• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Brand Excitement, Brand Image dan Brand Love pada Word Of Mouth (Studi Kasus pada Sepatu Reebok, Converse dan New Balance di Kota Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Brand Excitement, Brand Image dan Brand Love pada Word Of Mouth (Studi Kasus pada Sepatu Reebok, Converse dan New Balance di Kota Bandung)."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

iv Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh brand excitement, brand image dan brand love yang dimiliki oleh merek sepatu Converse, Reebok dan New Balance terhadap rekomendasi word of mouth. Landasan teori penelitian ini meliputi excitement, brand image, brand love dan word of mouth.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Kuesioner disebarkan ke 150 responden, dan data dianalisis dengan pengujian regresi sederhana. Hasil penelitian menujukkan bahwa, terdapat pengaruh yang signifikan brand excitement terhadap word of mouth, brand image terhadap word of mouth dan brand love terhadap word of mouth. Artinya semakin besar brand excitement pada merek-merek tersebut maka akan semakin mendorong konsumen untuk merekomendasikan secara word of mouth merek tersebut kepada orang lain. Semakin besar brand image pada merek-merek tersebut maka akan semakin mendorong konsumen untuk merekomendasikan secara word of mouth merek tersebut kepada orang lain. Semakin besar brand love pada merek-merek tersebut maka akan semakin mendorong konsumen untuk merekomendasikan secara word of mouth merek tersebut kepada orang lain.

(2)

v Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The aim of this study are to determine the effect of brand excitement, brand image, brand love that is owned by Reebok, New Balance and Converse toward word of mouth. Grand theories that is used for this study were excitement, brand image, brand love and word of mouth. This research method was descriptive with quantitative research. Sampling using non probability sampling with purposive sampling technique. Data were collected from 150 respondents and tested with simple regression analysis. The results showed that there is a significant effect of brand excitement toward word of mouth, brand image toward word of mouth and brand love toward word of mouth which means that the increasing of brand excitement will increase word of mouth, the increasing of brand image will increase word of mouth and the increasing of brand love will increase word of mouth.

(3)

viii Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 9

2.1 Entrepreneurial Marketing ... 9

2.2 Brand dan Brand Excitement ... 11

2.2.1 Aspek Pengukuran Brand Excitement ... 16

2.2.2 Indikator Brand Excitement ... 17

2.3 Brand Image ... 18

2.3.1 Pemahaman Dasar Brand Image ... 18

2.3.2 Aspek Pengukuran Brand Image ... 20

2.3.3 Indikator Brand Image ... 22

(4)

ix Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

2.4.1 Pemahaman Dasar Brand Love ... 23

2.4.2 Karakteristik dan Pengukuran Brand Love ... 24

2.4.3 Indikator Brand Love ... 26

2.5 Word of Mouth ... 27

2.5.1 Pemahaman Dasar Word of Mouth ... 28

2.5.2 Teknik Pengukuran Word of Mouth ... 30

2.5.3 Indikator Word of Mouth ... 31

2.6 Hubungan Brand Excitement, Brand Image, Brand Love dengan Word of Mouth ... 33

2.7 Penelitian Sebelumnya ... 35

BAB III RERANGKA, MODEL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 38

3.1 Rerangka Pemikiran ... 38

3.2 Model dan Hipotesis Penelitan ... 40

BAB IV OBYEK DAN METODE PENELITIAN ... 42

4.1 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 42

4.1.1 Populasi dan Sampel ... 42

4.1.2 Jenis dan Sumber data ... 43

4.1.3 Metode Pengumpulan Data... 44

4.2 Metode Penelitian yang digunakan ... 45

4.3 Teknik Analisis ... 46

4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 47

4.3.3 Uji Hipotesis ... 48

4.4 Operasionalisasi Variabel ... 50

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 54

5.1 Karakteristik Responden ... 54

5.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57

(5)

x Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

5.4 Hasil Uji Hipotesis ... 61

5.4.1 Pengaruh Brand Excitement terhadap Word of Mouth...61

5.4.2 Pengaruh Brand Image terhadap Word of Mouth...63

5.4.3 Pengaruh Brand Love terhadap Word of Mouth...66

5.5 Implikasi Manajerial ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Saran ... 73

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 75

(6)

xi Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Merek Sepatu Olahraga yang paling sering disebutkan konsumen…...…...2

Tabel 2.1 Peran Merek Bagi Konsumen dan Produsen……..……….11

Tabel 2.2 Penelitian sebelumnya………..……...36

Tabel 4.1 Skala Likert………..50

Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel……...………...51

Tabel 5.1 Merek Sepatu pilihan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Pekerjaan………..………...57

Tabel 5.2 Hasil Uji Validitas………..……….59

Tabel 5.3 Indikator yang tidak Valid………...…60

Tabel 5.4 Hasil Uji Reliabilitas………...61

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Hipotesis Brand Excitement terhadap Word of Mouth….62 Tabel 5.6 Hasil Pengujian Hipotesis Brand Image terhadap Word of Mouth……...64

(7)

xii Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Hubungan Excitement, Brand Image, Brand Love dengan

Word of Mouth………....34

Gambar 3.1 Rerangka Pemikiran……...………..39

Gambar 3.2 Model Penelitian………..………40

Gambar 5.1 Jenis Kelamin Responden………...……….54

Gambar 5.2 Usia Responden………...55

Gambar 5.3 Pekerjaan Responden………...55

Gambar 5.4 Merek Sepatu Pilihan Responden………58

(8)

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Gaya hidup dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan peningkatan permintaan akan sepatu olahraga (Londong, 2012). Kondisi ini akan cenderung mendorong perusahaan merek sepatu lokal maupun merek internasional untuk memproduksi sepatu yang sesuai dengan konsumen Indonesia dan produsen sepatu olahraga cenderung akan tetap berupaya untuk menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen. Saat ini, sepatu olahraga telah menjadi bagian dari fashion (Fadli, 2015) sehingga sepatu olahraga yang memiliki keunikan, daya tarik serta sesuai dengan kepribadian konsumen, khususnya konsumen Indonesia dan dapat digunakan pada saat berolahraga maupun digunakan dalam berbagai jenis kegiatan sehari-hari cenderung menjadi pilihan konsumen saat ini. Namun, dalam industri sepatu olahraga Indonesia, didominasi oleh merek-merek internasional seperi Adidas, Nike, Reebok, Mizuno, New Balance dll (Londong, 2012). Oleh karena itu agar dapat menyaingi merek sepatu internasional, para pengusaha dalam industri sepatu lokal sebaiknya memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen Indonesia yang kompleks dan beragam.

Berikut ini 5 merek sepatu olahraga yang paling sering disebutkan oleh konsumen, berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada 37 orang

(9)

2 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

Tabel 1.1 Merek Sepatu Olahraga yang paling sering disebutkan konsumen No Brand Persentase

1 Nike 19%

2 Adidas 17%

3 Reebok 15%

4 Converse (All Star) 14%

5 New Balance 11%

(Sumber: Hasil survei awal penulis, 2016)

Dari tabel diatas, obyek yang digunakan dalam penelitian yakni merek sepatu Reebok, Converse dan New Balance karena walaupun merek tersebut berada dibawah Nike dan Adidas namun memiliki daya saing yang sangat kuat di Indonesia. Desain sepatu yang fasionable menjadi perhatian para pelanggan pada saat ini, karena pelanggan lebih tertarik dengan sepatu yang menunjang kegiatan olahraga sekaligus penampilan (Ariyanti, 2015). Keputusan konsumen dalam memilih merek sepatu olahraga dipengaruhi oleh selera dan kepribadian konsumen (Bitebrands, 2015), sehingga merek yang produk dan fungsinya menggambarkan kepribadian seorang konsumen akan menjadi pendorong konsumen untuk memilih merek tersebut (Ismail dan Spinelli, 2012).

Kepribadian merek (brand personality) merupakan sekumpulan karakteristik manusia yang dikaitkan atau dihubungkan dengan merek (Aaker, 1996). Menurut Aaker (1997), sifat manusia dapat dihubungkan dengan merek tertentu. Dimensi pembentuk brand personality terdiri dari sincerity, excitement, competence, sophistications dan rugguedness. Dimensi excitement merupakan dimensi yang

(10)

3 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha merek fashion. Hal ini disebabkan karena merek fashion telah menunjukkan kegembiraanya melalui karakteristik yang dimiliki sehingga telah menunjukkan kepribadiannya dengan memberikan perasaan gembira pada konsumen (Ismail dan Spinelli, 2012). Namun demikian, konsumen di Indonesia jarang terikat pada satu merek dan cenderung akan beralih saat menemukan merek yang karakteristiknya lebih sesuai (Grazella, 2013), sehingga sebaiknya produsen menciptakan produk-produk yang lebih menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman serta dapat menggambarkan kepribadian konsumen. Selain itu, menarik untuk diketahui diantara 3 merek sepatu olahraga diatas yakni Reebok, Converse dan New Balance, merek apa saja yang karakteristiknya menggambarkan kepribadian konsumen Indonesia terutama konsumen di kota Bandung.

Beberapa merek sepatu olahraga pernah menjadi sponsor tim-tim olahraga dan acara olahraga di Indonesia seperti nike, dan reebok. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan brand image. Brand image didefinisikan sebagai persepsi mengenai merek yang tercermin melalui brand associations yang ada pada benak konsumen (Keller, 2008), dengan kata lain brand associations memiliki arti dimana merek memiliki dan mengandung makna dalam memori konsumen, selain itu brand associations mencerminkan karakteristik produk atau aspek lain dari produk

(11)

4 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha sisi lain, beberapa merek olahraga cenderung belum berhasil membangun citra terutama di kalangan konsumen Indonesia hasil pra survey diatas menunjukkan bahwa, persentase Converse dan Reebok, dan New Balance lebih kecil dibandingkan adidas dan nike. Hal tersebut menunjukkan citra merek yang digambarkan oleh asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen (Keller, 1998) pada merek Converse, Reebok dan New balance cenderung lebih rendah. Selain itu, dari ketiga merek tersebut merek sepatu olahraga mana yang dianggap bermanfaat secara fungsional dan simbolik.

Hubungan konsumen dengan merek beberapa dekade menjadi perhatian oleh pemasar dan akedemisi, karena hubungan antara konsumen dan merek memiliki dampak signifikan terhadap keuntungan perusahaan (Ismail dan Spinelli, 2012). Salah satu, hubungan yang menjadi perhatian adalah hubungan emosional konsumen dengan merek. Pelanggan yang memiliki keyakinan mengenai merek tertentu diyakini akan memiliki ikatan secara emosional terhadap merek tersebut, sehingga akan menimbulkan kecintaan (Carroll dan Ahuvia, 2006). Kecintaan merek (brand love) merupakan tingkatan ikatan emosional pelanggan yang puas terhadap merek

(12)

5 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha tersebut mengindikasikan bahwa konsumen Indonesia cenderung kurang memiliki hubungan emosional terhadap merek tertentu karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Carroll dan Ahuvia (2006) loyalitas konsumen dipengaruhi oleh kecintaan konsumen terhadap merek tertentu (love of brand), brand love tidak dapat tercipta jika konsumen beralih ke brand lainnya. Keadaan ini menjadi tantangan bagi para produsen untuk dapat membangun hubungan emosional antara merek dengan konsumen di Indonesia, tidak terkecuali bagi produsen sepatu Reebok, Converse dan New Balance sehingga dapat mengalahkan merek Nike dan Adidas.

Produsen melakukan berbagai aktivitas pemasaran untuk meningkatakan brand image serta meningkatkan fungsi merek melalui dimensi brand personality

yakni excitement, di mana merek ditafsirkan memiliki kepribadian yang mungkin dapat meningkatkan hubungan merek dengan konsumen (Hankinson, 2004) dan secara emosional merek dapat membangun ikatan emosi antara konsumen dengan merek (Carroll dan Ahuvia, 2006). Pelanggan yang memiliki rasa cinta terhadap merek tertentu akan menterjemahkan kecintaanya dengan merekomendasikan merek tersebut kepada konsumen lainnya (Sallam, 2014). Komunikasi dan rekomendasi pelanggan kepada konsumen lainnya secara negatif atau positif disebut word of mouth. Word of mouth merupakan salah satu metode pemasaran yang paling efektif.

(13)

6 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha memberikan nilai yang sangat besar bagi suatu produk atau jasa (Sallam, 2014). Namun, bagaimana dengan word of mouth sepatu olahraga di kalangan masyarakat Indonesia, mengingat kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung lebih sering berganti-ganti brand dan sikap konsumen Indonesia yang lebih rentan terhadap pengaruh kelompok ataupun media sosial (Nielsen, 2015).

Berdasarkan paparan di atas, penting untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan word of mouth menjadi tinggi, apakah dipengaruhi brand excitement, brand image atau brand love?. Berkenaan dengan hal tersebut, menarik

diteliti mengenai “Pengaruh Brand Excitement, Brand Image dan Brand Love pada

Word of Mouth Merek Sepatu Converse, Reebok dan New Balance di Kota

Bandung.”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang teridentifikasi adalah: 1. Belum jelasnya apakah merek sepatu Reebok, Converse dan New Balance

dapat menimbulkan excitement konsumen Indonesia

2. Belum jelasnya tanggapan masyarakat Indonesia mengenai brand image sepatu Reebok, Converse dan New Balance

3. Masyarakat Indonesia cenderung kurang memiliki hubungan emosional dengan merek tertentu

(14)

7 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

1. Seberapa besar pengaruh brand excitement terhadap WOM merek sepatu Reebok, Converse dan New Balance?

2. Seberapa besar pengaruh brand image terhadap WOM merek sepatu Reebok, Converse dan New Balance?

3. Seberapa besar pengaruh brand love terhadap WOM merek sepatu Reebok, Converse dan New Balance?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis memiliki tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini, yakni untuk mengetahui:

1. Besarnya pengaruh brand excitement terhadap WOM pada merek Reebok, Converse dan New Balance.

2. Besarnya pengaruh brand image terhadap WOM pada merek Reebok, Converse dan New Balance.

3. Besarnya pengaruh brand love terhadap WOM pada merek Reebok, Converse dan New Balance.

1.4 Manfaat Penelitian

(15)

8 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah bagi para pengembang ilmu manajemen mengenai perkembangan excitement, brand love, brand image dan word of mouth pada konsumen di Indonesia.

2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi pemasaran maupun para wirausaha untuk menemukan cara yang paling efektif dalam menciptakan word of mouth dengan membangun kekuatan excitement, image dan love pada merek.

1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian

(16)

73

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Brand excitement berpengaruh positif signifikan terhadap word of mouth pada merek sepatu Reebok, Converse dan New Balance artinya semakin besar brand excitement pada merek-merek tersebut maka akan semakin mendorong konsumen

untuk merekomendasikan (word of mouth) merek tersebut kepada orang lain. 2. Brand image berpengaruh positif signifikan terhadap word of mouth pada merek

sepatu Reebok, Converse dan New Balance artinya semakin besar brand image pada merek-merek tersebut maka akan semakin mendorong konsumen untuk merekomendasikan (word of mouth) merek tersebut kepada orang lain.

3. Brand love berpengaruh positif signifikan terhadap word of mouth pada merek sepatu Reebok, Converse dan New Balance artinya semakin besar brand love pada merek-merek tersebut maka akan semakin mendorong konsumen untuk merekomendasikan (word of mouth) merek tersebut kepada orang lain.

6.2 Saran

(17)

74

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

meningkatkan brand excitement dengan cara mengeluarkan desain produk yang unik dan menarik. Jika berharap word of mouth di masyarakat tinggi maka perlu meningkatkan image dengan mempertimbangkan menggunakan celebrity endorsement. Jika berharap word of mouth di masyarakat tinggi maka perlu

(18)

75

Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aaker, David. (1996). Building strong Brands. New York : The Free Press.

Aaker, David. (1997). Manajemen Ekuitas Merek; Memanfaatkan Nilai Suatu Merek. Jakarta : Mitra Utama.

Aaker, J.L. (1997). Dimensions of Brand Personality. Journal of Marketing, Vol. 34 No. 3, pp. 47-56.

Alifuffudin, Moh., dan Razak, Mashur. (2015). Kewirausahaan Strategi Membangun Kerajaan Bisnis. Jakarta: MAGNAscript Publishing.

Anggraini, Adilla., dan Rachmanita. (2015). Effects of Brand Love, Personality and Image on Word of Mouth; the Case of Local Fashion Brands among Young Consumers. Procedia - Social and Behavioral Sciences 211, 442 – 447.

Bergkvist, L., & Larsen, T.B. (2010). Two Studies of Consequences and Actionable Antecedents of Brand Love. Journal of Brand Management, 17, 475-482.

Albert, Noel., and Merunka, Dwight. (2013). The Role of Brand Love in Consumer-Brand Relationships. Journal of Consumer Marketing, Vol. 30 Iss 3 pp. 258-266.

Albantani, Johan. (2010). Brand Personality. Artikel Online, http://brandsite.weebly.com/brand-personality.html. (Diakses 10 Februari 2016).

.Oxford Advanced Learners Dictionary. 1995. Oxford University Press: New York.

(19)

76 Brand Love. Marketing Letters,17(2). New York: Free Press.

Chernatony. (2014). Consumer Engagement with Self-Expressive Brands: Brand Love and WOM Outcome. Journal of Product & Brand Management, Vol. 23 Iss 1 pp. 33 – 42.

Chemma, Amar., & Kaikati, M. Andrew. (2012). The Effect of Need for Uniqueness onWord of Mouth. Journal of Marketing Research Vol. XLVII. American Marketing Association.

Doyle, Peter. (1998). Marketing Management. 4th ed. New York: Mc Graw Hill. Donald, R. Cooper., & Pamela, S. Schindler. (2006). Bussines Research Methods,

9th. Mc-Graw-Hill International Edition.

Elaine, B., and Leslie D. (2014). Consumer Engagement with Self-Expressive Brands: Brand love and WOM Outcomes. The Journal of Product and Brand Management,23(1).

Fadli, Miftah. (2015). Sepatu Casual Adidas untuk Gaya. Artikel Online, http://www.original.co.id/news-information. (Diakses 2 Februari 2016). Fournier, S. (1998). Consumers and Their Brands: Developing Relationship

Theory in Consumer Research. Journal of Consumer Research, 24(4).

Grohmann, Bianca. (2009). Gender Dimensions of Brand Personality. Journal of Marketing Research, 46(1).

Ghozali, Imam. (2008). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hair, et al. (2008). Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.

(20)

77 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

Hartono, Jogiyanto. (2011). Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Ismail, A.R.,& Spinelli, G.(2012). Effects of Brand Love, Personality and Image on Word of Mouth: The case of fashion brands among young consumers. Journal of Fashion Marketing and Management, Vol. 16 Iss: 4 pp. 386 -398. http://dx.doi.org/10.1108/13612021211265791

Ionita, Daniela. (2012). Entrepreneurialmarketing: A New Approach for Challenging Times. Journal of Management & Marketing Challenges for the Knowledge Society. Vol. 7, No. 1, pp. 131-150.

Jones, T.O., and Sasser, W.E. (1995). Why Satisfied Customers Defect. Harvard Business Review 73, No 6.

Keller, Lane. (2008). Strategic Brand Management : Building, Measuring and Management Brand Equity. New Jersey: Prentince Hall.

Keller, L. (1993). How to Manage Brand Equity. Jakarta: Gramedia Pustaka Kotler, Phillip., dan Amstrong, Gary. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta:

Erlangga.

Kotler, Philip., dan Keller, Lane. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip., dan Keller, Lane. (2012). Strategic Management. New Jersey: Prentince Hall.

Kim, O. J., and Jin, B. (2010). The Mediating Role of Excitement in Customer Satisfaction and Repatronage Intentionof Discount Store Shoppers in Korea. Journal of Shopping Center Research, 117-138.

Kristianti., Ellin., dan Kurniawan, Iwan. (2012). Konsumen Indonesia Tak Loyal ke Satu Merek. Artikel Online,

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/282178-konsumen-indonesia-tak-loyal-ke-satu-merek. (Diakses 05 Februari 2016).

Kraus, S., Harms, R. and Fink, M. (2010), “Entrepreneurial marketing: moving beyond marketing in new ventures”, Int. J. Entrepreneurship and Innovation Management, Vol. 11, No. 1, pp. 19-34

(21)

78

Londong, Dedy (2012). Bagaimana Proses Pembuatan Sepatu (Shoes Manufacture). ArtikelOnline,

http://dedylondong.blogspot.co.id/2012/10/bagaimana-proses-pembuatan-sepatu-shoes.html. (Diakses 05 May 2016).

Mowen, J.C., dan Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen. Jakarta : Erlangga. Prasetijo, R. I., Ihalauw, J. (2005). Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Andi Offset. Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi Ketiga).

Jakarta: Balai Pustaka

Roberts, K. (2006). Love Marks : The Future Beyond Brands. New York: Power House Books.

Rusell, J. A. (1980). A Cicrumplex Model of Affect. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 39, 1161-1178.

Schiffman, L. G., and Kanuk, L. L. (2004). Cousumer Behavior, 8th. NJ: Pearson Prentice Hall

Sallam, A. M. (2014). The Effect of Brand Image and Brand Identification on Brand Love and Purchase Decision Making : The Role of WOM. Journal of Marketing.

Sekaran, Uma. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

Stenberg, R.J. (1997). A Triangular Theory of Love. Psychological Review 93 (2), 119-135.

Sugiama, Gima. (2008). Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Guardaya Intimarta: Bandung.

(22)

79 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha

Wright, L. Tiu. (2009). An empirical investigation into e-shopping excitement: antecedents and effects. European Journal of Marketing, Vol. 43 Iss 9/10 pp. 1171 – 1187. http://dx.doi.org/10.1108/03090560910976429

Yavas, U., and Shemwell, D.J. (1996). Competing for patients and profit, Journal of Health Care Marketing. Vol. 16 No. 2, pp. 30-7.

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Excitement, Brand Image, Brand Love dengan
Tabel 1.1 Merek Sepatu Olahraga yang paling sering disebutkan konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Experiential marketing adalah suatu konsep pemasaran bertujuan untuk membentuk pelanggan-pelanggan yang loyal dengan menyentuh emosi mereka dan memberikan suatu

Rabbit Hole , is chosen as the symbol that will be analyzed, since it has something related to the main idea of this story. The pointed image which is carried by

DFD Level 0 menggambarkan sistem yang akan dibuat sebagai suatu entitas tunggal yang berinteraksi dengan orang maupun sistem lain.. DFD Level 0 digunakan untuk

Validitas konstruk berhubungan dengan kesesuaian butir dan tujuan pembelajaran khusus. Validitas ini dapat mengukur aspek berpikir sesuai dengan konsep atau

Menimbang, bahwa atas dasar apa yang telah dipertimbangkan dalam putusan Pengadilan Agama Bekasi dalam perkara ini, oleh Majelis Hakim Tingkat Banding sepenuhnya

Untuk mendukung kinerja dari program PAMSIMAS di Desa Tigaherang Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis diusulkan sebuah sistem berupa aplikasi berbasis web yang mana kegunaannya

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi pengaruh inflasi, PDRB, rata-rata lama sekolah, dan upah

Untuk variabel jatuh dari ketinggian > 2m tahap pekerja pekerjaan yang dapat terjadi risiko tersebut adalah pada tahap perakitan table beam dan penginstalan