• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA : Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA : Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PROGRAM

PENDIDIKAN SISTEM GANDA

(Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

ELIN HERLINA NIM. 989758

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN

UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Djam'an Satori, M. A.

Pembimbing II

(3)

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana UPI Bandung

(4)

PERNYATAAN

"Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Efektivitas Pengelolaan

Praktek Kerja Industri dalam rangka Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda (Studi Kasus Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung)" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pemyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihaklain terhadap keaslian karya saya ini".

Bandung, Januari 2002

Yang membuat pemyataan,

(5)

ABSTRAK

Tantangan persaingan ketenagakerjaan pada era globalisasi semakin berat sehingga pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan tidak mungkin ditunda lagi. Pengembangan sumber daya manusia yang berpendidikan menengah

dilakukan oleh Sekolah MenengahKejuruan (SMK) untuk mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan siap bekerja dalam bidang tertentu.

Usaha untuk mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas di SMK seperti di SMK Negeri 1 Bandung dilakukan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah

dan di industri, yang dikenal dengan istilah Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Fokus utama dari keberhasilan penyiapan calon tenaga kerja terjadi pada kegiatan

praktek kerja yang dilaksanakan melalui kegiatan Praktek Kerja Industri

(Prakerin). Oleh karena itu pihak pengelola dituntut untuk mengelola kegiatan Prakerin dengan baik. Berdasarkan masalahnya penulis mencoba untuk mengungkapkan pengelolaan Prakerin melalui penelitian yang berjudul "Efektivitas Pengelolaan Prakerin dalam rangka Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1

Bandung)".

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang

perencanaan,

pengorganisasian,

pelaksanaan,

dan

pengawasan

kegiatan

pengelolaan Prakerin di SMK, karena pertanyaan penelitian yang menarik bagi

penulis yaitu "sejauh mana Prakerin dalam rangka penyelenggaraan PSG di SMK

Negeri 1 Bandung telah dikelola secara efektif?".

Data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber,

yaitu: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala

sekolah bidang dunia usaha dan industri, ketua jurusan, guru pembimbing, dan siswa di lingkungan SMK Negeri 1 Bandung, sedangkan sumber data lainnya

yaitu Ketua Majelis Sekolah, instruktur di institusi pasangan, Bidang Pendidikan

Menengah Kejuruan Bagian Kurikulum Kanwil Departemen Pendidikan Nasional

Propinsi Jawa Barat.

Data dan informasi tentang pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1

Bandung dihimpun melalui wawancara dengan sampel penelitian yang bersifat

"snowball sampling", observasi, dan studi dokumentasi, kemudian data dan

informasi tersebut dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan Prakerin di SMK

Negeri 1 Bandung mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan/penilaian terlihat efektif.

Walaupun pada

pengorganisasian dan pelaksanaan

masih memerlukan perbaikan-perbaikan

terutama pada aspek: (1) pemahaman instruktur tentang Prakerin yang masih

kurang, dan (2) belum adanya pelatihan bagi guru pembimbing melalui on the job

training (OJT).
(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 7

C. Kerangka Pengelolaan Prakerin 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 13

E. Sistematika Tesis 13

BAB U KAJIAN PUSTAKA 16

A. Kedudukan Prakerin dalam Administrasi Pendidikan 16

1. Pengertian Administrasi Pendidikan 16

2. Administrasi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan 18

3. Kedudukan Prakerin dalam Administrasi Pendidikan Sekolah

Menengah Kejuruan 19

B. Konsep Pendidikan Kejuruan 20

1. Pengertian Pendidikan Kejuruan 20

2. Dalil-dalil Pendidikan Kejuruan 22

C. Konsep Program Pendidikan Sistem Ganda 24

1. Latar Belakang Historis Pendidikan Sistem Ganda 24

2. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda 27

3. Pengelolaan KBM dalam Pendidikan Sistem Ganda 32

D. Konsep Efektivitas 47

1. Pengertian Efektivitas 47

2. Efektivitas Sebagai Salah Satu Kriteria untuk Mengevaluasi Suatu

Kebijaksanaan 53

E. Konsep Pengelolaan Program 56

1. Pengertian Pengelolaan 56

(7)

2. Pengertian Program 57

3. Perencanaan 58

4. Pengorganisasian 64

5. Pelaksanaan 67

6. Pengawasan danPenilaian 68

F. Konsep Kompetensi 76

1. Pengertian Kompetensi 76

2. Komponen Kompetensi 78

G. Hasil-hasil PenelitianTerdahulu yang Relevan 83

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 86

A. Metode Penelitian 86

B. Lokasi dan Subyek Penelitian 88

C. Teknik Pengumpulan Data 89

D. Tahap-tahap Penelitian 90

E. Analisa Data 92

F. Kriteria Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian 93

BAB IV HASIL PENELITIAN 97

A. Perencanaan Prakerin 98

B. Pengorganisasian Prakerin 101

C. Pelaksanaan Prakerin 106

D. Pengawasan dan Penilaian Prakerin 108

BAB V PEMBAHASAN 113

A. Perencanaan 113

B. Pengorganisasian 116

C. Pelaksanaan 119

D. Pengawasan dan Penilaian 121

E. Analisa SWOT 128

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 129

A. Kesimpulan 129

(8)

C. Rekomendasi 133

DAFTAR PUSTAKA 135

LAMPIRAN-LAMPIRAN 139

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kriteria Evaluasi 55

4.1. Keadaan Siswa, Guru Pembimbing, Instruktur, dan Tempat Prakerin yang

menjadi Objek Penelitian 97

4.2. Nilai Rata-rata Prakerin SMK Negeri 1 Bandung Tahun Pelajaran

2000/2001 112

5.1. Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian Pengelolaan Prakerin di

SMK Negeri 1 Bandung 125

5.2. Rangkuman Pembahasan Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1

Bandung 126

5.3. Analisa SWOT Pengelolaan PraktekKerja Industri di SMKNegeri 1

Bandung 128

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Kerangka Pengelolaan Prakerin 12

2.1. Kedudukan Prakerin dalam Lingkup Administrasi Pendidikan Sekolah

Menengah Kejuruan 20

2.2. Pokok-pokok Perubahan Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan 27

2.3. Taksonomi Variabel Pembelajaran(Reigeluth, 1983) 32

2.4. Kontribusi Manajemen Menuju Efektivitas 52

2.5.Siklus Perencanaan 61

2.6. Fungsi Pengawasan dalam Administrasi 70

2.7. Proses Pengawasan 72

2.8. Informasi dan Pengawasan 73

2.9. Central and Surface Competencies 80

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara 139

2. Pedoman Observasi 142

3. Pedoman Penilaian Dokumentasi 143

4. Surat-surat Penelitian 144

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan kehidupan pada saat ini membutuhkan sumber daya manusia yang aktif dengan kualitas yang memadai. Indonesia tidak hanya dikaruniai dengan sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga jumlah sumber daya manusia yang banyak. Sumber daya manusia yang melimpah ini diharapkan

menjadi modal pembangunan, bukan sebaliknya. Upaya untuk menjadikan

sumber daya manusia yang melimpah sebagai modal pembangunan adalah melalui kegiatan pendidikan. Pentingnya pendidikan dalam proses pembangunan menumt

Djam'an Satori (1999) mempakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan

ekonomi suatu negara, karena pendidikan dipandang sebagai investasi dalam

pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kemampuan, kecakapan, dan kualitas pribadi yang diyakini sebagai faktor yang mendukung kadar upaya manusia dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu pendidikan

diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju.

Pemerintah telah menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas dalam

(13)

pembangunan nasional". Untuk merealisasikan pembangunan pendidikan tersebut, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan empat strategi pokok yang meliputi: (1) pemerataan kesempatan pendidikan; (2) relevansi pendidikan; (3) kualitas pendidikan; dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.

Stmktur tenaga kerja menumt pendidikan di Indonesia pada akhir tahun 1980-an yang dikemukakan oleh Boediono (Meirawan, 1996: 5) menunjukkan bahwa yang tidak bersekolah sebesar 53 %, berpendidikan dasar 34 %, berpendidikan menengah 11 %, dan mereka yang berpendidikan universiter 2 %, padahal menumt Arikunto (1990) hampir di semua negara sekarang ini hanya sekitar 4,7 % dari pekerjaan di masyarakat yang memerlukan tenaga kurang terdidik, dan hanya 12,6 % dari pekerjaan yang memerlukan lulusan sarjana. Jadi lebih dari 62 % dari pekerjaan yang ada menuntut tenaga kerjanya lulusan pendidikan teknologi dan kejuman sebagai persyaratan pokok untuk mencari kerja. Hal ini berarti usaha untuk mengejar peningkatan pembangunan pada era industri idealnya komposisi tenaga kerja berlatar belakang pendidikan menengah yang hams dominan. Menumt peneliti jenis pendidikan dan jenjang pendidikan yang dijadikan prioritas dalam upaya menyiapkan dan memenuhi permintaan pembukaan lapangan kerja pada era industri adalah jenis pendidikan kejuruan pada jenjang menengah. Alasannyabahwa pola proporsi tenaga kerja pada negara yang sedang melakukan industrialisasi lebih mengutamakan tenaga kerja yang berpendidikan menengah.

(14)

pemberian pelatihan, pengajaran akhlak dan kecerdasan. Keterkaitan pendidikan

dengan dunia kerja untuk mengisi berbagai sektor pembangunan akan jelas

terlihat pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi (M. Fakry Gaffar, 1987: 2).

Permasalahan keterkaitan antara pendidikan dan ketenagakerjaan timbul kemudian pada saat kemajuan semakin meningkat, sehingga diperlukan

tenaga-tenaga terampil untuk pelaksana pembangunan suatu negara.

Pendidikan kejuruan telah mempakan bagian terpadu dari sistem

pendidikan di berbagai negara. Di Indonesia seperti yang disebutkan dalam

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 Ayat (3) menyatakan bahwa: "Pendidikan kejuruan mempakan pendidikan

yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu".

Bahkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 3 Ayat (2)

menegaskan juga bahwa:" Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional". Suharsimi Arikunto (1990: 6) mengemukakan pendapat yang sejalan bahwa " vocational education emphasis on job preparation or

advancement in employment".

Pada kenyataannya penyelenggaraannya kurang berjalan seperti yang diharapkan. Permasalahan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia

jugamempakan permasalahan umum yang ditemui di negara-negara lainnya. Pada

awal tahun 1988 sebuah perusahaan yang mewakili lembaga VEF (Victorian

Education Foundation) menyatakan bahwa pekerja-pekerja lulusan dari

(15)

kecendemngan terakhir, serta perkembangan dalam latihan kerja, dan teknologi mutakhir. Oleh karena itu para lulusannya dinilai kegunaannya sedikit dan kurang

produktif pada pekerjaannya. Kesalahan ini diakibatkan pengajaran akademis yang kurang baik, yang tidak "menyentuh" terhadap perkembangan terakhir, dan secara umum gurunya kurang kompeten (Putrianti, 1995: 3). Di Indonesia orang-orang telah banyak yang menyorot kembali tentang keterkaitan antara pendidikan dan dunia kerja. Mereka menilai adanya kesenjangan antara kualifikasi lulusan pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Laporan penelitian Zulkabir (1990) membuktikan bahwa pihak industri belum cukup puas dengan mutu lulusan Sekolah Teknologi Menengah (STM), dengan mempertimbangkan faktor sikap mental sebagai pertimbangan utama, kemudian kemampuan kognisi, dan terakhir keterampilan motorik dalam bidang keahlian tertentu.

(16)

akan diberikan, penyediaan fasilitas atau lingkungan belajar, dan permasalahan

metodologi.

Pemecahannya menumt Semiawan (Putrianti, 1995: 3) memerlukan

berbagai upaya untuk mempersempit atau kalau mungkin menghilangkan

kesenjangan ini. Salah satu cara pemecahan yang ada di pendidikan menengah

kejuruan adalah adanya program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau yang

dikenal dengan istilah "dual system". Program PSG bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan maksud pelatihan dalam dual system yakni "... that they aim to combine training received

in a company with education at a vocational school" (The Federal Minister for

Education and Science, 1992: 6). Program ini secara tidak langsung dapat

mengatasi permasalahan di dalam kurikulum maupun fasilitas belajar. Djojonegoro (1993: 47) merekomendasikan bahwa:

Penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebaiknya dilakukan bersama-sama antara sekolah dengan dunia usaha. Di sekolah siswa mempelajari pengetahuan

umum dan keterampilan kejuruan dasar dan di dunia usaha siswa mempelajari

keterampilan khusus. Dengan model ini, maka kualitas, efisiensi, dan relevansi

dapat ditingkatkan. Yang perlu ditegaskan adalah aturan main yang jelas

tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab masing-masing pihak terutama menyangkut kurikulum, pengajar, fasilitas, manajemen, organisasi, pembiayaan, dan insentif.

(17)

Menumt Tjiptarso (1993) penerapan PSG pada SMK menemui beberapa hambatan mengingat sistem ini melibatkan banyak pihak yang saling mempunyai

kepentingan (Wena, 1996: 91). Proses belajar siswa di industri tanggung jawab

pengelolaan sepenuhnya pada pihak industri (instruktur), sedangkan pengelolaan pengajaran di sekolah sepenuhnya tanggung jawab sekolah. Sebagai satu kesatuan pendidikan, pengelolaan praktek di industri dan pengelolaan pengajaran di sekolah hams saling link and match, oleh karena itu antara pihak industri dan pihak sekolah hams terlibat pada saat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengajaran (Wena, 1996). Selama ini di Indonesia antara pihak sekolah dengan dunia industri masih belum dikenal tradisi kerjasama. Tidak adanya kerjasama antara sekolah dengan dunia industri mempakan salah satu hambatan bagi penyelenggaraan PSG.

Menumt Chiepe (1997) ada beberapa alasan utama yang mendasari rekayasa ulang {restructuring dan reengineering) di bidang pendidikan dan pelatihan (Sudarwan Danim, 1999: 53).

1. Mengembangkan pelatihan agar lebih responsif terhadap pembahan

tuntutan ekonomi.

2. Meningkatkan dan memelihara kualitas pendidikan pada pelbagai tingkatan.

3. Mempertinggi status dan performansi profesi pengajaran.

4. Menjamin efektivitas manajemen melalui sistem dan memaksimalkan partisipasi masyarakat dan orang tua.

(18)

Oleh karena itu pengelolaan PSG perlu diperbaiki. Salah satu bagian dari

program PSG adalah program Praktek Kerja Industri (Prakerin). Penelitian ini

mempersoalkan efektivitas pengelolaan Prakerin dalam rangka penyelenggaraan

program Pendidikan Sistem Ganda, yang pada pelaksanaannya memerlukan

pengelolaan yang optimal, sehingga tujuan yang diharapkan dari program PSG

dapat tercapai. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemyataan bahwa "kegagalan

mutu dalam suatu organisasi disebabkan karena kelemahan manajemen " (M. Fakry Gaffar, 1994: 3).

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Dalam konteks penyelenggaraan program Prakerin di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mutu lulusan SMK sangat tergantung pada kemampuan pengelola di sekolah untuk membawa siswa menjadi tenaga kerja tingkat menengah seperti yang diharapkan. Upaya mengefektifkan pelaksanaan program Prakerin di SMK tidaklah mudah. Indikasi kelemahan pengelolaan program Prakerin menunjukkan gejala antara lain: (1) pemahaman pihak-pihak yang

terlibat terhadap program Prakerin masih kurang; (2) prosedur dan mekanisme

pengelolaan program Prakerin belum sinkron dengan yang ditetapkan; (3) penetapan standar kompetensi yang diharapkan sesuai dengan bidang keahliannya

belum ada; (4) proses penentuantempat praktek belum memperhatikan kesesuaian

(19)

' t S »

Kelemahan-kelemahan di atas menimbulkan berbagai pertanyaan s%)e$^^'^V"P^ '*

bagaimana keahlian pengelolanya, bagaimana tanggung jawab pihak-pihak yang

terlibat di dalamnya, atau bagaimana sistem, prosedur dan mekanismenya.

Menumt peneliti permasalahan ini menarik untuk diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi persoalan pokok dalam

penelitian ini adalah sejauh mana Prakerin dalam rangka penyelenggaraan

program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 1 Bandung telah dikelola

dengan efektif?.

Masalah ini diperinci lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses perencanaan program Prakerin di SMK yang dilakukan

selama ini?. Secara operasional masalah ini diperinci menjadi:

a. Bagaimana visi, misi dan tujuan penyelenggaraan Prakerin di SMK Negeri

1 Bandung ?

b. Bagaimana perumusan perencanaan Prakerin?

c. Siapa yang menyusun program kerja Prakerin tersebut?

d. Apa yang menjadi dasar penetapan gum pembimbing siswa yang akan

mengikuti Prakerin?

e. Bagaimana kriteria instansi/perusahaan yang ditetapkan sebagai tempat

siswa untuk melaksanakan program Prakerin?

2. Bagaimana pengorganisasian program Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung ?

(20)

a. Bagaimana

struktur

pengorganisasian

program

Prakerin

yang

dikembangkan SMK Negeri 1 Bandung?

b. Apakah terlihat jelas batas-batas fungsi dan tanggung jawab setiap unsur

pelaksana program Prakerin tersebut?

c. Bagaimana kualitas koordinasi yang ditampilkan diantara pihak-pihak

yang terlibat dalam program Prakerin?

3. Bagaimana pelaksanaan program Prakerin SMK Negeri 1 Bandung? Masalah

ini diperinci dalam pertanyaan berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan program Prakerin?

b. Bagaimana kegiatan program Prakerin yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 1 Bandung?

c. Bagaimana peran serta yang dilakukan oleh guru pembimbing dan instruktur dalam kegiatan Prakerin?

d. Apakah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Prakerin? 4. Bagaimana pengawasan dan penilaian program Prakerin di SMK Negeri 1

Bandung? Masalahnya dapat diperinci sebagai berikut:

a. Siapayang melakukan pengawasan terhadap program PSG di SMK Negeri 1? Bagaimana cara yang dilakukan oleh pengawas dalam menjalankan

fungsinya?

b. Bagaimana cara yangdilakukanoleh penilai terhadapkinerja siswa? c. Apakah informasi pengawasan dan penilaian dijadikan bahan pembinaan

(21)

C. Kerangka Pengelolaan Prakerin

Kerangka pengelolaan Prakerin dalam penelitian

keseluruhan kegiatan dalam pengelolaan ini sebagai sistem, yang terdiri dari unsur

masukan, proses, dan hasil. Fungsi-fungsi pengelolaan Prakerin meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. dan pengawasan. Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan penyusunan standar kompetensi Prakerin,

penyusunan perencanaan Prakerin, dan penyiapan sistem monitoring dan evaluasi.

Kegiatan pengorganisasian meliputi kegiatan penyusunan struktur organisasi,

personal, uraian tugas, mekanisme kerja, dan sistem koordinasi. Selanjutnya

kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan koordinasi antara sekolah, Majelis

Sekolah, dan Institusi Pasangan, serta optimalisasi program, sedangkan

pengawasan dan penilaian meliputi kegiatan pelaksanaan pengawasan dan

penilaian Prakerin.

Kondisi pengelolaan Prakerin yang sebenarnya dapat diketahui melalui pengumpulan data di lapangan. Data yang dikumpulkan berhubungan dengan kegiatan pengelolaan Prakerin yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Bandung mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan

pengawasan sehingga penelitian ini dapat mengetahui "sejauh mana program

PraktekKerja Industri dalam rangkapenyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda

di SMK Negeri 1 Bandung telahdikelolasecara efektif? ".

Selanjutnya peneliti melakukan analisa SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity, Threat). Analisa ini akan melihat faktor internal bempa kekuatan

dan kelemahan dalam pengelolaan Prakerin dan faktor ekstemal bempa peluang

(22)

11

dan ancaman yang akan dihadapi oleh pengelola Prakerin. Kemudian hasil analisa

tersebut dapat memberikan umpan balik (feed back) kepada masukan dan proses

agar para pengelola melakukan penyempumaan yang intensif terhadap permasalahan yang ada. Hasil analisa juga dapat memberikan gambaran tentang

bagaimana pengelolaan Prakerin yang efektif. Pengelolaan Prakerin yang efektif

dapat terlihat dari tercapainya tujuan bempa penguasaan standar kompetensi yang

sesuai dengan jurusan/bidang keahliannya sehingga pada akhirnya dengan

[image:22.595.66.466.268.598.2]

Prakerin yang efektif akan menghasilkan lulusan SMK yang mempunyai kompetensi/keahlian yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

(23)

Pengelolaan Prakerin

v

Perencanaan

• Penyusunan visi, misi, dan standar kompetensi Prakerin

• Penyusunan rencana Prakerin

Pengorganisasian

• Penyusunan struktur organisasi, personal, uraian tugas, mekanisme kerja, dan sistem koordinasi.

• Penyiapan sistem monitoring dan evaluasi

Pelaksanaan

• Koordinasi antara

sekolah, Majelis Sekolah, dan Institusi Pasangan • Optimalisasi program Pengawasan dan penilaian • Pelaksanaan pengawasan

• Penilaian Prakerin

i r

Umpan Balik

Analisa SWOT

i r

Prakerin yang efektif

[image:23.595.123.440.86.686.2]

Tercapainya tujuan (penguasaan standar kompetensi yang sesuai dengan j urusan/bidang keahliannya)

Gambar 1.1

Kerangka Pengelolaan Prakerin

(24)

13

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum penelitian ini untuk mendapatkan gambaran dan memecahkan persoalan-persoalan di sekitar pengelolaan Praktek Kerja Industri pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung.

Secara khusus penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui,

menghimpun dan menganalisa data tentang Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung dengan perincian berikut ini.

1. Perencanaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung yang dilakukan selama ini. 2. Pengorganisasian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.

3. Pelaksanaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.

4. Pengawasan dan penilaian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelolaan Prakerin yang efektif di SMK pada umumnya dan di SMK Negeri 1 Bandung pada khususnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keadaan sebenarnya sehingga hal ini akan memberi bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan Prakerin. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi yang berminat untuk mengadakan pengkajian lebih lanjut tentang pengelolaan Prakerin dalam rangka penyelenggaraan program PSG dengan kurikulum SMK edisi 1999.

(25)

14

Tesis yangberjudul "Efektivitas Pengelolaan Praktek Kerja Industri dalam

rangka Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda" ini terdiri dari enam bab.

Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah, pemmusan dan pembatasan masalah, kerangka pengelolaan Prakerin, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika tesis.

Selanjutnya Bab II Kajian Pustaka membahas teori-teori yang mendukung tentang: (1) kedudukan Prakerin dalam administrasi pendidikan dengan uraiannya mengenai pengertian administrasi pendidikan, administrasi pendidikan sekolah menengah kejuruan dan kedudukan Prakerin dalam administrasi pendidikan sekolah menengah kejuruan; (2) konsep pendidikan kejuruan dengan uraiannya

mengenai pengertian pendidikan kejuruan, dan dalil-dalil pendidikan kejuruan; (3)

konsep program Pendidikan Sistem Ganda dengan uraiannya mengenai latar

belakang historis Pendidikan Sistem Ganda, pengertianPendidikan Sistem Ganda,

dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam Pendidikan Sistem Ganda; (4)

(26)

Berikutnya Bab III Prosedur Penelitian menggambarkan secara tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data,

tahap-tahap penelitian, analisa data dan kriteria tingkat kepercayaan hasil

penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian menguraikan tentang hasil penelitian yang berhubungan dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan dan penilaian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.

Bab V Pembahasan membahas teori-teori yang ada dengan hasil penelitian

dan menganalisanya dengan menggunakan analisa SWOT.

Bab VI adalah bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi.

Tesis ini menggunakan gambar, dan tabel pada berbagai bagian untuk

(27)
(28)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berawal dari tujuan pokok penelitian, yaitu ingin mendeskripsikan dan menganalisa data dan informasi lapangan sesuai dengan keadaan sebenamya terhadap pengelolaan Prakerin dalam rangka penyelenggaraan program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 1 Bandung.

Winamo Surakhmad (1982) menjelaskan bahwa pada intinya penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran tentang status gejala pada saat

penelitian dilakukan (expose de facto). Hal ini dipertegas oleh L. J. Moleong

(1990: 7) bahwa penelitian dengan menggunakan metode deskriptif lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki

seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian disepakati oleh kedua belah pihak yakni peneliti dan subjek penelitian.

Penelitian kualitatif sering disebut juga dengan metode naturalistik.

Metode penelitian mempunyai karakteristik antara lain: (a) data langsung diambil dari setting alami; (b) penentuan sampel dilakukan secara purposive; (c) peneliti

sebagai instrumen pokok; (d) lebih menekankan pada proses dari pada hasil,

sehingga bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data secara induktif atau

(29)

87

interpretasi bersifat idiografik; dan (f) mengutamakan makna di balik data

(Nasution, 1996:9).

Menumt Bogdan & Biklen (1882: 27-30) dan Lincoln & Guba (1985: 39-44) yang dikutip oleh L. J. Moleong dalam Metodologi Penelitian Kualitatif (1996: 4-8), penelitian kualitatif memiliki berbagai karakteristik sebagai berikut: (1) melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan

(entity); (2) manusia sebagai alat (instrumen) penelitian, sehingga hal ini

memungkinkan untuk megadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan dan mampu memahami hubungan kenyataan-kenyataan di lapangan; (3) menggunakan metoda kualitatif; (4) menggunakan analisis data secara induktif; (5) menghendaki arah penyusunan teori dari dasar (grounded

theory) ; (6) laporan penelitian bersifat deskriptif; (7) lebih mementingkan segi

proses daripada hasil; (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; (10) desain yang bersifat sementara karena desain tersebut disesuaikan dengan kenyataan di lapangan; (11) hasil penelitian diundangkan dan disepakati

bersama.

Penelitian kualitatif dalam pendidikan sering disebut inkuiri naturalistik

atau naturalistic inquiry { Williams, 1988: 53; Bogdan & Biklen, 1982: 3). Inkuiri

(30)

88

berfungsi sebagai instmmen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian

dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi, dan sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti tersebut. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti dengan cara mendeskripsikan kebijakan dan kegiatan terhadap pengelolaan program Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Bandung untuk melihat pengelolaan dan kinerjanya, dan di instansi/pemsahaan untuk melihat kinerja tempat Prakerin. Pertimbangan memilih lokasi penelitian di samping faktor wilayah kerja, waktu, dan biaya, peneliti mempertimbangkan hal-hal antara lain: (1) hubungan kerja sama antara SMK Negeri 1 Bandung dengan Majelis Sekolahnya telah beijalan dengan baik; dan (2) kepala sekolah telah mempunyai masa jabatan yang cukup lama di SMK Negeri 1 Bandung. Keabsahan data dan informasi akan relatif terjamin karena peneliti sendiri sebagai gum Dpk pada salah satu SMK swasta di Bandung dan bahkan pemah menjadi gum pembimbing

Prakerin.

Subjek penelitian sebagai sumber data dalam penelitian ini terdiri dari semua

(31)

89

sedikit dan sampel dipilih menumt tujuan penelitian. Sesuai dengan paradigma,

masalah dan tujuan penelitian, subjek penelitian yang ditetapkan adalah dan pihak

pengelola program Prakenn, pihak pelaksana program Prakenn di

instansi/pemsahaan, dan siswa peserta program Prakenn. Subjek penelitian dan

pihak pengelola yaitu Kepala Sekolah SMK Negen 1Bandung, Wakil Kepala

Sekolah Bidang Duma Usaha dan Industri sebagax pengelola program Prakenn,

dan gum pembimbing. Dari pihak pelaksana program Prakerin di

mstansL/pemsahaan

adalah

Kepala/direktur/kepala

bagian/manajer

instansi/pemsahaan dan instruktur di tempat tersebut. Subjek penelitian di atas

terns berkembang tergantung pada tujuan dan pertimbangan kelengkapan

informasi sesuai dengan data yang diperlukan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sampel dalam penelitian

ini diambil secara purposive sampling (Lincoln &Guba, 1985: 40). Hal ini

mengingat keragaman fenomena yang akan diteliti. Pemilihan informasi dicari

dari subyek yang benar-benar menguasai permasalahan dan memiliki ciri-ciri

spesifik dan terlibat dalam proses pengelolaan Prakerin.

Teknik pengumpulan data secara khusus dilaksanakan sebagai berikut:

a. Melakukan wawancara dengan sampel penelitian. Wawancaranya lebih

menekankan pada konsep "snowball sampling", artinya tidak tergantung pada

jumlah responden, tetapi pada kelengkapan data. Materi wawancara hams

(32)

90

b. Melakukan observasi, yaitu melakukan pengamatan tentang fasilitas yang dimiliki SMK Negeri 1 Bandung dan melihat fasilitas dan lingkungan

instansi/pemsahaan tempat siswa melakukan program Prakerin.

c. Melihat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan aspek pengelolaan,

kinerja para pengelola program Prakerin, gum pembimbing, instruktur, dan

siswa.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini antara lain: (1) pedoman wawancara, (2) pedoman observasi, (3) pedoman penilaian dokumen. Alat bantu lain bempa buku catatan dan alat dokumentasi, sedangkan data yang tidak dapat dihimpun melalui alat bantu tersebut akan diambil untuk selanjutnya difotokopi.

Pedoman wawancara digunakan untuk menghimpun data tentang visi, misi, tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, faktor-faktor penghambat dan penunjang pengelolaan program Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan dengan perbandingan rencana, sedangkan penilaian dokumen dijadikan panduan untuk melihat keunggulan dan kelemahan program Prakerin tersebut.

D. Tahap-tahap Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dibedakan atas tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985: 235-236; Nasution, 1996: 33-34). Tahap-tahap tersebut yaitu:

(33)

91

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lengkap

tentang masalah yang akan diteliti. Tahap ini juga berguna untuk memantapkan desain dan fokus penelitian beserta nara sumbemya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti meliputi: pembuatan desain penelitian dan penelitian pendahuluan dengan melakukan kunjungan secara informal pada lokasi yang akan diteliti. Setelah desain itu disetujui melalui seminar desain, peneliti membuat instrumen penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Tahap eksplorasi mempakan tahap penelitian sesungguhnya. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan nara sumber di sekolah dan industri/pasangan. Selama proses pengumpulan datan dan informasi, peneliti menggunakan alat-alat bantu seperti alat perekam, buku catatan lapangan dan dokumen lainnya.

Dalam tahap ini penulis juga menganalisa perolehan data dan informasi dengan cara mereduksi data yang berlebihan, menanyakan kembali hal-hal yang kurang jelas, mencek kebenaran atau merangkum hasil percakapan secara

sistematis.

3. Tahap Member Check

(34)

92

data atau informasi yang kurang. Pada tahap ini peneliti juga melakukan triangulasi kepada responden atau nara sumber lain untuk melengkapi dan memantapkan informasi.

E. Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh hams dianalisa agar data tersebut menjadi lebih bermakna dan dapat dipahami, dengan syarat analisa data hams dimulai sejak awal. Nasution (1996: 129) menyarankan tiga langkah menganalisa data, yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Tahap reduksi data mempakan kegiatan merangkum catatan-catatan di lapangan sehingga peneliti menemukan hal-hal pokok tentang objek penelitian, yaitu efektivitas pengelolaan Praktek Kerja Industri dalam rangka penyelenggaraan program PSG yang mengacu kepada petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan dari Pusat.

Pada tahap display peneliti melakukan perangkuman informasi dalam

susunan yang lebih sistematis sehingga tema atau polanya yang berhubungan

(35)

93

penyelenggaraan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung dan kinerja siswa program

Prakerin.

Ketiga langkah di atas saling berhubungan dan berlangsung terns selama penelitian dilakukan.

F. Kriteria Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada sejumlah kriteria yang umumnya dipergunakan untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian. Menumt Nasution (1996: 114-122) kriteria-kriteria tersebut yaitu: kredibilitas (validitas internal), transferabilitas (validitas ekstemal), dependabilitas (reliabilitas), dan konfirmabilitas (objektivitas). Dalam penelitian ini peneliti bemsaha untuk

memenuhi kriteria-kriteria tersebut.

1. Kredibilitas

Kredibilitas mempakan ukuran tentang tingkat kepercayaan data yang dikumpulkan. Cara-cara yang dilakukan untuk mewujudkan kriteria ini diantaranya:

a. Memperpanjang masa observasi

Waktu yang digunakan untuk observasi hams benar-benar cukup sehingga peneliti dapat mengenai suatu lingkungan dengan baik, mengenai hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenai kebudayaan lingkungan dan mencek

kebenaran informasi.

(36)

94

Peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam melalui pengamatan yang terns menerus. Pada akhirnya peneliti dapat membedakan hal-hal yang bermakna dan tak bermakna untuk memahami gejala

tertentu.

c. Triangulasi

Triangulasi mempakan kegiatan mencek kebenaran data tertentu dengan cara membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain pada berbagai tahap penelitian lapangan dengan waktu yang berlainan.

d. Membicarakannya dengan orang lain (Peer debriefing)

Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang tajam dari orang-orang yang tidak terlibat dalam penelitian ini agar pandangannya lebih netral dan objektif sehingga tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian lebih terjamin.

e. Menganalisa kasus negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian

hingga saat tertentu. Penelitian hams dilanjutkan sampai semua kasus negatif secara tuntas tercakup dalam kesimpulan yang diambil.

f. Menggunakan bahan referensi

Peneliti menggunakan hasil rekaman dari tape recorder untuk

meningkatkan kepercayaan terhadap data yang terkumpul. Hal ini dapat

(37)

95

Peneliti melakukan member check untuk meyakinkan bahwa informasi yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksud oleh informan. Kegiatan member

check dilakukan pada setiap akhir wawancara sehingga apabila dalam catatan

peneliti ada kekeliruan, responden dapat memperbaikinya atau menambahkan kekurangannya.

2. Transferabilitas

Transferabilitas berhubungan dengan sampai manakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi yang lain. Menumt Nasution (1996:118) bagi peneliti naturalistik transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Oleh karena itu peneliti menyerahkan transferabilitas hasil penelitian ini kepada para pemakai. Tentu saja bila pemakai berada pada

situasi yang relatif sama dengan permasalahan dalam penelitian ini.

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Dependabilitas menguji tentang kualitas pelaksanaan suatu penelitian,

sedangkan konfirmabiUtas berhubungan dengan tingkat objektivitas hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Kedua kriteria tersebut dapat dipenuhi melalui

audit trail. Proses audit trail dilakukan dengan cara meneliti dan mengkonfirmasi

pelaksanaan dan hasil penelitian sehingga penelitian ini terjamin kebenarannya.

Audit trail dalam penulisan tesis ini dilakukan oleh pembimbing. Oleh karena itu

(38)

data, hasil sintesa data dan catatan mengenai proses yang digunakan

,996:120)

tl^r

Dalam penelitian ini, peneliti bemsaha untuk selalu melakukan

usaha agar hasil penelitian terpercaya (kredibilitas, dependabilitas, dan

konfirmabilitas) melalui diskusi dengan para pembimbing.

(39)
(40)

BAB V

PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian ini mempakan refleksi pemikiran dan tafsiran

peneliti terhadap hasil-hasil penelitian dibandingkan dengan kajian teoritis seperti

yang telah dibahas pada Bab 11.

A. Perencanaan

Sebagai prolog dalam proses penyusunan perencanaan digunakan teori

menumt Abin Syamsuddin Makmun (1997) bahwa perencanaan itu mencakup

penentuan visi, misi dan tujuan, yang selanjutnya diwujudkan dalam suatu

program. Fakri Gaffar (1995) menandaskan bahwa visi sebagai daya pandang

yang jauh, mendalam dan luas, mempakan daya pikir abstiak yang memiliki

kekuatan tertentu dan dapat menerobos sebaga batas-batas fisik, waktu dan

tempat, sedangkan misi mempakan tanggung jawab dan tugas yang diemban. Misi

bersumber dari visi. Dari sisi waktu Donnely, Jr., Gibson dan Ivancevich (1987),

Siagian (1996), Anderson (Oteng: 1993), dan Anen (1998) menyatakan bahwa

perencanaan berorientasi ke masa depan dan adanya hasil sertatujuan tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan Prakerin di

SMKN 1 Bandung dimulai dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran

Prakerin. Penetapan tujuan dan sasaran selalu dibuat pada awal tahun pelajaran.

Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk

meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat

(41)

114

menengah yang profesional, sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan

berpartisipasi dalam pembangunan.

Penetapan visi, misi, dan tujuan ditafsirkan bahwa sekolah tersebut

mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada

masa yang akan datang, khususnya pendidikan di sekolah menengah kejuruan.

Mereka menyadari tugas yang diemban dan bemsaha untuk mewujudkannya. Hal

ini berarti SMKN 1 Bandung telah membuat sasaran yang jelas. Hasil penelitian

di atas dibandingkan dengan teori yang ada maka prolog dalam proses

penyusunan perencanaan sudah mendekati kriteria. Pengelola sudah menetapkan

visinya, cita-citanya di masa yang akan datang dan tugas yang diemban sekolah

tersebut.

Pengukuran efektivitas proses penyusunan rencana digunakan modifikasi

teori Donnely, Jr., Gibson, dan Ivancevich (1987) serta Enoch (1995). Donnely,

Jr. dkk (1987) mengemukakan bahwa hasil fungsi perencanaan adalah suatu rencana, mempakan dokumen tertulis yang menetapkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Bahkan Enoch (1995) menyebutkan langkah kesembilan dari sebelas langkah proses perencanaan bahwa dalam rencanayang telah dibuat hams dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas, baik mengenai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang

diperlukan, tahap-tahap pelaksanaan, dan biayanya.

(42)

115

keberhasilan, penanggung jawab, pelaksana, sumber daya, dan waktu kegiatan untuk satu tahun pelajaran.

Pembuatan rencana di atas mempertegas bahwa Pokja SMKN 1 telah

menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekaligus dengan pelaksana dan waktunya sehingga apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan teori di

atas maka penetapan rencana dinilai sudah efektif.

Perencanaan pendidikan dan pelatihan hams memperhatikan kebutuhan

lingkungan sekitarnya atau sesuai dengan tuntutan masyarakat sehingga

orang-orang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dapat siap bekerja dan hasil pendidikan dan pelatihannya tidak sia-sia. Oleh karena itu pendidikan dan

pelatihan hams memperhatikan materi sebagai panduan untuk mengukur efektivitas. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan

(43)

116

pemmusan rencana; (8) penganggaran; (9) rincian rencana; (10) pelaksanaan

rencana; (11) evaluasi rencana dan pelaksanaan.

Dalam proses perencanaan materi Prakerin di SMKN 1 Bandung, pihak

sekolah peka terhadap pembahan-pembahan kebijaksanaan yang dibuat oleh

pemerintah dan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu untuk mengantisipasinya pihak sekolah bekerja sama dengan Majelis Sekolah

mengadakan lokakarya untuk menetapkan standarkompetensi (program pelatihan) bagi masing-masing jurusan/program studi atau bidang/program keahlian. Lokakarya yang melibatkan dunia usaha/industri dan sekolah ini diselenggarakan seiring dengan pembahan kurikulum.

Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan materi pelatihan yang telah melibatkan dunia usaha/industri mempakan

langkah antisipasi sekolahdalam rangka memperkirakan kebutuhan pasar kerja di

masa yang datang seiring dengan tuntutan pembangunan nasional sehingga penetapan materi pelatihan tersebut dinilai efektif.

B. Pengorganisasian

(44)

117

siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran

komunikasi

apa

yang

terdapat

dalam

organisasi,

bagaimana

cara

memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (5) jaringan informasi apa

yang terdapat dalam organisasi?.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) sebelum kegiatan Prakerin

Kepala SMKN 1 Bandung dibantu oleh Wakasek Hubin membuat struktur

organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab; (2) adanya

forum rapat pada setiap tahapan kegiatan Prakerin yang dihadiri oleh Pokja PSG

untuk mengetahui kelancaran kegiatan dan hambatan-hambatan yang ditemui; (3)

sebelum kegiatan Prakerin dilaksanakan, sekolah selalu memberikan pengarahan

kepada siswa dan pemberian informasi kepada orang tua/wali siswa tentang

peranan Prakerin di SMK dan cara pelaksanaan Prakerin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teriihat dengan jelas proses

pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung

jawab yang sedemikian mpa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat

digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Apabila hasil penelitian dibandingkan dengan teori di atas menunjukkan bahwa pengorganisasian dalam kegiatan Prakerin dinilai efektif.

Teori lain yang lebih spesifik dikemukakan oleh R. Crow (1991) menyatakan bahwa langkah pengorganisasian pelatihan meliputi: (1) mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan; (2) menguraikan latar belakang pengetahuan; (3) meningkatkan keterampilan yang rendah; (4)

(45)

118

(6) melatih instruktur; (7) menetapkan dasar seleksi bagi orang yang akan dilatih;

(8) mengembangkan evaluasi dan menindaklanjuti rencana.

Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

SMKN

1 Bandung telah

mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan mulai dari perencanaan program oleh Wakasek Hubin, pembentukan Pokja, rapat persiapan Prakerin dengan gum dan orang tua siswa, pembuatan administrasi Prakerin, penempatan siswa di dunia usaha/industri, pelaksanaan Prakerin, pelaksanaan monitoring, pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi, pembuatan laporan dan

evaluasi program. Tahap-tahap kegiatan tersebut oleh Wakasek Hubin selaku

ketua koordinator Prakerin diwujudkan dalam program rencana secara tertulis, yang selanjutnya diketahui dan disetujui oleh kepala sekolah selaku top manajer di sekolah. SMKN 1 Bandung juga telah menguraikan latar belakang pengetahuan siswa dengan mewujudkannya pada standar kompetensi yang diharapkan selama siswa mengikuti Prakerin. Penetapan standar kompetensi dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa yang belum memadai, temtama kepada keterampilan-keterampilan yang alat-alatnya

(46)

119

tentang Prakerin dan gum pembimbing untuk melakukan on the job training

(OJT) sampai saat ini belum pemah dilakukan.

Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

fungsi pengorgansisasian dalam kegiatan Prakerin secara umum dinilai efektif.

C. Pelaksanaan

Efektivitas pelaksanaan Prakerin di SMKN 1 Bandung diukur dari

sejauhmana kegiatan Prakerin tersebut telah dilaksanakan dibandingkan dengan

tuntutan program yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas pelaksanaan

pelatihan menggunakan teori dari Siagian (1997) yaitu: (1) pelaksanaan pelatihan

yang efektif diselenggarakan sesuai dengan program kerja, (2) materi pelatihan hams sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (3) pelatihan dilaksanakan secara

bertahap dan sistematis, dan (4) pelaksanaan pelatihan yang baik memberikan

pembahan terhadap kualitas kinerja baik untuk diri sendiri dan bagi

lingkungannya.

(47)

120

Penilaian efektivitas pelaksanaan pelatihan menumt teori dibandingkan

dengan hasil penelitian terdapat kesesuaian dengan kriteria teori yang ada,

sehingga penilaian pelaksanaan pelatihan dapat dikatakan efektif.

Koordinasi dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan dapat mengukur

efektivitas pelaksanaan pelatihan seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna

(1993) yang menyatakan tentang pentingnya koordinasi kegiatan personil

sekolah yang dapat diperlancar dengan: (1) suatu struktur administratif yang

layak; (2) bagian organisasi dan pemyataan tentang kewajiban-kewajiban dan

hubungan-hubungan; (3) pemyataan tertulis tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan

dan peraturan-peraturan; (4) suatu sistem komunikasi formal yang memadai; (5)

komisi-komisi yang mewakili personil pada berbagai tingkat sistem sekolah; (6)

kelompok-kelompok kerja yang terdiri dari gum-gum dengan perhatian dan masalah yang sama atau berhubungan; (7) pemyataan tertulis tentang rencana-rencana dan prosedur; (8) garis besar kurikulum dan buletin; (9) buku pedoman bagi gum dan petugas lain; (10) laporan yang memadai; (11) ikatan-ikatan

informal di kalangan para anggota; dan (12) kewenangan yang dipakai dengan

bijaksana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kriteria teori yang ada dapat

dilaksanakan dengan baik meliputi adanya: struktur administratif yang layak, pembagian tugas dan wewenang yang dilengkapi dengan penjelasan tugas dan

(48)

121

program kerja dari koordinator Prakerin, Wakasek Hubin, yang ditandatangani

oleh kepala sekolah, garis besar kurikulum, buku pedoman bagi gum

pembimbing dan jumal kegiatan Prakerin bagi siswa, laporan yang dibuktikan

secara tertulis, ikatan-ikatan informal di kalangan Pokja dan siswa yang baik,

sertakewenangan Pokja yang digunakan secara bijaksana.

Hasil penelitian yang dibandingkan dengan kriteria teori yang ada

menunjukkan bahwa koordinasi dalam pelaksanaan Prakerin sudah mendekati

kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksanaan Prakerin dinilai sudah

efektif.

D. Pengawasan dan Penilaian

Pengawasan berfungsi untuk menjamin bahwa semua kegiatan yang

sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya

sehingga tujuan utama pengawasan untuk mengusahakan agar apa yang

direncanakan terwujud. Penilaian efektivitas pengawasan menggunakan teori dari Hadari Nawawi (1984) dan Oteng Sutisna (1993) yang menyatakan bahwa

pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung terhadap berbagai aspek atau kegiatan dalam proses pencapaian tujuan.

(49)

122

Dari sisi jenis pengawasan, peneliti menggunakan teori Oteng Sutisna

(1993) yang menyebutkan pengawasan terdiri dari pengawasan organisasional dan

pengawasan operasional. Pengawasan organisasional menggunakan metoda yang

menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya, sedangkan

pengawasan operasional menggunakan metoda yangmengukur efisiensi perbuatan

dari hari ke hari dan menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan

tindakan pembetulan.

Hasil penerlitian menunjukkan bahwa selama Prakerin siswa diwajibkan

mengisi jumal kegiatan yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan setiap

hari sehigga ketika gum pembimbing melakukan monitoring akan segera

mengetahui tingkat relevansi pekerjaan yang telah dilakukan dengan standar

kompetensi yang telah ditetapkan. Pihak SMKN 1 Bandung tidak segan-segan

untuk memindahkan siswa ke tempat lain yang sesuai dengan bidang keahlian yang diharapkan. Kepala sekolah selaku penanggung jawab Prakerin pada setiap tahap kegiatan Prakerin selalu melakukan komunikasi formal dan informal dengan

Pokja Prakerin untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan Prakerin telah dilaksanakan dan hambatan-hambatan apa yang ditemui sehingga memerlukan jalan keluar sesegera mungkin.

(50)

123

tingkat

relevansi

kegiatan-kegiatan

yang

segera

memerlukan

tindakan

pembetulan. Jenis pengawasan, pengawasan organisasional dan pengawasan

operasional, secara teoritis telah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung selama

penyelenggaraan Prakerin sehingga bila dibandingkan antara teori dengan hasil

penelitian, pengawasan Prakerin dapat dikatakanefektif.

Pengawasan secara efektif dapat dilihat dari sisi bahwa pengawasan

mempakan suatu proses, yang terdiri dari rangkaian kegiatan-kegiatan yang

mengandung unsur-unsur yang saling mempengaruhi, dan membentuk suatu

sistem Peneliti menggunakan modifikasi teori Oteng Sutisna (1993) dan Fattah

(1999) yang menyatakan bahwa dalam pengawasan terdapat: (1) penetapan

standar; (2) kegiatan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang atau sudah

dilakukan; dan (3) tindakan perbaikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMKN 1 Bandung telah menetapkan standar kompetensi yang sesuai dengan program studi/jurusannya sebagai hasil

lokakarya antara Majelis Sekolah, yang mempakan wadah dunia usaha/industri

sebagai institusi pasangan. Selama kegiatan Prakerin SMKN 1 Bandung telah

(51)

124

program studi/jurusan sebesar 8,05 (delapan koma nol lima). Hal ini berarti

perolehan nilai Prakerin dalam kategori baik. Tahapan perbaikan selalu dilakukan

oleh SMKN 1 Bandung melalui forum formal, rapat, dan informal di bawah

koordinasi Wakasek Hubin yang akan melakukan tindakan perbaikan dengan

segera apabila terdapat hal-hal yangperlu segera diselesaikan.

Bila hasil penelitian dibandingkan dengan modifikasi teori yang ada maka

secara umum telah terdapat kegiatan yang mencakup pengawasan sebagai suatu

proses. Oleh karena itu pengawasan dilihat sebagai suatu proses pada kegiatan

Prakerin dapat dikatakan sudah efektif.

Rangkuman temuan penelitian dan penilaian pengelolaan Prakerin di SMK

(52)
[image:52.595.74.457.137.564.2]

Tabel 5. 1.

Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung

125

No. Penilaian

Aspek yang Diteliti

Baik Cukup Kurang 1. Perencanaan

a. Visi, misi, dan tujuan V -

-b. Penyusunan rencana (sasaran, V -

-pelaksanaan, jangka waktu, tahap-tahap pelaksanaan, dan sarana)

2. Pengorganisasian

a. Penyusunan struktur organisasi V -

-b. Penunjukkan personal V -

-c. Analisa pekerjaan V -

-d. Deskripsi pekerjaan V -

-e. Saluran komunikasi V -

-f. Pelatihan instruktur - V

g. Metoda pelatihan dan lokasi - V

-h. Sistem monitoring dan evaluasi V -

-3. Pelaksanaan

a. Koordinasi V -

-b. Optimalisasi program V -

-4. Pengawasan dan Penilaian

a. Pelaksanaan pengawasan - V

-b. Pelaksanaan penilaian V -

-c. Hasil penilaian V -

-d. Tingkat kepuasan V -

-Untuk melengkapi rangkuman temuan penelitian dan penilaian

(53)
[image:53.842.102.778.138.477.2]

Tabel 5. 2.

Rangkuman Pembahasan

Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung

No. Pemyataan Penelitian Kriteria Teoritis Temuan Penelitian

Data/Informasi

Kesimpulan

1. Perencanaan

a. Visi, misi, dan tujuan

b. Rencana

1. Menetapkan visi 2. Menetapkan misi 3. Menetapkan tujuan 1. Menetapkan sasaran 2. Rincian kegiatan 3. Jangka waktu

4. Tahap-tahap pelaksanaan 5. Sarana

1. Penetapan visi 2. Penetapan misi 3. Penetapan tujuan

1. Penetapan sasaran 2. Rincian kegiatan 3. Jangka waktu

4. Tahap-tahap pelaksanaan 5. Sarana

Efektif

Efektif

2. Pengorganisasian a. Struktur organisasi

b. Personal

c. Analisa pekerjaan d. Deskripsi pekerjaan

e. Saluran Komunikasi

1. Menetapkan struktur organisasi 2. Menetapkan tim pelaksana 3. Menetapkan analisa pekerjaan 4. Menetapkan deskripsi pekerjaan 5. Adanya saluran komunikasi

1. Penetapan struktur organisasi

2. Penunjukkan tim pelaksana 3. Penetapan analisa

pekerjaan

4. Penetapan deskkripsi pekerjaan

5. Saluran komunikasi formal

(54)

4.

f. Pelatihan instruktur

g. Metoda pelatihan dan lokasi

h. Sistem monitoring dan evaluasi

Pelaksanaan

a. Koordinasi

b. Optimalisasi program

Pengawasan dan penilaian

a. Pelaksanaan pengawasan

b. Pelaksanaan penilaian c. Hasil Penilaian d. Tingkat kepuasan

6. Adanya pelatihan instmktur

7. Adanya metoda pelatihan dan lokasi

8. Menetapkan sistem monitoring dan

evaluasi

1. Adanya koordinasi diantara

pihak-pihak yang terlibat

2. Adanya kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan

1. Adanya pelaksanaan pengawasan

2. Adanya pelaksanaan penilaian 3. Adanya hasil penilaian

4. Adanya reaksi peserta

6. Tidak adanya pelatihan instmktur

7. Penetapan metoda

pelatihan dan lokasi

8. Penetapan sistem

monitoring dan evaluasi

1.

3.

Koordinasi antara sekolah, Majelis Sekolah, dan institusi pasangan Kesesuaian rencana dan pelaksanaan.

Pengawasan langsung dan

tidak langsung

Soal penilaian dan Berita acara penilaian

Nilai dan Sertifikat

(55)

5.3. Analisa SWOT

Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Perencanaan kegiatan 1. Pemahaman instmktur 1. Kepercayaan yang tinggi 1. Mutasi/Rotasi bagi Prakerin disusun setiap terhadap kedudukan dari stakeholder bagi pihak-pihak yang awal tahun pelajaran. Prakerin dalam siswa/lulusan SMK Negeri 1 berkompeten dalam 2. Sekolah sudah mempunyai penyelenggaraan Pendidikan Bandung. pengelolaan Prakerin.

standar program pelatihan Sistem Ganda masih kurang. 2. Menjadi sekolah dari setiap jumsan/ program 2. Belum adanya pelatihan bagi percontohan bagi studi berdasarkan hasil guru pembimbing melalui on pengelolaan Prakerin kesepakatan dengan Majelis thejob training (OJT). terutama bagi

sekolah-Sekolah. sekolah swasta, khususnya di

3. Pokja Prakerin telah kota Bandung.

membuat pengorganisasian yang jelas sehingga tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang telibat dalam kegiatan Prakerin jelas.

4. Koordinasi yang baik antar sekolah dengan Majelis

Sekolah.

5. Pengawasan yang baik bagi

setiap tahapan kegiatan. t o

(56)
(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan. Jakarta: Ditjen Dikti P2LPTK Depdikbud.

(1990). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan. Jakarta: Rajawali.

Asrori. (1998). Efektivitas Pengelolaan Program Penyetaraan SI dalam Jabatan

di FKIP Universitas Bengkulu. Tesis Magister pada PPS IKIP Bandung:

tidak diterbitkan.

Bermawi, Y. R. (1999). Pengelolaan Praktek Pengalaman Lapangan di FKIP

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (Studi Kasus pada Program D-II PGSD). Tesis Magister pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Bogdan, R. C. and Biklen, S. K. (1982). Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn abd Bacon Inc.

Bogdan, R. dan Taylor, S. J. (1993). KualitatifDasar-dasar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.

Boulter, N., Dalziel, M., and Hill, J. (Eds). (1999). People and Competencies. London. Kogan Page Limited.

Chung, K. H. and Magginson, L. (1981). Organizational Behavior Developing

Managerial Skill. New York: Haper & Row Publisher.

Danim, S. (1999). Model Pengelolaan Terpadu Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Tingkat Wilayah (Studi tentang Fungsi dan Efektivitas

Model-model Pendidikan Tenaga Kependidikan di Propinsi Bengkulu).

Disertasi Doktor pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Pengelolaan KBM dalam Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Depdikbud.

. (1984). Garis-garis Besar Program Pengajaran SMEA Tahun 1994. Jakarta: Depdikbud.

. (1999). Garis-garis Besar Program Pengajaran SMK Edisi 1999. Jakarta: Depdikbud.

Djojonegoro, W. (1993). Empat Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdikbud.

(58)

136

Donelly, H. J., Gibson J. L., and Cevich, I. M. (1987). Foundations of

Management. Illinois: United States of America.

Dunn, W. (1998). Analisis Kebijaksanaan. Jogyakarta: Hanindita.

Engkoswara. (1999). Menuju Indonesia Modern 2020. Bandung: Yayasan Amal

Keluarga.

(2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi

Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Enoch, Y. (1995). Dasar-dasarPerencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fattah, N. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Gaffar, M. F. (1987). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta:

Depdikbud RI.

. (1997). Visi: Suatu Inovasi dalam Proses Manajemen Strategi Perguruan

Tinggi. Mimbar Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Gibson, J. L. et al., (1996). Organisasi. Alih Bahasa oleh Nunuk Adiami. Jakarta: Binampa Aksara.

Lipham, J. M. dan Hoeh, J. A., Jr. (1974) The Principalship, Foundations and

Functions. New York: Harperand Row Publishing, Inc.

Mager, R. F. dan Beach, K. M. Jr. (1996). Mengembangkan Pengajaran

Kejuruan. Bandung: ITB.

Makmun, A. S. (1996). Analisis Posisi Pembangunan Pendidikan. Jakarta:

Depdikbud.

(1996). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan.

Bandung: PPS IKIP.

Manullang, 1VL (1992). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. McAshan, H. H. (1981). Competency-based Education and Behavioral

Objectives. New Jersey: Educational Technology Publication, Inc..

Meirawan, D. (1996). Keterkaitan dan Kepadanan Pengelolaan Pembelajaran di

SMK dengan Kebutuhan Dunia Industri. Disertasi Doktor pada PPS IKIP

(59)

137

Moekijat. (1991). Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:

Mandar Maju.

Moeliono, A. M. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pemm Balai

Pustaka.

Moleong, L. J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Karya.

Mudyahardjo, R., dkk. (1992). Materi Pokok Dasar-dasar Kependidikan

DKEP2210/2SKS Modul I - 6. Jakarta: Depdikbud.

Muhadjir, N. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Rake

Sarastin.

Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Nawawi, H. (1981). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Nolker, H. dan Schonfeld, E. (1983). Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Gramedia.

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990. (1995). Pendidikan Menengah.

Jakarta: Sinar Grafika.

Putiianti, S. (1995). Kedudukan dan Peranan Majelis Sekolah dalam

Penyelenggaraan Program Pendidikan dengan Sistem Ganda. Tesis

Magister pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Ruhiyat. (1999). Kebijakan Pendidikan Menengah Kejuruan dan Pengaruhnya

terhadap Kesiapan Sekolah, Analisis Pekerjaan dan Pertumbuhan

Lapangan Kerja di Kotamadya Bandung. Tesis Magister Manajemen pada

PPS Universitas Padjadjaran Bandung: tidak diterbitkan.

Satori, D. (1999). Paradigma Baru dalam Pengelolaan Pendidikan Analisis

Kebijakan dalam Rangka Desentralisasi Pendidikan. Pidato Pengukuhan

Jabatan Gum Besar Tetap pada Jumsan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Schippers, U. dan Patriana, D. M. (1994). Pendidikan Kejuruan di Indonesia.

Bandung: Angkasa.

Siagian, S. P. (1996). Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara.

Spencer, Jr., L. M. and Spencer, S. M. (1993). Competence at Work. New York:

(60)

138

Steele, S. M. (1977). Contemporary Approaches to Program Evaluations:

Implicationfor Evaluating Program for Disadvantaged Adults. Washington

D.C. : Capitol Publication, Inc.

Steers, R. M. (1980). Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Supandi, dan Sanusi, A. (1988). Kebijaksanaan dan Keputusan Pendidikan.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan.

Surakhmad, W. (1996). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Sutisna, O. (1993). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritits Untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

Terry, G. R. (1981). Intisari Principles of Management. Bandung: Carya

Remadja.

. (1986). Asas-asas Manajemen. Alih Bahasa oleh Winardi. Bandung:

Alumni.

Terry, G. R. dan L. W. Rue. (1999). Dasar-dasar Manajemen. Alih Bahasa oleh

G. A. Ticoalu. Jakarta: Bumi Aksara.

The Federal Minister for Education and Science. (1992). Vocational Training in

The Dual System in The Federal Republic of Germany. Koln: Kolnische

Verlagsdruckerei Gmbh.

Tilaar, H.A.R. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989. (1995). Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Wahab, A. A. (1996). Mencari Arah Baru dalam Pengelolaan Sekolah, dalam Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan Nomor 3 Tahun XV. Bandung: University Press IKIP Bandung.

Wena, M. (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito.

Zulkabir. (1990). Laporan Penelitian Kesenjangan Okupasional: Kasus STM

Gambar

Gambar pada halamanberikut menyajikan kerangka pengelolaan Prakerin
Gambar 1.1Kerangka Pengelolaan Prakerin
Tabel 5. 1.Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian
Tabel 5. 2.Rangkuman Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

PSG yang dilaksanakan melalui praktek kerja industri diharapkan bisa menciptakan kemampuan profesional peserta didik sesuai dengan program keahliannya masing-masing

Daftar check disebarkan pada peserta didik tentang pelaksanaan praktek yang dapat dilakukan oleh praktikan di TPA untuk menggali data yang berkaitan dengan pelaksanaan

Jenis dan strategi pelaksanaan muatan lokal yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan1.

Kesesuaian dengan tujuan prakerin butir satu setelah dilakasanakan prakerin siswa akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang sesuai dengan kompetensi keahlian

PENGARUH HASIL BELAJAR BASIC BAKERY PADA PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN).. (Penelitian Terbatas Pada Siswa Kelas XII Tata Boga SMK Pariwisata Telkom

pemenuhan kebutuhan bagi peserta didik sudah cukup baik, dengan adanya perencanaan yang dilakukan mulai dari pemenuhan proses belajar baik secara teori maupun

Faktor-faktor penghambat pelaksanaan PSG pada IP Jurusan Akuntansi SMK Negeri 7 Yogyakarta, yaitu tidak semua dunia industri yang digunakan sebagai tempat prakerin pekerjaannya

Penelitian mengenai pendapat peserta didik tentang pelaksanaan praktek room section dengan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi yang berkaitan dengan kompetensi kerja