EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PROGRAM
PENDIDIKAN SISTEM GANDA
(Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
ELIN HERLINA NIM. 989758
PROGRAM PASCASARJANA
DISETUJUI DAN DISYAHKAN
UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Djam'an Satori, M. A.
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana UPI Bandung
PERNYATAAN
"Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Efektivitas Pengelolaan
Praktek Kerja Industri dalam rangka Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda (Studi Kasus Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung)" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pemyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihaklain terhadap keaslian karya saya ini".
Bandung, Januari 2002
Yang membuat pemyataan,
ABSTRAK
Tantangan persaingan ketenagakerjaan pada era globalisasi semakin berat sehingga pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan tidak mungkin ditunda lagi. Pengembangan sumber daya manusia yang berpendidikan menengah
dilakukan oleh Sekolah MenengahKejuruan (SMK) untuk mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan siap bekerja dalam bidang tertentu.
Usaha untuk mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas di SMK seperti di SMK Negeri 1 Bandung dilakukan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah
dan di industri, yang dikenal dengan istilah Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Fokus utama dari keberhasilan penyiapan calon tenaga kerja terjadi pada kegiatan
praktek kerja yang dilaksanakan melalui kegiatan Praktek Kerja Industri
(Prakerin). Oleh karena itu pihak pengelola dituntut untuk mengelola kegiatan Prakerin dengan baik. Berdasarkan masalahnya penulis mencoba untuk mengungkapkan pengelolaan Prakerin melalui penelitian yang berjudul "Efektivitas Pengelolaan Prakerin dalam rangka Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung)".
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
kegiatan
pengelolaan Prakerin di SMK, karena pertanyaan penelitian yang menarik bagi
penulis yaitu "sejauh mana Prakerin dalam rangka penyelenggaraan PSG di SMK
Negeri 1 Bandung telah dikelola secara efektif?".
Data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber,
yaitu: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala
sekolah bidang dunia usaha dan industri, ketua jurusan, guru pembimbing, dan siswa di lingkungan SMK Negeri 1 Bandung, sedangkan sumber data lainnya
yaitu Ketua Majelis Sekolah, instruktur di institusi pasangan, Bidang Pendidikan
Menengah Kejuruan Bagian Kurikulum Kanwil Departemen Pendidikan Nasional
Propinsi Jawa Barat.
Data dan informasi tentang pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung dihimpun melalui wawancara dengan sampel penelitian yang bersifat
"snowball sampling", observasi, dan studi dokumentasi, kemudian data dan
informasi tersebut dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan Prakerin di SMK
Negeri 1 Bandung mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan/penilaian terlihat efektif.
Walaupun pada
pengorganisasian dan pelaksanaan
masih memerlukan perbaikan-perbaikan
terutama pada aspek: (1) pemahaman instruktur tentang Prakerin yang masih
kurang, dan (2) belum adanya pelatihan bagi guru pembimbing melalui on the job
training (OJT).DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 7
C. Kerangka Pengelolaan Prakerin 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 13
E. Sistematika Tesis 13
BAB U KAJIAN PUSTAKA 16
A. Kedudukan Prakerin dalam Administrasi Pendidikan 16
1. Pengertian Administrasi Pendidikan 16
2. Administrasi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan 18
3. Kedudukan Prakerin dalam Administrasi Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan 19
B. Konsep Pendidikan Kejuruan 20
1. Pengertian Pendidikan Kejuruan 20
2. Dalil-dalil Pendidikan Kejuruan 22
C. Konsep Program Pendidikan Sistem Ganda 24
1. Latar Belakang Historis Pendidikan Sistem Ganda 24
2. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda 27
3. Pengelolaan KBM dalam Pendidikan Sistem Ganda 32
D. Konsep Efektivitas 47
1. Pengertian Efektivitas 47
2. Efektivitas Sebagai Salah Satu Kriteria untuk Mengevaluasi Suatu
Kebijaksanaan 53
E. Konsep Pengelolaan Program 56
1. Pengertian Pengelolaan 56
2. Pengertian Program 57
3. Perencanaan 58
4. Pengorganisasian 64
5. Pelaksanaan 67
6. Pengawasan danPenilaian 68
F. Konsep Kompetensi 76
1. Pengertian Kompetensi 76
2. Komponen Kompetensi 78
G. Hasil-hasil PenelitianTerdahulu yang Relevan 83
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 86
A. Metode Penelitian 86
B. Lokasi dan Subyek Penelitian 88
C. Teknik Pengumpulan Data 89
D. Tahap-tahap Penelitian 90
E. Analisa Data 92
F. Kriteria Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian 93
BAB IV HASIL PENELITIAN 97
A. Perencanaan Prakerin 98
B. Pengorganisasian Prakerin 101
C. Pelaksanaan Prakerin 106
D. Pengawasan dan Penilaian Prakerin 108
BAB V PEMBAHASAN 113
A. Perencanaan 113
B. Pengorganisasian 116
C. Pelaksanaan 119
D. Pengawasan dan Penilaian 121
E. Analisa SWOT 128
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 129
A. Kesimpulan 129
C. Rekomendasi 133
DAFTAR PUSTAKA 135
LAMPIRAN-LAMPIRAN 139
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Kriteria Evaluasi 55
4.1. Keadaan Siswa, Guru Pembimbing, Instruktur, dan Tempat Prakerin yang
menjadi Objek Penelitian 97
4.2. Nilai Rata-rata Prakerin SMK Negeri 1 Bandung Tahun Pelajaran
2000/2001 112
5.1. Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian Pengelolaan Prakerin di
SMK Negeri 1 Bandung 125
5.2. Rangkuman Pembahasan Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung 126
5.3. Analisa SWOT Pengelolaan PraktekKerja Industri di SMKNegeri 1
Bandung 128
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Kerangka Pengelolaan Prakerin 12
2.1. Kedudukan Prakerin dalam Lingkup Administrasi Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan 20
2.2. Pokok-pokok Perubahan Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan 27
2.3. Taksonomi Variabel Pembelajaran(Reigeluth, 1983) 32
2.4. Kontribusi Manajemen Menuju Efektivitas 52
2.5.Siklus Perencanaan 61
2.6. Fungsi Pengawasan dalam Administrasi 70
2.7. Proses Pengawasan 72
2.8. Informasi dan Pengawasan 73
2.9. Central and Surface Competencies 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara 139
2. Pedoman Observasi 142
3. Pedoman Penilaian Dokumentasi 143
4. Surat-surat Penelitian 144
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan kehidupan pada saat ini membutuhkan sumber daya manusia yang aktif dengan kualitas yang memadai. Indonesia tidak hanya dikaruniai dengan sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga jumlah sumber daya manusia yang banyak. Sumber daya manusia yang melimpah ini diharapkan
menjadi modal pembangunan, bukan sebaliknya. Upaya untuk menjadikan
sumber daya manusia yang melimpah sebagai modal pembangunan adalah melalui kegiatan pendidikan. Pentingnya pendidikan dalam proses pembangunan menumt
Djam'an Satori (1999) mempakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara, karena pendidikan dipandang sebagai investasi dalam
pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kemampuan, kecakapan, dan kualitas pribadi yang diyakini sebagai faktor yang mendukung kadar upaya manusia dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu pendidikan
diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju.
Pemerintah telah menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas dalam
pembangunan nasional". Untuk merealisasikan pembangunan pendidikan tersebut, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan empat strategi pokok yang meliputi: (1) pemerataan kesempatan pendidikan; (2) relevansi pendidikan; (3) kualitas pendidikan; dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.
Stmktur tenaga kerja menumt pendidikan di Indonesia pada akhir tahun 1980-an yang dikemukakan oleh Boediono (Meirawan, 1996: 5) menunjukkan bahwa yang tidak bersekolah sebesar 53 %, berpendidikan dasar 34 %, berpendidikan menengah 11 %, dan mereka yang berpendidikan universiter 2 %, padahal menumt Arikunto (1990) hampir di semua negara sekarang ini hanya sekitar 4,7 % dari pekerjaan di masyarakat yang memerlukan tenaga kurang terdidik, dan hanya 12,6 % dari pekerjaan yang memerlukan lulusan sarjana. Jadi lebih dari 62 % dari pekerjaan yang ada menuntut tenaga kerjanya lulusan pendidikan teknologi dan kejuman sebagai persyaratan pokok untuk mencari kerja. Hal ini berarti usaha untuk mengejar peningkatan pembangunan pada era industri idealnya komposisi tenaga kerja berlatar belakang pendidikan menengah yang hams dominan. Menumt peneliti jenis pendidikan dan jenjang pendidikan yang dijadikan prioritas dalam upaya menyiapkan dan memenuhi permintaan pembukaan lapangan kerja pada era industri adalah jenis pendidikan kejuruan pada jenjang menengah. Alasannyabahwa pola proporsi tenaga kerja pada negara yang sedang melakukan industrialisasi lebih mengutamakan tenaga kerja yang berpendidikan menengah.
pemberian pelatihan, pengajaran akhlak dan kecerdasan. Keterkaitan pendidikan
dengan dunia kerja untuk mengisi berbagai sektor pembangunan akan jelas
terlihat pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi (M. Fakry Gaffar, 1987: 2).
Permasalahan keterkaitan antara pendidikan dan ketenagakerjaan timbul kemudian pada saat kemajuan semakin meningkat, sehingga diperlukan
tenaga-tenaga terampil untuk pelaksana pembangunan suatu negara.
Pendidikan kejuruan telah mempakan bagian terpadu dari sistem
pendidikan di berbagai negara. Di Indonesia seperti yang disebutkan dalam
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 Ayat (3) menyatakan bahwa: "Pendidikan kejuruan mempakan pendidikan
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu".
Bahkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 3 Ayat (2)
menegaskan juga bahwa:" Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional". Suharsimi Arikunto (1990: 6) mengemukakan pendapat yang sejalan bahwa " vocational education emphasis on job preparation or
advancement in employment".
Pada kenyataannya penyelenggaraannya kurang berjalan seperti yang diharapkan. Permasalahan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia
jugamempakan permasalahan umum yang ditemui di negara-negara lainnya. Pada
awal tahun 1988 sebuah perusahaan yang mewakili lembaga VEF (Victorian
Education Foundation) menyatakan bahwa pekerja-pekerja lulusan dari
kecendemngan terakhir, serta perkembangan dalam latihan kerja, dan teknologi mutakhir. Oleh karena itu para lulusannya dinilai kegunaannya sedikit dan kurang
produktif pada pekerjaannya. Kesalahan ini diakibatkan pengajaran akademis yang kurang baik, yang tidak "menyentuh" terhadap perkembangan terakhir, dan secara umum gurunya kurang kompeten (Putrianti, 1995: 3). Di Indonesia orang-orang telah banyak yang menyorot kembali tentang keterkaitan antara pendidikan dan dunia kerja. Mereka menilai adanya kesenjangan antara kualifikasi lulusan pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Laporan penelitian Zulkabir (1990) membuktikan bahwa pihak industri belum cukup puas dengan mutu lulusan Sekolah Teknologi Menengah (STM), dengan mempertimbangkan faktor sikap mental sebagai pertimbangan utama, kemudian kemampuan kognisi, dan terakhir keterampilan motorik dalam bidang keahlian tertentu.
akan diberikan, penyediaan fasilitas atau lingkungan belajar, dan permasalahan
metodologi.
Pemecahannya menumt Semiawan (Putrianti, 1995: 3) memerlukan
berbagai upaya untuk mempersempit atau kalau mungkin menghilangkan
kesenjangan ini. Salah satu cara pemecahan yang ada di pendidikan menengah
kejuruan adalah adanya program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau yang
dikenal dengan istilah "dual system". Program PSG bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan maksud pelatihan dalam dual system yakni "... that they aim to combine training received
in a company with education at a vocational school" (The Federal Minister for
Education and Science, 1992: 6). Program ini secara tidak langsung dapat
mengatasi permasalahan di dalam kurikulum maupun fasilitas belajar. Djojonegoro (1993: 47) merekomendasikan bahwa:
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebaiknya dilakukan bersama-sama antara sekolah dengan dunia usaha. Di sekolah siswa mempelajari pengetahuan
umum dan keterampilan kejuruan dasar dan di dunia usaha siswa mempelajari
keterampilan khusus. Dengan model ini, maka kualitas, efisiensi, dan relevansi
dapat ditingkatkan. Yang perlu ditegaskan adalah aturan main yang jelas
tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab masing-masing pihak terutama menyangkut kurikulum, pengajar, fasilitas, manajemen, organisasi, pembiayaan, dan insentif.
Menumt Tjiptarso (1993) penerapan PSG pada SMK menemui beberapa hambatan mengingat sistem ini melibatkan banyak pihak yang saling mempunyai
kepentingan (Wena, 1996: 91). Proses belajar siswa di industri tanggung jawab
pengelolaan sepenuhnya pada pihak industri (instruktur), sedangkan pengelolaan pengajaran di sekolah sepenuhnya tanggung jawab sekolah. Sebagai satu kesatuan pendidikan, pengelolaan praktek di industri dan pengelolaan pengajaran di sekolah hams saling link and match, oleh karena itu antara pihak industri dan pihak sekolah hams terlibat pada saat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengajaran (Wena, 1996). Selama ini di Indonesia antara pihak sekolah dengan dunia industri masih belum dikenal tradisi kerjasama. Tidak adanya kerjasama antara sekolah dengan dunia industri mempakan salah satu hambatan bagi penyelenggaraan PSG.
Menumt Chiepe (1997) ada beberapa alasan utama yang mendasari rekayasa ulang {restructuring dan reengineering) di bidang pendidikan dan pelatihan (Sudarwan Danim, 1999: 53).
1. Mengembangkan pelatihan agar lebih responsif terhadap pembahan
tuntutan ekonomi.
2. Meningkatkan dan memelihara kualitas pendidikan pada pelbagai tingkatan.
3. Mempertinggi status dan performansi profesi pengajaran.
4. Menjamin efektivitas manajemen melalui sistem dan memaksimalkan partisipasi masyarakat dan orang tua.
Oleh karena itu pengelolaan PSG perlu diperbaiki. Salah satu bagian dari
program PSG adalah program Praktek Kerja Industri (Prakerin). Penelitian ini
mempersoalkan efektivitas pengelolaan Prakerin dalam rangka penyelenggaraan
program Pendidikan Sistem Ganda, yang pada pelaksanaannya memerlukan
pengelolaan yang optimal, sehingga tujuan yang diharapkan dari program PSG
dapat tercapai. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemyataan bahwa "kegagalan
mutu dalam suatu organisasi disebabkan karena kelemahan manajemen " (M. Fakry Gaffar, 1994: 3).
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Dalam konteks penyelenggaraan program Prakerin di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mutu lulusan SMK sangat tergantung pada kemampuan pengelola di sekolah untuk membawa siswa menjadi tenaga kerja tingkat menengah seperti yang diharapkan. Upaya mengefektifkan pelaksanaan program Prakerin di SMK tidaklah mudah. Indikasi kelemahan pengelolaan program Prakerin menunjukkan gejala antara lain: (1) pemahaman pihak-pihak yang
terlibat terhadap program Prakerin masih kurang; (2) prosedur dan mekanisme
pengelolaan program Prakerin belum sinkron dengan yang ditetapkan; (3) penetapan standar kompetensi yang diharapkan sesuai dengan bidang keahliannya
belum ada; (4) proses penentuantempat praktek belum memperhatikan kesesuaian
' t S »
Kelemahan-kelemahan di atas menimbulkan berbagai pertanyaan s%)e$^^'^V"P^ '*
bagaimana keahlian pengelolanya, bagaimana tanggung jawab pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya, atau bagaimana sistem, prosedur dan mekanismenya.
Menumt peneliti permasalahan ini menarik untuk diteliti.
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi persoalan pokok dalam
penelitian ini adalah sejauh mana Prakerin dalam rangka penyelenggaraan
program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 1 Bandung telah dikelola
dengan efektif?.
Masalah ini diperinci lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan program Prakerin di SMK yang dilakukan
selama ini?. Secara operasional masalah ini diperinci menjadi:
a. Bagaimana visi, misi dan tujuan penyelenggaraan Prakerin di SMK Negeri
1 Bandung ?
b. Bagaimana perumusan perencanaan Prakerin?
c. Siapa yang menyusun program kerja Prakerin tersebut?
d. Apa yang menjadi dasar penetapan gum pembimbing siswa yang akan
mengikuti Prakerin?
e. Bagaimana kriteria instansi/perusahaan yang ditetapkan sebagai tempat
siswa untuk melaksanakan program Prakerin?
2. Bagaimana pengorganisasian program Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung ?
a. Bagaimana
struktur
pengorganisasian
program
Prakerin
yang
dikembangkan SMK Negeri 1 Bandung?
b. Apakah terlihat jelas batas-batas fungsi dan tanggung jawab setiap unsur
pelaksana program Prakerin tersebut?
c. Bagaimana kualitas koordinasi yang ditampilkan diantara pihak-pihak
yang terlibat dalam program Prakerin?
3. Bagaimana pelaksanaan program Prakerin SMK Negeri 1 Bandung? Masalah
ini diperinci dalam pertanyaan berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan program Prakerin?
b. Bagaimana kegiatan program Prakerin yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 1 Bandung?
c. Bagaimana peran serta yang dilakukan oleh guru pembimbing dan instruktur dalam kegiatan Prakerin?
d. Apakah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Prakerin? 4. Bagaimana pengawasan dan penilaian program Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung? Masalahnya dapat diperinci sebagai berikut:
a. Siapayang melakukan pengawasan terhadap program PSG di SMK Negeri 1? Bagaimana cara yang dilakukan oleh pengawas dalam menjalankan
fungsinya?
b. Bagaimana cara yangdilakukanoleh penilai terhadapkinerja siswa? c. Apakah informasi pengawasan dan penilaian dijadikan bahan pembinaan
C. Kerangka Pengelolaan Prakerin
Kerangka pengelolaan Prakerin dalam penelitian
keseluruhan kegiatan dalam pengelolaan ini sebagai sistem, yang terdiri dari unsur
masukan, proses, dan hasil. Fungsi-fungsi pengelolaan Prakerin meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. dan pengawasan. Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan penyusunan standar kompetensi Prakerin,
penyusunan perencanaan Prakerin, dan penyiapan sistem monitoring dan evaluasi.
Kegiatan pengorganisasian meliputi kegiatan penyusunan struktur organisasi,
personal, uraian tugas, mekanisme kerja, dan sistem koordinasi. Selanjutnya
kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan koordinasi antara sekolah, Majelis
Sekolah, dan Institusi Pasangan, serta optimalisasi program, sedangkan
pengawasan dan penilaian meliputi kegiatan pelaksanaan pengawasan dan
penilaian Prakerin.
Kondisi pengelolaan Prakerin yang sebenarnya dapat diketahui melalui pengumpulan data di lapangan. Data yang dikumpulkan berhubungan dengan kegiatan pengelolaan Prakerin yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Bandung mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan
pengawasan sehingga penelitian ini dapat mengetahui "sejauh mana program
PraktekKerja Industri dalam rangkapenyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
di SMK Negeri 1 Bandung telahdikelolasecara efektif? ".
Selanjutnya peneliti melakukan analisa SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Analisa ini akan melihat faktor internal bempa kekuatan
dan kelemahan dalam pengelolaan Prakerin dan faktor ekstemal bempa peluang
11
dan ancaman yang akan dihadapi oleh pengelola Prakerin. Kemudian hasil analisa
tersebut dapat memberikan umpan balik (feed back) kepada masukan dan proses
agar para pengelola melakukan penyempumaan yang intensif terhadap permasalahan yang ada. Hasil analisa juga dapat memberikan gambaran tentang
bagaimana pengelolaan Prakerin yang efektif. Pengelolaan Prakerin yang efektif
dapat terlihat dari tercapainya tujuan bempa penguasaan standar kompetensi yang
sesuai dengan jurusan/bidang keahliannya sehingga pada akhirnya dengan
[image:22.595.66.466.268.598.2]Prakerin yang efektif akan menghasilkan lulusan SMK yang mempunyai kompetensi/keahlian yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
• Pengelolaan Prakerin
v
Perencanaan
• Penyusunan visi, misi, dan standar kompetensi Prakerin
• Penyusunan rencana Prakerin
Pengorganisasian
• Penyusunan struktur organisasi, personal, uraian tugas, mekanisme kerja, dan sistem koordinasi.
• Penyiapan sistem monitoring dan evaluasi
Pelaksanaan
• Koordinasi antara
sekolah, Majelis Sekolah, dan Institusi Pasangan • Optimalisasi program Pengawasan dan penilaian • Pelaksanaan pengawasan
• Penilaian Prakerin
i r
Umpan Balik
Analisa SWOT
i r
Prakerin yang efektif
[image:23.595.123.440.86.686.2]Tercapainya tujuan (penguasaan standar kompetensi yang sesuai dengan j urusan/bidang keahliannya)
Gambar 1.1
Kerangka Pengelolaan Prakerin
13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini untuk mendapatkan gambaran dan memecahkan persoalan-persoalan di sekitar pengelolaan Praktek Kerja Industri pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung.
Secara khusus penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui,
menghimpun dan menganalisa data tentang Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung dengan perincian berikut ini.
1. Perencanaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung yang dilakukan selama ini. 2. Pengorganisasian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
3. Pelaksanaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
4. Pengawasan dan penilaian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelolaan Prakerin yang efektif di SMK pada umumnya dan di SMK Negeri 1 Bandung pada khususnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keadaan sebenarnya sehingga hal ini akan memberi bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan Prakerin. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi yang berminat untuk mengadakan pengkajian lebih lanjut tentang pengelolaan Prakerin dalam rangka penyelenggaraan program PSG dengan kurikulum SMK edisi 1999.
14
Tesis yangberjudul "Efektivitas Pengelolaan Praktek Kerja Industri dalam
rangka Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda" ini terdiri dari enam bab.
Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah, pemmusan dan pembatasan masalah, kerangka pengelolaan Prakerin, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika tesis.
Selanjutnya Bab II Kajian Pustaka membahas teori-teori yang mendukung tentang: (1) kedudukan Prakerin dalam administrasi pendidikan dengan uraiannya mengenai pengertian administrasi pendidikan, administrasi pendidikan sekolah menengah kejuruan dan kedudukan Prakerin dalam administrasi pendidikan sekolah menengah kejuruan; (2) konsep pendidikan kejuruan dengan uraiannya
mengenai pengertian pendidikan kejuruan, dan dalil-dalil pendidikan kejuruan; (3)
konsep program Pendidikan Sistem Ganda dengan uraiannya mengenai latar
belakang historis Pendidikan Sistem Ganda, pengertianPendidikan Sistem Ganda,
dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam Pendidikan Sistem Ganda; (4)
Berikutnya Bab III Prosedur Penelitian menggambarkan secara tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data,
tahap-tahap penelitian, analisa data dan kriteria tingkat kepercayaan hasil
penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian menguraikan tentang hasil penelitian yang berhubungan dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan dan penilaian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
Bab V Pembahasan membahas teori-teori yang ada dengan hasil penelitian
dan menganalisanya dengan menggunakan analisa SWOT.
Bab VI adalah bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi.
Tesis ini menggunakan gambar, dan tabel pada berbagai bagian untuk
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berawal dari tujuan pokok penelitian, yaitu ingin mendeskripsikan dan menganalisa data dan informasi lapangan sesuai dengan keadaan sebenamya terhadap pengelolaan Prakerin dalam rangka penyelenggaraan program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 1 Bandung.
Winamo Surakhmad (1982) menjelaskan bahwa pada intinya penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan (expose de facto). Hal ini dipertegas oleh L. J. Moleong
(1990: 7) bahwa penelitian dengan menggunakan metode deskriptif lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki
seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian disepakati oleh kedua belah pihak yakni peneliti dan subjek penelitian.
Penelitian kualitatif sering disebut juga dengan metode naturalistik.
Metode penelitian mempunyai karakteristik antara lain: (a) data langsung diambil dari setting alami; (b) penentuan sampel dilakukan secara purposive; (c) peneliti
sebagai instrumen pokok; (d) lebih menekankan pada proses dari pada hasil,
sehingga bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data secara induktif atau
87
interpretasi bersifat idiografik; dan (f) mengutamakan makna di balik data
(Nasution, 1996:9).
Menumt Bogdan & Biklen (1882: 27-30) dan Lincoln & Guba (1985: 39-44) yang dikutip oleh L. J. Moleong dalam Metodologi Penelitian Kualitatif (1996: 4-8), penelitian kualitatif memiliki berbagai karakteristik sebagai berikut: (1) melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan
(entity); (2) manusia sebagai alat (instrumen) penelitian, sehingga hal ini
memungkinkan untuk megadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan dan mampu memahami hubungan kenyataan-kenyataan di lapangan; (3) menggunakan metoda kualitatif; (4) menggunakan analisis data secara induktif; (5) menghendaki arah penyusunan teori dari dasar (grounded
theory) ; (6) laporan penelitian bersifat deskriptif; (7) lebih mementingkan segi
proses daripada hasil; (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; (10) desain yang bersifat sementara karena desain tersebut disesuaikan dengan kenyataan di lapangan; (11) hasil penelitian diundangkan dan disepakati
bersama.
Penelitian kualitatif dalam pendidikan sering disebut inkuiri naturalistik
atau naturalistic inquiry { Williams, 1988: 53; Bogdan & Biklen, 1982: 3). Inkuiri
88
berfungsi sebagai instmmen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian
dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi, dan sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti tersebut. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti dengan cara mendeskripsikan kebijakan dan kegiatan terhadap pengelolaan program Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Bandung untuk melihat pengelolaan dan kinerjanya, dan di instansi/pemsahaan untuk melihat kinerja tempat Prakerin. Pertimbangan memilih lokasi penelitian di samping faktor wilayah kerja, waktu, dan biaya, peneliti mempertimbangkan hal-hal antara lain: (1) hubungan kerja sama antara SMK Negeri 1 Bandung dengan Majelis Sekolahnya telah beijalan dengan baik; dan (2) kepala sekolah telah mempunyai masa jabatan yang cukup lama di SMK Negeri 1 Bandung. Keabsahan data dan informasi akan relatif terjamin karena peneliti sendiri sebagai gum Dpk pada salah satu SMK swasta di Bandung dan bahkan pemah menjadi gum pembimbing
Prakerin.
Subjek penelitian sebagai sumber data dalam penelitian ini terdiri dari semua
89
sedikit dan sampel dipilih menumt tujuan penelitian. Sesuai dengan paradigma,
masalah dan tujuan penelitian, subjek penelitian yang ditetapkan adalah dan pihak
pengelola program Prakenn, pihak pelaksana program Prakenn di
instansi/pemsahaan, dan siswa peserta program Prakenn. Subjek penelitian dan
pihak pengelola yaitu Kepala Sekolah SMK Negen 1Bandung, Wakil Kepala
Sekolah Bidang Duma Usaha dan Industri sebagax pengelola program Prakenn,
dan gum pembimbing. Dari pihak pelaksana program Prakerin di
mstansL/pemsahaan
adalah
Kepala/direktur/kepala
bagian/manajer
instansi/pemsahaan dan instruktur di tempat tersebut. Subjek penelitian di atas
terns berkembang tergantung pada tujuan dan pertimbangan kelengkapan
informasi sesuai dengan data yang diperlukan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sampel dalam penelitian
ini diambil secara purposive sampling (Lincoln &Guba, 1985: 40). Hal ini
mengingat keragaman fenomena yang akan diteliti. Pemilihan informasi dicari
dari subyek yang benar-benar menguasai permasalahan dan memiliki ciri-ciri
spesifik dan terlibat dalam proses pengelolaan Prakerin.
Teknik pengumpulan data secara khusus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara dengan sampel penelitian. Wawancaranya lebih
menekankan pada konsep "snowball sampling", artinya tidak tergantung pada
jumlah responden, tetapi pada kelengkapan data. Materi wawancara hams
90
b. Melakukan observasi, yaitu melakukan pengamatan tentang fasilitas yang dimiliki SMK Negeri 1 Bandung dan melihat fasilitas dan lingkungan
instansi/pemsahaan tempat siswa melakukan program Prakerin.
c. Melihat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan aspek pengelolaan,
kinerja para pengelola program Prakerin, gum pembimbing, instruktur, dan
siswa.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini antara lain: (1) pedoman wawancara, (2) pedoman observasi, (3) pedoman penilaian dokumen. Alat bantu lain bempa buku catatan dan alat dokumentasi, sedangkan data yang tidak dapat dihimpun melalui alat bantu tersebut akan diambil untuk selanjutnya difotokopi.
Pedoman wawancara digunakan untuk menghimpun data tentang visi, misi, tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, faktor-faktor penghambat dan penunjang pengelolaan program Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan dengan perbandingan rencana, sedangkan penilaian dokumen dijadikan panduan untuk melihat keunggulan dan kelemahan program Prakerin tersebut.
D. Tahap-tahap Penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dibedakan atas tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985: 235-236; Nasution, 1996: 33-34). Tahap-tahap tersebut yaitu:
91
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lengkap
tentang masalah yang akan diteliti. Tahap ini juga berguna untuk memantapkan desain dan fokus penelitian beserta nara sumbemya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti meliputi: pembuatan desain penelitian dan penelitian pendahuluan dengan melakukan kunjungan secara informal pada lokasi yang akan diteliti. Setelah desain itu disetujui melalui seminar desain, peneliti membuat instrumen penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi mempakan tahap penelitian sesungguhnya. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan nara sumber di sekolah dan industri/pasangan. Selama proses pengumpulan datan dan informasi, peneliti menggunakan alat-alat bantu seperti alat perekam, buku catatan lapangan dan dokumen lainnya.
Dalam tahap ini penulis juga menganalisa perolehan data dan informasi dengan cara mereduksi data yang berlebihan, menanyakan kembali hal-hal yang kurang jelas, mencek kebenaran atau merangkum hasil percakapan secara
sistematis.
3. Tahap Member Check
92
data atau informasi yang kurang. Pada tahap ini peneliti juga melakukan triangulasi kepada responden atau nara sumber lain untuk melengkapi dan memantapkan informasi.
E. Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh hams dianalisa agar data tersebut menjadi lebih bermakna dan dapat dipahami, dengan syarat analisa data hams dimulai sejak awal. Nasution (1996: 129) menyarankan tiga langkah menganalisa data, yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.
Tahap reduksi data mempakan kegiatan merangkum catatan-catatan di lapangan sehingga peneliti menemukan hal-hal pokok tentang objek penelitian, yaitu efektivitas pengelolaan Praktek Kerja Industri dalam rangka penyelenggaraan program PSG yang mengacu kepada petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan dari Pusat.
Pada tahap display peneliti melakukan perangkuman informasi dalam
susunan yang lebih sistematis sehingga tema atau polanya yang berhubungan
93
penyelenggaraan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung dan kinerja siswa program
Prakerin.
Ketiga langkah di atas saling berhubungan dan berlangsung terns selama penelitian dilakukan.
F. Kriteria Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada sejumlah kriteria yang umumnya dipergunakan untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian. Menumt Nasution (1996: 114-122) kriteria-kriteria tersebut yaitu: kredibilitas (validitas internal), transferabilitas (validitas ekstemal), dependabilitas (reliabilitas), dan konfirmabilitas (objektivitas). Dalam penelitian ini peneliti bemsaha untuk
memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
1. Kredibilitas
Kredibilitas mempakan ukuran tentang tingkat kepercayaan data yang dikumpulkan. Cara-cara yang dilakukan untuk mewujudkan kriteria ini diantaranya:
a. Memperpanjang masa observasi
Waktu yang digunakan untuk observasi hams benar-benar cukup sehingga peneliti dapat mengenai suatu lingkungan dengan baik, mengenai hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenai kebudayaan lingkungan dan mencek
kebenaran informasi.
94
Peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam melalui pengamatan yang terns menerus. Pada akhirnya peneliti dapat membedakan hal-hal yang bermakna dan tak bermakna untuk memahami gejala
tertentu.
c. Triangulasi
Triangulasi mempakan kegiatan mencek kebenaran data tertentu dengan cara membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain pada berbagai tahap penelitian lapangan dengan waktu yang berlainan.
d. Membicarakannya dengan orang lain (Peer debriefing)
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang tajam dari orang-orang yang tidak terlibat dalam penelitian ini agar pandangannya lebih netral dan objektif sehingga tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian lebih terjamin.
e. Menganalisa kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian
hingga saat tertentu. Penelitian hams dilanjutkan sampai semua kasus negatif secara tuntas tercakup dalam kesimpulan yang diambil.
f. Menggunakan bahan referensi
Peneliti menggunakan hasil rekaman dari tape recorder untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap data yang terkumpul. Hal ini dapat
95
Peneliti melakukan member check untuk meyakinkan bahwa informasi yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksud oleh informan. Kegiatan member
check dilakukan pada setiap akhir wawancara sehingga apabila dalam catatan
peneliti ada kekeliruan, responden dapat memperbaikinya atau menambahkan kekurangannya.
2. Transferabilitas
Transferabilitas berhubungan dengan sampai manakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi yang lain. Menumt Nasution (1996:118) bagi peneliti naturalistik transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Oleh karena itu peneliti menyerahkan transferabilitas hasil penelitian ini kepada para pemakai. Tentu saja bila pemakai berada pada
situasi yang relatif sama dengan permasalahan dalam penelitian ini.
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Dependabilitas menguji tentang kualitas pelaksanaan suatu penelitian,
sedangkan konfirmabiUtas berhubungan dengan tingkat objektivitas hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Kedua kriteria tersebut dapat dipenuhi melalui
audit trail. Proses audit trail dilakukan dengan cara meneliti dan mengkonfirmasi
pelaksanaan dan hasil penelitian sehingga penelitian ini terjamin kebenarannya.
Audit trail dalam penulisan tesis ini dilakukan oleh pembimbing. Oleh karena itu
data, hasil sintesa data dan catatan mengenai proses yang digunakan
,996:120)
tl^r
Dalam penelitian ini, peneliti bemsaha untuk selalu melakukan
usaha agar hasil penelitian terpercaya (kredibilitas, dependabilitas, dan
konfirmabilitas) melalui diskusi dengan para pembimbing.
BAB V
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini mempakan refleksi pemikiran dan tafsiran
peneliti terhadap hasil-hasil penelitian dibandingkan dengan kajian teoritis seperti
yang telah dibahas pada Bab 11.
A. Perencanaan
Sebagai prolog dalam proses penyusunan perencanaan digunakan teori
menumt Abin Syamsuddin Makmun (1997) bahwa perencanaan itu mencakup
penentuan visi, misi dan tujuan, yang selanjutnya diwujudkan dalam suatu
program. Fakri Gaffar (1995) menandaskan bahwa visi sebagai daya pandang
yang jauh, mendalam dan luas, mempakan daya pikir abstiak yang memiliki
kekuatan tertentu dan dapat menerobos sebaga batas-batas fisik, waktu dan
tempat, sedangkan misi mempakan tanggung jawab dan tugas yang diemban. Misi
bersumber dari visi. Dari sisi waktu Donnely, Jr., Gibson dan Ivancevich (1987),
Siagian (1996), Anderson (Oteng: 1993), dan Anen (1998) menyatakan bahwa
perencanaan berorientasi ke masa depan dan adanya hasil sertatujuan tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan Prakerin di
SMKN 1 Bandung dimulai dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran
Prakerin. Penetapan tujuan dan sasaran selalu dibuat pada awal tahun pelajaran.
Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat
114
menengah yang profesional, sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan
berpartisipasi dalam pembangunan.
Penetapan visi, misi, dan tujuan ditafsirkan bahwa sekolah tersebut
mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada
masa yang akan datang, khususnya pendidikan di sekolah menengah kejuruan.
Mereka menyadari tugas yang diemban dan bemsaha untuk mewujudkannya. Hal
ini berarti SMKN 1 Bandung telah membuat sasaran yang jelas. Hasil penelitian
di atas dibandingkan dengan teori yang ada maka prolog dalam proses
penyusunan perencanaan sudah mendekati kriteria. Pengelola sudah menetapkan
visinya, cita-citanya di masa yang akan datang dan tugas yang diemban sekolah
tersebut.
Pengukuran efektivitas proses penyusunan rencana digunakan modifikasi
teori Donnely, Jr., Gibson, dan Ivancevich (1987) serta Enoch (1995). Donnely,
Jr. dkk (1987) mengemukakan bahwa hasil fungsi perencanaan adalah suatu rencana, mempakan dokumen tertulis yang menetapkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Bahkan Enoch (1995) menyebutkan langkah kesembilan dari sebelas langkah proses perencanaan bahwa dalam rencanayang telah dibuat hams dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas, baik mengenai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang
diperlukan, tahap-tahap pelaksanaan, dan biayanya.
115
keberhasilan, penanggung jawab, pelaksana, sumber daya, dan waktu kegiatan untuk satu tahun pelajaran.
Pembuatan rencana di atas mempertegas bahwa Pokja SMKN 1 telah
menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekaligus dengan pelaksana dan waktunya sehingga apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan teori di
atas maka penetapan rencana dinilai sudah efektif.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan hams memperhatikan kebutuhan
lingkungan sekitarnya atau sesuai dengan tuntutan masyarakat sehingga
orang-orang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dapat siap bekerja dan hasil pendidikan dan pelatihannya tidak sia-sia. Oleh karena itu pendidikan dan
pelatihan hams memperhatikan materi sebagai panduan untuk mengukur efektivitas. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan
116
pemmusan rencana; (8) penganggaran; (9) rincian rencana; (10) pelaksanaan
rencana; (11) evaluasi rencana dan pelaksanaan.
Dalam proses perencanaan materi Prakerin di SMKN 1 Bandung, pihak
sekolah peka terhadap pembahan-pembahan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemerintah dan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu untuk mengantisipasinya pihak sekolah bekerja sama dengan Majelis Sekolah
mengadakan lokakarya untuk menetapkan standarkompetensi (program pelatihan) bagi masing-masing jurusan/program studi atau bidang/program keahlian. Lokakarya yang melibatkan dunia usaha/industri dan sekolah ini diselenggarakan seiring dengan pembahan kurikulum.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan materi pelatihan yang telah melibatkan dunia usaha/industri mempakan
langkah antisipasi sekolahdalam rangka memperkirakan kebutuhan pasar kerja di
masa yang datang seiring dengan tuntutan pembangunan nasional sehingga penetapan materi pelatihan tersebut dinilai efektif.
B. Pengorganisasian
117
siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran
komunikasi
apa
yang
terdapat
dalam
organisasi,
bagaimana
cara
memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (5) jaringan informasi apa
yang terdapat dalam organisasi?.Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) sebelum kegiatan Prakerin
Kepala SMKN 1 Bandung dibantu oleh Wakasek Hubin membuat struktur
organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab; (2) adanya
forum rapat pada setiap tahapan kegiatan Prakerin yang dihadiri oleh Pokja PSG
untuk mengetahui kelancaran kegiatan dan hambatan-hambatan yang ditemui; (3)
sebelum kegiatan Prakerin dilaksanakan, sekolah selalu memberikan pengarahan
kepada siswa dan pemberian informasi kepada orang tua/wali siswa tentang
peranan Prakerin di SMK dan cara pelaksanaan Prakerin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teriihat dengan jelas proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang sedemikian mpa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila hasil penelitian dibandingkan dengan teori di atas menunjukkan bahwa pengorganisasian dalam kegiatan Prakerin dinilai efektif.
Teori lain yang lebih spesifik dikemukakan oleh R. Crow (1991) menyatakan bahwa langkah pengorganisasian pelatihan meliputi: (1) mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan; (2) menguraikan latar belakang pengetahuan; (3) meningkatkan keterampilan yang rendah; (4)
118
(6) melatih instruktur; (7) menetapkan dasar seleksi bagi orang yang akan dilatih;
(8) mengembangkan evaluasi dan menindaklanjuti rencana.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
SMKN
1 Bandung telah
mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan mulai dari perencanaan program oleh Wakasek Hubin, pembentukan Pokja, rapat persiapan Prakerin dengan gum dan orang tua siswa, pembuatan administrasi Prakerin, penempatan siswa di dunia usaha/industri, pelaksanaan Prakerin, pelaksanaan monitoring, pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi, pembuatan laporan dan
evaluasi program. Tahap-tahap kegiatan tersebut oleh Wakasek Hubin selaku
ketua koordinator Prakerin diwujudkan dalam program rencana secara tertulis, yang selanjutnya diketahui dan disetujui oleh kepala sekolah selaku top manajer di sekolah. SMKN 1 Bandung juga telah menguraikan latar belakang pengetahuan siswa dengan mewujudkannya pada standar kompetensi yang diharapkan selama siswa mengikuti Prakerin. Penetapan standar kompetensi dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa yang belum memadai, temtama kepada keterampilan-keterampilan yang alat-alatnya
119
tentang Prakerin dan gum pembimbing untuk melakukan on the job training
(OJT) sampai saat ini belum pemah dilakukan.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
fungsi pengorgansisasian dalam kegiatan Prakerin secara umum dinilai efektif.
C. Pelaksanaan
Efektivitas pelaksanaan Prakerin di SMKN 1 Bandung diukur dari
sejauhmana kegiatan Prakerin tersebut telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tuntutan program yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas pelaksanaan
pelatihan menggunakan teori dari Siagian (1997) yaitu: (1) pelaksanaan pelatihan
yang efektif diselenggarakan sesuai dengan program kerja, (2) materi pelatihan hams sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (3) pelatihan dilaksanakan secara
bertahap dan sistematis, dan (4) pelaksanaan pelatihan yang baik memberikan
pembahan terhadap kualitas kinerja baik untuk diri sendiri dan bagi
lingkungannya.
120
Penilaian efektivitas pelaksanaan pelatihan menumt teori dibandingkan
dengan hasil penelitian terdapat kesesuaian dengan kriteria teori yang ada,
sehingga penilaian pelaksanaan pelatihan dapat dikatakan efektif.
Koordinasi dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan dapat mengukur
efektivitas pelaksanaan pelatihan seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna
(1993) yang menyatakan tentang pentingnya koordinasi kegiatan personil
sekolah yang dapat diperlancar dengan: (1) suatu struktur administratif yang
layak; (2) bagian organisasi dan pemyataan tentang kewajiban-kewajiban dan
hubungan-hubungan; (3) pemyataan tertulis tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan
dan peraturan-peraturan; (4) suatu sistem komunikasi formal yang memadai; (5)
komisi-komisi yang mewakili personil pada berbagai tingkat sistem sekolah; (6)
kelompok-kelompok kerja yang terdiri dari gum-gum dengan perhatian dan masalah yang sama atau berhubungan; (7) pemyataan tertulis tentang rencana-rencana dan prosedur; (8) garis besar kurikulum dan buletin; (9) buku pedoman bagi gum dan petugas lain; (10) laporan yang memadai; (11) ikatan-ikatan
informal di kalangan para anggota; dan (12) kewenangan yang dipakai dengan
bijaksana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kriteria teori yang ada dapat
dilaksanakan dengan baik meliputi adanya: struktur administratif yang layak, pembagian tugas dan wewenang yang dilengkapi dengan penjelasan tugas dan
121
program kerja dari koordinator Prakerin, Wakasek Hubin, yang ditandatangani
oleh kepala sekolah, garis besar kurikulum, buku pedoman bagi gum
pembimbing dan jumal kegiatan Prakerin bagi siswa, laporan yang dibuktikan
secara tertulis, ikatan-ikatan informal di kalangan Pokja dan siswa yang baik,
sertakewenangan Pokja yang digunakan secara bijaksana.
Hasil penelitian yang dibandingkan dengan kriteria teori yang ada
menunjukkan bahwa koordinasi dalam pelaksanaan Prakerin sudah mendekati
kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksanaan Prakerin dinilai sudah
efektif.
D. Pengawasan dan Penilaian
Pengawasan berfungsi untuk menjamin bahwa semua kegiatan yang
sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
sehingga tujuan utama pengawasan untuk mengusahakan agar apa yang
direncanakan terwujud. Penilaian efektivitas pengawasan menggunakan teori dari Hadari Nawawi (1984) dan Oteng Sutisna (1993) yang menyatakan bahwa
pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung terhadap berbagai aspek atau kegiatan dalam proses pencapaian tujuan.
122
Dari sisi jenis pengawasan, peneliti menggunakan teori Oteng Sutisna
(1993) yang menyebutkan pengawasan terdiri dari pengawasan organisasional dan
pengawasan operasional. Pengawasan organisasional menggunakan metoda yang
menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya, sedangkan
pengawasan operasional menggunakan metoda yangmengukur efisiensi perbuatan
dari hari ke hari dan menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan
tindakan pembetulan.
Hasil penerlitian menunjukkan bahwa selama Prakerin siswa diwajibkan
mengisi jumal kegiatan yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan setiap
hari sehigga ketika gum pembimbing melakukan monitoring akan segera
mengetahui tingkat relevansi pekerjaan yang telah dilakukan dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan. Pihak SMKN 1 Bandung tidak segan-segan
untuk memindahkan siswa ke tempat lain yang sesuai dengan bidang keahlian yang diharapkan. Kepala sekolah selaku penanggung jawab Prakerin pada setiap tahap kegiatan Prakerin selalu melakukan komunikasi formal dan informal dengan
Pokja Prakerin untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan Prakerin telah dilaksanakan dan hambatan-hambatan apa yang ditemui sehingga memerlukan jalan keluar sesegera mungkin.
123
tingkat
relevansi
kegiatan-kegiatan
yang
segera
memerlukan
tindakan
pembetulan. Jenis pengawasan, pengawasan organisasional dan pengawasan
operasional, secara teoritis telah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung selama
penyelenggaraan Prakerin sehingga bila dibandingkan antara teori dengan hasil
penelitian, pengawasan Prakerin dapat dikatakanefektif.
Pengawasan secara efektif dapat dilihat dari sisi bahwa pengawasan
mempakan suatu proses, yang terdiri dari rangkaian kegiatan-kegiatan yang
mengandung unsur-unsur yang saling mempengaruhi, dan membentuk suatu
sistem Peneliti menggunakan modifikasi teori Oteng Sutisna (1993) dan Fattah
(1999) yang menyatakan bahwa dalam pengawasan terdapat: (1) penetapan
standar; (2) kegiatan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang atau sudah
dilakukan; dan (3) tindakan perbaikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMKN 1 Bandung telah menetapkan standar kompetensi yang sesuai dengan program studi/jurusannya sebagai hasil
lokakarya antara Majelis Sekolah, yang mempakan wadah dunia usaha/industri
sebagai institusi pasangan. Selama kegiatan Prakerin SMKN 1 Bandung telah
124
program studi/jurusan sebesar 8,05 (delapan koma nol lima). Hal ini berarti
perolehan nilai Prakerin dalam kategori baik. Tahapan perbaikan selalu dilakukan
oleh SMKN 1 Bandung melalui forum formal, rapat, dan informal di bawah
koordinasi Wakasek Hubin yang akan melakukan tindakan perbaikan dengan
segera apabila terdapat hal-hal yangperlu segera diselesaikan.Bila hasil penelitian dibandingkan dengan modifikasi teori yang ada maka
secara umum telah terdapat kegiatan yang mencakup pengawasan sebagai suatu
proses. Oleh karena itu pengawasan dilihat sebagai suatu proses pada kegiatan
Prakerin dapat dikatakan sudah efektif.
Rangkuman temuan penelitian dan penilaian pengelolaan Prakerin di SMK
Tabel 5. 1.
Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung
125
No. Penilaian
Aspek yang Diteliti
Baik Cukup Kurang 1. Perencanaan
a. Visi, misi, dan tujuan V -
-b. Penyusunan rencana (sasaran, V -
-pelaksanaan, jangka waktu, tahap-tahap pelaksanaan, dan sarana)
2. Pengorganisasian
a. Penyusunan struktur organisasi V -
-b. Penunjukkan personal V -
-c. Analisa pekerjaan V -
-d. Deskripsi pekerjaan V -
-e. Saluran komunikasi V -
-f. Pelatihan instruktur - V
g. Metoda pelatihan dan lokasi - V
-h. Sistem monitoring dan evaluasi V -
-3. Pelaksanaan
a. Koordinasi V -
-b. Optimalisasi program V -
-4. Pengawasan dan Penilaian
a. Pelaksanaan pengawasan - V
-b. Pelaksanaan penilaian V -
-c. Hasil penilaian V -
-d. Tingkat kepuasan V -
-Untuk melengkapi rangkuman temuan penelitian dan penilaian
Tabel 5. 2.
Rangkuman Pembahasan
Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung
No. Pemyataan Penelitian Kriteria Teoritis Temuan Penelitian
Data/Informasi
Kesimpulan
1. Perencanaan
a. Visi, misi, dan tujuan
b. Rencana
1. Menetapkan visi 2. Menetapkan misi 3. Menetapkan tujuan 1. Menetapkan sasaran 2. Rincian kegiatan 3. Jangka waktu
4. Tahap-tahap pelaksanaan 5. Sarana
1. Penetapan visi 2. Penetapan misi 3. Penetapan tujuan
1. Penetapan sasaran 2. Rincian kegiatan 3. Jangka waktu
4. Tahap-tahap pelaksanaan 5. Sarana
Efektif
Efektif
2. Pengorganisasian a. Struktur organisasi
b. Personal
c. Analisa pekerjaan d. Deskripsi pekerjaan
e. Saluran Komunikasi
1. Menetapkan struktur organisasi 2. Menetapkan tim pelaksana 3. Menetapkan analisa pekerjaan 4. Menetapkan deskripsi pekerjaan 5. Adanya saluran komunikasi
1. Penetapan struktur organisasi
2. Penunjukkan tim pelaksana 3. Penetapan analisa
pekerjaan
4. Penetapan deskkripsi pekerjaan
5. Saluran komunikasi formal
4.
f. Pelatihan instruktur
g. Metoda pelatihan dan lokasi
h. Sistem monitoring dan evaluasi
Pelaksanaan
a. Koordinasi
b. Optimalisasi program
Pengawasan dan penilaian
a. Pelaksanaan pengawasan
b. Pelaksanaan penilaian c. Hasil Penilaian d. Tingkat kepuasan
6. Adanya pelatihan instmktur
7. Adanya metoda pelatihan dan lokasi
8. Menetapkan sistem monitoring dan
evaluasi
1. Adanya koordinasi diantara
pihak-pihak yang terlibat
2. Adanya kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan
1. Adanya pelaksanaan pengawasan
2. Adanya pelaksanaan penilaian 3. Adanya hasil penilaian
4. Adanya reaksi peserta
6. Tidak adanya pelatihan instmktur
7. Penetapan metoda
pelatihan dan lokasi
8. Penetapan sistem
monitoring dan evaluasi
1.
3.
Koordinasi antara sekolah, Majelis Sekolah, dan institusi pasangan Kesesuaian rencana dan pelaksanaan.
Pengawasan langsung dan
tidak langsung
Soal penilaian dan Berita acara penilaian
Nilai dan Sertifikat
5.3. Analisa SWOT
Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1. Perencanaan kegiatan 1. Pemahaman instmktur 1. Kepercayaan yang tinggi 1. Mutasi/Rotasi bagi Prakerin disusun setiap terhadap kedudukan dari stakeholder bagi pihak-pihak yang awal tahun pelajaran. Prakerin dalam siswa/lulusan SMK Negeri 1 berkompeten dalam 2. Sekolah sudah mempunyai penyelenggaraan Pendidikan Bandung. pengelolaan Prakerin.
standar program pelatihan Sistem Ganda masih kurang. 2. Menjadi sekolah dari setiap jumsan/ program 2. Belum adanya pelatihan bagi percontohan bagi studi berdasarkan hasil guru pembimbing melalui on pengelolaan Prakerin kesepakatan dengan Majelis thejob training (OJT). terutama bagi
sekolah-Sekolah. sekolah swasta, khususnya di
3. Pokja Prakerin telah kota Bandung.
membuat pengorganisasian yang jelas sehingga tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang telibat dalam kegiatan Prakerin jelas.
4. Koordinasi yang baik antar sekolah dengan Majelis
Sekolah.
5. Pengawasan yang baik bagi
setiap tahapan kegiatan. t o
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Ditjen Dikti P2LPTK Depdikbud.
(1990). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Rajawali.
Asrori. (1998). Efektivitas Pengelolaan Program Penyetaraan SI dalam Jabatan
di FKIP Universitas Bengkulu. Tesis Magister pada PPS IKIP Bandung:
tidak diterbitkan.
Bermawi, Y. R. (1999). Pengelolaan Praktek Pengalaman Lapangan di FKIP
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (Studi Kasus pada Program D-II PGSD). Tesis Magister pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Bogdan, R. C. and Biklen, S. K. (1982). Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn abd Bacon Inc.
Bogdan, R. dan Taylor, S. J. (1993). KualitatifDasar-dasar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.
Boulter, N., Dalziel, M., and Hill, J. (Eds). (1999). People and Competencies. London. Kogan Page Limited.
Chung, K. H. and Magginson, L. (1981). Organizational Behavior Developing
Managerial Skill. New York: Haper & Row Publisher.
Danim, S. (1999). Model Pengelolaan Terpadu Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Tingkat Wilayah (Studi tentang Fungsi dan Efektivitas
Model-model Pendidikan Tenaga Kependidikan di Propinsi Bengkulu).
Disertasi Doktor pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Pengelolaan KBM dalam Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Depdikbud.
. (1984). Garis-garis Besar Program Pengajaran SMEA Tahun 1994. Jakarta: Depdikbud.
. (1999). Garis-garis Besar Program Pengajaran SMK Edisi 1999. Jakarta: Depdikbud.
Djojonegoro, W. (1993). Empat Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdikbud.
136
Donelly, H. J., Gibson J. L., and Cevich, I. M. (1987). Foundations of
Management. Illinois: United States of America.
Dunn, W. (1998). Analisis Kebijaksanaan. Jogyakarta: Hanindita.
Engkoswara. (1999). Menuju Indonesia Modern 2020. Bandung: Yayasan Amal
Keluarga.(2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi
Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Enoch, Y. (1995). Dasar-dasarPerencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fattah, N. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Gaffar, M. F. (1987). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta:
Depdikbud RI.. (1997). Visi: Suatu Inovasi dalam Proses Manajemen Strategi Perguruan
Tinggi. Mimbar Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.
Gibson, J. L. et al., (1996). Organisasi. Alih Bahasa oleh Nunuk Adiami. Jakarta: Binampa Aksara.
Lipham, J. M. dan Hoeh, J. A., Jr. (1974) The Principalship, Foundations and
Functions. New York: Harperand Row Publishing, Inc.
Mager, R. F. dan Beach, K. M. Jr. (1996). Mengembangkan Pengajaran
Kejuruan. Bandung: ITB.
Makmun, A. S. (1996). Analisis Posisi Pembangunan Pendidikan. Jakarta:
Depdikbud.
(1996). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan.
Bandung: PPS IKIP.
Manullang, 1VL (1992). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. McAshan, H. H. (1981). Competency-based Education and Behavioral
Objectives. New Jersey: Educational Technology Publication, Inc..
Meirawan, D. (1996). Keterkaitan dan Kepadanan Pengelolaan Pembelajaran di
SMK dengan Kebutuhan Dunia Industri. Disertasi Doktor pada PPS IKIP
137
Moekijat. (1991). Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:
Mandar Maju.
Moeliono, A. M. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pemm Balai
Pustaka.
Moleong, L. J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Karya.
Mudyahardjo, R., dkk. (1992). Materi Pokok Dasar-dasar Kependidikan
DKEP2210/2SKS Modul I - 6. Jakarta: Depdikbud.
Muhadjir, N. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Rake
Sarastin.
Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.Nawawi, H. (1981). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Nolker, H. dan Schonfeld, E. (1983). Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Gramedia.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990. (1995). Pendidikan Menengah.
Jakarta: Sinar Grafika.
Putiianti, S. (1995). Kedudukan dan Peranan Majelis Sekolah dalam
Penyelenggaraan Program Pendidikan dengan Sistem Ganda. Tesis
Magister pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Ruhiyat. (1999). Kebijakan Pendidikan Menengah Kejuruan dan Pengaruhnya
terhadap Kesiapan Sekolah, Analisis Pekerjaan dan Pertumbuhan
Lapangan Kerja di Kotamadya Bandung. Tesis Magister Manajemen pada
PPS Universitas Padjadjaran Bandung: tidak diterbitkan.
Satori, D. (1999). Paradigma Baru dalam Pengelolaan Pendidikan Analisis
Kebijakan dalam Rangka Desentralisasi Pendidikan. Pidato Pengukuhan
Jabatan Gum Besar Tetap pada Jumsan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Schippers, U. dan Patriana, D. M. (1994). Pendidikan Kejuruan di Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Siagian, S. P. (1996). Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara.
Spencer, Jr., L. M. and Spencer, S. M. (1993). Competence at Work. New York:
138
Steele, S. M. (1977). Contemporary Approaches to Program Evaluations:
Implicationfor Evaluating Program for Disadvantaged Adults. Washington
D.C. : Capitol Publication, Inc.
Steers, R. M. (1980). Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Supandi, dan Sanusi, A. (1988). Kebijaksanaan dan Keputusan Pendidikan.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Surakhmad, W. (1996). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Sutisna, O. (1993). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritits Untuk Praktek
Profesional. Bandung: Angkasa.
Terry, G. R. (1981). Intisari Principles of Management. Bandung: Carya
Remadja.
. (1986). Asas-asas Manajemen. Alih Bahasa oleh Winardi. Bandung:
Alumni.
Terry, G. R. dan L. W. Rue. (1999). Dasar-dasar Manajemen. Alih Bahasa oleh
G. A. Ticoalu. Jakarta: Bumi Aksara.
The Federal Minister for Education and Science. (1992). Vocational Training in
The Dual System in The Federal Republic of Germany. Koln: Kolnische
Verlagsdruckerei Gmbh.
Tilaar, H.A.R. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989. (1995). Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Wahab, A. A. (1996). Mencari Arah Baru dalam Pengelolaan Sekolah, dalam Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan Nomor 3 Tahun XV. Bandung: University Press IKIP Bandung.
Wena, M. (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito.
Zulkabir. (1990). Laporan Penelitian Kesenjangan Okupasional: Kasus STM