• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN PEMBINA PRAMUKA DALAM LATIHAN KEPRAMUKAAN DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) : Studi Kasus Di Gugus Depan Pramuka SKB Purwokerto, Jawa Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN PEMBINA PRAMUKA DALAM LATIHAN KEPRAMUKAAN DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) : Studi Kasus Di Gugus Depan Pramuka SKB Purwokerto, Jawa Tengah."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN PEMBINA PRAMUKA DALAM LATIHAN KEPRAMUKAAN DI

SANGGAR KEGIATAN BELAJAR

(SKB)

(Studi Kasus Di Gugus Depan Pramuka SKB Purwokerto, Jawa Tengah)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Program Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Luar Sekoiah Konsentrasi Peiatihan

Disusun Oleh

SUPRIYADI/NIM.989

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKANINDONESIA BANDUNG

▸ Baca selengkapnya: rtl kursus pembina pramuka mahir tingkat dasar

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Studi Tentang

Kepemimpinan Pembina Pramuka Dalam Latihan Kepramukaan Di Sanggar

Kegiatan Belajar (Studi Kasus Di Gugus Depan Pramuka SKB Purwokerto,

Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah) " ini beserta selunih isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2000

Yang Membuat.

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui dan disyahkan oleh pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sutaryat

Trisnamansyah, M.A.

Pembimbing II

a -

l^l (L LL

A

(4)

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji melalui penelitian ini ialah mengenai bagaimanakah gambaran kepemimpinan pembina pramuka yang ideal telah diterapkan dalam latihan kepramukaan di gugus depan gerakan pramuka Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto, propinsi Jawa Tengah, ditinjau dari perspektif pendidikan luar sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, yang meliputi : (1) tipe atau gaya kepemimpinannya, (2) sifat kepemimpinannya, (3) peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran, (4) interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga belajar, (5) faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

kepemimpinan pembina pramuka.

Adapun teori yang digunakan ialah teori kepemimpinan, yang meliputi : teori sifat, teori lingkungan, teori perilaku, dan teori humanistik. Juga didukung oleh teori

belajar koneksionisme, conditioning dan gestalt.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, pengamatan dengan pencatatan secara faktual dan mendalam serta studi dokumenter. Sedangkan responden yang dipilih sebagai typical group yaitu kelompok pembina pramuka dari

pamong belajar SKB sejumlah sembilan orang dan kelompok pembina pramuka dari

Kwartir Cabang Gerakan Pramuka sejumlah tiga orang. Gejala yang ditemui, yang merupakan fakta atau data ditafsirkan atau dimaknai dengan dialogical interpretation.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada di antara para pembina pramuka yang masih mewarisi tipe atau gaya otoriter-meskipun tidak sepenuhnya dilakukan dalam

proses pembelajaran-hanya dalam hal atau situasi tertentu dilakukan. Juga ada yang

masih mewarisi sifat bahwa kehadirannya semata-mata karena tugas formal. Ada di antara pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran belum sepenuhnya

menggunakan prinsip pendidikan luar sekolah-sehingga dalam prakteknya belum sepenuhnya melibatkan warga belajar. Dalam interaksi pembelajaran cenderung

dengan satu arah- sehinggakreativitas warga belajar relatif kurang.

Sedangkan dalam penelitian ini disimpulkan tentang ciri (kharakteristik)

kepemimpinan pembina pramuka berdasarkan skor rata-rata dari masing-masing aspek

sebagai berikut: Aspek tipe atau gaya kepemimpinan, 7,6 (63,3 %) pembina pramuka

telah memenuhi syarat ideal, sedangkan 4,4 (36,7 %) pembina pramuka kurang

memenuhi syarat ideal. Aspek sifat kepemimpinan, 8 (66,7 %) pembina pramuka

telah memenuhi syarat ideal, sedangkan 4 (33,3 %) pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal. Aspek peranan pembina dalam mengelola proses

pembelajaran, 7,1 (59,2 %) pembina pramuka telah memenuhi syarat ideal, sedangkan 4,9 (40,8 %) pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal. Aspek interaksi pembina dalam upaya membimbing anak didik, 7,7 (64,2 %) pembina pramuka telah memenuhi syarat ideal, sedangkan 4,3 (35,8 %) pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal. Faktor lain yang ikut mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pembina

(5)

pramuka yaitu pendidikan atau pengalaman, motivasi, imbalan atau honor (penghargaan), fasilitas-sarana dan prasarana, serta suasana (iklim).

Hasil penelitian tentang ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal sebagaimana dikemukakan di atas berimplikasi pada upaya peningkatan

atau pengembangan (pendayagunaan) program latihan kepramukaan di SKB. Juga sebagai sumber yang berkaitan dengan daya dukung. Disamping itu sebagai sumber dalam upaya memotivasi para pembina pramuka, atau bahkan yang berkeinginan untuk menjadi pembina pramuka agar berusaha menguasai sebanyak mungkin

ciri-ciri ideal itu.

Hasil penelitian ini, dengan keterbatasan yang ada direkomendasikan kepada

SKB Purwokerto maupun SKB lainnya, terutama para pembina pramuka yang ada di

dalamnya, dengan diketemukannya tentang ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal itu, hendaknya berusahalah meningkatkan atau minimal sama dengan kondisi yang ada sekarang ini. Kepada peneliti selanjutnya, semoga apa

yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya, tentunya berkaitan dengan topik permasalahan penelitian yang sejenis.

Untuk mendapatkan para pembina pramuka yang ideal, disarankan kepada SKB

perlu kiranya menerapkan prosedur tersendiri dalam rekruitmennya, yaitu melalui tahap diagnosis kebutuhan, seleksi, akad kerja sama/kesepakatan, dan orientasi. Perlu juga dibentuk lembaga kursus (latihan) di SKB, sebagai upaya peningkatan kemampuan pembina pramuka yang ada, tentunya dengan sistem yang berbobot.

Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, karena hanya mengungkap

tentang ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka. Itupun sangat dipengaruhi oleh tempat dan waktu penelitian. Adapun pendekatan yang digunakan

yaitu pendekatan kualitatif, yang tentunya memiliki beberapa kelemahan.

(6)

DAFTARISI

HALAMANJUDUL i

LEMBAR PERNYATAAN i i

LEMBAR PENGESAHAN i i i

ABSTRAK i v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI xi

DAFTAR GAMBAR x i i i

DAFTAR LAMPIRAN xlv

BAB LPENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 13

C. Fokus (Rumusan) Masalah 15

D. Definisi Operasional 15

E. Tujuan Penelitian ^0

F. Manfeat Penelitian 20

G. Kerangka Pemikiran 21

BAB H. KAJIAN TEORI 26

A. Pengertian Kepemimpinan ^6

B. Kepemimpinan Dalam Pendidikan Luar Sekolah 3'£

C. Pelatih atau Pembina Pramuka Sebagai Pemimpin Merupakan Komponen Penting Dalam Pembelajaran PLS 38

D. Latihan Kepramukaan 44

1. Tujuan 45

2. Warga Belajar 47

3. Kurikulum 47

4. Proses (interaksi) Pembelajaran 49

5. Evaluasi (Penilaian) 50

BAB m. METODOLOGI PENELITIAN 53

A. Metode Dan Pendekatan Penelitian 53

B. Tempat (Lokasi) Penelitian 54

C. Subyek/Sumber Data Penelitian 55

D. Instrumen Penelitian (Alat Pengumpul Data) 56

E. Teknik Pengumpulan Data 57

F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data 58

G. Tahap-Tahap (Prosedur) Penelitian

60

H. Pemeriksaan Keabsahan Hasil Penelitian 61

(7)

BAB IV.HASDL PENELITIAN 63

A. Gambaran Umum Tentang Latihan Kepramukaan Di Gugus Depan

26.3021 Dan 26.3022 SKB Purwokerto 63

1. Latar Belakang

63

2. Dasar Penyelenggaraan 64

3. Tujuan 65

4. Materi dan Alokasi Waktu 66

5. Warga Belajar 67

6. Pelatih atau Pembina 76

7. Metode dan Tehnik 80

8. Alat atau Media 80

9. Proses Pembelajaran 81

10. Administrasi 83

11. Evaluasi 84

B. Penyajian Data Penelitian 84

1. Deskripsi tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka 86 2. Deskripsi sifat kepemimpinan pembina pramuka 87 3. Deskripsi peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembe

lajaran .89

4. Deskripsi interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing

warga belajar 91

5. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepe

mimpinan pembina pramuka 92

C. Pembahasan Hasil Penelitian 93

1. Tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka 93

2. Sifat kepemimpinan pembina pramuka 96

3. Peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran.... 100 4. Interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga

belajar 104

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan

pembina pramuka 105

D. Temuan Penelitian 109

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKAS1, REKOMENDASL DAN KETERBA

TASAN PENELITIAN 112

A. Kesimpulan 112

B. Implikasi 114

C. Rekomendasi 116

D. Keterbatasan Penelitian 118

DAFTAR PUSTAKA 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN 123

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Penilaian Tentang Ciri (Kharakteristik) Kepemimpinan Ideal 23

[image:8.595.156.440.277.559.2]

Gambar 2 Follow Up Hasil Penelitian 24

Gambar 3 HubunganFungsionalPembelajaran PendidikanLuar Sekolah 38

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan izin mengadakan studi lapangan/penelitian

124

Lampiran 2 Surat keterangan telah mengadakan penelitian 12 5

Lampiran 3 Pedoman wawancara dan pengamatan serta studi dokumenter 126

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keadaan penduduk Indonesia dengan pertumbuhan 2,34 % diperkirakan pada

tahun 2000 akan mencapai 210.233.700 orang. Bahkan menurut Word Development

Report 1998) pada tahun 2000 penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 212

juta orang (Kompas, 2 Januari 1999). Sedangkan Soepardjo Adikusumo (1998)

mengemukakan bahwa dalam tahun 2000 kita akan mempunyai penduduk sebanyak

250 juta jiwa dan orang mengatakan bahwa tahun 2000 pulau Jawa ini sudah akan

merupakan kota pulau.

Jika dikaji dari aspek sumber daya manusia, jumlah yang cukup besar ini

merupakan modal potensial dalam pembangunan. Itulah sebabnya, keberhasilan

pembangunan yang dicita-citakan hanya dapat dicapai apabila kualitas sumber daya

manusianya dapat dibina, dikembangkan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan

pembangunan tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang dimaksud menurut

Soepardjo Adikusumo (1998) bahwa :

Istilah kualitas itu jangan diartikan sempit dalam pengertian ekonomi atau

ke-mampuan intelektual. Kualitas sumberdaya manusiaharus dipahami dalam pe ngertian kesadaran manusia terhadap eksistensi dirinya atau keberadaannya. Kesadaran akan eksistensinya itu tercermin pada ikhtiar untuk memperkuat

(11)

Pandangan tersebut diatas mengisyaratkan bahwa peningkatan kualitas sumber daya

manusia, terutama diarahkan pada upaya penemuan jati dirinya atas dasar kesadaran

dan tanggung jawab sebagai manusia yang memiliki potensi.

Menghadapi perubahan kehidupan dalam masyarakat yang semakin akseleratif,

maka keterandalan kualitas sumber daya manusia ini semakin dipacu agar menjadi

pelaku-pelaku pembangunan yang dapat diandalkan. Jika tidak demikian, makajumlah

penduduk yang cukup besar ini akan menjadi beban dan tanggung jawab negara yang

akan membawa dampak terhambatnya pelaksanaan pembangunan, sebagaimana

dikemukakan oleh Siagian (1983) bahwa jika suatu bangsa tidak mampu

mengembangkan sumber daya manusianya, negara itu tidak akan dapat membangun

negaranya, oleh karena itu pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu

syarat yang paling penting bagi pembangunan. Pandangan tersebut jelas mempertegas

bahwa sumber daya manusia bagi suatu bangsa mutlak harus dibina dan

dikembangkan untuk dimanfaatkan demi kemajuan bangsa. Upaya untuk membina

dan mengembangkan sumber daya manusia ini diakui merupakan tugas yang cukup

berat dan memerlukan keterlibatan yang sungguh-sungguh dari semua pihak baik

pemerintah maupun masyarakat.

Kemudian mengenai ciri penduduk dan masyarakat Indonesia antara lain

dikemukakan oleh Emil Salim (1986) sebagai berikut:

Masalah kependudukan kita adalah bahwa sebagian besar penduduk kita berusia

muda, dan 68% dari penduduk seluruhnya berusia dibawah 30 tahun.

Sampai

akhir abad kedua puluh ini sebanyak 83,2 jutajiwaatau kira-kira 34% dari selu

nih jumlah penduduk tahun 2000 akan berusia 0-14 tahun.

Penduduk berusia

(12)

hams menopang keperluan penduduk usia muda dan usia tua.

Nampaknya, mereka yang berusia muda hams menjadi sasaran, karena mereka adalah

merupakan potensi sumber daya manusia yang dipersiapkan akan mengisi

pembangunan. Dalam rangka menanggulangi serta membangun manusia Indonesia

seutuhnya, diperlukan adanya model pendidikan atau latihan yang memadai untuk

memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi warga masyarakat. Pendidikan

atau latihan tentunya diprioritaskan kepada generasi mudanya untuk dapat menjadi

pemuda yang kreatif. Model pendidikan atau latihan ini merupakan proses budaya

untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dan berlangsung tidak hanya

disekolah, akan tetapi juga berlangsung di luar sekolah, sebagaimana dilakukan di

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), sebagai unit pelaksana teknis Ditjen Diklusepora.

Salah satu wadah bagi pembinaan generasi muda untuk dapat menjadi pemuda

yang kreatif, diantaranya ditempuh melalui gugus depan gerakan pramuka, dengan

berbagai bentuk kegiatan latihan kepramukaan yang ada di dalamnya. Keberadaan

latihan kepramukaan dalam wadah gugus depan gerakan pramuka adalah merupakan

usaha pembinaan dan pengembangan kreativitas generasi muda sebagai ujud

partisipasinya dalam rangka mengisi pembangunan masyarakat secara menyeluruh dan

utuh. Menyadari akan makna dan hakekat pendidikan atau latihan, maka berhasil

tidaknya program pembangunan secara keseluruhan, faktor manusia tentunya

memegang peranan kunci yang menentukan. Pentingnya pendidikan atau latihan

sebagai modal pembangunan dijelaskan oleh Santoso S. Hamijoyo (1974) sebagai

(13)

Pendidikan atau latihan adalah penting sekali sebagai sarana pembangunan eko-nomi sekarang dan yang akan datang, bahkan mempakan sarana pokok dalam pembangunan bangsa. Pendidikan mempakan komponen pokok dalam

pembina-aan modal social-overhead. Bahkan dalam situasi ekonomi yang belum maju,

belum banyak didasarkan pada IPTEK yang tinggi, yang daya serap ekonomi modern masih sangat terbatas, pendidikan umum maupun kejuruan praktis (la tihan) perlu diperluas dan diperdalam, di sekolah dan di luar sekolah (masyara kat).

Dengan demikian pendidikan atau latihan mempakan invesment atau modal paling

utama bagi setiap manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan (Emil Salim,

1989). Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan untuk

itu melalui pendidikan (Nasution, 1982).

Gugus depan gerakan pramuka sebagai salah satu wadah pembinaan generasi

muda dengan berbagai kegiatan latihan kepramukaan yang ada di dalamnya akan

menambah berbagai pengetahuan, keterampilan dan kualitas kepribadian lainnya yang

memungkinkan berperan sebagai manusia yang penuh kreativitas. Karena itu konsep

investasi pada pendidikan disebut invesment in human capital atau modal dasar

sumber daya manusia untuk jangka panjang . Teori tentang manusia sebagai modal

dasar (Human Capital Theory) yang diterapkan dalam pendidikan luar sekolah

dikemukakan oleh Paulston (H.D. Sudjana, 1988) yaitu bahwa manusia itu sendiri

adalah pemilik modal dasar berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan yang

dimilikinya. Teori ini menekankan bahwa faktor pendidikan luar sekolah akan

memainkan peranan utamanya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

(14)

Yang perlu bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah

bagaimana mengembangkan proses akumulasi sumber daya manusia (human capital

formation), dalam arti menambah jumlah dan kualitas manusia, terutama generasi

muda yang kreatif, yang diperlukan bagi pembangunan bangsa dan negara.

Sebagai salah satu upaya pembinaan dan pengembangan kreativitas generasi muda,

latihan kepramukaan mengemban tugas pokok untuk menumbuhkan tunas-tunas

bangsa agar menjadi generasi pewaris yang lebih baik, yang sanggup bertanggung

jawab dan mampu membina serta mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan

secara nasional itu.

Gerakan Pramuka dilahirkan dengan surat keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 238 tahun 1961 yang kemudian dipertegas dengan Kepres Nomor 12

tahun 1971 dan Kepres Nomor 46 tahun 1984, dalam anggaran dasarnya menyatakan

bahwa:

Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan metode pendidikankepanduan yang pelaksanaannya diserasikan dengan

keada-an dkeada-an perkembkeada-angkeada-an bkeada-angsa Indonesia, agar supaya :

1. Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, serta:

a. tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya, b. tinggi kecerdasan dan keterampilannya,

c. kuat dan sehat fisiknya.

2. Menjadi warga negara Indonesia yang ber-Pancasila, setia dan patuh kepada

negara kesatuan Republik Indonesia, sehingga menjadi anggota masyarakat yang sanggup dan mampu menyelenggarakan pembangunan bangsa dan ne gara.

Generasi muda khususnya yang tergabung dalam gerakan pramuka mempakan

potensi besar bagi kelangsungan pembangunan, akan tetapi menjadi hambatan

(15)

Haluan Negara menyebutkan bahwa masalah penduduk atau manusia sebagai subyek.

Sebagai subyek, tidak hanya sebagai modal dasar pembangunan, akan tetapi juga

mempakan faktor dominan yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam

menentukan kebijaksanaan serta prioritas penanganannya.

Dilihat dari segi kebutuhan pembangunan, gerakan pramuka melalui kegiatan

latihan kepramukaan diharapkan dapat melahirkan kader-kader bangsa yaitu generasi

muda yang kreatif sekaligus berkualitas. Karena generasi muda yang kreatif adalah

sumber tenaga kerja di masa mendatang dan sebagai sumber insani dan potensi bangsa

yang perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi dan memberikan sumbangan nyata

kepada pembangunan bangsa dan negara. Peranan penting dari generasi muda,

disadari bahwa masa depan adalah kepunyaan generasi muda dan pemuda yang

kreatif mempakan cita-cita serta harapan bangsa. Oleh karena itu pembinaan dan

pengembangan kreativitas generasi muda melalui latihan kepramukaan hams dilihat

sebagai investasi manusia, terutama generasi mudanya, dalam rangka pembangunan

bangsa yang didasarkan atas gagasan pembangunan manusia seutuhnya dan

masyarakat Indonesia seluruhnya.

Banyak faktor yang hams diperhatikan untuk mencapai suatu tujuan yang telah

ditetapkan dari suatu latihan kepramukaan di setiap gugus depan pramuka. Latihan

kepramukaan mempakan suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri atas input

(masukan), proses (proces) dan keluaran (output) serta umpan balik (feedback).

Keseluruhan komponen tersebut hams mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

(16)

Untuk menyiapkan perangkat kerja dari komponen-komponen itu, diperlukan

orang dewasa yang merasa terpanggil untuk dapat memberikan bekal latihan kepada

anak-anak dan remaja Indonesia agar mereka menjadi pribadi yang lebih baik, penuh

kreativitas. Orang dewasa itulah yang biasanya disebut pelatih, atau disebut pembina

dalam gugus depan gerakan pramuka. Masih langkanya orang dewasa yang terpanggil

untuk ikut membina anak-anak dan remaja di lingkungan pendidikan luar sekolah,

juga memerlukan perhatian khusus dalam usaha pembinaan generasi muda kita

dewasa ini. Orang dewasa yang sekaligus sebagai pelatih atau pembina mempakan

bagian dari input sangat menentukan dalam pengelolaan proses yang terjadi untuk

mencapai tujuan (output) yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

diperlukan adanya pembinaan yang terus-menerus dan terpadu. Upaya membina ini

sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 0323/U/1978 tentang Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi

Muda, adalah melaksanakan upaya pendidikan baik formal maupun non formal secara

sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka

memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar

kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan bakat, minat, keinginan serta kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya

atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan, mengembangkan diri sesamanya dan

lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang

(17)

8

pendidikan menjangkau program-program luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat

kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan

pemberantasan buta huruf, memerlukan kuantitas dan kualitas pelatih, agar dengan

demikian dapat mencapai sasaran yang diinginkan.

Latihan kepramukaan kebanyakan dilakukan dalam pendidikan luar sekolah

memerlukan kepemimpinan, yang dalam hal ini para pelatih atau pembina pramuka

yang mampu mengembangkan kreativitas warga belajarnya. Hal ini dimaksudkan

untuk menjadikan model pembelajaran yang optimal dalam suatu latihan

kepramukaan. Penyelenggaraan pembelajaran dalam latihan kepramukaan tidak akan

terlepas dari peranan pelatih atau pembina, walaupun proses pembelajarannya

ditekankan pada belajar sendiri (mandiri). Peranan pelatih atau pembina sangat

penting dan menentukan dalam proses pembelajaran. Untuk itu seorang pelatih atau

pembina sebagai pemimpin dituntut memiliki kemampuan atau kompetensi

profesional yang memadai, sehingga mampu mengelola proses pembelajaran dengan

baik. Kemampuan mengelola pembelajaran ini antara lain dicerminkan melalui tiga

tugas pokok yang berkaitan dengan tahap-tahap pembelajaran yaitu : (1) perencanaan

pembelajaran yang meliputi mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan

belajar, membuat rencana kegiatan belajar, (2) pelaksanaan pembelajaran yang

meliputi pemilihan dan penggunaan materi, teknik, metode, alat atau media

pembelajaran, (3) evaluasi atau penilaian pembelajaran yang meliputi alat, cara atau

(18)

Disamping faktor pelatih atau pembina pramuka yang berperan sebagai pengelola,

warga belajar itu sendiri juga sangat mewarnai keberhasilan proses pembelajaran, baik

itu partisipasinya dalam proses pembelajaran, interaksi dengan pelatih atau pembina,

maupun reaksi yang muncul atau timbul dari dalam dirinya yang bersifat pribadi atau

kelompok. Proses pembelajaran pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan antara lain

sebagai berikut : (1) belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan sedikit dari tenaga

pelatih atau pembina yang ada di sekitar warga belajar, (2) saling belajar antara

sesama warga belajar dalam kelompok maupun antar kelompok dengan bimbingan

atau bantuan pelatih atau pembina. Kesemuanya itu bertujuan untuk membantu

memecahkan kesulitan belajar warga belajar secara cepat dan tepat (efektif).

Ciri (karakteristik) kepemimpinan seorang dewasa, sebagai pelatih ataupun

pembina pramuka dalam mengelola proses pembelajaran di dalam kelas maupun di

lapangan tentunya berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang

antara lain oleh faktor kepnbadian , latar belakang pendidikan dan pengalaman serta

karakteristik bahan program yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu perlu ditelaah

modus ciri atau karakteristik kepemimpinan yang paling cocok/sesuai dengan

program kegiatan yang akan dilaksanakan.

Latihan kepramukaan dalam wadah gugus depan gerakan pramuka memiliki

banyak jenis kegiatan yang antara lain meliputi: upacara pembukaan dan penutupan

latihan, api unggun, permainan, pendalaman pengetahuan umum termasuk sejarah,

tali-temali, P3K, PBB, navigasi, morse, semaphore, perjalanan (wide game), bhakti

(19)

10

ciri (karakteristik) yang berbeda-beda penanganannya antara yang satu dengan yang

lainnya, walaupun kesemuanya itu mempakan satu paket kegiatan latihan

kepramukaan, yang sistem penyampaiannya melalui suatu proses pembelajaran.

Para ahli yang mendalami berbagai aspek, masalah dan pendekatan tentang

kepemimpinan yang efektifpadaumumnya telah sepakat bahwa salah satu pendekatan

yang dapat digunakan adalah dengan menganalisis kepemimpinan berdasarkan ciri

ideal yang menjadi idaman seseorang yang menduduki jabatan pemimpin. Tetapi

kesepakatan demikian tidak mendapat konsensus bulat tentang ciri-ciri ideal tersebut,

ciri-ciri tersebut mempakan hal yang perlu diusahakan kepemilikannya secara terns

menems oleh semua orang yang mendapat kesempatan menjadi pemimpin. Pada saat

seseorang menjabat sebagai pemimpin, dapat dipastikan bahwa orang tersebut

memilki hanya sebagian ciri-ciri (karakteristik), selebihnya mempakan hal yang hams

diusahakan kepemilikannya selama seseorang meniti karirnya. Dengan usaha yang

sungguh-sungguhpun tidak ada jaminan keselumhan ciri-ciri itu telah dimilikinya

pada waktu yang bersangkutan mengakhiri masa pengabdiannya. Bahkan dapat

dipastikan bahwa salah satu sumber kepuasan psikologis bagi seorang pemimpin tidak

terletak pada terwujudnya keinginan untuk memiliki ciri-ciri ideal tersebut, melainkan

pada pengetahuan dan keyakinan bahwa ia telah melakukan usaha maksimal untuk

memiliki sebanyak mungkin ciri-ciri kepemimpinan yang ideal. Perlu juga diyakini

dan diketahui bahwa dalam prakteknya tidak ada seorang pemimpinpun yang secara

konsisten bertipe atau menggunakan gaya dan sifat kepemimpinan tertentu. Situasi,

(20)

11

sikap atau gaya kepemimpinan oleh seorang pemimpin. Sondang P. Siagian (1988)

mengatakan bahwa aneka ragam fungsi/tugas yang hams diselenggarakan oleh

seorang pemimpin sering menuntut adanya tipe atau gaya, sifat dan peran

kepemimpinan yang berbeda-beda. Demikian halnya dengan seseorang yang

ditugaskan sebagai pelatih atau pembina pramuka. Mereka dituntut sebagai pemimpin

yang mampu menggunakan fungsi atau tugas kepemimpinan itu sesuai dengan situasi

dan kondisi yang dihadapinya.

Dari sekian banyak ciri-ciri kepemimpinan yang ideal tersebut, akan segera

nampak bahwa tidak ada seorangpun yang memiliki ciri-ciri tersebut secara

keseluruhan dipahami, mengingat kepemimpinan bukanlah mempakan sesuatu yang

gaib dan mistis. Kepemimpinan adalah keseluruhan dari sikap (attitude) dan

keterampilan (skill) yang di dapatnya dari belajar, sehingga akan memunculkan tipe

atau gaya, sifat, dan peranan dari fungsi kepemimpinan itu sendiri. Hal yang perlu

diperhatikan dan diketahui bahwa kemampuan seseorang untuk mempelajari sesuatu

keterampilan dan bersikap yang positif adalah terbatas (Gerungan, 1986).

Apakah ciri (karakteristik) kepemimpinan untuk semua jenis kegiatan yang

memiliki karakteristik berbeda-beda itu dalam satu paket pendidikan atau latihan

memiliki kesamaan atau perbedaan ?. Apakah diperlukan kepemimpinan yang khas ?.

Untuk dapat menemukan ciri-ciri kepemimpinan yang paling sesuai, kiranya perlu

diadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan kepemimpinan, dalam hal ini adalah

kepemimpinan pembina pramuka yang secara langsuna mengelola proses

(21)

12

Latihan kepramukaan dengan bimbingan pelatih atau pembina, apabila dilakukan

dengan cara atau teknik-teknik tertentu, tentunya akan berdampak bagi pengembangan

kreativitas dan kualitas warga belajarnya, berdampak positif maupun negatif. Jika

pelatih terlalu kaku dengan suatu cara atau teknik tertentu, kreativitas anak didik akan

mendapat hambatan untuk berkembang secara optimal. Cara atau teknik tersebut akan

menunjukkan tipe atau gaya, sifat dan peranan kepemimpinan seorang pelatih atau

pembina. Untuk itu perlu kiranya diteiiti mengenai ciri atau karakteristik

kepemimpinan pembina yang bagaimanakah yang paling sesuai dengan jenis latihan

kepramukaan di sebuah gugus depan pramuka yang berpangkalan di Sanggar Kegiatan

Belajar (SKB) Purwokerto, propinsi Jawa Tengah. Dipilihnya SKB Purwokerto

sebagai kasus penelitian dengan pertimbangan antara lain sebagai berikut : kegiatan

latihan kepramukaan mendapat pengakuan baik (dari penilaian BPKB), gugus depan

gerakan pramuka telah lama berdiri (tahun 1996), aktivitas latihan yang relatiftinggi

(jum'at dan sabtu), sering mendapat kejuaraan dalam lomba bidang kepramukaan

(antara lain : juara I lomba kecakapan pramuka, juara II dalam kemah bhakti 1999,

juara III dalam kemah bhakti 2000), pembina relatif banyak (5 orang pembina puteri

dan 7 orang pembina putera), keaktifan yang relatif tinggi dari pembina dalam

memotivasi anak didik (rendahnya absensi), ketersediaannya sarana dan prasarana

pendukung latihan (alat dan media relatif lengkap, prasarana mangan atau gedung dan

lapangan terbuka atau tempat berkemah ada). Disamping itu SKB Purwokerto secara

(22)

13

Tengah. Itulah beberapa alasan yang mempakan kelebihan dari SKB Purwokerto jika

dibandingkan dengan SKB lainnya di Jawa Tengah

B. Identifikasi Masalah

Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan di

atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:

1. Tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka, yakni masih perlu dikaji tentang bagaimanakah standar tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka yang

berpangkalan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Adapun tipe atau gaya

kepemimpinan ideal ialah yang humanis dan demokratis dengan bercirikan :

bertindak manusiawi dan akrab serta hangat, tugas dan perintah dikompromikan atau

dibicarakan, memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk saling berinteraksi

secara terbuka, mau menerima usul dan saran serta pertimbangan dari warga belajar,

dan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada warga belajar untuk

berekspresi-berinisiatif-berkreatif.

2. Sifat kepemimpinan pembina pramuka, yakni masih perlu dikaji tentang

bagaimanakah standar sifat kepemimpinan pembina pramuka yang berpangkalan di

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Sedangkan sifat pemimpin yang ideal yaitu :

memiliki pengetahuan umum yang luas, berkemampuan untuk tumbuh dan

berkembang, memiliki sifat yang inkuisitif, memiliki kemampuan analitik, memiliki

daya ingat yang kuat, berkepastian integratif, mampu berkomunikasi secara efektif,

berketerampilan mendidik, memiliki sifat rasional, memiliki sifat obyektif, bersifat

(23)

14

dan yang penting, memiliki naluri tepat waktu, memiliki rasa kohesi yang tinggi,

memiliki rasa relevansi yang tinggi, memiliki keteladanan, mampu menjadi pendengar

yang baik, bersifat adaptif, memiliki sifat fleksibel, memiliki ketegasan, memiliki

keberanian, berorientasi ke masa depan, memiliki sifat yang antisipatif dan proaktif.

3. Pengelolaan pembelajaran, yakni perlu dikaji tentang bagaimanakah standar pengelolaan pembelajaran oleh pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

Pengelolaan pembelajaran yang ideal yaitu seialu melibatkan warga belajar dalam :

mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, memiiih bahan atau

materi belajar, memiiih dan menggunakan teknik pembelajaran, memiiih dan

menggunakan metode pembelajaran, memiiih dan menggunakan alat atau media

pembelajaran, melaksanakan evaluasi atau penilaian pembelajaran.

4. Interaksi dalam upaya membimbing warga belajar, yakni masih perlu dikaji tentang bagaimanakah standar interaksi dalam upaya membimbing warga belajar

pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Adapun interaksi dalam membimbing

warga belajar yang ideal yaitu diupayakan : agar latihan dapat menarik minat, untuk

menambah kecakapan teknis, untuk melatih tanggung jawab dan kedisiplinan, untuk

mencapai Syarat Kecakapan Umum (SKU), agar mau menepati kode kehormatan,

agar mau berintegrasi dengan masyarakat.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pembina

pramuka, yakni mencakup pendidikan (pengalaman), motivasi, imbalan atau honor (penghargaan), sarana-prasarana (fasilitas), dan suasana (iklim) yang kondusif. Hal itu

(24)

15

C. Fokus(Rumusan) Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian ini

per-masalahan dibatasi pada " Bagaimanakah ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan

pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ?". Agar penelitian lebih

terarah, maka masalah penelitian secara terinci difokuskan dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) ?.

2. Bagaimanakah sifat kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar Kegiatan

Belajar (SKB)?.

3. Bagaimanakah pengelolaan pembelajaran oleh pembina pramuka di Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) ?.

4. Bagaimanakah interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga

belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ?.

5. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan

pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ?.

D. DefinisiOperasional 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan ialah seni memimpin, yang dalam hal ini yaitu kemampuan

seseorang dalam suatu kelompok untuk mempengaruhi orang lain agar ikut dengannya

mencapai tujuan secara bersama. Kepemimpinan pada dasarnya mempakan

(25)

16

mempengaruhi segala proses kegiatan dari orang yang dipimpinnya (warga belajar).

Kepemimpinan pada dasarnya bergerak dari kontinum tipe atau gaya kepemimpinan

otoriter di salah satu kutub kepada tipe atau gaya kepemimpinan demokratis di kutub

lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Tannenbaum dan Warren H., yang dikutip oleh

Nurlan Kusmaedi (1992). Sedangkan tipe atau gaya kepemimpinan bebas (laisez faire)

sebenarnya masih berada dalam kontinum tipe kepemimpinan demokratis, hanya pada

tipe ini peranan pemimpin tidak begitu dominan. Tipe kepemimpinan leisez faire ini

membolehkan selumh anggota kelompoknya melakukan apa yang diinginkan. Faktor

kepemimpinan menumt Stogdill sebagaimana dikutip oleh Harsono (1988) ditentukan

oleh empat kondisi yang meliputi : (a) suatu kumpulan orang yang terdiri dari dua

orang atau lebih dengan satu diantaranya dituakan, (b) adanya tugas atau usaha

bersama, (c) adanya faktor tertentu pada diri pemimpin sehingga berpengaruh terhadap

orang lain, (d) tanggung jawab yang berbeda dalam memimpin anggotanya.

Beberapa ahli seperti Sondang P. Siagian (1988) dan Gerungan (1986) mengatakan,

bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan pada kemampuan menguasai

sebanyak mungkin dari ciri-ciri ideal kepemimpinan.

Berdasarkan pada pandangan sebagaimana dikemukakan di atas, maka pengertian

kepemimpinan dibatasi pada : (1) tipe atau gaya kepemimpinan, (2) sifat

kepemimpinan, (3) peranan pemimpin dalam pengelolaan pembelajaran, (4) interaksi

pemimpin dalam upaya membimbing anggota (warga belajar), (5) faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.

(26)

17

keakraban dan kehangatannya dengan warga belajar, apakah tugas atau perintah selalu

dibicarakan dengan warga belajar, apakah memberikan kesempatan pada warga

belajar untuk saling berinteraksi, apakah mau menerima usul dan saran serta

pertimbangan dari warga belajar, dan apakah memberikan kebebasan sepenuhnya

kepada warga belajar untuk berekspresi-berinisiatif dan berkreatif.

3. Sifat kepemimpinan yang dimaksud meliputi kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, pengetahuan umum yang dimiliki, sifat yang inkuisitif, kemampuan

analitik, daya ingat yang dimilikinya, kemampuan komunikasi aktif, kepastian

integratif, keterampilan mendidik, sifat rasional, sifat obyektif, sifat yang pragmatis,

kemampuan menentukan skala prioritas, kemampuan untuk membedakan yang urgen

dan yang penting, kepemilikan akan sifat naluri tepat waktu, rasa kohesi, rasa

relevansi, sifat keteladanan, menjadi pendengar yang baik, sifat yang adaptif, sifat

fleksibel, ketegasannya, keberaniannya, kecenderungan orientasi, dan kepemilikan

akan sifat yang antisipatif dan proaktif.

4. Peranan pemimpin dalam pengelolaan pembelajaran pada dasarnya mencakup kegiatan dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, dalam memmuskan tujuan

pembelajaran, dalam pemilihan mated (bahan) belajar, dalam pemilihan dan

penggunaan teknik, dalam pemilihan dan penggunaan metode, dalam pemilihan dan

penggunaan alat atau media, dan dalam pelaksanaan evaluasi atau penilaian.

5. Interaksi pemimpin dalam upaya membimbing warga belajar meliputi upaya bimbingan : agar latihan dapat menarik minat, untuk menambah kecakapan

(27)

18

kecakapan umum (SKU), agar mau menepati kode kehormatan, terhadap warga

belajar yang tidak maju, agar dapat berintegrasi dengan masyarakat.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yaitu meliputi pendidikan atau pengalaman, motivasi, imbalan atau honor (penghargaan),

sarana dan prasarana (fasilitas), serta suasana (iklim) pembelajaran.

7. Pembina Pramuka

Pembina pramuka menurut Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

(1983) ialah orang dewasa yang karena kesukarelaannya ditugaskan sebagai pelatih

atau pembina Pramuka. Seorang pembina pramuka bertugas mengasuh anak/remaja

yang penuh idealisme di sebuah gugus depan pramuka (pangkalan). Pangkalan gugus

depan pramuka banyak dijumpai di sekolah-sekolah maupun di lembaga atau instansi

di luar sekolah. Sebagai seorang pembina pramuka hendaknya mampu bersikap ing

ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Ki Hajar

Dewantoro). Pembina pramuka mempakan sebutan bagi orang dewasa yang

memimpin dan membina pramuka di tingkat satuan/pasukan ke atas. Dengan demikian

pembina pramuka, sebagai seorang pemimpin hendaknya memiliki ciri-ciri

(kharakteristik) kepemimpinan yang ideal sebagaimana dipersyaratkan.

8. Latihan Kepramukaan

Kepramukaan yaitu suatu bentuk kegiatan atau latihan yang diselenggarakan

dalam wadah gugus depan gerakan pramuka. Latihan ialah bagian pendidikan yang

menyangkut proses belajar mengajar untuk memperoleh dan meningkatkan

(28)

18

kecakapan umum (SKU), agar mau menepati kode kehormatan, terhadap warga

belajar yang tidak maju, agar dapat berintegrasi dengan masyarakat.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yaitu

meliputi pendidikan atau pengalaman, motivasi, imbalan atau honor (penghargaan),

sarana dan prasarana (fasilitas), serta suasana (iklim) pembelajaran.

7. Pembina Pramuka

Pembina pramuka menurut Keputusan Kwartir Nasional GerakanPramuka

(1983) ialah orang dewasa yang karena kesukarelaannya ditugaskan sebagai pelatih

atau pembina Pramuka. Seorang pembina pramuka bertugas mengasuh anak/remaja

yang penuh idealisme di sebuah gugus depan pramuka (pangkalan). Pangkalan gugus

depan pramuka banyak dijumpai di sekolah-sekolah maupun di lembaga atau instansi

di luar sekolah. Sebagai seorang pembina pramuka hendaknya mampu bersikap ing

ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Ki Hajar

Dewantoro). Pembina pramuka mempakan sebutan bagi orang dewasa yang

memimpin dan membina pramuka di tingkat satuan/pasukan ke atas. Dengan demikian

pembina pramuka, sebagai seorang pemimpin hendaknya memiliki ciri-ciri

(kharakteristik) kepemimpinan yang ideal sebagaimana dipersyaratkan.

8. Latihan Kepramukaan

Kepramukaan yaitu suatu bentuk kegiatan atau latihan yang diselenggarakan

dalam wadah gugus depan gerakan pramuka. Latihan ialah bagian pendidikan yang

menyangkut proses belajar mengajar untuk memperoleh dan meningkatkan

(29)

19

dan dengan metode yang lebih mngutamakan praktek (Moekijat, 1981). Sedangkan

Zainudin Arif (1986) mengemukakan, bahwa latihan sebagai salah satu upaya untuk

memecahkan permasalahan serta dapat membantu untuk membuat suatu organisasi

dapat berjalan lebih efektif. Berkaitan dengan pengertian dari latihan tersebut diatas,

hampir semua sekolah, badan atau lembaga yang berkompeten pernah melaksanakan

kegiatan atau latihan pramuka. Ini mempakan upaya pembinaan kreativitas generasi

muda yang dilakukan oleh orang dewasa sebagai pelatih dan sekaligus sebagai

pembina. Mereka merasaterpanggil untuk dapat memberikan bekal latihan agar warga

belajar dapat menjadi pribadi yang penuh kreativitas.

Kepramukaan atau latihan pramuka yang dilaksanakan di setiap gugus depan

pramuka, termasuk di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) akan lebih menarik hendaknya

dengan menyiapkan program kegiatan yang bermutu, sehingga anak/remaja akan

teriibat penuh dan betah mengikutinya. Dengan adanya latihan parmuka hendaknya

mampu menguji kemampuan fisik dan psikis wargabelajar. Kepramukaan atau latihan

pramuka yang biasanya diselenggarakan di gugus depan pramuka, kegiatannya antara

lain meliputi : (a) upacara pembukaan dan penutupan latihan, (b) api unggun, (c)

permainan, (d) pendalaman pengetahuan umum termasuk sejarah, (e) P3K, (f) PBB,

(g) tali-temali, (h) navigasi, (i) morse, 0) semaphore, (k) perjalanan (wide game), (1)

cara mendirikan tenda, (m) tehnik menentukan tempat berkemah, (n) tehnik persami,

(o) macam-macam sandi, (p) tehnik survival, (q) persiapan dan periengkapan

perjalanan, (r) tehnik menaksir, (s) pengetahuan peta, (t) kemah bhakti dan bhakti

(30)

20

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis mengadakan penelitian ini antara lain :

1. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan tentang tipe atau gaya

kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

2. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan mengenai sifat kepemimpinan

pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

3. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan tentang peranan pembina pramuka

dalam pengelolaan pembelajaran di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

4. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan mengenai interaksi pembina pramuka

dalam upaya membimbing warga belajar di SanggarKegiatan Belajar (SKB).

5. Ingin mengungkap dan mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB).

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Adapun harapan penulis :

1. Secara Teorhis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian

tentang ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, baik

mencakup tipe atau gaya, sifat, dan peranannya. Juga sebagai bahan kajian tentang

pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya mengenai

ketenagaan pendidikan luar sekolah.

(31)

21

peningkatan fungsi kepemimpinan pembina pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB), khususnya dalam penyelenggaraan kegiatan atau latihan pramuka

(kepramukaan). Disamping itu sebagai upaya pembinaan dan pengembangan

kreativitas sekaligus kualitas generasi muda, dalam hal ini warga belajar yang menjadi

binaannya. Juga sebagai bahan informasi kajian yang berminat untuk penelitian lebih

lanjut tentang masalah ini. Disamping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan

feedback untuk menyempumakan kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan

yang ada atau terjadi, khususnya bagi para pelatih atau pembina pramuka. Diharapkan

pula hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembanding dengan hasil-hasil

penelitian terdahulu, sehingga bagi para peneliti lain yang akan mencoba meneliti

hal-hal yang berhubungan dengan masalah ini dapat mempakan sumber kepustakaan,

bahkan diharapkan hasil penelitian ini dapat menyempumakan atau memperkaya

konsep-konsep praktis yang ada.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang akan dicoba dikemukakan sebagai asumsi dasar dalam

penelitian ini yaitu : (1) hakekat penilaian tentang ciri-ciri (kharakteristik)

kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, ini berkaitan erat dengan fokus masalah

penelitian, (2) follow up hasil penelitian. Secara lebih terinci mengenai kedua

(32)

1. Hakekat penilaian (analisis) tentang ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka yang ideal

Hakekat penilaian mengenai ciri-ciri kepemimpinan yang ideal ialah perilaku dari

seseorang yang muncul atau diperlihatkan dalam suatu proses interaksi dengan

anggotanya (warga belajar). Jadi mempakan perbandingan antara hasil kepemimpinan

aktual dengan standar yang telah ditetapkan, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Standar yang digunakan sesuai dengan fokus penelitian adalah beberapa pandangan

ahli tentang tipe atau gaya kepemimpinan yang ideal, sifat kepemimpinan yang ideal,

peranan pemimpin yang ideal (baik dalam pengelolaan pembelajaran dan dalam upaya

membimbing warga belajar). Juga dikaitkan dengan faktor lain yang mempengaruhi

efektivitas pemimpin, yaitu berkaitan dengan pendidikan/pengalaman, motivasi,

imbalan/honor (penghargaan), sarana-prasarana (fasilitas), dan suasana (iklim)

pembelajaran.

Hasil penilaian tentang ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan ideal yang

sesuai dengan fokus masalah penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembina

pramuka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Pemikiran tersebut secara lengkap dapat

(33)

..

Standar Kepemimpinan

<r

Faktor Lain

V -^

—1 Proses Interaksi - * Penilaian -- Kepemimpinan Ideal

Kepemimpinan Aktual

Gambar 1

Penilaian Tentang Ciri (Kharakteristik) Kepemimpinan Ideal

23

2. Follow up hasH penelitian

Kepemimpinan pembina pramuka yang ideal di Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB)akan "kurang berarti atau bahkan tidak berarti soma sekali", apabila tanpa

mendapat dukungan beberapa komponen terkait yang saling melengkapi. Untuk itu

peran komponen tersebut keberadaannya sangatlah diperlukan. Komponen itu meliputi

: (1) komponen kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, (2) komponen lembaga

tempat kursus (latihan) pembina pramuka, (3) komponen kursus/latihan itu sendiri,

dan (4) komponen lembaga kerja pembina pramuka. Keterkaitan beberapa komponen

(34)

Kursus/Latihan

$

sr

Kepemimpinan

Pembina Pramuka

Yang Ideal

Gambar 2

Follow Up Hasil Penelitian

24

Latihan kepramukaan mempakan salah satu program kerja yang ada di Sanggar

Kegiatan

Belajar

(SKB), termasuk pula di Gudep Pramuka SKB Purwokerto,

Propinsi Jawa Tengah. Keberhasilan latihan kepramukaan secara dominan sangat

dipengamhi oleh faktor kepemimpinan pelatih atau pembina pramuka. Berbicara

tentang pelatih atau pembina pramuka sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam

latihan kepramukaan di gugus depan SKB tentunya memiliki kharakteristik tersendiri,

apabila menginginkan suatu keberhasilan yang optimal. Latihan kepramukaan di

(35)

kelebihan-kelebihan (ciri ideal) yang dimilikinya, temtama bila ditinjau dari ciri

(kharakteristik) kepemimpinan pelatih atau pembina pramukanya. Ciri-ciri ideal yang

dimaksud tentunya tidak muncul dengan sendirinya. Untuk itu perlu suatu kursus

(latihan) yang berkesinambungan. Kursus atau latihan itu tentunya dengan bobot

materi yang dibutuhkan oleh masing-masing pembina pramukanya. Dengan demikian

diperlukan suatu sistem latihan atau kursus yang memenuhi standar kualitas. Standar

kualitas yang dimaksud yaitu kursus atau latihan diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan para pembina pramuka, tentunya dalam upaya menguasai sebanyak

mungkin ciri ideal itu. Kursus atau latihan tersebut perlu kiranya dilembagakan secara

formal, apakah dalam lingkup SKB ataukah di luar SKB. Pada akhirnya akan

berimplikasi positif terhadap lembaga kerja, dimana pembina pramuka mengabdikan

dirinya yaitu di Sanggar Kegiatan Belajar.

Dengan memperhatikan beberapa keterangan tersebut, dapat dikemukakan bahwa

antara komponen kepemimpinan pembina pramuka yang ideal, komponen kursus atau

latihan, komponen lembaga kursus atau latihan, dan komponen lembaga kerja, pada

dasarnya mempakan komponen yang sulit dipisahkan satu dengan yang lainnya,

dikarenakan kesemuanya komponen itu sating berpengaruh. Jadi apabila salah satu

komponen kurang mendukung, akan tidak berarti atau sangat tidak berarti sebagai

(36)
(37)

BAB IH

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode studi kasus. Metode studi kasus ini

menekankan pada pendeskripsian suatu aspek, baik mengenai individu maupun

kelompok secara mendalam/intensif dalam lingkungan kehidupannya (aktivitas

kesehariannya). Dalam penelitian ini yang dijadikan kasus penelitian adalah tentang

ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka dalam latihan kepramukaan

di sebuah gugus depan gerakan pramuka yang ada di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

Dalam pelaksanaannya, karena berusaha mengungkap perilaku seseorang, maka

digunakan pendekatan kualitatif, yaitu menyelidiki atau mempersoalkan kualitas

subyek dalam suatu kegiatan, yang dalam hal ini kegiatan atau latihan kepramukaan.

Pendekatan kualitatif ini digunakan dalam usaha mengungkap kenyataan-kenyataan

yang ada di lapangan (kancah) dan memahami kenyataan-kenyataan tersebut. Atas

dasar kenyataan yang ditemukan, termasuk hal yang ada dibalik kenyataan tersebut,

kemudian dilakukan pemaknaan dan penafsiran data dengan memanfaatkan teori-teori

yang ada sehingga pada akhirnya diperoleh temuan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti langsung masuk ke lapangan atau kancah dan

bemsaha mengumpulkan data sesuai dengan fokus masalah, yaitu mengenai ciri-ciri

(kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka, yang meliputi : (1) tipe atau gaya

kepemimpinan pembina pramuka, (2) sifat kepemimpinan pembina pramuka, (3)

(38)

54

peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran, (4) interaksi pembina

pramuka dalam upaya membimbing warga belajar, dan (5) faktor lain yang

mempengamhi efektivitas kepemimpinan pembina pramuka. Dengan peneliti langsung

masuk ke lapangan, maka diharapkan dapat diperoleh data dari sumbernya secara

alamiah dan dalam situasi yang wajar, tanpa dibuat-buat. Dalam hal ini peneliti

bertindak sebagai instmmen yang minimal mengetahui fokus penelitian tersebut. Data

yang terkumpul berdasarkan pada fokus masalah itu kemudian dianalisis dan untuk

selanjutnya dideskripsikan, baik dari aspek proses maupun hasil (produk) tanpa

menghilangkan makna. Jadi analisis data dimulai dari awal, sehingga disain penelitian

bersifat tentatif, yang akan tampil dalam setiap proses penelitian, dan bersifat

sementarakarena dapat berubah sesuai dengan apa yang di dapatkan di lapangan.

Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan terhadap metode dan pendekatan

yang digunakan dalam setiap kegiatan (proses) penelitian, segala sesuatu yang bersifat

akademik dan ilmiah mempakan persyaratan yang paling mendasar bagi setiap peneliti

untuk memenuhinya. Dalam hal ini tentunya dibutuhkan adanya pembina pramuka

yang mampu berperan sebagai pembimbing yang baik.

B. Tempat (Lokasi) Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto,

kabupaten Banyumas, propinsi Jawa Tengah, satu dari beberapa SKB yang ada di

wilayah karesidenan Banyumas. Sengaja ditetapkan lokasi penelitian itu, dengan

pertimbangan jika dibandingkan dengan SKB lainnya, SKB Purwokerto tampak lebih

(39)

55

Khusus kegiatan atau latihan kepramukaan yang diselenggarakan sebagai penunjang

program lainnya, pada dasarnya telah mendapat predikat baik. Hal ini dibuktikan

dengan : sering mendapat kejuaraan (juara II lomba kecakapan penggalang puteri,

juara II lomba kecakapan penggalang putera, juara II kemah bhakti pramuka tingkat

propinsi tahun 1999, juara III kemah bhakti pramuka tingkat propinsi tahun 2000,

juara I defile pada lomba anatar gudep), aktivitas latihan kepramukaan yang relatif

tinggi (Jum'at dan Sabtu), motivasi yang relatif tinggi dari para pembina (sedikit

absensinya), jumlah para pembina yang relatif banyak (7 orang pembina putera dan 5

orang pembina puteri). Juga telah adanya sarana dan prasarana latihan yang relatif

lengkap, sangat mendukung kegaiatan latihan kepramukaan berjalan optimal.

Disamping itu, SKB Purwokerto menumt tim akreditasi mendapatkan ranking

pertama dari 26 SKB lain yang ada di Jawa Tengah. Kemajuan itu sangat dipengamhi

oleh sumber daya manusia yang ada di SKB, termasuk di dalamnya kepemimpinan

pembina pramukanya. Itulah yang barangkali berbeda jika dibandingkan dengan SKB

lainnya. Apakah akan ditemukan ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina

pramuka tersendiri ?. Dan itulah yang mempakan dasar pertimbangan SKB

Purwokerto, Propinsi Jawa Tengah ditetapkan sebagai lokasi atau tempat penelitian.

C. Subyek/Sumber Data Penelitian

Dalam upaya mendapatkan data atau informasi yang mendalam dan tuntas

berkenaan tentang fokus penelitian, maka dalam penentuan subyek penelitian atau

responden digunakan studi populasi dengan sampel total. Sampel total yang dimaksud

(40)

56

studi kasus, dengan jumlah 12 (dua belas) orang, kesemuanya itu dijadikan sampel

atau subyek penelitian.

Dalam penelitian ini sebagai sumber data yaitu : sumber data manusia, sumber

data dari pengamatan, dan sumber data dari dokumenter. Sumber data manusia terdiri

dari para pamong belajar yang bertugas sebagai pembina pramuka (9 orang) dan para

pembina pramuka dari Kwarcab Gerakan Pramuka (3orang). Atas dasar pertimbangan,

orientasi dan pengamatan awal, bahwa mereka dipandang benar-benar mengetahui

secara detail berkaitan dengan ciri-ciri (kharakteristik) kepemimpinan pembina

pramuka dalam latihan kepramukaan di gugus depan pramuka SKB Purwokerto,

propinsi Jawa Tengah. Sumber data pengamatan didapatkan dari aktivitas responden.

Sedangkan sumber data dokumenter, berupa dokumen yang ada kaitannya dengan

fokus penelitian, yang antara lain : data pribadi pembina pramuka, rencana kegiatan

belajar (RKB), laporan kegiatan kepramukaan, maupun data profil SKB.

D. Instrumen Penelitian (Alat Pengumpul Data)

Instrumen penelitian atau alat pengumpul data dalam penelitian ini ialah peneliti

itu sendiri. Peneliti dalam hal ini mempakan perencana, pelaksana pengumpul data,

penganalisis, penafsir dan melaporkan hasi penelitian. Peneliti mempakan instrumen

utama, dikarenakan ia menjadi penentu arah dari keselumhan proses penelitian.

Dengan peneliti langsung sebagai instrumen, diupayakan dapat menemukan fakta

atau data apa adanya (alamiah) sesuai dengan fokus masalah. Ia dapat secara langsung

berinteraksi dengan lingkup situasi masalah yang sedang diteliti. Dengan demikian

(41)

57

mengganggu situasi alamiah yang berlangsung, tentunya hal-hal yang terkait dengan

fokus masalah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Adapun prosedurnya sebagai berikut:

1. Teknik Wawancara

Dalam interaksinya (wawancara), peneliti perlu menyesuaikan diri dengan

responden yang diwawancarai. Penyesuaian ini penting untuk memudahkan peneliti

dalam menganalisis dan menafsirkan fakta atau data jawaban dari responden. Dalam

pelaksanaannya peneliti mengajukan pertanyaan kepada masing-masing responden

sejumlah 12 orang pembina pramuka, sesuai dengan fokus masalah, yakni dengan

variasi pertanyaan yang berkaitan dengan : (1) tipe atau gaya kepemimpinan pembina

pramuka (lima aspek), (2) sifat kepemimpinan pembina pramuka (dua puluh empat

aspek), (3) peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran (tujuh aspek),

(4) interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga belajar (tujuh aspek),

dan (5) faktor-faktor yang mempengamhi efektivitas kepemimpinan pembina pramuka

(lima aspek).

2. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan secara langsung di lokasi penelitian.

Teknik observasi ini digunakan untuk mengungkap data sesuai dengan fokus masalah,

yakni yang terkait dengan : (1) tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka, (2)

(42)

58

pengelolaan pembelajaran, (4) interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing

warga belajar, dan (5) faktor-faktor yang mempengamhi efektivitas kepemimpinan

pembina pramuka.

Teknik observasi atau pengamatan ini sekaligus sebagai ujud triangulasi terhadap

teknik pengumpulan data. Jadi, fakta atau data yang diperoleh dari hasil wawancara

dikonfrontasi dengan pengamatan langsung di lapangan (kancah).

3. Teknik Dokumenter

Teknik dokumenter digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non

manusia. Data yang terkumpul dari studi dokumenter ini juga terkait dengan fokus

masalah yang diteliti. Secara terinci sumber data ini terdiri dari dokumen : data pribadi

para pembina pramuka, rencana kegiatan belajar (RKB, bahan (materi) belajar,

laporan hasil latihan kepramukaan, profil SKB. Dokumenter ini pada dasarnya

mempakan data pendukung dalam mengungkapkan dan mendeskripsikan hasil

penelitian, sehingga diperoleh laporan yang memiliki kredibilitas tinggi.

F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penlitian ini mencakup empat jenis

kegiatan yaitu :

1. Mengumpulkan data, yakni data yang telah didapatkan dari berbagai sumber data untuk selanjutnya dikumpulkan. Dalam hal ini dituangkan dalam tulisan melalui

catatan lapangan secara keselumhan.

(43)

59

dirangkum dan dikelompok-kelompokkan atau digolong-golongkan sesuai dengan

fokus permasalahan yang diteliti. Dengan demikian susunanya akan lebih sistematis.

Tujuannnya adalah untuk memudahkan pemahaman dalam analisis berikutnya. Dalam

hal ini reduksi data dilakukan pada fokus penelitian yaitu tentang ciri-ciri

(kharakteristik) kepemimpinan pembina pramuka dalam latihan kepramukaan sesuai

dengan aspek-aspeknya.

3. Menyajikan data, penyajian data secara singkat dan jelas sebagai kelanjutan

dari reduksi data tersebut di atas bertujuan untuk memudahkan dalam memahami

gambaran dari fokus masalah yang diteliti, baik bagian demi bagian, maupun secara

keselumhan aspek. Penyajian data pada penelitian ini diupayakan aspek demi aspek

secara runtut.

4. Verifikasi dan Penarikan kesimpulan, dimaksudkan sebagai upaya memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan dan disajikan. Dalam

memaknai peneliti memberi tafsiran dengan mengkaitkan dengan kategori (misal,

teori) yang mendukung. Upaya mencari makna dari data yang telah disajikan ini

disebut verifikasi. Varifikasi dapat dilakukan dengan mencari data bam untuk

mencapai persetujuan bersama untuk lebih menjamin validitasnya. Dalam hal ini

peneliti mengadakan diskusi dengan teman sejawat yang dipandang pakar dalam

bidangnya. Pada akhirnya tercapai kesimpulan yang grounded. Kesimpulan disusun

dalam bentuk pernyataan singkat, namun mudah dipahami, tentunya dengan mengacu

(44)

60

G. Tahap-Tahap (prosedur) Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif secara garis besar dapat dibedakan menjadi

: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, dan (3) tahap member chek (Nasution,

1992). Untuk itu penelitian ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi: Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang masalah yang akan diteliti. Hal ini juga sekaligus untuk

memantapkan disain dan fokus penelitian berikut nara sumbernya. Pada tahap

orientasi ini peneliti mengadakan kunjungan informal ke SKB Purwokerto, Propinsi

Jawa Tengah, guna menjajagi kancah atau lapangan dan mencari informasi awal untuk

menentukan permasalahan atau fokus penelitian. Selama itu pula peneliti dengan

pengarahan, bimbingan dan bantuan dari dosen pembimbing, menyusun dan

memantapkan disain penelitian untuk dijadikan arahan kerja pada tahap selanjutnya.

2. Tahap Eksplorasi: Tahap ini mempakan penelitian yang sesungguhnya, yaitu mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Tahap ini

dilakukan setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari instansi yang berwenang.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui wawancara dengan

sumber data yang representatif berlandaskan pada pedoman wawancara sebagaimana

terlampir. Hal ini dilakukan agar dalam wawancara dapat lebih terarah dan tetap dalam

konteks fokus penelitian. Selain itu untuk melengkapi data yang diperoleh dilakukan

observasi, dan untuk dapat merekam data atau informasi digunakan buku catatan

lapangan. Pada tahap ini juga dilakukan analisis data dengan cara mereduksi data atau

(45)

61

ada dan merangkum hal-hal yang penting secara sistematis agar ditemukan polanya

dan mempermudah peneliti untuk mempertajam gambaran tentang fokus penelitian.

3. Tahap MemberChek : Untuk mengecek kebenaran mengenai informasi-informasi yang dikumpulkan, sehingga hasil penelitian lebih dapat dipercaya maka

perlu dilakukan member chek. Pengecekan terhadap informasi tersebut dilakukan

setiap kali peneliti selesai mengadakan wawancara dengan sumber data dengan cara

mengkonfirmasikan kembali catatan hasil wawancara tersebut dan setelah hasil

wawancara diketik kemudian dimintakan kembali koreksi dari sumber data yang

bersangkutan. Dan untuk mematangkan lagi, kemudian dilakukan observasi dan

triangulasi kepada sumber data dan pihak yang lebih berkompeten.

H. Pemeriksaan Keabsahan Hasil Penelitian

1. Kredibilitas

Studi kualitatif deskriptif memandang bahwa suatu realitas itu ganda, kebenaran

itu perspektif, sehingga kebenaran itu secara ontologik terkait kepada fokus atau

konteksnya. Secara epistemologik terkait kepada proses interaktif peneliti dengan

responden, dan secara aksiologik terkait kepada nilai, perasaan, seni, kebiasaan,

keyakinan, sikap mental dan budaya tertentu. Hasil studi kualitatif deskriptif dituntut

kredibilitasnya. Untuk menguji kredibilitas dalam penelitian/studi ini dilaksanakan

dengan : (1) perpanjangan pengamatan (berpartisipasi aktif dalam konteks kegiatan

sehingga memperkecil data yang dirahasiakan), (2) triangulasi (baik terhadap sumber

data yaitu ada 12 responden, maupun terhadap teknik pengumpulan data yaitu

(46)

pemeriksaan teman sejawat, (5) kecukupan referensi, dan (6) menguraikan secara

terinci.

2. Transferabilitas

Transferabilitas atau keteralihan penuh pada studi kualitatif ini tidak mungkin,

dan studi ini hanya berani menyajikan deskripsi data yang sangat terkait dengan waktu

dan fokus atau konteks. Sehingga dalam hal ini tergantung kepada si pemakai atau

pembaca, apakah hasil studi / penelitian yang telah di deskripsikan secara terinci ini

dapat diterapkan dalam konteks dan situasi tertentu.

3. Dependabilitas

Tentang reliabilitas dinyatakan dalam kebergantungan atau dependabilitas.

Apakah peneliti lain mampu mengulangi teknik pengumpulan data (proses) yang telah

dilakukan peneliti sebelumnya ?, jika dapat berarti reliabilitas data dapat dipenuhi.

Karena studi ini dilakukan sendiri, maka pengecekan dilakukan dengan audit trail

(memeriksa/melacak jalannya proses penelitian), dan pembimbinglah yang

berkewajiban untuk memeriksa proses penelitian dan taraf kebenaran data serta

tafsirannya.

4. Konfirmabilitas

Mengingat studi kualitatif deskriptif, realitas adalah ganda, maka kebenaran itu

value-bound atau terkait kepada nilai. Dengan demikian studi ini memandang

obyektivitas dengan istilah konfirmabilitas atau kepastian kontekstual. Jadi kebenaran

(47)
(48)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN

KETERBATASAN PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada penyajian data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat

dimmuskan beberapa kesimpulan sesuai dengan fokus masalah yang dikaji. Adapun

fokus yang dikaji meliputi tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka, sifat

kepemimpinan pembina pramuka, peranan pembina pramuka dalam pengelolaan

pembelajaran, interaksi pembina pramuka dalam upaya membimbing warga belajar,

dan faktor-faktor yang mempengamhi efektivitas kepemimpinan pembina pramuka.

Secara lengkap dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka

Tipe atau gaya kepemimpinan pembina pramuka di SKB Purwokerto

menunjukkan bahwa empat aspek menunjukkan yang paling banyak dimiliki oleh

pembina pramuka. Empat aspek itu ialah keakraban dan kehangatan dengan warga

belajar, tugas dan perintah selalu dibicarakan atau dikompromikan dengan warga

belajar, selalu mempertimbangkan usul dan saran serta pertimbangan dari warga

belajar, memberikan kebebasan sepenuhnya pada warga belajar untuk berekspresi dan

berinisiatif serta berkreatif. Sedangkan aspek yang kurang dimiliki oleh pembina

pramuka adalah tentang memberikan kesempatan pada warga belajar untuk saling

berinteraksi. Adapun jumlah rata-rata responden pembina pramuka yang memenuhi

(49)

113

syarat ideal yaitu 7,6 (63,3 %), sedangkan 4,4 (36,7 %) responden pembina pramuka

kurang memenuhi syarat ideal.

2. Sifat kepemimpinan pembina pramuka

Sifat kepemimpinan pembina pramuka menunjukkan adanya satu aspek yang

paling banyak dimiliki oleh pembina pramuka yaitu aspek kemampuan untuk

membedakan sesuatu yang urgen dan yang penting. Sedangkan dua aspek

menunjukkan paling kurang dimiliki oleh pembina pramuka. Dua aspek itu adalah

kurang rasional dan kurang obyektif. Adapun jumlah rata-rata responden pembina

pramuka yang memenuhi syarat ideal yaitu 8 (66,7 %), sedangkan 4 (33,3 %)

responden pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal.

3. Peranan pembina pramuka dalam pengelolaan pembelajaran

Peranan pemimpin dalam pengelolaan pembelajaran menunjukkan adanya dua

aspek yang paling banyak dimiliki oleh pembina pramuka yaitu dalam pemilihan dan

penggunaan teknik pembelajaran dan dalam pemilihan dan penggunaan metode

pembelajaran. Sedangkan dua aspek menunjukkan yang paling kurang dimiliki oleh

pembina pramuka. Dua aspek itu ialah dalam mendiagnosis kebutuhan belajar dan

dalam pemmusan tujuan pembelajaran. Adapun jumlah rata-rata responden pembina

pramuka yang memenuhi syarat ideal yaitu 7,1 (59,2 %), sedangkan 4,9 (40,8 %)

responden pembina pramuka kurang memenuhi syarat ideal.

(50)

114

adanya satu aspek yang paling banyak dimiliki oleh pembina pramuka yaitu upaya

membimbing untuk melatih tanggung jawab dan kedisiplinan. Sedangkan satu aspek

lain menunjukkan yang paling kurang dimiliki oleh pembina pramuka. Aspek yang

paling kurang dimiliki oleh pembina pramuka ialah upaya menambah kecakapan

teknis. Adapun jumlah rata-rata responden pembina pramuka yang ideal yaitu 7,7

(64,2 %), sedangkan 4,3 (35,8 %) responden pembina pramuka kurang memenuhi

syarat ideal.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pembina

pramuka

Faktor-faktor yang mempengamhi efektivitas kepemimpinan pembina pramuka

pada prinsipnya meliputi aspek motivasi yang tinggi dari para pembina pramuka. Juga

aspek pendidikan atau pengalaman yang dimiliki oleh para pembina pramuka relatif

tinggi dan hanya tiga pembina pramuka yang kurang memenuhi syarat, ini sangat

berpengamh terhadap efektivitas kepemimpinannya. Aspek sarana dan prasarana

(fasilitas) yang relatif memadai tumt pula mendukung. Disamping itu aspek lain yang

tidak kalah pentingnya yaitu imbalan atau honor sebagai wujud penghargaan diri, dan

aspek suasana (iklim) yang kondusif selama proses pembelajaran.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pembahasan dan temuan serta kesimpulan hasil penelitian,

(51)

115

1. Sebagai sumber dalam upaya peningkatan atau pengembangan program latihan kepramukaan khususnya di SKB

Peningkatan atau pengembangan program latihan kepramukaan hendaknya benar

-benar diupayakan dengan melibatkan sepenuhnya pembina pramuka yang ada. Untuk

itu para pembina pramuka dengan ciri (kharakteristik) ideal yang dimiliki perlu

kiranya didayagunakan dalam selumh proses latihan. Pendayagunaan yang dimaksud

ialah pelibatan diri pembina pramuka dalam selumh tahap-tahap latihan kepramukaan,

sejak dari awal sampai akhir program. Dengan demikian dapat kiranya diharapkan

adanya latihan kepramukaan yang tingkat keberhasilannya optimal, ini pun sangat

berpengamh terhadap keutuhan warga belajar.

2. Sebagai sumber daya dukung di SKB

Adanya daya dukung yang memadai di SKB memungkinkan untuk tercapainya

keselumhan program latihan kepramukaan. Daya dukung yang dimaksud ialah

sumber daya ketenagaan pembina pramuka yang ideal dengan pendidikan atau

pengalaman sertamotivasi yang relatif tinggi, adanya sarana-prasarana (fasilitas) yang <

Gambar

Gambar 3 HubunganFungsionalPembelajaran PendidikanLuar Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

The discussion involves two main sections; they are data analysis based on the research question: what are the Stella Duce 1 Yogyakarta Senior High School students’ perceptions on

Kiranya dapat dikatakan bahwa asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa-bangsa

Penerapan Simbol Jari Tangan Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Akor Lagu Dalam Pembelajaran Angklung Di Smp Mutiara 5 Lembang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

iii ABSTRAK RESTI DWI ANGGRAENI, 11201587 ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS ROTI PADA PERUSAAHAN TRIYANA SARI DI BOGOR Penulisan Ilmiah Manajemen Fakultas

Raja Ali Haji dalam sejarahnya pernah disebut sebagai seorang penyair sufi Melayu yang jika dilihat dari pola persajakkannya tampaklah pola-pola rima yang tampak

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang : (1) Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah merek, bukti fisik, harga produk, iklan,

Pompa air Hitachi dengan teknologi mutakhir dibuat dari bahan anti korosi (tembaga, stainless steel, plastik, dan sebagainya) pada bagian-bagian yang bersentuhan langsung dengan

Penulisan Tugas Akhir ini dengan judul “EVALUASI KEPUASAN PENUMPANGTERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS DAMRI ROYAL TRAYEK SINTANG-PONTIANAK”