PENGARUH LUMUT (Bryophyta) SEBAGAI KOMPOSISI MEDIA PERTUNASAN DAN PERTUMBUHAN
TANAMAN BINAHONG (Anredera cordifolia)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Disusun oleh:
Addinunnisa Auliya Ipaulle NIM 12308144009
PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Apa saja diantara Rahmat
ﷲ
yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untukmelepaskan nya setelah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” (Al Qur’an Surat Faathir {35}: 2)
Ku persembahkan skripsi yang sederhana ini untuk : kedua orangtuaku (Umiku Tatik Wilasti dan Abahku Tahabuddin),
Kakakku (Muhammad Afkar Musa Lapaulle), Adikku (Qaanitatul Hakim Ipaulle),
yang selalu mendo’akanku dan membantuku dengan semua yang bisa diberikan untukku,
calon suamiku (Sutan Verdien Aries Munandar) yang turut menyalurkan semangatnya untukku.
PENGARUH LUMUT (Bryophyta) SEBAGAI KOMPOSISI MEDIA PERTUNASAN DAN PERTUMBUHAN
TANAMAN BINAHONG (Anredera cordifolia)
Oleh
Addinunnisa Auliya Ipaulle NIM 12308144009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui persentase terbaik bagi
pertunasan tanaman binahong dengan komposisi lumut sebagai media. (2) Mengetahui pengaruh komposisi lumut sebagai media pertumbuhan tanaman
binahong. (3) Mengetahui komposisi lumut yang optimal sebagai media yang memberikan pengaruh terbaik untuk pertumbuhan tanaman binahong.
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan perlakuan 5 jenis media tanam yang memiliki komposisi lumut berbeda yaitu R1.A (Kontrol, 0g lumut/900g tanah), R1.B (5%, 15g lumut/900g media), R1.C (10%, 30g lumut/900g media), R1.D (15%, 45g lumut/900g media) dan R1.E (20%, 60g lumut/900g media). Komposisi media terdiri dari lumut, tanah, pupuk kandang dan arang sekam. Terdapat 180 stek batang (3 stek x 6 ulangan x 5 perlakuan x 2) dalam 60 polybag, 30 polybag untuk panen yang dilakukan setiap 2 minggu sekali dan 30 polybag untuk diamati sampai 12 MST (Minggu Setelah Tanam). Peubah yang diamati terdiri atas munculnya tunas pertama, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot basah dan bobot kering. Data dianalisis dengan analisis statistik One Way Anova untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan. Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk membedakan antara kelompok perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi lumut dalam media berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap tinggi tanaman (2MST, 4MST, 6MST, 8MST, 10MST, 12MST), jumlah daun (4MST, 6MST, 10MST, 12MST) namun tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap panjang akar pada pertumbuhan tanaman binahong. Selain itu, komposisi lumut dalam media berpengaruh nyata pada bobot basah (10MST, 12MST) dan bobot kering (6MST, 12MST) tanaman binahong. Komposisi lumut yang optimal untuk pertunasan dan tinggi tanaman binahong adalah R1.C (10%, 30g lumut/900g media), untuk jumlah daun tanaman binahong adalah R1.D (15%, 45g lumut/900g media) dan media R1.E (20%, 60g lumut/900g media) untuk panjang akar, bobot basah serta bobot kering tanaman binahong.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas limpahan Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi
dengan judul “Pengaruh Lumut (Bryophyta) Sebagai Komposisi Media Pertunasan Dan Pertumbuhan Tanaman Binahong (Anredera cordifolia)” ini berhasil diselesaikan.
Skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dr. Slamet Suyanto selaku Wakil Dekan I FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Dr. Paidi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Dr. Tien Aminatun selaku Ketua Prodi Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
5. Prof. Dr. IGP Suryadarma selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu, saran dan masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi. 6. Prof. Dr. Djukri selaku pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan, masukan, saran, nasihat dan waktunya selama penelitian dan penulisan Tugas Akhir Skripsi.
7. Dr. Ir Suhartini M.S selaku penguji utama yang membimbing penyelesaian Tugas Akhir Skripsi sehingga menjadi lebih baik.
8. Lili Sugiyarto M.Si selaku penguji pendamping yang membimbing penyelesaian Tugas Akhir Skripsi sehingga menjadi lebih baik lagi.
9. Seluruh dosen FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dan mengajarkan ilmu nya dengan ikhlas.
11.Kelas Biologi E 2012 yang telah berjuang bersama dan mengusahakan yang terbaik untuk semuanya.
12.Keluarga ARWANA Biologi Universitas Negeri Yogyakarta.
13.Sahabat kelas (Utami Amardi Putri, Kurnia Cahyani, Nrangwesthi Widyaningrum, Setyo Sulistyono, Aji Suhandy, Ahmad Arifandy Hidayat, Moh Galang Eko Wibowo, Tinuk Noviakorniyati).
14.Teman-teman seperjuangan (Masna Khomsatu Roisah, Layn Miftahu
Su‟ad, Annisa Milda Novasari, Dwi Arum Sari, Fitri Purnamasari).
15.Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan Tugas Askhir Skripsi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Tugas Akhir Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat.
Yogyakarta, Januari 2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Batasan Operasional ... 3
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 6
1. Lumut ... 6
3. Media Tanam ... 13
4. Pertumbuhan Tanaman ... 15
B. Kerangka Pikir ... 25
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
C. Variabel Penelitian ... 27
D. Alat dan Bahan ... 27
E. Gambaran Layout Penelitian ... 28
F. Prosedur Kerja ... 30
G. Teknik Pengumpulan Data ... 32
H. Analisis Data ... 33
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34
B. Pembahasan ... 38
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian ... 55
2. Rekapitulasi Hasil Analisis SPSS ... 60
3. Data Pengamatan ... 63
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data hasil uji kandungan lumut dari BPTP Yogyakarta ... 2
Tabel 2. Pertambahan tinggi tanaman binahong ... 60
Tabel 3. Pertambahan jumlah daun tanaman binahong ... 60
Tabel 4. Perubahan panjang akar tanaman binahong ... 61
Tabel 5. Perubahan bobot basah tanaman binahong ... 61
Tabel 6. Perubahan bobot kering tanaman binahong ... 62
Tabel 7. Data pengamatan lingkungan media ... 63
Tabel 8. Data pengamatan tinggi tanaman ... 63
Tabel 9. Data pengamatan jumlah daun ... 64
Tabel 10. Data pengamatan panjang akar ... 65
Tabel 11. Data pengamatan bobot basah ... 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman binahong ... 11
Gambar 2. Kerangka pikir ... 26
Gambar 3. Histogram pertumbuhan tanaman binahong (4MST) ... 28
Gambar 4. Histogram persentase pertunasan tanaman binahong ... 34
Gambar 5. Grafik pertambahan tinggi tanaman binahong ... 35
Gambar 6. Grafik pertambahan jumlah daun tanaman binahong ... 36
Gambar 7. Grafik perubahan panjang akar tanaman binahong ... 37
Gambar 8. Grafik perubahan bobot basah tanaman binahong ... 37
Gambar 9. Grafik perubahan bobot kering tanaman binahong ... 38
Gambar 10. Dokumentasi penanaman ... 57
Gambar 11. Perbandingan R0, R1, R2, R3 dan R4 ... 57
Gambar 12. Persiapan ... 58
Gambar 13. Panen (4MST) ... 58
Gambar 14. Patah ... 58
Gambar 15. Muncul cabang ... 58
Gambar 16. Hama ulat grayak ... 58
Gambar 17. Hama bekicot ... 58
Gambar 18. Penyakit layu ... 59
Gambar 19. Penyakit bercak ... 59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Binahong memiliki manfaat dan nilai ekonomi yang tinggi serta memungkinkan untuk dibudidayakan secara intensif. Saat ini, binahong
telah digunakan sebagai bahan baku untuk industri fitofarmaka (Baskoro dan Purwoko, 2010: 6).
Berbagai kandungan kimia daun binahong bersifat antibakteri, antivirus,
antiinflamasi, analgesik dan antioksidan. Selain itu, daun binahong juga berkhasiat untuk meningkatkan daya tubuh, memperkuat daya tahan sel
terhadap infeksi sekaligus memperbaiki sel yang rusak, melancarkan dan menormalkan peredaran darah serta tekanan darah, mencegah stroke,
mengatasi diabetes serta mengobati penyakit maag (Hariana, 2013: 60).
Menurut Penelitian Riyanti (2009: 29), tanaman sirih merah berkembang lebih baik pada media yang menggunakan campuran serbuk sabut kelapa,
arang sekam, pakis dan humus daun bambu 1:1:1:1 (v/v) dibandingkan dengan perlakuan media lainnya. Media campuran serbuk sabut kelapa,
arang sekam, pakis dan humus daun bambu 1:1:1:1 (v/v) memberikan hasil jumlah daun, jumlah ruas, jumlah buku, jumlah akar terbanyak dan tinggi tanaman. Hasil analisis media ini menunjukkan nilai 0.74% (N), 1.34% (P2O5)
Tabel 1. Data hasil uji kandungan Lumut dari BPTP Yogyakarta:
No Parameter Uji Kandungan Lumut Metode
1 Kadar air 22.52 % Suhu 105ºC, 3 Jam
2 pH (H2O) 6.62 pH meter
3 C-organik 4.84 % Walkly and Black
4 N-total 0.60 % Kjeldahl
5 P2O5 Potensial 210 mg/100g HCl 25%
6 K2O Potensial 56 mg/100g HCl 25%
Dengan nilai (N) kandungan lumut yang mendekati nilai tersebut maka dapat dimungkinkan bahwa lumut bisa menjadi komposisi media tanam dan
diharapkan memberikan pengaruh terhadap pertunasan dan pertumbuhan tanaman binahong sebagai salah satu penyedia unsur hara N.
Menurut Mus (2008), perbanyakan tanaman binahong secara vegetatif umumnya dilakukan dengan menggunakan stek batang. Stek batang pada umumnya lebih mudah dan sangat menguntungkan karena batang mempunyai
persediaan bahan makanan yang cukup dan jaringan meristem yang membentuk akar (Baskoro dan Purwoko, 2010: 6).
Pertumbuhan tanaman secara vegetatif yang diambil dari stek akan diawali dengan munculnya tunas. Menurut Rahardja dan Wiryanta (2003: 23),
yang tumbuh dari bagian tanaman. Menurut Zulkarnain (2014: 99), pada
sel-sel yang baru terbentuk akan terjadi pemanjangan sel-sel yang membutuhkan ketersediaan air yang cukup, rangsangan hormon tertentu yang merangsang
perentangan sel dan ketersediaan karbohidrat. Sehingga penting untuk diketahui pertunasan pada stek batang tanaman binahong.
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan penanaman
tanaman binahong pada media tanam yang mengandung lumut untuk mengetahui pengaruhnya dalam menunjang pertunasan dan pertumbuhan
tanaman binahong dengan menggunakan stek batang. B. Identifikasi Masalah
1. Kandungan lumut C (4.84%), N (0.60%), P (210 mg/100g) dan K (56 mg/100g) diharapkan dapat menambah hara untuk tanaman sebagai komposisi media tanam.
2. Tanaman binahong memiliki banyak manfaat bagi kesehatan serta mudah ditanam.
3. Media tanam yang digunakan mengandung lumut sebagai media
pertumbuhan tanaman binahong selama 3 bulan sehingga dapat diketahui pengaruhnya.
C. Batasan Operasional
2. Media kontrol hanya terdiri dari tanah saja dan tidak diberi komposisi
pupuk kandang maupun arang sekam sehingga memiliki kandungan unsur hara yang lebih sedikit.
3. Peran Lumut dalam penelitian ini adalah sebagai penyedia bahan organik dikarenakan tidak dilakukannya analisis pada keseluruhan media yang telah dicampur dengan pupuk kandang maupun arang sekam sesuai desain
penelitian. D. Rumusan Masalah
1. Komposisi lumut manakah sebagai media yang memberikan persentase terbaik bagi pertunasan tanaman binahong?
2. Apakah komposisi lumut sebagai media berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman binahong?
3. Komposisi lumut manakah sebagai media yang memberikan pengaruh
terbaik untuk pertumbuhan tanaman binahong? E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui persentase terbaik bagi pertunasan tanaman binahong dengan
komposisi lumut sebagai media.
2. Mengetahui pengaruh komposisi lumut sebagai media pertumbuhan
tanaman binahong.
F. Manfaat penelitian
1. Memberikan informasi tentang tumbuhan lumut sebagai media pertumbuhan tanaman binahong.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Lumut (Bryophyta)
Tumbuhan lumut (Bryophyta) dibedakan dalam dua kelas dengan
ciri-ciri yang jelas yaitu:
- Hepaticae (lumut hati)
- Musci (lumut daun)
Kedua kelas itu berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya. Keduanya selalu
berwarna hijau, autotrof dan sebagai hasil asimilasi telah terdapat zat tepung (Tjitrosoepomo, 2014: 175).
Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan, meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat
kering misalnya pada kulit-kulit pohon, di atas tanah atau batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur yang xeromorf. Dalam tubuh terdapat alat penyimpan air atau dapat menjadi kering tanpa mengakibatkan
kematiannya (Tjitrosoepomo, 2014: 175-176).
Lumut daun meliputi ± 12.000 jenis yang mempunyai daerah agihan
dapat tumbuh. Beberapa jenis diantaranya dapat sampai berbulan-bulan
menahan kekeringan dengan tidak mengalami kerusakan bahkan ada yang tahan kekeringan sampai bertahun-tahun. Di tempat-tempat yang kering
lumut-lumut itu membentuk badan-badan yang berupa bantalan, sedangkan yang hidup di tanah-tanah hutan membentuk lapisan seperti babut. Lumut yang membentuk bantalan karena tidak berakar hampir-hampir tidak
menghisap air dari tanah, bahkan melindungi tanah itu terhadap penguapan air yang terlalu besar (Tjitrosoepomo, 2014: 188).
Perkembangan lumut berlangsung seperti berikut: spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan
protonema. Ada yang menjadi besar dan ada yang tetap kecil. Padanya
terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumut. Kemudian dibentuklah gametangium, lalu setelah sel telur (dihasilkan
oleh arkegonium) dibuahi oleh spermatozoid (dihasilkan oleh anteridium), zigot terus berkembang menjadi embrio yang diploid. Tumbuh menjadi suatu badan sporogonium atau kapsul spora. Di dalamnya dibentuk spora, jaringan
di dalamnya dinamakan arkespora yang membentuk sel induk spora dan mengalami pembelahan reduksi menjadi 4 spora yang berkelompok (tetrade),
spora itu membulat sebelum terpisah-pisah dan terlepas dari kapsul spora (Tjitrosoepomo, 1981: 168-169).
Menurut Warming dan Smith (1896) dalam Satiyem (2012), bryophyta
memainkan peranan memadai dalam ekonomi alam. Hal ini merupakan
akibat jumlah besar tumbuhan individu yang dihasilkan secara pembiakan vegetatif. Lumut sejati mudah berkembang biak sehingga
membentuk masa yang luas membentang bagaikan permadani hijau menutupi permukaan tanah. Ciri lain yang mempunyai arti penting dalam ekologi ialah kemampuannya menyimpan air yang tertangkap diantara
daun dan tangkainya. Banyak lumut sejati di hutan bersama lumut gambut mempunyai kemampuan menyerap air melalui daun-daunnya.
Karena struktur dan cara hidupnya, lumut hati itu dalam banyak cara memberi sumbangan kepada modifikasi alam sekitar.
Penyimpanan air oleh massa lumut hati berdaun dan lumut sejati yang tumbuh pada pohon-pohon tumbang dan bahan organik lain dalam tanah. Meskipun hanya sedikit air yang diserapnya dari substrat, hal itu
menyebabkan tanah menjadi kering melainkan justru melindunginya terhadap desikasi (proses pengeringan). Sebagai akibat kemampuanya menahan air, maka persemaian alamiah dari lumut sejati tidak
disangsikan lagi bertindak sebagai pesemaian benih untuk tumbuhan herba, tumbuhan bunga berkayu, dan tumbuhan conifer (Satiyem, 2012:
17-18).
Lumut sendiri memiliki fungsi sebagai pembangun tanah untuk menyiapkan lahan bagi pertumbuhan organisme lain (Bernard & Buck, 2004
(Tabel 1) menunjukkan bahwa nilai C (4.84%), N (0.60%), K2O (56 mg/100g)
termasuk kategori tinggi dan P2O5 (210 mg/100g) termasuk kategori sangat
tinggi, hal ini disesuaikan dengan kriteria sifat kimia tanah oleh pusat
penelitian tanah 1983 (lampiran 3).
Salah satu peranan bryophyta ialah dalam memperlambat proses erosi. Massa lumut sejati yang bagaikan permadani itu mempunyai daya simpan air
yang lebih besar daripada lapisan daun mati. Karena itu lumut sejati memperlambat air permukaan yang cepat dari air hujan dan salju yang cair.
Selain itu, tegakan lumut sejati yang rapat menghimpun dan menahan partikel partikel tanah. Walaupun sekilas tampaknya tidak berarti sebagai tumbuhan
individu, namun bersama-sama tumbuhan tingkat tinggi mereka pun membentuk dan mengubah lingkungan hidup kita (Warming dan Smith, 1896 dalam Satiyem, 2012: 18).
Tumbuhan pertama yang datang dan berkembang pada suatu daerah dalam urutan-urutan suksesi disebut tingkat pionir. Sifat tumbuhan pionir ini sebagian besar ditentukan oleh sifat tanah atau batuan dan suplai air. Suksesi
pada permukaan batuan gundul yang diakibatkan oleh erosi karena angina atau air, biasanya mulai dengan lumut kerak sebagai tingkatan pionir. Lumut
tersebut menaungi liken dan secara berhasil bersaing sesamanya akan air dan nutrient. Lumut yang lebih tua mati dan membusuk, maka sering kali terbentuklah selapis “tikar” diatas permukaan batuan itu. Lama- kelamaan,
ditumbuhi tumbuhan herba sebagai tingkatan berikutnya dalam suksesi
(Tjitrosomo dkk, 1992: 195).
Lumut daun (Leucobryum glaucum) biasanya mengelompok,
membentuk hamparan karpet tebal di mana tumbuhan lain tidak dapat bertahan hidup. Lumut daun dan lumut hati menyukai tempat-tempat lembap dan teduh, walaupun lumut daun juga mampu melekat pada tempat terbuka
seperti permukaan bebatuan dan tembok. Lumut daun jenis Sphagnum membentuk bentangan lapisan tebal di daerah rawa dan timbunan sisa-sisa
nya lama-kelamaan berubah menjadi gambut. Selain itu, lumut kerak sering dijumpai dibatuan, dinding, dan kulit luar pohon. Lumut kerak dapat bertahan
dalam kondisi lingkungan yang sangat panas, dingin dan kering (Holland et al., 2004: 106).
2. Tanaman Binahong
Nama ilmiah tanaman binahong adalah Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Nama daerah tanaman ini yaitu gondola (sunda), gondola (bali), lembayung (minangkabau), genjerot, gedrek, uci-uci (jawa), kandula
(madura), tatabuwe (sulawesi utara), poiloo (gorontalo) dan kandola (timor). Sedangkan nama asing nya yakni heartleaf maderavine madevine (inggris)
dan dheng shan chi (cina) (Hariana, 2013: 60).
Binahong berupa tumbuhan menjalar dengan panjang bisa mencapai lima meter. Batangnya lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah dan
batang dan daun dapat digunakan dalam terapi herbal (Mangan, 2009: 55).
Daun binahong sedikit tebal dan licin serta berukuran antara 4-13 cm. bagian bunga berukuran kecil, berwarna putih krem, mengeluarkan keharuman yang
lembut dan tumbuh berkelompok bak tandan (Lestari dan Kencana, 2015: 301).
Gambar 1. Tanaman Binahong (Dokumentasi Penelitian, 2016) Berikut ini adalah klasifikasi tanaman binahong :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Species : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis
(Mus, 2008 dalam Octavia, 2009: 7-8).
Sinonim dari tanaman Anredera cordifolia (Ten) Steenis, di antaranya
Boussingaultia cordifolia (Ten), Boussingaultia gracilis Miers, Boussingaultia basselloides, Boussingaultia pseudobasselloides Haum
(Utami, 2013: 37).
Caryophyllales: kebanyakan berupa terna, seringkali dengan cara
penebalan sekunder yang istimewa. Daun tunggal, biasanya tanpa daun
penumpu. Bunga banci, atau berkelamin tunggal karena adanya reduksi dari salah satu alat kelaminnya aktinomorf, berbilang 5 dengan hiasan bunga yang tunggal atau ganda, atau mempunyai tenda bunga yang terdiri atas dua
karangan. Benang sari dalam 1 lingkaran, berhadapan dengan daun tenda, atau dalam 2 lingkaran, jarang lebih atau kurang. Bakal buah menumpang atau tenggelam, kebanyakan beruang 1 dengan 1-10 bakal biji yang kampilotrop
dan hampir selalu mempunyai 2 selaput kulit biji. Biji mempunyai perispora dan lembaga yang bengkok (Tjitrosoepomo, 1994: 158).
mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah
dan menyembuhkan luka setelah operasi (Mangan, 2009: 55).
Menurut penelitian Kurniasih dkk (2015: 183) Daun binahong
mengandung senyawa flavanoid, saponin dan polifenol dan memiliki potensi sebagai antioksidan. Selain itu, menurut penelitian Ariani dkk (2013: 918-919) didapatkan perbedaan yang jelas antara penyembuhan luka yang diberi
daun binahong dan yang tidak diberi daun binahong yaitu pembentukan jaringan granulasi yang lebih banyak dan reepitelisasi terjadi lebih cepat
dengan menggunakan daun binahong dibandingkan dengan tidak menggunakan daun binahong.
3. Media Tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur
hara melalui akarnya sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Liferdi dan Saparinto, 2016: 11). Media tanam yang banyak mengandung bahan organik dapat bertahan lunak, porous, udara dapat mencapai akar, kelembapan
terjamin, hara cukup dan pertumbuhan tanaman tidak terganggu (Sudarmono, 1997: 36).
Media tanam sangat penting karena kebutuhan dasar untuk tanaman bisa tumbuh dengan sehat. Media tanam yang sesuai perlu memperhatikan kebutuhan akan penyerapan air, saluran air, penghawaan (aerasi), nutrisi
baik untuk tanaman binahong berupa campuran tanah topsoil dan pupuk
kandang yang matang dengan perbandingan 1 : 1 (Tatik dkk, 2014: 181). Sifat fisika tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah struktur
tanah gembur, mudah mengikat air (porous) dan kedalaman tanah (solum) cukup dalam. Keadaan fisika tanah yang baik dapat memperbaiki edaran udara (aerasi) dan peredaran air (drainase) sehingga imbangan kandungan
oksigen dan air di dalam tanah sangat baik. Dengan demikian, kebutuhan oksigen dan air bagi tanaman serta aktivitas organisme tanah dapat terpenuhi
(Juanda dan Cahyono, 2005: 21).
Sifat kimia tanah salah satunya berupa derajat keasaman (pH) tanah
merupakan salah satu faktor pembatas yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang terlalu masam (pH < 4) dapat menyebabkan kematian tanaman. Selain itu juga mempengaruhi kehidupan
organisme tanah dan ketersediaan zat hara tertentu, yang selanjutnya berpengaruh terhadap kesuburan tanah dan tanaman. Kekurangan zat hara tertentu akan menyebabkan tanaman terserang penyakit fisiologis. Kondisi
tanah yang terlalu masam akan berpengaruh pada ketersediaan boron, magnesium dan molybdenum. Sebaliknya, kondisi tanah yang terlalu basa
berpengaruh terhadap ketersediaan zat hara kalium (Juanda dan Cahyono, 2005: 21).
Media tanam tanah bisa dikombinasikan dengan campuran lainnya
Arang sekam memiliki drainase dan aerasi yang baik, bertekstur kasar, ringan
dan sirkulasi udara tinggi karena banyak memiliki pori-pori sehingga kurang dapat menahan air. Arang sekam mengandung unsur mangan (Mn) dan
siliikon (Si) (Supriati dan Herliana, 2014: 31). 4. Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan ukuran tanaman sebagai
akibat adanya pembelahan dan pembesaran sel, termasuk sintesis berbagai bahan seluler dan organisasi organel-organel subseluler. Pertumbuhan
merupakan suatu proses yang tidak dapat dibalik (irreversible), dan laju pertumbuhan dapat diukur dengan menghitung peningkatan bobot segar,
bobot kering, volume, panjang, tinggi, atau luas area. Oleh karena ukurannya bertambah, maka bentuk tanaman pun berubah-ubah sebagaimana ditentukan oleh faktor-faktor genetiknya. Segmen-segmen tertentu dari DNA (gen)
menentukan sintesis enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi biokimia tertentu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan diferensiasi (Zulkarnain, 2014: 92, 98).
Pada sel-sel yang baru terbentuk akan terjadi pemanjangan sel yang membutuhkan ketersediaan air yang cukup, rangsangan hormon tertentu yang
merangsang perentangan sel dan ketersediaan karbohidrat (Zulkarnain, 2014: 99). Salah satu hormon pertama yang ditemukan pada tumbuhan adalah auksin. Auksin memainkan peranan penting dalam beragam perilaku dan pola
perkembangan system akar dan tunas, pertumbuhan buah, pengguguran daun
dan buah (absisi), pembelahan sel di kambium, dan perkembangan struktur-struktur baru, misalnya: tunas liar. Auksin memberikan
pengaruh-pengaruhnya itu pada konsentrasi yang berbeda-beda. Kadar auksin yang merangsang tunas mungkin cukup berbeda dengan yang merangsang akar (Fried dan Hademenos, 2005: 167).
Daerah pembesaran sel-sel berada tepat di belakang titik tumbuh. Pada saat sel-sel ini membesar, maka terbentuklah vakuola-vakuola besar yang
secara relatif menghisap air dalam jumlah banyak. Selain sel-sel memanjang, dinding-dinding sel juga akan menebal akibat adanya akumulasi selulosa
tambahan yang berasal dari karbohidrat. Oleh karena pembelahan sel, pemanjangan sel dan pembentukan jaringan memerlukan karbohidrat, maka dalam fase vegetatif, tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang
dibentuknya untuk pertumbuhan organ-organ vegetatif (Zulkarnain, 2014: 99-100).
Perlakuan dengan bahan tanam umbi ketiak daun pada media tanam
dengan perbandingan tanah, pupuk kandang, pasir 1:2:1 (T3M3) memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap pertumbuhan tanaman binahong (Tatik
dkk, 2014: 188). Sedangkan penggunaan stek batang memberikan pengaruh terbaik dan meningkatkan komponen pertumbuhan tanaman binahong. Stek batang lebih cepat berakar dibanding rimpang (Baskoro dan Purwoko, 2010:
potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman sehingga
menjadi tanaman baru.
Tanaman memerlukan sekitar 16 unsur hara untuk pertumbuhannya.
Unsur hara dapat diperoleh dari udara, air tanah, air siraman, air hujan dan mineral tanah atau bahan organik. Tanaman memperoleh unsur-unsur hara berupa bahan organik dari pupuk kandang, bangkai kehidupan atau sisa
tanaman, sedangkan bahan anorganik diperoleh dari mineral tanah, pupuk buatan pabrik atau abu. Unsur hara yang diperoleh dari udara, air tanah, air
siraman, air hujan yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) (Pracaya, 2011: 390).
Tanaman mengambil garam-garam mineral dari dalam tanah, yang berupa unsur-unsur nitrogen, pospor, kalium, kalsium, magnesium, besi, belerang, mangan, seng, boron, tembaga dan molibdenum (Tjahjadi, 1989:
15).
-Nitrogen (N)
Kandungan nitrogen dalam tanaman 1-4% dari bobot kering tanaman.
Unsur hara ini diambil dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3) atau ammonium
(NH4) dan bersenyawa dengan persenyawaan karbon untuk membentuk
persenyawaan asam amino dan protein (Pracaya, 2011: 393). Komponen utama berbagai senyawa dalam tubuh tanaman, yaitu: asam amino, amida, protein, klorofil dan alkaloid. 40-45% protoplasma tersusun dari senyawa
tanaman secara keseluruhan, mendorong pembentukan daun dan batang
tanaman (Tjahjadi, 1989: 16). -Fosfor (P)
Biasanya fosfor ditunjukkan dengan P2O5. Umumnya fosfor diambil dari
tanah kira-kira 0.1-0.4% dari bobot kering tanaman. Unsur hara ini diperlukan untuk pembelahan sel dan perkembangan jaringan tanaman yang membentuk
titik tumbuh tanaman. Selain itu, fosfor mempercepat masaknya tanaman (Pracaya, 2011: 394). Merangsang pertumbuhan akar/umbi, mendorong
pembentukan bunga dan buah, memperkuat tegaknya batang (Tjahjadi, 1989: 16). Berperan penting dalam transfer energi di dalam sel tanaman, misalnya:
ADP, ATP. Berperan dalam pembentukan membrane sel, misalnya: lemak, fosfat. Berpengaruh terhadap struktur K+ , Ca2+, Mg2+ dan Mn2+, terutama terhadap fungsi unsur-unsur tersebut yang mempunyai konstribusi terhadap
stabilitas struktur dan konformasi makro molekul, misalnya: gula fosfat, nukletida dan koenzim. Meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan N (Agustina, 2004: 58).
-Kalium (K)
Unsur hara kalium atau potash biasanya ditunjukkan dengan K2O.
Kalium bukan penyusun jaringan tanaman karena tidak membentuk persenyawaan seperti nitrogen dan fosfor. Namun, kalium terbentuk dalam keadaan larutan di dalam getah sel. Besarnya kalium sekitar 0.5-4% dari bobot
pembelahan dan pertumbuhan sel aktif. Unsur hara ini memerankan bagian
yang penting dalam penggunaan dari unsur-unsur hara yang lain dan dalam menyintesa protein dan lemak (Pracaya, 2011: 396). Membantu transportasi
hasil fotosintesa dari daun ke seluruh tubuh tanaman (Tjahjadi, 1989: 16). Fungsi utamanya mengaktifkan kerja beberapa enzim, asetik thiokinase, aldolase, piruvat kinase, glutamilsistein sintetase, formiltetrahidrofolat
sintetase, suksinil- Co A sintetase, induksi nitrat reduktase, sintesis tepung, ATPase. Memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang
lain, terutama organ tanaman penyimpan karbohidrat, misalnya: ubi. Merupakan komponen penting di dalam mekanisme pengaturan osmotik di
dalam sel. Berpengaruh langsung terhadap tingkat semipermiabilitas membrane dan fosforilasi di dalam kloroplast (Agustina, 2004: 58-59).
-Kalsium (Ca)
Berperan penting sebagai elemen struktural dinding sel, khususnya sebagai Ca pekat di dalam penyusun lamella tengah. Esensial di dalam mengatur struktur membran dan aktivitasnya, terutama pada aliran ion di akar.
Berperan dalam nitrat reduktase, amylase, ATPase, fosfolipase P. Jembatan penghubung suatu bahan makro molekul, misalnya: tepung. Memacu
penyerapan Kalium oleh tanaman, menetralkan keasaman tanah (Tjahjadi,
1989: 16).
Kapur atau kalsium yang telah bergabung menjadi dinding sel tidak bisa
bergerak ke bagian lain tanaman untuk pembentukan sel baru. Kapur juga dapat menolong menggagalkan keracunan alumunium. Kekurangan pemberian kapur akan mencegah terbentuknya akar baru, daun dan lain-lain.
Ketidaksanggupan akar tanaman yang kekurangan kapur untuk memanjang dengan cepat adalah suatu halangan yang serius untuk memperoleh keperluan
pertumbuhan yang lain (Pracaya, 2011: 402). -Magnesium (Mg)
Setiap molekul klorofil mengandung sebuah ion magnesium pada pusat darii struktur yang kompleks. Oleh karena itu, Mg sangat penting dalam pembentukan klorofil atau biji walaupun jumlah yang didistribusikan sedikit
ke bagian-bagian lain tanaman. Bagian dari Mg yang didistribusikan berfungsi dalam sistim enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat. Sifat magnesium di dalam tanaman lebih menyerupai sifat kalium. Magnesium
dengan mudah dapat dipindahkan dari satu bagian tanaman ke tempat lainnya (Pracaya, 2011: 399-400). Membantu distribusi fosfor ke seluruh tubuh
tanaman (Tjahjadi, 1989: 17).
Penyusun klorofil, pembawa fosfat terutama dalam pembentuksn biji berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin. Aktif di dalam fungsi
tilakoid ke stroma, pada keadaan ada cahaya dapat mengaktifkan RuBP
karbosilase (Agustina, 2004: 59). -Mangan
Berperan dalam transport electron pada fotosistem II. Elemen structural membran kloroplast ikut berperan dalam beberapa fungsi enzim, misalnya: enzim yang mengkatalisir pemecahan air, respirasi, metabolisme N, ikatan
kromatin-RNA polymerase, sintesa tRNA –primed oligoadenylate, sintesa fosfotidilinositol, inaktivasi protektor IAA (Agustina, 2004: 60). Membantu
tanaman dalam menyerap unsur N (Tjahjadi, 1989: 17). -Besi
Komponen struktural porfirin, sitkhrom, hemes, hematin, ferrikrome, leghemoglobin. Ikut di dalam proses oksidasi reduksi di dalam fotosintesis dan respirasi. Sebagai kofaktor beberapa enzim yaitu: sitokrom oksidase,
katalase, peraksidase, acotinase, sintesa klorofil, λ aminolevulinat sintetase, peptidilprolin hydrolase, nitrogenase, heme dan non-heme oksigenase (Agustina, 2004: 60). Ikut membantu proses pembentukan klorofil daun,
menguatkan batang dan vigor tanaman (Tjahjadi, 1989: 17). -Seng
Dibutuhkan untuk pembentukan triptopan sebagai prekursor IAA, metabolisme triptamin. Terutama sebagai kofaktor enzim dehydrogenase, piridin nukleotida, alkohol, glukosa-6-P dan triose P, karbonokanhidrase,
-Belerang
Belerang merupakan bagian penting dari semua protein tanaman dan dari beberapa hormon tanaman. Belerang tidak diperlukan untuk menyintesa
persenyawaan organik. Unsur hara ini sering kali terkumpul sebagai sulfat dalam tanaman. Tanaman memerlukan nitrogen empat sampai sepuluh kali lebih besar dari belerang (Pracaya, 2011: 403-404). Bersama dengan fosfor,
meningkatkan pengaruh kerja fosfor (Tjahjadi, 1989: 17).
Sebagai struktur molekul (tiga asam amino esensial, yaitu: sistin, sistein
dan metionin. Koenzim, yaitu: thiamin, biotin dan koenzim A bahan yang terlibat di dalam rantai transfer elektron pada respirasi dan fotosintesis, yaitu:
ferredoksin dan protein besi non-heme. Bahan produksi sekunder yang mudah menguap, yaitu: allylsulfit pada bawang-bawangan, mustard, sulfat flavonoid. Sulfolipid „sulfoquinovosil digliserida‟ terdapat pada membrane kloroplast).
Sulfat organik membantu mencegah melarutnya bahan organik di dalam air. Hal ini penting di dalam mekanisme cekaman terhadap salinitas (Agustina, 2004: 60-61).
-Boron
Berpengaruh di dalam translokasi gula dari daun, metabolisme fenol dan RNA serta aktivitas asam giberelin dan α amilase. Sangat erat hubungannya
dengan beberapa fungsi yang berhubungan dengan Ca di dalam tanaman. Fungsi spesifikasinya belum banyak diketahui (Agustina, 2004: 61).
-Molibdenum
Komponen struktural enzim riboprotein, nitrogenase dan nitrat reduktase. Berperan di dalam serapan dan translokasi besi (Agustina, 2004:
61).
-Tembaga
Berperan dalam transport elektron pada fotosintesis. Perannya seperti
besi. Penting selama pembentukan klorofil. Secara tidak langsung berperan di dalam pembentukan nodul akar. Kofaktor beberapa enzim penting yaitu:
enzim oksidase, misalnya: tirosinase, laccase, asam askorbat. Berperan dalam oksidasi terminal oleh sitokhrom oksidase (Agustina, 2004: 61-62).
-Natrium
Berperan dalam akumulasi asam oksalat. Berperan dalam membukanya stomata, sebagai pengganti K. Berperan dalam aktivitas nitrat reduktase.
Dibutuhkan oleh tanaman yang mempunyai lintasan fotosintetik C4.
Menginduksi metabolisme Crassulacean. Mengatur keseimbangan air (Agustina, 2004: 62).
-Selenium
Fungsinya belum banyak diketahui. Diduga analog dengan metabolik
(Agustina, 2004: 62). -Silikon
-Kobalt
Berperan dalam fiksasi nitrogen. Berperan dalam metabolisme leghemoglobin. Berperan dalam reduktase ribonukleotida (Agustina, 2004:
62).
-Khlor
Berpengaruh terhadap turgor. Berpengaruh terhadap evolusi O2 di dalam
kloroplast. Dalam jumlah kecil mungkin esensial di dalam fotosistem II. Membantu dalam stabilitas proses oksidasi (Agustina, 2004: 62-63).
Unsur-unsur mineral (unsur-unsur anorganik) yang diperlukan dalam jumlah yang cukup besar disebut makronutrien. Unsur yang paling banyak
diambil dari tanah adalah nitrogen. Makronutrien-makronutrien lain termasuk fosfor, magnesium, dan sulfur seringkali ditemukan dalam makromolekul-makromolekul esensial sel, misalnya klorofil dan berbagai enzim (Fried dan
Hademenos, 2005: 154).
Diantara semua unsur mineral, nitrogen adalah mineral yang paling sering membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tumbuhan
memerlukan nitrogen sebagai suatu unsur penyusun protein, asam nukleat dan molekul organik penting lainnya (Campbell dkk, 2003: 345).
Nitrogen memiliki fungsi merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, mendorong pembentukan daun dan batang tanaman. Jika kekurangan Nitrogen maka pertumbuhan tanaman terhambat, daun-daun tua
dan daun berwarna hijau kekuningan (pucat). Namun jika kelebihan, akar
tanaman menjadi rusak, busuk dan mati. Jika pupuk N disebar dan mengenai daun maka daun akan mengalami bercak, kadang-kadang rantingnya ikut
mati. Hal ini terjadi jika pemupukan tidak tersebar secara merata (Tjahjadi, 1989: 15).
Mineral-mineral yang ditemukan dalam jumlah relatif lebih kecil disebut
mikronutrien. Mikronutrien antara lain adalah besi, boron, klorin, mangan,
dan natrium. Unsur-unsur lain ditemukan dalam kuantitas yang sangat kecil,
sehingga disebut unsur kelumit (trace element). Unsur tersebut antara lain adalah seng, tembaga, dan molibdenum. Walaupun tidak terdapat dalam
jumlah besar, mikronutrien dan unsur kelumit bersifat esensial bagi proses-proses semacam aktivasi enzim, perkembangan kloroplas dan metabolism mineral-mineral lain (Fried dan Hademenos, 2005: 154).
B. Kerangka Pikir
Tumbuhan lumut memiliki kelebihan dibandingkan tanaman lain dalam penyimpanan air hingga mencapai 80%. Selain itu, lumut banyak ditemukan
sebagai tempat tumbuhnya tanaman lain sehingga mengindikasikan bahwa lumut memiliki syarat nutrisi sebagai media tanam. Tanaman binahong
sehingga unsur hara pada media tanam lebih banyak yang dapat diserap dan
dimanfaatkan oleh tanaman.
Kerangka pikir secara skematik disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pikir
Lumut Tanaman binahong
Stek batang (lebih mudah dan mempunyai persediaan bahan
makanan yang cukup dan jaringan meristem yang
membentuk akar) Banyak manfaatnya
Mudah ditanam, kemampuan tumbuh Gembur, memicu
pertunasan, memudahkan pertumbuhan akar, menyediakan hara bagi
pertumbuhan
Media tanam
Pertunasan, Pertumbuhan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan September hingga Desember 2016 yang bertempat di Dusun Pajangan, Sendangtirto,
Berbah, Sleman. C. Variabel Penelitian
Variabel bebas : komposisi media tanam
Variabel tergayut: tunas pertama dan pertumbuhan tanaman binahong
E. Gambaran Layout Penelitian
Penelitian ini akan melibatkan variabel terikat yang berupa pertumbuhan tanaman binahong dan variabel bebas yang berupa
komposisi media tanam.
Pada masing-masing kombinasi perlakuan dilakukan 5 kali ulangan, sehingga terdapat 50 unit perlakuan (lampiran 1).
2. Didapatkan hasil:
Setelah dilakukan pada bulan juni-juli selama 4 minggu (1 bulan) diperoleh hasil bahwa R1 memiliki hasil terbaik untuk rerata tinggi
tanaman dan rerata jumlah daun (R0 terbaik ke-2).
Gambar 3. Histogram pertumbuhan tanaman binahong 4MST 6,04
Penelitian Sebenarnya
Dilakukan dengan mengkombinasikan (lumut+tanah), pupuk kandang dan arang sekam dengan perbandingan sebagai berikut:
R1 = Kode hasil penelitian pendahuluan yang memberikan hasil terbaik (25%), sehingga konsentrasi yang dipakai untuk penelitian sebenarnya menggunakan % yang lebih kecil dari
25%.
A = 0% Kontrol (900g tanah)
B = 5% (5/100 x 300g): 300g: 300g C =10% (10/100 x 300g): 300g: 300g
D =15% (15/100 x 300g): 300g: 300g E =20% (20/100 x 300g): 300g: 300g Keterangan:
R1.A (0%)= {Lumut (0g) + Tanah (900g)}
R1.B (5%) = {Lumut (15g) + Tanah (285g)} + pupuk kandang (300g) + arang sekam (300g)
R1.C (10%)= {Lumut (30g) + Tanah (270g)} + pupuk kandang (300g) + arang sekam (300g)
R1.D (15%)= {Lumut (45g) + Tanah (255g)} + pupuk kandang (300g) + arang sekam (300g)
R1.E (20%)= {Lumut (60g) + Tanah (240g)} + pupuk kandang (300g)
F. Prosedur Kerja
Pembuatan Media Tanam
1. Pengumpulan lumut dilakukan di Pajangan, Sendangtirto, Berbah,
Sleman. Lumut (lampiran 1) yang dikumpulkan yaitu lumut yang tumbuh di bebatuan.
Lumut yang dipakai dicampur secara merata.
2. Tanah untuk media tanam diambil di Pajangan, Sendangtirto, Berbah, Sleman. Jenis tanah: regosol (sumber: slemankab.go.id,
2011)
3. Lumut yang akan digunakan telah disimpan setidaknya 1 bulan.
4. Setelah siap digunakan maka lumut dan tanah ditimbang sesuai dengan desain penelitian.
5. Media tanam dimasukkan ke dalam polybag.
Persiapan Bahan Tanaman
1. Bahan tanaman yang dipakai diperoleh dari satu induk yang sama. 2. Stek batang yang digunakan terdiri dari 1 helai daun dan batang
yang meliputi daun tersebut.
3. Pengambilan stek dilakukan dengan memilih daun yang ukurannya
hampir sama dari tanaman induk yang sama. Letaknya berada pada batang bagian tengah tanaman.
Penanaman
2. Daerah ruas daun dibenamkan ke dalam media karena dari sinilah
akan mucul tunas.
Pada masing-masing kombinasi perlakuan tersebut dilakukan 6 kali
ulangan. Terdapat 180 stek batang (3 stek x 6 ulangan x 5 perlakuan x 2) dalam 60 polybag, 30 polybag untuk panen yang dilakukan setiap 2 minggu sekali dan 30 polybag untuk diamati sampai 12 MST (Minggu
Setelah Tanam). Pengambilan polybag yang dipanen yakni secara acak.
Setting penelitian:
2. Dilakukan pengecekan terhadap hama dan penyakit tanaman jika
ada.
3. Jika ada gulma yang terdapat disekitar tanaman pada medianya,
4. Pengamatan hasil dilakukan seminggu sekali (tinggi tanaman,
jumlah daun) dan dua minggu sekali (panjang akar, bobot basah, bobot kering) selama waktu penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Tanaman binahong yang telah tumbuh pada media sesuai perlakuan desain penelitian, akan diamati pertunasan, panjang batang, jumlah daun,
panjang akar, bobot basah dan bobot kering tanaman.
Pertunasan
Pencatatan stek yang telah muncul tunas pertamanya setelah ditanam.
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur seminggu sekali setelah tanam dengan mengukur panjang dari batang pada permukaan tanah hingga pucuk
tertinggi tanaman binahong. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung seminggu sekali setelah tanam. Jika dimakan
hama, tetap dihitung dengan melihat bekas ruas daunnya sehingga dapat diperkirakan jumlah daun sebelum dimakan hama tersebut.
Panjang akar (cm)
Diukur diukur setiap 2 minggu sekali (1 polybag untuk 1 perlakuan= 5 polybag= 3x5 tanaman hasil stek) sebelum ditimbang bobot basah
Bobot basah (g)
Bobot basah diukur setiap 2 minggu sekali dengan mencabut secara hati-hati tanaman kemudian membersihkan tanah yang menempel dan
menimbangnya.
Bobot kering (g)
Bobot kering diukur setiap 2 minggu sekali setelah melakukan
penimbangan untuk bobot basah, tanaman dikeringovenkan hingga bobotnya tetap (±suhu 60°C selama 3 x 24 jam. Menurut Baskoro dan
Purwoko, 2010: 7). H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik One Way Anova untuk mengetahui pengaruh media lumut terhadap pertunasan dan pertumbuhan tanaman binahong.
Selanjutnya apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan rerata antar kelompok kontrol dengan masing-masing kelompok
BAB IV komposisi lumut yang optimal untuk pertunasan tanaman binahong adalah R1.C (10%, 30g lumut/900g media) dengan hasil 83.33% pada minggu
pertama setelah tanam. Sedangkan yang memberikan hasil paling sedikit adalah R1.A (Kontrol, 0g lumut/900g tanah).
Gambar 4. Histogram persentase pertunasan tanaman binahong -tinggi tanaman
yang berarti perlakuan komposisi lumut memberikan pengaruh nyata pada
tinggi tanaman binahong.
Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang hasilnya (lampiran 2)
menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 12MST adalah R1.C, yang terendah adalah R1.B dan dapat dilihat dari Gambar 5.
Gambar 5. Grafik pertambahan tinggi tanaman binahong
-jumlah daun
Hasil analisis anova jumlah daun (lampiran 4) pada 4MST, 6MST,
10MST dan 12MST menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 yang berarti perlakuan komposisi lumut memberikan pengaruh nyata pada jumlah daun tanaman binahong. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang
hasilnya (lampiran 2) menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 10MST adalah R1.D, yang terendah adalah R1.B dan dapat dilihat dari Gambar 6.
0
2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst
Sedangkan hasil analisis anova jumlah daun (lampiran 4) pada 2MST
dan 8MST menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 sehingga berarti tidak berpengaruh nyata.
Gambar 6. Grafik pertambahan jumlah daun tanaman binahong -panjang akar
Hasil analisis anova panjang akar (lampiran 4) menunjukkan nilai
signifikansi > 0,05 sehingga berarti tidak berpengaruh nyata pada semua data yang diujikan. Namun jika dilihat dari Gambar 7 menunjukkan bahwa
rata-rata tertinggi pada 12MST adalah R1.E dan yang terendah adalah R1.B. -bobot basah
Hasil analisis anova bobot basah (lampiran 4) pada 10MST dan 12MST
menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 yang berarti perlakuan komposisi lumut memberikan pengaruh nyata pada bobot basah tanaman
binahong. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang hasilnya (lampiran 0
2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst
2) menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 12MST adalah R1.E, yang
terendah adalah R1.A dan dapat dilihat dari Gambar 8.
Sedangkan hasil analisis anova bobot basah (lampiran 4) pada 2MST,
4MST, 6MST dan 8MST menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 sehingga berarti tidak berpengaruh nyata.
Gambar 7. Grafik perubahan panjang akar tanaman binahong
Gambar 8. Grafik perubahan bobot basah tanaman binahong 0
2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst
Panjang akar (cm)
2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst
-bobot kering
Hasil analisis anova bobot kering (lampiran 4) pada 6MST dan 12MST menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 yang berarti perlakuan
komposisi lumut memberikan pengaruh nyata pada bobot kering tanaman binahong. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang hasilnya (lampiran 2) menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 12MST adalah R1.E, yang
terendah adalah R1.A dan dapat dilihat dari Gambar 9.
Sedangkan hasil analisis anova bobot kering (lampiran 4) pada 2MST,
4MST, 8MST dan 10MST menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 sehingga berarti tidak berpengaruh nyata.
Gambar 9. Grafik perubahan bobot kering tanaman binahong B. Pembahasan
Kandungan lumut hasil uji di BPTP menunjukkan bahwa lumut yang
diteliti memiliki kandungan C (4.84%) yang tinggi karena berada pada antara 3.01 hingga 5.00 sementara itu, C (%) dengan nilai yang termasuk
0
2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst
rendah yaitu antara 1.00 hingga 2.00 dan sedang yaitu antara 2.01 hingga
3.00. Kandungan N (0.60%) berada pada antara 0.51 hingga 0.75 sehingga termasuk tinggi juga, N (%) dengan nilai yang termasuk rendah yaitu
antara 0.10 hingga 0.20 dan sedang yaitu antara 0.21 hingga 0.50. Hal tersebut disesuaikan dengan kriteria sifat kimia tanah (Lampiran 3). Sedangkan pH nya termasuk netral. Dengan kandungan C dan N yang
termasuk tinggi tersebut akan sangat menunjang pertumbuhan tanaman binahong karena keduanya sangat berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman. Menurut Pracaya (2011: 391), karbon dioksida (CO2) sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman. Zat tersebut diambil tanaman dari
udara melalui stomata dalam daun-daun hijau. Karbon dioksida bergabung dengan hidrogen dari air tanah, lalu membentuk zat gula (karbohidrat) dan zat-zat tanaman lainnya dengan energi dari cahaya matahari. Proses ini
disebut fotosintesis.
Udara mengandung 79% nitrogen, namun hanya tanaman famili leguminoceae yang dapat menggunakan nitrogen udara, misalnya kacang
tanah, kedelai, kacang panjang dan buncis (Pracaya, 2011: 391). Menurut Salisbury dan Ross (1995: 143), ada dua bentuk utama ion nitrogen yang
diserap dari tanah: Nitrat (NO3-) dan ammonium (NH4+). Menurut Tjahjadi
(1989: 16), nitrogen memiliki fungsi merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, mendorong pembentukan daun dan batang tanaman.
Kandungan hara P pada tumbuhan lumut yang diujikan menunjukkan
nilai yang lebih tinggi dibandingkan hara K yang terkandung di dalamnya. Menurut Salisbury dan Ross (1995: 143), fosfor diserap terutama sebagai
anion fosfat valensi satu (H2PO4-), dan diserap lebih lambat dalam bentuk
anion valensi dua (HPO42-), pH tanah mengendalikan perimbangan jumlah
kedua bentuk ini. H2PO4- tersedia pada pH dibawah 7, dan HPO42- tersedia
pada pH diatas 7. Banyak fosfat diubah menjadi bentuk organik ketika masuk ke dalam akar atau sesudah diangkut melalui xilem menuju tajuk.
Pada penelitian ini, semua pH media tanam bernilai dibawah 7 sehingga dimungkinkan H2PO4- yang tersedia.
Menurut Tjahjadi (1989: 16), fungsi unsur hara P yaitu merangsang pertumbuhan akar/umbi, mendorong pembentukan bunga dan buah, memperkuat tegaknya batang. Meningkatkan efisiensi fungsi dan
penggunaan N (Agustina, 2004: 58). Sedangkan Kalium bukan penyusun jaringan tanaman karena tidak membentuk persenyawaan seperti nitrogen dan fosfor. Unsur hara ini memerankan bagian yang penting dalam
penggunaan dari unsur-unsur hara yang lain dan dalam menyintesa protein dan lemak (Pracaya, 2011: 396). Membantu transportasi hasil fotosintesa
dari daun ke seluruh tubuh tanaman (Tjahjadi, 1989: 16). Selain itu, menurut Salisbury dan Ross (1995: 145), seperti nitrogen dan fosfor, K+ dengan mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ muda.
akar. Aliran masa adalah gerakan unsur hara di dalam tanah menuju
permukaan akar tanaman bersama-sama gerakan masa air. Gerakan ini berlangsung secara terus-menerus karena diserap oleh akar dan menguap
melalui transpirasi. Proses ini penting untuk penyediaan unsur-unsur N, Ca, S dan Mo. Difusi merupakan proses penyediaan hara yang paling dominan untuk unsur P dan K. Air beserta unsur hara yang terlarut di
dalamnya disebut dengan larutan tanah. Saat akar tanaman menyerap unsur hara dari larutan tanah, unsur hara lain yang terlarut dalam air
bergerak menuju akar sebagai akibat hukum difusi (Puslitloka, 2010: 138). Difusi adalah pergerakan neto dari satu tempat ke tempat lain akibat
aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul atau ion (Salisbury dan Ross, 1995: 32).
Dari hasil penelitian gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa panjang
akar tertinggi pada 12 MST diperoleh dari media R1.C serta diikuti dengan bobot basah dan bobot kering tanaman yang tertinggi pada 12 MST. Hal ini menandakan bahwa semakin panjang akar pada tanaman memberikan
gambaran semakin banyak juga unsur hara yang mampu diserapnya sehingga meningkatkan bobot yang dihasilkan oleh tanaman binahong.
Menurut Puslitloka (2010: 139), intersepsi akar merupakan proses penyediaan hara yang penting untuk unsur Ca. Akar tanaman aktif tumbuh memanjang, sehingga mencapai larutan tanah. memanjangnya akar
sekitar perakaran tersebut selanjutnya diserap oleh akar tanaman melalui
proses serapan aktif yang selektif dan memerlukan energi metabolik. Penggunaan stek batang tanaman binahong pada penelitian ini,
dimaksudkan untuk melihat pada pertunasannya sehingga diketahui potensi munculnya tunas. Menurut Prastowo dan Roshetko (2006: 31), stek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau
potongan tanaman sehingga menjadi tanaman baru. Selain itu, menurut Sitompul dan Guritno (1995: 21) substrat yang terdapat di dalam stek
(karbohidrat, lemak dan protein) akan mengalami perombakan secara enzimatik untuk mendukung aktivitas tunas membentuk bakal tanaman
yang kemudian membentuk organ-organ utama tanaman seperti batang, daun dan akar.
Menurut Rahardja dan Wiryanta (2003: 23), tunas merupakan ranting
muda yang baru tumbuh atau calon tanaman baru yang tumbuh dari bagian tanaman. Sesuai dengan Zulkarnain (2014: 99), pada sel-sel yang baru terbentuk akan terjadi pemanjangan sel yang membutuhkan ketersediaan
air yang cukup, rangsangan hormon tertentu yang merangsang perentangan sel dan ketersediaan karbohidrat. Pada awal masa tanam
penelitian ini, stek sangat membutuhkan suplai air dikarenakan hanya memiliki 1 helai daun saja sehingga perlu sangat dijaga kelembapan nya supaya tidak mudah layu. Peran lumut dalam hal ini adalah sebagai
mempunyai arti penting dalam ekologi ialah kemampuannya
menyimpan air yang tertangkap diantara daun dan tangkainya.
Fried dan Hademenos (2005: 167) menyatakan bahwa salah satu
hormon pertama yang ditemukan pada tumbuhan adalah auksin. Auksin memainkan peranan penting dalam beragam perilaku dan pola pertumbuhan. Auksin terlibat dalam supresi tunas lateral di sepanjang
batang. Auksin memberikan pengaruh-pengaruhnya itu pada konsentrasi yang berbeda-beda. Kadar auksin yang merangsang tunas mungkin cukup
berbeda dengan yang merangsang akar. Pada penelitian ini, pertumbuhan akar lebih mudah daripada pertumbuhan tunasnya dikarenakan saat
pengamatan 1MST ditemukan semua stek sudah memiliki akar meskipun jika belum bertunas.
Hasil pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman binahong selama
masa penelitian terus meningkat, hal tersebut mengindikasikan bahwa zat hara yang terkandung dalam media dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pertambahan tinggi tanaman binahong. Menurut Tatik dkk (2014:
186), pertambahan sel-sel tanaman ini berupa memanjang atau membesarnya sel. Pertambahan sel pada tanaman sangat dipengaruhi oleh
bertambahnya umur tanaman dan tersedianya unsur hara dalam tanah. Mengacu pada hal tersebut dapat menjelaskan adanya pertambahan tinggi tanaman pada tiap umur pengamatan. Tinggi tanaman merupakan suatu
sel-sel. Dan menurut Gardner et al (1991), pemotongan stek dari batang
akan memicu bekerjanya meristem ujung yang menghasilkan sel-sel baru di ujung akar atau batang sehingga mengakibatkan tumbuhan bertambah
tinggi. Peningkatan tinggi tanaman diikuti meningkatnya jumlah daun yang dihasilkan tanaman binahong (Baskoro dan Purwoko, 2010: 9).
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan komposisi lumut dalam
media tidak berpengaruh nyata terhadap semua data yang diujikan pada panjang akar. Hasil ini memperlihatkan bahwa pengaruhnya paling kecil
dibandingkan peubah lainnya. Jika dilihat dari grafik perubahan panjang akar cukup fluktuatif. Terkadang grafik nya naik dan terkadang juga turun.
Namun pada perlakuan R1.E (20%, 60g lumut/900g media) terus mengalami peningkatan hingga akhir pengamatan.
Ketersediaan unsur P yang lebih banyak dibanding unsur K dalam
lumut pada kadar tertinggi memungkinkan kemaksimalan fungsi unsur P yang mendukung pertumbuhan akar tanaman. Menurut Untung (2008: 15), unsur P sangat baik untuk perkembangan akar. Semakin baik pertumbuhan
akar maka semakin baik pula kondisi tanaman. Pembentukan tajuk berjalan lancar karena efisiensinya penyerapan akar yang telah meluas.
Nitrogen memiliki fungsi merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, mendorong pembentukan daun dan batang tanaman. Jika kekurangan Nitrogen maka pertumbuhan tanaman terhambat (Tjahjadi,
fisiologi tumbuhan. Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan
dengan ukuran bahan kering dari dengan bobot segar (basah) yang mana dapat sangat mempengaruhi kondisi kelembapan. Hakim et al. (1986)
menyatakan bahwa unsur nitrogen berperan dalam meningkatkan produksi bobot basah dan bobot kering tanaman (Baskoro dan Purwoko, 2010: 10). Pada perlakuan R1.E (20%, 60g lumut/900media) memberikan hasil yang
optimum bagi kedua peubah tersebut.
Hal ini dimungkinkan karena banyaknya komposisi lumut pada
media tersebut. Menurut hasil penelitian Baskoro dan Purwoko (2010: 10), perlakuan pupuk organik berbeda nyata terhadap bobot kering akar,
batang, dan total tanaman. Hal tersebut diduga disebabkan oleh tersedianya nitrogen yang cukup tinggi pada setiap pupuk organik. Sementara itu, pada penelitian ini kadar pupuk kandang (sapi) pada semua
media tanam adalah sama, yakni 300g dalam 900g media. Maka dimungkinkan kadar lumut yang menentukan peran media dalam peningkatan bobot tanaman. Selain itu, unsur N juga diperoleh dari pupuk
organik yakni pupuk kandang (sapi). Menurut Suwahyono (2011: 35), kandungan pupuk kandang (sapi) secara umum adalah N (0.8 - 1.2) %,
P2O5 (0.44 - 0.88) % dan K2O (0.4 - 0.8) %.
Tanah pada penelitian ini (Berbah) termasuk jenis tanah regosol (slemankab.go.id, 2011: II-5). Warna tanah regosol agak kecokelatan atau
berkembang, mempunyai tekstur pasir karena kandungan fraksi pasirnya
lebih dari 60% sampai pada kedalaman 25-100 cm. Kadang-kadang berlapis-lapis antara pasir dan kerikil atau padas yang agak permeabel.
Pada umumnya, miskin unsur hara karena mudah tercuci, semakin kasar teksturnya semakin miskin unsur hara. Selain itu, sering kekurangan air sehingga pemberian bahan organik dengan dosis tinggi merupakan
salah satu cara pengelolaan yang tepat untuk membantu perbaikan tanah tersebut (Widodo, 2007: 11). Unsur hara tanah regosol biasanya miskin
hara hidrogen dengan pH netral-agak masam (Sunarko, 2014: 91). Umumnya tanah regosol cukup K hanya mungkin dalam bentuk belum
tersedia bagi tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002: 106). Jika diberikan pupuk organik dan pengairan yang baik, tanah ini dapat digunakan untuk areal persawahan, palawija, sayur-sayuran, serta
perkebunan tembakau dan tebu (Sunarko, 2014: 91). Sehingga pada penelitian ini, fungsi komposisi lumut dihubungkan dengan tanah supaya membantu perbaikan kondisi tanah itu sendiri.
Menurut Tjitrosomo dkk (1992: 180), temperatur mempengaruhi semua kegiatan tumbuhan absorpsi air, fotosintesis, transpirasi, respirasi,
perkecambahan, tumbuhan dan reproduksi. Temperatur yang rendah hampir sama pengaruhnya dengan temperatur tinggi, keduanya sama-sama mempengaruhi proses metabolisme tumbuhan. Tingginya temperatur
penelitian ini, biasanya terjadi daun layu sementara pada siang hari
dikarenakan suhu meningkat. Sedangkan pada pagi dan sore hari daun terlihat segar kembali. Suhu berkisar 25-33ºC, suhu media dipengaruhi
oleh suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu lingkungan maka suhu media pun semakin tinggi. Suhu media berkisar antara 28-30ºC. Suhu lingkungan dan suhu media (Lampiran 3) pada penelitian ini termasuk aman untuk
tanaman karena belum memasuki suhu ekstrim. Menurut Zulkarnain (2014: 73), suhu udara yang ektrim, misalnya: 46-54ºC dapat
menyebabkan terjadinya koagulasi protein di dalam sel sehingga dapat berakibat fatal bagi tanaman.
Aktivitas biologi di dalam tanah juga dipengaruhi oleh pH tanah. Pengaruh di dalam kecepatan penguraian bahan organik. Pada pH sekitar 6-7, mikroorganisme tanah paling aktif menguraikan bahan organik dan
membantu cepatnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah. pH optimum untuk pertumbuhan sebagian besar tanaman berkisar pada pH 6-6.5 (Agustina, 2004: 27). Pada penelitian ini pH media berkisar antara 5.6-6.4
sehingga masih dalam kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman karena tidak terlalu asam dan juga tidak terlalu basa. Menurut Juanda dan
Cahyono (2005: 21), sifat kimia tanah salah satunya berupa derajat keasaman (pH) tanah merupakan salah satu faktor pembatas yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang terlalu
molybdenum. Sebaliknya, kondisi tanah yang terlalu basa berpengaruh
terhadap ketersediaan zat hara kalium.
Hama yang menyerang tanaman binahong selama masa penelitian
adalah belalang, ulat api, ulat grayak, siput kecil, bekicot, kutu putih dan kepik. Masing-masing menyerang bagian tanaman yang berbeda dan mengakibatkan kerusakan yang berbeda.
Sejak awal minggu setelah ditanam, hama yang menyerang adalah bekicot dengan memakan daun pada stek batang yang ditanam sehingga
mengakibatkan tanaman cukup kesulitan untuk memulai pertunasan. Hama ini terus berdatangan hingga penelitian berakhir. Diikuti dengan datangnya
siput kecil juga yang menimbulkan bekas yang sama dengan bekicot. Kedua hama tersebut memakan daun dibagian bawah dekat media.
Belalang, ulat api dan ulat grayak memakan daun lalu mengakibatkan
daun berlubang-lubang. Kotoran dari ulat juga dapat mengganggu kesehatan daun sehingga daun menjadi rusak. Menurut Baskoro dan Purwoko (2010: 8), belalang dan ulat api merupakan hama yang
menyerang tanaman dengan cara memakan daun-daun muda dan batang muda.
Penyakit yang terjangkit oleh tanaman binahong dalam penelitian ini adalah layu dan bercak. Kedua hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena tidak banyak yang terserang
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
1. Persentase terbaik bagi pertunasan tanaman binahong dengan komposisi lumut sebagai media adalah 83,33% pada R1.C 30g lumut/900g media (10%).
2. Komposisi lumut berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman binahong (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan bobot kering), namun
pengaruhnya sangat kecil terhadap panjang akar.
3. Komposisi lumut yang optimal untuk tinggi tanaman binahong adalah
10% (30g lumut/900g media), untuk jumlah daun tanaman binahong adalah 15% (45g lumut/900g media) dan 20% (60g lumut/900g media) untuk panjang akar, bobot basah serta bobot kering tanaman binahong. B. Saran
1. Untuk penanaman yang bertujuan mengambil manfaat dari daun binahong, disarankan menggunakan media dengan komposisi lumut 15%
(45g lumut/900g media) sesuai dengan hasil penelitian ini supaya mendapatkan jumlah daun yang maksimal.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pertumbuhan tanaman binahong (lebih baik menggunakan biji atau benih, supaya lebih terjamin homogenitasnya) dengan pengulangan yang lebih banyak serta media
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hama tanaman binahong
untuk dapat mengendalikannya dan menghindari kerusakan pada tanamannya sehingga diperoleh manfaatnya secara maksimal.