STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN PEMBINA PRAMUKA DALAM LATIHAN KEPRAMUKAAN DI
SANGGAR KEGIATAN BELAJAR
(SKB)
(Studi Kasus Di Gugus Depan Pramuka SKB Purwokerto, Jawa Tengah)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Luar Sekoiah Konsentrasi Peiatihan
Disusun Oleh
SUPRIYADI/NIM.989
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKANINDONESIA BANDUNG
▸ Baca selengkapnya: rtl kursus pembina pramuka mahir tingkat dasar
(2)PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Studi Tentang
Kepemimpinan Pembina Pramuka Dalam Latihan Kepramukaan Di Sanggar
Kegiatan Belajar (Studi Kasus Di Gugus Depan Pramuka SKB Purwokerto,
Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah) " ini beserta selunih isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2000
Yang Membuat.
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui dan disyahkan oleh pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Sutaryat
Trisnamansyah, M.A.
Pembimbing II
a -
l^l (L LL
A
ABSTRAK
Permasalahan yang dikaji melalui penelitian ini ialah mengenai bagaimanakah gambaran kepemimpinan pembina pramuka yang ideal telah diterapkan dalam latihan kepramukaan di gugus depan gerakan pramuka Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto, propinsi Jawa Tengah, ditinjau dari perspektif pendidikan luar sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, yang meliputi : (1) tipe atau gaya kepemimpinannya, (2) sifat kepemimpinannya, (3) peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran, (4) interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga belajar, (5) faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan pembina pramuka.
Adapun teori yang digunakan ialah teori kepemimpinan, yang meliputi : teori sifat, teori lingkungan, teori perilaku, dan teori humanistik. Juga didukung oleh teori
belajar koneksionisme, conditioning dan gestalt.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, pengamatan dengan pencatatan secara faktual dan mendalam serta studi dokumenter. Sedangkan responden yang dipilih sebagai typical group yaitu kelompok pembina pramuka dari
pamong belajar SKB sejumlah sembilan orang dan kelompok pembina pramuka dari
Kwartir Cabang Gerakan Pramuka sejumlah tiga orang. Gejala yang ditemui, yang merupakan fakta atau data ditafsirkan atau dimaknai dengan dialogical interpretation.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada di antara para pembina pramuka yang masih mewarisi tipe atau gaya otoriter-meskipun tidak sepenuhnya dilakukan dalam
proses pembelajaran-hanya dalam hal atau situasi tertentu dilakukan. Juga ada yang
masih mewarisi sifat bahwa kehadirannya semata-mata karena tugas formal. Ada di antara pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran belum sepenuhnya
menggunakan prinsip pendidikan luar sekolah-sehingga dalam prakteknya belum sepenuhnya melibatkan warga belajar. Dalam interaksi pembelajaran cenderung
dengan satu arah- sehinggakreativitas warga belajar relatif kurang.
Sedangkan dalam penelitian ini disimpulkan tentang ciri (kharakteristik)
kepemimpinan pembina pramuka berdasarkan skor rata-rata dari masing-masing aspek
sebagai berikut: Aspek tipe atau gaya kepemimpinan, 7,6 (63,3 %) pembina pramuka
telah memenuhi syarat ideal, sedangkan 4,4 (36,7 %) pembina pramuka kurang
memenuhi syarat ideal. Aspek sifat kepemimpinan, 8 (66,7 %) pembina pramuka
telah memenuhi syarat ideal, sedangkan 4 (33,3 %) pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal. Aspek peranan pembina dalam mengelola proses
pembelajaran, 7,1 (59,2 %) pembina pramuka telah memenuhi syarat ideal, sedangkan 4,9 (40,8 %) pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal. Aspek interaksi pembina dalam upaya membimbing anak didik, 7,7 (64,2 %) pembina pramuka telah memenuhi syarat ideal, sedangkan 4,3 (35,8 %) pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal. Faktor lain yang ikut mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pembina
pramuka yaitu pendidikan atau pengalaman, motivasi, imbalan atau honor (penghargaan), fasilitas-sarana dan prasarana, serta suasana (iklim).
Hasil penelitian tentang ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal sebagaimana dikemukakan di atas berimplikasi pada upaya peningkatan
atau pengembangan (pendayagunaan) program latihan kepramukaan di SKB. Juga sebagai sumber yang berkaitan dengan daya dukung. Disamping itu sebagai sumber dalam upaya memotivasi para pembina pramuka, atau bahkan yang berkeinginan untuk menjadi pembina pramuka agar berusaha menguasai sebanyak mungkin
ciri-ciri ideal itu.
Hasil penelitian ini, dengan keterbatasan yang ada direkomendasikan kepada
SKB Purwokerto maupun SKB lainnya, terutama para pembina pramuka yang ada di
dalamnya, dengan diketemukannya tentang ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal itu, hendaknya berusahalah meningkatkan atau minimal sama dengan kondisi yang ada sekarang ini. Kepada peneliti selanjutnya, semoga apa
yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya, tentunya berkaitan dengan topik permasalahan penelitian yang sejenis.
Untuk mendapatkan para pembina pramuka yang ideal, disarankan kepada SKB
perlu kiranya menerapkan prosedur tersendiri dalam rekruitmennya, yaitu melalui tahap diagnosis kebutuhan, seleksi, akad kerja sama/kesepakatan, dan orientasi. Perlu juga dibentuk lembaga kursus (latihan) di SKB, sebagai upaya peningkatan kemampuan pembina pramuka yang ada, tentunya dengan sistem yang berbobot.
Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, karena hanya mengungkap
tentang ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka. Itupun sangat dipengaruhi oleh tempat dan waktu penelitian. Adapun pendekatan yang digunakan
yaitu pendekatan kualitatif, yang tentunya memiliki beberapa kelemahan.
DAFTARISI
HALAMANJUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN i i
LEMBAR PENGESAHAN i i i
ABSTRAK i v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR x i i i
DAFTAR LAMPIRAN xlv
BAB LPENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 13
C. Fokus (Rumusan) Masalah 15
D. Definisi Operasional 15
E. Tujuan Penelitian ^0
F. Manfeat Penelitian 20
G. Kerangka Pemikiran 21
BAB H. KAJIAN TEORI 26
A. Pengertian Kepemimpinan ^6
B. Kepemimpinan Dalam Pendidikan Luar Sekolah 3'£
C. Pelatih atau Pembina Pramuka Sebagai Pemimpin Merupakan Komponen Penting Dalam Pembelajaran PLS 38
D. Latihan Kepramukaan 44
1. Tujuan 45
2. Warga Belajar 47
3. Kurikulum 47
4. Proses (interaksi) Pembelajaran 49
5. Evaluasi (Penilaian) 50
BAB m. METODOLOGI PENELITIAN 53
A. Metode Dan Pendekatan Penelitian 53
B. Tempat (Lokasi) Penelitian 54
C. Subyek/Sumber Data Penelitian 55
D. Instrumen Penelitian (Alat Pengumpul Data) 56
E. Teknik Pengumpulan Data 57
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data 58
G. Tahap-Tahap (Prosedur) Penelitian
60
H. Pemeriksaan Keabsahan Hasil Penelitian 61
BAB IV.HASDL PENELITIAN 63
A. Gambaran Umum Tentang Latihan Kepramukaan Di Gugus Depan
26.3021 Dan 26.3022 SKB Purwokerto 63
1. Latar Belakang
63
2. Dasar Penyelenggaraan 64
3. Tujuan 65
4. Materi dan Alokasi Waktu 66
5. Warga Belajar 67
6. Pelatih atau Pembina 76
7. Metode dan Tehnik 80
8. Alat atau Media 80
9. Proses Pembelajaran 81
10. Administrasi 83
11. Evaluasi 84
B. Penyajian Data Penelitian 84
1. Deskripsi tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka 86 2. Deskripsi sifat kepemimpinan pembina pramuka 87 3. Deskripsi peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembe
lajaran .89
4. Deskripsi interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing
warga belajar 91
5. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepe
mimpinan pembina pramuka 92
C. Pembahasan Hasil Penelitian 93
1. Tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka 93
2. Sifat kepemimpinan pembina pramuka 96
3. Peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran.... 100 4. Interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga
belajar 104
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan
pembina pramuka 105
D. Temuan Penelitian 109
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKAS1, REKOMENDASL DAN KETERBA
TASAN PENELITIAN 112
A. Kesimpulan 112
B. Implikasi 114
C. Rekomendasi 116
D. Keterbatasan Penelitian 118
DAFTAR PUSTAKA 119
LAMPIRAN-LAMPIRAN 123
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penilaian Tentang Ciri (Kharakteristik) Kepemimpinan Ideal 23
[image:8.595.156.440.277.559.2]Gambar 2 Follow Up Hasil Penelitian 24
Gambar 3 HubunganFungsionalPembelajaran PendidikanLuar Sekolah 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan izin mengadakan studi lapangan/penelitian
124
Lampiran 2 Surat keterangan telah mengadakan penelitian 12 5Lampiran 3 Pedoman wawancara dan pengamatan serta studi dokumenter 126
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keadaan penduduk Indonesia dengan pertumbuhan 2,34 % diperkirakan pada
tahun 2000 akan mencapai 210.233.700 orang. Bahkan menurut Word Development
Report 1998) pada tahun 2000 penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 212
juta orang (Kompas, 2 Januari 1999). Sedangkan Soepardjo Adikusumo (1998)
mengemukakan bahwa dalam tahun 2000 kita akan mempunyai penduduk sebanyak
250 juta jiwa dan orang mengatakan bahwa tahun 2000 pulau Jawa ini sudah akan
merupakan kota pulau.
Jika dikaji dari aspek sumber daya manusia, jumlah yang cukup besar ini
merupakan modal potensial dalam pembangunan. Itulah sebabnya, keberhasilan
pembangunan yang dicita-citakan hanya dapat dicapai apabila kualitas sumber daya
manusianya dapat dibina, dikembangkan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang dimaksud menurut
Soepardjo Adikusumo (1998) bahwa :
Istilah kualitas itu jangan diartikan sempit dalam pengertian ekonomi atau
ke-mampuan intelektual. Kualitas sumberdaya manusiaharus dipahami dalam pe ngertian kesadaran manusia terhadap eksistensi dirinya atau keberadaannya. Kesadaran akan eksistensinya itu tercermin pada ikhtiar untuk memperkuat
Pandangan tersebut diatas mengisyaratkan bahwa peningkatan kualitas sumber daya
manusia, terutama diarahkan pada upaya penemuan jati dirinya atas dasar kesadaran
dan tanggung jawab sebagai manusia yang memiliki potensi.
Menghadapi perubahan kehidupan dalam masyarakat yang semakin akseleratif,
maka keterandalan kualitas sumber daya manusia ini semakin dipacu agar menjadi
pelaku-pelaku pembangunan yang dapat diandalkan. Jika tidak demikian, makajumlah
penduduk yang cukup besar ini akan menjadi beban dan tanggung jawab negara yang
akan membawa dampak terhambatnya pelaksanaan pembangunan, sebagaimana
dikemukakan oleh Siagian (1983) bahwa jika suatu bangsa tidak mampu
mengembangkan sumber daya manusianya, negara itu tidak akan dapat membangun
negaranya, oleh karena itu pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu
syarat yang paling penting bagi pembangunan. Pandangan tersebut jelas mempertegas
bahwa sumber daya manusia bagi suatu bangsa mutlak harus dibina dan
dikembangkan untuk dimanfaatkan demi kemajuan bangsa. Upaya untuk membina
dan mengembangkan sumber daya manusia ini diakui merupakan tugas yang cukup
berat dan memerlukan keterlibatan yang sungguh-sungguh dari semua pihak baik
pemerintah maupun masyarakat.
Kemudian mengenai ciri penduduk dan masyarakat Indonesia antara lain
dikemukakan oleh Emil Salim (1986) sebagai berikut:
Masalah kependudukan kita adalah bahwa sebagian besar penduduk kita berusia
muda, dan 68% dari penduduk seluruhnya berusia dibawah 30 tahun.
Sampai
akhir abad kedua puluh ini sebanyak 83,2 jutajiwaatau kira-kira 34% dari selu
nih jumlah penduduk tahun 2000 akan berusia 0-14 tahun.
Penduduk berusia
hams menopang keperluan penduduk usia muda dan usia tua.
Nampaknya, mereka yang berusia muda hams menjadi sasaran, karena mereka adalah
merupakan potensi sumber daya manusia yang dipersiapkan akan mengisi
pembangunan. Dalam rangka menanggulangi serta membangun manusia Indonesia
seutuhnya, diperlukan adanya model pendidikan atau latihan yang memadai untuk
memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi warga masyarakat. Pendidikan
atau latihan tentunya diprioritaskan kepada generasi mudanya untuk dapat menjadi
pemuda yang kreatif. Model pendidikan atau latihan ini merupakan proses budaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dan berlangsung tidak hanya
disekolah, akan tetapi juga berlangsung di luar sekolah, sebagaimana dilakukan di
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), sebagai unit pelaksana teknis Ditjen Diklusepora.
Salah satu wadah bagi pembinaan generasi muda untuk dapat menjadi pemuda
yang kreatif, diantaranya ditempuh melalui gugus depan gerakan pramuka, dengan
berbagai bentuk kegiatan latihan kepramukaan yang ada di dalamnya. Keberadaan
latihan kepramukaan dalam wadah gugus depan gerakan pramuka adalah merupakan
usaha pembinaan dan pengembangan kreativitas generasi muda sebagai ujud
partisipasinya dalam rangka mengisi pembangunan masyarakat secara menyeluruh dan
utuh. Menyadari akan makna dan hakekat pendidikan atau latihan, maka berhasil
tidaknya program pembangunan secara keseluruhan, faktor manusia tentunya
memegang peranan kunci yang menentukan. Pentingnya pendidikan atau latihan
sebagai modal pembangunan dijelaskan oleh Santoso S. Hamijoyo (1974) sebagai
Pendidikan atau latihan adalah penting sekali sebagai sarana pembangunan eko-nomi sekarang dan yang akan datang, bahkan mempakan sarana pokok dalam pembangunan bangsa. Pendidikan mempakan komponen pokok dalam
pembina-aan modal social-overhead. Bahkan dalam situasi ekonomi yang belum maju,
belum banyak didasarkan pada IPTEK yang tinggi, yang daya serap ekonomi modern masih sangat terbatas, pendidikan umum maupun kejuruan praktis (la tihan) perlu diperluas dan diperdalam, di sekolah dan di luar sekolah (masyara kat).
Dengan demikian pendidikan atau latihan mempakan invesment atau modal paling
utama bagi setiap manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan (Emil Salim,
1989). Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan untuk
itu melalui pendidikan (Nasution, 1982).
Gugus depan gerakan pramuka sebagai salah satu wadah pembinaan generasi
muda dengan berbagai kegiatan latihan kepramukaan yang ada di dalamnya akan
menambah berbagai pengetahuan, keterampilan dan kualitas kepribadian lainnya yang
memungkinkan berperan sebagai manusia yang penuh kreativitas. Karena itu konsep
investasi pada pendidikan disebut invesment in human capital atau modal dasar
sumber daya manusia untuk jangka panjang . Teori tentang manusia sebagai modal
dasar (Human Capital Theory) yang diterapkan dalam pendidikan luar sekolah
dikemukakan oleh Paulston (H.D. Sudjana, 1988) yaitu bahwa manusia itu sendiri
adalah pemilik modal dasar berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Teori ini menekankan bahwa faktor pendidikan luar sekolah akan
memainkan peranan utamanya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
Yang perlu bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah
bagaimana mengembangkan proses akumulasi sumber daya manusia (human capital
formation), dalam arti menambah jumlah dan kualitas manusia, terutama generasi
muda yang kreatif, yang diperlukan bagi pembangunan bangsa dan negara.
Sebagai salah satu upaya pembinaan dan pengembangan kreativitas generasi muda,
latihan kepramukaan mengemban tugas pokok untuk menumbuhkan tunas-tunas
bangsa agar menjadi generasi pewaris yang lebih baik, yang sanggup bertanggung
jawab dan mampu membina serta mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan
secara nasional itu.
Gerakan Pramuka dilahirkan dengan surat keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 238 tahun 1961 yang kemudian dipertegas dengan Kepres Nomor 12
tahun 1971 dan Kepres Nomor 46 tahun 1984, dalam anggaran dasarnya menyatakan
bahwa:
Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan metode pendidikankepanduan yang pelaksanaannya diserasikan dengan
keada-an dkeada-an perkembkeada-angkeada-an bkeada-angsa Indonesia, agar supaya :
1. Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, serta:
a. tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya, b. tinggi kecerdasan dan keterampilannya,
c. kuat dan sehat fisiknya.
2. Menjadi warga negara Indonesia yang ber-Pancasila, setia dan patuh kepada
negara kesatuan Republik Indonesia, sehingga menjadi anggota masyarakat yang sanggup dan mampu menyelenggarakan pembangunan bangsa dan ne gara.
Generasi muda khususnya yang tergabung dalam gerakan pramuka mempakan
potensi besar bagi kelangsungan pembangunan, akan tetapi menjadi hambatan
Haluan Negara menyebutkan bahwa masalah penduduk atau manusia sebagai subyek.
Sebagai subyek, tidak hanya sebagai modal dasar pembangunan, akan tetapi juga
mempakan faktor dominan yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
menentukan kebijaksanaan serta prioritas penanganannya.
Dilihat dari segi kebutuhan pembangunan, gerakan pramuka melalui kegiatan
latihan kepramukaan diharapkan dapat melahirkan kader-kader bangsa yaitu generasi
muda yang kreatif sekaligus berkualitas. Karena generasi muda yang kreatif adalah
sumber tenaga kerja di masa mendatang dan sebagai sumber insani dan potensi bangsa
yang perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi dan memberikan sumbangan nyata
kepada pembangunan bangsa dan negara. Peranan penting dari generasi muda,
disadari bahwa masa depan adalah kepunyaan generasi muda dan pemuda yang
kreatif mempakan cita-cita serta harapan bangsa. Oleh karena itu pembinaan dan
pengembangan kreativitas generasi muda melalui latihan kepramukaan hams dilihat
sebagai investasi manusia, terutama generasi mudanya, dalam rangka pembangunan
bangsa yang didasarkan atas gagasan pembangunan manusia seutuhnya dan
masyarakat Indonesia seluruhnya.
Banyak faktor yang hams diperhatikan untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan dari suatu latihan kepramukaan di setiap gugus depan pramuka. Latihan
kepramukaan mempakan suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri atas input
(masukan), proses (proces) dan keluaran (output) serta umpan balik (feedback).
Keseluruhan komponen tersebut hams mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
Untuk menyiapkan perangkat kerja dari komponen-komponen itu, diperlukan
orang dewasa yang merasa terpanggil untuk dapat memberikan bekal latihan kepada
anak-anak dan remaja Indonesia agar mereka menjadi pribadi yang lebih baik, penuh
kreativitas. Orang dewasa itulah yang biasanya disebut pelatih, atau disebut pembina
dalam gugus depan gerakan pramuka. Masih langkanya orang dewasa yang terpanggil
untuk ikut membina anak-anak dan remaja di lingkungan pendidikan luar sekolah,
juga memerlukan perhatian khusus dalam usaha pembinaan generasi muda kita
dewasa ini. Orang dewasa yang sekaligus sebagai pelatih atau pembina mempakan
bagian dari input sangat menentukan dalam pengelolaan proses yang terjadi untuk
mencapai tujuan (output) yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diperlukan adanya pembinaan yang terus-menerus dan terpadu. Upaya membina ini
sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 0323/U/1978 tentang Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi
Muda, adalah melaksanakan upaya pendidikan baik formal maupun non formal secara
sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar
kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat, minat, keinginan serta kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya
atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan, mengembangkan diri sesamanya dan
lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang
8
pendidikan menjangkau program-program luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat
kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan
pemberantasan buta huruf, memerlukan kuantitas dan kualitas pelatih, agar dengan
demikian dapat mencapai sasaran yang diinginkan.
Latihan kepramukaan kebanyakan dilakukan dalam pendidikan luar sekolah
memerlukan kepemimpinan, yang dalam hal ini para pelatih atau pembina pramuka
yang mampu mengembangkan kreativitas warga belajarnya. Hal ini dimaksudkan
untuk menjadikan model pembelajaran yang optimal dalam suatu latihan
kepramukaan. Penyelenggaraan pembelajaran dalam latihan kepramukaan tidak akan
terlepas dari peranan pelatih atau pembina, walaupun proses pembelajarannya
ditekankan pada belajar sendiri (mandiri). Peranan pelatih atau pembina sangat
penting dan menentukan dalam proses pembelajaran. Untuk itu seorang pelatih atau
pembina sebagai pemimpin dituntut memiliki kemampuan atau kompetensi
profesional yang memadai, sehingga mampu mengelola proses pembelajaran dengan
baik. Kemampuan mengelola pembelajaran ini antara lain dicerminkan melalui tiga
tugas pokok yang berkaitan dengan tahap-tahap pembelajaran yaitu : (1) perencanaan
pembelajaran yang meliputi mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan
belajar, membuat rencana kegiatan belajar, (2) pelaksanaan pembelajaran yang
meliputi pemilihan dan penggunaan materi, teknik, metode, alat atau media
pembelajaran, (3) evaluasi atau penilaian pembelajaran yang meliputi alat, cara atau
Disamping faktor pelatih atau pembina pramuka yang berperan sebagai pengelola,
warga belajar itu sendiri juga sangat mewarnai keberhasilan proses pembelajaran, baik
itu partisipasinya dalam proses pembelajaran, interaksi dengan pelatih atau pembina,
maupun reaksi yang muncul atau timbul dari dalam dirinya yang bersifat pribadi atau
kelompok. Proses pembelajaran pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan antara lain
sebagai berikut : (1) belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan sedikit dari tenaga
pelatih atau pembina yang ada di sekitar warga belajar, (2) saling belajar antara
sesama warga belajar dalam kelompok maupun antar kelompok dengan bimbingan
atau bantuan pelatih atau pembina. Kesemuanya itu bertujuan untuk membantu
memecahkan kesulitan belajar warga belajar secara cepat dan tepat (efektif).
Ciri (karakteristik) kepemimpinan seorang dewasa, sebagai pelatih ataupun
pembina pramuka dalam mengelola proses pembelajaran di dalam kelas maupun di
lapangan tentunya berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang
antara lain oleh faktor kepnbadian , latar belakang pendidikan dan pengalaman serta
karakteristik bahan program yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu perlu ditelaah
modus ciri atau karakteristik kepemimpinan yang paling cocok/sesuai dengan
program kegiatan yang akan dilaksanakan.
Latihan kepramukaan dalam wadah gugus depan gerakan pramuka memiliki
banyak jenis kegiatan yang antara lain meliputi: upacara pembukaan dan penutupan
latihan, api unggun, permainan, pendalaman pengetahuan umum termasuk sejarah,
tali-temali, P3K, PBB, navigasi, morse, semaphore, perjalanan (wide game), bhakti
10
ciri (karakteristik) yang berbeda-beda penanganannya antara yang satu dengan yang
lainnya, walaupun kesemuanya itu mempakan satu paket kegiatan latihan
kepramukaan, yang sistem penyampaiannya melalui suatu proses pembelajaran.
Para ahli yang mendalami berbagai aspek, masalah dan pendekatan tentang
kepemimpinan yang efektifpadaumumnya telah sepakat bahwa salah satu pendekatan
yang dapat digunakan adalah dengan menganalisis kepemimpinan berdasarkan ciri
ideal yang menjadi idaman seseorang yang menduduki jabatan pemimpin. Tetapi
kesepakatan demikian tidak mendapat konsensus bulat tentang ciri-ciri ideal tersebut,
ciri-ciri tersebut mempakan hal yang perlu diusahakan kepemilikannya secara terns
menems oleh semua orang yang mendapat kesempatan menjadi pemimpin. Pada saat
seseorang menjabat sebagai pemimpin, dapat dipastikan bahwa orang tersebut
memilki hanya sebagian ciri-ciri (karakteristik), selebihnya mempakan hal yang hams
diusahakan kepemilikannya selama seseorang meniti karirnya. Dengan usaha yang
sungguh-sungguhpun tidak ada jaminan keselumhan ciri-ciri itu telah dimilikinya
pada waktu yang bersangkutan mengakhiri masa pengabdiannya. Bahkan dapat
dipastikan bahwa salah satu sumber kepuasan psikologis bagi seorang pemimpin tidak
terletak pada terwujudnya keinginan untuk memiliki ciri-ciri ideal tersebut, melainkan
pada pengetahuan dan keyakinan bahwa ia telah melakukan usaha maksimal untuk
memiliki sebanyak mungkin ciri-ciri kepemimpinan yang ideal. Perlu juga diyakini
dan diketahui bahwa dalam prakteknya tidak ada seorang pemimpinpun yang secara
konsisten bertipe atau menggunakan gaya dan sifat kepemimpinan tertentu. Situasi,
11
sikap atau gaya kepemimpinan oleh seorang pemimpin. Sondang P. Siagian (1988)
mengatakan bahwa aneka ragam fungsi/tugas yang hams diselenggarakan oleh
seorang pemimpin sering menuntut adanya tipe atau gaya, sifat dan peran
kepemimpinan yang berbeda-beda. Demikian halnya dengan seseorang yang
ditugaskan sebagai pelatih atau pembina pramuka. Mereka dituntut sebagai pemimpin
yang mampu menggunakan fungsi atau tugas kepemimpinan itu sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapinya.
Dari sekian banyak ciri-ciri kepemimpinan yang ideal tersebut, akan segera
nampak bahwa tidak ada seorangpun yang memiliki ciri-ciri tersebut secara
keseluruhan dipahami, mengingat kepemimpinan bukanlah mempakan sesuatu yang
gaib dan mistis. Kepemimpinan adalah keseluruhan dari sikap (attitude) dan
keterampilan (skill) yang di dapatnya dari belajar, sehingga akan memunculkan tipe
atau gaya, sifat, dan peranan dari fungsi kepemimpinan itu sendiri. Hal yang perlu
diperhatikan dan diketahui bahwa kemampuan seseorang untuk mempelajari sesuatu
keterampilan dan bersikap yang positif adalah terbatas (Gerungan, 1986).
Apakah ciri (karakteristik) kepemimpinan untuk semua jenis kegiatan yang
memiliki karakteristik berbeda-beda itu dalam satu paket pendidikan atau latihan
memiliki kesamaan atau perbedaan ?. Apakah diperlukan kepemimpinan yang khas ?.
Untuk dapat menemukan ciri-ciri kepemimpinan yang paling sesuai, kiranya perlu
diadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan kepemimpinan, dalam hal ini adalah
kepemimpinan pembina pramuka yang secara langsuna mengelola proses
12
Latihan kepramukaan dengan bimbingan pelatih atau pembina, apabila dilakukan
dengan cara atau teknik-teknik tertentu, tentunya akan berdampak bagi pengembangan
kreativitas dan kualitas warga belajarnya, berdampak positif maupun negatif. Jika
pelatih terlalu kaku dengan suatu cara atau teknik tertentu, kreativitas anak didik akan
mendapat hambatan untuk berkembang secara optimal. Cara atau teknik tersebut akan
menunjukkan tipe atau gaya, sifat dan peranan kepemimpinan seorang pelatih atau
pembina. Untuk itu perlu kiranya diteiiti mengenai ciri atau karakteristik
kepemimpinan pembina yang bagaimanakah yang paling sesuai dengan jenis latihan
kepramukaan di sebuah gugus depan pramuka yang berpangkalan di Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB) Purwokerto, propinsi Jawa Tengah. Dipilihnya SKB Purwokerto
sebagai kasus penelitian dengan pertimbangan antara lain sebagai berikut : kegiatan
latihan kepramukaan mendapat pengakuan baik (dari penilaian BPKB), gugus depan
gerakan pramuka telah lama berdiri (tahun 1996), aktivitas latihan yang relatiftinggi
(jum'at dan sabtu), sering mendapat kejuaraan dalam lomba bidang kepramukaan
(antara lain : juara I lomba kecakapan pramuka, juara II dalam kemah bhakti 1999,juara III dalam kemah bhakti 2000), pembina relatif banyak (5 orang pembina puteri
dan 7 orang pembina putera), keaktifan yang relatif tinggi dari pembina dalam
memotivasi anak didik (rendahnya absensi), ketersediaannya sarana dan prasarana
pendukung latihan (alat dan media relatif lengkap, prasarana mangan atau gedung dan
lapangan terbuka atau tempat berkemah ada). Disamping itu SKB Purwokerto secara
13
Tengah. Itulah beberapa alasan yang mempakan kelebihan dari SKB Purwokerto jika
dibandingkan dengan SKB lainnya di Jawa Tengah
B. Identifikasi Masalah
Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan di
atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka, yakni masih perlu dikaji tentang bagaimanakah standar tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka yang
berpangkalan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Adapun tipe atau gaya
kepemimpinan ideal ialah yang humanis dan demokratis dengan bercirikan :
bertindak manusiawi dan akrab serta hangat, tugas dan perintah dikompromikan atau
dibicarakan, memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk saling berinteraksi
secara terbuka, mau menerima usul dan saran serta pertimbangan dari warga belajar,
dan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada warga belajar untuk
berekspresi-berinisiatif-berkreatif.
2. Sifat kepemimpinan pembina pramuka, yakni masih perlu dikaji tentang
bagaimanakah standar sifat kepemimpinan pembina pramuka yang berpangkalan di
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Sedangkan sifat pemimpin yang ideal yaitu :
memiliki pengetahuan umum yang luas, berkemampuan untuk tumbuh dan
berkembang, memiliki sifat yang inkuisitif, memiliki kemampuan analitik, memiliki
daya ingat yang kuat, berkepastian integratif, mampu berkomunikasi secara efektif,
berketerampilan mendidik, memiliki sifat rasional, memiliki sifat obyektif, bersifat
14
dan yang penting, memiliki naluri tepat waktu, memiliki rasa kohesi yang tinggi,
memiliki rasa relevansi yang tinggi, memiliki keteladanan, mampu menjadi pendengar
yang baik, bersifat adaptif, memiliki sifat fleksibel, memiliki ketegasan, memiliki
keberanian, berorientasi ke masa depan, memiliki sifat yang antisipatif dan proaktif.
3. Pengelolaan pembelajaran, yakni perlu dikaji tentang bagaimanakah standar pengelolaan pembelajaran oleh pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Pengelolaan pembelajaran yang ideal yaitu seialu melibatkan warga belajar dalam :
mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, memiiih bahan atau
materi belajar, memiiih dan menggunakan teknik pembelajaran, memiiih dan
menggunakan metode pembelajaran, memiiih dan menggunakan alat atau media
pembelajaran, melaksanakan evaluasi atau penilaian pembelajaran.
4. Interaksi dalam upaya membimbing warga belajar, yakni masih perlu dikaji tentang bagaimanakah standar interaksi dalam upaya membimbing warga belajar
pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Adapun interaksi dalam membimbing
warga belajar yang ideal yaitu diupayakan : agar latihan dapat menarik minat, untuk
menambah kecakapan teknis, untuk melatih tanggung jawab dan kedisiplinan, untuk
mencapai Syarat Kecakapan Umum (SKU), agar mau menepati kode kehormatan,
agar mau berintegrasi dengan masyarakat.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pembina
pramuka, yakni mencakup pendidikan (pengalaman), motivasi, imbalan atau honor (penghargaan), sarana-prasarana (fasilitas), dan suasana (iklim) yang kondusif. Hal itu
15
C. Fokus(Rumusan) Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian ini
per-masalahan dibatasi pada " Bagaimanakah ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan
pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ?". Agar penelitian lebih
terarah, maka masalah penelitian secara terinci difokuskan dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) ?.
2. Bagaimanakah sifat kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB)?.
3. Bagaimanakah pengelolaan pembelajaran oleh pembina pramuka di Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) ?.
4. Bagaimanakah interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga
belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ?.
5. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan
pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ?.
D. DefinisiOperasional 1. Kepemimpinan
Kepemimpinan ialah seni memimpin, yang dalam hal ini yaitu kemampuan
seseorang dalam suatu kelompok untuk mempengaruhi orang lain agar ikut dengannya
mencapai tujuan secara bersama. Kepemimpinan pada dasarnya mempakan
16
mempengaruhi segala proses kegiatan dari orang yang dipimpinnya (warga belajar).
Kepemimpinan pada dasarnya bergerak dari kontinum tipe atau gaya kepemimpinan
otoriter di salah satu kutub kepada tipe atau gaya kepemimpinan demokratis di kutub
lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Tannenbaum dan Warren H., yang dikutip oleh
Nurlan Kusmaedi (1992). Sedangkan tipe atau gaya kepemimpinan bebas (laisez faire)
sebenarnya masih berada dalam kontinum tipe kepemimpinan demokratis, hanya pada
tipe ini peranan pemimpin tidak begitu dominan. Tipe kepemimpinan leisez faire ini
membolehkan selumh anggota kelompoknya melakukan apa yang diinginkan. Faktor
kepemimpinan menumt Stogdill sebagaimana dikutip oleh Harsono (1988) ditentukan
oleh empat kondisi yang meliputi : (a) suatu kumpulan orang yang terdiri dari dua
orang atau lebih dengan satu diantaranya dituakan, (b) adanya tugas atau usaha
bersama, (c) adanya faktor tertentu pada diri pemimpin sehingga berpengaruh terhadap
orang lain, (d) tanggung jawab yang berbeda dalam memimpin anggotanya.
Beberapa ahli seperti Sondang P. Siagian (1988) dan Gerungan (1986) mengatakan,
bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan pada kemampuan menguasai
sebanyak mungkin dari ciri-ciri ideal kepemimpinan.
Berdasarkan pada pandangan sebagaimana dikemukakan di atas, maka pengertian
kepemimpinan dibatasi pada : (1) tipe atau gaya kepemimpinan, (2) sifat
kepemimpinan, (3) peranan pemimpin dalam pengelolaan pembelajaran, (4) interaksi
pemimpin dalam upaya membimbing anggota (warga belajar), (5) faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.
17
keakraban dan kehangatannya dengan warga belajar, apakah tugas atau perintah selalu
dibicarakan dengan warga belajar, apakah memberikan kesempatan pada warga
belajar untuk saling berinteraksi, apakah mau menerima usul dan saran serta
pertimbangan dari warga belajar, dan apakah memberikan kebebasan sepenuhnya
kepada warga belajar untuk berekspresi-berinisiatif dan berkreatif.
3. Sifat kepemimpinan yang dimaksud meliputi kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, pengetahuan umum yang dimiliki, sifat yang inkuisitif, kemampuan
analitik, daya ingat yang dimilikinya, kemampuan komunikasi aktif, kepastian
integratif, keterampilan mendidik, sifat rasional, sifat obyektif, sifat yang pragmatis,
kemampuan menentukan skala prioritas, kemampuan untuk membedakan yang urgen
dan yang penting, kepemilikan akan sifat naluri tepat waktu, rasa kohesi, rasa
relevansi, sifat keteladanan, menjadi pendengar yang baik, sifat yang adaptif, sifat
fleksibel, ketegasannya, keberaniannya, kecenderungan orientasi, dan kepemilikan
akan sifat yang antisipatif dan proaktif.
4. Peranan pemimpin dalam pengelolaan pembelajaran pada dasarnya mencakup kegiatan dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, dalam memmuskan tujuan
pembelajaran, dalam pemilihan mated (bahan) belajar, dalam pemilihan dan
penggunaan teknik, dalam pemilihan dan penggunaan metode, dalam pemilihan dan
penggunaan alat atau media, dan dalam pelaksanaan evaluasi atau penilaian.
5. Interaksi pemimpin dalam upaya membimbing warga belajar meliputi upaya bimbingan : agar latihan dapat menarik minat, untuk menambah kecakapan
18
kecakapan umum (SKU), agar mau menepati kode kehormatan, terhadap warga
belajar yang tidak maju, agar dapat berintegrasi dengan masyarakat.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yaitu meliputi pendidikan atau pengalaman, motivasi, imbalan atau honor (penghargaan),
sarana dan prasarana (fasilitas), serta suasana (iklim) pembelajaran.
7. Pembina Pramuka
Pembina pramuka menurut Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
(1983) ialah orang dewasa yang karena kesukarelaannya ditugaskan sebagai pelatih
atau pembina Pramuka. Seorang pembina pramuka bertugas mengasuh anak/remaja
yang penuh idealisme di sebuah gugus depan pramuka (pangkalan). Pangkalan gugus
depan pramuka banyak dijumpai di sekolah-sekolah maupun di lembaga atau instansi
di luar sekolah. Sebagai seorang pembina pramuka hendaknya mampu bersikap ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Ki Hajar
Dewantoro). Pembina pramuka mempakan sebutan bagi orang dewasa yang
memimpin dan membina pramuka di tingkat satuan/pasukan ke atas. Dengan demikian
pembina pramuka, sebagai seorang pemimpin hendaknya memiliki ciri-ciri
(kharakteristik) kepemimpinan yang ideal sebagaimana dipersyaratkan.
8. Latihan Kepramukaan
Kepramukaan yaitu suatu bentuk kegiatan atau latihan yang diselenggarakan
dalam wadah gugus depan gerakan pramuka. Latihan ialah bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar mengajar untuk memperoleh dan meningkatkan
18
kecakapan umum (SKU), agar mau menepati kode kehormatan, terhadap warga
belajar yang tidak maju, agar dapat berintegrasi dengan masyarakat.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yaitu
meliputi pendidikan atau pengalaman, motivasi, imbalan atau honor (penghargaan),
sarana dan prasarana (fasilitas), serta suasana (iklim) pembelajaran.
7. Pembina Pramuka
Pembina pramuka menurut Keputusan Kwartir Nasional GerakanPramuka
(1983) ialah orang dewasa yang karena kesukarelaannya ditugaskan sebagai pelatih
atau pembina Pramuka. Seorang pembina pramuka bertugas mengasuh anak/remaja
yang penuh idealisme di sebuah gugus depan pramuka (pangkalan). Pangkalan gugus
depan pramuka banyak dijumpai di sekolah-sekolah maupun di lembaga atau instansi
di luar sekolah. Sebagai seorang pembina pramuka hendaknya mampu bersikap ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Ki Hajar
Dewantoro). Pembina pramuka mempakan sebutan bagi orang dewasa yang
memimpin dan membina pramuka di tingkat satuan/pasukan ke atas. Dengan demikian
pembina pramuka, sebagai seorang pemimpin hendaknya memiliki ciri-ciri
(kharakteristik) kepemimpinan yang ideal sebagaimana dipersyaratkan.
8. Latihan Kepramukaan
Kepramukaan yaitu suatu bentuk kegiatan atau latihan yang diselenggarakan
dalam wadah gugus depan gerakan pramuka. Latihan ialah bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar mengajar untuk memperoleh dan meningkatkan
19
dan dengan metode yang lebih mngutamakan praktek (Moekijat, 1981). Sedangkan
Zainudin Arif (1986) mengemukakan, bahwa latihan sebagai salah satu upaya untuk
memecahkan permasalahan serta dapat membantu untuk membuat suatu organisasi
dapat berjalan lebih efektif. Berkaitan dengan pengertian dari latihan tersebut diatas,
hampir semua sekolah, badan atau lembaga yang berkompeten pernah melaksanakan
kegiatan atau latihan pramuka. Ini mempakan upaya pembinaan kreativitas generasi
muda yang dilakukan oleh orang dewasa sebagai pelatih dan sekaligus sebagai
pembina. Mereka merasaterpanggil untuk dapat memberikan bekal latihan agar warga
belajar dapat menjadi pribadi yang penuh kreativitas.
Kepramukaan atau latihan pramuka yang dilaksanakan di setiap gugus depan
pramuka, termasuk di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) akan lebih menarik hendaknya
dengan menyiapkan program kegiatan yang bermutu, sehingga anak/remaja akan
teriibat penuh dan betah mengikutinya. Dengan adanya latihan parmuka hendaknya
mampu menguji kemampuan fisik dan psikis wargabelajar. Kepramukaan atau latihan
pramuka yang biasanya diselenggarakan di gugus depan pramuka, kegiatannya antara
lain meliputi : (a) upacara pembukaan dan penutupan latihan, (b) api unggun, (c)
permainan, (d) pendalaman pengetahuan umum termasuk sejarah, (e) P3K, (f) PBB,
(g) tali-temali, (h) navigasi, (i) morse, 0) semaphore, (k) perjalanan (wide game), (1)
cara mendirikan tenda, (m) tehnik menentukan tempat berkemah, (n) tehnik persami,
(o) macam-macam sandi, (p) tehnik survival, (q) persiapan dan periengkapan
perjalanan, (r) tehnik menaksir, (s) pengetahuan peta, (t) kemah bhakti dan bhakti
20
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis mengadakan penelitian ini antara lain :
1. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan tentang tipe atau gaya
kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
2. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan mengenai sifat kepemimpinan
pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
3. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan tentang peranan pembina pramuka
dalam pengelolaan pembelajaran di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
4. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan mengenai interaksi pembina pramuka
dalam upaya membimbing warga belajar di SanggarKegiatan Belajar (SKB).
5. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB).
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Adapun harapan penulis :
1. Secara Teorhis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian
tentang ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, baik
mencakup tipe atau gaya, sifat, dan peranannya. Juga sebagai bahan kajian tentang
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya mengenai
ketenagaan pendidikan luar sekolah.
21
peningkatan fungsi kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB), khususnya dalam penyelenggaraan kegiatan atau latihan pramuka
(kepramukaan). Disamping itu sebagai upaya pembinaan dan pengembangan
kreativitas sekaligus kualitas generasi muda, dalam hal ini warga belajar yang menjadi
binaannya. Juga sebagai bahan informasi kajian yang berminat untuk penelitian lebih
lanjut tentang masalah ini. Disamping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan
feedback untuk menyempumakan kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan
yang ada atau terjadi, khususnya bagi para pelatih atau pembina pramuka. Diharapkan
pula hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembanding dengan hasil-hasil
penelitian terdahulu, sehingga bagi para peneliti lain yang akan mencoba meneliti
hal-hal yang berhubungan dengan masalah ini dapat mempakan sumber kepustakaan,
bahkan diharapkan hasil penelitian ini dapat menyempumakan atau memperkaya
konsep-konsep praktis yang ada.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang akan dicoba dikemukakan sebagai asumsi dasar dalam
penelitian ini yaitu : (1) hakekat penilaian tentang ciri-ciri (kharakteristik)
kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, ini berkaitan erat dengan fokus masalah
penelitian, (2) follow up hasil penelitian. Secara lebih terinci mengenai kedua
1. Hakekat penilaian (analisis) tentang ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal
Hakekat penilaian mengenai ciri-ciri kepemimpinan yang ideal ialah perilaku dari
seseorang yang muncul atau diperlihatkan dalam suatu proses interaksi dengan
anggotanya (warga belajar). Jadi mempakan perbandingan antara hasil kepemimpinan
aktual dengan standar yang telah ditetapkan, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Standar yang digunakan sesuai dengan fokus penelitian adalah beberapa pandangan
ahli tentang tipe atau gaya kepemimpinan yang ideal, sifat kepemimpinan yang ideal,
peranan pemimpin yang ideal (baik dalam pengelolaan pembelajaran dan dalam upaya
membimbing warga belajar). Juga dikaitkan dengan faktor lain yang mempengaruhi
efektivitas pemimpin, yaitu berkaitan dengan pendidikan/pengalaman, motivasi,
imbalan/honor (penghargaan), sarana-prasarana (fasilitas), dan suasana (iklim)
pembelajaran.
Hasil penilaian tentang ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan ideal yang
sesuai dengan fokus masalah penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembina
pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Pemikiran tersebut secara lengkap dapat
..
Standar Kepemimpinan
<r
Faktor Lain
V -^
—1 Proses Interaksi - * Penilaian -- Kepemimpinan Ideal
Kepemimpinan Aktual
Gambar 1
Penilaian Tentang Ciri (Kharakteristik) Kepemimpinan Ideal
23
2. Follow up hasH penelitian
Kepemimpinan pembina pramuka yang ideal di Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB)akan "kurang berarti atau bahkan tidak berarti soma sekali", apabila tanpa
mendapat dukungan beberapa komponen terkait yang saling melengkapi. Untuk itu
peran komponen tersebut keberadaannya sangatlah diperlukan. Komponen itu meliputi
: (1) komponen kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, (2) komponen lembaga
tempat kursus (latihan) pembina pramuka, (3) komponen kursus/latihan itu sendiri,
dan (4) komponen lembaga kerja pembina pramuka. Keterkaitan beberapa komponen
Kursus/Latihan
$
sr
Kepemimpinan
Pembina Pramuka
Yang Ideal
Gambar 2
Follow Up Hasil Penelitian
24
Latihan kepramukaan mempakan salah satu program kerja yang ada di Sanggar
Kegiatan
Belajar
(SKB), termasuk pula di Gudep Pramuka SKB Purwokerto,
Propinsi Jawa Tengah. Keberhasilan latihan kepramukaan secara dominan sangat
dipengamhi oleh faktor kepemimpinan pelatih atau pembina pramuka. Berbicara
tentang pelatih atau pembina pramuka sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam
latihan kepramukaan di gugus depan SKB tentunya memiliki kharakteristik tersendiri,
apabila menginginkan suatu keberhasilan yang optimal. Latihan kepramukaan di
kelebihan-kelebihan (ciri ideal) yang dimilikinya, temtama bila ditinjau dari ciri
(kharakteristik) kepemimpinan pelatih atau pembina pramukanya. Ciri-ciri ideal yang
dimaksud tentunya tidak muncul dengan sendirinya. Untuk itu perlu suatu kursus
(latihan) yang berkesinambungan. Kursus atau latihan itu tentunya dengan bobot
materi yang dibutuhkan oleh masing-masing pembina pramukanya. Dengan demikian
diperlukan suatu sistem latihan atau kursus yang memenuhi standar kualitas. Standar
kualitas yang dimaksud yaitu kursus atau latihan diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan para pembina pramuka, tentunya dalam upaya menguasai sebanyak
mungkin ciri ideal itu. Kursus atau latihan tersebut perlu kiranya dilembagakan secara
formal, apakah dalam lingkup SKB ataukah di luar SKB. Pada akhirnya akan
berimplikasi positif terhadap lembaga kerja, dimana pembina pramuka mengabdikan
dirinya yaitu di Sanggar Kegiatan Belajar.
Dengan memperhatikan beberapa keterangan tersebut, dapat dikemukakan bahwa
antara komponen kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, komponen kursus atau
latihan, komponen lembaga kursus atau latihan, dan komponen lembaga kerja, pada
dasarnya mempakan komponen yang sulit dipisahkan satu dengan yang lainnya,
dikarenakan kesemuanya komponen itu sating berpengaruh. Jadi apabila salah satu
komponen kurang mendukung, akan tidak berarti atau sangat tidak berarti sebagai
BAB IH
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode studi kasus. Metode studi kasus ini
menekankan pada pendeskripsian suatu aspek, baik mengenai individu maupun
kelompok secara mendalam/intensif dalam lingkungan kehidupannya (aktivitas
kesehariannya). Dalam penelitian ini yang dijadikan kasus penelitian adalah tentang
ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka dalam latihan kepramukaan
di sebuah gugus depan gerakan pramuka yang ada di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Dalam pelaksanaannya, karena berusaha mengungkap perilaku seseorang, maka
digunakan pendekatan kualitatif, yaitu menyelidiki atau mempersoalkan kualitas
subyek dalam suatu kegiatan, yang dalam hal ini kegiatan atau latihan kepramukaan.
Pendekatan kualitatif ini digunakan dalam usaha mengungkap kenyataan-kenyataan
yang ada di lapangan (kancah) dan memahami kenyataan-kenyataan tersebut. Atas
dasar kenyataan yang ditemukan, termasuk hal yang ada dibalik kenyataan tersebut,
kemudian dilakukan pemaknaan dan penafsiran data dengan memanfaatkan teori-teori
yang ada sehingga pada akhirnya diperoleh temuan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti langsung masuk ke lapangan atau kancah dan
bemsaha mengumpulkan data sesuai dengan fokus masalah, yaitu mengenai ciri-ciri
(kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka, yang meliputi : (1) tipe atau gaya
kepemimpinan pembina pramuka, (2) sifat kepemimpinan pembina pramuka, (3)
54
peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran, (4) interaksi pembina
pramuka dalam upaya membimbing warga belajar, dan (5) faktor lain yang
mempengamhi efektivitas kepemimpinan pembina pramuka. Dengan peneliti langsung
masuk ke lapangan, maka diharapkan dapat diperoleh data dari sumbernya secara
alamiah dan dalam situasi yang wajar, tanpa dibuat-buat. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai instmmen yang minimal mengetahui fokus penelitian tersebut. Data
yang terkumpul berdasarkan pada fokus masalah itu kemudian dianalisis dan untuk
selanjutnya dideskripsikan, baik dari aspek proses maupun hasil (produk) tanpa
menghilangkan makna. Jadi analisis data dimulai dari awal, sehingga disain penelitian
bersifat tentatif, yang akan tampil dalam setiap proses penelitian, dan bersifat
sementarakarena dapat berubah sesuai dengan apa yang di dapatkan di lapangan.
Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan terhadap metode dan pendekatan
yang digunakan dalam setiap kegiatan (proses) penelitian, segala sesuatu yang bersifat
akademik dan ilmiah mempakan persyaratan yang paling mendasar bagi setiap peneliti
untuk memenuhinya. Dalam hal ini tentunya dibutuhkan adanya pembina pramuka
yang mampu berperan sebagai pembimbing yang baik.
B. Tempat (Lokasi) Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto,
kabupaten Banyumas, propinsi Jawa Tengah, satu dari beberapa SKB yang ada di
wilayah karesidenan Banyumas. Sengaja ditetapkan lokasi penelitian itu, dengan
pertimbangan jika dibandingkan dengan SKB lainnya, SKB Purwokerto tampak lebih
55
Khusus kegiatan atau latihan kepramukaan yang diselenggarakan sebagai penunjang
program lainnya, pada dasarnya telah mendapat predikat baik. Hal ini dibuktikan
dengan : sering mendapat kejuaraan (juara II lomba kecakapan penggalang puteri,
juara II lomba kecakapan penggalang putera, juara II kemah bhakti pramuka tingkat
propinsi tahun 1999, juara III kemah bhakti pramuka tingkat propinsi tahun 2000,
juara I defile pada lomba anatar gudep), aktivitas latihan kepramukaan yang relatif
tinggi (Jum'at dan Sabtu), motivasi yang relatif tinggi dari para pembina (sedikit
absensinya), jumlah para pembina yang relatif banyak (7 orang pembina putera dan 5
orang pembina puteri). Juga telah adanya sarana dan prasarana latihan yang relatif
lengkap, sangat mendukung kegaiatan latihan kepramukaan berjalan optimal.
Disamping itu, SKB Purwokerto menumt tim akreditasi mendapatkan ranking
pertama dari 26 SKB lain yang ada di Jawa Tengah. Kemajuan itu sangat dipengamhi
oleh sumber daya manusia yang ada di SKB, termasuk di dalamnya kepemimpinan
pembina pramukanya. Itulah yang barangkali berbeda jika dibandingkan dengan SKB
lainnya. Apakah akan ditemukan ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina
pramuka tersendiri ?. Dan itulah yang mempakan dasar pertimbangan SKB
Purwokerto, Propinsi Jawa Tengah ditetapkan sebagai lokasi atau tempat penelitian.
C. Subyek/Sumber Data Penelitian
Dalam upaya mendapatkan data atau informasi yang mendalam dan tuntas
berkenaan tentang fokus penelitian, maka dalam penentuan subyek penelitian atau
responden digunakan studi populasi dengan sampel total. Sampel total yang dimaksud
56
studi kasus, dengan jumlah 12 (dua belas) orang, kesemuanya itu dijadikan sampel
atau subyek penelitian.
Dalam penelitian ini sebagai sumber data yaitu : sumber data manusia, sumber
data dari pengamatan, dan sumber data dari dokumenter. Sumber data manusia terdiri
dari para pamong belajar yang bertugas sebagai pembina pramuka (9 orang) dan para
pembina pramuka dari Kwarcab Gerakan Pramuka (3orang). Atas dasar pertimbangan,
orientasi dan pengamatan awal, bahwa mereka dipandang benar-benar mengetahui
secara detail berkaitan dengan ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina
pramuka dalam latihan kepramukaan di gugus depan pramuka SKB Purwokerto,
propinsi Jawa Tengah. Sumber data pengamatan didapatkan dari aktivitas responden.
Sedangkan sumber data dokumenter, berupa dokumen yang ada kaitannya dengan
fokus penelitian, yang antara lain : data pribadi pembina pramuka, rencana kegiatan
belajar (RKB), laporan kegiatan kepramukaan, maupun data profil SKB.
D. Instrumen Penelitian (Alat Pengumpul Data)
Instrumen penelitian atau alat pengumpul data dalam penelitian ini ialah peneliti
itu sendiri. Peneliti dalam hal ini mempakan perencana, pelaksana pengumpul data,
penganalisis, penafsir dan melaporkan hasi penelitian. Peneliti mempakan instrumen
utama, dikarenakan ia menjadi penentu arah dari keselumhan proses penelitian.
Dengan peneliti langsung sebagai instrumen, diupayakan dapat menemukan fakta
atau data apa adanya (alamiah) sesuai dengan fokus masalah. Ia dapat secara langsung
berinteraksi dengan lingkup situasi masalah yang sedang diteliti. Dengan demikian
57
mengganggu situasi alamiah yang berlangsung, tentunya hal-hal yang terkait dengan
fokus masalah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Adapun prosedurnya sebagai berikut:
1. Teknik Wawancara
Dalam interaksinya (wawancara), peneliti perlu menyesuaikan diri dengan
responden yang diwawancarai. Penyesuaian ini penting untuk memudahkan peneliti
dalam menganalisis dan menafsirkan fakta atau data jawaban dari responden. Dalam
pelaksanaannya peneliti mengajukan pertanyaan kepada masing-masing responden
sejumlah 12 orang pembina pramuka, sesuai dengan fokus masalah, yakni dengan
variasi pertanyaan yang berkaitan dengan : (1) tipe atau gaya kepemimpinan pembina
pramuka (lima aspek), (2) sifat kepemimpinan pembina pramuka (dua puluh empat
aspek), (3) peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran (tujuh aspek),
(4) interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga belajar (tujuh aspek),
dan (5) faktor-faktor yang mempengamhi efektivitas kepemimpinan pembina pramuka
(lima aspek).
2. Teknik Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan secara langsung di lokasi penelitian.
Teknik observasi ini digunakan untuk mengungkap data sesuai dengan fokus masalah,
yakni yang terkait dengan : (1) tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka, (2)
58
pengelolaan pembelajaran, (4) interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing
warga belajar, dan (5) faktor-faktor yang mempengamhi efektivitas kepemimpinan
pembina pramuka.
Teknik observasi atau pengamatan ini sekaligus sebagai ujud triangulasi terhadap
teknik pengumpulan data. Jadi, fakta atau data yang diperoleh dari hasil wawancara
dikonfrontasi dengan pengamatan langsung di lapangan (kancah).
3. Teknik Dokumenter
Teknik dokumenter digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non
manusia. Data yang terkumpul dari studi dokumenter ini juga terkait dengan fokus
masalah yang diteliti. Secara terinci sumber data ini terdiri dari dokumen : data pribadi
para pembina pramuka, rencana kegiatan belajar (RKB, bahan (materi) belajar,
laporan hasil latihan kepramukaan, profil SKB. Dokumenter ini pada dasarnya
mempakan data pendukung dalam mengungkapkan dan mendeskripsikan hasil
penelitian, sehingga diperoleh laporan yang memiliki kredibilitas tinggi.
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dalam penlitian ini mencakup empat jenis
kegiatan yaitu :
1. Mengumpulkan data, yakni data yang telah didapatkan dari berbagai sumber data untuk selanjutnya dikumpulkan. Dalam hal ini dituangkan dalam tulisan melalui
catatan lapangan secara keselumhan.
59
dirangkum dan dikelompok-kelompokkan atau digolong-golongkan sesuai dengan
fokus permasalahan yang diteliti. Dengan demikian susunanya akan lebih sistematis.
Tujuannnya adalah untuk memudahkan pemahaman dalam analisis berikutnya. Dalam
hal ini reduksi data dilakukan pada fokus penelitian yaitu tentang ciri-ciri
(kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka dalam latihan kepramukaan sesuai
dengan aspek-aspeknya.
3. Menyajikan data, penyajian data secara singkat dan jelas sebagai kelanjutan
dari reduksi data tersebut di atas bertujuan untuk memudahkan dalam memahami
gambaran dari fokus masalah yang diteliti, baik bagian demi bagian, maupun secara
keselumhan aspek. Penyajian data pada penelitian ini diupayakan aspek demi aspek
secara runtut.
4. Verifikasi dan Penarikan kesimpulan, dimaksudkan sebagai upaya memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan dan disajikan. Dalam
memaknai peneliti memberi tafsiran dengan mengkaitkan dengan kategori (misal,
teori) yang mendukung. Upaya mencari makna dari data yang telah disajikan ini
disebut verifikasi. Varifikasi dapat dilakukan dengan mencari data bam untuk
mencapai persetujuan bersama untuk lebih menjamin validitasnya. Dalam hal ini
peneliti mengadakan diskusi dengan teman sejawat yang dipandang pakar dalam
bidangnya. Pada akhirnya tercapai kesimpulan yang grounded. Kesimpulan disusun
dalam bentuk pernyataan singkat, namun mudah dipahami, tentunya dengan mengacu
60
G. Tahap-Tahap (prosedur) Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif secara garis besar dapat dibedakan menjadi
: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, dan (3) tahap member chek (Nasution,
1992). Untuk itu penelitian ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi: Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang masalah yang akan diteliti. Hal ini juga sekaligus untuk
memantapkan disain dan fokus penelitian berikut nara sumbernya. Pada tahap
orientasi ini peneliti mengadakan kunjungan informal ke SKB Purwokerto, Propinsi
Jawa Tengah, guna menjajagi kancah atau lapangan dan mencari informasi awal untuk
menentukan permasalahan atau fokus penelitian. Selama itu pula peneliti dengan
pengarahan, bimbingan dan bantuan dari dosen pembimbing, menyusun dan
memantapkan disain penelitian untuk dijadikan arahan kerja pada tahap selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi: Tahap ini mempakan penelitian yang sesungguhnya, yaitu mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Tahap ini
dilakukan setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari instansi yang berwenang.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui wawancara dengan
sumber data yang representatif berlandaskan pada pedoman wawancara sebagaimana
terlampir. Hal ini dilakukan agar dalam wawancara dapat lebih terarah dan tetap dalam
konteks fokus penelitian. Selain itu untuk melengkapi data yang diperoleh dilakukan
observasi, dan untuk dapat merekam data atau informasi digunakan buku catatan
lapangan. Pada tahap ini juga dilakukan analisis data dengan cara mereduksi data atau
61
ada dan merangkum hal-hal yang penting secara sistematis agar ditemukan polanya
dan mempermudah peneliti untuk mempertajam gambaran tentang fokus penelitian.
3. Tahap MemberChek : Untuk mengecek kebenaran mengenai informasi-informasi yang dikumpulkan, sehingga hasil penelitian lebih dapat dipercaya maka
perlu dilakukan member chek. Pengecekan terhadap informasi tersebut dilakukan
setiap kali peneliti selesai mengadakan wawancara dengan sumber data dengan cara
mengkonfirmasikan kembali catatan hasil wawancara tersebut dan setelah hasil
wawancara diketik kemudian dimintakan kembali koreksi dari sumber data yang
bersangkutan. Dan untuk mematangkan lagi, kemudian dilakukan observasi dan
triangulasi kepada sumber data dan pihak yang lebih berkompeten.
H. Pemeriksaan Keabsahan Hasil Penelitian
1. Kredibilitas
Studi kualitatif deskriptif memandang bahwa suatu realitas itu ganda, kebenaran
itu perspektif, sehingga kebenaran itu secara ontologik terkait kepada fokus atau
konteksnya. Secara epistemologik terkait kepada proses interaktif peneliti dengan
responden, dan secara aksiologik terkait kepada nilai, perasaan, seni, kebiasaan,
keyakinan, sikap mental dan budaya tertentu. Hasil studi kualitatif deskriptif dituntut
kredibilitasnya. Untuk menguji kredibilitas dalam penelitian/studi ini dilaksanakan
dengan : (1) perpanjangan pengamatan (berpartisipasi aktif dalam konteks kegiatan
sehingga memperkecil data yang dirahasiakan), (2) triangulasi (baik terhadap sumber
data yaitu ada 12 responden, maupun terhadap teknik pengumpulan data yaitu
pemeriksaan teman sejawat, (5) kecukupan referensi, dan (6) menguraikan secara
terinci.
2. Transferabilitas
Transferabilitas atau keteralihan penuh pada studi kualitatif ini tidak mungkin,
dan studi ini hanya berani menyajikan deskripsi data yang sangat terkait dengan waktu
dan fokus atau konteks. Sehingga dalam hal ini tergantung kepada si pemakai atau
pembaca, apakah hasil studi / penelitian yang telah di deskripsikan secara terinci ini
dapat diterapkan dalam konteks dan situasi tertentu.
3. Dependabilitas
Tentang reliabilitas dinyatakan dalam kebergantungan atau dependabilitas.
Apakah peneliti lain mampu mengulangi teknik pengumpulan data (proses) yang telah
dilakukan peneliti sebelumnya ?, jika dapat berarti reliabilitas data dapat dipenuhi.
Karena studi ini dilakukan sendiri, maka pengecekan dilakukan dengan audit trail
(memeriksa/melacak jalannya proses penelitian), dan pembimbinglah yang
berkewajiban untuk memeriksa proses penelitian dan taraf kebenaran data serta
tafsirannya.
4. Konfirmabilitas
Mengingat studi kualitatif deskriptif, realitas adalah ganda, maka kebenaran itu
value-bound atau terkait kepada nilai. Dengan demikian studi ini memandang
obyektivitas dengan istilah konfirmabilitas atau kepastian kontekstual. Jadi kebenaran
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN
KETERBATASAN PENELITIAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penyajian data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat
dimmuskan beberapa kesimpulan sesuai dengan fokus masalah yang dikaji. Adapun
fokus yang dikaji meliputi tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka, sifat
kepemimpinan pembina pramuka, peranan pembina pramuka dalam pengelolaan
pembelajaran, interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga belajar,
dan faktor-faktor yang mempengamhi efektivitas kepemimpinan pembina pramuka.
Secara lengkap dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka
Tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka di SKB Purwokerto
menunjukkan bahwa empat aspek menunjukkan yang paling banyak dimiliki oleh
pembina pramuka. Empat aspek itu ialah keakraban dan kehangatan dengan warga
belajar, tugas dan perintah selalu dibicarakan atau dikompromikan dengan warga
belajar, selalu mempertimbangkan usul dan saran serta pertimbangan dari warga
belajar, memberikan kebebasan sepenuhnya pada warga belajar untuk berekspresi dan
berinisiatif serta berkreatif. Sedangkan aspek yang kurang dimiliki oleh pembina
pramuka adalah tentang memberikan kesempatan pada warga belajar untuk saling
berinteraksi. Adapun jumlah rata-rata responden pembina pramuka yang memenuhi
113
syarat ideal yaitu 7,6 (63,3 %), sedangkan 4,4 (36,7 %) responden pembina pramuka
kurang memenuhi syarat ideal.
2. Sifat kepemimpinan pembina pramuka
Sifat kepemimpinan pembina pramuka menunjukkan adanya satu aspek yang
paling banyak dimiliki oleh pembina pramuka yaitu aspek kemampuan untuk
membedakan sesuatu yang urgen dan yang penting. Sedangkan dua aspek
menunjukkan paling kurang dimiliki oleh pembina pramuka. Dua aspek itu adalah
kurang rasional dan kurang obyektif. Adapun jumlah rata-rata responden pembina
pramuka yang memenuhi syarat ideal yaitu 8 (66,7 %), sedangkan 4 (33,3 %)
responden pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal.
3. Peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran
Peranan pemimpin dalam pengelolaan pembelajaran menunjukkan adanya dua
aspek yang paling banyak dimiliki oleh pembina pramuka yaitu dalam pemilihan dan
penggunaan teknik pembelajaran dan dalam pemilihan dan penggunaan metode
pembelajaran. Sedangkan dua aspek menunjukkan yang paling kurang dimiliki oleh
pembina pramuka. Dua aspek itu ialah dalam mendiagnosis kebutuhan belajar dan
dalam pemmusan tujuan pembelajaran. Adapun jumlah rata-rata responden pembina
pramuka yang memenuhi syarat ideal yaitu 7,1 (59,2 %), sedangkan 4,9 (40,8 %)
responden pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal.
114
adanya satu aspek yang paling banyak dimiliki oleh pembina pramuka yaitu upaya
membimbing untuk melatih tanggung jawab dan kedisiplinan. Sedangkan satu aspek
lain menunjukkan yang paling kurang dimiliki oleh pembina pramuka. Aspek yang
paling kurang dimiliki oleh pembina pramuka ialah upaya menambah kecakapan
teknis. Adapun jumlah rata-rata responden pembina pramuka yang ideal yaitu 7,7
(64,2 %), sedangkan 4,3 (35,8 %) responden pembina pramuka kurang memenuhi
syarat ideal.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pembina
pramuka
Faktor-faktor yang mempengamhi efektivitas kepemimpinan pembina pramuka
pada prinsipnya meliputi aspek motivasi yang tinggi dari para pembina pramuka. Juga
aspek pendidikan atau pengalaman yang dimiliki oleh para pembina pramuka relatif
tinggi dan hanya tiga pembina pramuka yang kurang memenuhi syarat, ini sangat
berpengamh terhadap efektivitas kepemimpinannya. Aspek sarana dan prasarana
(fasilitas) yang relatif memadai tumt pula mendukung. Disamping itu aspek lain yang
tidak kalah pentingnya yaitu imbalan atau honor sebagai wujud penghargaan diri, dan
aspek suasana (iklim) yang kondusif selama proses pembelajaran.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pembahasan dan temuan serta kesimpulan hasil penelitian,
115
1. Sebagai sumber dalam upaya peningkatan atau pengembangan program latihan kepramukaan khususnya di SKB
Peningkatan atau pengembangan program latihan kepramukaan hendaknya benar
-benar diupayakan dengan melibatkan sepenuhnya pembina pramuka yang ada. Untuk
itu para pembina pramuka dengan ciri (kharakteristik) ideal yang dimiliki perlu
kiranya didayagunakan dalam selumh proses latihan. Pendayagunaan yang dimaksud
ialah pelibatan diri pembina pramuka dalam selumh tahap-tahap latihan kepramukaan,
sejak dari awal sampai akhir program. Dengan demikian dapat kiranya diharapkan
adanya latihan kepramukaan yang tingkat keberhasilannya optimal, ini pun sangat
berpengamh terhadap keutuhan warga belajar.
2. Sebagai sumber daya dukung di SKB
Adanya daya dukung yang memadai di SKB memungkinkan untuk tercapainya
keselumhan program latihan kepramukaan. Daya dukung yang dimaksud ialah
sumber daya ketenagaan pembina pramuka yang ideal dengan pendidikan atau
pengalaman sertamotivasi yang relatif tinggi, adanya sarana-prasarana (fasilitas) yang <