HUBUNGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF DAN AFEKTIF
(Suatu Studi Deskriptif Koreiasional
di FKCP Universitas Islam Riau Pekanbaru)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujiati Tesis Program Pascasar jana
IKEP Bandung Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program S2 Bidang Studi Pendidikan Umum
IK1P
o i e h
J O N K E N E D I
9123296/XXIII-15
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN PAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
Setiap bayi yang riiiahirkan adctiah iaUt-i ; kt?du«i orcing tua
nyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.
(Hadist. riwayat Al- Bukhari dan Muslim)
GURINDAM
Gurindam yang pertama
Barang siapa mengenal Allah Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal Tuhan Yang Bahri
Gurindan yang kedua
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang Gurindam yang ketiga Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-eita Apabila terpelihara lidah Niscaya dapat darinya paedah
Gurindam yang keempat Hati itu kerajaan dalam tubuh Jikalau lalim segala anggotapun rubuh
Mengumpat memuji hendaklah pikiir Di situlah banyak orang tergelincir
Gurindam yang kelima
Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihat kepada budi dan bahasa Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia Gurindam yang keenam Cari olehmu akan sahabat Yang boi'eh dijadikan obat
Cari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan setiap seteru
PISETIUIJ] UNTUK UJIAN TAHAP ]"]
Prof. DrTNURSID SUMAATMAJA,
Pembimbing I I
ABSTRAK
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari MKDU,
menitik-beratkan
pada ranah afektif, namun kenyataan yang
terdapat
di berbagai perguruan tinggi, pendidikan Pancasila
disampai-kan kepada mahasiswa lebih dominan dalairi bentuk kognitif.Oleh sebab itu melahirkan permasalahan tentang
bagaimanakah
hubungan antara proses bllajar mengajar pendidikan Pancasila
dengan hasil belajar kognitif dan afektif serta perbandingan
antara hasil belajar kognitif dan afektif tersebut. Selain
itu bagaimana pula perbandingan hasil belajar kognitif
ting-kat rendah dengan tingting-kat sedang maupun tingting-kat tinggi.
Hipotesis dalairi penelitian ini yaitu :
1. Ada hubungan yang positif antara PBM pendidikan Pancasila
dengan hasil belajar kognitif mahasiswa.
2. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar
kognitif
pendidikan Pancasila tingkat rendah dengan tingkat sedang
dan- tingkat tinggi.
3. Ada hubungan yang positif antara proses belajar
mengajar
pendidikan Pancasila dengan hasil belajar afektif mahasiswa .
4. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar
kognitif
pendidikan Pancasila dengan hasil belajar afektif mahasiswa.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar pendidikan Pancasila. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberi-kan
masukan
ternadap peningkatan proses
belajar
mengajar
pendidikan Pancasila, sehingga menjadi wahana transformasipengetahuan tentang Pancasila bagi. mahasiswa.
terha-dap nilai, moral dan norma Pancasila.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
deskriptif korelasional komparatif. Proses belajar mengajar pendidikan Pancasila sebagai variabel bebas (X), hasil bel
ajar kognitif sebagai variabel terikat pertama (Y1) dan
ha
sil
belajar
afektif sebagai variabel terikat
kedua
(Y2).
Kenyataan-kenyataan yang ditemui dalam proses belajar meng ajar pendidikan Pancasila dideskripsikan sebagaimana adanya. Antara proses belajar mengajar pendidikan Pancasila denganhasil belajar kognitif maupun hasil belajar afektif diterap
kan metode korelasi. Antara hasil belajar kognitif pendidik
an Pancasila tingkat rendah (Yla), tingkat sedang (Ylb)
dan
tingkat
tinggi
(Yic) serta hasil belajar
kognitif
dengan
hasil belajar afektif diterapkan metode komparasi. Teknik dan alat pengu.-npul data yang digunakan adalah studi dokumen-tasi, test kognitif, skala sikap dan angket. Populasi
sebesar 1.695 orang dan sampel sebesar 313 orang. ouplikan sampel dilakukin dengan menggunakan tabel Krejcie. Pengumpul-an data dilaksanakan pada tanggal 1 September 1993 sampai
dengan tanggal 4 Oktober 1993 di FKIP Universitas Islam Riau
Pekanbaru.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di FKIP Uni
versitas Islam Riau belum memadai. Persiapan yang dilaksana
kan sebelum proses belajar mengajar belum memadai, tujuan
instruksional yang dirumuskan lebih dominan pada ranah kog nitif, materi yang disampaikan lebih dominan pada
pengetahu-an, metode yang diterapkan terbatas pada eeramah'dan tanya jawab, komunikasi yang terjadi antara dosen dengan mahasis wa, wahasiswa dengan mahasiswa serta keteladanan, disiplin yang ditunjukkan dosen cukup memadai. Evaluasi yang dilaksa nakan terbatas pada pengetahuan mahasiswa, sedangkan skala
sikap dan pengamatan perilaku mahasiswa tidak pernah dilak
sanakan. Jadi proses belajar mengajar tersebut masih
Dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil bela
jar kognitif pendidikan Pancasila mahasiswa FKIP Universitas
Islam Riau berada pada tingkat sedang. Ranah kognitif
dalam
pendidikan
Pancasila
tidak dapat
diabaikan
begitu
saja,
karena
antara
aspek kognitif dengan aspek
afektif
saling
melengkapi.
Hasil
belajar kognitif pendidikan Pancasila
mahasiswa
FKIP
Universitas
Islam Riau lebih cenderung
pada
tingkat
rendah, yaitu
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Keadaan
tersebut tidak relevan dengan tingkat perkembangan
psikolo-gis mahasiswa serta jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Hasil
belajar afektif pendidikan
Pancasila
mahasiswa
FKIP Universitas Islam Riau berada pada tingkat sedang,
wa-laupun
proses belajar mengajar yang dilaksanakan
bersifat
kognitif, tanpa pendekatan dan model-model pendidikan
afek
tif.Kasil belajar kognitif dan afektif pendidikan Pancasila
mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau ternyata tidak
berbe-da, iueskipun i-enuidikan Pancasila yang disampaikan oleh
do
sen
melalui
proses belajar mengajar
lebih
mengarah
pada
ranah
kognitif. Hal tersebut dikarenakan
dosen
pendidikan
Pancasila mampu melaksanakan tanggung jawab pedagogis
mela
lui keteladanan dan kedisiplinan yang ditunjukkan dalam
ke-hidupannya, sehingga dijadikan tokoh panutan oleh
mahasiswa
dalam merobina dan mengembangkan pemikiran, sikap dan
perbua-tan yang penuh bernilai, bermoral dsan bernorma berdasarkan
V
DAFTAR TST
PERSFTUJUAN PEMBIMBING i i
KATA PENGANTAR i i i
UCAPAN TERTMA KASIH iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR BAGAN vi i
DAFTAR DIAGRAM viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Pel along Masalah 1
B. Perrimnsan Masalah 5
C. Defenisi Operasiona 1 7
!) . A sum pi 10
E . H ip "' t e s ": s 11
F. Tujnan Penelitian •* 1
G. KfiSunasr Penelitian . 12
H. Kerangka I s i Tesis 13
BAB IT
: TTNJAUAN KONSFPTUAL
15,
A. Pendidikan Afektif 15
1. Pendidikan Nilai 16
?. Pendidikan Moral 20
3. ppndek^tan Dalam P^nd i d i ka-: Afektif. 74 4 Mode1 -^nriel Da Ian r-endidi kar: Afektif. ?9
C NilaT-n^lai Paneas^la 34
1 N;M^ nhi ektif Ps^5si^ 35
H. Ppr.H-irMkan Panr-asila 40
1 Tninsn 42
7 . Materi 44
?, noser ...44
4 . Metode 46
5. Media dan Alat Peraga
49'
6 Eva 1 nasi 51
E. Pendidikan Panr-asila sebagai Pendidikan
Umum di perguruan Tinggi 52
F. Taksonomi Tujuan Pendidikan Dalam
Pendidikan Pancasila .58
BAB III : MET0D0L0GI PENELITIAN 67;
A . Metode Pene] i.ti an 67;
B. Papulasi dan Samp el
70
C. Teknik Pengumpulan Data 71
D. Penynsunan Instrumen Penelitian 72
E.. Pelaksanaan P e n e l i t i a n 83
F. Teknik Analisa Data .84
BAB TV : PEMBAHASAN HASIL PENELITTAN 87
A. Penya.iian Data Lapand'an Dengan Porsentase. .87 B. Penhahasan Hasil Temuan di lapangan 109 C. Penya.iian Hasil Penelitian secara
Statist ik 127
D. Penbahasan Hasil. temuan Secara Sta.tistik. . 130;
BAB V : P E N '1 T !' P 158
A . Kesimniilsn 158
B . l>,rO i kas^ . 1 6 2
1. Inp^'-'asi Teor^t^s 163
"7 TT[P 1 i I' o o i P^ql/t i p 16 4
3. TTrir>"* - ka.pi Pen e 1 i tA •--- n r^ ] gri in trivg . . . .1.65
OAFTAR PUSTAKA 1^7
Vi.
DAFTAR TABEL
3.
1. Ukuran Sampel Penelitian
71
3.
2. Kisi-kisi Instrumen Test Pendidikan Pancasila
73
3.
3. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap
74
3.
4. Kisi-kisi Angket PBM Pendidikan Pancasila
75
3.
5. Daya Pembeda dan Derajat Kesukatan Test Kognitif... 77
3.
6. Penentuan Bobot tiap Skala Sikap
79
3.
7. Bobot Alternatif Tiap Item Skala Sikap
80
3.
8. Analisis Daya Pembeda Skala Sikap
81
3.
9. Daya Pembeda Tiap Butir Skala Sikap
82
3. 10. Rambu-rambu Penilaian Acuan Norma Skala Sikap
84
4 .
1. Persiapan Sebelum PBM
87
4 .
2 . Kontiniuitas Persiapan
88
4 .
3 . Persiapan Perlengkapan
88
4 . 4 . Penjelasan Tujuan Pada Mahasiswa
89
4 .
5 . Ranah Taksonomi Yang Dirumuskan
90
4.
6. Pengajuan Pertanyaan Pada Mahasiswa
90
4.
7. Motivasi untuk menjawab pertanyaan Dosen
91
4 .
8 . Kesempatan Bertanya
9I
4.
9. Kesempatan Memberikan Jawaban
92
4. 10. Jawaban Dosen Atas Pertanyaan Mahsiswa
92
4. 11. Pemahaman Dosen atas pertanyaan Mahasiswa
93
4 . 12. Pemanf aatan Waktu
93
4. 13. Akhir Perkuliahan
94
4 . 14 . Disiplin yang diterapkan
94
4. 16. Hubungan Dosen dengan Mahasiswa 9b
4. 17. Tugas Mandiri dan Terstruktur
95
4. 18. Hubungan Materi Kuliah dengan Kenyataan 96
4. 19. Penyegaran dalam Perkuliahan 96
4 . 20 . Aspek Materi yang Disampaikan
97
4. 21. Pemberian Contoh
gg
4 . 22 . Pengunaan Buku Paket 98
4. 23. Penggunaan Buku Penunjang 99
4 . 24 . Penguasaan Materi Oleh dosen
9 9
4 . 25 . Penerapan Metode
100
4. 26. Penerapan Metode Sesuai Ranah Taksonomi
100
4. 27. Penerapan Dialog
101
4 . 28 . Penggunaan OHP 101
4 . 29 . Penggunaan Caption 102
4 . 30 . Penggunaan Alat Peraga 102
4. 31. penggunaan Papan Tulis
103
4. 32. Evaluasi Diakhir Kulaih
104
4 . 33. Bentuk Evaluasi
104
4. 34. Keselarasan Evaluasi dengan Materi
105
4. 35. Pelaksanaan Pre-Test 105
4 . 36 . Ranah Taksonomi yang Dievaluasi 105
4. 37. Evaluasi Skala Sikap 106
4. 38. Evaluasi Tuhgas Mandiri dan Terstruktur 106
4. 39. Kriteria Pemberian Nilai 107
•i
4. 40. Pengamatan Tingkah Laku Mahasiswa
107
vii
DAFTAR BAGAN
1. Hakekat Pendidikan Pancasila 65
VI11
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. I : Reabilitas Antar Penimbang Test Kognitif.. 172
Lamp II
: Reabilitas Antar Penimbang Skala Sikap
i.i'k
Lamp III
: Reabilitas Antar Penimbang Angket PBM
176
Lamp IV : Hasil U j i Coba Test Kognitif 178
Lamp V : Hasil Uj i Coba Skala Sikap 180
Lamp VI : Hasi 1 Uj i Coba Angket 182
Lamp VII : Pengolahan Skor Mentah PBM Menjadi
Skor Baku 185
Lamp VIII : Pengolahan Skor Mentah Test Kognitif
Menjadi Skor Baku 186
Lamp IX : Pengolahan Skor Mentah Skala Sikap
Menjadi Skor Baku 187
Lamp X : Tabel Kontingensi Antara Skor PBM
Dengan Skor Test Kognitif
188
Lamp XI : Tabel Kontingensi Antara Skor PBM
Dengan Skor Skala Sikap 189
Lasmp XII : Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Antara Hasil Belajar Kognitif Rendah,
Sedang Dan Tinggi 191
Lamp XIII : Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Antara Hasil Belajar Kognitif Dengan
Hasil Belajar Afektif
195
Lamp XIV : Lembaran Test Kognitif. Skala Sikap
[image:13.595.76.528.113.735.2]BAB I
PEHDAHULUAN
A. Latar. BjLLak.aag liasalali
Pendidikan
umum merupakan suatu pendidikan yang
dibu-tuhkan oleh setiap manusia dan
mempunyai sasaran yang luas,
yaitu ingin member,tuk manusia Indonesia seutuhnya. Di dalam
pendidikan
formal, pendidikan umum berlaku untuk semua
pe-serta didik. Di
perguruan tinggi, MKDU merupakan
kelompok
mata kuliah yang digolongkan sebagai pendidikan umum.
Mata
kuliah tersebut yaitu : pendidikan agama, pendidikan
Panca
sila dan pendidikan kewiraan sebagai kelompok pertama,
IBD,
ISD,
dan IAD sebagai kelompok kedua. Kelompok mata kuliah
pertamu dimaksudkan untuk men —--kan — r r^bina nilai nilai
dasar yang esensial. Sedangkan kelompok mata
kuliah yang
kedua menitikberatkan pada aspek pengetahuan untuk penerapan
niiai-riilai tersebut.
Sementara
itu tujuan MKDU adalah seperti yang
tcrmuat
dalam
SK Dirjen Dikti Depdikbud No. 32/DJ/Kep/1983 pasal 1
ayat 3 yang
berbunyi
sebagai berikut :
Secara ssesifik program MKDU bertujuan menghosilkan
w:,rga negara ssrjana yang berkualifikasi sebagai rerikut :
1. Berjiwa. Pancasila
sehingga segala keputusan can
tinda-kannva mer.cerminkan nilai-niJai Fancasi ici dan
:::oi»:j Iiki
integritas kepribadian
yang tinggi
yang
nencshuiukau
kepentingar.
nasional dan kemanusiaan
sebagai
sar.iana
Indonesia. . , .
2 Taqwa kepadu Tuhan Yang Maha Ksa,
bertindaK .s--suai de
ngan ajarar: agamanya. dan memiliki tenggang ra.--?i
terha-dap pemeluk agama
lain-.
3 Memiliki
wawasan komprehensif can pendekatar.
integral
ekomomi, poiitik, pertahanan keamanan dan kebudayaan. 4. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan
bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitasnya maupun tentang
lingkung-an alamiah dlingkung-an secara bersama-sama berperlingkung-an serta dalam pelestariannya.
Dengan demikian tujuan MKDU di atas memuat keseimbangan an
tara keimanan dan ketakwaan dengan aspek kognitif, afektif,
psikomotor. Memiliki kemampuan berpikir, perasaan, kesadar-an, keterampilkesadar-an, keyakinan terhadap Yang Maha Esa yang
di-aplikasikan
dalam
kehidupan bermasyarakat,
bernegara
dan
aktvitas beragama. Tujuan Pendidikan Nasional yang dimuat
dalam UUSPN No. 2 tahun 1989 sebagai berikut :
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yai
tu
manusia
yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan
Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadianyang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasya-rakatan dan kebangsaan.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut
pendidikan
Pancasila
tidak berdiri sendiri
tetapi
secara
terintegrasi dengan MKDU lainnya dan memperhatikan juga
ke-khususan yang terkandung dalam mata kuliah spesialisasi me nurut jurusan masing-masing. Keimanan dan ketakwaan dibina melalui pendidikan Agama, tanggung jawab dan kemandirian di bina melalui pendidikan Kewiaraan, pengetahuan dan keterampilan dapat dibina melalui mata kuliah jurusan dan keahlian.
MKDU
sesuai
petunjuk
SK Dirjen
Dikti No. 32/DJ/Kep/I'g"83
pasal 4, bahwa penyampaian program MKDU adalah' sebagai
beri-k u t i n i :
1. Sistem penyampaian program MKDU merupakan jalinan
ber-imbang antara :
a. Pemberian pengetahuan dan pembentukan
pemahaman.
b. Pembentukan keterampilan baik intelaktual maupun hu
bungan antara pribadi.
c. Penghayatan diri dan pembentukan pilihan nilai.
2. Sistem penyampaian program MKDU merupakan jalinan
saling mendukung antara :
a. Proses instruksional yang merupakan penyampaian
se
cara langsung.
b. Proses pengahayatan yang merupakan penyampaian pesan
secara langsung.3. Sistem penilaian MKDU mencakup secara seimbang :
a. Perolehan pengatahuan dan pemahaman.
b. Pembentukan
keterampilan intelektual
dan
hubungan
antar pribadi.
c. Pembentukan serta pengamalan nilai.
Dari uraian pasal 4 SK Dirjen Dikti tersebut dapat kita
sim-pulkan bahwa pendidikan Pancasila sebagai bagaian dari
MKDU
harus
mampu memberikan pengetahuan dan
pemahaman
perilaku
yang
berhubungan dengan nilai, moral dan
norma
Pancasila,
hubungan dengan manusia lain serta mampu
menginternalisasi-kannya
dalam
diri mahasiswa agar mampu
membedakan
antara
baik-buruk,
benar-salah,
adil tidak adil
yang
diwujudkan
dalam tingkah laku dan perbuatan. Dengan demikian pendidikan
Pancasila
yang menitikberatkan pada
aspek afektif
haruslah
diikuti aspek kognitif maupun psikomotor.
Berdasarkan
pengamatan secara tidak langsung
terlihat
adanya kesenjangan pelaksanaan proses belajar mengajar
pen
didikan Pancasila,di mana pendidikan Pancasila lebih dominan
se-narusnya mendapat porsi yang lebih besar dari aspek Uinrva.
Hetoda yang diterapkan
eenderung hanyr, satu atau dua
maeam
sa.ia, media dan alat peraga
yang
digunakan hanyalah
papan
tulis
dan kapur. Komunikasi yang
terjadi hanya
satu
arah
dan evaluasi Lebih terfokus pada. aspek
kognitif. Selain itu
angka yang
diperoleh siswa. terlepas dari
tingkah laku
dan
perbuatannya.
.Dengan
kesenjangan
di atas
penulis
tertarik
untuk
mengadakan penelitian tentang proses belajar mengajar pendi
dikan Pancasila dan hubungannya dengan hasil belajar siswa,
baik pada aspek kognitif maupun afektif (sikap).
Dipilihnya
hal tersebut didasarkan pada pentingnya proses belajar
meng-ajai dalam mencapai tujuan yang bermuara pada hasil
belajar
siswa. Sebab sampai saat ini proses belajar mengajar
tetap
dip-rcaya sebagai unsur penting dalam dunia pendidikan,
de
ngan kata lain tanpa proses belajar mengajar buksnlah
akti-vitas pendidikan dalam arti formal. Demikian
pula dengan
hasil belajar yang merupakan cerminan dari keberhasi la.n pro
ses belajar mengajar yang dilaksanakan.
Proses
sosialisasi
dan personalisasi
tereakup
dalam
proses belajar mengajar pendidikan Pancasila, dalam
mewaris-kan
nilai, moral dan norma Pancasila kepada generasi
muda.
Lemahnya pembinaan
nilai, Loral dan norma
Pancasila
dalam
proses
belajar
mengajar karena lebih
hersifnt
-e
Paneasila,
dan unsur mendidik
sebagai
realisasi
;. •' a r a ii
.g fi u n g
jaw.-jb pedagogis yang harus dilaksanakan
o]>A<
dos.-;. Per.
O i Kuntuk berinternalisasi dan bersosialisasi dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga muncul perilaku siswa yang tidak bermo-ral Pancasila seperti perkelahian siswa, mencoret-coret tem-bok, kumpul kebo dan sebagainya.
B. Perunusan Masalah
Pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan Pan casila yang hanya menitikberatkan pada transformasi pengeta huan yang tercermin dari perolehan hasil belajar kognitif dengan nilai yang tinggi, merupakan awal terabaikannya tang gung jawab pedagogis dan moral dalam pendidikan Pancasila. Pada akhirnya Pendidikan Pancasila tidak lagi merupakan wahana internalisasi dan sosialisasi nilai, moral dan norma Pancasila, tetapi hanya sebagai wahana transformasi belaka.
Upaya penyempurnaan kurikulum dan silabi yang hanya menguta-makan penyelesaian materi yang bersifat pengetahuan dalam jangka waktu yang ditetapkan, test sumatif dan ujian negara pendidikan Pancasila yang dilaksanakan di perguruan tinggi swasta lebih mengutamakan aspek kognitif, orang tua yang mempercayakan pendidikan di tangan guru mengharapkan anaknya memperoleh nilai yang tinggi, demikian pula dengan mahasiswa dan juga guru, sebab nilai yang tinggi yang diperoleh maha siswa akan mengangkat kredibilitasnya diantara sesama dosen juga terhadap atasannya. Keadaan tersebut menyebabkan dosen terkondisikan untuk melaksanakan pendidikan Pancasila secara
kognitif yang berakibat dangkalnya pemahaman, penghayatan
dibina dan dikembangkan hanya unsur rasio dan nalar. sehingga nilai, moral dan normapun ditanggapi secara rasio-nal yang mrenimbuIkan sikap pragmatis dan insrumentalis. Berdasarkan latar belakang masalah dan kesenjangan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Sejauh manakah
hubungan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar kognitif maupun afektif (sikap) pendidikan Pancasila dan
perbandingan keduanya. Hubungan yang dimaksud adalah
keter-kaitan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar kognitif dan afektif, yang menyatakan hubungan tersebut ku-at, sedang atau lemah. Perbandingan dimaksudkan untuk me-lihat perbedaan antara hasil belajar kognitif dengan afek tif. Agar rumusan masalah tersebut lebih jelas, maka. dija-barka.n dalam hentnk pertanyaan berikut ini :
1. Sejauh manakah hubungan antara proses belajar mengajar pendidikan Pancasila dengan hasil belajar aspek kognitif
mahasiswa ?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila antara tingkat rendah dengan tingkat sedang ? 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif pendidikan
Pancasila antara tingkat sedang dengan tingkat tinggi ? 4. Apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif pendidikan
P a n c a s i 1 a a. n t a r a tingkat r e n d a h d e n g a n ting k a t t in g g i ? 5. Sejauh manakah hubungan awtara proses belajar mengajar
pendidikan P a n c a si la d e n g a n h a. s i 1 b e 1 a j a r afektif ( s i k ap )
7
dengan
hasil
belajar afektif (sikap) pada
mata
kuliah
pendidikan Pancasila ?
C. Defenisi Qperasional
Untuk
menghindari kesalahpahaman
atau
ketidaksamaan
dalam memberikan makna istilah-istilah yang digunakan pada
judul tesis ini, maka dijelaskan seperti berikut ini :
1. Proses Belajar Menga.iar
Yang dimaksud dengan proses belajar mengajar
adalah
"Suatu aktivitas yang dilakukan oleh pengajar dan siswa,
kegiatan ini terdiri dari tiga fase yaitu: (a) informasi,
(b) transformasi dan
(c)
evaluasi"
(S.Nasution,
1983:9).
Dalam ketiga fase tersebut telah tercakup ketelada.nan dan
kedisiplinan yang ditunjukkan oleh dosen dengan
menampak-kan
perilaku yang penuh nilai moral dan norma
Pancasila
sebagai
keharusan dan kewajiban mendidik yang
merupakan
realisasi tanggung jawab pedagogis. Proses belajar menga
jar
yang dimasksudkan disini adalah
menurut
pengamatan
dari mahsiswa -tentang perurausan persiapan meng
ajar, perumusan tujuan metode yang diterapkan,
komunika-si, media dan alat peraga serta. evaluasi yang digunnakan.
2. Hasil B_elaiat Kognjltif
Yang
dimaksudkan dengan hasil
belajar
menurut
S.
instruksio-rial khusus, yang bersifat operasional sehingga dapat
di-nilai
sebagai wujud dari apa yang telah dikuasai
siswa.
Hasil
belajar
yang diperoleh mahasiswa
melalui
proses
belajar
mengajar diwarnai dengan potensi
dan
kemampuan
mencerna dan menyerap apa yang disampaikan oleh dosen.
Sedangkan kognitif adalah taxonomi tujuan pengajaran
yang mencerminkan tingkat berpikir siswa yang terdiri da
ri emam tingkatan yaitu :
pengetahuan,
pemahaman,
aplika-si, analisis,
sintesis, dan
evaluasi.
Keenam
tingkatan
tersebut digolongkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu :
a.
Tingkat kognitif
rendah,
yaitu yang
menekankan
pada
aktivitas
menghafal, mengingat, memahami
dan
mengu-langi suatu fakta dan
informasi. Ranah kognitif
yang
berada pada. tingkat rendah ini
adalah
(1) pengetahuan
yaitu mengenai fakta, istilah, kejadian,
klasifikasi,
prinsip dan teori : (2)
pemahaman
yaitu mengenai
ter-jamahan, tafsiran dan pemaknaan.
b.
Tingkat kognitif sedang
yang menekankan pada
diskrimi-nasi, transfer dan pemrosesan. Ranah kognitif yang di
golongkan pada tingkat ini adalah :
(1) aplikasi,
yai
tu mengenai penggunaan generalisasi,
prinsip
abstrak
dalam
situasi kongkrit ; (2)
analisis,
yaitu mengenai
menguraikan sesuatu
dalam bagian-bagian
yang
saling
be'i-hubungan baik prinsip-prinsip maupun unsur-unsur .
c.
Tingkat kognitif tinggi,
yaitu tingkat integra.tif, pe
nilaian yang diinternalisasikan secara
kreatif. Ranah
adalah : 1). sintesis, yaitu mengenai penggabungan
komponen dan bagian menjadi keseluruhan yang baru ;
2). evaluasi, yaitu memberikan penilaian dan pandangan
tentang sesuatu baik secara internal maupun eksternal. Hasil belajar kognitif tersebut dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi, baik dalam bentuk essay maupun dalam bentuk objektif.
3. Hasil Belajar Afektif
Ranah afektif berkaitan erat dengan perasaan, sikap, apresiasi, minat serta nilai. Ranah afektif yang dikem-bangkan oleh Krathwohl, Bloom dan Masia terdiri dari lima tingkatan yaitu : (.a) menerima (receiving), yaitu menaruh
perhatian, kepekaan terhadap kondisi, gejala, keadaan atau masalah terfe,"tu melalui kesadaran, kerelaan untuk menerima dan mengarahkan perhatian, (;b) merespon (respon
ding), yaitu member! reaksi terhadap suatu gejala secara
terbuka maupun diam-diam,
(c) menghargai (valuing),
yaitu
memberikan penilaian atau kepercayaan kepada sualu gejala
yang
cukup
konsisten
'dengan
menerima
suatu
nilai,
mengutamakan dan komitmen terhadap nilai tersebut. (d)
organisai, yaitu mengembangkan nilai sebagai suatu sis
se-10
sesuai dengan nilai-nilai, keyakinan atau cita-cita
yang
merupakan
inti falsafah dan pandangan
hidup.
Perangkat
nilai tersebut sebagai pedoman umum dan memberikan karak -ter pada seseorang setelah diinternalisasikan dalamdirinya. Kelima
tingkatan ranah afektif tersebut berlaku
secara hirarkhis, di mana tingkatan yang rendah merupakan dasar untuk beranjak pada tingkatan berikutnnya. Hasil belajar afektif dikaitkan dengan nilai, moral dan norma
yang
terkandung dalam Pancasila. Hasil
belajar
afektif
yang
dimaksudkan
dalam
penelitian
ini
adalah
sikap
mahasiswa yang dinilai dengan test skala sikap seperti
yang dikemukakan oleh
Joesmani
(1988: 61) bahwa
"skala
sikap adalah untuk mengukur kecenderungan seseorang ter hadap suatu objek baik berupa ide, konsep, lembaga maupun
kelompok
dalam
bentuk persetujuan". Skala
sikap
yang
sering
dipakai adalah skala
sikap Likert
dengan
lima
responsi kontinuum.
D. Asumsj
Sebagai pegangan dalam penelitian ini , maka penulis
mengemukakan asumsi (anggapan
dasar) sebagai berikut :.
1. Proses belajar mengajar merupakan faktor terpenting dalammeningkatkan hasil belajar yang optimal baik dalam aspek
kognitif maupun af e ktif .
2 . Pendidikan Panca s i ia 6 i perguruan t inggi ber tj ua.n untu k
11
dalam Pancasila.
3. Berdasarkan perkembangannya mahasiswa berada pada
ta.hap
adolesensi, maka ranah kognitif tentang materi pendidikan
Pancasila dari yang rendah sampai yang tinggi semakin
berkualitas dan kompleks.
E. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan asumsi yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis pokok dalam penelitian ini yaitu : Ada hubungan yang positif antara proses belajar
mengajar pendidikan Pancasila dengan hasil belajar kognitif
dan hasil belajar afektif. Hipotesis tersebut diperinci se
bagai berikut *,
1. Ada hubungan yang positif antara proses belajar mengajar
pendidikan Pancasila dengan hasil belajar kognitif maha
siswa .
2. Ada perbedaan yang berarti hasil belajar kognitif pendi dikan Pancasila mahasiswa antara tingkat rendah dengan
tingkat sedang dan tingkat tinggi.
3. Ada hubungan yang positif antara proses belajar pendidik an Pancasila dengan hasil belajar afektif mahasiswa.
4. Ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila dengan hasil belajar afektif.
Untuk hipotesis 1 dan 3 diterima ap;abila Chi Kuadrat ha
sil lebih besar dari Chi Kuadrat tabel, melalui tabel kon
tingensi. Hipotesis 2 dan 4 diterima apabila F hitung lebih
12
F. Tjiiiiaii Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengefektifkan proses belajar mengajar pendidikan Pancasila sehingga dapat menjadi wahana transformasi, in-ternalisasi dan personalisasi nilai, norma dan moral Pan casila, baik dalam pengetahuan, sikap maupun tindakan dan
perbuatannya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat
men-dorong dosen pendidikan Pancasila melaksanakan persiapan
mengajar yang lebih baik, perumusan tujuan yang relevan dengan tingkat perkembangan mahasiswa, penerapan metode
yang baik, komunikasi yang interaktif dan evaluasi yang
lebih baik.
2. Untuk memberikan dorongan kepada dosen pendidikan Panca
sila agar dapat melaksanakan pendidikan Pancasila sebagai
pendidikan afektif, nilai dan moral dengan menggunakan
pendekatan afektif dan model-model pendidikan afektif yang tersedia, sebagai wahana internalisasi nilai, moral
dan norma Pancasila dengan menampakkan keteladanan dan
kedisiplinan yang dapat dijadikan panutan oleh mahasiswa
sebagai realisasi tanggung jawab pedagogis.
G. Kegunaan Eenelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Kegunaan secara teoritik
a. Sebagai bahan pedoman bagi perguruan tinggi dalam
memilih teori, konsep, pendekatan dan model pendidikan
1~.
politik yang merupakan bagian dan MKP"
b. Sebagai
bahan pertimbangan bagi
dosen
pendidikan
Fail oas i1a.
untuk
m
e
nyempurnakan d an
merevis j
teor i,
konsep, pendekatan dan model pendidikan Pancasila yang
sesuai dengan negara republik Indonesia.
2. Kegunaan secara praktis
a. Sebagai. bahan masukan bagi dosen pendidikan
Panca
sila untuk meningkatkan kemampuan prufesionalnya dalam
mengelola proses belajar mengajar di ruang kuliah, se
hingga dapat melaksanakan pendidikan Pancasila sebagai
wahana
transformasi, internalisasi dan
personalisasi
nilai, moral dan norma Pancasila yang merupakan
perwu-judan tanggung jaw-ab pedagosis.
b. Sebagai bahan masukan bagi dosen pendidikan
Panca
sila
dalam menerapkan konsep, teori,
pendekatan
dan
model pendidikan afektif, nilai, moral dan po.
perguruan tinggi.
H. KfirangJta I s i l a s i s
Tesis ini secara keselurunan disajikan dalam lima hah.
Secara garis besar pembahasan dalam tesis ini adalah sebagai
berikut :
j . Pendahuluan
Bab ini menya.i ikan tentang iatar boia'coi
musan masalah, defenisi operational, a
tujuan
penelitian, kegunaan pemi M,iau
d •:-.:.
korangKa
isi
tesis.
; a sa j a n, Pe ra
14
2. lindauan Konseptual
Bab ini memuat tinjauan secara teoritis, antara lain,
pendidikan afektif, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan kognitif, pendidikan Pancasila, pendidikan Pancasila sebagai pendidikan umum dan taksonomi tujuan
pendidikan dalam pendidikan Pancasila. 3. Metodologi Penelitian
Bab tersebut berisi tentang metode penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, penyusunan instrumen
penelitian,
pelaksanaan penelitian dan
tehnik
analisis
data.
Bab ini berisi tentang hasil temuan di lapangan, hasil
temuan secara statistik, pembahasan tentang hasil temuan di lapangan dan pembahasan tentang hasil temuan secara.
statistik.
Bab tersebut berisi tentang kesimpulan, implikasi teori
tis, implikasi praktis dan implikasi penelitian
67
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metoda Penelitian
Bertitik tolak dari masalah, tujuan dan hipotesis
penelitian, m|aka metode] yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
deskriptif korelasional komparatif. Best
(1977:116)
mengemukakan penelitian deskriptif adalah :
A descriptive study describes and interprets what is.
It concerned with condition or relationships that exist,
opinion
that
held, proceeses that are going on,
effects
that are evidents, or trend that ar$| developing. It isprimarily
concern
with
present,
althought
it
o^ten
'' considers
past evidents and influences as they
realty to
current conditions.
Dari rumusan yang dikemukakan di atas dapat diketahui
bahwa metod'ej deskriptif memberikan gambaran dan interpretasi
tentang
apa yang terjadi. Objeknya adalah
tentang
kondisi
hubungan
antara
beberapa
gejala,
proses
yang
sedang
berlangsung, pengaruh variabel tertentu yang teruji,
bahkan
kecenderungan yang sedang berkembang. Metoda tersebut
lebih
menekankan pada peristiwa masa kini, meskipun sering puladikaji
persoalan-persoalan pada masa
lalu yang ada
kaitan
atau pengaruhnya terhadap keadaan masa kini.
68
skor-skor yang nan tiny a diolah
sec&rs.
statistik.
Selain memberikan gambaran faktual, penelitian ini juga
menelaah tentang korelasi antara variabel yang ada.
Fachri
Umar
(1986:114) bahwa "studi korelasional
adalah
mencakup
semua proyek penelitian yang mencoba menemukan atau
menjer-nihkan melalui indek korelasi". Melalui koefisien korelasi
dapat diketahui secara matematis tingkat hubungan dua varia
bel atau lebih. Dengan metoda korelasional hubungan antar
variabel
dapat
diprediksikan
melalui
skor-skor
variabel
lain.
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah proses
belajar
pendidikan Pancasila sebagai variabel bebas,
hasil
belajar kognitif dan afektif sebagai variabel terikat. Anta
ra variabel bebas yaitu proses belajar mengajar pendidikan
Pancasila dikorelasikan dengan variabel terikat pertama
yaitu hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila.
Kemudian
antara variabel bebas dikorelasikan dengan variabel terikat
kedua yaitu hasil belajar afektif pendidikan Pancasila.
Dalam penelitian ini juga diadakan
perbandingan-perban-dingan antara beberapa variabel. Dengan demikian penelitianini
juga mempergunakan metode komparatif. Menurut
Sugiyono
(1992:36)
metode komparataif dalah "suatu
penelitian
yang
bersifat membandingkan beberapa variabel pada dua sampelatau lebih". Variabel-variabel yang dibandingakan dalam pe
nelitian ini adalah hasil belajar kognitif pendidikan Panca
69
(pengetahuan
dan
pemahaman) dengan
tingkat
sedang
yaitu
(aplikasi
dan
analisis).
Antara
hasil
belajar
kognitif
pendidikan
Pancasila tingkat sedang dengan
tingkat
tinggi
(sintesis dan evaluasi). Antara hasil belajar kognitif
pendidikan
Pancasila tingkat rendah dengan tingkat
tinggi.
Perbandingan
antara
variabel terikat pertama
yaitu
hasil
belajar
kognitif
pendidikan
Pancasila
dengan
variabel
terikat kedua yaitu hasil belajar afektif pendidikan Pancasila. Untuk lebih jelasnya seperti kerangka penelitian
berkut ini :
Bagan. 1
Kerangka Penelitian
X
Y2
Keterangan :
X. Proses belajar- mengajar pendidikan Pancasila Yl. Hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila Y2. Hasil belajar afektif pendidikan Pancasila Yls.. Hasil belajar kognitif tingkat rendah
Y"b. Hasil belajar kognitif tingkat sedang
70
Garis hubungan X dengan Yl dan Y2
Garis perbandingan antara Yla dengan Ylb dan Ylc
B. popniasi dan. Sampel
Dengan memperhatikan tujuan penelitian, yaitu untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang proses belajar menga
jar pendidikan Pancasila dan hasil belajar kognitif dan
afektif, maka perlu dicari karakteristik populasi yang akan
diteliti. Kerlinger (1979:52) mengemukakan bahwa "a popula
tion is defined as all members of any well-defined class of
people, events or objects". Dari pendapat tersebut dapat di
simpulkan
bahwa populasi adalah keseluruhan dari anggota
sekelompok orang, peristiwa atau kejadian yang telah
dibata-si secara cermat. Sudjana (1982:5) mengemukakan bahwa :
Populasi adaiah totalitas semua nilai yang mungkir.
hasil perhitungan ataupun pengukuran kwantitatif ^pur.
sampel.
Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau yang mengikuti
mata kuliah
pendidikan Pancasila.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian mahasiswa FKIP Universitas Islam Riau yang telah
mengikuti perkuliahan pendidikan Pancasila, baik proses be
lajar mengajar, hasil belajar kognitif maupun hasil belajar
afektif mahasiswa. Untuk menentukan jumlah sampel yang
dibu-tuhkan digunakan tabel Krejcie dengan derajat keprcayaan
71
kecil porsentase sampel yang digunakan'. (Sugiyono,
1992:58-oy ;
Memperhatikan jural all mahasiswa FKIP Universitas
Islam
Riau
tahun
ajaran
1992/1993 sebanyak
1.695
orang,
maka
sampel
yang
dibutuhkan menurut. tabel tersebut
adalah
313
orang. Karena sampel tersebut terdiri dari beberapa
jurusan
maka untuk menentukan ukuran sampel ditempuh dengan
probability
stamp ling yaitu "memberi peluang yang sama
pada
setiap
anggota
populasi
untuk
dipilih
menjadi
snggota
sampel".
(Sugiyono,
1992:52),
dan
dengan
teknik
proportionate
stratified
random
sampling
yaitu
"bila
populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan
berstrata
secara
proporsional"
(Sugiyono,1992:53).
Adapun
ukuran
sampel tersebut
seperti tabel berikut ini :
Tabel 3.1 UKURAN SAMPEL PENELITIAN
Jurusan Bhs. Indonesia Bhs. Inggeris Sendratasik Matematika Orkes Biologi Jural ah T
Program ( J In. Mhs. |
, 1—. L
S-l D-3 S-l D-3 S-l D-3 S-l S-l D-l S-l 228 338 152 276 47 111 67 138 218 108
'-. •=( **"» T~* ^ "I
44 orang 63 orang 50 orang 9 orang 22 orang 12 orang 25 orang 41 orang 19 orang 14 20 9 16 3 7 6 8 13 6
1 .695
] 313 orang ] 100
|
Bersumber dari buku pedoman FKIP Universitas Islam Riau
t ahu n ak ad emIs 1393/19 94.
•i
C. T_e_kjD_lk peiigujjiBJiLan D.a.t.a
72
}
belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Teknik dan
alat
pengumpul data tersebut adalah
1. Siudi D.oJm2L«rit&£Li
Teknik
ini digunakan untuk memperoleh data
tentang
jumlah
mahasiswa,
tenaga
dosen
pendidikan
Pancasila,
indek prestasi mahasiswa, program dan jurusan yang ada di
FKIP
Universitas
Islam
Riau
dan
jadwal
perkuliahan
mahasiswa.
2. T^SLt
Instrument
test
tersebut
untuk
menjaring
data
tentang hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila, yang
disusun sesuai dengan tingkatan-tingkatan ranah
kognitif
dan
dikelompokkan
menjadi tiga
tingkatan
besar
yaitu
tingkat
rendah,
sedang dan tinggi.
Skala
sikap
untuk
menjaring sikap mahasiswa terhadap nilai, moral dan norma
yang ada dalam materi pendidikan Pancasila.
3. Angket
Instrumen
tersebut
untuk
menjaring
data
tentang
proses
belajar
mengajar
pendidikan
Pancasila
yang
dilaksanakan yang meliputi tujuan yang dirumuskan, metoda
yang
diterapkan, media dan alat peraga
yang
digunakan,
komunikasi dan evaluasi yang dijalankan.
D . Penyusunan IXiSli-uiien. Eene.XiiJL&n.
Penyusunan instruvicn penelitian baik test maupun
skala
sikap berpedoman pada kurikulum, silabi dan GBPP
pendidikan
Pancasila
dari
Dirjen. Dikti. dan
buku
paket
pendidikan
73
j !„*, uioi-kisi
baik
test
kognitif,
tersebut dituangkan dalam kisi ki-i,
[image:35.595.64.551.25.796.2],f,htif «ei.P«n angket. Hal tersebut untuk menjaga validitas
isi instrumen tersebut. Kisi kisi tersebut seperti dalam
tabel berikut ini :
> „t-t
vi^
TF^ '^VSNlTtF PENDIDIKAN PANCASILA
Tahe I 3 .2 . KI oL--r» 1->- ''••
.
,
j Varibe!|
K err: pen i• r> V ang diukur'No.Ite:
!•>.-,?, .--as.
l*!i\\^V"
a^Pa^asVia sbg. Pandangan hiduP bangsa
1k,
ocL.ij-it .. rj. ncr.,,- Negara HI I 3b k(-, ! k-e,
.i
j?, .P-4
1 b.Ke^nSsiaan^Yang adil dan beradab.
cPersatuan Indonesia,
d
f i r
t
i4 spiarsh perjuangsn
.
_
|
^Indonesia zaman Sriwijaya/maj apahi <
i
I-, Masa penjajahan.
_
-'perlawanan terhadap penman.
I d'.'Kesadaran melawan penjaoah melalui
\
pendidikan
j
f. . S-nnpah Pemuda
i
f .Fen.iajah Jepang
|
ff.BPUPKI
.
-
ivo
•
t
treses pa rumusan oaa-ar
not:--j
; cv.-.'il ^masi Kemerdekaan
^ _ ,
," .. 'f:"'i'-'--V ^~ik RIS,Uemba! i ke R>
;t
l'.Kurun waktu tahun 50 - 59.
m.Vekrit Presidcn.
i >-. K a r u n w a K t u o a.. u. • j r, ^., <-; e ;-j r fi ,-.- b a r u .
'!Tk
uuo 4a riengsr. GBHN.
'
t Wii.an Nas.Tujuan Pcmb.Nasicna
a'pola Umum Pembangunan Nasional
d.REPELITA.
21 k2
22 k
-5ko 28ki
o
!t---2v._i
30k»-Ii
"
!: si.ko
. j. A-P. 1-•M
35 k6
34 k6
, *4a k5
a'6 ktr18 k1
74
Tabel 3.3. KISI-KISI SKALA SIKAP PENDIDIKAN PANCASILA
Varibel Hasil
belajar kogni tif
Komponen yang diukur No.Item1
1.Pengertian Pancasila
a.Pancasila sbg. Pandangan hidup bangsal
b.Pancasila sbg. Dasar Negara RI2.P-4.
a.Ketuhanan YME.
b.Kemanusiaan Yang adil dan beradab
c.Persatuan Indonesia.
d.Kerakyatan yang dipimpin oleh
kebij aksanaan e.KeadiIan
Indonesia !
3. UUD 1945.
|
a. Hub. Pancasila dengan UUD 1945.
|
b.Pokok pikiran dim. Pembukaan UUD 45. j
c.Prinsip dim. batang tubuh UUD 1945.
j
d.Penjelasan stm.pemerintah dim UUD 45.]
e.Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.
f.Hak & Kewajiban WNI menurut Pancasila]
:.Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia,
a.Indonesia zaman Sriwijaya/majapahit. Masa penjajahan.
.Perlawanan terhadap penjajah.
.Kesadaran melawan penjajah :rtl:lui
b,
c
d,
pe rmu syawarat ar sosioal.bagi seluru! hikmat 'perwa . rakyat pendidikan e.Sumpah Pemuda
f.Penjajah Jepang I
g.BPUPKI I
h.Proses perumusan dasar negara.
]
i.Proklamasi Kemerdekaan I
j.Pengesahan Pancasila sbg Dasar Negara]
k.Revolusi fisik,RIS,kembali ke RI .
j
l.Kurun waktu tahun 50 - 59.
j
m.Dekrit Presiden.
n.Kurun waktu tahun 59-65.
1
o .Masa orde baru. .GBHN.
a.Hub. UUD 45 dengan GBHN.
b.Tujuan Has.Tujuan Femb.Nasional.
c.Pola Umum Pembangunan Nasional d.REPELITA. 1 17 2 10 29 17, 24
] 8 , 20
[image:36.595.89.521.96.614.2]75
Tabel 3.4 KISI-KISI ANGKET PBM PENDIDIKAN PANCASILA
Variabel
PBM.
Pendi dikan
P an c a -s i l a
Komponen yang diukur
1. Persiapan mengajar 2. Perumusan tujuan. 3 . Komunikasi.
No.I tern |
1 1. 2, 32.
f 3, 33, 41.
] 4, 5, 6, 7, 8, 9, 101
f 11, 12, 13, 14, 15,
j 35, 36.
4. Materi. | 38, 39, 40.
5. Metoda.
] 16, 17, 34.
6. Media dan alat peraga.| 18, 19, 20, 21, 37.
7. Evaluasi. 'i 22, 23, 24, 25, 26,
l' 27, 28, 29, 30, 31.
Setiap butir instrumen tersebut di atas dikonsultasikan kepada tiga orang dosen pendidikan Pancasila di IKIP Bandung untuk mendapat pertimbagan dan penilaian. Cars. penilaian yang dilakukan adalah dengan memberi angka satu ( 1 ) apabila item tersebut baik dan memberi angka nol ( 0 ) jika item tersebut tidak baik. juga memberikan saran dan masukan apabila item tersebut perlu perbaikan. Setelsh lembaran penilaian dari dosen tersebut diterima maka diadakan pengolahan secara statistik untuk menentukan tingkat validitas dan reabilitas dari instrumen. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Test kognitif yang disusun terdiri dari 50 item, setelah ditimbang oleh tiga crang dosen dan dilakukan pengolahan secara statistik maka yang dapat dipakai. adalah sebanyak 36 item dandan 14!•- item gugur. Scmentaria itu
"-riilai dengan deraja.'
keterandalani seorang p<- kebebasan 48,
[image:37.595.81.518.59.740.2]76
demikian harga t hitung lebih besar dari harga t tabel maka dapat. disimpulkan bahwa instrumen tersebut validitasnya signifikan. Untuk keterandalan selurruh penilai diperoleh harga t hitung sebesar 6,239 dengan demikian harga t hitung lebih besar dari harga t tabel, maka disimpulkan instrumen
test tersebut adalah signifikan. Adapun rumus yang dipakai untuk mencari keterandalan seorang penilai adalah :
V„ - VQe ./ N
r33 = - rn
Vp + (k-1) Ve
lrn
V
2 - rll
rumus mencari keterandalan seluruh penila V„ - V
r3;
e
V
ptro
3Setelah diujcobakan kepada 30 orang mahasiswa FKIP
Universitas Islam Riau pada tanggal 26 agustus 1993, maka
data yang diperoleh diolah secara statistik dengan tehnik belah dua ganjil-genap. Rumus korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk setengah instrumen dan rumus Sperman
Brown untuk seluruh instrumen. Rumusnya adalah seperti
berikut ini :
xy 2r
r
xy rj ,-5 X
(xA) (y^) 1 + r
Dari hasil perhitungan secara statistik diperoleh korelasi
sebesar 0,744 untuk setengah instrumen, berarti korel. asinya sedang dan hubungan memadai. Dengan demikian instrumen test kognitif tersebut reliabol. Untuk seluruh instrumen
diperoleh korelasi sebesar 0,85, berarti korelasi tinggi
77
reliabel. Untuk menentukan tingkat sign ifikansinya diadakan uji t dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat kebebasan sebesar 28 maka diperoleh t hasil 11,773 berarti lebih besar dari t tabel sebesar 1.684, dengan demikian test kognitif
tersebut adalah signifikan.
Untuk menentukan Derajat kesukaran (DK) dan daya pembeda (DB) setiap butir instrumen digunakan rumus berikut
m i
DK
Wl ~ Wh
x 100 % DBWl + «h
x 100 %ni - nn n .
Adapun derajat kesukaran dan daya pembeda tersebut dengan mengambil 27 % kelompok unggul dan 27 % kelompok asor dari
30 orang sampel uji coba. Derajat kesukaran dan daya pembeda
setiap butir instrumen test kognitif tersebut adalah seperti
dalam tabel berikut ini :
[image:39.595.63.526.208.742.2]Tabel 3. 5. DAYA PEMBEDA DAN DERAJAT KESUKARAN TEST KOGNITIF
| No Item
1 2 3 4 5 6 7 8 ' 9 10 I 12
f
13
|
14
I 15j
16
I
17
DB 0 0,25 0,25 0,25 0.32 0.38 0,38 0,50 0,25 0 0 0 0. 0 0. 0,4 4 0,63 0,32 50 32 3o 32 38 DK 0 ,50 0,50 0.50 0,50 0,50 0,50 0.50 0 ,50 0,50 0 ,50 0 50 L? 07 0 75 (it ,63 r^ 7 5(?•• , 6 3
\'L 50
t ,27
J
U.£V/Fn Kurkancrno, 1»3C : 72)
No Item I
19 20 21 1 1 23 24 25 26 27 28 29 31 32 33 O' i 35 a c DB 0 ,25 0,44 0,32 0,32
a\ i o
0,44 0,50 0,44 0,32 0,25 0,25 0,32 0 ,32 0 , 50 0,44 0,44 0,63 0 , 50
78
2. SJk&la. SlJtap
Skala
sikap
disusun
terdiri dari
50
item,
setolah
dinilai
oleh
tiga
orang dosen
dan
dilakukan
pengolahan
secara
statistik maka yang dipakai sebanyak 35 item dan
15
item
gugur. Rumus yang dipakai untuk mencari validitas
dan
reabilitas instrumen sama dengan rumus untuk test kogfnitif.
Keterandalan
seorang
penilai
dengan
derajat
kebebasan
sebesar
48 dan tingkat kepercayaan sebesar 95
%
diperoleh
harga
t
hitung
sebesar 2,283
sedangkan
harga
t
tabel
sebesar 1,684 dengan demikian demikian t hitung kebih
besar
dari
t tabel, berarti instrumen skala sikap tersebut.
valid
dan
signifikan. Keterandalan keseluruhan penilai
diperoleh
harga t hasil sebesar 4,907, sedangkan harga t tabel sebesar
1,684
berarti
t hasil lebih besar dari
t
hitung,
dengan
demikian
instrumen
skala
sikap
tersebut
valid
dan
signifikan.
Setelah
diujicobakan
kepada 30 orang
mahasiswa
FKIP
Universitas
Islam Riau pada tanggal 26 Agustus
1993,
maka
diadakan pengolahan secara statistik seperti pada
instrumen
test kognitif. Hasil korelasi yang diperoleh untuk
setengah
instrumen adalah sebesar 0,591, yang berarti korelasi sedang
dan
hubungan
memadai. Sedangkan untuk
seluruh
instrumen
diperoleh hasil kore1asi sebesar 0,743 yang berarti kore1 asi
tinggi
dan
hubungan
besar, dengan
demikian
skala
sikap
tersebut. re 1iab el. Mel a 1u i u j i t un tu k m cn en tu kan t in g ka t
78
2. Skala SJLk&p
Skala
sikap
disusun
terdiri dari
50
item,
setelah
dinilai
oleh
tiga
orang dosen
dan
dilakukan
pengolahan
secara
statistik maka yang dipakai sebanyak 35 item dan
15
item
gugur. Rumus yang dipakai untuk mencari validitas
dan
reabilitas instrumen sama dengan rumus untuk test kogfnitif.
Keterandalan
seorang
penilai
dengan
derajat
kebebasan
sebesar
48 dan tingkat kepercayaan sebesar 95
%
diperoleh
harga
t
hixung
sebesar 2,283
sedangkan
harga
t
tabel
sebesar 1,684 dengan demikian demikian t hitung kebih
besar
dari
t tabel. berarti instrumen skala sikap tersebut
valid
d a n Keterandalan keseluruhan penilai diperoleh
harga t hasil sebesar 4,907, sedangkan harga t tabel sebesar
1,684
berarti
t hasil lebih besar dari
t
iiiUiiig,
dengan
demikian
instrumen
skala
sikap
tersebut
valid
dan
signifikan .
Setelah
diujicobakan
kepada 30 orang
mahasiswa
FKIP
Universitas
Islam Riau pada tanggal 26 Agustus
1993,
maka
diadakan pengolahan secara statistik seperti pada
instrumen
test kognitif. Hasil korelasi yang diperoleh untuk.
setengah
instrumen adalah sebesar 0,591, yang berarti korelasi sedang
dan
hubungan
memadai. Sedangkan untuk
seluruh
instrumen
diperoleh hasil korelasi sebesar 0,743 yang berarti korelasi
tinggi
don
hubungan
besar, dengan
demikian
skala
sikap
te rs e bu t re1i ab el. Mel a1u i u j i t unt uk m en en tu kan tingk at
4 I 5
7 1
3 f
J. x_- I
13 f
14 '!
15 l' 17 19 21 24 25 26 29 3233 j 0
34 j 035 I 0
I
80
Tabel
3. 7. HASIL BOBOT ALTERNATIF TIAP ITEM
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0' 0 0 0 0 0 0 0 Butir positif _T_
TS I N
2 O 1 1 2 2 1 a i 2 /., 1 2 9 O a 1 a a 2 2 3 3 3 ^-3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 9 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 M«
3 I
6 !
11 I12 |
16 |
IB ' 20 |22 |
23 ['
27 |
23 | 30 ! 31 i Butir negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 •9 1 2 i 9 3 1 2 9 2 2 9LI
STSfi3 4 2 3 3 4 2 4 3 4 2 3 3 3 / j 3 3 3 I 3 !
3 f
4 ! 3 4 4 /Secara
ideal
nilai skala
tersebut
berinterval
sama
yaitu 0-1-2-3-4, namun hasil seperti itu tidak dapat
ciiharapkan, sehingga nilai skala yang intervalnya tidak sama
tersebut.
tetap dijadikan nilai skala bagi
setiap
kategori
jawaban subjek dan kunci pemberian skor.
Memilih
butir-butir skala sikap Likert dengan
menguji
signifikan tidaknya Daya Pembeda butir skala tersebut dengan
uji t . Caranya dengan mengambil 25 % kelompok unggul dan 25
[image:42.595.72.535.118.715.2]81
Tabel 3. 8 ANALISIS DAYA PEMBEDA SKALA SIKAP
Kategori Kelompck asor Kategori Kelompok urggul
j awaban jawaban
X f fX
fX2
X f fXfX2
SS 4 0 0 0 SS 4 1 4 16
S 3 2 6 18 S 3 p, 15 45
N 2 2 4 8 N 9 i 2 4
1 T C
1 ' •-> 1 3 3 3 TS 1 0 0 y. ••
I STS
t
' . , J
0 0 0 0 STS 0 0 0
|
7 13 29 7 21 65na
Xa
Xa
nuXu
xu
Catatan : N = 30, n = 25 % = 7 (unggul atau asor, contoh
butir nomor 1)
X
a
<Xa
-= 4,86
13/7 =1,9
Xa)^ = 29 -
(13)'X, X,
21/7
vAu
^ )Z = 65
(21)'
rumus t =
X„)2 + (X, - X,)2
(Subinc, 1967: 125)t =
(Xu
1,9 2 + 4,86
lu
n(n - 1 ) 1,1 0,40
= 2,75
7(7 - 1)
Dengan
(na
- 1) + (nu - 1) dk 12 ternyata
t
hitung
sebesar 2,75 dan t tabel sebesar 1,732, dengan demikian pada
tingkat kepercayaan 95 % t hitung lebih besar dari t tabel.
Berati
butir
skala
nomor 1 mempunyai
daya
pembeda
yang
signifikan,
sehingga
dapat
digunakan.
Hasil
nji
coba
signifikansi
Daya Pembeda seluruh butir skala sikap
Likert
[image:43.595.60.539.118.762.2]82
m i
Tabel 3.9. DAYA PEMBEDA SETIAP BUTIR SKALA SIKAP LIKERT
No. * * * 1 2 4 5 7 8 9 *10 *13 *14 *15 Butir positif 2,75 4,25 2,78 2, 13 5,33 4,65 3,04 4,38 4,90 10,00 6,45 No *19 *21 *24 *25 *26 *29 *32 *33 34 *35 *17 4. 6 4, 8. 2, 6, 6. 1, 3. 3, 32 67 60 00 38 7,00 30 21 37 61 75 T No * 3 * 6 *11 *12 t X6 * 18 *20 Butir Negatif No
4,72 *22 9,19 3,33 *23 2,78 7,04 *27 4,80 2,00 *28 3,04
5,15 30 1,56
4 ,90 *31 6,30 3,10
Butir skala sikap yang memilki daya pembeda yang
signifikan
adalah nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel 1,782dengan
tingkat
kepereavaan
95
%.
Dari
35
butir
yang
diujicobakan
ternyata
33 butir ( yang bertanda
*
)
yang
memenuhi syarat.
3. Angket
Angket
yang
digunakan untuk
menjaring
data
tentang
proses belajar mengajar pendidikan Pancasila di FKIP Universitas Islam Riau disusun dalam 55 item. Setelah
ditimbang oleh tiga orang dosen pendidikan Pancasila di IKIP Bandung dan dilakukan pengolahan secara statistik. Dari 55 butir yang disusun 41 butir yang dapat dipakai dan 14 butir
g u g u r . K e t e r an d a Jan s o r an g p en i ia :a n •- d e r a j at k e b e b a s a n
53 dan tingkat kepercayaan 95 % diperoleh t tabel sebesar
1,671,
sedangkan
t hitung sebesar 5,663.
Dengan
demikian
[image:44.595.68.519.115.557.2]83
tersebut valid dan signifikan. Keterandalan seluruh penilai
diperoleh t hitung sebesar 10,710, berati lebih besar dari t
tabel. Dengan demikian angket tersebut valid dan
signifikan.
Setelah diadakan uji coba pada tanggal 26 Agustus 1993
di
FKIP
Universitas
Islam Riau,
maka
diadakan
pengolahan
secara statistik dengan tehnik belah dua ganjil-genap. Dari
perhitungan
tersebut.
diperoleh
korelasi
untuk
setengah
instrumen sebesar 0,42 yang berarti korelasi
sedang
hubungan
memadai. Sedangkan untuk seluruh instrumen diperoleh
korelasi sebesar 0,59,
yang berarti
korelasi
sedang
hubungan
memadai. Dengan demikian angket tersebut dapat dijadikan
alat pengumpul data.
E. Pelaksanaan Penelitian
Setelah
alat
pengumpul data disusun,
ditimbang
oleh
dosen IKIP bandung dan diujicobakan di FKIP Universitas
Islam
Riau
serta
diolah secara
statistik
maka
diproleh
instrumen yang memenuhi
syarat,
untuk test
kognitif sebanyak
36 butir, skala sikap 33 butir dan angket sebanyak 41 butir.
Disamping penyusunan
intrumen
tersebut diajukan
permohonan
izin
penelitian
kepada
Program Pasca
Sarjana
dan
Badan
Administrasi
Aksdemis IKIP Bandung sebagai pengantar
untuk
FKIP
Universitas
Islam Riau
Pekanbaru .
Setelah
inondapat
surat izin penelitian dari FKIP Universitas Islam Riau, maka diadakan konsultasi dengan Dekan FKIP Universitas Islam Riau
[image:45.595.66.539.72.758.2]84
Kemudian diadakan uji coba pada tanggal 26 Agustus 1993 sekaligus mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan
penelitian ini seperti jadwal kuliah, jumlah mahasiswa dan sebagainya.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan tanggal 1 September
1993 sampai dengan 4 Oktober 1993. Teknis pengumpulan data melalui instrumen yang telah disiapkan adalah dengan
memeperhatikan jadwal perkuliahan mahasiswa, dan meminta
persetujuan dari dosen yang memberikan perkuliahan pada jurusan dan program tersebut. Waktu yang digunakan untuk pengisian ke tiga instrumrn tersebut adalah 90 menit yang
diawasi langsung oleh peneliti dan dosen Pancasila. F. Teknik Analisa Data.
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah analisa statistika ( metoda statistika ). Skor mentah yang diperoleh
mahasiswa diolah dengan Penilaian Acuan Morma. Skala Lima dengan mencari rata-rata dan standar deviasi terlebih dahulu.
Dari setiap setiap skor yang diperoleh baik kognitif, skala
sikap maupun angket. Kemudian dimasukkan dalam tabel berikut
ini :
Tabel 3. 10. RAMBU-RAMBU PENILAIAN ACUAN NORMA SKALA LIMA
T"
Skor mentah
| Nilai
I Angka
]
Kategori
i—•
H
+
M + 1,5 s/d M 4 2,49 I
A
]
4
I Sangat tinggi
f
M + 0,5 s/d M + 1,49 B 3 Tinggi
M - 0,5 s/d M + 0,49 I
C
j
2
1 Sedang
M - 1,5 s/d M - 0,50 j
D
j
1
] Rendah
j
0
s/d M - 1,50 |
E
I
0
I Sangat Rendah
I
[image:46.595.58.527.168.718.2]85
hasil belajar kognitif tingkat rendah (pengetahuan dan pemahaman) dengan hasil belajar kognitif tingkat sedang (aplikasi dan analisis), serta dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi (sintesis dan evaluasi). Selain itu juga diadakan perbandingan antara hasil belajar kognitif dengan hasil belajar afektif pendidikan Pancasila. Untuk menguji hipotesis perbandingan tersebut digunakan rumus t, dengan langkah-langkah sebagai berikut
a. Mencari rata-rata (mean) dengan rumus :
£fx
X =
n
b. Mencari Variians dengan rumus :
(nx - 1)S22 + (n2 - 1)S22
S^
=
(Sudjana, 1975 :232)
n^ f n2 - 2
c. Mencari kesamaan dua Varians dengan rumus :
Si2
F = — (Sudjana, 1975 : 242)
d. Mencari harga t dengan rumus
X - Y
t =
-s
\J
Vnj 4l/n2
2. Untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif pendidikan Pancasila dilakukan dengan tabel kontingensi, dengan kategori-kategori yang telah dikemukakan di atas. Langkah -langkahnya seperti berikut
[image:47.595.57.532.76.773.2]a. Mengadakan tabulasi silang dengsn rumus :
Eii = (nio x noj^-/n
(Sudjana, 1975: 276)
b. Menghitung Chi Kuadrat dengan rumus :
j^=yV(0i3 "EiJ)2/EiJ
Sudjana, 1975:
c. Menghitung^Jerajat hubungan dengan rumus :
c
-d. Menghitung harga C maksimum dengan rumus (Sudjana, 1975: 279)
C maks
m
e. Menghitung koefisien determinasi dengan rumus C
x 100 % (Rochman Natawijaya, 1983
"maks
86
BAB V
P E H U T U P
A. K£S.imp-U.l.a.o_
Proses
belajar
mengajar yang
dilaksanakan
merupakan
faktor terpenting dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa
baik aspek kognitif maupun afektif. Dengan diperolehnya data
ui
iupangou,
pengolahan secara statistik penyajian hasil
penelitian dan pembahasannya. Maka dapat ditarik kesimpulan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Proses belajar mengajar pendidikan Pancasila yang dilak
sanakan
di
FKIP Universitas Islam Riau
masih bersifat
lua.c^uui. Hasil belajar kognitif Pendidikan Pancasila.
mahasiswa berada pada tingkat rendah. Pendidikan Pancasi
la sebagai pendidikan afektif, nilai. moral dan politik
tidak dapat mengabaikan pendidikan kognitif, karena aspek
kognitif tersebut memberikan dukungan terhadap aspek
afektif demikian pula sebaliknya. Namun
ranah kognitif
mahasiswa
FKIP
Universitas Islam Riau
terhadap
materi
Pendidikan Pancasila belum sesuai dengan jenjang pendi
dikan yang mereka ikuti dan tingkat perkembangan
psikolo-l-gir; yang mereka jaiani. Penguasaan ranah kognitif mereka
maojh berada pada tahap pengetahuan. r-mahaman dan
apli-! t,- 1
lni disebabkan proses beIa;' ar
a
engajar
yang
oHaksanakau
masih
bers if at kon vens i -na I. Tujuan
yang
159
defenisi, teori dan konsep-konsep. Sementara itu
tingkat
analisis,
sintesis dan evaluasi masih jarang
dirumuskan
oleh dosen. Metode yang banyak diterapkan adalah ceramah,
tanya jawab dan diskusi, sehingga kurang dapat
mengarah
kan mahasiswa pada taraf berpikir kognitif tinggi.
2. Hasil belajar kognitif pendidikan Pancasila mahsiswa FKIP
Universitas Islam Riau lebih cenderung pada tingkat-ting
kat
rendah yaitu pengetahuan, pemahaman,
dan
aplikasi.
Dengan
demikian
ranah kognitif tingkat
tinggi
seperti
sintesis dan evaluasi masih kurang dikuasai. Sebagai
ma
hasiswa yang berada pada tahap perkembangan adolesen yang
duduk di perguruan tinggi.seharusnya lebih meningkat pada
ranah
kognitif
yang lebih tinggi.
Hal
tersebut
di.pe-ngaruhi
oleh proses belajar mengajar
yang
dilaksanakan
oleh dosen belum dapat menjangkau ranah kognitif
tingkat
tinggi tersebut. Berarti pendidikan Pancasila yang
dibe
rikan di perguruan tinggi tersebut belum dapat memberikan
nilai tambah bagi mahasiswa untuk menjadikan nilai
moral
dan
norma
Pancasila
sebagai suatu
sistem
nilai
yang
mereka
yakini melalaui penalaran dan
pertimbangan
yang
mereka miliki.
Hasil belajar afektif pendidikan Pancasila mahasiswa FKIP
universitas
Islam
Riau berada pada tingkat
sedang
dan
proses belajar mengajar pendidikan Pancasila di FKIP
160
Pancasila
sebagai Pendidikan afektif, nilai
dan
moral.
Walaupun dalam proses belajar mengajar pendidikan
Panca
sila,
dosen tidak pernah menerapkan pendekatan
afektif,
karena keterbatasan pengetahuan dan penguasaan akan
kon
sep pendidikan afektif tersebut, seperti m