp and E. Zilmer yang berfungsi untuk
mengases atensi dan konsentrasi. Adaptasi yang dilakukan adalah
mengganti wacana yang diberikan menjadi wacana dalam Bahasa
Indonesia. Adapun target yang harus dilingkari juga diganti dari huruf /d/
dengan dua titik menjadi huruf /a/ yang diikuti dengan huruf /n/. Terdapat
200 target yang harus dilingkari dalam tes ini. Nilai yang diperoleh adalah
dengan menghitung jumlah target yang dilingkari dengan benar.
b. Tes Memori Jangka Pendek
Tes memori jangka pendek yang digunakan adalah digit memory test atau
Ridsdale yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Tes
ini dilakukan secara individual di dalam ruangan yang tenang. Tester dan
testee duduk berhadapan. Tester membacakan deret angka dimulai dari 2
angka dan seterusnya. Testee diminta mendengarkan dengan cermat
kemudian menyebutkan kembali angka yang dapat diingatnya. Tes ini
dilanjutkan dengan deret angka lain tetapi testee diminta menyebutkannya
secara mundur, dari angka yang terakhir dibacakan sampai angka yang
pertama dibacakan. Nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan hasil tes
memori angka maju dan mundur yang kemudian dibandingkan dengan
tabel skor standar.
Uji coba instrumen dilakukan baik terhadap kuesioner kebiasaan sarapan
maupun instrumen tes fungsi kognitif. Tujuan uji coba instrumen adalah untuk
mengetahui kelayakan instrumen sehingga bisa digunakan untuk penelitian.
Instrumen yang telah dijustifikasi oleh dosen pembimbing kemudian diujicobakan
pada siswa-siswa kelas V di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Cicendo yang
tidak menjadi sasaran penelitian.
Setelah melakukan uji coba instrumen ternyata ada beberapa pertanyaan
dalam kuesioner yang harus direvisi dan ditukar urutannya karena ada beberapa
anak yang bingung terhadap pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan ujicoba tidak
Kuesioner yang telah direvisi kemudian diujicobakan kembali kepada lima
orang siswa. Setelah melakukan uji coba instrumen yang kedua kalinya tidak ada
pertanyaan yang direvisi, karena sudah dapat dipahami oleh siswa.
E. Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah statistik inferensial. Pada statistik
inferensial, dengan data hasil pengukuran terhadap sampel kita dapat menentukan
(menghitung) ukuran-ukuran sampel (statistik). Berdasarkan ukuran-ukuran
sampel itu, kita menggunakan statistik inferensial untuk membuat
kesimpulan-kesimpulan (to infer) tentang parameter populasinya.
Secara umum, ada dua kegiatan yang dapat dilakukan oleh statistika
inferensial, yaitu (1) menaksir (to estimate) parameter populasi berdasarkan
ukuran-ukuran sampel, dan (2) menguji (to test) hipotesis. (Furqon, 2009).
Selanjutnya, untuk menguji hipotesis tentang perbedaan rata-rata populasi
dari tiga kelompok data digunakan analisis variansi atau dikenal dengan Oneway
Analysis of Variance (ANOVA) dengan bantuan software Statistical Package for
Social Sciences (SPSS) 11.0 for Windows.
Asumsi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah sebagai berikut:
a) Populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi normal
b) Varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama
c) Sampel tidak berhubungan satu dengan yang lain.
Pada kasus ini, dari hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji
Demikian pula dengan uji homogenitas varians dengan uji Levene, didapatkan
hasil bahwa varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama. Dan yang
terakhir, sampel pada penelitian ini memang tidak berhubungan satu dengan yang
lain karena sampel dari masing-masing kelompok menggunakan subjek yang
berbeda. Dengan demikian, data yang diperoleh dalam penelitian ini memenuhi
syarat untuk pengujian dengan ANOVA. Hasil lengkap uji normalitas dan uji
F. Alur Penelitian
Bagan 3.2 Alur Penelitian
Tes Fungsi Kognitif
Atensi Memori Jk.
Pendek
Profil
Analisis dengan ANOVA
Hasil Kesimpulan
Implikasi Variabel Terikat
Selalu Sarapan
Kadang-kadang
Tidak Pernah Kuesioner
Kebiasan Sarapan
Asumsi Hipotesis
Sampel Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Persepsi siswa mengenai sarapan sudah baik hal ini terlihat dari jawaban
siswa dimana seluruhnya menyatakan bahwa sarapan itu bermanfaat. Sebanyak
27,5% siswa selalu sarapan, 62,4% kadang-kadang sarapan, dan 10,1% tidak
pernah sarapan. Alasan utama melewatkan sarapan adalah tidak sempat karena
takut kesiangan dan tidak lapar. Uang jajan menjadi alternatif paling banyak yang
disiapkan ibu sebagai pengganti sarapan. Sebagian besar anak makan pertama kali
pada waktu istirahat jika mereka tidak sarapan. Menu makanan yang paling
banyak dikonsumsi saat sarapan terdiri dari nasi dan lauk sementara minuman
yang terbanyak dikonsumsi adalah susu. Sulit berkonsentrasi atau menangkap
pelajaran menjadi efek yang paling banyak dirasakan anak jika mereka
melewatkan sarapan. Sebagian anak melakukan sarapan sendiri tanpa anggota
keluarga yang menemani. Tidak ditemukan hubungan antara pekerjaan ibu dengan
kebiasaan sarapan anak. Dengan demikian kebiasaan sarapan anak lebih banyak
dipengaruhi oleh preferensi anak dan bukan karena ketersediaan makanan.
Anak-anak yang selalu sarapan memiliki atensi yang lebih baik
dibandingkan anak-anak yang suka melewatkan sarapan. Anak-anak yang selalu
sarapan memiliki memori jangka pendek yang lebih baik dibandingkan anak-anak
yang suka melewatkan sarapan. Dengan demikian, fungsi kognitif anak-anak yang
B. SARAN
1. Bagi peneliti selanjutnya:
Pada penelitian ini pengaruh sarapan baru ditinjau pada aspek atensi dan
memori. Oleh karena itu disarankan untuk meneliti pengaruh sarapan pada
aspek kognitif lainnya misalnya pada aspek pencitraan, bahasa, pemecahan
masalah, penalaran, dan pembuatan keputusan.
2. Bagi sekolah:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pertama kali makan jika tidak
sarapan di rumah adalah saat istirahat. Mengingat hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa sarapan berpengaruh terhadap fungsi kognitif, maka
disarankan agar sekolah dapat mengubah jadwal istirahat pertama menjadi
lebih awal untuk memberikan kesempatan anak-anak mendapat asupan
makanan lebih cepat terutama bagi yang belum sarapan.
Berdasarkan hasil penelitian, uang jajan merupakan alternatif terbanyak yang
disiapkan ibu sebagai pengganti sarapan. Untuk mengurangi paparan anak
sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bergizi
diperlukan upaya sekolah untuk mengelola kantin agar menyediakan makanan
yang sehat dan bergizi. Pihak sekolah juga perlu mengawasi
pedagang-pedagang makanan dan minuman yang ada di sekitar sekolah.
3. Bagi guru:
Mengingat hasil penelitian menemukan adanya pengaruh antara kebiasaan
sarapan dengan fungsi kognitif siswa maka guru perlu menekankan
timbulnya hambatan belajar. Dalam melakukan asesmen terhadap siswa yang
mengalami hambatan belajar perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
sarapannya. Guru juga harus memastikan bahwa anak tidak dalam keadaan
lapar saat melakukan tes, baik dalam rangka asesmen maupun dalam
mengevaluasi hasil belajar siswa.
4. Bagi orangtua:
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar siswa memiliki kebiasaan
melewatkan sarapan dengan alasan tidak sempat sarapan karena takut
kesiangan. Oleh karena itu, disarankan kepada orangtua siswa agar membantu
anaknya untuk mengelola waktu dengan baik. Misalnya membiasakan anak
menyiapkan semua keperluan untuk sekolah sebelum tidur dan bangun tidur
lebih awal sehingga ada waktu untuk sarapan. Mengingat hasil penelitian
menyebutkan sebagian siswa sarapan sendiri maka disarankan agar keluarga
membiasakan diri untuk sarapan bersama sehingga seluruh anggota keluarga
dapat melihat contoh dan termotivasi untuk selalu sarapan. Orangtua
disarankan untuk tidak memberikan uang jajan sebagai pengganti sarapan jika
anak tidak sarapan di rumah, melainkan menyiapkan bekal makan yang
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Zaenal. (2010). Kesulitan Belajar dalam Perspektif Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://z-alimin.blogspot.com/2010/04/kesulitan-belajar-dalam-perspektif.html [2 Oktober 2010]
Alimin, Zaenal. (2010). Reorientasi Pendidikan Khusus/PLB (Special Education) Ke pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Education) Usaha Mencapai Pendidikan Untuk Semua. [Online]. Tersedia:
http://z-alimin.blogspot.com/2010/04/reorientasi-pendidikan-khususplb.html [2
Oktober 2010]
Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ary, Donald et al. (2006). Introduction to Research in Education. 7th ed. Canada: Thomson Wadsworth.
Badan Pusat Statistik. (2006). Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA) Kabupaten Majalengka. Jakarta: BPS
Bagwel, E Susan. (2008) The Relationship Between Breakfast and School Performance. [Online]. Tersedia: http://clearinghouse.missouriwestern.edu/
manuscripts/202.asp. [2 Oktober 2010].
Benton D., & Parker P. (1998): Breakfast blood glucose and cognition. American Journal of Clinical Nutrition 67, S772–S778.
Bro, R., McLaughlin, T., Shank, L., & Williams, R. (1996). Effects of a breakfast program on on-task behaviors of vocational high school students. The Journal of Educational Research, 90(2), 111-115.
Chao, ESM., & Vanderkooy, PS. (1989). An Overview of Breakfast Nutrition. Journal of Canadian Dietetic Association, 50(4), 225-228.
CLF. (1997). Directory of Child Nutrition Program. Canadian Living Foundation, Breakfast for Learning. North York, Ontario.
Cromer BA, Tarnowski KJ, Stein AM, et al. (1990). The School Breakfast Program and Cognition in Adolescent. Dev. Behav, Pediatric. 1990: 11: 295 – 300.
Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Judarwanto, Widodo. (2008). Perilaku Makan Anak Sekolah. [Online]. Tersedia: http://www.gizi.net/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%20sek olah.pdf [2 Oktober 2010].
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). [Online]. Tersedia:
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. [2 Oktober 2010].
Khan, Abdullah. (2010). The Relationship Between Breakfast, Academic Performance and Vigilance in School Aged Children. Tesis Magister Pendidikan pada Division of Art, School of Education, Murdoch University: tidak diterbitkan.
Khomsan, A. (2002). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Kurniasari, R. (2005). Hubungan frekuensi dan asupan gizi makan pagi dengan kadar hemoglobin (Hb) darah dan konsentrasi di sekolah pada murid kelas V dan VI SDN Jetis 1 dan SDN Jetishardjo 1 Yogyakarta. Tesis Magister pada FIKM Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Lopez, I. (1993). Breakfast Omission and Cognitive Performance of Normal, Wasted and Stunted School Children. European Journal of Clinical Nutrition, 47, 533-542.
Matlin, Margaret W. (1994). Cognition. 3rd ed. USA: Harcourt Brace Jovanovich Publisher.
Meyers, AF., Sampson, AE., Weitzman, M., Rogers, BL., & Kayne, II. (1989). School breakfast program and school performance. American Journal 0f Disease of Children, 143, 1234-1239.
Mosby’s Medical Dictionary, 8th edition. (2009). Elsevier. [Online]. Tersedia:
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Cognitive+Function. [2
Oktober 2010]
Muhilal & Damayanti, D. (2006). Gizi seimbang untuk anak usia sekolah dasar. Dalam : Soekirman, Susana, H., Giarno, M.H. & Lestari Y. Hidup sehat: Gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka.
Nasir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pollitt, E. (1995). Does Breakfast Make a Difference in School? Journal of American Dietetic Association, 95, 1134-1139.
Function in Children. Journal of Psychiatric Research, 17, 169-174.
Pollitt, E. & Matthews, R. (1998). Breakfast and Cognition: An integrative summary. American Journal of Clinical Nutrition, 67, 804S-813S.
Powell, CA., Walker, SP., Chang, SM., & Grantham Mc-Gregor, SM. (1998). Nutrition and Education: A randomized trial of the effects of breakfast in rural primary school children. American Journal of Clinical Nutrition, 68, 873-879.
Rampersaud, G. (2008). Benefits of breakfast for children and adolescents: Update and recommendations for practitioners. American Journal of Lifestyle Medicine, 3(86), 86-103.
Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta.
Segen, J.C. (2002). Concise Dictionary of Modern Medicine. New York : McGraw-Hill. [Online]. Tersedia: http://medical-dictionary. thefreedictionary.com/Cognitive+Function. [2 Oktober 2010]
Sibuea, Posman. (2002). Perbaikan gizi anak sekolah sebagai invesasi SDM.
[Online]. Tersedia:
http://els.bappenas.go.id/upload/other/Perbaikan%20Gizi%20Anak%20Sek
olah%20sebagai%20Investasi%20SDM.htm [2 Oktober 2010]
Simeon, DT. (1989). School Feeding in Jamaica:a Review of its Evaluation. American Journal of Clinical Nutrition, 67(S), 790S-794S.
Singarimbun. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Sternberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suharjo. (1996). Gizi dan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.
Supriadi, Dedi. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, M. (1996). Psikologi Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wiharyanti, Rooslain. (2006) Anak Yang Sarapan Daya Ingatnya Lebih Baik. [Online]. Tersedia: www.bernas.co.id/news/CyberNas/WACANA/3876.htm [2 Oktober 2010].
http://id.wikipedia.org/wiki/Sarapan). [2 Oktober 2010].