BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan
juga merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik
secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap
suatu objek tertentu (Mubarak, 2007).
Bloom dalam Ngatimin (2007), menyatakan bahwa
pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai enam aspek. Aspek yang pertama adalah tahu (Know), yang
merupakan kemampuan untuk mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Aspek yang kedua adalah
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
serta dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar (memahami). Aspek yang ketiga yaitu aplikasi
(aplication) merupakan kemampuan untuk menggunakan
keempat adalah analisis (analysis) yang merupakan
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Aspek yang selanjutnya adalah sintesis (sinthesis) yang
merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi yang ada. Aspek yang terakhir adalah
evaluasi (evaluation) yang merupakan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Notoatmodjo (2005) menyimpulkan, ada tujuh faktor
yang mempengaruhi pengetahuan :
1). Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
2). Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu
mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi
bagi seseorang merupakan salah satu modal berpikir
dan mengolah berbagai informasi secara terarah
sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan
intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula
terhadap tingkat pengetahuan.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, lingkungan merupakan tempat dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan
juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat
kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh
pada cara berfikir seseorang. 4) Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh
suatu proses belajar dan memperoleh sutau
pengetahuan.
5) Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin baik pula pengetahuannya.
Semakin mudah seseorang menerima hal-hal baru
dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru
terrsebut.
6) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah, tetapi bila ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai
media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal
itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang. 7) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik.
Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Oleh sebab itu,
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dapat
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
2.1.3 Pengetahuan Seksual
Pengetahuan atau pendidikan seksual pada remaja
terdiri dari pemahaman tentang seksualitas yang
dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan
tentang fungsi hubungan seksual, dampak seksual
pranikah, dan faktor yang mendorong seksual pranikah
(Sarwono, 2006). Selain itu, pengetahuan seksual yang
harus diperoleh remaja di usianya adalah pengetahuan
tentang reproduksi, maturasi seksual dan pendidikan HIV
sesuai usia remaja (Potter & Perry, 2005). Namun,
sekolah maupun orang tua jarang memberikan
pengetahuan seks yang seharusnya kepada remaja
karena hal ini dianggap tabu untuk dibicarakan sehingga
masyarakat masih sangat mempercayai mitos-mitos
seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya pemahaman ini
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat, budaya, agama dan kurangnya informasi dari sumber
Sarwono (2006) menyatakan, illustrasi dari adanya
informasi yang tidak benar di kalangan remaja,
disebabkan karena pengetahuan tentang fungsi hubungan
seksual berdasarkan mitos yang berkembang yaitu
hubungan seksual dapat mengurangi frustasi,
menyebabkan awet muda dan menambah semangat
belajar. Selain itu mitos akibat hubungan seksual yaitu
tidak akan hamil kalau senggama terputus, hanya
menempelkan alat kelamin, senggama 1-2 kali saja serta,
berenang atau berciuman bisa menyebabkan kehamilan.
Disamping itu terdapat pula mitos yang mendorong
hubungan seksual pranikah yaitu berganti pasangan
seksual tidak menambah Penyakit Menular Seksual
(PMS), pacaran perlu variasi antara lain bercumbu, mau
berhubungan seksual berarti serius dengan pacar dan
sekali berhubungan seksual tidak akan tertular PMS.
2.1.4 Pengertian Seks Bebas
Seks bebas adalah hubungan antara dua orang
dengan jenis kelamin yang berbeda, dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan (Ghifari,
seksnya maupun dengan siapa hubungan seksual itu
dilakukan (Nanggala, 2006). Dikatakan bahwa perilaku seks
bebas dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti: 1)
kurangnya pemahaman nilai nilai agama, 2) belum adanya
pendidikan seks secara formal di sekolah, 3) pengaruh
teman, internet dan lingkungan, 4) penyebaran gambar dan
VCD porno melalui berbagai media, 5) penggunaan NAPZA
(Narkotika, psikotropika dan zat adiktif) .
2.1.5. Faktor yang mendorong seks bebas
Perilaku seks yang dilakukan oleh remaja, dapat
disebabkan karena adanya faktor yang mendorong untuk
melakukan tindakan tersebut. Soetjiningsih (2007)
menjelaskan bahwa hubungan seksual pada masa remaja
awalnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1). Waktu mengalami masa pubertas.
2). Kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu
longgar), kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
3). Frekuensi pertemuan dengan kekasih, hubungan antara
mereka semakin romantis, adanya keinginan untuk
menunjukkan cinta pada kekasihnya.
4). Status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak
memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki
masa remaja dengan baik.
5) korban pelecehan seksual.
6) Tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat
terlarang dan alkohol, merasa sudah saatnya untuk
melakukan aktivitas seksual karena merasa matang secara
fisik.
7) Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan
fisiknya.
8) Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat
peningkatan kadar hormon reproduksi atau seksual.
2.1.6 Dampak seks bebas
Seks bebas di kalangan remaja dapat menimbulkan berbagai dampak yang buruk bagi masa depan dan perkembangan
masa depan remaja itu sendiri. Dampak dari bahaya seks bebas
tersebut diantaranya : a). Menciptakan kenangan buruk bagi remaja
yang melakukannya karena hujatan dari masyarakat yang akan
berdampak bukan saja pada remaja itu sendiri akan tetapi keluarga
yang juga ikut menanggung aib dari hasil perbuatan tersebut dan
akan menjadi beban mental yang sangat berat bagi keluarga, b)
Kehamilan yang tidak diharapkan, kehamilan yang terjadi akibat
seks pranikah bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi
yang dikandungnya namun juga dapat manjadi beban berat bagi
ibunya mengingat kandungan tidak bisa disembunyikan, dan dalam
keadaan seperti ini ibu dapat depresi, terlebih lagi jika sang ayah
dari bayi tidak ingin bertanggungjawab, c) Pengguguran kandungan
dan pembunuhan bayi, d) penyebaran penyakit terutama Penyakit
Menular Seksual (PMS).
Sarwono (2003) menegaskan bahwa frekuensi
berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja usia
15-24 tahun adalah yang tertinggi. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta
meningkatkan resiko terkena HIV/AIDS. Hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS dan HIV/AIDS, kehamilan di
luar nikah dan aborsi tidak aman (Depkes, 2003). Penderita HIV/AIDS dilaporkan Depkes RI pada September 2002 sebagian
seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik terinfeksi secara
bergantian.
2.2 Konsep Perilaku Seksual
2.2.1 Perilaku
Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar (Kartono & Mar’at, 2006). Perilaku terbentuk karena
adanya pemikiran terhadap suatu objek, sehingga
munculnya tanggapan atau balasan terhadap rangsangan
yang diberikan (Notoatmodjo, 2010).
Skinner dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan
bahwa perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian
perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus-organisme-respon, sehingga teori skinner ini disebut teori “S-O-R”
(Stimulus-Organisme-Respon). Skinner membedakan jenis
perilaku menjadi dua bagian, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap
masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus
yang bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup yang
dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
Contohnya : Remaja wanita pada umumnya memiliki
pengetahuan bahwa seorang wanita akan
mengalami perubahan fisik seperti menstruasi. Hal
itu merupakan pengetahuan (knowledge). Kemudian
jika remaja wanita tersebut bertanya pada ibunya
tentang apa yang harus dilakukan apabila dia
sedang menstruasi, hal tersebut disebut sikap (attitude).
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon
terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan
atau praktik, hal ini dapat diamati orang lain dari luar atau disebut observable behavior. Contoh : Seorang
remaja sering menonton video porno dan kemudian
mempraktekkan hal tersebut dengan pasangannya. Contoh-contoh tersebut merupakan bentuk tindakan
Perilaku seseorang sangat kompleks dan mempunyai
bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam
Notoatmodjo (2010) membedakan adanya tiga domain atau ranah
perilaku yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) serta
tindakan atau praktik (practice).
2.2.2 Perilaku Seksual
Anggriyani & Trisnawati (2011) menyimpulkan
bahwa, perilaku seksual adalah perilaku yang muncul
karena adanya dorongan seksual. Perilaku seksual secara
rinci dapat berupa :
a) Berfantasi
Berfantasi merupakan perilaku membayangkan
dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang
bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
b) Pegangan Tangan
Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan
rangsangan seksual yang kuat namun biasanya menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas
yang lain.
c) Cium Kering
d) Cium Basah
Aktivitas berupa sentuhan bibir ke bibir.
e) Meraba
Merupakan kegiatan memegang bagian-bagian
sensitif rangsangan seksual, seperti: leher,
payudara, paha, alat kelamin, dan lain lain.
f) Berpelukan
Aktivitas ini menimbulkan perasaaan tenang,
aman, nyaman disertai rangsangan seksual
(terutama bila mengenai daerah sensitif).
g) Masturbasi bagi wanita atau onani bagi laki-laki,
adalah perilaku merangsang organ kelamin untuk
mendapatkan kepuasan seksual.
h) Oral Seks
Merupakan aktivitas seksual dengan cara
memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan
jenis. i) Petting
Merupakan seluruh aktivitas non intercourse
j) Intercourse (senggama)
Merupakan aktivitas seksual dengan
memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat
kelamin wanita.
2.3 Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja
WHO dalam Sarwono (2006), mendefinifisikan
remaja sebagai anak yang berumur 12-24 tahun. Menurut
Undang-undang No.4 (2002) mengenai kesejahteraan anak,
remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun
dan belum menikah. Masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang
ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan
berlangsungnya pemasakan seksual sampai tercapainya
pertumbuhan fisik dan mental kira-kira pada usia 12-21
tahun. Adapun gejolak yang ditimbulkan meliputi :
a. Fungsional remaja dalam mempersiapkan jati diri menuju kedewasaan seperti mencari identitas diri
b. Pertumbuhan fisik yang meliputi perkembangan
tanda-tanda seksual sekunder dan pertumbuhan
tubuh yang tidak proposional.
c. Perubahan emosi pada remaja meliputi lebih
peka, lebih cepat marah dan agresif.
d. Perkembangan intelegensi pada remaja meliputi
cara berpikir yang cenderung kritis dan penalaran
yang semakin tajam.
2.3.2 Batasan Remaja
Sebelum mencapai masa remaja, individu
telah mengalami serangkaian perkembangan dan
memperoleh banyak pengalaman. Tidak ada anak
perempuan atau anak laki-laki yang memasuki daftar
remaja dalam bentuk daftar kosong, yang hanya memilik kode genetik yang akan menentukan
berbagai pikiran, perasaan, dan perilakunya. Namun,
kombinasi antara faktor keturunan, pengalaman
masa kanak-kanak, dan pengalaman masa remaja, menentukan rangkaian perkembangan remaja.
Menurut Larson dkk dalam Santrock (2007), masa
remaja (adolescence) adalah periode transisi
masa dewasa yang melibatkan
perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.
Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri
memasuki masa dewasa. Sebetulnya, masa depan
dari seluruh budaya tergantung pada seberapa
efektifnya pengasuhan itu.
Meskipun rentang usia dari remaja dapat
bervariasi tergantung dari lingkungan budaya dan
historisnya, kini di Amerika Serikat dan sebagian
besar budaya lainnya, masa remaja dimulai sekitar
usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar
usia 18 hingga 22 tahun. Perubahan biologis,
kognitif, dan sosio-emosional yang dialami remaja
dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi
seksual hingga proses berfikir abstrak hingga
kemandirian.
Masa remaja dibedakan menjadi periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal (Early
Adolescence) kurang lebih berlangsung di masa
sekolah menengah pertama atau sekolah menengah
akhir dan perubahan pubertas terbesar terjadi di
kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa
yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran dan
eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di
masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja
awal.
Pandangan lama mengatakan bahwa masa
remaja merupakan satu-satunya periode transisi
menuju dunia dewasa. Pendekatan baru
menekankan pada variasi transisi dan peristiwa yang
menentukan periode tersebut seperti halnya waktu
dan urutannya (Santrock, 2007). Sebagai contoh,
peristiwa pubertas dan peristiwa sekolah dipandang
sebagai transisi pokok yang menandainya masuk
masa remaja, menamatkan sekolah atau bekerja
untuk pertama kalinya merupakan peristiwa transisi
pokok yang menandai berakhirnya masa remaja dan
masuknya orang ke masa dewasa.
Santrock (2007) menegaskan bahwa perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses
seumur hidup. Masa remaja merupakan bagian dari
rangkaian kehidupan dan bukan merupakan suatu
periode-periode lainnya. Meskipun masa remaja
memiliki karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi
selama masa remaja berkaitan dengan
perkembangan dan pengalaman di masa
kanak-kanak maupun masa dewasa.
2.3.3 Ciri-ciri Perkembangan Remaja
Setiap remaja pasti melewati masa pubertas,
yaitu masa dimana kematangan fisik berlangsung
pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan
tubuh, yang terutama berlangsung di remaja awal.
Pubertas diiringi dengan berbagai perubahan yang
berlangsung di dalam sistem endokrin, berat tubuh
dan lemak tubuh. Bawaan pubertas bukanlah suatu
insiden lingkungan. Kemunculan pubertas telah diprogram di dalam gen setiap manusia dan tidak
berlangsung di usia 2 atau 3 tahun maupun di usia
20-an. Faktor-faktor lingkungan juga turut
mempengaruhi kemunculan lamanya masa pubertas yang pada sebagian besar individu berlangsung
antara usia 9-16 tahun. Santrock (2007) juga
menyimpulkan bahwa perkembangan remaja di
a. Perkembangan biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil
aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem
saraf pusat. Perubahan fisik tampak pada
pertumbuhan peningkatan fisik. Urutan
perubahan fisik yang terjadi pada remaja adalah
sebagai berikut:
1. Munculnya kumis untuk pertama kalinya pada
anak laki-laki dan melebarnya pinggul pada
perempuan, terdapat aliran hormon-hormon
(hormones), yaitu zat kimia yang kuat yang
diciptakan oleh kelenjar endrokin dan dibawa ke
seluruh tubuh melalui aliran darah.
2. Pertambahan tinggi badan dan perubahan suara
pada laki-laki dan perkembangan pembesaran
payudara, perkembangan rahim dan perubahan
kerangka pada perempuan.
3. Terjadinya perubahan hormonal, pada laki-laki
dimulai pada usia 10-11 tahun ditandai dengan ejakulasi dari air mani pertama. Sedangkan pada
4. Tumbuhnya rambut kemaluan yang halus dan
berwarna gelap di kemaluan dan tumbuhnya
rambut kemaluan yang keriting, tumbuhnya bulu
ketiak.
b. Perkembangan psikologis
Terdapat perubahan psikologis dalam jumlah
besar yang menyertai perkembangan pubertas
remaja. Remaja mulai menganggap dirinya
berbeda dengan yang lain dan mulai melihat
dirinya sebagai individu yang lain.
c. Perkembangan kognitif
Remaja kurang memiliki keterampilan kognitif
yang secara efektif dapat mengontrol
kencenderungan untuk mencari kesenangan.
Remaja sering membuat keputusan yang tidak
matang dan memiliki konsekuensi yang
berbahaya, diperlukan waktu agar remaja dapat berkembang, di mana kemampuan membuat
2.4 PSK (Pekerja Seks Komersial)
2.4.1 Pengertian
Pelacur, lonte, Pekerja Seks Komersial
(PSK), wanita tuna susila (WTS), adalah beberapa
istilah pada sesosok perempuan penjaja seks. Istilah pelacur berkata dasar “lacur” yang berarti malang,
celaka, gagal, sial atau tidak jadi. Kata lacur juga
memiliki arti buruk laku (Alwi dkk, 2001). Jika kata
tersebut diuraikan dapat dipahami bahwa pelacur
adalah orang yang menjual diri sebagai pelacur
untuk mendapatkan imbalan tertentu. Pelacur adalah
seseorang yang memberikan layanan hubungan
seksual demi imbalan uang. (Hasan, 1995).
2.4.2 Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial
Kartini (2005) menegaskan bahwa, beberapa
ciri khas PSK adalah :
1). Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria).
2). Cantik, molek, rupawan, manis, atraktif menarik,
3). 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di
bawah usia 30 tahun dan berkisar antara usia 17-25
tahun.
4). Pakaiannya sangat mencolok, beraneka warna,
sering aneh-aneh (eksentrik) untuk menarik kaum
pria. Mereka sangat memperhatikan penampilan
yaitu wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan
parfum yang wangi semerbak.
5). Para PSK sering memakai nama samaran dan
sering berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya,
agar tidak dikenal oleh banyak orang.
6). Mayoritas berasal dari strata ekonomi dan strata
sosial rendah. Mereka pada umumnya tidak mempunyai ketrampilan (skill) khusus dan kurang
pendidikannya. Modalnya adalah kecantikan dan
kemudaannya.
Pada umumnya seorang PSK adalah wanita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Hal ini
PSK. Mereka dituntut untuk tetap mempertahankan
kecantikan agar tetap menarik.
2.4.3 Remaja Pekerja Seks Komersial.
Jika dilihat dari pengertian diatas, remaja
PSK sendiri bisa diartikan sebagai seseorang
dengan perkiraan usia 12-21 tahun (atau dianggap
belum dewasa). Mereka mendapatkan uang, barang,
material atau sejumlah bentuk kemewahan lainnya
dengan cara memberikan jasa pelayanan seksual,
baik berupa hubungan seks, oral seks atau
kepuasan seksual lainnya, kepada siapapun yang
membutuhkannya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
remaja memilih bekerja sebagai PSK menurut hasil
wawancara pada PSK remaja oleh staf Yayasan
Hotline Surabaya, remaja wanita yang bekerja
sebagai PSK dikarenakan sebelumnya pernah diperkosa, mempunyai masalah keluarga, ekonomi
rendah, dijual oleh ayahnya sendiri dan dipengaruhi teman sebaya yang mempunyai uang banyak dan
2.5 Prespektif Teoritis
Remaja PSK
(Remaja PSK adalah remaja yang berumur
12-24 tahun yang bekerja sebagai PSK.
Pengetahuan seks
remaja tentang : Seks bebas
Dampak seks bebas Faktor yang
mempengaruhi seks bebas
Perilaku seksual : Berfantasi
Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan
berakhir pada sekitar usia 18 hingga 24 tahun, ditandai dengan
timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya pemasakan
seksual sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental, adanya
perubahan fisik ini menimbulkan dorongan untuk melakukan seks
pun meningkat. Remaja mulai merasakan suatu emosional yang
dinamakan cinta, kemudian berlanjut dengan perilaku fisik sebagai
bukti kasih sayang pada pasangan.
Perilaku fisik tersebut menimbulkan perilaku seksual yang
dilakukan para remaja dan akan berdampak buruk apabila
pemahaman tentang seksual pada remaja tidak diberikan secara
tepat. Pengetahuan seks pada remaja perlu diperhatikan mengingat
selama ini banyak remaja yang memperoleh pengetahuan seksnya
dari teman sebaya dan masyarakat masih banyak mempercayai
mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang
salah. Bukti nyata pemahaman yang salah atas pengetahuan seks
pada remaja adalah remaja tidak ragu untuk melakukan seks
pranikah dan bekerja sebagai pekerja seks komersial, hal ini disebabkan oleh remaja berusaha untuk melakukan banyak hal