• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Seksual pada Remaja PSK di Palangkaraya T1 462011090 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Seksual pada Remaja PSK di Palangkaraya T1 462011090 BAB II"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia

sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan

juga merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik

secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi

setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

suatu objek tertentu (Mubarak, 2007).

Bloom dalam Ngatimin (2007), menyatakan bahwa

pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai enam aspek. Aspek yang pertama adalah tahu (Know), yang

merupakan kemampuan untuk mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Aspek yang kedua adalah

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

serta dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar (memahami). Aspek yang ketiga yaitu aplikasi

(aplication) merupakan kemampuan untuk menggunakan

(2)

keempat adalah analisis (analysis) yang merupakan

kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Aspek yang selanjutnya adalah sintesis (sinthesis) yang

merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada. Aspek yang terakhir adalah

evaluasi (evaluation) yang merupakan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Notoatmodjo (2005) menyimpulkan, ada tujuh faktor

yang mempengaruhi pengetahuan :

1). Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

2). Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu

(3)

mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi

bagi seseorang merupakan salah satu modal berpikir

dan mengolah berbagai informasi secara terarah

sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan

intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula

terhadap tingkat pengetahuan.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang, lingkungan merupakan tempat dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan

juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat

kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan

memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh

pada cara berfikir seseorang. 4) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh

(4)

suatu proses belajar dan memperoleh sutau

pengetahuan.

5) Pendidikan

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin baik pula pengetahuannya.

Semakin mudah seseorang menerima hal-hal baru

dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru

terrsebut.

6) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang

memiliki pendidikan yang rendah, tetapi bila ia

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai

media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal

itu akan dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang. 7) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik.

Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Oleh sebab itu,

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dapat

(5)

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

2.1.3 Pengetahuan Seksual

Pengetahuan atau pendidikan seksual pada remaja

terdiri dari pemahaman tentang seksualitas yang

dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan

tentang fungsi hubungan seksual, dampak seksual

pranikah, dan faktor yang mendorong seksual pranikah

(Sarwono, 2006). Selain itu, pengetahuan seksual yang

harus diperoleh remaja di usianya adalah pengetahuan

tentang reproduksi, maturasi seksual dan pendidikan HIV

sesuai usia remaja (Potter & Perry, 2005). Namun,

sekolah maupun orang tua jarang memberikan

pengetahuan seks yang seharusnya kepada remaja

karena hal ini dianggap tabu untuk dibicarakan sehingga

masyarakat masih sangat mempercayai mitos-mitos

seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya pemahaman ini

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat, budaya, agama dan kurangnya informasi dari sumber

(6)

Sarwono (2006) menyatakan, illustrasi dari adanya

informasi yang tidak benar di kalangan remaja,

disebabkan karena pengetahuan tentang fungsi hubungan

seksual berdasarkan mitos yang berkembang yaitu

hubungan seksual dapat mengurangi frustasi,

menyebabkan awet muda dan menambah semangat

belajar. Selain itu mitos akibat hubungan seksual yaitu

tidak akan hamil kalau senggama terputus, hanya

menempelkan alat kelamin, senggama 1-2 kali saja serta,

berenang atau berciuman bisa menyebabkan kehamilan.

Disamping itu terdapat pula mitos yang mendorong

hubungan seksual pranikah yaitu berganti pasangan

seksual tidak menambah Penyakit Menular Seksual

(PMS), pacaran perlu variasi antara lain bercumbu, mau

berhubungan seksual berarti serius dengan pacar dan

sekali berhubungan seksual tidak akan tertular PMS.

2.1.4 Pengertian Seks Bebas

Seks bebas adalah hubungan antara dua orang

dengan jenis kelamin yang berbeda, dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan (Ghifari,

(7)

seksnya maupun dengan siapa hubungan seksual itu

dilakukan (Nanggala, 2006). Dikatakan bahwa perilaku seks

bebas dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti: 1)

kurangnya pemahaman nilai nilai agama, 2) belum adanya

pendidikan seks secara formal di sekolah, 3) pengaruh

teman, internet dan lingkungan, 4) penyebaran gambar dan

VCD porno melalui berbagai media, 5) penggunaan NAPZA

(Narkotika, psikotropika dan zat adiktif) .

2.1.5. Faktor yang mendorong seks bebas

Perilaku seks yang dilakukan oleh remaja, dapat

disebabkan karena adanya faktor yang mendorong untuk

melakukan tindakan tersebut. Soetjiningsih (2007)

menjelaskan bahwa hubungan seksual pada masa remaja

awalnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1). Waktu mengalami masa pubertas.

2). Kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu

longgar), kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh

(8)

3). Frekuensi pertemuan dengan kekasih, hubungan antara

mereka semakin romantis, adanya keinginan untuk

menunjukkan cinta pada kekasihnya.

4). Status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak

memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki

masa remaja dengan baik.

5) korban pelecehan seksual.

6) Tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat

terlarang dan alkohol, merasa sudah saatnya untuk

melakukan aktivitas seksual karena merasa matang secara

fisik.

7) Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan

fisiknya.

8) Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat

peningkatan kadar hormon reproduksi atau seksual.

2.1.6 Dampak seks bebas

Seks bebas di kalangan remaja dapat menimbulkan berbagai dampak yang buruk bagi masa depan dan perkembangan

(9)

masa depan remaja itu sendiri. Dampak dari bahaya seks bebas

tersebut diantaranya : a). Menciptakan kenangan buruk bagi remaja

yang melakukannya karena hujatan dari masyarakat yang akan

berdampak bukan saja pada remaja itu sendiri akan tetapi keluarga

yang juga ikut menanggung aib dari hasil perbuatan tersebut dan

akan menjadi beban mental yang sangat berat bagi keluarga, b)

Kehamilan yang tidak diharapkan, kehamilan yang terjadi akibat

seks pranikah bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi

yang dikandungnya namun juga dapat manjadi beban berat bagi

ibunya mengingat kandungan tidak bisa disembunyikan, dan dalam

keadaan seperti ini ibu dapat depresi, terlebih lagi jika sang ayah

dari bayi tidak ingin bertanggungjawab, c) Pengguguran kandungan

dan pembunuhan bayi, d) penyebaran penyakit terutama Penyakit

Menular Seksual (PMS).

Sarwono (2003) menegaskan bahwa frekuensi

berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja usia

15-24 tahun adalah yang tertinggi. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta

meningkatkan resiko terkena HIV/AIDS. Hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS dan HIV/AIDS, kehamilan di

luar nikah dan aborsi tidak aman (Depkes, 2003). Penderita HIV/AIDS dilaporkan Depkes RI pada September 2002 sebagian

(10)

seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik terinfeksi secara

bergantian.

2.2 Konsep Perilaku Seksual

2.2.1 Perilaku

Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar (Kartono & Mar’at, 2006). Perilaku terbentuk karena

adanya pemikiran terhadap suatu objek, sehingga

munculnya tanggapan atau balasan terhadap rangsangan

yang diberikan (Notoatmodjo, 2010).

Skinner dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan

bahwa perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian

perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus-organisme-respon, sehingga teori skinner ini disebut teori “S-O-R”

(Stimulus-Organisme-Respon). Skinner membedakan jenis

perilaku menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap

(11)

masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus

yang bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup yang

dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

Contohnya : Remaja wanita pada umumnya memiliki

pengetahuan bahwa seorang wanita akan

mengalami perubahan fisik seperti menstruasi. Hal

itu merupakan pengetahuan (knowledge). Kemudian

jika remaja wanita tersebut bertanya pada ibunya

tentang apa yang harus dilakukan apabila dia

sedang menstruasi, hal tersebut disebut sikap (attitude).

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon

terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan

atau praktik, hal ini dapat diamati orang lain dari luar atau disebut observable behavior. Contoh : Seorang

remaja sering menonton video porno dan kemudian

mempraktekkan hal tersebut dengan pasangannya. Contoh-contoh tersebut merupakan bentuk tindakan

(12)

Perilaku seseorang sangat kompleks dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam

Notoatmodjo (2010) membedakan adanya tiga domain atau ranah

perilaku yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) serta

tindakan atau praktik (practice).

2.2.2 Perilaku Seksual

Anggriyani & Trisnawati (2011) menyimpulkan

bahwa, perilaku seksual adalah perilaku yang muncul

karena adanya dorongan seksual. Perilaku seksual secara

rinci dapat berupa :

a) Berfantasi

Berfantasi merupakan perilaku membayangkan

dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang

bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.

b) Pegangan Tangan

Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan

rangsangan seksual yang kuat namun biasanya menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas

yang lain.

c) Cium Kering

(13)

d) Cium Basah

Aktivitas berupa sentuhan bibir ke bibir.

e) Meraba

Merupakan kegiatan memegang bagian-bagian

sensitif rangsangan seksual, seperti: leher,

payudara, paha, alat kelamin, dan lain lain.

f) Berpelukan

Aktivitas ini menimbulkan perasaaan tenang,

aman, nyaman disertai rangsangan seksual

(terutama bila mengenai daerah sensitif).

g) Masturbasi bagi wanita atau onani bagi laki-laki,

adalah perilaku merangsang organ kelamin untuk

mendapatkan kepuasan seksual.

h) Oral Seks

Merupakan aktivitas seksual dengan cara

memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan

jenis. i) Petting

Merupakan seluruh aktivitas non intercourse

(14)

j) Intercourse (senggama)

Merupakan aktivitas seksual dengan

memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat

kelamin wanita.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

WHO dalam Sarwono (2006), mendefinifisikan

remaja sebagai anak yang berumur 12-24 tahun. Menurut

Undang-undang No.4 (2002) mengenai kesejahteraan anak,

remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun

dan belum menikah. Masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang

ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan

berlangsungnya pemasakan seksual sampai tercapainya

pertumbuhan fisik dan mental kira-kira pada usia 12-21

tahun. Adapun gejolak yang ditimbulkan meliputi :

a. Fungsional remaja dalam mempersiapkan jati diri menuju kedewasaan seperti mencari identitas diri

(15)

b. Pertumbuhan fisik yang meliputi perkembangan

tanda-tanda seksual sekunder dan pertumbuhan

tubuh yang tidak proposional.

c. Perubahan emosi pada remaja meliputi lebih

peka, lebih cepat marah dan agresif.

d. Perkembangan intelegensi pada remaja meliputi

cara berpikir yang cenderung kritis dan penalaran

yang semakin tajam.

2.3.2 Batasan Remaja

Sebelum mencapai masa remaja, individu

telah mengalami serangkaian perkembangan dan

memperoleh banyak pengalaman. Tidak ada anak

perempuan atau anak laki-laki yang memasuki daftar

remaja dalam bentuk daftar kosong, yang hanya memilik kode genetik yang akan menentukan

berbagai pikiran, perasaan, dan perilakunya. Namun,

kombinasi antara faktor keturunan, pengalaman

masa kanak-kanak, dan pengalaman masa remaja, menentukan rangkaian perkembangan remaja.

Menurut Larson dkk dalam Santrock (2007), masa

remaja (adolescence) adalah periode transisi

(16)

masa dewasa yang melibatkan

perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri

memasuki masa dewasa. Sebetulnya, masa depan

dari seluruh budaya tergantung pada seberapa

efektifnya pengasuhan itu.

Meskipun rentang usia dari remaja dapat

bervariasi tergantung dari lingkungan budaya dan

historisnya, kini di Amerika Serikat dan sebagian

besar budaya lainnya, masa remaja dimulai sekitar

usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar

usia 18 hingga 22 tahun. Perubahan biologis,

kognitif, dan sosio-emosional yang dialami remaja

dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi

seksual hingga proses berfikir abstrak hingga

kemandirian.

Masa remaja dibedakan menjadi periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal (Early

Adolescence) kurang lebih berlangsung di masa

sekolah menengah pertama atau sekolah menengah

akhir dan perubahan pubertas terbesar terjadi di

(17)

kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa

yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran dan

eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di

masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja

awal.

Pandangan lama mengatakan bahwa masa

remaja merupakan satu-satunya periode transisi

menuju dunia dewasa. Pendekatan baru

menekankan pada variasi transisi dan peristiwa yang

menentukan periode tersebut seperti halnya waktu

dan urutannya (Santrock, 2007). Sebagai contoh,

peristiwa pubertas dan peristiwa sekolah dipandang

sebagai transisi pokok yang menandainya masuk

masa remaja, menamatkan sekolah atau bekerja

untuk pertama kalinya merupakan peristiwa transisi

pokok yang menandai berakhirnya masa remaja dan

masuknya orang ke masa dewasa.

Santrock (2007) menegaskan bahwa perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses

seumur hidup. Masa remaja merupakan bagian dari

rangkaian kehidupan dan bukan merupakan suatu

(18)

periode-periode lainnya. Meskipun masa remaja

memiliki karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi

selama masa remaja berkaitan dengan

perkembangan dan pengalaman di masa

kanak-kanak maupun masa dewasa.

2.3.3 Ciri-ciri Perkembangan Remaja

Setiap remaja pasti melewati masa pubertas,

yaitu masa dimana kematangan fisik berlangsung

pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan

tubuh, yang terutama berlangsung di remaja awal.

Pubertas diiringi dengan berbagai perubahan yang

berlangsung di dalam sistem endokrin, berat tubuh

dan lemak tubuh. Bawaan pubertas bukanlah suatu

insiden lingkungan. Kemunculan pubertas telah diprogram di dalam gen setiap manusia dan tidak

berlangsung di usia 2 atau 3 tahun maupun di usia

20-an. Faktor-faktor lingkungan juga turut

mempengaruhi kemunculan lamanya masa pubertas yang pada sebagian besar individu berlangsung

antara usia 9-16 tahun. Santrock (2007) juga

menyimpulkan bahwa perkembangan remaja di

(19)

a. Perkembangan biologis

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil

aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem

saraf pusat. Perubahan fisik tampak pada

pertumbuhan peningkatan fisik. Urutan

perubahan fisik yang terjadi pada remaja adalah

sebagai berikut:

1. Munculnya kumis untuk pertama kalinya pada

anak laki-laki dan melebarnya pinggul pada

perempuan, terdapat aliran hormon-hormon

(hormones), yaitu zat kimia yang kuat yang

diciptakan oleh kelenjar endrokin dan dibawa ke

seluruh tubuh melalui aliran darah.

2. Pertambahan tinggi badan dan perubahan suara

pada laki-laki dan perkembangan pembesaran

payudara, perkembangan rahim dan perubahan

kerangka pada perempuan.

3. Terjadinya perubahan hormonal, pada laki-laki

dimulai pada usia 10-11 tahun ditandai dengan ejakulasi dari air mani pertama. Sedangkan pada

(20)

4. Tumbuhnya rambut kemaluan yang halus dan

berwarna gelap di kemaluan dan tumbuhnya

rambut kemaluan yang keriting, tumbuhnya bulu

ketiak.

b. Perkembangan psikologis

Terdapat perubahan psikologis dalam jumlah

besar yang menyertai perkembangan pubertas

remaja. Remaja mulai menganggap dirinya

berbeda dengan yang lain dan mulai melihat

dirinya sebagai individu yang lain.

c. Perkembangan kognitif

Remaja kurang memiliki keterampilan kognitif

yang secara efektif dapat mengontrol

kencenderungan untuk mencari kesenangan.

Remaja sering membuat keputusan yang tidak

matang dan memiliki konsekuensi yang

berbahaya, diperlukan waktu agar remaja dapat berkembang, di mana kemampuan membuat

(21)

2.4 PSK (Pekerja Seks Komersial)

2.4.1 Pengertian

Pelacur, lonte, Pekerja Seks Komersial

(PSK), wanita tuna susila (WTS), adalah beberapa

istilah pada sesosok perempuan penjaja seks. Istilah pelacur berkata dasar “lacur” yang berarti malang,

celaka, gagal, sial atau tidak jadi. Kata lacur juga

memiliki arti buruk laku (Alwi dkk, 2001). Jika kata

tersebut diuraikan dapat dipahami bahwa pelacur

adalah orang yang menjual diri sebagai pelacur

untuk mendapatkan imbalan tertentu. Pelacur adalah

seseorang yang memberikan layanan hubungan

seksual demi imbalan uang. (Hasan, 1995).

2.4.2 Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial

Kartini (2005) menegaskan bahwa, beberapa

ciri khas PSK adalah :

1). Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria).

2). Cantik, molek, rupawan, manis, atraktif menarik,

(22)

3). 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di

bawah usia 30 tahun dan berkisar antara usia 17-25

tahun.

4). Pakaiannya sangat mencolok, beraneka warna,

sering aneh-aneh (eksentrik) untuk menarik kaum

pria. Mereka sangat memperhatikan penampilan

yaitu wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan

parfum yang wangi semerbak.

5). Para PSK sering memakai nama samaran dan

sering berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya,

agar tidak dikenal oleh banyak orang.

6). Mayoritas berasal dari strata ekonomi dan strata

sosial rendah. Mereka pada umumnya tidak mempunyai ketrampilan (skill) khusus dan kurang

pendidikannya. Modalnya adalah kecantikan dan

kemudaannya.

Pada umumnya seorang PSK adalah wanita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Hal ini

(23)

PSK. Mereka dituntut untuk tetap mempertahankan

kecantikan agar tetap menarik.

2.4.3 Remaja Pekerja Seks Komersial.

Jika dilihat dari pengertian diatas, remaja

PSK sendiri bisa diartikan sebagai seseorang

dengan perkiraan usia 12-21 tahun (atau dianggap

belum dewasa). Mereka mendapatkan uang, barang,

material atau sejumlah bentuk kemewahan lainnya

dengan cara memberikan jasa pelayanan seksual,

baik berupa hubungan seks, oral seks atau

kepuasan seksual lainnya, kepada siapapun yang

membutuhkannya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan

remaja memilih bekerja sebagai PSK menurut hasil

wawancara pada PSK remaja oleh staf Yayasan

Hotline Surabaya, remaja wanita yang bekerja

sebagai PSK dikarenakan sebelumnya pernah diperkosa, mempunyai masalah keluarga, ekonomi

rendah, dijual oleh ayahnya sendiri dan dipengaruhi teman sebaya yang mempunyai uang banyak dan

(24)

2.5 Prespektif Teoritis

Remaja PSK

(Remaja PSK adalah remaja yang berumur

12-24 tahun yang bekerja sebagai PSK.

Pengetahuan seks

remaja tentang :  Seks bebas

 Dampak seks bebas  Faktor yang

mempengaruhi seks bebas

Perilaku seksual :  Berfantasi

(25)

Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan

berakhir pada sekitar usia 18 hingga 24 tahun, ditandai dengan

timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya pemasakan

seksual sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental, adanya

perubahan fisik ini menimbulkan dorongan untuk melakukan seks

pun meningkat. Remaja mulai merasakan suatu emosional yang

dinamakan cinta, kemudian berlanjut dengan perilaku fisik sebagai

bukti kasih sayang pada pasangan.

Perilaku fisik tersebut menimbulkan perilaku seksual yang

dilakukan para remaja dan akan berdampak buruk apabila

pemahaman tentang seksual pada remaja tidak diberikan secara

tepat. Pengetahuan seks pada remaja perlu diperhatikan mengingat

selama ini banyak remaja yang memperoleh pengetahuan seksnya

dari teman sebaya dan masyarakat masih banyak mempercayai

mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang

salah. Bukti nyata pemahaman yang salah atas pengetahuan seks

pada remaja adalah remaja tidak ragu untuk melakukan seks

pranikah dan bekerja sebagai pekerja seks komersial, hal ini disebabkan oleh remaja berusaha untuk melakukan banyak hal

Referensi

Dokumen terkait

Langkah yang dilakukan pada gambar diatas bertujuan untuk .... Untuk mengatur DNS MikroTik routerOS terletak pada

Untuk faktor-faktor yang berkaitan dengan motivasi kerja didapatkan perbedaan persepsi antara pengalaman kerja < 5 tahun dengan pengalaman kerja 5-10 tahun dan > 10 tahun,

Inilah yang disitir Al-Qur’an (Q.s. Al-Anfal [8]: 2): innama-‘l- mu’minuuna-‘l-ladziina idza dzukira-‘l- laahu wajilat quluubuhum wa idzaa tuliyat aayaatuhu zaadathum

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan kemudahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

Penulisan laporan ini bertujuan untuk memberikan pemaparan kegiatan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang dipelajari di kampus kedalam dunia kerja yang

Menurut Budiningrum, Kepala Stasiun RRI Cirebon, Quick Count Pilpres 2014 dilakukan sesuai Instruksi Direktur Utama RRI yang dimotori oleh Puslitbangdiklat RRI ,

dilihatnya. f) Peserta didik mencatat poin penting dari film yang dilihat. Penilaian media film dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Aspek dalam penilaian yang dilakukan

Namun demikian, keseluruhan tingkat retensi budidaya ikan dan pilihan mata pencaharian yang terkait di antara masyarakat Adivasi ditemukan relatif tinggi untuk