• Tidak ada hasil yang ditemukan

D 902008103 BAB VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D 902008103 BAB VIII"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Ekonomi dan Mata Pencaharian

Orang Bati

Ekonomi dan Aktivitas Menopang Hidup

Kegiatan ekonomi yang dilakukan Orang Bati yaitu mengolah sagu dan sekaligus juga menjadi mata pencaharian hidup utama untuk memenuhi kebutuhan konsumtif bagi rumah tangga. Berkebun (ladang berpindah) dilakukan untuk menanam jenis tanaman umur pendek (tanaman semusim) seperti ubi kayu, ubi jalar, pisang, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lainnya. Selain itu juga Orang Bati melakukan kegiatan bertani menetap dengan menanam jenis tanaman umur panjang (tanaman keras) seperti cengkih, pala, kelapa, coklat sebagai tanaman perdagangan.

Aktivitas untuk menopang kehidupan rumah tangga yaitu ber-buru hewan liar pada saat menghadapi musim paceklik yang panjang atau musim susah (pinakuta danggu). Berburu dilakukan Orang Bati dengan cara mengejar dan mengepung hewan buruan, maupun meng-gunakan jerat. Hasil usaha yang dapat dijual pada penduduk pesisir pantai yaitu sagu, sedangkan cengkih, pala, kelapa, dan coklat dijual pada pedagang pengumpul hasil bumi yang datang dari Pulau Geser untuk membeli atau menjual ke pasar lokal di Pulau Geser.

Hasil Hutan Untuk Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga

(2)

konsumsi rumah tangga, kemudian Orang Bati menjualnya pada penduduk pesisir pantai atau ke pasar lokal di Pulau Geser. Hasil usaha yang diperoleh dari kebun (ladang), berburu, maupun bertani diutamakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, dan tidak menjual pada orang lain. Proses penjualan menggunakan pertukaran dengan uang, dan hasil pertukaran digunakan untuk belanja kebutuhan konsumtif sehari-hari seperti gula, garam, kopi, rokok, sabun cuci, tembakau dan lainnya.

Sagu (suat) yang dijual pada penduduk pesisir pantai atau ke pasar lokal di Pulau Geser dalam bentuk tumang1

Katur mamufanga oi, kamu cuma kalangal bomai damu-damu oi

sae, me suata. Artinya, produksi hanya mengandalkan apa yang

dimiliki yaitu sagu

) sagu. Usaha

me-menuhi kebutuhan konsumtif dengan berburu hewan liar dilakukan Orang Bati pada waktu tertentu apabila mereka berada pada musim paceklik atau musim susah (pinakuta danggu) yang panjang dalam satu tahun. Hasil yang diperoleh dari aktivitas berburu hewan liar di-utamakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif bagi anggota rumah tangga dan kerabat. Orang Bati tidak menjual hasil buruan pada orang lain.

Kegiatan produksi yang utama untuk menopang kehidupan ekonomi rumah tangga di kalangan Orang Bati yaitu mengolah sagu (suat), seperti dikemukakan oleh Orang Bati sebagai berikut:

2

Walaupun ada kenyataan bahwa hasil yang diperoleh berupa uang dari penjualan hasil tanaman perdagangan seperti cengkih, pala, coklat, dan kelapa, tetapi bukan menjadi sumber penghasilan utama bagi Orang Bati. Sebab jumlah jenis tanaman seperti cengkih, pala, coklat, dan kelapa sebagai tanaman perdagangan ini tidak merata

).

1)Wadah penampung sari sagu (kya) terbuat dari anyaman daun sagu, dan dinamakan

tumang sagu. Orang Ambon-Maluku menggunakan istilah tumang Seram karena

ukurannya tidak besar dan tidak kecil atau sedang. Satu tumang sagu dijual pada penduduk pesisir pantai dengan harga Rp 5.0000. Kalau dijual ke pasar lokal di Pulau Geser satu tumang sagu seharga Rp 7.5000.-

(3)

dimiliki oleh setiap rumah tangga. Pohon cengkih yang dimiliki oleh setiap rumah tangga berkisar antara 10 sampai dengan 20 pohon.

Ada rumah tangga yang memiliki jumlah pohon cengkih lebih dari 20 pohon, tetapi ada juga yang kurang dari 10 pohon. Panen cengkih biasanya satu tahun satu kali. Hasil panen cengkih sangat tergantung pada keadaan musim di mana hasil dari pohon cengkih berkisar antara 30 sampai 50 kg bagi rumah tangga yang memiliki tanaman cengkih lebih dari 30 pohon. Tetapi rumah tangga yang memiliki tanaman cengkih kurang dari 10 pohon, maka hasil yang diperoleh sekitar 30 Kg untuk satu kali musim panen dalam satu tahun. Namun ada kenyataan bahwa dalam satu sampai dengan dua kali musim panen cengkih, ternyata Orang Bati tidak memperoleh hasil karena cengkih tidak menghasilkan buah. Tanaman pala dan coklat tergolong jenis tanaman yang baru dikembangkan Orang Bati pada saat ini, sehingga hasilnya belum maksimal.

Perlu dikemukakan bahwa, jenis tanaman perdagangan seperti cengkih, pala, coklat sangat ditentukan oleh faktor iklim dan musim, keadaan tanah, sehingga musim panen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas. Apabila kondisi musim (laut tidak aman) di mana hasil yang diperoleh dari tanaman cengkih, pala, coklat yang hendak dijual ke pasar, namun tidak dapat menjangkau lokasi pasar hasil bumi, maka Orang Bati menjual hasil tersebut pada pedagang pengumpul hasil bumi yang datang dari Pulau Geser ke Pulau Seram Bagian Timur atau Tana (Tanah) Besar untuk membeli. Apabila kondisi laut di sekitar wilayah ini cukup ramah untuk dilayari secara baik, maka Orang Bati dapat menjual hasil usaha mereka ke pasar lokal di Pulau Geser, dan hasil penjualan yang diperoleh melalui uang dapat digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan hidup bagi keluarga (rumah tangga).

(4)

ke Pulau Geser. Aktivitas ke pasar lokal di Pulau Geser membutuhkan biaya transportasi yang sangat mahal. Umumnya aktivitas produksi yang dilakukan Orang Bati untuk memproduksi sari sagu (kya) sebagai penopang hidup yang utama dikemukakan sebagai berikut:

Kamukatur mamu fanga bomai tutu dadi, sampai nai ka ko tua katanak bomai hasil kafatak. Katur mamu fanga kamu cuma

kalangal bomai damu-damu oi sae, me suata. Artinya, produksi

hanya mengandalkan sumber daya lokal saja misalnya sagu atau suat3

Sistem ekonomi yang berbasis kuat pada kekerabatan atau ekonomi kekerabatan tersebut membuat Orang Bati mampu bertahan hidup (survive) dalam menghadapi kondisi lingkungan dengan musim yang berubah-ubah setiap waktu dalam satu tahun. Strategi mem-pertahan hidup (survive) yang dilakukan Orang Bati belum mengalami perubahan karena di dalam menghadapi musim susah (pinakuta danggu) Orang Bati senantiasa berusaha untuk saling tolong-menolong (bobaiti) dan kerja sama atau masohi satu terhadap yang lain. Mereka senantiasa membina relasi sebagai roina kakal sehingga dalam meng-hadapi situasi dan kondisi lingkungan yang menyebabkan mereka sama sekali tidak memiliki akses untuk ke luar dari wilayah Pulau Seram

).

Semua usaha dalam mengolah sagu (suat) dan hasil yang di-produksi Orang Bati sepanjang waktu dikelola dengan cara tradisional. Sagu (suat) sebagai jenis tanaman lokal yang diutamakan untuk me-menuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Artinya mengolah sagu (suat) untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, baik secara individu rumah tangga, dan kerabat dilakukan sepanjang masa. Dalam kehidupan sehari-hari di kalangan Orang Bati, tampak bahwa sistem ekonomi yang berbasis kekerabatan masih sangat kuat. Orang Bati beranggapan bahwa satu makan sayur, semua makan sayur, satu makan sagu semua makan sagu. Artinya kebersamaan hidup yang mereka jalani sebagai

roina kakal atau orang satu asal merupakan mata-rantai untuk meng-hubungkan semua sistem kehidupan. Sistem ekonomi masih bersifat subsisten sehingga ciri yang tampak nyata yaitu bersifat tradisional.

3)

(5)

Bagian Timur dalam jangka waktu cukup lama, tetapi mereka secara individu mau-pun kelompok agar dapat bertahan hidup (survive).

Usaha Orang Bati secara rutin untuk mengumpulkan bahan makanan dari hutan (esu) seperti ubi-ubian, sayur-sayuran, dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Aktivitas ini masih dilakukan sepanjang waktu. Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga maupun kerabat, Orang Bati mengumpulkan bahan keperluan hidup dari hutan seperti daun tikar, kayu bakar, pelepah sagu, batang pohon sagu yang sudah diambil seratnya, dan lainnya) untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Berikut ini adalah contoh dari bahan rumah tangga yang diambil dari hutan seperti yang terlihat pada gambar 23 di bawah ini:

Gambar 23

(6)

Memenuhi Kebutuhan Ekonomi dengan Bertani Menetap

Bertani menetap dengan menanam jenis tanaman umur panjang atau jenis tanaman keras untuk perdagangan seperti cengkih, pala, kelapa, dan coklat. Hasil usaha yang diperoleh dari jenis-jenis tanaman perdagangan tersebut dijual pada tengkulak atau pedagang keliling yang datang ke wilayah Pulau Seram Bagian Timur untuk membeli hasil bumi. Pedagang keliling tersebut berasal dari Pulau Geser yang datang pada saat keadaan laut di sekitar wilayah ini dianggap tenang. Hasil bumi seperti cengkih, pala, dan lainnya dijual pada tengkulak yang datang di sekitar pesisir pantai timur Pulau Seram Bagian Timur. Ada juga tengkulak yang datang dari Kota Geser untuk membeli hasil bumi dari penduduk pesisir pantai, termasuk Orang Bati. Proses pertukaran sudah menggunakan uang.

Apabila kondisi laut di sekitar wilayah ini tenang (tidak ber-gelombang besar), biasanya Orang Bati menjual hasil panen mereka pada pedagang atau tengkulak dari Pulau Geser, dan hasil yang di-peroleh dari penjualan, kemudian digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Ada juga yang membeli pakaian untuk anak-anak dan orang dewasa. Selain itu juga ada barang-barang yang dipergunakan untuk keperluan hajatan, maupun kebutuhan lain yang dianggap mendesak.

Cara Memenuhi Kebutuhan Konsumsi Rumah Tangga

(7)

Kebutuhan hidup yang setiap waktu dipenuhi antara lain gula, kopi, tembakau, rokok, sabun cuci, minyak tanah, pakaian dan lainnya tidak dapat diperoleh dari hutan tetapi harus dibeli dengan uang pada kios atau toko dari penduduk pesisir pantai maupun pasar lokal yang terdapat di Pulau Geser. Dikemukakan Orang Bati bahwa:

Mamu fanga tua kawei eya bomai kamu kako sate tua kila bomai

kamufun. Artinya, semua yang diproduksikan hanya untuk

memenuhi kebutuhan sendiri4

4)Wawancara dengan bapak SeSia (73 Tahun) Tokoh Adat di Dusun Rumbou (Bati

Tengah) Negeri Kian Darat, pada tanggal 25 Juli 2010.

).

Untuk itu usaha memenuhi kebutuhan hidup secara konsumtif merupakan pilahan yang tidak dapat dihindari Orang Bati. Sebab barang yang diproduksi cukup mengalami kendala untuk dipasarkan karena pengaruh kondisi geografis, transportasi lokal yang mahal, sedangkan harga jual dari barang-barang yang diproduksi sangat rendah sehingga antara hasil yang diperoleh dengan curahan waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas mencari nafkah setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga tidak seimbang. Persoalan hidup yang dihadapi Orang Bati dalam memenuhi kebutuhan di luar konsumsi tergolong sulit.

(8)

Proses Perdagangan

Proses pemasaran hasil produksi dari hutan, kebun pada umum-nya Orang Bati jual pada penduduk yang berada di sekitar perkam-pungan daerah pantai. Sebab untuk menjual ke pasar lokal yang ter-dapat di Kota Kecamatan Seram Timur di Pulau Geser membutuhkan biaya transportasi darat maupun laut yang cukup tinggi serta kerja yang sangat berat. Dikemukakan Orang Bati bahwa:

Karena mamu tinanaingga tua mamu sinobala boi naitifua, oi

yang be kamu kafatanak boit dait tifua. Artinya, terbatasnya

sarana transportasi darat maupun laut mengakibatkan biaya

pemasaran menjadi besar5

Mamu kesempatan untuk kawei mamu pasar/tompat fatanak, oi

bei kamu kafatanak daite. Artinya, akses atau kesempatan kami

sama sekali tidak ada untuk mencapai pasar. Kami sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk itu bapak

).

Transportasi darat sama sekali belum ada, sedangkan transportasi laut yang menggunakan perahu (wona) yaitu sejenis motor tempel (katinting) untuk menyeberang ke Pulau Geser. Sarana transportasi tersebut membutuhkan biaya yang sangat mahal, apabila dibandingkan dengan barang yang akan dijual, karena hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan pengeluaran. Seperti dikemukakan Orang Bati bahwa:

6

Pemasaran hasil produksi dari hutan, kebun, dan lainnya yang dilakukan Orang Bati terus mengalami hambatan karena mereka sama sekali tidak memiliki akses untuk mencapai wilayah pemasaran secara lebih baik. Faktor penyebabnya yaitu, tidak tersedianya sarana transportasi darat dan laut yang memadai, terutama dalam menghadapi ke-adaan musim yang terus berubah sehingga laut sekitar wilayah ini sulit diseberangi dengan sarana transportasi yang berukuran kecil. Sebab di wilayah ini umumnya sarana transportasi laut yang sering

).

5)Wawancara dengan bapak HusRum (47 Tahun) warga Dusun Rumbou (Bati Tengah), Negeri Kian Darat, pada tanggal 20 Juli 2010.

6)Wawancara dengan bapak HaSia (70 Tahun) Tokoh Adat Dusun Bati Kilusi (Bati

(9)

digunakan Orang Bati berukuran kecil, dan tidak tahan terhadap pukulan ombak dan menghadapi gelombang laut yang besar di Selat Keving dan Selat Geser, maupun Tanjung Masiwang.

Memanfaatkan Hutan (

Esu

) Untuk Memenuhi Nafkah

Pemanfaatan hasil usaha dari hutan maupun kebun dari Orang Bati setelah dijual yaitu untuk memenuhi kebutuhan konsumtif seperti belanja gula, kopi, tembakau, rokok, sabun cuci, minyak tanah dan lainnya bagi keluarga, maupun kerabat. Persoalan tersebut dikemuka-kan Orang Bati bahwa:

Kamu cuma kakofanga bomai memamam siki roina tata nusu si.

Artinya, kami hanya mengkonsumsi apa yang kami miliki dari

leluhur kami sampai sekarang7

Dalam usaha memenuhi kebutuhan ekonomi, kondisi yang dialami Orang Bati sampai saat ini sangat terabaikan dari perhatian berbagai pihak (pemerintah maupun masyarakat). Tetapi Orang Bati tidak pernah putus asa, dan mereka terus berusaha untuk bertahan hidup (survive) dengan apa yang dimilikinya. Orang Bati sangat

per-).

Suatu realitas yang teridentifikasi dari potret kehidupan ekonomi yang dilakukan Orang Bati secara turun-temurun sampai saat ini belum mengalami perubahan. Artinya Orang Bati masih mengandalkan cara-cara tradisional yang dilakukan oleh leluhur mereka dalam usaha memenuhi kebutuhan ekonomi. Kondisi yang sementara ini dialami Orang Bati dalam memenuhi kebutuhan atau kehidupan ekonomi rumah tangga tergolong dalam sistem ekonomi subsisten. Fenomena tersebut menyebabkan Orang Bati sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti kebutuhan pendidikan pada anak-anak yang sedang bersekolah atau yang berkeinginan untuk melanjutkan sekolah, kebutuhan kesehatan, dan lainnya karena berkaitan dengan uang sebagai alat tukar.

(10)

caya bahwa suatu waktu mesti terjadi perubahan dan perubahan itu akan datang dengan sendirinya.

Persoalan seperti diungkapkan Orang Bati karena mereka tidak mengetahui ke mana sebenarnya hendak menyampaikan hal ini. Sebab di dunia luar sana, orang tidak percaya bahwa Orang Bati itu benar-benar ada dalam kenyataan. Orang luar senantiasa beranggapan bahwa Orang Bati itu tidak ada. Untuk itu dalam usaha memenuhi kebutuhan ekonomi, Orang Bati berusaha dengan cara yang diwariskan oleh leluhur mereka sebagai pengetahuan lokal untuk bertahan hidup (survive). Untuk memenuhi kebutuhan hidup secara individu maupun rumah tangga, terdapat beberapa aktivitas hidup yang dilakukan Orang Bati yang dikonsepkan oleh mereka sebagai mencari, yang memiliki makna yaitu usaha yang dilakukan secara individu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pemanfaatan Kawasan Hutan Sagu (

Yesu kiya

) untuk

Menopang Hidup

(11)

Gambar 24

Kawasan Hutan Sagu (Yesu kiya) di Tana (Tanah) Bati

Meramu Sagu (

Dadamu Kiya

) Untuk Menopang Hidup

(12)

Gambar 25

Profil Kelompok Peramu Sagu (Dadamu Kiya) di Tana (Tanah) Bati

Gambar 26

Peramasan Serat Sagu (Dalamas Kiya) pada Arai (pelepah pohon sagu) dan

(13)

Hasil olahan serat sagu (suat) yang sudah berupa sari sagu (baya) biasanya ditampung dalam wadah yang dianyam dari daun sagu, atau juga ditampung dalam karung plastik. Wadah penampung yang terbuat dari daun sagu dinamakan tumang. Istilah umum yang digunakan Orang Maluku yaitu tumang Seram, seperti contoh pada gambar 27 berikut ini:

Gambar 27

Sari Sagu yang ditempatkan dalam Wadah Penampung atau Tumang Sagu (Bayraun). Istilah Umum adalah Tumang Seram

Berburu Hewan Liar untuk Menopang Hidup

(14)

(peda). Ada juga yang menggunakan panah (busur dan anak panah) dan parang (peda). Berburu hewan liar dilakukan melalui cara mengejar, kemudian menikam dengan tombak atau memanah dengan panah.

Ada juga cara berburu dengan memasang atau meletakan jerat pada bekas-bekas jalan dari hewan buruan dalam hutan, berdekatan dengan kebun, atau jejak yang menuju arar sungai di mana hewan tersebut sering datang untuk minum air. Profil salah seorang pemburu hewan liar di Tana (Tanah) Bati dapat dilihat pada gambar 28 berikut ini:

Gambar 28

Profil Pemburu Hewan Liar di Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal)

Berburu hewan liar dilakukan Orang Bati sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjual pada penduduk pesisir pantai. Hasil buruan yang tidak langsung dikonsumsi, biasanya dikeringkan dan disimpan dalam wadah penyimpanan yang dinamakan

tagalaya sebagai tempat menyimpan makanan8

8)Tempat menyimpan makanan yang terbuat dari anyaman bambu yang bernama soloa, biasanya dikerjakan oleh orang perempuan. Tetapi bambu yang terdapat dalam hutan (esu) biasanya diambil oleh orang laki-laki untuk di bawa pulang ke rumah.

(15)

tangga yang terbuat dari anyaman bambu digunakan untuk menyimpan makanan yang siap dikonsumsi setiap waktu seperti sagu (suat) yang sudah dikeringkan dan daging dari hewan buruan. Anyaman bambu tersebut dapat dilihat pada gambar 29 berikut ini:

Gambar 29

Tanggalaisa sebagai Tempat Menyimpan Makanan yang Siap Dikonsumsi

(16)

Gambar 30

Menganyam bambu untuk membuat Tanggalaisa (Tempat Menyimpan

Makanan) Orang Perempuan di Tana (Tanah) Bati

Apabila tiba musim tersebut di atas, kawasan Pulau Seram Bagian Timur sering menghadapi tiupan angin laut yang sangat kencang dan sering menimbulkan pusaran arus laut yang keras di Selat Keving dan Selat Geser di bagian selatan serta Tanjung Masiwang di sebelah utara dari Pulau Seram Bagian Timur. Kawasan tersebut benar-benar mengalami ombak besar pada musim timur dan musim pancaroba (peralihan) karena hujan lebat dapat turun setiap saat, hamparan ombak laut yang keras sampai ke pesisir pantai yang menimbulkan penguapan air laut sehingga sulit dilayari oleh penduduk yang mendiami kawasan pesisir pantai sekitar wilayah ini termasuk Orang Bati dengan menggunakan angkutan laut seperti perahu (wona) yaitu sejenis motor tempel (katinting), perahu layar (jungk atau jungku).

Sebab sumber daya alam yang terdapat dalam wilayah tagalesu

(17)

Mengumpulkan Bahan Makanan dari Hutan (

Esu

) untuk

Menopang Hidup

Kegiatan Orang Bati untuk mengumpulkan bahan dari kawasan hutan di Tana (Tanah) Bati yaitu untuk memenuhi berbagai keperluan hidup yang meliputi kebutuhan konsumtif seperti sayur-sayuran, ubi-ubian, buah-buahan, dan sebagainya. Selain itu juga mereka mengumpulkan bahan-bahan untuk pembuatan peralatan hidup seperti daun tikar, bambu, pelepah pohon sagu, dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Kegiatan ini dapat di-lakukan secara individu, tetapi dapat juga dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari tiga sampai dengan empat orang.

Membuat Kebun (Ladang Berpindah) untuk Menopang

Hidup

(18)

Gambar 31

Cara Melakukan Ritual di Kebun (Tanai) Baru oleh Orang Bati

Mengelola dan Memanfaatkan Sumber Daya Alam dalam

Tanggalasu

Menghadapi kondisi iklim yang tidak menentu seperti di mana keadaan laut tidak ramah biasanya usaha memenuhi kebutuhan hidup secara konsumtif pada perorangan (individu) maupun kelompok dirasakan sangat sulit. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga maka Orang Bati senantiasa memanfaatkan sumber daya yang terdapat dalam wilayah hutan (esu) yang dinamakan tanggalasu9

9)Adalah bagian dari kawasan hutan (esu) yang disiapkan khusus dengan fungsi sebagai lokasi untuk menyimpan tanaman sagu, ubi-ubian, sayur-sayuran, hewan buruan, dan lainnya yang siap untuk diambil hasilnya pada waktu menghadapi musim paceklik atau musim susah (pinakut danggu). Orang Bati menjaga, menlindungi, dan memelihara tanaman untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dari berbagai sumber daya alam pada wilayah “tanggalasu” sangat penting. Tanggalasu baru dimanfaatkan (dieksploitasi) pada bulan Desember sampai dengan bulan Agustus setiap tahun, karena dalam jangka waktu sembilan bulan mereka berada dalam kondisi iklim yang menyebabkan alam tidak ramah. Pada saat kondisi alam ramah di mana mereka dapat berakses ke luar dari Pulau Seram Bagian Timur yaitu selama tiga bulan pada bulan September, Oktober, dan November setiap tahun, maka wilayah tagalesu ini tidak dimanfaatkan (dieks-ploitasi) sama sekali. Kawasan tanggalasu diberi kesempati oleh Orang Bati untuk pemulihan. Masa pemulihan dari kawasan tagalesu yang berlangsung secara alami, dilarang keras untuk dimanfaatkan (dieksploitasi. Secara adat wilayah tanggalasu tidak dilakukan sasi (larang adat) atau noma, tetapi sudah menjadi tradisi, adat-istiadat, maupun kebudayaan Orang Bati untuk mempertahankan hidup (survive) scara

(19)

disiapkan khusus oleh masing-masing marga dalam wilayah kekuasaan milik marga (etar) maupun yang terdapat dalam wilayah kekuasaan (watas nakuasa) Orang Bati. Sumber daya alam dimanfaatkan apabila Orang Bati menghadapi musim paceklik yang panjang atau musim susah (pinakut danggu). Strategi bertahan hidup (survive) melalui cara menyediakan bahan makanan di alam bebas untuk memenuhi ke-butuhan hidup dilakukan Orang Bati sejak leluhur mendiami kawasan Pulau Seram Bagian Timur, dan secara turun-temurun terus dilestarikan oleh anak cucu pewaris tradisi dan kebudayaan Bati.

Kearifan Orang Bati yang telah dilakukan ratusan tahun sejak leluhur mereka mendiami kawasan Pulau Seram Bagian Timur dengan mengelola kawasan hutan (tanggalasu) yang berisi sumber daya alam dari hutan (esu) seperti sagu, ubi-ubian, sayur-sayuran, hewan liar, dan sebagainya karena lokasi tersebut dianggap potensial untuk perkembangan berbagai jenis tanaman konsumtif maupun tempat berlindung dari hewan liar untuk mencari makan dan berkembang biak, sehingga dapat memudahkan mereka untuk menangkapnya apabila dibutuhkan pada saat musim paceklik yang panjang atau musim susah (pinakut danggu).

Semua yang dilakukan Orang Bati dalam wilayah tanggalasu

tidak lain dimaksudkan sebagai strategi bertahan hidup (survive) yang dilakukan pada tingkat individu, kelompok, maupun komunitas. Hasil yang diambil dari kawasan tanggalasu hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dan tidak pernah dijual pada orang

individu maupun kelompok menghadapi musim paceklik atau musim susah (pinakut

danggu) yang berlangsung cukup panjang setiap tahun dengan memanfaatkan sumber

daya alam yang terdapat dalam wilayah tagalesu. Cara pengelolaan tanggalasu

(20)

lain. Realitas ini menyebabkan setiap wilayah hutan (esu) pada lingkungan Orang Bati dianggap sakral, karena mereka percaya dalam wilayah ini ada leluhur mereka yang senantiasa menjaga dan melindunginya.

Untuk itu pada saat mereka membutuhkan sesuatu dari kawasan

tanggalasu, selanjutnya Orang Bati tinggal meminta secara baik dari leluhur mereka. Selama ini mereka melakukan hal tersebut dan senantiasa diberikan oleh leluhur mereka, sehingga hutan (esu) dipersepsikan oleh Orang Bati sebagai wilayah bernyawa (hidup) yang memiliki multi fungsi karena saling menghidupi di antara sesama makhluk hidup yang berada didalamnya.

Mata rantai sebagai pengikat antara Orang Bati dengan hutan (esu) masih terjaga, terlindungi secara baik sampai saat ini di Tana (Tanah) Bati sehingga kawasan ini tidak dapat dimasuki oleh orang luar sesuka hati mereka. Memasuki wilayah hutan (esu) di Tana (Tanah) Bati harus melalui persetujuan Orang Bati dan hal itu didasarkan pada ”niat” yang jelas dan baik, sehingga tidak merusak tatanan hidup yang sudah tercipta. Dikemukakan Orang Bati bahwa:

Jadi manlo yang bisa tawei nai nini wanuya supaya kela

menggeilu tata anak si darasa. Artinya, kampung ini dia seng

mati buang katorang (kita), tetapi katorang yang mati atau

meninggal buang kampung10).

Kampung (wanuya) yang terdapat di Tana (Tanah) Bati tidak pernah mati (meninggal dunia). Sebaliknya manusia yang meninggal dunia dan pergi meninggalkan kampungnya. Untuk itu berdasarkan konsep saling menjaga dan melindungi kampung (wanuya) merupakan kewajiban dari seluruh warga yang mendiami Tana (Tanah) Bati sampai saat ini.

10)Wawancara dengan bapak SeSia (74 Tahun) Tokoh Adat di Dusun Rumbou (Bati

(21)

Bertani Menetap

Cara bertani menetap sudah dilakukan Orang Bati sejak lama. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis tanaman produksi seperti cengkih, pala, kelapa yang sudah memberikan hasil. Aktivitas bertani untuk menanam jenis tanaman umur panjang antara cengkih, pala, kelapa, kenari, dan lainnya dilakukan sepanjang waktu. Jenis tanaman tersebut sudah ada yang berproduksi atau memberi hasil, tetapi ada juga yang belum memberi hasil.

Jenis Tanaman Cengkih

Orang Bati telah menanam cengkih cukup lama dalam dalam wilayah kekuasaan milik marga (etar) tertentu, dan tanaman cengkih sudah memberikan hasil (berproduksi) dapat dilihat pada gambar 32 berikut ini:

Gambar 32

Tanaman Cengkih (Tana Cengkiya) yang Telah Diusahakan Orang Bati

(22)

Jenis Tanaman Pala

Dalam wilayah kekuasaan milik marga (etar) di Tana (Tanah) Bati terdapat jenis tanaman pala yang sudah berproduksi. Hal ini me-nunjukkan bahwa Orang Bati sudah menenam tanaman pala cukup lama sehingga hasilnya bisa diperoleh. Jenis tanaman pala yang sudah berproduksi dapat dilihat pada gambar 33 dan 34 berikut ini:

Gambar 33

Tanaman Pala (Tana Balai) yang Ditanam Orang Bati di Dusun Rumbou (Bati Tengah)

Gambar 34

(23)

Pertukaran

Proses pertukaran sebagai salah satu aktivitas di bidang ekonomi yang dilakukan Orang Bati umumnya dilakukan melalui cara jual-beli dengan menggunakan uang. Artinya Orang Bati menjual barang yang mereka peroleh dari kegiatan berkebun atau ladang berpindah, meramu sagu, berburu, bertani menetap dan lainnya yang dijual pada orang lain sebagai pembeli. Hasil penjualan yang diperoleh berupa uang kemudian digunakan untuk belanja barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan lainnya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Alat tukar yang digunakan ketika Orang Bati menjual barang kebutuhan hidup yaitu uang. Artinya Orang Bati sudah tidak mengenal sistem barter seperti masa yang lampau. Hasil usaha yang dilakukan oleh Orang Bati dari meramu sagu mereka jual kepada penduduk pesisir pantai, atau ke Kota Kecamatan Seram Timur yang terdapat di Pulau Geser untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, memenuhi kebutuhan hajatan, serta kebutuhan lainnya yang sifatnya mendesak, seperti kebutuhan untuk mengurus anggota keluarga yang meninggal dunia, dan sebagainya.

Cara Memasarkan Hasil Produksi Pertanian

(24)

Suata umai nitata nini nusu, e suatai nai lua. Suat he habon baru tata anak dalua baru datak cengkia, datak balai, datak koferan,

datak coklat, dan lainnya. Artinya, sagu merupakan sumber

makanan atau sumber ekonomi Orang Bati sejak zaman leluhur sampai dengan saat ini. Dewasa ini baru Orang Bati mulai mengembangkan jenis tanaman keras lainnya seperti cengkih, pala, kelapa. Tetapi sejak awal sagu sudah menjadi sumber

kehidupan11

Mamu kesempatan untuk kawei mamo pasaran/tompat fatanak,

oi yang de kamu kafatanak daite. Maknanya yaitu, mereka tidak

memiliki akses/kesempatan. Kami sama sekali tidak ada untuk mencapai pasar. Kami sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk itu bapak”

).

Orang Bati tidak pernah menyimpan atau menabung uang yang mereka peroleh setelah berlangsungnya proses pertukaran. Semua hasil penjualan yang mereka peroleh kemudian digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan hidup. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap proses pertukaran yang berlangsung setiap saat tidak dilakukan secara barter lagi, namun uang sudah menjadi alat tukar utama dan orang Bati sudah mengenal serta mengetahui mata uang secara baik dan benar.

Dalam melakukan proses pertukaran barang dengan uang, masyarakat yang mendiami desa-desa pesisir pantai tidak memiliki keberanian untuk membohongi Orang Bati. Sebab Orang Bati telah mengenal mata uang dengan baik. Semua proses transaksi yang ber-langsung tidak dilakukan melalui mekanisme pasar. Dikemukakan oleh Orang Bati bahwa:

12

Proses pertukaran berlangsung antara pembeli dan penjual di lingkungan pada saat penjual menjajakan barang jualannya dan pem-beli langsung berhubungan untuk mempem-beli dari penjual. Proses pertu-karan semacam itu tergolong sangat tradisional. Namun hal ini telah

).

11)Wawancara dengan bapak SaRum (64 Tahun) tokoh adat dan agama di Dusun Rumbou (Bati Tengah) pada tanggal 18 Juli 2010.

(25)

berlangsung sejak dahulu sampai dengan saat ini karena tidak terdapat pasar lokal di daerah ini. Hambatan lain yang dihadapi oleh Orang Bati untuk mencapai pasar di Kota Kecamatan yaitu sarana transportasi. Hal ini dikemukakan oleh Orang Bati sebagai berikut:

Karena mamu tinanai tua mamu sinobala terbatas, oi yang be

kamu kafatanak boit dait tifua. Maknanya yaitu, Terbatas sarana

transportasi darat maupun laut. Biaya pemasaran juga besar13

Mamu hasil usaha tana cukup wian tapi kamu katanak daite

bomai cara pelayanan ni sa’te. Artinya, hasil usaha

per-tanian/ladang cukup banyak tetapi tidak dapat dijual karena jauh dari jangkauan dan pelayanan

).

Selama ini yang berlangsung dalam kehidupan ekonomi lokal pada lingkungan Orang Bati yaitu, hubungan antara pembeli dan penjual berada dalam suatu hubungan saling mengenal dan saling percaya yang sangat kuat. Seperti diungkapkan Orang Bati yaitu:

14

Mamu fanga yang kawei eiya hanya kamu kako setiap hari

bomai kamufun, apalagi kamu kamau katanak yang gavin.

).

Pemanfaatan Hasil Produksi dari Kegiatan Bertani Menetap

Relasi sosial yang tercipta melalui interaksi saling mengenal dan saling percaya telah menjadi mata-rantai penting dalam menata sistem pertukaran di bidang ekonomi lokal diantara mereka sehingga pertukaran barang dengan uang dapat tercipta karena didasarkan pada relasi sosial-ekonomi yang bersumber pada nilai dasar yaitu ”relasi saling memberi”. Semua yang diproduksi melalui usaha mencari nafkah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dan hal tersebut dikemukakan bahwa:

13)Wawancara dengan bapak AKil (62 Tahun) Tokoh Pemerintah Dusun Bati Kilusi (Bati Awal), Negeri Kian Darat, pada tanggal 11 Juli 2010.

14) Wawancara dengan bapak KaKel (60 Tahun) tokoh Pemerintah Dusun Kelsaur (Bati

(26)

Artinya, semua yang diproduksikan hanya untuk memenuhi

kebutuhan sendiri15

Artinya relasi sosial-ekonomi yang tercipta melalui interaksi saling mengenal dan saling percaya telah menjadi mata-rantai penting dalam menata ekonomi rumah tangga pada lingkungan lokal diantara mereka sebagai Orang Bati sehingga proses pertukaran barang dengan uang sebagai wujud dari usaha bidang nafkah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif bagi individu, rumah tangga, dan komunitas. Apabila ada kelebihan baru Orang Bati menjual hasil

).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Orang Bati berarti pemanfaatan hasil produksi kemudian dijual pada konsumen. Untuk mendukung kebutuhan ekonomi rumah tangga maka pengelolaan kawasan tanggalasu sebagai wilayah untuk bertahan hidup (survive) pada Orang Bati benar-benar terawasi secara baik walaupun tidak ada larangan adat secara khusus, tetapi kesepakatan secara turun-temurun agar kawasan tersebut dilestarikan. Selama ini Orang Bati melakukan hal tersebut secara baik karena secara umum hutan (esu) dipersepsikan oleh Orang Bati sebagai wilayah bernyawa. Hutan memiliki multi fungsi dan peran dalam kehidupan ekonomi karena saling menghidupi di antara sesama makhluk hidup yang berada di dalamnya.

Nilai yang mengikat Orang Bati dengan hutan (esu) masih terjaga dan terlindungi secara baik sampai saat ini di Tana (Tanah) Bati sehingga kawasan hutan tidak dapat dimasuki oleh orang luar sesuka hatinya. Hasil usaha yang diperoleh dari wilayah hutan (esu) di Tana (Tanah) telah dijual (dipertukarkan) dengan uang. Pertukaran dengan uang yang tercipta berdasarkan relasi sosial-ekonomi, tetapi nilai dasar yaitu yang terdapat dalam ”relasi saling memberi” tergolong masih sangat kuat. Semua yang diproduksi melalui usaha dibidang nafkah manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Dapat di-kemukakan bahwa aktivitas ekonomi untuk menopang kebutuhan hidup rumah tangga Orang Bati yang mendiami wilayah hutan.

(27)

produksi dari hutan maupun bertani kepada penduduk pesisir atau ke pasar lokal di Pulau Geser.

Aktivitas ekonomi rumah tangga yang dilakukan Orang Bati sampai saat ini termasuk kategori ekonomi subsisten. Kondisi seperti ini belum mengalami perubahan karena disebabkan oleh lingkungan Orang Bati di Pulau Seram Bagian Timur sangat tergantung pada kondisi alam, musim dan keterbatasan dalam akses untuk mencapai wilayah pemasaran karena tidak tersedianya sarana transportasi yang layak untuk mencapai pasar. Selain itu juga infrastruktur perhubungan laut maupun darat yang diharapkan bisa melayani kebutuhan Orang Bati setiap saat ternyata tidak memadai. Realitas yang dialami Orang Bati karena keterbatasan akses untuk mencapai wilayah pasar di mana bahan-bahan kebutuhan hidup bisa diperoleh pada Kota Kecamatan Seram Timur di Pulau Geser maupun di Kota Bula sebagai Ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur menyebabkan kehidupan ekonomi Orang Bati tidak mengalami perubahan.

Aktivitas ekonomi dan mata pencarian hidup yang masih bersifat subsisten dilakukan secara turun-temurun dan sampai saat ini belum ada perubahan karena kondisi kehidupan Orang Bati di wilayah tersebut masih terisolasi dan jauh dari jangkauan untuk mencapai lokasi di mana hasil usaha mereka dapat dipasarkan. Kelangkaan dalam memperoleh bahan kebutuhan hidup, infrastruktur ekonomi, transportasi, perhubungan darat dan laut yang tidak memadai telah menyebabkan kehidupan ekonomi Orang Bati mengalami hambatan dalam perkembangan sehingga kemiskinan struktural yang sementara ini dialami Orang Bati lebih disebabkan karena kebijakan pemerintah daerah yang belum, bahkan tidak memperdulikan keadaan yang dialami oleh masyarakat yang mendiami daerah terpencil. Kondisi kemiskinan yang sementara ini dialami Orang Bati tidak jauh berbeda dengan lingkungan masyarakat lainnya yang mendiami pulau-pulau kecil di Kabupaten Seram Bagian Timur.

(28)

terbatas. Secara administrasi pemerintahan, Orang Bati yang mendiami wilayah di Pulau Seram Bagian Timur berada di Kecamatan Seram Timur. Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki sumber daya manusia yang sangat rendah sehingga tidak dapat menghadapi persaingan pada lingkungan lokal sehingga Orang Bati selalu kalah dengan suku-suku lainnya yang sudah lebih maju. Faktor penyebab sehingga Orang Bati mengalami kemiskinan struktural yaitu pengaruh kondisi fisik geo-grafis wilayah yang terisolasi, rendahnya pendidikan dari warga karena tidak tersedianya sarana pendidikan yang memadai maupun ke-terbatasan tenaga guru pada semua jenjang pendidikan serta motovasi dari peserta didik yang rendah karena lokasi pendidikan (sekolah) yang letaknya jauh dari lokasi kediaman. Faktor iklim yang memiliki pe-ngaruh besar terhadap aktivitas Orang Bati terutama anak-anak usia sekolah untuk mencapai lokasi sekolah yang letak sangat jauh dari lokasi kediaman Orang Bati yang terdapat di pegunungan maupun lereng bukit. Data empirik yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang dilakukan Orang Bati maupun bidang kehidupan lainnya di-gunakan untuk melakukan analisis temuan penelitian (sintesis) tentang

Gambar

Gambar 23 Bahan dari Hutan Ini adalah Daun Tikar (Kirokot)
Kawasan Hutan Sagu (Gambar 24 Yesu kiya) di Tana (Tanah) Bati
Gambar 25 Profil Kelompok Peramu Sagu (Dadamu Kiya) di Tana (Tanah) Bati
Gambar 27 Sari Sagu yang ditempatkan dalam Wadah Penampung atau
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam tulisan ini permasalahan yang akan dibahas adalah: bagaimana penerapan sanksi pidana bagi anak yang melakukan pencabulan sesuai dengan konsep

Hasil dari penelitian ini sebagai berikut: (1) tanggapan siswa terhadap PAMIT dalam materi bangun ruang sebesar 78% sangat menarik 22% menarik 0% kurang menarik dan 0% tidak menarik,

Dalam proses yang dilakukan pada gambar 4.1 diatas merupakan aktifitas yang akan dilakukan oleh user, aktifitas yang dapat dilakukan adalah, tambah data

nasi dalam hal jumlah jenis dan individu sehingga mengalami kehilangan jenis yang lebih besar dari yang lain. Jenis- jenis yang hilang umumnya adalah yang berindividu sedikit

jelas. serta didukung oleh komitmen vang kuat dari semua Guru dan staf di SMKTI Negeri 6 dan BLPT Bandung, maka tidak mustahil UP SMK akan menjelma menjadi perusahaan dalam sekolah

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemanfaatan

Faktor-faktor yang terkait dengan kejadian infeksi menular seksual diantaranya adalah penyebab penyakit (agent), host (umur, jenis kelamin, pilihan dalam hubungan