• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE (Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Dan Buah Ginje(Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus Dan Candida albicans Secara In Vitro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE (Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Dan Buah Ginje(Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus Dan Candida albicans Secara In Vitro."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE (Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN

Candida albicans SECARA IN VITRO

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

EKA YUDHA PRATAMA A 420 110 045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102 Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:

Nama : Dra. Titik Suryani, M.Sc

NIDN : 051104602

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan

ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:

Nama : Eka Yudha Pratama

NIM : A 420 110 045

Program Studi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi :AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE(Thevetia peruviana) TERHADAP

Staphylococcus aureus DANCandida albicans SECARA IN VITRO

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 17 April 2015

Pembimbing

(3)

THE ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF LEAF AND FRUIT EXTRACTS OF GINJE ( Thevetia peruviana ) AGAINST Staphylococcus aureus AND

Candida albicans IN VITRO

Eka Yudha Pratama, A 420 110 045, College Student,

Biology Education Program, Faculty of Education and Teacher Training, Muhammadiyah University of Surakarta,

2015, 27 sheet.

ABSTRAK

Staphylococcus aureus and candidia albicans is pathogenic microbes that cause infections in humans. Plants yellow oleander (Thevetia peruviana) is a medicinal plant traditionally used as antifungal, antibacterial, and insecticides. The purpose of this study to compare the antimicrobial activity of extracts of leaves and fruit ginje (Thevetia peruviana) against Staphylococcus aureus and Candida albicans. This research method using a completely randomized design (CRD) with two factors, one factor is the type of microbe Staphylococcus aureus: Candida albicans and 2 factors, namely leaf extract: fruit extract with fruit extracts infuse extraction method . The results showed that the extract of the fruit has antimicrobial activity is greater than leaf extract on the growth of Staphylococcus aureus and Candida albicans. This is caused by the presence of Thevetin (steroidal glycosides) in the fruit, which has the ability to work very specific and inherent. Character extract of the leaves and fruit Ginje (Thevetia peruviana) have antimicrobial inhibition with strong category.

(4)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN DAN BUAH GINJE (Thevetia peruviana) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN

Candida albicans SECARA IN VITRO

Eka Yudha Pratama, A 420 110 045, Mahasiswa,

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

2015, 27 Halaman.

ABSTRAK

Staphylococcus aureus dan Candidia albicans merupakan mikroba

patogen yang menyebabkan penyakit infeksi pada manusia. Tanaman ginje

(Thevetia peruviana) merupakan tanaman obat tradisional yang digunakan sebagai

antifungi, antibakteri, dan insektisida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan aktivitas antimikroba ekstrak daun dan buah ginje (Thevetia

peruviana) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Metode

penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor, faktor 1 yaitu jenis mikroba Staphylococcus aureus : Candida albicans dan faktor 2 yaitu ekstrak daun : ekstrak buah dengan metode penyarian infusa. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak buah memiliki aktivitas antimikroba lebih besar daripada ekstrak daun terhadap pertumbuhan Staphyloccus aureus dan

Candida albicans. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan Thevetin (glikosida

steroid) pada buah, dimana mempunyai kemampuan kerja yang sangat spesifik dan inheren. Karakter ekstrak daun dan buah ginje (Thevetia peruviana) mempunyai daya hambat antimikroba dengan kategori kuat.

(5)

A. PENDAHULUAN

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi tidak

saja di indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Ada beberapa jenis bakteri dan

jamur patogen yang mampu bereproduksi untuk menginfeksi manusia.

Staphylococcus aureus, Streptococcus pyrogens, Pseudomonas aeruginosa,

Candida albicans, dan Microsporum, merupakan beberapa contoh mikrobia

patogen yang menyebabkan infeksi pada kulit (Leboffe, 2011).

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram negatif yang sebagian besar

ditemukan pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan

manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S. Aureus

yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase,

dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994).

Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan

deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik

yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Faktor

yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain disebabkan

oleh menurunnya imunitas, gangguan endokrin, terapi antibiotik dalam jangka

waktu lama, perokok, dan khemoterapi (Komariyah, 2012).

Antibiotik adalah bahan organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme,

memiliki kapasitas untuk menghancurkan, menekan multiplikasi, atau mencegah

aktivitas organisme. Peningkatan jumlah resistensi yang berujung pada kegagalan

terapi menjadi masalah yang terus timbul dalam pengobatan infeksi bakteri ini

(Yanti, 2013).

Tanaman obat sudah dikenal sejak dahulu dalam pengobatan tradisional,

namun penggunaannya sebagai bahan baku belum dimanfaatkan secara maksimal.

Padahal kelebihan dari penggunaan tanaman obat secara tradisional tidak ada efek

samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi

(Thomas, 2012).Tanaman ginje (Thevetia peruviana) memiliki manfaat

farmakologi seperti kontrol biologi hama, anti termit, anti feedant, anti

spermatogenik dan memiliki potensi aktivitas anti bakteri dan anti fungi (Kishan,

(6)

familia Apocynaceae yang merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berasal

dari India (Neelam dan Anil, 2014).

Bagian tanaman yang berpotensi mempunyai komponen bioaktif fungisida ,

bakterisida, dan insektisida (Kishan, 2012) adalah daun, kulit batang, buah,

tangkai, dan akar. Pada daun banyak mengandung (+)-bornesitol (Dalimartha,

2008) dan pada buah mempunyai kandungan senyawa kimia Thevetin yang

termasuk glikosida steroid (Kar, 2013). Meskipun demikian, tanaman ini termasuk

tanaman beracun. Berdasarkan penelitian, Thevetia peruviana memiliki

kandungan faktor Anti-nutrisional yaitu cardiac glikosida sebesar 7,982g w/w%

pada buahnya (Markus, 2014) dan beberapa senyawa-senyawa kimia seperti

alkaloid, flavonoid, fenolik, steroid, tannin, koumarin, dan turunan gula

(Sowjanya, 2013).

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui perbandingan aktivitas

antimikroba ekstrak daun dan buah ginje terhadap bakteri Staphylococcus

aureusdan fungi Candida albicans dengan mengukur rerata zona hambat

minimum ekstrakdaun dan buah ginje terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan

fungi Candida albicans secara in vitro.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

menggunakan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah Jenis mikroba bakteri

Staphylococcus aureus (B1) dan Fungi Candida albicans(B2). Sedangkan faktor

kedua adalahjenis ekstrak daun Thevetia(P1) dan jenis ekstrak buah Thevetia(P2) dengan 2 kali ulangan.

Alat yang digunakan yaitu gunting, loyang, inkubator, alumunium foil, alu

mortar, timbangan analitik, erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur 50mL, gelas ukur

10mL, waterbath, sentrifuge, pengaduk kaca, kain flanel, petridisk (Pyrex), tabung

reaksi (Pyrex), beaker glass 1000 mL (Pyrex), autoklaf, ose, drigalski, hotplate,

(7)

(LAF), spidol dan sprayer. Bahan-bahan yang digunakan antara lain : daun dan

buah Ginje (Thevetia peruviana), bakteri Staphylococcus aureus,dan fungi

Candida albicans yang diperoleh dari laboratorium Biologi FKIP Universitas

Muhammadiyah Surakarta, nutrient-agar, aquadest steril, alkohol 70% dan spirtus,

media Nutrient-Agar, Potato Dextrose Agar, kertas label, tissue dan kapas.

Pelaksanaan Penelitian diawali dengan mencuci daun ginje dan potongan

buah ginje yang telah disortir, lalu dikeringkan sampai menjadi simplisia kering

dan diekstrak dengan metode infusa. Selanjutnya membuan inokulasi mikroba

sesuai standar Mc. Farland kedalam cawan petri secara tabur (spread). Komposisi

ekstrak sebagai laruran uji antimikroba, ampicilin sebaga kontrol positif, dan

aquadest sebagai kontrol negatif. Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah

rerata diameter zona hambat. Jika ekstrak daun dan buah Thevetiamemiliki

aktivitas antifungi terhadapS. aureusdanC. albicans, maka disekeliling sumuran

akan terlihat zona penghambatan terhadap organisme uji. Zona hambat yang

terbentuk disekitar sumuran kemudian diukur dan dianalisis ssesuai dengan

standar Pan dkk. (2009).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak daun dan buah ginje terhadap S.

aureus dan C. albicans menunjukan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1Rerata diameter zona hambatan ekstrak daun dan buah ginje

(Thevetia peruviana) dengan metode ekstraksi infusa terhadap S.

aureus dan C. albicans dengan metode sumuran.

No. Sampel mikroba B1P2 : Bakteri S.aureus, ekstrakbuahThevetia

B2P1 : Fungi C.albicans, ekstraksi daunThevetia

B2P2 : Fungi C.albicans, ekstraksi buahThevetia Kontrol + : Ampicilin

(8)

Tabel 4.1 menunjukan bahwa zona bening sudah terbentuk setelah masa

inkubasi selama 48 jam pada suhu 370C. Hasil uji pada tabel 4.1 menunjukan bahwa ekstrak daun dan buah ginje (Thevetia peruviana) memiliki kemampuan

berbeda dalam menghambat pertumbuhan S. aureus dan C. albicans. Ekstrak

Buah ginje memiliki aktivitas anti mikroba lebih tinggi terhadap S. aureus danC.

albicans dibandingkan ekstrak daun.

Simpulan Saran

Gambar 4.1. Hasil uji antimikroba (a) Bakteri S.aureus, ekstrak daun

Thevetia, (b) C.albicans, ekstraksi daunThevetia, (c) Bakteri

S.aureus, ekstrakbuahThevetia, (d) Fungi C.albicans,

ekstraksi buahThevetia.

Salah satu tanaman obat yang telah banyak dikenal khasiatnya dan

kegunaannya adalah Tanaman Ginje (Thevetia peruviana). Pemanfaatan daun dan

buah ginje sebagai obat tradisional ini disebabkan adanya sejumlah zat kimia atau

(9)

Komponen dalam tanaman Thevetia peruviana yang mempunyai aktivitas

antimikroba adalah tannin, alkaloid, koumarine dan flavonoid. Ekstrak daun dan

buah mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli,

Salmonella, dan Pseudomonas (Nesy, 2014).

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa ekstrak daun dan buah

Thevetia dengan cara infusa memiliki aktivitas antimikroba terhadap S. aureus

danC. albicans yang berbeda. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona hambat

radikal rata-rata yang lebih lebar diameternya pada pengujian ekstrak buah

terhadap bakteri S. aureus dan fungi C. albicans daripada ekstrak daun.

Gambar 4.2.Grafik Rata-rata Diameter Zona Hambat

Berdasarkangrafikdiatas, rata-rata zona hambat terbesar ditemukan pada S.

aureus (8,10 mm) dan pada C. albicans (7,95 mm) yang diberikan ekstrak buah.

Sedangkan rata-rata zona hambat terkecil ditemukan pada S. aureus (6,45mm) dan

pada C. albicans (6,95 mm) yang diberikan ekstrak daun. Daya hambat dari

ekstrak buah Thevetia terhadap S. aureus hampir mendekati daya hambat

antibiotik ampicilin 10µg yaitu sebesar 8,38 mm dan pada ekstrak buah Thevetia

terhadap C. albicanssedikit lebih lemah dari antibiotik ampicilin 10µg yaitu

sebesar 8,75 mm.

Pada daya hambat ekstrak daun Thevetia terhadap Staphylococcus aureus

dan Candida albicans lebih rendah dari pada daya hambat antibiotik ampicilin.

Namun, berdasarkan kategori penghambatan antimikroba zona hambat menurut

Pan, Chen, Wu, Tang dan Zhao (2009), aktivitas antimikroba ekstrak daun dan

buah Thevetia mempunyai respon hambatan pertumbuhan mikroba yang kuat.

(10)

Tabel 4.2. Kategori Penghambatan Antimikroba Berdasarkan Diameter Zona Hambat

Diameter (mm) Respon Hambatan Pertumbuhan 0-3mm

3-6mm Lebih dari 6 mm

Lemah Sedang Kuat

Sumber : Pan, Chen, Wu, Tang, dan Zhao (2009)

Ekstrak buah ginje memiliki diameter hambat yang lebih luas bila

dibandingkan dengan ekstrak daun, hal ini dikarenakan pada ekstrak buah

memiliki kandungan toxin cardenolide yang disebut Thevetin A dan Thevetin B

yang bersifat Cerebrosida, selain itu terdapat kandungan peruvoside, neriifolin,

thevetoxin dan ruvoside (Kishan, 2012).

Thevetin A dan Thevetin B merupakan glikosida steroid yang disebut juga

dengan glikosida jantung yang tesedia dalam buku tentang fitokimia. Glikosida

jantung pada dasarnya merupakan steroid dengan kemampuan bawaan (inheren)

untuk melakukan untuk kerja yang sangat spesifik dan kuat (Kar, 2013).

Gambar 4.2. Struktur kimia Thevetin

Kandungan lain dalam ekstrak daun dan buah thevetia yaitu Apiin. Apiiin

lebih dikenal sebagai Cannogenin yaitu salah satu anggota glikosida flavon

produk alami tanaman yang mempunyai berbagai efek terapeutik, yaitu aktivitas

antiasma, antispasmodik, diuretik, antimikroba, fungisida, dan estrogenik (Kar,

2013).

(11)

Komponen-komponen dalam tanaman Thevetia memiliki prosentase yang

bervariasi, meskipun tanaman thevetia masih diekstrak dari satu spesies yang

sama. Faktor yang menyebabkan perbedaan variasi tersebut adalah antara lain

bagian tanaman yang dijadikan ekstrak, lokasi, dan perbedaan waktu panen, seta

perbedaan metode penyarian. Namun secara umum, tumbuhan thevetia

mempunyai farmakologi sebagai antimikroba, antifungi, dan antitermite.

Zat yang dapat menghambat atau membunuh mikroba berupa

garam-garam logam, fenol atau senyawa lain yang sejenis formaldehida, alkohol,

yodium, klor, atau persenyawaannya, zat warna, detergen, dan antibiotik

(Dwidjoseputro, 1978).

Ekstrak air dalam daun dan buah Thevetia mengandung alkaloid,

flavonoid, tannins dan coumarine yang mempunyai kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan mikroba (Sowjanya, 2013). Keberadaan senyawa

tersebut menjadi faktor penting melalui mekanismenya terhadap bakteri. Senyawa

flavonoid sebagai antibakteri membentuk senyawa kompleks dengan protein

ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat menyebabkan merusak sel bakteri dan

diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler (Nuria dkk. 2009). Menurut

Cushnie dan Lamb (2005), selain berperan pada inhibisi dan sintesis DNA-RNA

dengan interkalasi atau ikatan hidrogen dengan penumpukan basa asam nukleat,

flavonoid juga perperan dalam menghambat metabolisme energi karena untuk

menyerap aktif berbagai metabolit dan untuk biosintesis makromolekul

membutuhkan energi yang cukup.

Mekanisme kerja tannin dalam menhambat bakteri dengan

menginaktifkan adhesin sel mikroba (molekul yang menempel pada inang) yang

terdapat pada permukaan sel dan enzim serta mengganggu transport protein pada

lapisan dalam sel. Tannin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel

yang menyebabkan kerusakan dinding sel, karena tannin merupakan senyawa

fenol. Sifat senyawa fenol mudah larut dalam air.Senyawa fenol akan menyerang

gugus polar (gugus fosfat) sehingga molekul fosfolipid akan terurai menjadi

gliserol, asam karboksilat dan asam fosfat. Hal ini menyebabkan fosfoloid tidak

(12)

mengalami hambatan pertumbuhan. Aktivitas ini sangat selektif ketika bakteri

dalam tahap pembelahan, saat lapisan fosfolipid dalam kondisi yang sangat tipis,

fenol dapat berpenetrasi dengan mudah dan merusak isi sel.

Ekstraksi daun dan buah thevetia dengan metode penyarian sokhletasi dan

ekstraksi dingin menunjukan bahwa ekstrak methanol, ekstrak air dan hexane

mempunyai nilai spectroscopy masslebih dari 1500nm yang berarti bahwa

komponen kimia dalam tanaman tersebut tidak mudah dihancurkan (Sangodare,

2012). Berbeda atau kebalikan dari bahan kemoterapeutik yang memperlihatkan

suatu derajat selektivitas tinggi untuk semua tipe sel. Keefektifan bahan tertentu

ditentukan oleh kondisi yang sangat luas, dimana digunakannya bahan tersebut.

Mekanisme kerja anti mikroba dalam menghambat atau membunuh

pertumbuhan mikroorganisme bervariasi dan kompleks. Senyawa antibakteri

dapat bekerja secara bakteriostatik, bakteriosidal, dan bakteriolitik (Pelczar dan

Chan, 1998). Kaitannya dengan mekanisme kerja antimikroba pada ekstak buah

dan daun thevetia, ekstak tersebut termasuk dalam zat antibakteri yang bekerja

secara bakteriosidal. Hal ini ditunjukan dengan penambahan antimikrobia pada

kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat

antimikrobia tersebut, didapatkan jumlah sel total tetap sedangkan jumlah sel

hidup menurun.

Kecilnya zona hambat yang terbentuk dapat dipengaruhi pula oleh mutu

ekstrak. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor biologi dan faktor

kimia. Faktor biologi meliputi spesies tanaman, lokasi tanaman asal, waktu

pemanenan, penyimpanan bahan baku, umur serta bagian tanaman yang

digunakan. Lokasi tanaman dipengaruhi oleh lingkungan seperti tanah, atmosfir,

cuaca, temperatur, cahaya, air, senyawa organik dan anorganik. Waktu panen juga

mempengaruhi kandungan zat aktif daun sambiloto, dimana kandungan zat aktif

tersebut mencapai jumlah optimal pada saat tanaman akan berbunga (Mishra,

2007). Faktor kedua adalah faktor kimia antara lain faktor eksternal dan faktor

internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi meliputi : ukuran bahan, penyaring

yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat dan pestisida pada

(13)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja Antimikroba suatu bahan yaitu :

Konsentrasi bahan, Waktu, Temperatur, pH, dan Sifat organisme

Hasil penelitian Sharma (2012) menggunakan metode maserasi untuk

mengekstrasi daun Thevetia, dimana ekstrak tersebut berpengaruh terhadap

pertumbuhan bakteri S. aureus, E. Coli, dan B. Subtilitis dengan menunjukan zona

hambat sebesar 10 mm, 9 mm, dan 13mm. Dalam penelitian (Ambang, 2010),

ekstrak metanol buah thevetia mempunyai efek fungisida yang kuat terhadap

strains P. megakarya yang menjelaskan bahwa dalam komponen ekstrak tersebut

memiliki kandungan kimia terpenes (pulegone, cis-pulegone, spathulenol,

citronellol, carvacrol, neripulegol, isopulegol) dan beberapa asam lemak (palmitic,

asam linoleic, benzoic, caprylic, dan oleic) dimana senyawa tersebut diidentifikasi

dengan Gas kapiler Chromatography.

Banyak penelitian tentang ekstrak daun dan buah Thevetia yang sudah

dilakukan, namun masih sedikit ditemukan manfaat dalam bidang farmasi. Dari

penelitian ini diharapkan agar daun dan buah Thevetia menjadi salah satu bahan

antimikroba dalam bidang farmasi. Daun dan buah thevetia masih perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan isolasi zat aktif untuk mendapatkan hasil yang lebih

maksimal, sehingga dapat diaplikasikan dalam bidang farmasi.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan: nilai diameter zona hambat ekstrak buah lebih besar dibandingkan

dengan ekstrak daun Thevetia terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus dan fungi Candida albicans. ekstrak daun dan buah ginje (Thevetia

peruviana) memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus

aureus dan fungi Candida albicans secara invitro.

Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai

screening fitomikia ekstrak daun dan buah Thevetia peruviana dengan metode

penyarian Infusa. Selain itu perlu dilakukan penelitian aktivitas antimikroba

ekstrak daun dan buah thevetia dengan cara infusa dengan mikroba lain misalnya

(14)

E. DAFTAR PUSTAKA

Ambang,Z, J. P. Ngoh Dooh, G. Essono, N. Bekolo, G. Chewachong, C.C. Asseng. 2010. Effect Of Thevetia Peruviana Seeds Extract On In Vitro

Growth Of Four Strains Of Phytophthora Megakarya. Plant omics journal 3(3):70-76 (2010).

_______. Ndongo Bekolo, E. Petga, J.P. Ngohdooh &A. Asanga. 2007. Effect Of Crude Extracts Of Thevetia Peruviana Seeds On Development Of Leaf Spot Disease Of Groundnut (Arachis hypogaea L.) Caused by

Cercospora sp. African Crop Science conference Proceeding .Egypt :

Vol. 8. 797-800.

Cushnie T, Lamb AJ.2005.Antimicrobial Activity Of Flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents. 26: 343-56

Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Puspawara.

Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Harmita dan Maksum Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta. EGC.

Jawetz M; Adelberg’s.2005. Mikrobiologi Kedokteran. edisi 23. Jakarta : Buku

Kedokteran ECG.

Kar, Ashutosh. 2013. Farmakognosi & Farmakobioteknologi. Jakarta : EGC.

Kishan, Singh, Agrawal Krishn kumar, Mishra Vimlesh, Uddin Sheik Mubee, Shukla Alok. 2012. A Review On : Thevetia peruviana. International Research Journal of pharmacy. India : ISSN 2230-8407.

Leboffe, Michael J. 2011. A Photographic Atlas For The Microbiology Laboratory, 4th Edition. San diego : San diego College.

Hassan, M.M and A.K. Saha. 2011. Studies on the antidiarrhoeal, antimicrobial and cytotoxic activities of ethanol-extracted leaves of yellow oleander

(Thevetia peruviana). Open Veterinary Journal, (2011), Vol. 1: 28-31.

(15)

Nesy E A, Lizzy Mathew. 2014. Studies on Antimicrobial and Antioxidant Efficacy of Thevetia neriifolia, Juss Leaf Extracts against Human Skin Pathogens. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug Research 2014; 6(2): 164-168.

Nuria, M.C., A. Faizatun., dan Sumantri. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar ( Jatropha cuircas L) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu – ilmu Pertanian. 5: 26 – 37

Pan, X., F. Chen, T. Wu, H. Tang and Z. Zhao. 2009. The Acid, Bile Tolerance and Antimicrobial Property of Lactobacillus acidophilus NIT. J. Food Control 20 : 598-602.

Pelczar, M.J. dan E.C.S.Chan. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid 1. Jakarta : UI Press.

Salah K. M. Alhashimi Khaleel I. Rashid, Ghoson S. Saleh, Alea M. Abdulhadi, Tara A. Taher. 2013. The antimicrobial activity of leaves and callus extracts of Thevetia peruviana In vitro. Journal of Biotechnology Research Center Vol.7 No.3.

Sangodare, R.S.A, A.S. Angbaji, and M.A. Dakare. 2012. Investigation of the Chemical Constituent of Extracts of Thevetia peruviana Seed Using GC-MS and FT-IR. International Journal of Food Nutrition and Safety, ISSN: 2165-896X, 2(1): 27-36.

Sharma, Radheykant, Priyana Sharma, And Vipin Kuma Singh. 2012. Antimicrobial Properties Of Thevetia peruviana. Rayasan Journal Chem. Vol. 5 | No.4 | 403-505.

Singh, Virender, Munish Jaryal, Jyoti Gupta and Pawan Kumar. 2012 Antibacterial Activity Of Medicinal Plants Against Extended Spectrum Beta Lactamase Producing Bacteria Causing Urinary Tract Infection. International Journal of Drug Research and Technology. India Vol. 2 (3), 263-267.

Sowjanya,KM. K. Narendra, J. Swathi and A. Krishna Satya. Phytochemical Extraction and Antimicrobial Efficiency of CrudeLeaf Extract of Medicinal Plant Cascabela thevetia. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. Vol. 4 (2).

Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Taksonomi Tumbuhan

Gambar

Gambar 4.1. Hasil uji antimikroba (a) Bakteri S.aureus, ekstrak daun Thevetia, (b) C.albicans, ekstraksi daunThevetia, (c) Bakteri S.aureus, ekstrakbuahThevetia, (d) Fungi C.albicans, ekstraksi buahThevetia
Gambar 4.2.Grafik Rata-rata Diameter Zona Hambat
Gambar 4.2. Struktur kimia Thevetin

Referensi

Dokumen terkait

Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas kontruk ( contruct validity ), dengan cara uji validitas oleh para ahli (expert judgment). Uji coba instrumen

merupakan pendekatan yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dimana diarahkan sesuai dengan tujuan akhir (Yulk, 2012).

Perancangan robot line follower ini tidak hanya sekedar mengukuti garis lintasan nya saja, tetapi dapat menemukan pencarian jalan terpendek pada lintasan berupa labirin

Apabila ingin mengubah jawaban, Saudara dapat memberikan tanda dua garis mendatar (=) pada jawaban Saudara kemudian Saudara dapat mengganti jawaban tersebut dengan memberi tanda

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan tugas akhir dengan judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. U DENGAN TYPHOID FEVER DI RUANG FLAMBOYAN RSUD DR. GOETENG

Dari hasil kuisioner yang telah disebarkan menunjukan harga jasa yang di tawarkan salon ABE termasuk mahal, untuk itu perlu diperhatikan oleh pihak salon ABE

Objektif pertama kajian ini adalah mengenalpasti faktor-faktor penyumbang kepada penyertaan pelajar dalam badan-badan beruniform di kampus. Kajian mendapati terdapat tujuh faktor

Hal ini menunjukkan bahwa Ha 1 diterima, yang artinya variabel bebas brand equity, yang terdiri dari brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand