AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE (Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN
Candida albicans SECARA IN VITRO
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
EKA YUDHA PRATAMA A 420 110 045
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102 Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:
Nama : Dra. Titik Suryani, M.Sc
NIDN : 051104602
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama : Eka Yudha Pratama
NIM : A 420 110 045
Program Studi : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi :AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE(Thevetia peruviana) TERHADAP
Staphylococcus aureus DANCandida albicans SECARA IN VITRO
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 17 April 2015
Pembimbing
THE ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF LEAF AND FRUIT EXTRACTS OF GINJE ( Thevetia peruviana ) AGAINST Staphylococcus aureus AND
Candida albicans IN VITRO
Eka Yudha Pratama, A 420 110 045, College Student,
Biology Education Program, Faculty of Education and Teacher Training, Muhammadiyah University of Surakarta,
2015, 27 sheet.
ABSTRAK
Staphylococcus aureus and candidia albicans is pathogenic microbes that cause infections in humans. Plants yellow oleander (Thevetia peruviana) is a medicinal plant traditionally used as antifungal, antibacterial, and insecticides. The purpose of this study to compare the antimicrobial activity of extracts of leaves and fruit ginje (Thevetia peruviana) against Staphylococcus aureus and Candida albicans. This research method using a completely randomized design (CRD) with two factors, one factor is the type of microbe Staphylococcus aureus: Candida albicans and 2 factors, namely leaf extract: fruit extract with fruit extracts infuse extraction method . The results showed that the extract of the fruit has antimicrobial activity is greater than leaf extract on the growth of Staphylococcus aureus and Candida albicans. This is caused by the presence of Thevetin (steroidal glycosides) in the fruit, which has the ability to work very specific and inherent. Character extract of the leaves and fruit Ginje (Thevetia peruviana) have antimicrobial inhibition with strong category.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE (Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN
Candida albicans SECARA IN VITRO
Eka Yudha Pratama, A 420 110 045, Mahasiswa,
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2015, 27 Halaman.
ABSTRAK
Staphylococcus aureus dan Candidia albicans merupakan mikroba
patogen yang menyebabkan penyakit infeksi pada manusia. Tanaman ginje
(Thevetia peruviana) merupakan tanaman obat tradisional yang digunakan sebagai
antifungi, antibakteri, dan insektisida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan aktivitas antimikroba ekstrak daun dan buah ginje (Thevetia
peruviana) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Metode
penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor, faktor 1 yaitu jenis mikroba Staphylococcus aureus : Candida albicans dan faktor 2 yaitu ekstrak daun : ekstrak buah dengan metode penyarian infusa. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak buah memiliki aktivitas antimikroba lebih besar daripada ekstrak daun terhadap pertumbuhan Staphyloccus aureus dan
Candida albicans. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan Thevetin (glikosida
steroid) pada buah, dimana mempunyai kemampuan kerja yang sangat spesifik dan inheren. Karakter ekstrak daun dan buah ginje (Thevetia peruviana) mempunyai daya hambat antimikroba dengan kategori kuat.
A. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi tidak
saja di indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Ada beberapa jenis bakteri dan
jamur patogen yang mampu bereproduksi untuk menginfeksi manusia.
Staphylococcus aureus, Streptococcus pyrogens, Pseudomonas aeruginosa,
Candida albicans, dan Microsporum, merupakan beberapa contoh mikrobia
patogen yang menyebabkan infeksi pada kulit (Leboffe, 2011).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram negatif yang sebagian besar
ditemukan pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan
manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S. Aureus
yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase,
dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994).
Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan
deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik
yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Faktor
yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain disebabkan
oleh menurunnya imunitas, gangguan endokrin, terapi antibiotik dalam jangka
waktu lama, perokok, dan khemoterapi (Komariyah, 2012).
Antibiotik adalah bahan organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
memiliki kapasitas untuk menghancurkan, menekan multiplikasi, atau mencegah
aktivitas organisme. Peningkatan jumlah resistensi yang berujung pada kegagalan
terapi menjadi masalah yang terus timbul dalam pengobatan infeksi bakteri ini
(Yanti, 2013).
Tanaman obat sudah dikenal sejak dahulu dalam pengobatan tradisional,
namun penggunaannya sebagai bahan baku belum dimanfaatkan secara maksimal.
Padahal kelebihan dari penggunaan tanaman obat secara tradisional tidak ada efek
samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi
(Thomas, 2012).Tanaman ginje (Thevetia peruviana) memiliki manfaat
farmakologi seperti kontrol biologi hama, anti termit, anti feedant, anti
spermatogenik dan memiliki potensi aktivitas anti bakteri dan anti fungi (Kishan,
familia Apocynaceae yang merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berasal
dari India (Neelam dan Anil, 2014).
Bagian tanaman yang berpotensi mempunyai komponen bioaktif fungisida ,
bakterisida, dan insektisida (Kishan, 2012) adalah daun, kulit batang, buah,
tangkai, dan akar. Pada daun banyak mengandung (+)-bornesitol (Dalimartha,
2008) dan pada buah mempunyai kandungan senyawa kimia Thevetin yang
termasuk glikosida steroid (Kar, 2013). Meskipun demikian, tanaman ini termasuk
tanaman beracun. Berdasarkan penelitian, Thevetia peruviana memiliki
kandungan faktor Anti-nutrisional yaitu cardiac glikosida sebesar 7,982g w/w%
pada buahnya (Markus, 2014) dan beberapa senyawa-senyawa kimia seperti
alkaloid, flavonoid, fenolik, steroid, tannin, koumarin, dan turunan gula
(Sowjanya, 2013).
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui perbandingan aktivitas
antimikroba ekstrak daun dan buah ginje terhadap bakteri Staphylococcus
aureusdan fungi Candida albicans dengan mengukur rerata zona hambat
minimum ekstrakdaun dan buah ginje terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
fungi Candida albicans secara in vitro.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
menggunakan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah Jenis mikroba bakteri
Staphylococcus aureus (B1) dan Fungi Candida albicans(B2). Sedangkan faktor
kedua adalahjenis ekstrak daun Thevetia(P1) dan jenis ekstrak buah Thevetia(P2) dengan 2 kali ulangan.
Alat yang digunakan yaitu gunting, loyang, inkubator, alumunium foil, alu
mortar, timbangan analitik, erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur 50mL, gelas ukur
10mL, waterbath, sentrifuge, pengaduk kaca, kain flanel, petridisk (Pyrex), tabung
reaksi (Pyrex), beaker glass 1000 mL (Pyrex), autoklaf, ose, drigalski, hotplate,
(LAF), spidol dan sprayer. Bahan-bahan yang digunakan antara lain : daun dan
buah Ginje (Thevetia peruviana), bakteri Staphylococcus aureus,dan fungi
Candida albicans yang diperoleh dari laboratorium Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta, nutrient-agar, aquadest steril, alkohol 70% dan spirtus,
media Nutrient-Agar, Potato Dextrose Agar, kertas label, tissue dan kapas.
Pelaksanaan Penelitian diawali dengan mencuci daun ginje dan potongan
buah ginje yang telah disortir, lalu dikeringkan sampai menjadi simplisia kering
dan diekstrak dengan metode infusa. Selanjutnya membuan inokulasi mikroba
sesuai standar Mc. Farland kedalam cawan petri secara tabur (spread). Komposisi
ekstrak sebagai laruran uji antimikroba, ampicilin sebaga kontrol positif, dan
aquadest sebagai kontrol negatif. Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah
rerata diameter zona hambat. Jika ekstrak daun dan buah Thevetiamemiliki
aktivitas antifungi terhadapS. aureusdanC. albicans, maka disekeliling sumuran
akan terlihat zona penghambatan terhadap organisme uji. Zona hambat yang
terbentuk disekitar sumuran kemudian diukur dan dianalisis ssesuai dengan
standar Pan dkk. (2009).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak daun dan buah ginje terhadap S.
aureus dan C. albicans menunjukan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1Rerata diameter zona hambatan ekstrak daun dan buah ginje
(Thevetia peruviana) dengan metode ekstraksi infusa terhadap S.
aureus dan C. albicans dengan metode sumuran.
No. Sampel mikroba B1P2 : Bakteri S.aureus, ekstrakbuahThevetia
B2P1 : Fungi C.albicans, ekstraksi daunThevetia
B2P2 : Fungi C.albicans, ekstraksi buahThevetia Kontrol + : Ampicilin
Tabel 4.1 menunjukan bahwa zona bening sudah terbentuk setelah masa
inkubasi selama 48 jam pada suhu 370C. Hasil uji pada tabel 4.1 menunjukan bahwa ekstrak daun dan buah ginje (Thevetia peruviana) memiliki kemampuan
berbeda dalam menghambat pertumbuhan S. aureus dan C. albicans. Ekstrak
Buah ginje memiliki aktivitas anti mikroba lebih tinggi terhadap S. aureus danC.
albicans dibandingkan ekstrak daun.
Simpulan Saran
Gambar 4.1. Hasil uji antimikroba (a) Bakteri S.aureus, ekstrak daun
Thevetia, (b) C.albicans, ekstraksi daunThevetia, (c) Bakteri
S.aureus, ekstrakbuahThevetia, (d) Fungi C.albicans,
ekstraksi buahThevetia.
Salah satu tanaman obat yang telah banyak dikenal khasiatnya dan
kegunaannya adalah Tanaman Ginje (Thevetia peruviana). Pemanfaatan daun dan
buah ginje sebagai obat tradisional ini disebabkan adanya sejumlah zat kimia atau
Komponen dalam tanaman Thevetia peruviana yang mempunyai aktivitas
antimikroba adalah tannin, alkaloid, koumarine dan flavonoid. Ekstrak daun dan
buah mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli,
Salmonella, dan Pseudomonas (Nesy, 2014).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa ekstrak daun dan buah
Thevetia dengan cara infusa memiliki aktivitas antimikroba terhadap S. aureus
danC. albicans yang berbeda. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona hambat
radikal rata-rata yang lebih lebar diameternya pada pengujian ekstrak buah
terhadap bakteri S. aureus dan fungi C. albicans daripada ekstrak daun.
Gambar 4.2.Grafik Rata-rata Diameter Zona Hambat
Berdasarkangrafikdiatas, rata-rata zona hambat terbesar ditemukan pada S.
aureus (8,10 mm) dan pada C. albicans (7,95 mm) yang diberikan ekstrak buah.
Sedangkan rata-rata zona hambat terkecil ditemukan pada S. aureus (6,45mm) dan
pada C. albicans (6,95 mm) yang diberikan ekstrak daun. Daya hambat dari
ekstrak buah Thevetia terhadap S. aureus hampir mendekati daya hambat
antibiotik ampicilin 10µg yaitu sebesar 8,38 mm dan pada ekstrak buah Thevetia
terhadap C. albicanssedikit lebih lemah dari antibiotik ampicilin 10µg yaitu
sebesar 8,75 mm.
Pada daya hambat ekstrak daun Thevetia terhadap Staphylococcus aureus
dan Candida albicans lebih rendah dari pada daya hambat antibiotik ampicilin.
Namun, berdasarkan kategori penghambatan antimikroba zona hambat menurut
Pan, Chen, Wu, Tang dan Zhao (2009), aktivitas antimikroba ekstrak daun dan
buah Thevetia mempunyai respon hambatan pertumbuhan mikroba yang kuat.
Tabel 4.2. Kategori Penghambatan Antimikroba Berdasarkan Diameter Zona Hambat
Diameter (mm) Respon Hambatan Pertumbuhan 0-3mm
3-6mm Lebih dari 6 mm
Lemah Sedang Kuat
Sumber : Pan, Chen, Wu, Tang, dan Zhao (2009)
Ekstrak buah ginje memiliki diameter hambat yang lebih luas bila
dibandingkan dengan ekstrak daun, hal ini dikarenakan pada ekstrak buah
memiliki kandungan toxin cardenolide yang disebut Thevetin A dan Thevetin B
yang bersifat Cerebrosida, selain itu terdapat kandungan peruvoside, neriifolin,
thevetoxin dan ruvoside (Kishan, 2012).
Thevetin A dan Thevetin B merupakan glikosida steroid yang disebut juga
dengan glikosida jantung yang tesedia dalam buku tentang fitokimia. Glikosida
jantung pada dasarnya merupakan steroid dengan kemampuan bawaan (inheren)
untuk melakukan untuk kerja yang sangat spesifik dan kuat (Kar, 2013).
Gambar 4.2. Struktur kimia Thevetin
Kandungan lain dalam ekstrak daun dan buah thevetia yaitu Apiin. Apiiin
lebih dikenal sebagai Cannogenin yaitu salah satu anggota glikosida flavon
produk alami tanaman yang mempunyai berbagai efek terapeutik, yaitu aktivitas
antiasma, antispasmodik, diuretik, antimikroba, fungisida, dan estrogenik (Kar,
2013).
Komponen-komponen dalam tanaman Thevetia memiliki prosentase yang
bervariasi, meskipun tanaman thevetia masih diekstrak dari satu spesies yang
sama. Faktor yang menyebabkan perbedaan variasi tersebut adalah antara lain
bagian tanaman yang dijadikan ekstrak, lokasi, dan perbedaan waktu panen, seta
perbedaan metode penyarian. Namun secara umum, tumbuhan thevetia
mempunyai farmakologi sebagai antimikroba, antifungi, dan antitermite.
Zat yang dapat menghambat atau membunuh mikroba berupa
garam-garam logam, fenol atau senyawa lain yang sejenis formaldehida, alkohol,
yodium, klor, atau persenyawaannya, zat warna, detergen, dan antibiotik
(Dwidjoseputro, 1978).
Ekstrak air dalam daun dan buah Thevetia mengandung alkaloid,
flavonoid, tannins dan coumarine yang mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba (Sowjanya, 2013). Keberadaan senyawa
tersebut menjadi faktor penting melalui mekanismenya terhadap bakteri. Senyawa
flavonoid sebagai antibakteri membentuk senyawa kompleks dengan protein
ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat menyebabkan merusak sel bakteri dan
diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler (Nuria dkk. 2009). Menurut
Cushnie dan Lamb (2005), selain berperan pada inhibisi dan sintesis DNA-RNA
dengan interkalasi atau ikatan hidrogen dengan penumpukan basa asam nukleat,
flavonoid juga perperan dalam menghambat metabolisme energi karena untuk
menyerap aktif berbagai metabolit dan untuk biosintesis makromolekul
membutuhkan energi yang cukup.
Mekanisme kerja tannin dalam menhambat bakteri dengan
menginaktifkan adhesin sel mikroba (molekul yang menempel pada inang) yang
terdapat pada permukaan sel dan enzim serta mengganggu transport protein pada
lapisan dalam sel. Tannin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel
yang menyebabkan kerusakan dinding sel, karena tannin merupakan senyawa
fenol. Sifat senyawa fenol mudah larut dalam air.Senyawa fenol akan menyerang
gugus polar (gugus fosfat) sehingga molekul fosfolipid akan terurai menjadi
gliserol, asam karboksilat dan asam fosfat. Hal ini menyebabkan fosfoloid tidak
mengalami hambatan pertumbuhan. Aktivitas ini sangat selektif ketika bakteri
dalam tahap pembelahan, saat lapisan fosfolipid dalam kondisi yang sangat tipis,
fenol dapat berpenetrasi dengan mudah dan merusak isi sel.
Ekstraksi daun dan buah thevetia dengan metode penyarian sokhletasi dan
ekstraksi dingin menunjukan bahwa ekstrak methanol, ekstrak air dan hexane
mempunyai nilai spectroscopy masslebih dari 1500nm yang berarti bahwa
komponen kimia dalam tanaman tersebut tidak mudah dihancurkan (Sangodare,
2012). Berbeda atau kebalikan dari bahan kemoterapeutik yang memperlihatkan
suatu derajat selektivitas tinggi untuk semua tipe sel. Keefektifan bahan tertentu
ditentukan oleh kondisi yang sangat luas, dimana digunakannya bahan tersebut.
Mekanisme kerja anti mikroba dalam menghambat atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme bervariasi dan kompleks. Senyawa antibakteri
dapat bekerja secara bakteriostatik, bakteriosidal, dan bakteriolitik (Pelczar dan
Chan, 1998). Kaitannya dengan mekanisme kerja antimikroba pada ekstak buah
dan daun thevetia, ekstak tersebut termasuk dalam zat antibakteri yang bekerja
secara bakteriosidal. Hal ini ditunjukan dengan penambahan antimikrobia pada
kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat
antimikrobia tersebut, didapatkan jumlah sel total tetap sedangkan jumlah sel
hidup menurun.
Kecilnya zona hambat yang terbentuk dapat dipengaruhi pula oleh mutu
ekstrak. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor biologi dan faktor
kimia. Faktor biologi meliputi spesies tanaman, lokasi tanaman asal, waktu
pemanenan, penyimpanan bahan baku, umur serta bagian tanaman yang
digunakan. Lokasi tanaman dipengaruhi oleh lingkungan seperti tanah, atmosfir,
cuaca, temperatur, cahaya, air, senyawa organik dan anorganik. Waktu panen juga
mempengaruhi kandungan zat aktif daun sambiloto, dimana kandungan zat aktif
tersebut mencapai jumlah optimal pada saat tanaman akan berbunga (Mishra,
2007). Faktor kedua adalah faktor kimia antara lain faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi meliputi : ukuran bahan, penyaring
yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat dan pestisida pada
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja Antimikroba suatu bahan yaitu :
Konsentrasi bahan, Waktu, Temperatur, pH, dan Sifat organisme
Hasil penelitian Sharma (2012) menggunakan metode maserasi untuk
mengekstrasi daun Thevetia, dimana ekstrak tersebut berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri S. aureus, E. Coli, dan B. Subtilitis dengan menunjukan zona
hambat sebesar 10 mm, 9 mm, dan 13mm. Dalam penelitian (Ambang, 2010),
ekstrak metanol buah thevetia mempunyai efek fungisida yang kuat terhadap
strains P. megakarya yang menjelaskan bahwa dalam komponen ekstrak tersebut
memiliki kandungan kimia terpenes (pulegone, cis-pulegone, spathulenol,
citronellol, carvacrol, neripulegol, isopulegol) dan beberapa asam lemak (palmitic,
asam linoleic, benzoic, caprylic, dan oleic) dimana senyawa tersebut diidentifikasi
dengan Gas kapiler Chromatography.
Banyak penelitian tentang ekstrak daun dan buah Thevetia yang sudah
dilakukan, namun masih sedikit ditemukan manfaat dalam bidang farmasi. Dari
penelitian ini diharapkan agar daun dan buah Thevetia menjadi salah satu bahan
antimikroba dalam bidang farmasi. Daun dan buah thevetia masih perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan isolasi zat aktif untuk mendapatkan hasil yang lebih
maksimal, sehingga dapat diaplikasikan dalam bidang farmasi.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan: nilai diameter zona hambat ekstrak buah lebih besar dibandingkan
dengan ekstrak daun Thevetia terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan fungi Candida albicans. ekstrak daun dan buah ginje (Thevetia
peruviana) memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dan fungi Candida albicans secara invitro.
Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai
screening fitomikia ekstrak daun dan buah Thevetia peruviana dengan metode
penyarian Infusa. Selain itu perlu dilakukan penelitian aktivitas antimikroba
ekstrak daun dan buah thevetia dengan cara infusa dengan mikroba lain misalnya
E. DAFTAR PUSTAKA
Ambang,Z, J. P. Ngoh Dooh, G. Essono, N. Bekolo, G. Chewachong, C.C. Asseng. 2010. Effect Of Thevetia Peruviana Seeds Extract On In Vitro
Growth Of Four Strains Of Phytophthora Megakarya. Plant omics journal 3(3):70-76 (2010).
_______. Ndongo Bekolo, E. Petga, J.P. Ngohdooh &A. Asanga. 2007. Effect Of Crude Extracts Of Thevetia Peruviana Seeds On Development Of Leaf Spot Disease Of Groundnut (Arachis hypogaea L.) Caused by
Cercospora sp. African Crop Science conference Proceeding .Egypt :
Vol. 8. 797-800.
Cushnie T, Lamb AJ.2005.Antimicrobial Activity Of Flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents. 26: 343-56
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Puspawara.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Harmita dan Maksum Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta. EGC.
Jawetz M; Adelberg’s.2005. Mikrobiologi Kedokteran. edisi 23. Jakarta : Buku
Kedokteran ECG.
Kar, Ashutosh. 2013. Farmakognosi & Farmakobioteknologi. Jakarta : EGC.
Kishan, Singh, Agrawal Krishn kumar, Mishra Vimlesh, Uddin Sheik Mubee, Shukla Alok. 2012. A Review On : Thevetia peruviana. International Research Journal of pharmacy. India : ISSN 2230-8407.
Leboffe, Michael J. 2011. A Photographic Atlas For The Microbiology Laboratory, 4th Edition. San diego : San diego College.
Hassan, M.M and A.K. Saha. 2011. Studies on the antidiarrhoeal, antimicrobial and cytotoxic activities of ethanol-extracted leaves of yellow oleander
(Thevetia peruviana). Open Veterinary Journal, (2011), Vol. 1: 28-31.
Nesy E A, Lizzy Mathew. 2014. Studies on Antimicrobial and Antioxidant Efficacy of Thevetia neriifolia, Juss Leaf Extracts against Human Skin Pathogens. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug Research 2014; 6(2): 164-168.
Nuria, M.C., A. Faizatun., dan Sumantri. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar ( Jatropha cuircas L) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu – ilmu Pertanian. 5: 26 – 37
Pan, X., F. Chen, T. Wu, H. Tang and Z. Zhao. 2009. The Acid, Bile Tolerance and Antimicrobial Property of Lactobacillus acidophilus NIT. J. Food Control 20 : 598-602.
Pelczar, M.J. dan E.C.S.Chan. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid 1. Jakarta : UI Press.
Salah K. M. Alhashimi Khaleel I. Rashid, Ghoson S. Saleh, Alea M. Abdulhadi, Tara A. Taher. 2013. The antimicrobial activity of leaves and callus extracts of Thevetia peruviana In vitro. Journal of Biotechnology Research Center Vol.7 No.3.
Sangodare, R.S.A, A.S. Angbaji, and M.A. Dakare. 2012. Investigation of the Chemical Constituent of Extracts of Thevetia peruviana Seed Using GC-MS and FT-IR. International Journal of Food Nutrition and Safety, ISSN: 2165-896X, 2(1): 27-36.
Sharma, Radheykant, Priyana Sharma, And Vipin Kuma Singh. 2012. Antimicrobial Properties Of Thevetia peruviana. Rayasan Journal Chem. Vol. 5 | No.4 | 403-505.
Singh, Virender, Munish Jaryal, Jyoti Gupta and Pawan Kumar. 2012 Antibacterial Activity Of Medicinal Plants Against Extended Spectrum Beta Lactamase Producing Bacteria Causing Urinary Tract Infection. International Journal of Drug Research and Technology. India Vol. 2 (3), 263-267.
Sowjanya,KM. K. Narendra, J. Swathi and A. Krishna Satya. Phytochemical Extraction and Antimicrobial Efficiency of CrudeLeaf Extract of Medicinal Plant Cascabela thevetia. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. Vol. 4 (2).
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Taksonomi Tumbuhan