• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

SOLVING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN

KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IV SDN 12 Belinyu Kabupaten Bangka)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh Zulhilyah NIM. 1103300

(2)

ii

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2013

Pengaruh Metode Pembelajaran

Creative Problem Solving Terhadap

Keterampilan Berpikir Keatif dan

Komunikasi dalam Pembelajaran IPS

Oleh Zulhilyah

S.Pd, SD Universitas Terbuka, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Dasar

© Zulhilyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2004

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

iii

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed

NIP. 196308201988031001

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Disman, M.S

NIP. 195902091984121001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Sekolah Pascasarjana

(4)

iv

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dr.Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd

(5)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

SOLVING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN

KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh metode pembelajaran creative problem solving dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional terhadap keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik kelas IV SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 Belinyu Kabupaten Bangka. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Pretest Posttest Control Grup Design. Alat tes penelitian ini adalah tes keterampilan berpikir kreatif, tes keterampilan komunikasi, lembar observasi, dan angket. Data penelitian berupa tes dianalisis menggunakan program SPSS dengan rumus Paired-Samples T Test dan Independent-Samples T Test. Sedangkan data non tes dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 30 peserta didik untuk kelas

eksperimen dan 30 peserta didik untuk kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran creative problem solving terjadi peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik. (2) Pada kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran konvensional tidak terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik.(3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kreatif kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran creative

problem solving di bandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan

metode konvensional. (4) Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan komunikasi kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran

creative problem solving lebih tinggi di bandingkan dengan kelompok kontrol

yang menggunakan metode konvensional. Penelitian ini merekomendasikan bahwa metode pembelajaran creative problem solving hendaknya dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengembangkan metode pembelajaran di kelas dan sekolah.

(6)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CREATIVE PROBLEM SOLVING LEARNING

METHOD TOWARD THE ENHANCEMENTOF STUDENTS’ CREATIVE

THINKING AND COMMUNICATION SKILLS IN SOCIAL SCIENCE LEARNING

The problem in this study is lack of students’ creative thinking and

communication skills in learning process. The aim of this study is to examine the influence of creative problem solving learning method compare to conventional learning method toward communication and creative thinking skills in Social Science subject in students of IV SDN 7 and SDN 12 Belinyu, Bangka Regency. The research method which is used is quasi experiment with Pretest Posttest Control Group Design. Test instrument of this study is creative thinking skill test, communication skill test, observation sheet, and questionnaire. Data of study in the form of test which analyzed by using SPSS program with Paired-Samples T Test formulation and Independent-Samples T Test. Whereas non test data is analysed descriptively. Sampling is done by purposive sampling technique. The numbers of sample as much as 30 students for experiment class and 30 students for control class. The result of study show that (1) In experiment class which apply creative problem solving learning method, there is learning outcome

enhancement which is very significant toward students’ creative thinking skill. (2)

In control class which apply conventional learning method, there is no learning

outcome enhancement which is significant toward students’ creative thinking skill. (3) There is significant difference between creative problem solving learning method which is higher compared to control group which used conventional method. (4) There is significant difference between communication skill of experiment group which used creative problem solving learning method which is higher compared to control group which used conventional method. This study recommended that creative problem solving learning method should be used as an alternative to developing the learning method in class and school.

(7)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ... 12

1. Definisi Pendidikan IPS ... 12

2. Tujuan Pendidikan IPS ... 14

3. Dimensi Pendidikan IPS ... 17

B. Metode Pembelajaran Creative Problem Solving ... 22

(8)

ii

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.Tahapan-tahapan Metode Creative Problem Solving ... 24

3.Penilaian dalam Metode pembelajaran Creative Problem Solving ... 28

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 29

1. Defenisi Berpikir Kreatif ... 30

2. Karakteristik Berpikir Kreatif ... 32

3. Proses Berpikir Kreatif ... 36

4.Pentingnya Pengembangan Kreativitas ... 37

D. Keterampilan Komunikasi ... 39

1. Definisi Komunikasi ... 40

2. Komponen Komunikasi ... 41

3. Aspek-aspek Komunikasi ... 42

4.Keterampilan Komunikasi dalam Pembelajaran IPS ... 42

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 46

F. Hipotesis Penelitian …. ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

1. Lokasi Penelitian ... 48

2. Populasi Penelitian ... 48

3. Sampel Penelitian ... 49

B. Desain Penelitian ... 49

C. Metode Penelitian ... 50

D. Definisi Operasional ... 50

E. Intrumen Penelitian ... 52

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 53

(9)

iii

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Teknik Analisis Data ... 61

I. Prosedur Penelitian ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 65 Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 68

4. Hasil Penelitian Keterampilan Komunikasi Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 70

5. Uji Normalitas Data ... 72

B. Pengujian Hipotesis ... 72

1. Pengujian Hipotesis Pertama Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 73

2. Pengujian Hipotesis Kedua Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Kontrol ... 74

3. Pengujian Hipotesis Ketiga Berpikir Kreatif Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 76

4. Pengujian Hipotesis Keempat Komunikasi Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 78

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

1. Pembahasan Berpikir Kreatif Peserta Didik Pada Kelas

Eksperimen ... 80

2. Pembahasan Berpikir Kreatif Peserta Didik Pada Kelas

Kontrol ... 85

3. Pembahasan Berpikir Kreatif Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 86

4. Pembahasan Komunikasi Peserta Didik antara Kelas

(10)

iv

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(11)

v

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Tingkat Orisinalitas Berdasarkan Usia ... 6

2.1 Sidney Parnes: Creative Problem Solving Process ... 24

2.2 Creative Problem Solving Stages and Phases ... 26

2.3 Tahap Pembelajaran Creative Problem Solving ... 27

2.4 Tahap Pembelajaran CPS ... 28

3.1 Subjek Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49

3.2 Desain Penelitian ... 50

3.3 Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 52

3.4 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 53

3.5 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Komunikasi ... 53

3.6 Hasil Uji Validitas Ketemapilan Berpikir Kreatif ... 55

3.7 Hasil Uji Validitas Keterampilan Komunikasi ... 56

3.8 Uji Reabilitas Berpikir Kreatif ... 57

3.9 Uji Tingkat Kesukaran Berpikir Kreatif ... 58

3.10 Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kratif ... 60

4.1 Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas aaaaaaEksperimen ... 65

4.2 Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol .. 67

(12)

vi

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.4 Keterampilan Komunikasi Kelas Kontrol – Gain Kelas

Eksperimen ... 70

4.5 Ringkasan Uji Normalitas Data ... 72

4.6 Uji Normalitas Data Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas

csasas Eksperimen ... 73

4.7 Hasil Paired-Samples T Test Berpikir Kreatif Peserta Didik

csasas Eksperimen ... 74

4.8 Uji Normalitas Data Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas

csasas Kontrol ... 75

4.9 Hasil Paired-Samples T Test Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas

csasas Kontrol ... 75

4.10 Uji Normalitas Data Berpikir Kreatif Peserta Didik ... 77

4.11 Hasil Independent-Samples T Test Berpikir Kreatif Peserta Didik .. 77

4.12 Uji Normalitas Data Keterampilan Komunikasi ... 78

4.13 Hasil Independent-Samples T Test Keterampilan Komunikasi ... 79

4.14 Angket Tanggapan Peserta didik Terhadap Penerapan Metode csasas csasas Pembelajaran Creative Problem Solving ... 81

(13)

vii

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan

2.1 Hubungan antara Fakta, Konsep, dan Generalisasi ... 18

(14)

viii

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1 Rata-Rata Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif

asasasasa Kelas Eksperimen ... 66

4.2 Rata-Rata Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif

asasasasa Kelas Kontrol ... 68

4.3 Rata-Rata Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol-

asasasasa Kelas Eksperimen ... 69

4.4 Rata-Rata Keterampilan Komunikasi Kelas Kontrol-

asasasasa Kelas Eksperimen ... 71

4.5 Nilai Rata-Rata Pengamatan Keterampilan Komunikasi Kelas

(15)

ix

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Perangkat Pembelajaran

Lampiran B : Instrumen Tes

Lampiran C : Data Keterampilan Berpikir Kreatif dan Komunikasi

Lampiran D : Uji Statistik

(16)

x

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

(17)

1

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tantangan pembangunan bangsa Indonesia pada abad ke-21 ini, khususnya

dibidang pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif, dan

proaktif. Generasi muda perlu dibentuk agar terampil dalam memecahkan

masalah, bijak dalam membuat keputusan, berpikir kreatif, suka bermusyawarah,

dapat mengkomunikasikan gagasannya secara efektif, dan mampu bekerja secara

efesien baik secara individu maupun dalam kelompok. Hal ini didasari bahwa,

sekedar mengetahui pengetahuan (knowing of knowledge) saja terbukti tidak

cukup untuk dapat berhasil dalam menghadapi hidup dan kehidupan yang semakin

kompleks dan dapat berubah dengan cepat (Warsono dan Hariyanto, 2012:1).

Trilling and Fadel (Maftuh, 2010) menyatakan bahwa, untuk dapat

menghadapi tantangan pada abad ke-21 seseorang harus memiliki keterampilan

sebagai berikut :

1) critical thinking and problem solving, 2) communicating and

collaboration, 3) creativity and innovation, 4) information literacy, 5) media literacy, 6) ICT literacy, 7) flexibility and adaptability, 8) initiative and accountability, 9) leadership and responsibility.

Rotherdam & Willingham (2009) mencatat bahwa kesuksesan seorang

peserta didik tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga peserta didik harus

belajar untuk memilikinya. Partnership for 21st Century Skills mengidentifikasi

kecakapan abad 21 meliputi : berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan

kolaborasi. Senada dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya, menurut National

Education Association untuk mencapai sukses dan mampu bersaing di

masyarakat global, peserta didik harus ahli dan memiliki kecakapan sebagai

(18)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tuntutan abad ke-21 dalam dunia pendidikan memerlukan adanya pergeseran

tujuan pendidikan. Yaitu, mempersiapkan peserta didik menghadapi dunia yang

relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan ke arah mempersiapkan peserta

didik untuk hidup di dunia yang tidak mudah untuk diramal dan memerlukan

kekuatan pikiran serta kreativitas yang tinggi. Untuk menjawab tantangan dan

harapan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui suatu pendidikan yang

memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya. Kegiatan pembelajaran di sekolah harus merujuk pada 4 karakter

belajar abad 21 yang biasanya dirumuskan dalam 4C yakni :

1. Communication. Artinya, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan

peserta didik harus terjadi komunikasi multi arah. Di mana terjadi komunikasi

timbal balik antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru,

maupun antar sesama peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan

untuk mengemukakan pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga

peserta didik dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui komunikasi

dan pengalaman yang dia alami sendiri. Hal ini sejalan dengan filsafat

pembelajaran modern yang dikenal dengan filsafat Kontrukstivisme.

2. Collaboration. Artinya, pada proses pembelajaran guru hendaknya

menciptakan situasi dimana peserta didik dapat belajar bersama-sama atau

berkelompok (team work), sehingga akan tercipta suasana demokratis dimana

peserta didik dapat belajar menghargai perbedaan pendapat, menyadari

kesalahan yang ia buat, serta dapat memupuk rasa tanggung jawab dalam

mengerjakan tangung jawab yang diberikan. Selain itu, dalam situasi ini

peserta didik akan belajar tentang kerjasama tim, kepemimpinan, ketaatan pada

otoritas, dan fleksibilitas dalam lingkungan kerja. Hal ini akan mempersiapkan

peserta didik dalam menghadapi dunia kerja dimasa yang akan datang.

3. Critical Thinking and Problem Solving. Artinya, proses pembelajaran

(19)

3

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran dengan masalah-masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan

sehari-hari. Kedekatan dengan situasi yang real yang dialami oleh peserta didik

ini akan membuat peserta didik menyadari pentingnya pembelajaran tersebut

sehingga peserta didik akan menggunakan kemampuan yang diperolehnya

untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

4. Creativity and Innovation. Artinya, pembelajaran harus menciptakan kondisi di

mana peserta didik dapat berkreasi dan berinovasi, bukannya didikte dan

diintimidasi oleh guru. Guru hendaknya selalu menjadi fasilitator dalam

menampung hasil kreativitas dan inovasi yang dikembangkan oleh peserta

didik.

Pada konteks ini, pembelajaran IPS di sekolah memiliki tempat yang strategis

dan penting. Sebagaimana termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, bahwa melalui mata

pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara

Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta

damai.

Lebih lanjut, dengan merujuk pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat

yang dinamis.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran IPS itu, bertolak dari

(20)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibekali dengan empat dimensi program pendidikan IPS yang komprehensif,

meliputi : (1) Dimensi pengetahuan (Knowledge), (2) Dimensi keterampilan

(Skills), (3) Dimensi nilai dan sikap (Values and Attitudes), dan (4) Dimensi

tindakan (Action).

Berdasarkan dimensi dan tujuan pembelajaran IPS yang tercantum di atas,

maka pembelajaran IPS seharusnya tidak hanya menekankan penguasaan

fakta-fakta pada tingkat rendah yang sangat berorientasi pada buku teks. Belajar IPS

hendaknya memberdayakan peserta didik sehingga segala potensi kemampuannya

baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilanya dapat berkembang. Seluruh

kemampuan tersebut dapat terwujud dalam proses pembelajaran dengan

melibatkan parsitipasi belajar peserta didik secara sepenuhnya. Keterlibatan atau

partisipasi peserta didik dalam belajar mengajar merupakan dasar pengembangan

dan pelatihan bagi peserta didik untuk berpartisipasi dan bekerja sama dalam

kehidupan bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Jarolimek

dan Parker (1993) bahwa “ujian yang sesungguhnya dalam bentuk belajar IPS

terjadi ketika peserta didik berada di luar sekolah yakni hidup di masyarakat”.

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar saat ini terkesan terpisah dari kehidupan

nyata peserta didik, sehingga dirasakan kurang optimal diserap oleh peserta didik.

Selain itu, proses pembelajaran IPS belum memberikan kesempatan yang

memadai kepada peserta didik untuk mengembangkan dimensi keterampilan yang

mereka miliki. Padahal menurut Sapriya (2011:12), IPS di tingkat sekolah pada

dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara

yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai

(attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk

memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil

keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar

menjadi warga negara yang baik.

Menurut Soemantri (2001), proses pembelajaran IPS di tingkat persekolahan

(21)

5

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi dan peran

PIPS di sekolah, tujuan pembelajan kurang jelas dan tidak tegas (not

purposeful).

2. Posisi, peran dan hubungan fungsional dengan bidang studi lainnya terabaikan.

Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket yang out of date dan kurang

mendayagunakan sumber-sumber lainnya.

3. Lemahnya transfer informasi konsep ilmu-ilmu sosial out put PIPS tidak

memberikan tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan (not

empowering and not powerful).

4. Guru tidak dapat meyakinkan peserta didik untuk belajar PIPS lebih begairah

dan bersungguh-sungguh. Peserta didik tidak dibelajarkan untuk membangun

konseptualisasi yang mandiri.

5. Guru lebih mendominasi peserta didik (teacher centered). Kadang

pembelajaran yang rendah, kebutuhan belajar peserta didik tidak terlayani.

6. Belum membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokrasi sosial

kemasyarakatan dengan melibatkan peserta didik dan seluruh komunitas

sekolah dalam berbagai komunitas sekolah. Dalam pertemuan kelas tidak

mengagendakan setting lokal, nasional dan global, khususnya berkaitan dengan

struktur sistem sosial dan perilaku kemasyarakatan.

Berdasarkan hasil pengamatan awal mengenai proses belajar mengajar yang

dilakukan di kelas menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif dan

keterampilan komunikasi sebagai unsur dimensi keterampilan IPS masih belum

dikembangkan secara maksimal. Proses pembelajaran IPS lebih cenderung

sebagai proses pengalihan dan penyerapan informasi berupa muatan kurikulum.

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS guru masih berorientasi pada

terselesaikannya materi. Guru mengajarkan materi pelajaran IPS dengan cara

membaca buku teks pelajaran. Dalam kegiatan evaluasi guru menuntut jawaban

peserta didik sama persis seperti yang ia jelaskan. Dengan kata lain, peserta didik

(22)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelas. Mereka terbiasa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru saja.

Hal ini sejalan dengan penelitian Al-Muchtar (2006:59) yang menyatakan bahwa

profil peserta didik lebih banyak dalam perilaku belajar menyimak informasi

dengan kegiatan guru yang dominan dan guru lebih banyak mengambil posisi di

depan kelas yang cenderung menggurui dari pada mengajar peserta didik untuk

memikirkan bahan pelajaran. Pola pendidikan di sekolah menyebabkan anak tidak

dapat bebas melakukan kegiatan sesuai kehendaknya, sehingga daya kreatif anak

menjadi tereduksi.

Ayan (Rachmawati dan Kurniati, 2011:36) menandaskan bahwa hasil riset

menunjukkan kreativitas mulai hilang pada masa kanak-kanak menuju masa

dewasa. Salah satu kajiannya telah mencermati kemampuan individu dalam

memunculkan ide orisinal, nilai perbandingan jawaban orisinal (unik) dan standar

(biasa) yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Tingkat Orisinalitas Berdasarkan Usia

Umur 5 atau kurang 90 % orisinil

Umur 7 20 % orisinil

Orang dewasa 2 % orisinil

Hilangnya orisinalitas ini sungguh mengejutkan. Tidak heran jika banyak

orang dewasa yang cepat merasa kecewa dan menyerah ketika mencoba

melakukan perubahan, pembaruan dan produk kreatif lainnya. Oleh karena itu,

diperlukan adanya program-program pembelajaran yang akan tetap memelihara

potensi kreatif anak. Pentingnya mengembangkan keterampilan berpikir kreatif

pada diri peserta didik dikemukakan oleh Munandar (2009:31), sebagai berikut:

Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya

(selfactualization). Kedua, sekalipun seseorang memandang bahwa kemampuan

berpikir kreatif perlu dikembangkan, namun perhatian terhadap pengembangan

kemampuan berpikir kreatif itu belum memadai khususnya dalam pendidikan

(23)

7

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitas memungkinkan

manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Permasalahan lain yang muncul sebagai bentuk kelemahan dari proses

pembelajaran IPS adalah kebiasaan guru yang lebih banyak menggunakan

pendekatan “ekspsitory”. Kebanyakan guru menggajar dengan menggunakan metode ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, mendengarkan,

mencatat dan menghafal serta mengadu peserta didik satu sama lain (Lie, 2002:3).

Dominasi guru pada proses pembelajaran, membuat peserta didik lebih banyak

pada posisi mendengarkan dan menerima informasi. Hal ini menyebabkan

kejenuhan dan sikap pasif pada diri peserta didik mengakibatkan keterampilan

komunikasinya menjadi rendah.

Rendahnya keterampilan komunikasi ini dapat dilihat dari sebagian besar

peserta didik tidak memiliki kemampuan berdiskusi di dalam kelas, tidak berani

berpendapat, menanggapi, menjawab pertanyaan guru walaupun mereka sudah

punya jawabannya, atau bertanya meskipun mereka belum memahami soal atau

permasalahan yang dikemukakan oleh guru. permasalahan ini menyebabkan

peserta didik menjadi sulit untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi

perkembangan dirinya. Selain itu, jika peserta didik tidak mampu mengungkapkan

pendapat kepada orang lain secara tidak langsung dapat berpengaruh pada

kemampuan daya pikir dan prestasinya.

Widodo (1995:15) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi merupakan

keterampilan yang harus mendapatkan perhatian lebih dari pengajar karena

dengan keterampilan ini peserta didik dapat menggali informasi

sebanyak-banyaknya dan dapat menyampaikan informasi secara lisan maupun tulisan. Oleh

karena itu, setiap peserta didik perlu dilatih dan diberikan kesempatan untuk

mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif dan kreatif.

Keterampilan komunikasi dapat terwujud pada kemampuan berbicara,

(24)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai ujung tombak dalam pendidikan, maka sangatlah penting bagi guru

untuk memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi pembelajaran

yang inovatif, sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih variatif, inovatif

dan konstruktif serta dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.

Oleh sebab itu guru harus mempunyai strategi untuk memotivasi dan

mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Strategi pembelajaran ini

harus dengan metode pembelajaran yang tepat dan mampu memberikan dampak

terhadap dominasi peserta didik yang kreatif, aktif, inovatif, suasana

menyenangkan dan mengembangkan keterampilan komunikasi.

Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang dipilih adalah creative

problem solving yang diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kreatif dan komunikasi peserta didik. Creative problem solving adalah suatu

metode pembelajaran yang berpusat pada kemampuan pemecahan masalah yang

diikuti dengan penguatan kreativitas dan mengembangkan keterampilan berpikir

kritis maupun berpikir kreatif dalam proses pembelajarannya.

Metode pembelajaran creative problem solving diharapkan dapat

menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi peserta didik dalam

pembelajaran IPS, sehingga peserta didik dapat memperoleh manfaat yang

maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Dengan demikian diharapkan

prestasi belajar peserta didik menjadi lebih baik. Dalam pembelajaran metode

creative problem solving ini peserta didik dituntut aktif sehingga dalam

pembelajaran peserta didik mampu mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang

dimiliki untuk kreatif memecahkan masalah yang belum mereka temui.

Aktif berarti peserta didik banyak melakukan aktivitas selama proses belajar

berlangsung, karena dalam pembelajaran metode creative problem solving ada

beberapa tahapan yang harus dilalui peserta didik selama proses pembelajaran

(25)

9

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemilihan serta implementasi. Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran

berlangsung tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Bertanya pada teman

saat diskusi, berani mengemukakan pendapat, dan aktivitas lainnya baik secara

mental, fisik, dan sosial sehingga peserta didik dapat menggunakan berbagai cara

sesuai dengan daya kreatif mereka untuk memecahkan masalah tersebut.

Berdasarkan studi literatur terhadap penelitan tentang metode pembelajaran

creative problem solving, ditemukan bahwa: creative problem solving secara

signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan

memecahkan masalah (Prayogo,2011). Creative problem solving efektif untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Daties,2010).

Wulanratmini (2011) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis dan

kemampuan penalaran peserta didik meningkat setelah menggunakan metode

pembelajaran creative problem solving.

Berdasarkan latar belakang di atas, diduga bahwa pendekatan pembelajaran

creative problem solving dapat diterapkan guna meningkatkan keterampilan

berpikir kreatif dan komunikasi peserta didik sekokah dasar. Oleh karena itu,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh

Metode Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap Keterampilan Berpikir

Kreatif dan Komunikasi Peserta Didik dalam Pembelajaran IPS”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh metode pembelajaran creative

problem solving terhadap keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi peserta

didik dalam pembelajaran IPS?.

Rumusan masalah tersebut secara rinci dapat dijabarkan dalam pertanyaan

(26)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta didik antara

pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang

menggunakan metode pembelajaran creative problem solving ?

2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta didik antara

pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang

menggunakan metode pembelajaran konvensional ?

3. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berfikir kreatif peserta didik dalam

pembelajaran IPS antara kelompok yang menggunakan metode pembelajaran

creative problem solving dengan yang menerapkan metode konvensional?

4. Apakah terdapat perbedaan keterampilan komunikasi peserta didik dalam

pembelajaran IPS antara kelompok yang menggunakan metode pembelajaran

creative problem solving dengan yang menerapkan metode konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta

didik antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas

eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran creative problem

solving

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta

didik antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol

yang menggunakan metode pembelajaran konvensional

3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta

(27)

11

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode pembelajaran creative problem solving dengan yang menerapkan

metode konvensional

4. Mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan komunikasi peserta

didik dalam pembelajaran IPS antara kelompok yang menggunakan

metode pembelajaran creative problem solving dengan kelompok yang

menerapkan metode konvensional

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis:

1. Manfaat secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan dukungan empiris terhadap

khasanah teori dan konsep pembelajaran terutama bagi konsep

pembelajaran creative problem solving, yang mendorong pengkajian lebih

dalam pada tataran praktis.

b. Penelitian ini diharapkan memberikan acuan alternatif bagi praktisi

pendidikan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai

dengan teori-teori dan konsep baru yang didasarkan pada dinamika dan

tuntutan zaman.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi kepala sekolah, agar menjadi pertimbangan guna memfasilitasi guru

dalam menerapkan creative problem solving untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi peserta didik.

b. Bagi guru, menjadi acuan tentang pengaruh metode pembelajaran creative

problem solving sebagai alternatif untuk meningkatkan keterampilan

(28)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Bagi peserta didik, melalui pembelajaran creative problem solving ini

diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif dan mampu mengungkapkan gagasannya

dengan baik dan lancar.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: Bab I,

terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur oganisasi tesis.

Selanjutnya pada Bab II, terdiri atas kajian teori landasan yang digunakan dalam

penelitian ini, penelitian yang relevan, dan hipotesis. Bab III, terdiri atas uraian

mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan tesis. Bagian

tersebut meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode

penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

instrumen, teknik pengumpulan data, serta analitis data. Bab IV, terdiri atas

gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang ditemukan

dalam penelitian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan atau

analisis temuan. Bab V, berisi simpulan yang menjawab rumusan masalah dan

rekomendasi yang ditujukan pada berbagai pihak yang terkait dengan hasil

(29)

48

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 Belinyu. Pemilihan

lokasi penelitian didasari oleh berbagai pertimbangan, yaitu:

a. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di lokasi tersebut terdapat permasalahan

yang berhubungan dengan penelitian yang akan penulis teliti.

b. Berdasarkan informasi dari guru IPS yang penulis hubungi, di SD Negeri 7

dan SD Negeri 12 Belinyu Kabupaten Bangka belum pernah ada yang

melakukan penelitian seperti yang akan dilakukan oleh penulis.

c. Secara prestasi SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 Belinyu memiliki tingkat

prestasi yang setara. Nilai akreditasi SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 adalah B.

2. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:61), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: Objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen

yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau

subjek yang berada pada satu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu

berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta

(30)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono

(2007:62), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dialami oleh

populasi tersebut. Penentuan sampel diambil secara purposive sampling

(Sugiyono,2007:78). Dalam penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah peserta

didik kelas IV di SD Negeri 7 dan SD Negeri 12 Belinyu Kabupaten Bangka.

Alasan dipilihnya kelas IV adalah karena peserta didik kelas IV merupakan

peserta didik menegah pada satuan pendidikan tersebut yang diperkirakan telah

dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Peserta didik kelas IV

SD Negeri 12 akan dijadikan kelas eksperimen dengan jumlah 30 peserta didik,

sementara peserta didik kelas IV SD Negeri 7 akan dijadikan kelas kontrol dengan

jumlah peserta didik 30. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Subjek Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Nama Sekolah Kelas Peserta didik

1 SD Negeri 12 Belinyu Eksperimen 30

2 SD Negeri 7 Belinyu Kontrol 30

Jumlah 60

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “pretest-posttest control

group design” (Sugiyono, 2009:113). Subjek penelitian tidak dikelompok secara

acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya. Kemudian dilakukan pretest

terhadap kedua kelompok, setelah itu kedua kelompok diberikan perlakuan yang

berbeda dan diakhiri dengan pemberian posttest pada kedua kelompok. Untuk

pretest dan posttest digunakan perangkat test yang sama. Rancangan desain

(31)

50

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan :

O1 = tes awal (pretest)

O2 = tes akhir (posttest)

X = pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran creative problem

solvig

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk yaitu untuk menguji pengaruh metode

pembelajaran creative problem solving terhadap keterampilan berpikir kreatif dan

komunikasi peserta didik dalam pembelajaran IPS. Maka, metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi (quasi eksperiment) dengan

pendekatan kuantitatif. Metode penelitian eksperimen kuasi adalah penelitian

eksperimen semu dimana subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak,

tetapi menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi,2003:52). Penelitian ini

dibagi menjadi dua kelompok peserta didik, yaitu kelompok eksperimen

menggunakan metode pembelajaran creative problem solving dan kelompok

kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional. Penerapan metode

pembelajaran dilakukan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di

sekolah dasar dengan materi “Permasalahan Sosial”

(32)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan. Untuk

menghindari terjadinya salah tafsir, maka perlu diberikan definisi operasional

terhadap istilah-istilah tersebut. Berikut ini adalah penjelasnnya.

1. Metode pembelajaran creative problem solving adalah suatu metode

pembelajaran yang berpusat pada kemampuan pemecahan masalah yang

diikuti dengan penguatan kreativitas dalam proses pembelajarannya.

Langkah-langkah dalam pembelajaran creative problem solving yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :(a) Memahami masalah,

(b)Konfirmasi informasi, (c) Pencarian masalah, (d) Penemuan solusi,

(e)Pemilihan solusi, dan (f) Penerimaan solusi.

2. Keterampilan berfikir kreatif menurut Torrance (Filsaime, 2008:20) adalah

sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran,

fleksibilitas dan elaborasi. Dikatakan lebih lanjut bahwa berpikir kreatif

merupakan sebuah proses menjadi sensitif atau sadar terhadap

masalah-masalah, kekurangan, dan celah-celah di dalam pengetahuan yang untuknya

tidak ada solusi yang dipelajari; membawa serta informasi yang ada dari

gudang memori atau sumber-sumber eksternal, mendefinisikan kesulitan atau

mengidentifikasi unsur-unsur yang hilang, mencari solusi-solusi, menduga,

menciptakan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah, menguji dan

menguji kembali alternatif-alternatif tersebut, menyempurnakannya dan

akhirnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya. Indikator yang akan diuji dalam

penelitian ini adalah:

a. Keterampilan berfikir lancar (fluency), yaitu menghasilkan banyak

jawaban yang relevan.

b. Keterampilan berfikir luwes (flexibility), yaitu menghasilkan jawababan

atau gagasan yang bervariasi

c. Keterampilan berfikir orisinil (originality), yaitu menghasilkan jawaban

(33)

52

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Keterampilan berfikir elaborasi (elaboration), yaitu mengembangkan

suatu gagasan

3. Keterampilan komunikasi adalah keterampilan untuk menyampaikan

informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak ke pihak lain. Keterampilan

komunikasi dalam penelitian ini berhubungan dengan keterampilan

komunikasi peserta didik dalam mengkomunikasikan pemecahan masalah

yang dimunculkan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas baik dengan

guru maupun teman sekelasnya sehingga komunikasi bersifat multi arah.

Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan komunikasi peserta

didik dalam pelajaran IPS adalah: (a) Menyampaikan pemahaman dan

perasaan dengan jelas dan efektif, (b) Mengajukan pertanyaan, dan (c)

Menghargai pendapat pihak lain.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006:136) intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah. Berikut disajikan kisi-kisi instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Penyusunan Instumen Penelitian

No Variabel Indikator Teknik

(34)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jawaban yang jarang

2 Komunikasi Menyampaikan

pemahaman dan perasaan dengan jelas dan efektif

Angket Peserta

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang

baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda

yang baik, validitas tinggi, dan reliabitas tinggi. Untuk mengetahui karakteristik

kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan seyogyanya tes

tersebut diuji-coba untuk mendapatkan gambaran tingkat kesukaran, daya

pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Langkah-langkah pengujian instrumen

adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama adalah membuat kisi-kisi instrumen penelitian agar

butir-butir yang dikembangkan sesuai dengan definisi operasional yang telah

dirumuskan.

2. Langkah kedua adalah membuat butir-butir instrumen penelitian sesuai

dengan kisi-kisi yang telah dibuat.

3. Langkah ketiga adalah mengujicobakan instrumen penelitian. Pada tahap ini

instrumen yang dikembangkan untuk semua variabel diujicobakan terlebih

dahulu sesuai dengan karakteristik populasi yang diteliti.

4. Langkah berikutnya adalah analisis hasil uji coba untuk mengetahui daya

(35)

54

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

item yang dianggap valid dan realibel dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya sedangkan item yang dianggap tidak valid, dibuang atau

diperbaiki menyesuaikan dengan tingkat validitasnya.

Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil tes dan data

non tes. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas, realibilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda instrument penelitian.

Ketentuan-ketentuan yang akan digunakan bagi keperluan analisis data di atas

adalah:

Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Sebuah soal akan memiliki

validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar

terhadap seluruh soal yang ada. Untuk menguji validitas setiap butir soal,

skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor

total.

Dalam menguji validitas menurut Sugiyono (2007:179), setelah

ditentukan rXY = rhitung kemudian dibandingkan dengan rtabel pada taraf

signifikasi 1% dan dk= n – 2. Jika rXY≥ rtabel maka butir soal dinyatakan valid

sedangkan jika rXY < rtabel maka butir soal dinyatakan invalid. Dari

rumus-rumus di atas, perhitungan untuk mencari validitas soal menggunakan

bantuan program Anates.

Berikut adalah hasil uji validitas butir soal keterampilan komunikasi dan

berfikir kreatif peserta didik dengan menggunakan software Anates V.4 For

Windows:

(36)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil Uji Validitas Ketemapilan Berfikir Kreatif

No .Soal Koefisien (rxy) Signifikansi Keterangan

1 0,941 Sangat Signifikan Dipakai

Uji Validitas Keterampilan Komunikasi Peserta didik

No .Soal Koefisien (rxy) Signifikansi Keterangan

1 0,599 Sangat Signifikan Dipakai

2 0,648 Sangat Signifikan Dipakai

3 0,630 Sangat Signifikan Dipakai

4 0,552 Sangat Signifikan Dipakai

5 0,457 Signifikan Dipakai

6 0,673 Sangat Signifikan Dipakai

7 0,732 Sangat Signifikan Dipakai

8 0,605 Sangat Signifikan Dipakai

9 0,602 Sangat Signifikan Dipakai

10 0,610 Sangat Signifikan Dipakai

11 0,813 Sangat Signifikan Dipakai

12 0,610 Sangat Signifikan Dipakai

13 0,772 Sangat Signifikan Dipakai

14 0,873 Sangat Signifikan Dipakai

15 0,181 - Tidak dipakai

(37)

56

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

17 0,440 Signifikan Dipakai

18 0,813 Sangat Signifikan Dipakai

19 0,836 Sangat Signifikan Dipakai

20 0,556 Sangat Signifikan Dipakai

21 0,462 Signifikan Dipakai

22 0,510 Sangat Signifikan Dipakai

23 0,157 - Tidak dipakai

Berdasarkan tabel hasil analisis test di atas, pada soal keterampilan

berfikir kreatif diperoleh perhitungan validasi soal sebanyak 10 item,

dinyatakan valid hanya 8 soal dan yang tidak valid 2 item. Sedangkan pada

soal keterampilan komunikasi diperoleh perhitungan validasi soal sebanyak

23 soal, yang dinyatakan valid hanya 21 item dan 2 item tidak valid. Untuk

item soal yang valid maka soal tersebut digunakan pada penelitian, sedangkan

item soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian.

b. Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang

dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke

pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang

tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung

dengan koefisien reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus

(Arikunto, 2012) kriteria tingkat reliabilitas adalah:

a. Kurang dari 0,20 : tidak ada korelasi

b. 0,20-0,40 : korelasi rendah

c. 0,40-0,70 : korelasi sedang

d. 0,70-0,90 : korelasi tinggi

(38)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. 1,00 : korelasi sempurna

Berikut adalah hasil rekapitulasi hasil perhitungan soal keterampilan

berfikir kreatif peserta didik dengan menggunakan software Anates V.4 For

Windows:

Tabel 3.6

Uji Reabilitas Berfikir Kreatif Kreatif

rhitung rtabel Kriteria Kategori

0,86 0,444 Reliabel Tinggi

c. Tingkat Kesukaran

“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar” (Arikunto, 2006:207). Soal yang terlalu mudah tidak membuat peserta

didik untuk mempertinggi usaha peserta didik untuk memecahkannya.

Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi

putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar

jangkauannya”. Di lain pihak Arikunto (2006:210) mengatakan bahwa “soal

-soal yang terlalu mudah dan atau terlalu sukar bukan berarti tidak boleh

digunakan”. Lebih lanjut dikatakan bahwa soal-soal yang terlalu mudah akan

membangkitkan semangat kepada peserta didik yang lemah sementara soal

yang sukar akan menambah gairah belajar bagi peserta didik yang pandai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal dengan tingkat

kesukaran mudah dan sukar dapat digunakan.

Arikunto (2006:207) menjelaskan bahwa “bilangan yang menunjukkan

sukar mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan

indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya

indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Menurut Arikunto

(39)

58

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. P antara 1,00 sampai 0,30 adalah: soal sukar b. P antara 0,30 sampai 0,70 adalah: soal sedang c. P antara 0,70 sampai 1,00 adalah: soal mudah

Berikut adalah hasil uji tingkat kesukaran butir soal keterampilan berfikir

kreatif peserta didik dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows:

Tabel 3.7

Uji Tingkat Kesukaran Berfikir Kreatif Kreatif

No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 67,50 Sedang

Menurut Arikunto (2006:211) menyatakan bahwa “daya pembeda soal

adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang kurang

(berkemampuan rendah). Lebih lanjut dijelaskan bahwa angka yang

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang

disingkat D (d besar). Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai

1,00. Berikut adalah rumus untuk menentukan indeks diskriminasi (D):

(40)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = Daya Pembeda

= Banyaknya peserta kelompok atas

= Banyaknya peserta kelompok bawah

= Banyaknya peserta tes kelompok atas menjawab benar

= Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

= Proporsi peserta keompok bawah yang menjawab benar

Untuk menentukan berapa persen peserta didik yang termasuk kelompok

atas dan kelompok bawah, maka peneliti menggunakan rambu-rambu

menurut Nitko dan Hanna (Suryanto, 2012:5.25) sebagai berikut :

a. Jika jumlah peserta didik 20 maka jumlah kelompok atas dan

kelompok bawah masing-masing 50%.

b. Jika jumlah peserta didik 21-40 maka jumlah kelompok atas dan

kelompok bawah masing-masing 33,3%.

c. Jika jumlah peserta didik ≥ 41 maka jumlah kelompok atas dan kelompok

bawah masing-masing 27%.

Berdasarkan kelas uji coba yang digunakan peneliti berjumlah 20 peserta

didik, maka menggunakan untuk jumlah kelompok atas dan kelompok bawah

masing-masing sebanyak 50 %.

Menurut Arikunto (2006:211) hasil penghitungan daya pembeda

diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini:

a. D : 0,00 – 0,20 : jelek b. D : 0,20 – 0,40 : cukup c. D : 0,40 – 0,70 : baik d. D : 0,70 – 1,00 : baik sekali

(41)

60

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kratif

No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 0,65 Baik

Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam

melaksanakan suatu penelitian (Nazir, 2003:328). Data yang dikumpulkan dapat

berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang

berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan instrumen alat tes, kuisioner/angket, dan lembar

observasi yang telah disetujui pembimbing dan hasil konfirmasi dengan guru

kelas IV yang akan bertindak sebagai subyek pengelola pembelajaran untuk

keperluan penelitian ini.

1. Tes keterampilan berfikir kreatif diukur dengan tes, berupa soal tes uraian.

Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pretest yang bertujuan untuk melihat

kemampuan berpikir kreatif awal peserta didik dan postest yang bertujuan

untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah perlakuan

diberikan.

2. Tes keterampilan komunikasi diukur dengan tes berupa angket yang diberikan

pada peserta didik dan pengamatan yang dilakukan oleh guru selama proses

pembelajaran berlangsung.

(42)

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi memiliki tujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan hal-hal yang berhubungan di sekelilingnya, sehingga peneliti

memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan. Fungsi observasi

dalam penelitian menurut yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2007:109)

bahwa “observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi

buatan”. Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan

metode pembelajaran creative problem solving dan aktivitas peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Angket

Angket atau kuesioner menurut Arikunto (20012:42) adalah “alat

penelitian berupa daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan

diukur (responden)”. Angket yang digunakan adalah skala Likert, yaitu

berupa lembar kuisioner untuk memperoleh informasi mengenai respon

peserta didik terhadap penggunaan metode pembelajaran creative problem

solving. Peserta didik diminta untuk melakukan persetujuan terhadap setiap

pernyataan yang diberikan sesuai dengan yang mereka alami, rasakan, dan

lakukan dengan cara memberi tanda ceklis pada setiap pernyataan. Bentuk

pertanyaan dan pernyataan yang terdapat pada angket berupa pilihan jawaban

yang berjumlah sesuai dengan aspek yang akan diukur.

(43)

62

Zulhilyah, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau

menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Analisis data dalam pengujian hipotesis

penelitian ini diperoleh dengan menggunakan SPSS for windows. Data yang

diperoleh dari hasil tes keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi peserta didik

diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1. Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan

pedoman penskoran yang digunakan.

2. Membuat tabel skor pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

3. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretest,

posttest dan N-gain keterampilan berpikir kreatif dan komunikasi

menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.

4. Menguji homogenitas varians skor pre-test, post-test dan N-gain keterampilan

berpikir kreatif dan komunikasi menggunakan uji Levene.

5. Melakukan analisis untuk membandingkan skor pretest dan posttest

kelompok eksperimen. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang

ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau

turun. Secara statistik diharapkan hasil posttest lebih tinggi dibandingkan

dengan pretest. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk

paired sample. Hasil posttest lebih baik dibandingkan dengan hasil pretest

pada kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki memiliki

peluang kekliruan (α) lebih kecil dari 0,05. Dalam hal lain, berati kondisi

setelah perlakuan diberikan pada kelompok sama.

6. Melakukan analisis untuk membandingkan skor pretest dan posttest

kelompok kontrol. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang

ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau

turun. Secara statistik diharapkan hasil posttest lebih tinggi dibandingkan

dengan pretest. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk

Gambar

Tabel 1.1      Tingkat Orisinalitas Berdasarkan Usia   ..........................................
Grafik 4.1           Rata-Rata Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif          asasasasa Kelas Eksperimen   .....................................................................
Tabel 3.1  Subjek Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 3.2 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Al-Muwa&gt;s}ala&gt;t. Hal ini dapat diketahui dari rekapitulasi nilai siswa yang tuntas pada ra siklus. Jumlah 31 siswa, 14 siswa saja yang mendapatkan nilai tuntas. sedangkan 17

Hasil ini diduga tidak terlepas dari pengaruh kombinasi rGH dan pakan dengan kadar protein tinggi yang mempengaruhi proses metabolisme tubuh dalam mencerna dan menyerap pakan

12 ISSN : 2716-3644 Setelah dibuat sediaan gel dilakukan pengujian uji organoleptis Pengamatan dimulai hari ke-0 sampai hari ke-12 menunjukkan pada semua sediaan gel

Peneliti menyusun rencana kegiatan harian (RKH). Pelaksanaan perencanaan penelitian ini kegiatannya yaitu mengkoordinasikan terlebih dahulu tentang kegiatan pembelajaran

Selain itu, sesuai dengan realitas dalam masyarakat, majelis taklim bisa juga diartikan sebagai tempat atau lembaga pendidikan, pelatihan, dan kegiatan belajar-mengajar (khususnya

Dalam hal ini, jelaslah sudah bahwa jika dilihat dari sudut pandang Arti Lokalisasi bagi Usaha responden dan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Padang Bulan, Turian,

Tidak berpengaruhnya variabel personal cost terhadap niat untuk melakukan whistle-blowing dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan teori perilaku

Sistem neural network dapat mengenali pola distribusi medan magnet untuk semua layer pengamatan walaupun dengan nilai performansi yang semakin rendah jika layer