Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM
SOLVING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN
KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IV SDN 12 Belinyu Kabupaten Bangka)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh Zulhilyah NIM. 1103300
ii
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2013
Pengaruh Metode Pembelajaran
Creative Problem Solving Terhadap
Keterampilan Berpikir Keatif dan
Komunikasi dalam Pembelajaran IPS
Oleh Zulhilyah
S.Pd, SD Universitas Terbuka, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Dasar
© Zulhilyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2004
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
iii
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed
NIP. 196308201988031001
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Disman, M.S
NIP. 195902091984121001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar
Sekolah Pascasarjana
iv
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dr.Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM
SOLVING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN
KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh metode pembelajaran creative problem solving dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional terhadap keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik kelas IV SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 Belinyu Kabupaten Bangka. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Pretest Posttest Control Grup Design. Alat tes penelitian ini adalah tes keterampilan berpikir kreatif, tes keterampilan komunikasi, lembar observasi, dan angket. Data penelitian berupa tes dianalisis menggunakan program SPSS dengan rumus Paired-Samples T Test dan Independent-Samples T Test. Sedangkan data non tes dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 30 peserta didik untuk kelas
eksperimen dan 30 peserta didik untuk kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran creative problem solving terjadi peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik. (2) Pada kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran konvensional tidak terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik.(3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kreatif kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran creative
problem solving di bandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan
metode konvensional. (4) Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan komunikasi kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran
creative problem solving lebih tinggi di bandingkan dengan kelompok kontrol
yang menggunakan metode konvensional. Penelitian ini merekomendasikan bahwa metode pembelajaran creative problem solving hendaknya dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengembangkan metode pembelajaran di kelas dan sekolah.
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CREATIVE PROBLEM SOLVING LEARNING
METHOD TOWARD THE ENHANCEMENTOF STUDENTS’ CREATIVE
THINKING AND COMMUNICATION SKILLS IN SOCIAL SCIENCE LEARNING
The problem in this study is lack of students’ creative thinking and
communication skills in learning process. The aim of this study is to examine the influence of creative problem solving learning method compare to conventional learning method toward communication and creative thinking skills in Social Science subject in students of IV SDN 7 and SDN 12 Belinyu, Bangka Regency. The research method which is used is quasi experiment with Pretest Posttest Control Group Design. Test instrument of this study is creative thinking skill test, communication skill test, observation sheet, and questionnaire. Data of study in the form of test which analyzed by using SPSS program with Paired-Samples T Test formulation and Independent-Samples T Test. Whereas non test data is analysed descriptively. Sampling is done by purposive sampling technique. The numbers of sample as much as 30 students for experiment class and 30 students for control class. The result of study show that (1) In experiment class which apply creative problem solving learning method, there is learning outcome
enhancement which is very significant toward students’ creative thinking skill. (2)
In control class which apply conventional learning method, there is no learning
outcome enhancement which is significant toward students’ creative thinking skill. (3) There is significant difference between creative problem solving learning method which is higher compared to control group which used conventional method. (4) There is significant difference between communication skill of experiment group which used creative problem solving learning method which is higher compared to control group which used conventional method. This study recommended that creative problem solving learning method should be used as an alternative to developing the learning method in class and school.
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Struktur Organisasi Tesis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ... 12
1. Definisi Pendidikan IPS ... 12
2. Tujuan Pendidikan IPS ... 14
3. Dimensi Pendidikan IPS ... 17
B. Metode Pembelajaran Creative Problem Solving ... 22
ii
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.Tahapan-tahapan Metode Creative Problem Solving ... 24
3.Penilaian dalam Metode pembelajaran Creative Problem Solving ... 28
C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 29
1. Defenisi Berpikir Kreatif ... 30
2. Karakteristik Berpikir Kreatif ... 32
3. Proses Berpikir Kreatif ... 36
4.Pentingnya Pengembangan Kreativitas ... 37
D. Keterampilan Komunikasi ... 39
1. Definisi Komunikasi ... 40
2. Komponen Komunikasi ... 41
3. Aspek-aspek Komunikasi ... 42
4.Keterampilan Komunikasi dalam Pembelajaran IPS ... 42
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 46
F. Hipotesis Penelitian …. ... 47
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 48
1. Lokasi Penelitian ... 48
2. Populasi Penelitian ... 48
3. Sampel Penelitian ... 49
B. Desain Penelitian ... 49
C. Metode Penelitian ... 50
D. Definisi Operasional ... 50
E. Intrumen Penelitian ... 52
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 53
iii
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Teknik Analisis Data ... 61
I. Prosedur Penelitian ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 65 Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 68
4. Hasil Penelitian Keterampilan Komunikasi Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 70
5. Uji Normalitas Data ... 72
B. Pengujian Hipotesis ... 72
1. Pengujian Hipotesis Pertama Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 73
2. Pengujian Hipotesis Kedua Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Kontrol ... 74
3. Pengujian Hipotesis Ketiga Berpikir Kreatif Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 76
4. Pengujian Hipotesis Keempat Komunikasi Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 78
C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
1. Pembahasan Berpikir Kreatif Peserta Didik Pada Kelas
Eksperimen ... 80
2. Pembahasan Berpikir Kreatif Peserta Didik Pada Kelas
Kontrol ... 85
3. Pembahasan Berpikir Kreatif Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 86
4. Pembahasan Komunikasi Peserta Didik antara Kelas
iv
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
v
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Tingkat Orisinalitas Berdasarkan Usia ... 6
2.1 Sidney Parnes: Creative Problem Solving Process ... 24
2.2 Creative Problem Solving Stages and Phases ... 26
2.3 Tahap Pembelajaran Creative Problem Solving ... 27
2.4 Tahap Pembelajaran CPS ... 28
3.1 Subjek Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49
3.2 Desain Penelitian ... 50
3.3 Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 52
3.4 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 53
3.5 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Komunikasi ... 53
3.6 Hasil Uji Validitas Ketemapilan Berpikir Kreatif ... 55
3.7 Hasil Uji Validitas Keterampilan Komunikasi ... 56
3.8 Uji Reabilitas Berpikir Kreatif ... 57
3.9 Uji Tingkat Kesukaran Berpikir Kreatif ... 58
3.10 Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kratif ... 60
4.1 Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas aaaaaaEksperimen ... 65
4.2 Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol .. 67
vi
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.4 Keterampilan Komunikasi Kelas Kontrol – Gain Kelas
Eksperimen ... 70
4.5 Ringkasan Uji Normalitas Data ... 72
4.6 Uji Normalitas Data Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas
csasas Eksperimen ... 73
4.7 Hasil Paired-Samples T Test Berpikir Kreatif Peserta Didik
csasas Eksperimen ... 74
4.8 Uji Normalitas Data Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas
csasas Kontrol ... 75
4.9 Hasil Paired-Samples T Test Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas
csasas Kontrol ... 75
4.10 Uji Normalitas Data Berpikir Kreatif Peserta Didik ... 77
4.11 Hasil Independent-Samples T Test Berpikir Kreatif Peserta Didik .. 77
4.12 Uji Normalitas Data Keterampilan Komunikasi ... 78
4.13 Hasil Independent-Samples T Test Keterampilan Komunikasi ... 79
4.14 Angket Tanggapan Peserta didik Terhadap Penerapan Metode csasas csasas Pembelajaran Creative Problem Solving ... 81
vii
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Bagan
2.1 Hubungan antara Fakta, Konsep, dan Generalisasi ... 18
viii
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1 Rata-Rata Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif
asasasasa Kelas Eksperimen ... 66
4.2 Rata-Rata Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif
asasasasa Kelas Kontrol ... 68
4.3 Rata-Rata Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol-
asasasasa Kelas Eksperimen ... 69
4.4 Rata-Rata Keterampilan Komunikasi Kelas Kontrol-
asasasasa Kelas Eksperimen ... 71
4.5 Nilai Rata-Rata Pengamatan Keterampilan Komunikasi Kelas
ix
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Perangkat Pembelajaran
Lampiran B : Instrumen Tes
Lampiran C : Data Keterampilan Berpikir Kreatif dan Komunikasi
Lampiran D : Uji Statistik
x
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
1
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tantangan pembangunan bangsa Indonesia pada abad ke-21 ini, khususnya
dibidang pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif, dan
proaktif. Generasi muda perlu dibentuk agar terampil dalam memecahkan
masalah, bijak dalam membuat keputusan, berpikir kreatif, suka bermusyawarah,
dapat mengkomunikasikan gagasannya secara efektif, dan mampu bekerja secara
efesien baik secara individu maupun dalam kelompok. Hal ini didasari bahwa,
sekedar mengetahui pengetahuan (knowing of knowledge) saja terbukti tidak
cukup untuk dapat berhasil dalam menghadapi hidup dan kehidupan yang semakin
kompleks dan dapat berubah dengan cepat (Warsono dan Hariyanto, 2012:1).
Trilling and Fadel (Maftuh, 2010) menyatakan bahwa, untuk dapat
menghadapi tantangan pada abad ke-21 seseorang harus memiliki keterampilan
sebagai berikut :
1) critical thinking and problem solving, 2) communicating and
collaboration, 3) creativity and innovation, 4) information literacy, 5) media literacy, 6) ICT literacy, 7) flexibility and adaptability, 8) initiative and accountability, 9) leadership and responsibility.
Rotherdam & Willingham (2009) mencatat bahwa kesuksesan seorang
peserta didik tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga peserta didik harus
belajar untuk memilikinya. Partnership for 21st Century Skills mengidentifikasi
kecakapan abad 21 meliputi : berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan
kolaborasi. Senada dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya, menurut National
Education Association untuk mencapai sukses dan mampu bersaing di
masyarakat global, peserta didik harus ahli dan memiliki kecakapan sebagai
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tuntutan abad ke-21 dalam dunia pendidikan memerlukan adanya pergeseran
tujuan pendidikan. Yaitu, mempersiapkan peserta didik menghadapi dunia yang
relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan ke arah mempersiapkan peserta
didik untuk hidup di dunia yang tidak mudah untuk diramal dan memerlukan
kekuatan pikiran serta kreativitas yang tinggi. Untuk menjawab tantangan dan
harapan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui suatu pendidikan yang
memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Kegiatan pembelajaran di sekolah harus merujuk pada 4 karakter
belajar abad 21 yang biasanya dirumuskan dalam 4C yakni :
1. Communication. Artinya, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan
peserta didik harus terjadi komunikasi multi arah. Di mana terjadi komunikasi
timbal balik antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru,
maupun antar sesama peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga
peserta didik dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui komunikasi
dan pengalaman yang dia alami sendiri. Hal ini sejalan dengan filsafat
pembelajaran modern yang dikenal dengan filsafat Kontrukstivisme.
2. Collaboration. Artinya, pada proses pembelajaran guru hendaknya
menciptakan situasi dimana peserta didik dapat belajar bersama-sama atau
berkelompok (team work), sehingga akan tercipta suasana demokratis dimana
peserta didik dapat belajar menghargai perbedaan pendapat, menyadari
kesalahan yang ia buat, serta dapat memupuk rasa tanggung jawab dalam
mengerjakan tangung jawab yang diberikan. Selain itu, dalam situasi ini
peserta didik akan belajar tentang kerjasama tim, kepemimpinan, ketaatan pada
otoritas, dan fleksibilitas dalam lingkungan kerja. Hal ini akan mempersiapkan
peserta didik dalam menghadapi dunia kerja dimasa yang akan datang.
3. Critical Thinking and Problem Solving. Artinya, proses pembelajaran
3
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran dengan masalah-masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Kedekatan dengan situasi yang real yang dialami oleh peserta didik
ini akan membuat peserta didik menyadari pentingnya pembelajaran tersebut
sehingga peserta didik akan menggunakan kemampuan yang diperolehnya
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
4. Creativity and Innovation. Artinya, pembelajaran harus menciptakan kondisi di
mana peserta didik dapat berkreasi dan berinovasi, bukannya didikte dan
diintimidasi oleh guru. Guru hendaknya selalu menjadi fasilitator dalam
menampung hasil kreativitas dan inovasi yang dikembangkan oleh peserta
didik.
Pada konteks ini, pembelajaran IPS di sekolah memiliki tempat yang strategis
dan penting. Sebagaimana termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, bahwa melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta
damai.
Lebih lanjut, dengan merujuk pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat
yang dinamis.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran IPS itu, bertolak dari
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibekali dengan empat dimensi program pendidikan IPS yang komprehensif,
meliputi : (1) Dimensi pengetahuan (Knowledge), (2) Dimensi keterampilan
(Skills), (3) Dimensi nilai dan sikap (Values and Attitudes), dan (4) Dimensi
tindakan (Action).
Berdasarkan dimensi dan tujuan pembelajaran IPS yang tercantum di atas,
maka pembelajaran IPS seharusnya tidak hanya menekankan penguasaan
fakta-fakta pada tingkat rendah yang sangat berorientasi pada buku teks. Belajar IPS
hendaknya memberdayakan peserta didik sehingga segala potensi kemampuannya
baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilanya dapat berkembang. Seluruh
kemampuan tersebut dapat terwujud dalam proses pembelajaran dengan
melibatkan parsitipasi belajar peserta didik secara sepenuhnya. Keterlibatan atau
partisipasi peserta didik dalam belajar mengajar merupakan dasar pengembangan
dan pelatihan bagi peserta didik untuk berpartisipasi dan bekerja sama dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Jarolimek
dan Parker (1993) bahwa “ujian yang sesungguhnya dalam bentuk belajar IPS
terjadi ketika peserta didik berada di luar sekolah yakni hidup di masyarakat”.
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar saat ini terkesan terpisah dari kehidupan
nyata peserta didik, sehingga dirasakan kurang optimal diserap oleh peserta didik.
Selain itu, proses pembelajaran IPS belum memberikan kesempatan yang
memadai kepada peserta didik untuk mengembangkan dimensi keterampilan yang
mereka miliki. Padahal menurut Sapriya (2011:12), IPS di tingkat sekolah pada
dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara
yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai
(attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil
keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar
menjadi warga negara yang baik.
Menurut Soemantri (2001), proses pembelajaran IPS di tingkat persekolahan
5
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi dan peran
PIPS di sekolah, tujuan pembelajan kurang jelas dan tidak tegas (not
purposeful).
2. Posisi, peran dan hubungan fungsional dengan bidang studi lainnya terabaikan.
Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket yang out of date dan kurang
mendayagunakan sumber-sumber lainnya.
3. Lemahnya transfer informasi konsep ilmu-ilmu sosial out put PIPS tidak
memberikan tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan (not
empowering and not powerful).
4. Guru tidak dapat meyakinkan peserta didik untuk belajar PIPS lebih begairah
dan bersungguh-sungguh. Peserta didik tidak dibelajarkan untuk membangun
konseptualisasi yang mandiri.
5. Guru lebih mendominasi peserta didik (teacher centered). Kadang
pembelajaran yang rendah, kebutuhan belajar peserta didik tidak terlayani.
6. Belum membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokrasi sosial
kemasyarakatan dengan melibatkan peserta didik dan seluruh komunitas
sekolah dalam berbagai komunitas sekolah. Dalam pertemuan kelas tidak
mengagendakan setting lokal, nasional dan global, khususnya berkaitan dengan
struktur sistem sosial dan perilaku kemasyarakatan.
Berdasarkan hasil pengamatan awal mengenai proses belajar mengajar yang
dilakukan di kelas menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif dan
keterampilan komunikasi sebagai unsur dimensi keterampilan IPS masih belum
dikembangkan secara maksimal. Proses pembelajaran IPS lebih cenderung
sebagai proses pengalihan dan penyerapan informasi berupa muatan kurikulum.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS guru masih berorientasi pada
terselesaikannya materi. Guru mengajarkan materi pelajaran IPS dengan cara
membaca buku teks pelajaran. Dalam kegiatan evaluasi guru menuntut jawaban
peserta didik sama persis seperti yang ia jelaskan. Dengan kata lain, peserta didik
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas. Mereka terbiasa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru saja.
Hal ini sejalan dengan penelitian Al-Muchtar (2006:59) yang menyatakan bahwa
profil peserta didik lebih banyak dalam perilaku belajar menyimak informasi
dengan kegiatan guru yang dominan dan guru lebih banyak mengambil posisi di
depan kelas yang cenderung menggurui dari pada mengajar peserta didik untuk
memikirkan bahan pelajaran. Pola pendidikan di sekolah menyebabkan anak tidak
dapat bebas melakukan kegiatan sesuai kehendaknya, sehingga daya kreatif anak
menjadi tereduksi.
Ayan (Rachmawati dan Kurniati, 2011:36) menandaskan bahwa hasil riset
menunjukkan kreativitas mulai hilang pada masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Salah satu kajiannya telah mencermati kemampuan individu dalam
memunculkan ide orisinal, nilai perbandingan jawaban orisinal (unik) dan standar
(biasa) yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Tingkat Orisinalitas Berdasarkan Usia
Umur 5 atau kurang 90 % orisinil
Umur 7 20 % orisinil
Orang dewasa 2 % orisinil
Hilangnya orisinalitas ini sungguh mengejutkan. Tidak heran jika banyak
orang dewasa yang cepat merasa kecewa dan menyerah ketika mencoba
melakukan perubahan, pembaruan dan produk kreatif lainnya. Oleh karena itu,
diperlukan adanya program-program pembelajaran yang akan tetap memelihara
potensi kreatif anak. Pentingnya mengembangkan keterampilan berpikir kreatif
pada diri peserta didik dikemukakan oleh Munandar (2009:31), sebagai berikut:
Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya
(selfactualization). Kedua, sekalipun seseorang memandang bahwa kemampuan
berpikir kreatif perlu dikembangkan, namun perhatian terhadap pengembangan
kemampuan berpikir kreatif itu belum memadai khususnya dalam pendidikan
7
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitas memungkinkan
manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Permasalahan lain yang muncul sebagai bentuk kelemahan dari proses
pembelajaran IPS adalah kebiasaan guru yang lebih banyak menggunakan
pendekatan “ekspsitory”. Kebanyakan guru menggajar dengan menggunakan metode ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, mendengarkan,
mencatat dan menghafal serta mengadu peserta didik satu sama lain (Lie, 2002:3).
Dominasi guru pada proses pembelajaran, membuat peserta didik lebih banyak
pada posisi mendengarkan dan menerima informasi. Hal ini menyebabkan
kejenuhan dan sikap pasif pada diri peserta didik mengakibatkan keterampilan
komunikasinya menjadi rendah.
Rendahnya keterampilan komunikasi ini dapat dilihat dari sebagian besar
peserta didik tidak memiliki kemampuan berdiskusi di dalam kelas, tidak berani
berpendapat, menanggapi, menjawab pertanyaan guru walaupun mereka sudah
punya jawabannya, atau bertanya meskipun mereka belum memahami soal atau
permasalahan yang dikemukakan oleh guru. permasalahan ini menyebabkan
peserta didik menjadi sulit untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi
perkembangan dirinya. Selain itu, jika peserta didik tidak mampu mengungkapkan
pendapat kepada orang lain secara tidak langsung dapat berpengaruh pada
kemampuan daya pikir dan prestasinya.
Widodo (1995:15) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi merupakan
keterampilan yang harus mendapatkan perhatian lebih dari pengajar karena
dengan keterampilan ini peserta didik dapat menggali informasi
sebanyak-banyaknya dan dapat menyampaikan informasi secara lisan maupun tulisan. Oleh
karena itu, setiap peserta didik perlu dilatih dan diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif dan kreatif.
Keterampilan komunikasi dapat terwujud pada kemampuan berbicara,
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebagai ujung tombak dalam pendidikan, maka sangatlah penting bagi guru
untuk memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi pembelajaran
yang inovatif, sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih variatif, inovatif
dan konstruktif serta dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Oleh sebab itu guru harus mempunyai strategi untuk memotivasi dan
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Strategi pembelajaran ini
harus dengan metode pembelajaran yang tepat dan mampu memberikan dampak
terhadap dominasi peserta didik yang kreatif, aktif, inovatif, suasana
menyenangkan dan mengembangkan keterampilan komunikasi.
Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang dipilih adalah creative
problem solving yang diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif dan komunikasi peserta didik. Creative problem solving adalah suatu
metode pembelajaran yang berpusat pada kemampuan pemecahan masalah yang
diikuti dengan penguatan kreativitas dan mengembangkan keterampilan berpikir
kritis maupun berpikir kreatif dalam proses pembelajarannya.
Metode pembelajaran creative problem solving diharapkan dapat
menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi peserta didik dalam
pembelajaran IPS, sehingga peserta didik dapat memperoleh manfaat yang
maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Dengan demikian diharapkan
prestasi belajar peserta didik menjadi lebih baik. Dalam pembelajaran metode
creative problem solving ini peserta didik dituntut aktif sehingga dalam
pembelajaran peserta didik mampu mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki untuk kreatif memecahkan masalah yang belum mereka temui.
Aktif berarti peserta didik banyak melakukan aktivitas selama proses belajar
berlangsung, karena dalam pembelajaran metode creative problem solving ada
beberapa tahapan yang harus dilalui peserta didik selama proses pembelajaran
9
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemilihan serta implementasi. Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Bertanya pada teman
saat diskusi, berani mengemukakan pendapat, dan aktivitas lainnya baik secara
mental, fisik, dan sosial sehingga peserta didik dapat menggunakan berbagai cara
sesuai dengan daya kreatif mereka untuk memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan studi literatur terhadap penelitan tentang metode pembelajaran
creative problem solving, ditemukan bahwa: creative problem solving secara
signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan
memecahkan masalah (Prayogo,2011). Creative problem solving efektif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Daties,2010).
Wulanratmini (2011) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis dan
kemampuan penalaran peserta didik meningkat setelah menggunakan metode
pembelajaran creative problem solving.
Berdasarkan latar belakang di atas, diduga bahwa pendekatan pembelajaran
creative problem solving dapat diterapkan guna meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif dan komunikasi peserta didik sekokah dasar. Oleh karena itu,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh
Metode Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap Keterampilan Berpikir
Kreatif dan Komunikasi Peserta Didik dalam Pembelajaran IPS”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh metode pembelajaran creative
problem solving terhadap keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi peserta
didik dalam pembelajaran IPS?.
Rumusan masalah tersebut secara rinci dapat dijabarkan dalam pertanyaan
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta didik antara
pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran creative problem solving ?
2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta didik antara
pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional ?
3. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berfikir kreatif peserta didik dalam
pembelajaran IPS antara kelompok yang menggunakan metode pembelajaran
creative problem solving dengan yang menerapkan metode konvensional?
4. Apakah terdapat perbedaan keterampilan komunikasi peserta didik dalam
pembelajaran IPS antara kelompok yang menggunakan metode pembelajaran
creative problem solving dengan yang menerapkan metode konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta
didik antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas
eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran creative problem
solving
2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta
didik antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol
yang menggunakan metode pembelajaran konvensional
3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta
11
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode pembelajaran creative problem solving dengan yang menerapkan
metode konvensional
4. Mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan komunikasi peserta
didik dalam pembelajaran IPS antara kelompok yang menggunakan
metode pembelajaran creative problem solving dengan kelompok yang
menerapkan metode konvensional
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis:
1. Manfaat secara teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan dukungan empiris terhadap
khasanah teori dan konsep pembelajaran terutama bagi konsep
pembelajaran creative problem solving, yang mendorong pengkajian lebih
dalam pada tataran praktis.
b. Penelitian ini diharapkan memberikan acuan alternatif bagi praktisi
pendidikan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai
dengan teori-teori dan konsep baru yang didasarkan pada dinamika dan
tuntutan zaman.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi kepala sekolah, agar menjadi pertimbangan guna memfasilitasi guru
dalam menerapkan creative problem solving untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi peserta didik.
b. Bagi guru, menjadi acuan tentang pengaruh metode pembelajaran creative
problem solving sebagai alternatif untuk meningkatkan keterampilan
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagi peserta didik, melalui pembelajaran creative problem solving ini
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif dan mampu mengungkapkan gagasannya
dengan baik dan lancar.
E. Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: Bab I,
terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur oganisasi tesis.
Selanjutnya pada Bab II, terdiri atas kajian teori landasan yang digunakan dalam
penelitian ini, penelitian yang relevan, dan hipotesis. Bab III, terdiri atas uraian
mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan tesis. Bagian
tersebut meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan
instrumen, teknik pengumpulan data, serta analitis data. Bab IV, terdiri atas
gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang ditemukan
dalam penelitian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan atau
analisis temuan. Bab V, berisi simpulan yang menjawab rumusan masalah dan
rekomendasi yang ditujukan pada berbagai pihak yang terkait dengan hasil
48
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 Belinyu. Pemilihan
lokasi penelitian didasari oleh berbagai pertimbangan, yaitu:
a. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di lokasi tersebut terdapat permasalahan
yang berhubungan dengan penelitian yang akan penulis teliti.
b. Berdasarkan informasi dari guru IPS yang penulis hubungi, di SD Negeri 7
dan SD Negeri 12 Belinyu Kabupaten Bangka belum pernah ada yang
melakukan penelitian seperti yang akan dilakukan oleh penulis.
c. Secara prestasi SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 Belinyu memiliki tingkat
prestasi yang setara. Nilai akreditasi SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 adalah B.
2. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2007:61), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: Objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau
subjek yang berada pada satu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono
(2007:62), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dialami oleh
populasi tersebut. Penentuan sampel diambil secara purposive sampling
(Sugiyono,2007:78). Dalam penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah peserta
didik kelas IV di SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 Belinyu Kabupaten Bangka.
Alasan dipilihnya kelas IV adalah karena peserta didik kelas IV merupakan
peserta didik menegah pada satuan pendidikan tersebut yang diperkirakan telah
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Peserta didik kelas IV
SD Negeri 12 akan dijadikan kelas eksperimen dengan jumlah 30 peserta didik,
sementara peserta didik kelas IV SD Negeri 7 akan dijadikan kelas kontrol dengan
jumlah peserta didik 30. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Subjek Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Nama Sekolah Kelas Peserta didik
1 SD Negeri 12 Belinyu Eksperimen 30
2 SD Negeri 7 Belinyu Kontrol 30
Jumlah 60
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “pretest-posttest control
group design” (Sugiyono, 2009:113). Subjek penelitian tidak dikelompok secara
acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya. Kemudian dilakukan pretest
terhadap kedua kelompok, setelah itu kedua kelompok diberikan perlakuan yang
berbeda dan diakhiri dengan pemberian posttest pada kedua kelompok. Untuk
pretest dan posttest digunakan perangkat test yang sama. Rancangan desain
50
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Keterangan :
O1 = tes awal (pretest)
O2 = tes akhir (posttest)
X = pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran creative problem
solvig
C. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk yaitu untuk menguji pengaruh metode
pembelajaran creative problem solving terhadap keterampilan berpikir kreatif dan
komunikasi peserta didik dalam pembelajaran IPS. Maka, metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi (quasi eksperiment) dengan
pendekatan kuantitatif. Metode penelitian eksperimen kuasi adalah penelitian
eksperimen semu dimana subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak,
tetapi menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi,2003:52). Penelitian ini
dibagi menjadi dua kelompok peserta didik, yaitu kelompok eksperimen
menggunakan metode pembelajaran creative problem solving dan kelompok
kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional. Penerapan metode
pembelajaran dilakukan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
sekolah dasar dengan materi “Permasalahan Sosial”
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan. Untuk
menghindari terjadinya salah tafsir, maka perlu diberikan definisi operasional
terhadap istilah-istilah tersebut. Berikut ini adalah penjelasnnya.
1. Metode pembelajaran creative problem solving adalah suatu metode
pembelajaran yang berpusat pada kemampuan pemecahan masalah yang
diikuti dengan penguatan kreativitas dalam proses pembelajarannya.
Langkah-langkah dalam pembelajaran creative problem solving yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :(a) Memahami masalah,
(b)Konfirmasi informasi, (c) Pencarian masalah, (d) Penemuan solusi,
(e)Pemilihan solusi, dan (f) Penerimaan solusi.
2. Keterampilan berfikir kreatif menurut Torrance (Filsaime, 2008:20) adalah
sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran,
fleksibilitas dan elaborasi. Dikatakan lebih lanjut bahwa berpikir kreatif
merupakan sebuah proses menjadi sensitif atau sadar terhadap
masalah-masalah, kekurangan, dan celah-celah di dalam pengetahuan yang untuknya
tidak ada solusi yang dipelajari; membawa serta informasi yang ada dari
gudang memori atau sumber-sumber eksternal, mendefinisikan kesulitan atau
mengidentifikasi unsur-unsur yang hilang, mencari solusi-solusi, menduga,
menciptakan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah, menguji dan
menguji kembali alternatif-alternatif tersebut, menyempurnakannya dan
akhirnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya. Indikator yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah:
a. Keterampilan berfikir lancar (fluency), yaitu menghasilkan banyak
jawaban yang relevan.
b. Keterampilan berfikir luwes (flexibility), yaitu menghasilkan jawababan
atau gagasan yang bervariasi
c. Keterampilan berfikir orisinil (originality), yaitu menghasilkan jawaban
52
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Keterampilan berfikir elaborasi (elaboration), yaitu mengembangkan
suatu gagasan
3. Keterampilan komunikasi adalah keterampilan untuk menyampaikan
informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak ke pihak lain. Keterampilan
komunikasi dalam penelitian ini berhubungan dengan keterampilan
komunikasi peserta didik dalam mengkomunikasikan pemecahan masalah
yang dimunculkan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas baik dengan
guru maupun teman sekelasnya sehingga komunikasi bersifat multi arah.
Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan komunikasi peserta
didik dalam pelajaran IPS adalah: (a) Menyampaikan pemahaman dan
perasaan dengan jelas dan efektif, (b) Mengajukan pertanyaan, dan (c)
Menghargai pendapat pihak lain.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006:136) intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Berikut disajikan kisi-kisi instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Penyusunan Instumen Penelitian
No Variabel Indikator Teknik
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jawaban yang jarang
2 Komunikasi Menyampaikan
pemahaman dan perasaan dengan jelas dan efektif
Angket Peserta
Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang
baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda
yang baik, validitas tinggi, dan reliabitas tinggi. Untuk mengetahui karakteristik
kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan seyogyanya tes
tersebut diuji-coba untuk mendapatkan gambaran tingkat kesukaran, daya
pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Langkah-langkah pengujian instrumen
adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah membuat kisi-kisi instrumen penelitian agar
butir-butir yang dikembangkan sesuai dengan definisi operasional yang telah
dirumuskan.
2. Langkah kedua adalah membuat butir-butir instrumen penelitian sesuai
dengan kisi-kisi yang telah dibuat.
3. Langkah ketiga adalah mengujicobakan instrumen penelitian. Pada tahap ini
instrumen yang dikembangkan untuk semua variabel diujicobakan terlebih
dahulu sesuai dengan karakteristik populasi yang diteliti.
4. Langkah berikutnya adalah analisis hasil uji coba untuk mengetahui daya
54
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
item yang dianggap valid dan realibel dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya sedangkan item yang dianggap tidak valid, dibuang atau
diperbaiki menyesuaikan dengan tingkat validitasnya.
Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil tes dan data
non tes. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas, realibilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda instrument penelitian.
Ketentuan-ketentuan yang akan digunakan bagi keperluan analisis data di atas
adalah:
Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Sebuah soal akan memiliki
validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar
terhadap seluruh soal yang ada. Untuk menguji validitas setiap butir soal,
skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor
total.
Dalam menguji validitas menurut Sugiyono (2007:179), setelah
ditentukan rXY = rhitung kemudian dibandingkan dengan rtabel pada taraf
signifikasi 1% dan dk= n – 2. Jika rXY≥ rtabel maka butir soal dinyatakan valid
sedangkan jika rXY < rtabel maka butir soal dinyatakan invalid. Dari
rumus-rumus di atas, perhitungan untuk mencari validitas soal menggunakan
bantuan program Anates.
Berikut adalah hasil uji validitas butir soal keterampilan komunikasi dan
berfikir kreatif peserta didik dengan menggunakan software Anates V.4 For
Windows:
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil Uji Validitas Ketemapilan Berfikir Kreatif
No .Soal Koefisien (rxy) Signifikansi Keterangan
1 0,941 Sangat Signifikan Dipakai
Uji Validitas Keterampilan Komunikasi Peserta didik
No .Soal Koefisien (rxy) Signifikansi Keterangan
1 0,599 Sangat Signifikan Dipakai
2 0,648 Sangat Signifikan Dipakai
3 0,630 Sangat Signifikan Dipakai
4 0,552 Sangat Signifikan Dipakai
5 0,457 Signifikan Dipakai
6 0,673 Sangat Signifikan Dipakai
7 0,732 Sangat Signifikan Dipakai
8 0,605 Sangat Signifikan Dipakai
9 0,602 Sangat Signifikan Dipakai
10 0,610 Sangat Signifikan Dipakai
11 0,813 Sangat Signifikan Dipakai
12 0,610 Sangat Signifikan Dipakai
13 0,772 Sangat Signifikan Dipakai
14 0,873 Sangat Signifikan Dipakai
15 0,181 - Tidak dipakai
56
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
17 0,440 Signifikan Dipakai
18 0,813 Sangat Signifikan Dipakai
19 0,836 Sangat Signifikan Dipakai
20 0,556 Sangat Signifikan Dipakai
21 0,462 Signifikan Dipakai
22 0,510 Sangat Signifikan Dipakai
23 0,157 - Tidak dipakai
Berdasarkan tabel hasil analisis test di atas, pada soal keterampilan
berfikir kreatif diperoleh perhitungan validasi soal sebanyak 10 item,
dinyatakan valid hanya 8 soal dan yang tidak valid 2 item. Sedangkan pada
soal keterampilan komunikasi diperoleh perhitungan validasi soal sebanyak
23 soal, yang dinyatakan valid hanya 21 item dan 2 item tidak valid. Untuk
item soal yang valid maka soal tersebut digunakan pada penelitian, sedangkan
item soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian.
b. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke
pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung
dengan koefisien reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus
(Arikunto, 2012) kriteria tingkat reliabilitas adalah:
a. Kurang dari 0,20 : tidak ada korelasi
b. 0,20-0,40 : korelasi rendah
c. 0,40-0,70 : korelasi sedang
d. 0,70-0,90 : korelasi tinggi
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. 1,00 : korelasi sempurna
Berikut adalah hasil rekapitulasi hasil perhitungan soal keterampilan
berfikir kreatif peserta didik dengan menggunakan software Anates V.4 For
Windows:
Tabel 3.6
Uji Reabilitas Berfikir Kreatif Kreatif
rhitung rtabel Kriteria Kategori
0,86 0,444 Reliabel Tinggi
c. Tingkat Kesukaran
“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar” (Arikunto, 2006:207). Soal yang terlalu mudah tidak membuat peserta
didik untuk mempertinggi usaha peserta didik untuk memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi
putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya”. Di lain pihak Arikunto (2006:210) mengatakan bahwa “soal
-soal yang terlalu mudah dan atau terlalu sukar bukan berarti tidak boleh
digunakan”. Lebih lanjut dikatakan bahwa soal-soal yang terlalu mudah akan
membangkitkan semangat kepada peserta didik yang lemah sementara soal
yang sukar akan menambah gairah belajar bagi peserta didik yang pandai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal dengan tingkat
kesukaran mudah dan sukar dapat digunakan.
Arikunto (2006:207) menjelaskan bahwa “bilangan yang menunjukkan
sukar mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan
indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Menurut Arikunto
58
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. P antara 1,00 sampai 0,30 adalah: soal sukar b. P antara 0,30 sampai 0,70 adalah: soal sedang c. P antara 0,70 sampai 1,00 adalah: soal mudah
Berikut adalah hasil uji tingkat kesukaran butir soal keterampilan berfikir
kreatif peserta didik dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows:
Tabel 3.7
Uji Tingkat Kesukaran Berfikir Kreatif Kreatif
No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 67,50 Sedang
Menurut Arikunto (2006:211) menyatakan bahwa “daya pembeda soal
adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang kurang
(berkemampuan rendah). Lebih lanjut dijelaskan bahwa angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang
disingkat D (d besar). Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai
1,00. Berikut adalah rumus untuk menentukan indeks diskriminasi (D):
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = Daya Pembeda
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
= Banyaknya peserta tes kelompok atas menjawab benar
= Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
= Proporsi peserta keompok bawah yang menjawab benar
Untuk menentukan berapa persen peserta didik yang termasuk kelompok
atas dan kelompok bawah, maka peneliti menggunakan rambu-rambu
menurut Nitko dan Hanna (Suryanto, 2012:5.25) sebagai berikut :
a. Jika jumlah peserta didik 20 maka jumlah kelompok atas dan
kelompok bawah masing-masing 50%.
b. Jika jumlah peserta didik 21-40 maka jumlah kelompok atas dan
kelompok bawah masing-masing 33,3%.
c. Jika jumlah peserta didik ≥ 41 maka jumlah kelompok atas dan kelompok
bawah masing-masing 27%.
Berdasarkan kelas uji coba yang digunakan peneliti berjumlah 20 peserta
didik, maka menggunakan untuk jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
masing-masing sebanyak 50 %.
Menurut Arikunto (2006:211) hasil penghitungan daya pembeda
diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini:
a. D : 0,00 – 0,20 : jelek b. D : 0,20 – 0,40 : cukup c. D : 0,40 – 0,70 : baik d. D : 0,70 – 1,00 : baik sekali
60
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kratif
No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 0,65 Baik
Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu penelitian (Nazir, 2003:328). Data yang dikumpulkan dapat
berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang
berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan instrumen alat tes, kuisioner/angket, dan lembar
observasi yang telah disetujui pembimbing dan hasil konfirmasi dengan guru
kelas IV yang akan bertindak sebagai subyek pengelola pembelajaran untuk
keperluan penelitian ini.
1. Tes keterampilan berfikir kreatif diukur dengan tes, berupa soal tes uraian.
Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pretest yang bertujuan untuk melihat
kemampuan berpikir kreatif awal peserta didik dan postest yang bertujuan
untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah perlakuan
diberikan.
2. Tes keterampilan komunikasi diukur dengan tes berupa angket yang diberikan
pada peserta didik dan pengamatan yang dilakukan oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Observasi memiliki tujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan hal-hal yang berhubungan di sekelilingnya, sehingga peneliti
memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan. Fungsi observasi
dalam penelitian menurut yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2007:109)
bahwa “observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan”. Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
metode pembelajaran creative problem solving dan aktivitas peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Angket
Angket atau kuesioner menurut Arikunto (20012:42) adalah “alat
penelitian berupa daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden)”. Angket yang digunakan adalah skala Likert, yaitu
berupa lembar kuisioner untuk memperoleh informasi mengenai respon
peserta didik terhadap penggunaan metode pembelajaran creative problem
solving. Peserta didik diminta untuk melakukan persetujuan terhadap setiap
pernyataan yang diberikan sesuai dengan yang mereka alami, rasakan, dan
lakukan dengan cara memberi tanda ceklis pada setiap pernyataan. Bentuk
pertanyaan dan pernyataan yang terdapat pada angket berupa pilihan jawaban
yang berjumlah sesuai dengan aspek yang akan diukur.
62
Zulhilyah, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau
menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Analisis data dalam pengujian hipotesis
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan SPSS for windows. Data yang
diperoleh dari hasil tes keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi peserta didik
diolah melalui tahapan sebagai berikut:
1. Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan
pedoman penskoran yang digunakan.
2. Membuat tabel skor pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
3. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretest,
posttest dan N-gain keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi
menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.
4. Menguji homogenitas varians skor pre-test, post-test dan N-gain keterampilan
berpikir kreatif dan komunikasi menggunakan uji Levene.
5. Melakukan analisis untuk membandingkan skor pretest dan posttest
kelompok eksperimen. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang
ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau
turun. Secara statistik diharapkan hasil posttest lebih tinggi dibandingkan
dengan pretest. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk
paired sample. Hasil posttest lebih baik dibandingkan dengan hasil pretest
pada kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki memiliki
peluang kekliruan (α) lebih kecil dari 0,05. Dalam hal lain, berati kondisi
setelah perlakuan diberikan pada kelompok sama.
6. Melakukan analisis untuk membandingkan skor pretest dan posttest
kelompok kontrol. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang
ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau
turun. Secara statistik diharapkan hasil posttest lebih tinggi dibandingkan
dengan pretest. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk