• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN AFEKTIF : Suatu Studi Deskriptif Koreiasional di FKCP Universitas Islam Riau Pekanbaru.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN AFEKTIF : Suatu Studi Deskriptif Koreiasional di FKCP Universitas Islam Riau Pekanbaru."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN HASIL BELAJAR

KOGNITIF DAN AFEKTIF

(Suatu Studi Deskriptif Koreiasional

di FKCP Universitas Islam Riau Pekanbaru)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujiati Tesis Program Pascasar jana

IKEP Bandung Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Program S2 Bidang Studi Pendidikan Umum

IK1P

o i e h

J O N K E N E D I

9123296/XXIII-15

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN PAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

Setiap bayi yang riiiahirkan adctiah iaUt-i ; kt?du«i orcing tua

nyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.

(Hadist. riwayat Al- Bukhari dan Muslim)

GURINDAM

Gurindam yang pertama

Barang siapa mengenal Allah Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri

Maka telah mengenal Tuhan Yang Bahri

Gurindan yang kedua

Barang siapa meninggalkan sembahyang

Seperti rumah tiada bertiang Gurindam yang ketiga Apabila terpelihara mata

Sedikitlah cita-eita Apabila terpelihara lidah Niscaya dapat darinya paedah

Gurindam yang keempat Hati itu kerajaan dalam tubuh Jikalau lalim segala anggotapun rubuh

Mengumpat memuji hendaklah pikiir Di situlah banyak orang tergelincir

Gurindam yang kelima

Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihat kepada budi dan bahasa Jika hendak mengenal orang mulia

Lihatlah kepada kelakuan dia Gurindam yang keenam Cari olehmu akan sahabat Yang boi'eh dijadikan obat

Cari olehmu akan guru

Yang boleh tahukan setiap seteru

(3)

PISETIUIJ] UNTUK UJIAN TAHAP ]"]

Prof. DrTNURSID SUMAATMAJA,

Pembimbing I I

(4)

ABSTRAK

Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari MKDU,

menitik-beratkan

pada ranah afektif, namun kenyataan yang

terdapat

di berbagai perguruan tinggi, pendidikan Pancasila

disampai-kan kepada mahasiswa lebih dominan dalairi bentuk kognitif.

Oleh sebab itu melahirkan permasalahan tentang

bagaimanakah

hubungan antara proses bllajar mengajar pendidikan Pancasila

dengan hasil belajar kognitif dan afektif serta perbandingan

antara hasil belajar kognitif dan afektif tersebut. Selain

itu bagaimana pula perbandingan hasil belajar kognitif

ting-kat rendah dengan tingting-kat sedang maupun tingting-kat tinggi.

Hipotesis dalairi penelitian ini yaitu :

1. Ada hubungan yang positif antara PBM pendidikan Pancasila

dengan hasil belajar kognitif mahasiswa.

2. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar

kognitif

pendidikan Pancasila tingkat rendah dengan tingkat sedang

dan- tingkat tinggi.

3. Ada hubungan yang positif antara proses belajar

mengajar

pendidikan Pancasila dengan hasil belajar afektif maha

siswa .

4. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar

kognitif

pendidikan Pancasila dengan hasil belajar afektif maha

siswa.

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar pendidikan Pancasila. Melalui penelitian ini diharapkan dapat

memberi-kan

masukan

ternadap peningkatan proses

belajar

mengajar

pendidikan Pancasila, sehingga menjadi wahana transformasi

pengetahuan tentang Pancasila bagi. mahasiswa.

(5)

terha-dap nilai, moral dan norma Pancasila.

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

deskriptif korelasional komparatif. Proses belajar mengajar pendidikan Pancasila sebagai variabel bebas (X), hasil bel

ajar kognitif sebagai variabel terikat pertama (Y1) dan

ha

sil

belajar

afektif sebagai variabel terikat

kedua

(Y2).

Kenyataan-kenyataan yang ditemui dalam proses belajar meng ajar pendidikan Pancasila dideskripsikan sebagaimana adanya. Antara proses belajar mengajar pendidikan Pancasila dengan

hasil belajar kognitif maupun hasil belajar afektif diterap

kan metode korelasi. Antara hasil belajar kognitif pendidik

an Pancasila tingkat rendah (Yla), tingkat sedang (Ylb)

dan

tingkat

tinggi

(Yic) serta hasil belajar

kognitif

dengan

hasil belajar afektif diterapkan metode komparasi. Teknik dan alat pengu.-npul data yang digunakan adalah studi dokumen-tasi, test kognitif, skala sikap dan angket. Populasi

sebesar 1.695 orang dan sampel sebesar 313 orang. ouplikan sampel dilakukin dengan menggunakan tabel Krejcie. Pengumpul-an data dilaksanakan pada tanggal 1 September 1993 sampai

dengan tanggal 4 Oktober 1993 di FKIP Universitas Islam Riau

Pekanbaru.

Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di FKIP Uni

versitas Islam Riau belum memadai. Persiapan yang dilaksana

kan sebelum proses belajar mengajar belum memadai, tujuan

instruksional yang dirumuskan lebih dominan pada ranah kog nitif, materi yang disampaikan lebih dominan pada

pengetahu-an, metode yang diterapkan terbatas pada eeramah'dan tanya jawab, komunikasi yang terjadi antara dosen dengan mahasis wa, wahasiswa dengan mahasiswa serta keteladanan, disiplin yang ditunjukkan dosen cukup memadai. Evaluasi yang dilaksa nakan terbatas pada pengetahuan mahasiswa, sedangkan skala

sikap dan pengamatan perilaku mahasiswa tidak pernah dilak

sanakan. Jadi proses belajar mengajar tersebut masih

(6)

Dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil bela

jar kognitif pendidikan Pancasila mahasiswa FKIP Universitas

Islam Riau berada pada tingkat sedang. Ranah kognitif

dalam

pendidikan

Pancasila

tidak dapat

diabaikan

begitu

saja,

karena

antara

aspek kognitif dengan aspek

afektif

saling

melengkapi.

Hasil

belajar kognitif pendidikan Pancasila

mahasiswa

FKIP

Universitas

Islam Riau lebih cenderung

pada

tingkat

rendah, yaitu

pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.

Keadaan

tersebut tidak relevan dengan tingkat perkembangan

psikolo-gis mahasiswa serta jenjang pendidikan perguruan tinggi.

Hasil

belajar afektif pendidikan

Pancasila

mahasiswa

FKIP Universitas Islam Riau berada pada tingkat sedang,

wa-laupun

proses belajar mengajar yang dilaksanakan

bersifat

kognitif, tanpa pendekatan dan model-model pendidikan

afek

tif.

Kasil belajar kognitif dan afektif pendidikan Pancasila

mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau ternyata tidak

berbe-da, iueskipun i-enuidikan Pancasila yang disampaikan oleh

do

sen

melalui

proses belajar mengajar

lebih

mengarah

pada

ranah

kognitif. Hal tersebut dikarenakan

dosen

pendidikan

Pancasila mampu melaksanakan tanggung jawab pedagogis

mela

lui keteladanan dan kedisiplinan yang ditunjukkan dalam

ke-hidupannya, sehingga dijadikan tokoh panutan oleh

mahasiswa

dalam merobina dan mengembangkan pemikiran, sikap dan

perbua-tan yang penuh bernilai, bermoral dsan bernorma berdasarkan

(7)

V

DAFTAR TST

PERSFTUJUAN PEMBIMBING i i

KATA PENGANTAR i i i

UCAPAN TERTMA KASIH iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR BAGAN vi i

DAFTAR DIAGRAM viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Pel along Masalah 1

B. Perrimnsan Masalah 5

C. Defenisi Operasiona 1 7

!) . A sum pi 10

E . H ip "' t e s ": s 11

F. Tujnan Penelitian •* 1

G. KfiSunasr Penelitian . 12

H. Kerangka I s i Tesis 13

BAB IT

: TTNJAUAN KONSFPTUAL

15,

A. Pendidikan Afektif 15

1. Pendidikan Nilai 16

?. Pendidikan Moral 20

3. ppndek^tan Dalam P^nd i d i ka-: Afektif. 74 4 Mode1 -^nriel Da Ian r-endidi kar: Afektif. ?9

C NilaT-n^lai Paneas^la 34

1 N;M^ nhi ektif Ps^5si^ 35

(8)

H. Ppr.H-irMkan Panr-asila 40

1 Tninsn 42

7 . Materi 44

?, noser ...44

4 . Metode 46

5. Media dan Alat Peraga

49'

6 Eva 1 nasi 51

E. Pendidikan Panr-asila sebagai Pendidikan

Umum di perguruan Tinggi 52

F. Taksonomi Tujuan Pendidikan Dalam

Pendidikan Pancasila .58

BAB III : MET0D0L0GI PENELITIAN 67;

A . Metode Pene] i.ti an 67;

B. Papulasi dan Samp el

70

C. Teknik Pengumpulan Data 71

D. Penynsunan Instrumen Penelitian 72

E.. Pelaksanaan P e n e l i t i a n 83

F. Teknik Analisa Data .84

BAB TV : PEMBAHASAN HASIL PENELITTAN 87

A. Penya.iian Data Lapand'an Dengan Porsentase. .87 B. Penhahasan Hasil Temuan di lapangan 109 C. Penya.iian Hasil Penelitian secara

Statist ik 127

D. Penbahasan Hasil. temuan Secara Sta.tistik. . 130;

BAB V : P E N '1 T !' P 158

A . Kesimniilsn 158

B . l>,rO i kas^ . 1 6 2

1. Inp^'-'asi Teor^t^s 163

"7 TT[P 1 i I' o o i P^ql/t i p 16 4

3. TTrir>"* - ka.pi Pen e 1 i tA •--- n r^ ] gri in trivg . . . .1.65

OAFTAR PUSTAKA 1^7

(9)

Vi.

DAFTAR TABEL

3.

1. Ukuran Sampel Penelitian

71

3.

2. Kisi-kisi Instrumen Test Pendidikan Pancasila

73

3.

3. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap

74

3.

4. Kisi-kisi Angket PBM Pendidikan Pancasila

75

3.

5. Daya Pembeda dan Derajat Kesukatan Test Kognitif... 77

3.

6. Penentuan Bobot tiap Skala Sikap

79

3.

7. Bobot Alternatif Tiap Item Skala Sikap

80

3.

8. Analisis Daya Pembeda Skala Sikap

81

3.

9. Daya Pembeda Tiap Butir Skala Sikap

82

3. 10. Rambu-rambu Penilaian Acuan Norma Skala Sikap

84

4 .

1. Persiapan Sebelum PBM

87

4 .

2 . Kontiniuitas Persiapan

88

4 .

3 . Persiapan Perlengkapan

88

4 . 4 . Penjelasan Tujuan Pada Mahasiswa

89

4 .

5 . Ranah Taksonomi Yang Dirumuskan

90

4.

6. Pengajuan Pertanyaan Pada Mahasiswa

90

4.

7. Motivasi untuk menjawab pertanyaan Dosen

91

4 .

8 . Kesempatan Bertanya

9I

4.

9. Kesempatan Memberikan Jawaban

92

4. 10. Jawaban Dosen Atas Pertanyaan Mahsiswa

92

4. 11. Pemahaman Dosen atas pertanyaan Mahasiswa

93

4 . 12. Pemanf aatan Waktu

93

4. 13. Akhir Perkuliahan

94

4 . 14 . Disiplin yang diterapkan

94

(10)

4. 16. Hubungan Dosen dengan Mahasiswa 9b

4. 17. Tugas Mandiri dan Terstruktur

95

4. 18. Hubungan Materi Kuliah dengan Kenyataan 96

4. 19. Penyegaran dalam Perkuliahan 96

4 . 20 . Aspek Materi yang Disampaikan

97

4. 21. Pemberian Contoh

gg

4 . 22 . Pengunaan Buku Paket 98

4. 23. Penggunaan Buku Penunjang 99

4 . 24 . Penguasaan Materi Oleh dosen

9 9

4 . 25 . Penerapan Metode

100

4. 26. Penerapan Metode Sesuai Ranah Taksonomi

100

4. 27. Penerapan Dialog

101

4 . 28 . Penggunaan OHP 101

4 . 29 . Penggunaan Caption 102

4 . 30 . Penggunaan Alat Peraga 102

4. 31. penggunaan Papan Tulis

103

4. 32. Evaluasi Diakhir Kulaih

104

4 . 33. Bentuk Evaluasi

104

4. 34. Keselarasan Evaluasi dengan Materi

105

4. 35. Pelaksanaan Pre-Test 105

4 . 36 . Ranah Taksonomi yang Dievaluasi 105

4. 37. Evaluasi Skala Sikap 106

4. 38. Evaluasi Tuhgas Mandiri dan Terstruktur 106

4. 39. Kriteria Pemberian Nilai 107

•i

4. 40. Pengamatan Tingkah Laku Mahasiswa

107

(11)

vii

DAFTAR BAGAN

1. Hakekat Pendidikan Pancasila 65

(12)

VI11

DAFTAR DIAGRAM

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. I : Reabilitas Antar Penimbang Test Kognitif.. 172

Lamp II

: Reabilitas Antar Penimbang Skala Sikap

i.i'k

Lamp III

: Reabilitas Antar Penimbang Angket PBM

176

Lamp IV : Hasil U j i Coba Test Kognitif 178

Lamp V : Hasil Uj i Coba Skala Sikap 180

Lamp VI : Hasi 1 Uj i Coba Angket 182

Lamp VII : Pengolahan Skor Mentah PBM Menjadi

Skor Baku 185

Lamp VIII : Pengolahan Skor Mentah Test Kognitif

Menjadi Skor Baku 186

Lamp IX : Pengolahan Skor Mentah Skala Sikap

Menjadi Skor Baku 187

Lamp X : Tabel Kontingensi Antara Skor PBM

Dengan Skor Test Kognitif

188

Lamp XI : Tabel Kontingensi Antara Skor PBM

Dengan Skor Skala Sikap 189

Lasmp XII : Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Antara Hasil Belajar Kognitif Rendah,

Sedang Dan Tinggi 191

Lamp XIII : Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Antara Hasil Belajar Kognitif Dengan

Hasil Belajar Afektif

195

Lamp XIV : Lembaran Test Kognitif. Skala Sikap

[image:13.595.76.528.113.735.2]
(14)

BAB I

PEHDAHULUAN

A. Latar. BjLLak.aag liasalali

Pendidikan

umum merupakan suatu pendidikan yang

dibu-tuhkan oleh setiap manusia dan

mempunyai sasaran yang luas,

yaitu ingin member,tuk manusia Indonesia seutuhnya. Di dalam

pendidikan

formal, pendidikan umum berlaku untuk semua

pe-serta didik. Di

perguruan tinggi, MKDU merupakan

kelompok

mata kuliah yang digolongkan sebagai pendidikan umum.

Mata

kuliah tersebut yaitu : pendidikan agama, pendidikan

Panca

sila dan pendidikan kewiraan sebagai kelompok pertama,

IBD,

ISD,

dan IAD sebagai kelompok kedua. Kelompok mata kuliah

pertamu dimaksudkan untuk men —--kan — r r^bina nilai nilai

dasar yang esensial. Sedangkan kelompok mata

kuliah yang

kedua menitikberatkan pada aspek pengetahuan untuk penerapan

niiai-riilai tersebut.

Sementara

itu tujuan MKDU adalah seperti yang

tcrmuat

dalam

SK Dirjen Dikti Depdikbud No. 32/DJ/Kep/1983 pasal 1

ayat 3 yang

berbunyi

sebagai berikut :

Secara ssesifik program MKDU bertujuan menghosilkan

w:,rga negara ssrjana yang berkualifikasi sebagai rerikut :

1. Berjiwa. Pancasila

sehingga segala keputusan can

tinda-kannva mer.cerminkan nilai-niJai Fancasi ici dan

:::oi»:j Iiki

integritas kepribadian

yang tinggi

yang

nencshuiukau

kepentingar.

nasional dan kemanusiaan

sebagai

sar.iana

Indonesia. . , .

2 Taqwa kepadu Tuhan Yang Maha Ksa,

bertindaK .s--suai de

ngan ajarar: agamanya. dan memiliki tenggang ra.--?i

terha-dap pemeluk agama

lain-.

3 Memiliki

wawasan komprehensif can pendekatar.

integral

(15)

ekomomi, poiitik, pertahanan keamanan dan kebudayaan. 4. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan

bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitasnya maupun tentang

lingkung-an alamiah dlingkung-an secara bersama-sama berperlingkung-an serta dalam pelestariannya.

Dengan demikian tujuan MKDU di atas memuat keseimbangan an

tara keimanan dan ketakwaan dengan aspek kognitif, afektif,

psikomotor. Memiliki kemampuan berpikir, perasaan, kesadar-an, keterampilkesadar-an, keyakinan terhadap Yang Maha Esa yang

di-aplikasikan

dalam

kehidupan bermasyarakat,

bernegara

dan

aktvitas beragama. Tujuan Pendidikan Nasional yang dimuat

dalam UUSPN No. 2 tahun 1989 sebagai berikut :

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yai

tu

manusia

yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan

Yang

Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian

yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasya-rakatan dan kebangsaan.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut

pendidikan

Pancasila

tidak berdiri sendiri

tetapi

secara

terintegrasi dengan MKDU lainnya dan memperhatikan juga

ke-khususan yang terkandung dalam mata kuliah spesialisasi me nurut jurusan masing-masing. Keimanan dan ketakwaan dibina melalui pendidikan Agama, tanggung jawab dan kemandirian di bina melalui pendidikan Kewiaraan, pengetahuan dan keteram

pilan dapat dibina melalui mata kuliah jurusan dan keahlian.

(16)

MKDU

sesuai

petunjuk

SK Dirjen

Dikti No. 32/DJ/Kep/I'g"83

pasal 4, bahwa penyampaian program MKDU adalah' sebagai

beri-k u t i n i :

1. Sistem penyampaian program MKDU merupakan jalinan

ber-imbang antara :

a. Pemberian pengetahuan dan pembentukan

pemahaman.

b. Pembentukan keterampilan baik intelaktual maupun hu

bungan antara pribadi.

c. Penghayatan diri dan pembentukan pilihan nilai.

2. Sistem penyampaian program MKDU merupakan jalinan

saling mendukung antara :

a. Proses instruksional yang merupakan penyampaian

se

cara langsung.

b. Proses pengahayatan yang merupakan penyampaian pesan

secara langsung.

3. Sistem penilaian MKDU mencakup secara seimbang :

a. Perolehan pengatahuan dan pemahaman.

b. Pembentukan

keterampilan intelektual

dan

hubungan

antar pribadi.

c. Pembentukan serta pengamalan nilai.

Dari uraian pasal 4 SK Dirjen Dikti tersebut dapat kita

sim-pulkan bahwa pendidikan Pancasila sebagai bagaian dari

MKDU

harus

mampu memberikan pengetahuan dan

pemahaman

perilaku

yang

berhubungan dengan nilai, moral dan

norma

Pancasila,

hubungan dengan manusia lain serta mampu

menginternalisasi-kannya

dalam

diri mahasiswa agar mampu

membedakan

antara

baik-buruk,

benar-salah,

adil tidak adil

yang

diwujudkan

dalam tingkah laku dan perbuatan. Dengan demikian pendidikan

Pancasila

yang menitikberatkan pada

aspek afektif

haruslah

diikuti aspek kognitif maupun psikomotor.

Berdasarkan

pengamatan secara tidak langsung

terlihat

adanya kesenjangan pelaksanaan proses belajar mengajar

pen

didikan Pancasila,di mana pendidikan Pancasila lebih dominan

(17)

se-narusnya mendapat porsi yang lebih besar dari aspek Uinrva.

Hetoda yang diterapkan

eenderung hanyr, satu atau dua

maeam

sa.ia, media dan alat peraga

yang

digunakan hanyalah

papan

tulis

dan kapur. Komunikasi yang

terjadi hanya

satu

arah

dan evaluasi Lebih terfokus pada. aspek

kognitif. Selain itu

angka yang

diperoleh siswa. terlepas dari

tingkah laku

dan

perbuatannya.

.Dengan

kesenjangan

di atas

penulis

tertarik

untuk

mengadakan penelitian tentang proses belajar mengajar pendi

dikan Pancasila dan hubungannya dengan hasil belajar siswa,

baik pada aspek kognitif maupun afektif (sikap).

Dipilihnya

hal tersebut didasarkan pada pentingnya proses belajar

meng-ajai dalam mencapai tujuan yang bermuara pada hasil

belajar

siswa. Sebab sampai saat ini proses belajar mengajar

tetap

dip-rcaya sebagai unsur penting dalam dunia pendidikan,

de

ngan kata lain tanpa proses belajar mengajar buksnlah

akti-vitas pendidikan dalam arti formal. Demikian

pula dengan

hasil belajar yang merupakan cerminan dari keberhasi la.n pro

ses belajar mengajar yang dilaksanakan.

Proses

sosialisasi

dan personalisasi

tereakup

dalam

proses belajar mengajar pendidikan Pancasila, dalam

mewaris-kan

nilai, moral dan norma Pancasila kepada generasi

muda.

Lemahnya pembinaan

nilai, Loral dan norma

Pancasila

dalam

proses

belajar

mengajar karena lebih

hersifnt

-e

Paneasila,

dan unsur mendidik

sebagai

realisasi

;. •' a r a ii

.g fi u n g

jaw.-jb pedagogis yang harus dilaksanakan

o]>A<

dos.-;. Per.

O i K
(18)

untuk berinternalisasi dan bersosialisasi dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga muncul perilaku siswa yang tidak bermo-ral Pancasila seperti perkelahian siswa, mencoret-coret tem-bok, kumpul kebo dan sebagainya.

B. Perunusan Masalah

Pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan Pan casila yang hanya menitikberatkan pada transformasi pengeta huan yang tercermin dari perolehan hasil belajar kognitif dengan nilai yang tinggi, merupakan awal terabaikannya tang gung jawab pedagogis dan moral dalam pendidikan Pancasila. Pada akhirnya Pendidikan Pancasila tidak lagi merupakan wahana internalisasi dan sosialisasi nilai, moral dan norma Pancasila, tetapi hanya sebagai wahana transformasi belaka.

Upaya penyempurnaan kurikulum dan silabi yang hanya menguta-makan penyelesaian materi yang bersifat pengetahuan dalam jangka waktu yang ditetapkan, test sumatif dan ujian negara pendidikan Pancasila yang dilaksanakan di perguruan tinggi swasta lebih mengutamakan aspek kognitif, orang tua yang mempercayakan pendidikan di tangan guru mengharapkan anaknya memperoleh nilai yang tinggi, demikian pula dengan mahasiswa dan juga guru, sebab nilai yang tinggi yang diperoleh maha siswa akan mengangkat kredibilitasnya diantara sesama dosen juga terhadap atasannya. Keadaan tersebut menyebabkan dosen terkondisikan untuk melaksanakan pendidikan Pancasila secara

kognitif yang berakibat dangkalnya pemahaman, penghayatan

(19)

dibina dan dikembangkan hanya unsur rasio dan nalar. sehingga nilai, moral dan normapun ditanggapi secara rasio-nal yang mrenimbuIkan sikap pragmatis dan insrumentalis. Berdasarkan latar belakang masalah dan kesenjangan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Sejauh manakah

hubungan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar kognitif maupun afektif (sikap) pendidikan Pancasila dan

perbandingan keduanya. Hubungan yang dimaksud adalah

keter-kaitan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar kognitif dan afektif, yang menyatakan hubungan tersebut ku-at, sedang atau lemah. Perbandingan dimaksudkan untuk me-lihat perbedaan antara hasil belajar kognitif dengan afek tif. Agar rumusan masalah tersebut lebih jelas, maka. dija-barka.n dalam hentnk pertanyaan berikut ini :

1. Sejauh manakah hubungan antara proses belajar mengajar pendidikan Pancasila dengan hasil belajar aspek kognitif

mahasiswa ?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila antara tingkat rendah dengan tingkat sedang ? 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif pendidikan

Pancasila antara tingkat sedang dengan tingkat tinggi ? 4. Apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif pendidikan

P a n c a s i 1 a a. n t a r a tingkat r e n d a h d e n g a n ting k a t t in g g i ? 5. Sejauh manakah hubungan awtara proses belajar mengajar

pendidikan P a n c a si la d e n g a n h a. s i 1 b e 1 a j a r afektif ( s i k ap )

(20)

7

dengan

hasil

belajar afektif (sikap) pada

mata

kuliah

pendidikan Pancasila ?

C. Defenisi Qperasional

Untuk

menghindari kesalahpahaman

atau

ketidaksamaan

dalam memberikan makna istilah-istilah yang digunakan pada

judul tesis ini, maka dijelaskan seperti berikut ini :

1. Proses Belajar Menga.iar

Yang dimaksud dengan proses belajar mengajar

adalah

"Suatu aktivitas yang dilakukan oleh pengajar dan siswa,

kegiatan ini terdiri dari tiga fase yaitu: (a) informasi,

(b) transformasi dan

(c)

evaluasi"

(S.Nasution,

1983:9).

Dalam ketiga fase tersebut telah tercakup ketelada.nan dan

kedisiplinan yang ditunjukkan oleh dosen dengan

menampak-kan

perilaku yang penuh nilai moral dan norma

Pancasila

sebagai

keharusan dan kewajiban mendidik yang

merupakan

realisasi tanggung jawab pedagogis. Proses belajar menga

jar

yang dimasksudkan disini adalah

menurut

pengamatan

dari mahsiswa -tentang perurausan persiapan meng

ajar, perumusan tujuan metode yang diterapkan,

komunika-si, media dan alat peraga serta. evaluasi yang digunnakan.

2. Hasil B_elaiat Kognjltif

Yang

dimaksudkan dengan hasil

belajar

menurut

S.

(21)

instruksio-rial khusus, yang bersifat operasional sehingga dapat

di-nilai

sebagai wujud dari apa yang telah dikuasai

siswa.

Hasil

belajar

yang diperoleh mahasiswa

melalui

proses

belajar

mengajar diwarnai dengan potensi

dan

kemampuan

mencerna dan menyerap apa yang disampaikan oleh dosen.

Sedangkan kognitif adalah taxonomi tujuan pengajaran

yang mencerminkan tingkat berpikir siswa yang terdiri da

ri emam tingkatan yaitu :

pengetahuan,

pemahaman,

aplika-si, analisis,

sintesis, dan

evaluasi.

Keenam

tingkatan

tersebut digolongkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu :

a.

Tingkat kognitif

rendah,

yaitu yang

menekankan

pada

aktivitas

menghafal, mengingat, memahami

dan

mengu-langi suatu fakta dan

informasi. Ranah kognitif

yang

berada pada. tingkat rendah ini

adalah

(1) pengetahuan

yaitu mengenai fakta, istilah, kejadian,

klasifikasi,

prinsip dan teori : (2)

pemahaman

yaitu mengenai

ter-jamahan, tafsiran dan pemaknaan.

b.

Tingkat kognitif sedang

yang menekankan pada

diskrimi-nasi, transfer dan pemrosesan. Ranah kognitif yang di

golongkan pada tingkat ini adalah :

(1) aplikasi,

yai

tu mengenai penggunaan generalisasi,

prinsip

abstrak

dalam

situasi kongkrit ; (2)

analisis,

yaitu mengenai

menguraikan sesuatu

dalam bagian-bagian

yang

saling

be'i-hubungan baik prinsip-prinsip maupun unsur-unsur .

c.

Tingkat kognitif tinggi,

yaitu tingkat integra.tif, pe

nilaian yang diinternalisasikan secara

kreatif. Ranah

(22)

adalah : 1). sintesis, yaitu mengenai penggabungan

komponen dan bagian menjadi keseluruhan yang baru ;

2). evaluasi, yaitu memberikan penilaian dan pandangan

tentang sesuatu baik secara internal maupun eksternal. Hasil belajar kognitif tersebut dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi, baik dalam bentuk essay maupun dalam bentuk objektif.

3. Hasil Belajar Afektif

Ranah afektif berkaitan erat dengan perasaan, sikap, apresiasi, minat serta nilai. Ranah afektif yang dikem-bangkan oleh Krathwohl, Bloom dan Masia terdiri dari lima tingkatan yaitu : (.a) menerima (receiving), yaitu menaruh

perhatian, kepekaan terhadap kondisi, gejala, keadaan atau masalah terfe,"tu melalui kesadaran, kerelaan untuk menerima dan mengarahkan perhatian, (;b) merespon (respon

ding), yaitu member! reaksi terhadap suatu gejala secara

terbuka maupun diam-diam,

(c) menghargai (valuing),

yaitu

memberikan penilaian atau kepercayaan kepada sualu gejala

yang

cukup

konsisten

'dengan

menerima

suatu

nilai,

mengutamakan dan komitmen terhadap nilai tersebut. (d)

organisai, yaitu mengembangkan nilai sebagai suatu sis

(23)

se-10

sesuai dengan nilai-nilai, keyakinan atau cita-cita

yang

merupakan

inti falsafah dan pandangan

hidup.

Perangkat

nilai tersebut sebagai pedoman umum dan memberikan karak -ter pada seseorang setelah diinternalisasikan dalam

dirinya. Kelima

tingkatan ranah afektif tersebut berlaku

secara hirarkhis, di mana tingkatan yang rendah merupakan dasar untuk beranjak pada tingkatan berikutnnya. Hasil belajar afektif dikaitkan dengan nilai, moral dan norma

yang

terkandung dalam Pancasila. Hasil

belajar

afektif

yang

dimaksudkan

dalam

penelitian

ini

adalah

sikap

mahasiswa yang dinilai dengan test skala sikap seperti

yang dikemukakan oleh

Joesmani

(1988: 61) bahwa

"skala

sikap adalah untuk mengukur kecenderungan seseorang ter hadap suatu objek baik berupa ide, konsep, lembaga maupun

kelompok

dalam

bentuk persetujuan". Skala

sikap

yang

sering

dipakai adalah skala

sikap Likert

dengan

lima

responsi kontinuum.

D. Asumsj

Sebagai pegangan dalam penelitian ini , maka penulis

mengemukakan asumsi (anggapan

dasar) sebagai berikut :.

1. Proses belajar mengajar merupakan faktor terpenting dalam

meningkatkan hasil belajar yang optimal baik dalam aspek

kognitif maupun af e ktif .

2 . Pendidikan Panca s i ia 6 i perguruan t inggi ber tj ua.n untu k

(24)

11

dalam Pancasila.

3. Berdasarkan perkembangannya mahasiswa berada pada

ta.hap

adolesensi, maka ranah kognitif tentang materi pendidikan

Pancasila dari yang rendah sampai yang tinggi semakin

berkualitas dan kompleks.

E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan asumsi yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis pokok dalam penelitian ini yaitu : Ada hubungan yang positif antara proses belajar

mengajar pendidikan Pancasila dengan hasil belajar kognitif

dan hasil belajar afektif. Hipotesis tersebut diperinci se

bagai berikut *,

1. Ada hubungan yang positif antara proses belajar mengajar

pendidikan Pancasila dengan hasil belajar kognitif maha

siswa .

2. Ada perbedaan yang berarti hasil belajar kognitif pendi dikan Pancasila mahasiswa antara tingkat rendah dengan

tingkat sedang dan tingkat tinggi.

3. Ada hubungan yang positif antara proses belajar pendidik an Pancasila dengan hasil belajar afektif mahasiswa.

4. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila dengan hasil belajar afektif.

Untuk hipotesis 1 dan 3 diterima ap;abila Chi Kuadrat ha

sil lebih besar dari Chi Kuadrat tabel, melalui tabel kon

tingensi. Hipotesis 2 dan 4 diterima apabila F hitung lebih

(25)

12

F. Tjiiiiaii Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar pendidikan Pancasila sehingga dapat menjadi wahana transformasi, in-ternalisasi dan personalisasi nilai, norma dan moral Pan casila, baik dalam pengetahuan, sikap maupun tindakan dan

perbuatannya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat

men-dorong dosen pendidikan Pancasila melaksanakan persiapan

mengajar yang lebih baik, perumusan tujuan yang relevan dengan tingkat perkembangan mahasiswa, penerapan metode

yang baik, komunikasi yang interaktif dan evaluasi yang

lebih baik.

2. Untuk memberikan dorongan kepada dosen pendidikan Panca

sila agar dapat melaksanakan pendidikan Pancasila sebagai

pendidikan afektif, nilai dan moral dengan menggunakan

pendekatan afektif dan model-model pendidikan afektif yang tersedia, sebagai wahana internalisasi nilai, moral

dan norma Pancasila dengan menampakkan keteladanan dan

kedisiplinan yang dapat dijadikan panutan oleh mahasiswa

sebagai realisasi tanggung jawab pedagogis.

G. Kegunaan Eenelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Kegunaan secara teoritik

a. Sebagai bahan pedoman bagi perguruan tinggi dalam

memilih teori, konsep, pendekatan dan model pendidikan

(26)

1~.

politik yang merupakan bagian dan MKP"

b. Sebagai

bahan pertimbangan bagi

dosen

pendidikan

Fail oas i1a.

untuk

m

e

nyempurnakan d an

merevis j

teor i,

konsep, pendekatan dan model pendidikan Pancasila yang

sesuai dengan negara republik Indonesia.

2. Kegunaan secara praktis

a. Sebagai. bahan masukan bagi dosen pendidikan

Panca

sila untuk meningkatkan kemampuan prufesionalnya dalam

mengelola proses belajar mengajar di ruang kuliah, se

hingga dapat melaksanakan pendidikan Pancasila sebagai

wahana

transformasi, internalisasi dan

personalisasi

nilai, moral dan norma Pancasila yang merupakan

perwu-judan tanggung jaw-ab pedagosis.

b. Sebagai bahan masukan bagi dosen pendidikan

Panca

sila

dalam menerapkan konsep, teori,

pendekatan

dan

model pendidikan afektif, nilai, moral dan po.

perguruan tinggi.

H. KfirangJta I s i l a s i s

Tesis ini secara keselurunan disajikan dalam lima hah.

Secara garis besar pembahasan dalam tesis ini adalah sebagai

berikut :

j . Pendahuluan

Bab ini menya.i ikan tentang iatar boia'coi

musan masalah, defenisi operational, a

tujuan

penelitian, kegunaan pemi M,iau

d •:-.:.

korangKa

isi

tesis.

; a sa j a n, Pe ra

(27)

14

2. lindauan Konseptual

Bab ini memuat tinjauan secara teoritis, antara lain,

pendidikan afektif, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan kognitif, pendidikan Pancasila, pendidikan Pancasila sebagai pendidikan umum dan taksonomi tujuan

pendidikan dalam pendidikan Pancasila. 3. Metodologi Penelitian

Bab tersebut berisi tentang metode penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data, penyusunan instrumen

penelitian,

pelaksanaan penelitian dan

tehnik

analisis

data.

Bab ini berisi tentang hasil temuan di lapangan, hasil

temuan secara statistik, pembahasan tentang hasil temuan di lapangan dan pembahasan tentang hasil temuan secara.

statistik.

Bab tersebut berisi tentang kesimpulan, implikasi teori

tis, implikasi praktis dan implikasi penelitian

(28)
(29)

67

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metoda Penelitian

Bertitik tolak dari masalah, tujuan dan hipotesis

penelitian, m|aka metode] yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah

deskriptif korelasional komparatif. Best

(1977:116)

mengemukakan penelitian deskriptif adalah :

A descriptive study describes and interprets what is.

It concerned with condition or relationships that exist,

opinion

that

held, proceeses that are going on,

effects

that are evidents, or trend that ar$| developing. It is

primarily

concern

with

present,

althought

it

o^ten

'' considers

past evidents and influences as they

realty to

current conditions.

Dari rumusan yang dikemukakan di atas dapat diketahui

bahwa metod'ej deskriptif memberikan gambaran dan interpretasi

tentang

apa yang terjadi. Objeknya adalah

tentang

kondisi

hubungan

antara

beberapa

gejala,

proses

yang

sedang

berlangsung, pengaruh variabel tertentu yang teruji,

bahkan

kecenderungan yang sedang berkembang. Metoda tersebut

lebih

menekankan pada peristiwa masa kini, meskipun sering pula

dikaji

persoalan-persoalan pada masa

lalu yang ada

kaitan

atau pengaruhnya terhadap keadaan masa kini.

(30)

68

skor-skor yang nan tiny a diolah

sec&rs.

statistik.

Selain memberikan gambaran faktual, penelitian ini juga

menelaah tentang korelasi antara variabel yang ada.

Fachri

Umar

(1986:114) bahwa "studi korelasional

adalah

mencakup

semua proyek penelitian yang mencoba menemukan atau

menjer-nihkan melalui indek korelasi". Melalui koefisien korelasi

dapat diketahui secara matematis tingkat hubungan dua varia

bel atau lebih. Dengan metoda korelasional hubungan antar

variabel

dapat

diprediksikan

melalui

skor-skor

variabel

lain.

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah proses

belajar

pendidikan Pancasila sebagai variabel bebas,

hasil

belajar kognitif dan afektif sebagai variabel terikat. Anta

ra variabel bebas yaitu proses belajar mengajar pendidikan

Pancasila dikorelasikan dengan variabel terikat pertama

yaitu hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila.

Kemudian

antara variabel bebas dikorelasikan dengan variabel terikat

kedua yaitu hasil belajar afektif pendidikan Pancasila.

Dalam penelitian ini juga diadakan

perbandingan-perban-dingan antara beberapa variabel. Dengan demikian penelitian

ini

juga mempergunakan metode komparatif. Menurut

Sugiyono

(1992:36)

metode komparataif dalah "suatu

penelitian

yang

bersifat membandingkan beberapa variabel pada dua sampel

atau lebih". Variabel-variabel yang dibandingakan dalam pe

nelitian ini adalah hasil belajar kognitif pendidikan Panca

(31)

69

(pengetahuan

dan

pemahaman) dengan

tingkat

sedang

yaitu

(aplikasi

dan

analisis).

Antara

hasil

belajar

kognitif

pendidikan

Pancasila tingkat sedang dengan

tingkat

tinggi

(sintesis dan evaluasi). Antara hasil belajar kognitif

pendidikan

Pancasila tingkat rendah dengan tingkat

tinggi.

Perbandingan

antara

variabel terikat pertama

yaitu

hasil

belajar

kognitif

pendidikan

Pancasila

dengan

variabel

terikat kedua yaitu hasil belajar afektif pendidikan Pancasila. Untuk lebih jelasnya seperti kerangka penelitian

berkut ini :

Bagan. 1

Kerangka Penelitian

X

Y2

Keterangan :

X. Proses belajar- mengajar pendidikan Pancasila Yl. Hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila Y2. Hasil belajar afektif pendidikan Pancasila Yls.. Hasil belajar kognitif tingkat rendah

Y"b. Hasil belajar kognitif tingkat sedang

(32)

70

Garis hubungan X dengan Yl dan Y2

Garis perbandingan antara Yla dengan Ylb dan Ylc

B. popniasi dan. Sampel

Dengan memperhatikan tujuan penelitian, yaitu untuk

memperoleh gambaran yang jelas tentang proses belajar menga

jar pendidikan Pancasila dan hasil belajar kognitif dan

afektif, maka perlu dicari karakteristik populasi yang akan

diteliti. Kerlinger (1979:52) mengemukakan bahwa "a popula

tion is defined as all members of any well-defined class of

people, events or objects". Dari pendapat tersebut dapat di

simpulkan

bahwa populasi adalah keseluruhan dari anggota

sekelompok orang, peristiwa atau kejadian yang telah

dibata-si secara cermat. Sudjana (1982:5) mengemukakan bahwa :

Populasi adaiah totalitas semua nilai yang mungkir.

hasil perhitungan ataupun pengukuran kwantitatif ^pur.

sampel.

Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau yang mengikuti

mata kuliah

pendidikan Pancasila.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

sebagian mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau yang telah

mengikuti perkuliahan pendidikan Pancasila, baik proses be

lajar mengajar, hasil belajar kognitif maupun hasil belajar

afektif mahasiswa. Untuk menentukan jumlah sampel yang

dibu-tuhkan digunakan tabel Krejcie dengan derajat keprcayaan

(33)

71

kecil porsentase sampel yang digunakan'. (Sugiyono,

1992:58-oy ;

Memperhatikan jural all mahasiswa FKIP Universitas

Islam

Riau

tahun

ajaran

1992/1993 sebanyak

1.695

orang,

maka

sampel

yang

dibutuhkan menurut. tabel tersebut

adalah

313

orang. Karena sampel tersebut terdiri dari beberapa

jurusan

maka untuk menentukan ukuran sampel ditempuh dengan

probability

stamp ling yaitu "memberi peluang yang sama

pada

setiap

anggota

populasi

untuk

dipilih

menjadi

snggota

sampel".

(Sugiyono,

1992:52),

dan

dengan

teknik

proportionate

stratified

random

sampling

yaitu

"bila

populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan

berstrata

secara

proporsional"

(Sugiyono,1992:53).

Adapun

ukuran

sampel tersebut

seperti tabel berikut ini :

Tabel 3.1 UKURAN SAMPEL PENELITIAN

Jurusan Bhs. Indonesia Bhs. Inggeris Sendratasik Matematika Orkes Biologi Jural ah T

Program ( J In. Mhs. |

, 1—. L

S-l D-3 S-l D-3 S-l D-3 S-l S-l D-l S-l 228 338 152 276 47 111 67 138 218 108

'-. •=( **"» T~* ^ "I

44 orang 63 orang 50 orang 9 orang 22 orang 12 orang 25 orang 41 orang 19 orang 14 20 9 16 3 7 6 8 13 6

1 .695

] 313 orang ] 100

|

Bersumber dari buku pedoman FKIP Universitas Islam Riau

t ahu n ak ad emIs 1393/19 94.

•i

C. T_e_kjD_lk peiigujjiBJiLan D.a.t.a

(34)

72

}

belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Teknik dan

alat

pengumpul data tersebut adalah

1. Siudi D.oJm2L«rit&£Li

Teknik

ini digunakan untuk memperoleh data

tentang

jumlah

mahasiswa,

tenaga

dosen

pendidikan

Pancasila,

indek prestasi mahasiswa, program dan jurusan yang ada di

FKIP

Universitas

Islam

Riau

dan

jadwal

perkuliahan

mahasiswa.

2. T^SLt

Instrument

test

tersebut

untuk

menjaring

data

tentang hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila, yang

disusun sesuai dengan tingkatan-tingkatan ranah

kognitif

dan

dikelompokkan

menjadi tiga

tingkatan

besar

yaitu

tingkat

rendah,

sedang dan tinggi.

Skala

sikap

untuk

menjaring sikap mahasiswa terhadap nilai, moral dan norma

yang ada dalam materi pendidikan Pancasila.

3. Angket

Instrumen

tersebut

untuk

menjaring

data

tentang

proses

belajar

mengajar

pendidikan

Pancasila

yang

dilaksanakan yang meliputi tujuan yang dirumuskan, metoda

yang

diterapkan, media dan alat peraga

yang

digunakan,

komunikasi dan evaluasi yang dijalankan.

D . Penyusunan IXiSli-uiien. Eene.XiiJL&n.

Penyusunan instruvicn penelitian baik test maupun

skala

sikap berpedoman pada kurikulum, silabi dan GBPP

pendidikan

Pancasila

dari

Dirjen. Dikti. dan

buku

paket

pendidikan

(35)

73

j !„*, uioi-kisi

baik

test

kognitif,

tersebut dituangkan dalam kisi ki-i,

[image:35.595.64.551.25.796.2]

,f,htif «ei.P«n angket. Hal tersebut untuk menjaga validitas

isi instrumen tersebut. Kisi kisi tersebut seperti dalam

tabel berikut ini :

> „t-t

vi^

TF^ '^VSNlTtF PENDIDIKAN PANCASILA

Tahe I 3 .2 . KI oL--r» 1->- ''••

.

,

j Varibe!|

K err: pen i• r> V ang diukur

'No.Ite:

!•>.-,?, .--as.

l*!i\\^V"

a^Pa^asVia sbg. Pandangan hiduP bangsa

1k,

ocL.ij-it .. rj. ncr.,,- Negara HI I 3b k(-, ! k-e,

.i

j?, .P-4

1 b.Ke^nSsiaan^Yang adil dan beradab.

cPersatuan Indonesia,

d

f i r

t

i4 spiarsh perjuangsn

.

_

|

^Indonesia zaman Sriwijaya/maj apahi <

i

I-, Masa penjajahan.

_

-'perlawanan terhadap penman.

I d'.'Kesadaran melawan penjaoah melalui

\

pendidikan

j

f. . S-nnpah Pemuda

i

f .Fen.iajah Jepang

|

ff.BPUPKI

.

-

ivo

t

treses pa rumusan oaa-ar

not:--j

; cv.-.'il ^masi Kemerdekaan

^ _ ,

," .. 'f:"'i'-'--V ^~ik RIS,Uemba! i ke R>

;t

l'.Kurun waktu tahun 50 - 59.

m.Vekrit Presidcn.

i >-. K a r u n w a K t u o a.. u. • j r, ^., <-; e ;-j r fi ,-.- b a r u .

'!Tk

uuo 4a riengsr. GBHN.

'

t Wii.an Nas.Tujuan Pcmb.Nasicna

a'pola Umum Pembangunan Nasional

d.REPELITA.

21 k2

22 k

-5ko 28ki

o

!t---2v._i

30k»-Ii

"

!: si.ko

. j. A-P. 1-•M

35 k6

34 k6

, *4

a k5

a'6 ktr

18 k1

(36)

74

Tabel 3.3. KISI-KISI SKALA SIKAP PENDIDIKAN PANCASILA

Varibel Hasil

belajar kogni tif

Komponen yang diukur No.Item1

1.Pengertian Pancasila

a.Pancasila sbg. Pandangan hidup bangsal

b.Pancasila sbg. Dasar Negara RI

2.P-4.

a.Ketuhanan YME.

b.Kemanusiaan Yang adil dan beradab

c.Persatuan Indonesia.

d.Kerakyatan yang dipimpin oleh

kebij aksanaan e.KeadiIan

Indonesia !

3. UUD 1945.

|

a. Hub. Pancasila dengan UUD 1945.

|

b.Pokok pikiran dim. Pembukaan UUD 45. j

c.Prinsip dim. batang tubuh UUD 1945.

j

d.Penjelasan stm.pemerintah dim UUD 45.]

e.Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.

f.Hak & Kewajiban WNI menurut Pancasila]

:.Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia,

a.Indonesia zaman Sriwijaya/majapahit. Masa penjajahan.

.Perlawanan terhadap penjajah.

.Kesadaran melawan penjajah :rtl:lui

b,

c

d,

pe rmu syawarat ar sosioal.bagi seluru! hikmat 'perwa . rakyat pendidikan e.Sumpah Pemuda

f.Penjajah Jepang I

g.BPUPKI I

h.Proses perumusan dasar negara.

]

i.Proklamasi Kemerdekaan I

j.Pengesahan Pancasila sbg Dasar Negara]

k.Revolusi fisik,RIS,kembali ke RI .

j

l.Kurun waktu tahun 50 - 59.

j

m.Dekrit Presiden.

n.Kurun waktu tahun 59-65.

1

o .Masa orde baru. .GBHN.

a.Hub. UUD 45 dengan GBHN.

b.Tujuan Has.Tujuan Femb.Nasional.

c.Pola Umum Pembangunan Nasional d.REPELITA. 1 17 2 10 29 17, 24

] 8 , 20

[image:36.595.89.521.96.614.2]
(37)

75

Tabel 3.4 KISI-KISI ANGKET PBM PENDIDIKAN PANCASILA

Variabel

PBM.

Pendi dikan

P an c a -s i l a

Komponen yang diukur

1. Persiapan mengajar 2. Perumusan tujuan. 3 . Komunikasi.

No.I tern |

1 1. 2, 32.

f 3, 33, 41.

] 4, 5, 6, 7, 8, 9, 101

f 11, 12, 13, 14, 15,

j 35, 36.

4. Materi. | 38, 39, 40.

5. Metoda.

] 16, 17, 34.

6. Media dan alat peraga.| 18, 19, 20, 21, 37.

7. Evaluasi. 'i 22, 23, 24, 25, 26,

l' 27, 28, 29, 30, 31.

Setiap butir instrumen tersebut di atas dikonsultasikan kepada tiga orang dosen pendidikan Pancasila di IKIP Bandung untuk mendapat pertimbagan dan penilaian. Cars. penilaian yang dilakukan adalah dengan memberi angka satu ( 1 ) apabila item tersebut baik dan memberi angka nol ( 0 ) jika item tersebut tidak baik. juga memberikan saran dan masukan apabila item tersebut perlu perbaikan. Setelsh lembaran penilaian dari dosen tersebut diterima maka diadakan pengolahan secara statistik untuk menentukan tingkat validitas dan reabilitas dari instrumen. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Test kognitif yang disusun terdiri dari 50 item, setelah ditimbang oleh tiga crang dosen dan dilakukan pengolahan secara statistik maka yang dapat dipakai. adalah sebanyak 36 item dandan 14!•- item gugur. Scmentaria itu

"-riilai dengan deraja.'

keterandalani seorang p<- kebebasan 48,

[image:37.595.81.518.59.740.2]
(38)

76

demikian harga t hitung lebih besar dari harga t tabel maka dapat. disimpulkan bahwa instrumen tersebut validitasnya signifikan. Untuk keterandalan selurruh penilai diperoleh harga t hitung sebesar 6,239 dengan demikian harga t hitung lebih besar dari harga t tabel, maka disimpulkan instrumen

test tersebut adalah signifikan. Adapun rumus yang dipakai untuk mencari keterandalan seorang penilai adalah :

V„ - VQe ./ N

r33 = - rn

Vp + (k-1) Ve

lrn

V

2 - rll

rumus mencari keterandalan seluruh penila V„ - V

r3;

e

V

p

tro

3

Setelah diujcobakan kepada 30 orang mahasiswa FKIP

Universitas Islam Riau pada tanggal 26 agustus 1993, maka

data yang diperoleh diolah secara statistik dengan tehnik belah dua ganjil-genap. Rumus korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk setengah instrumen dan rumus Sperman

Brown untuk seluruh instrumen. Rumusnya adalah seperti

berikut ini :

xy 2r

r

xy rj ,-5 X

(xA) (y^) 1 + r

Dari hasil perhitungan secara statistik diperoleh korelasi

sebesar 0,744 untuk setengah instrumen, berarti korel. asinya sedang dan hubungan memadai. Dengan demikian instrumen test kognitif tersebut reliabol. Untuk seluruh instrumen

diperoleh korelasi sebesar 0,85, berarti korelasi tinggi

(39)

77

reliabel. Untuk menentukan tingkat sign ifikansinya diadakan uji t dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat kebebasan sebesar 28 maka diperoleh t hasil 11,773 berarti lebih besar dari t tabel sebesar 1.684, dengan demikian test kognitif

tersebut adalah signifikan.

Untuk menentukan Derajat kesukaran (DK) dan daya pembeda (DB) setiap butir instrumen digunakan rumus berikut

m i

DK

Wl ~ Wh

x 100 % DB

Wl + «h

x 100 %

ni - nn n .

Adapun derajat kesukaran dan daya pembeda tersebut dengan mengambil 27 % kelompok unggul dan 27 % kelompok asor dari

30 orang sampel uji coba. Derajat kesukaran dan daya pembeda

setiap butir instrumen test kognitif tersebut adalah seperti

dalam tabel berikut ini :

[image:39.595.63.526.208.742.2]

Tabel 3. 5. DAYA PEMBEDA DAN DERAJAT KESUKARAN TEST KOGNITIF

| No Item

1 2 3 4 5 6 7 8 ' 9 10 I 12

f

13

|

14

I 15

j

16

I

17

DB 0 0,25 0,25 0,25 0.32 0.38 0,38 0,50 0,25 0 0 0 0. 0 0. 0,4 4 0,63 0,32 50 32 3o 32 38 DK 0 ,50 0,50 0.50 0,50 0,50 0,50 0.50 0 ,50 0,50 0 ,50 0 50 L? 07 0 75 (it ,63 r^ 7 5

(?•• , 6 3

\'L 50

t ,27

J

U.£V/Fn Kurkancrno, 1»3C : 72)

No Item I

19 20 21 1 1 23 24 25 26 27 28 29 31 32 33 O' i 35 a c DB 0 ,25 0,44 0,32 0,32

a\ i o

0,44 0,50 0,44 0,32 0,25 0,25 0,32 0 ,32 0 , 50 0,44 0,44 0,63 0 , 50

(40)

78

2. SJk&la. SlJtap

Skala

sikap

disusun

terdiri dari

50

item,

setolah

dinilai

oleh

tiga

orang dosen

dan

dilakukan

pengolahan

secara

statistik maka yang dipakai sebanyak 35 item dan

15

item

gugur. Rumus yang dipakai untuk mencari validitas

dan

reabilitas instrumen sama dengan rumus untuk test kogfnitif.

Keterandalan

seorang

penilai

dengan

derajat

kebebasan

sebesar

48 dan tingkat kepercayaan sebesar 95

%

diperoleh

harga

t

hitung

sebesar 2,283

sedangkan

harga

t

tabel

sebesar 1,684 dengan demikian demikian t hitung kebih

besar

dari

t tabel, berarti instrumen skala sikap tersebut.

valid

dan

signifikan. Keterandalan keseluruhan penilai

diperoleh

harga t hasil sebesar 4,907, sedangkan harga t tabel sebesar

1,684

berarti

t hasil lebih besar dari

t

hitung,

dengan

demikian

instrumen

skala

sikap

tersebut

valid

dan

signifikan.

Setelah

diujicobakan

kepada 30 orang

mahasiswa

FKIP

Universitas

Islam Riau pada tanggal 26 Agustus

1993,

maka

diadakan pengolahan secara statistik seperti pada

instrumen

test kognitif. Hasil korelasi yang diperoleh untuk

setengah

instrumen adalah sebesar 0,591, yang berarti korelasi sedang

dan

hubungan

memadai. Sedangkan untuk

seluruh

instrumen

diperoleh hasil kore1asi sebesar 0,743 yang berarti kore1 asi

tinggi

dan

hubungan

besar, dengan

demikian

skala

sikap

tersebut. re 1iab el. Mel a 1u i u j i t un tu k m cn en tu kan t in g ka t

(41)

78

2. Skala SJLk&p

Skala

sikap

disusun

terdiri dari

50

item,

setelah

dinilai

oleh

tiga

orang dosen

dan

dilakukan

pengolahan

secara

statistik maka yang dipakai sebanyak 35 item dan

15

item

gugur. Rumus yang dipakai untuk mencari validitas

dan

reabilitas instrumen sama dengan rumus untuk test kogfnitif.

Keterandalan

seorang

penilai

dengan

derajat

kebebasan

sebesar

48 dan tingkat kepercayaan sebesar 95

%

diperoleh

harga

t

hixung

sebesar 2,283

sedangkan

harga

t

tabel

sebesar 1,684 dengan demikian demikian t hitung kebih

besar

dari

t tabel. berarti instrumen skala sikap tersebut

valid

d a n Keterandalan keseluruhan penilai diperoleh

harga t hasil sebesar 4,907, sedangkan harga t tabel sebesar

1,684

berarti

t hasil lebih besar dari

t

iiiUiiig,

dengan

demikian

instrumen

skala

sikap

tersebut

valid

dan

signifikan .

Setelah

diujicobakan

kepada 30 orang

mahasiswa

FKIP

Universitas

Islam Riau pada tanggal 26 Agustus

1993,

maka

diadakan pengolahan secara statistik seperti pada

instrumen

test kognitif. Hasil korelasi yang diperoleh untuk.

setengah

instrumen adalah sebesar 0,591, yang berarti korelasi sedang

dan

hubungan

memadai. Sedangkan untuk

seluruh

instrumen

diperoleh hasil korelasi sebesar 0,743 yang berarti korelasi

tinggi

don

hubungan

besar, dengan

demikian

skala

sikap

te rs e bu t re1i ab el. Mel a1u i u j i t unt uk m en en tu kan tingk at

(42)

4 I 5

7 1

3 f

J. x_- I

13 f

14 '!

15 l' 17 19 21 24 25 26 29 32

33 j 0

34 j 0

35 I 0

I

80

Tabel

3. 7. HASIL BOBOT ALTERNATIF TIAP ITEM

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0' 0 0 0 0 0 0 0 Butir positif _T_

TS I N

2 O 1 1 2 2 1 a i 2 /., 1 2 9 O a 1 a a 2 2 3 3 3 ^-3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 9 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 M«

3 I

6 !

11 I

12 |

16 |

IB ' 20 |

22 |

23 ['

27 |

23 | 30 ! 31 i Butir negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 •9 1 2 i 9 3 1 2 9 2 2 9

LI

STSfi

3 4 2 3 3 4 2 4 3 4 2 3 3 3 / j 3 3 3 I 3 !

3 f

4 ! 3 4 4 /

Secara

ideal

nilai skala

tersebut

berinterval

sama

yaitu 0-1-2-3-4, namun hasil seperti itu tidak dapat

ciiharapkan, sehingga nilai skala yang intervalnya tidak sama

tersebut.

tetap dijadikan nilai skala bagi

setiap

kategori

jawaban subjek dan kunci pemberian skor.

Memilih

butir-butir skala sikap Likert dengan

menguji

signifikan tidaknya Daya Pembeda butir skala tersebut dengan

uji t . Caranya dengan mengambil 25 % kelompok unggul dan 25

[image:42.595.72.535.118.715.2]
(43)

81

Tabel 3. 8 ANALISIS DAYA PEMBEDA SKALA SIKAP

Kategori Kelompck asor Kategori Kelompok urggul

j awaban jawaban

X f fX

fX2

X f fX

fX2

SS 4 0 0 0 SS 4 1 4 16

S 3 2 6 18 S 3 p, 15 45

N 2 2 4 8 N 9 i 2 4

1 T C

1 ' •-> 1 3 3 3 TS 1 0 0 y. ••

I STS

t

' . , J

0 0 0 0 STS 0 0 0

|

7 13 29 7 21 65

na

Xa

Xa

nu

Xu

xu

Catatan : N = 30, n = 25 % = 7 (unggul atau asor, contoh

butir nomor 1)

X

a

<Xa

-= 4,86

13/7 =1,9

Xa)^ = 29 -

(13)'

X, X,

21/7

vAu

^ )Z = 65

(21)'

rumus t =

X„)2 + (X, - X,)2

(Subinc, 1967: 125)

t =

(Xu

1,9 2 + 4,86

lu

n(n - 1 ) 1,1 0,40

= 2,75

7(7 - 1)

Dengan

(na

- 1) + (nu - 1) dk 12 ternyata

t

hitung

sebesar 2,75 dan t tabel sebesar 1,732, dengan demikian pada

tingkat kepercayaan 95 % t hitung lebih besar dari t tabel.

Berati

butir

skala

nomor 1 mempunyai

daya

pembeda

yang

signifikan,

sehingga

dapat

digunakan.

Hasil

nji

coba

signifikansi

Daya Pembeda seluruh butir skala sikap

Likert

[image:43.595.60.539.118.762.2]
(44)

82

m i

Tabel 3.9. DAYA PEMBEDA SETIAP BUTIR SKALA SIKAP LIKERT

No. * * * 1 2 4 5 7 8 9 *10 *13 *14 *15 Butir positif 2,75 4,25 2,78 2, 13 5,33 4,65 3,04 4,38 4,90 10,00 6,45 No *19 *21 *24 *25 *26 *29 *32 *33 34 *35 *17 4. 6 4, 8. 2, 6, 6. 1, 3. 3, 32 67 60 00 38 7,00 30 21 37 61 75 T No * 3 * 6 *11 *12 t X6 * 18 *20 Butir Negatif No

4,72 *22 9,19 3,33 *23 2,78 7,04 *27 4,80 2,00 *28 3,04

5,15 30 1,56

4 ,90 *31 6,30 3,10

Butir skala sikap yang memilki daya pembeda yang

signifikan

adalah nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel 1,782

dengan

tingkat

kepereavaan

95

%.

Dari

35

butir

yang

diujicobakan

ternyata

33 butir ( yang bertanda

*

)

yang

memenuhi syarat.

3. Angket

Angket

yang

digunakan untuk

menjaring

data

tentang

proses belajar mengajar pendidikan Pancasila di FKIP Universitas Islam Riau disusun dalam 55 item. Setelah

ditimbang oleh tiga orang dosen pendidikan Pancasila di IKIP Bandung dan dilakukan pengolahan secara statistik. Dari 55 butir yang disusun 41 butir yang dapat dipakai dan 14 butir

g u g u r . K e t e r an d a Jan s o r an g p en i ia :a n •- d e r a j at k e b e b a s a n

53 dan tingkat kepercayaan 95 % diperoleh t tabel sebesar

1,671,

sedangkan

t hitung sebesar 5,663.

Dengan

demikian

[image:44.595.68.519.115.557.2]
(45)

83

tersebut valid dan signifikan. Keterandalan seluruh penilai

diperoleh t hitung sebesar 10,710, berati lebih besar dari t

tabel. Dengan demikian angket tersebut valid dan

signifikan.

Setelah diadakan uji coba pada tanggal 26 Agustus 1993

di

FKIP

Universitas

Islam Riau,

maka

diadakan

pengolahan

secara statistik dengan tehnik belah dua ganjil-genap. Dari

perhitungan

tersebut.

diperoleh

korelasi

untuk

setengah

instrumen sebesar 0,42 yang berarti korelasi

sedang

hubungan

memadai. Sedangkan untuk seluruh instrumen diperoleh

korelasi sebesar 0,59,

yang berarti

korelasi

sedang

hubungan

memadai. Dengan demikian angket tersebut dapat dijadikan

alat pengumpul data.

E. Pelaksanaan Penelitian

Setelah

alat

pengumpul data disusun,

ditimbang

oleh

dosen IKIP bandung dan diujicobakan di FKIP Universitas

Islam

Riau

serta

diolah secara

statistik

maka

diproleh

instrumen yang memenuhi

syarat,

untuk test

kognitif sebanyak

36 butir, skala sikap 33 butir dan angket sebanyak 41 butir.

Disamping penyusunan

intrumen

tersebut diajukan

permohonan

izin

penelitian

kepada

Program Pasca

Sarjana

dan

Badan

Administrasi

Aksdemis IKIP Bandung sebagai pengantar

untuk

FKIP

Universitas

Islam Riau

Pekanbaru .

Setelah

inondapat

surat izin penelitian dari FKIP Universitas Islam Riau, maka diadakan konsultasi dengan Dekan FKIP Universitas Islam Riau

[image:45.595.66.539.72.758.2]
(46)

84

Kemudian diadakan uji coba pada tanggal 26 Agustus 1993 sekaligus mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan

penelitian ini seperti jadwal kuliah, jumlah mahasiswa dan sebagainya.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan tanggal 1 September

1993 sampai dengan 4 Oktober 1993. Teknis pengumpulan data melalui instrumen yang telah disiapkan adalah dengan

memeperhatikan jadwal perkuliahan mahasiswa, dan meminta

persetujuan dari dosen yang memberikan perkuliahan pada jurusan dan program tersebut. Waktu yang digunakan untuk pengisian ke tiga instrumrn tersebut adalah 90 menit yang

diawasi langsung oleh peneliti dan dosen Pancasila. F. Teknik Analisa Data.

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah analisa statistika ( metoda statistika ). Skor mentah yang diperoleh

mahasiswa diolah dengan Penilaian Acuan Morma. Skala Lima dengan mencari rata-rata dan standar deviasi terlebih dahulu.

Dari setiap setiap skor yang diperoleh baik kognitif, skala

sikap maupun angket. Kemudian dimasukkan dalam tabel berikut

ini :

Tabel 3. 10. RAMBU-RAMBU PENILAIAN ACUAN NORMA SKALA LIMA

T"

Skor mentah

| Nilai

I Angka

]

Kategori

i—•

H

+

M + 1,5 s/d M 4 2,49 I

A

]

4

I Sangat tinggi

f

M + 0,5 s/d M + 1,49 B 3 Tinggi

M - 0,5 s/d M + 0,49 I

C

j

2

1 Sedang

M - 1,5 s/d M - 0,50 j

D

j

1

] Rendah

j

0

s/d M - 1,50 |

E

I

0

I Sangat Rendah

I

[image:46.595.58.527.168.718.2]
(47)

85

hasil belajar kognitif tingkat rendah (pengetahuan dan pemahaman) dengan hasil belajar kognitif tingkat sedang (aplikasi dan analisis), serta dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi (sintesis dan evaluasi). Selain itu juga diadakan perbandingan antara hasil belajar kognitif dengan hasil belajar afektif pendidikan Pancasila. Untuk menguji hipotesis perbandingan tersebut digunakan rumus t, dengan langkah-langkah sebagai berikut

a. Mencari rata-rata (mean) dengan rumus :

£fx

X =

n

b. Mencari Variians dengan rumus :

(nx - 1)S22 + (n2 - 1)S22

S^

=

(Sudjana, 1975 :232)

n^ f n2 - 2

c. Mencari kesamaan dua Varians dengan rumus :

Si2

F = — (Sudjana, 1975 : 242)

d. Mencari harga t dengan rumus

X - Y

t =

-s

\J

Vnj 4l/n2

2. Untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif pendidikan Pancasila dilakukan dengan tabel kontingensi, dengan kategori-kategori yang telah dikemukakan di atas. Langkah -langkahnya seperti berikut

[image:47.595.57.532.76.773.2]
(48)

a. Mengadakan tabulasi silang dengsn rumus :

Eii = (nio x noj^-/n

(Sudjana, 1975: 276)

b. Menghitung Chi Kuadrat dengan rumus :

j^=yV(0i3 "EiJ)2/EiJ

Sudjana, 1975:

c. Menghitung^Jerajat hubungan dengan rumus :

c

-d. Menghitung harga C maksimum dengan rumus (Sudjana, 1975: 279)

C maks

m

e. Menghitung koefisien determinasi dengan rumus C

x 100 % (Rochman Natawijaya, 1983

"maks

86

(49)
(50)

BAB V

P E H U T U P

A. K£S.imp-U.l.a.o_

Proses

belajar

mengajar yang

dilaksanakan

merupakan

faktor terpenting dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa

baik aspek kognitif maupun afektif. Dengan diperolehnya data

ui

iupangou,

pengolahan secara statistik penyajian hasil

penelitian dan pembahasannya. Maka dapat ditarik kesimpulan

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Proses belajar mengajar pendidikan Pancasila yang dilak

sanakan

di

FKIP Universitas Islam Riau

masih bersifat

lua.c^uui. Hasil belajar kognitif Pendidikan Pancasila.

mahasiswa berada pada tingkat rendah. Pendidikan Pancasi

la sebagai pendidikan afektif, nilai. moral dan politik

tidak dapat mengabaikan pendidikan kognitif, karena aspek

kognitif tersebut memberikan dukungan terhadap aspek

afektif demikian pula sebaliknya. Namun

ranah kognitif

mahasiswa

FKIP

Universitas Islam Riau

terhadap

materi

Pendidikan Pancasila belum sesuai dengan jenjang pendi

dikan yang mereka ikuti dan tingkat perkembangan

psikolo-l-gir; yang mereka jaiani. Penguasaan ranah kognitif mereka

maojh berada pada tahap pengetahuan. r-mahaman dan

apli-! t,- 1

lni disebabkan proses beIa;' ar

a

engajar

yang

oHaksanakau

masih

bers if at kon vens i -na I. Tujuan

yang

(51)

159

defenisi, teori dan konsep-konsep. Sementara itu

tingkat

analisis,

sintesis dan evaluasi masih jarang

dirumuskan

oleh dosen. Metode yang banyak diterapkan adalah ceramah,

tanya jawab dan diskusi, sehingga kurang dapat

mengarah

kan mahasiswa pada taraf berpikir kognitif tinggi.

2. Hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila mahsiswa FKIP

Universitas Islam Riau lebih cenderung pada tingkat-ting

kat

rendah yaitu pengetahuan, pemahaman,

dan

aplikasi.

Dengan

demikian

ranah kognitif tingkat

tinggi

seperti

sintesis dan evaluasi masih kurang dikuasai. Sebagai

ma

hasiswa yang berada pada tahap perkembangan adolesen yang

duduk di perguruan tinggi.seharusnya lebih meningkat pada

ranah

kognitif

yang lebih tinggi.

Hal

tersebut

di.pe-ngaruhi

oleh proses belajar mengajar

yang

dilaksanakan

oleh dosen belum dapat menjangkau ranah kognitif

tingkat

tinggi tersebut. Berarti pendidikan Pancasila yang

dibe

rikan di perguruan tinggi tersebut belum dapat memberikan

nilai tambah bagi mahasiswa untuk menjadikan nilai

moral

dan

norma

Pancasila

sebagai suatu

sistem

nilai

yang

mereka

yakini melalaui penalaran dan

pertimbangan

yang

mereka miliki.

Hasil belajar afektif pendidikan Pancasila mahasiswa FKIP

universitas

Islam

Riau berada pada tingkat

sedang

dan

proses belajar mengajar pendidikan Pancasila di FKIP

(52)

160

Pancasila

sebagai Pendidikan afektif, nilai

dan

moral.

Walaupun dalam proses belajar mengajar pendidikan

Panca

sila,

dosen tidak pernah menerapkan pendekatan

afektif,

karena keterbatasan pengetahuan dan penguasaan akan

kon

sep pendidikan afektif tersebut, seperti m

Gambar

TabelDengan
tabel berikut
Tabel3.3.
Tabel3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

63.000.000,00 APBD awal: akhir: Januari Desember Honorarium Pengelola Keuangan Sanggau (Kab.) Sanggau (Kab.). 3 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke

menjelaskan falsafah dan paradigma keperawatan meliputi konsep manusia,konsep sehat sakit,konsep keperawatan dan

merupakan salah satu jenis ikan kakap yang banyak dicari oleh konsumen. sebagai bahan konsumsi masyarakat yaitu sebagai lauk-pauk harian

Jika kamu tidak membentuk dirimu dengan baik, yakni hidup benar dan jujur serta melakukan kehendak Allah sejak dini, maka dapat saja di masa yang akan datang kamu menjadi orang

Adapun judul skripsi ini adalah “ Studi Efektivitas Penggunaan Media CVA ( Creative Visual Aids ) melalui Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Kimia Kelas 7

Dari hasil pembahasan di atas didapatkan bahwa pembuatan peta Desa Bingkulu dilakukan dengan cara pemetaan di lapangan dan digitasi pada citra satelit dengan

Frekuensi distribusi tertinggi dari 60 responden terletak pada kategori sedang yaitu 49 karyawan (81.67%) yang artinya memiliki disiplin kerja sedang, sedangkan 10

Penelitian yang berjudul “Gambaran Irama Sirkadian Sistem Kardiovaskuler (Studi Observasi pada Anggota Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman