commit to user
ALAT MANAJEMEN LIKUIDITAS
(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2006-2009)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DINAVITA RIZKYANTI
NIM. F0207060
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
Skripsi Dengan Judul :
ANALISIS PENENTU LINE OF CREDIT PERUSAHAAN SEBAGAI
ALAT MANAJEMEN LIKUIDITAS
(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2006-2009)
Surakarta, 07 Juli 2011
Disetujui dan diterima Oleh Dosen Pembimbing,
commit to user
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Unversitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Manajemen
Surakarta, 28 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Endang Suhari, M.Si Sebagai Ketua (………) NIP.19610317 198601 2 002
2. Drs. Atmadji, MM Sebagai Pembimbing (………) NIP. 19590531 198503 1 004
3. Drs. Harmadi, MM Sebagai Sekretaris (…………....) NIP.19580513 198403 1 001
commit to user
Terima kasih, aku ucapkan kepada segenap keluarga yang telah
menjadi inspirator terbaikku khususnya Papa & Mama, pembimbingku,
pembangkit semangatku, dan sebagai saklar imajinasiku. Tak lupa kepada
sahabat-sahabat karibku yang selalu ada disaat yang aku butuhkan,
penyebar semangatku, penyemangat jiwa. Rasanya semua kata-kata ini tak
cukup untuk membalas semua budi baik orang-orang terdekatku. Semoga
Allah memberikan kemudahan serta kelancaran dalam hidupnya.
Amiiiinnnn...
commit to user
Disiplin dan sederhana adalah kunci kesuksesan dalam bertahan hidup. (My Inspirator, Papa)
All life is an experiment. The more experiments you make the better. (Ralph Waldo Emerson)
I still find each day too short for all the thoughts I want to think, all the walks I want to take, all the books I want to read, and all the friends I want to see.
(John Burroughs)
commit to user
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan kesempatan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor Penentu Line of Credit Perusahaan Sebagai Alat Manajemen Likuiditas (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009)” dengan baik dan lancar yang merupakan syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari masukan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Hunik Sri Runing S, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Reza Rahardian, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Atmadji, MM selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu disela kesibukkannya untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, dan nasihat yang berguna dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Bambang Hadi Nugroho, SE selaku pembimbing magang.
commit to user
berkenan meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan selama berada di Fakultas Ekonomi Sebelas Maret.
7. Mbak Emi yang memberikan pencerahan dan arahan dalam perjalanan pembuatan skripsi.
8. Seluruh dosen, staf, dan karyawan yang senantiasa membantu selama penulis menimba ilmu di Fakultas ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Keluarga cemaraku, Papa, Mama, Mas Aji dan K’ Fika, Rizka, Ifo dan Si kecil Ibra yang selalu menjadi inspirator, memberikan semangat, doa, dan kasih sayang untukku.
10. Teman-teman Manajemen angkatan 2007 yang telah menjadi penyemangat dan senantiasa memberikan bantuan dan doa.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan dan bantuannya selama ini dengan pahala yang sepantasnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua yang membacanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Surakarta, 20 Juni 2011 Penulis,
Dinavita Rizkyanti
commit to user
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN MOTTO ... iii iv HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv D. Batasan Masalah ... Pengembangan Hipotesis ... 454 C. BAB III. Rumusan Masalah ...METODE PENELITIAN ... 5
commit to user
c. Uji Heteroskedastisitas ...
Karakteristik Bank, dan Kondisi Ekonomi ... 69 4. Teknik Analisis Data ... a. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F) ………... 7094 5. Pengujian Hipotesis ... 2
b. Pengujian Ketepatan Perkiraan dengan Uji R ……….. 7295 a. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F) ………... 72 b. Pengujian Secara Parsial (Uji-t) ………. 74 c. Pengujian Ketepatan Perkiraan dengan Uji R ……….. 2 75 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Data ... Seleksi Sampel ...
77
1. 77
2. Analisis Statistik Deskriptif ... i Normalitas Data ...
78
B. Uj 80
C. Uji Asumsi Klasik ... 81 1. Uji Multikolinieritas ...
Uji Autokorelasi ... Uji Heteroskedastisitas ...
81
2. 83
3. 83
D. Pengujian Hipotesis ... 85 1. Pengujian Pengaruh Karakteristik Perusahaan ... 85 a. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F) ………... 85 b. Pengujian Secara Parsial (Uji-t) ………. 86 c. Pengujian Ketepatan Perkiraan dengan Uji R ……….. 2 88 2. Pengujian Pengaruh Karakteristik Bank ... 89 a. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F) ……….. 89 b. Pengujian Secara Parsial (Uji-t) ………. 90 c. Pengujian Ketepatan Perkiraan dengan Uji R ……….. 2 91 3. Pengujian Pengaruh Kondisi Ekonomi ... 92 a. Pengujian Secara Parsial (Uji-t) ………. 92 b. Pengujian Ketepatan Perkiraan dengan Uji R ……….. 2 93
E. Pembahasan ……… 96
1. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap keputusan perusahaan untuk penggunaan RDRAWN ……….
96
2. Pengaruh Karakteristik Bank terhadap keputusan perusahaan untuk penggunaan RDRAWN ……….
99
3. Pengaruh Kondisi Ekonomi terhadap keputusan perusahaan untuk penggunaan RDRAWN ……….
102
4. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Karakteristik Bank, dan Kondisi Ekonomi terhadap keputusan perusahaan untuk penggunaan RDRAWN ………...
commit to user
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 68 78 83 78 81 82
commit to user
Kriteria dan Jumlah Sampel Yang Diambil ………. Statistik Deskriptif ………... Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov ……… Uji Multikolinieritas ………... Uji Autokorelasi ………... Uji Heteroskedastisitas ………. Hasil Pengujian Karakteristik Perusahaan (Uji F) ……... Hasil Pengujian Karakteristik Perusahaan (Uji-t) ……… Hasil Pengujian Karakteristik Perusahaan (Uji R2) ……. Hasil Pengujian Karakteristik Bank (Uji F) ……….
Hasil Pengujian Karakteristik Bank (Uji-t) ……….. Hasil Pengujian Karakteristik Bank (Uji R2) …………... Hasil Pengujian Kondisi Ekonomi (Uji-t) ……… Hasil Pengujian Kondisi Ekonomi (Uji R2) ………. Hasil Pengujian Variabel Independen (Uji F) ………….. Hasil Pengujian Variabel Independen (Uji R2) …………
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian 43
commit to user
commit to user
ABSTRAK
ANALISIS PENENTU LINE OF CREDIT PERUSAHAAN SEBAGAI ALAT MANAJEMEN LIKUIDITAS
(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009)
DINAVITA RIZKYANTI NIM. F0207060
Bank line of credit merupakan sumber utama pendanaan bagi perusahaan serta penting untuk bisnis bank-bank komersial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penentu line of credit perusahaan sebagai alat manajemen likuiditas. Dalam penelitian ini diuji secara empiris faktor-faktor utama yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk penggunaan line of credit. Sumber data utama penelitian ini adalah annual report yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006 sampai 2009. Dataset berisi informasi tentang laporan keuangan tahunan lengkap dengan catatan laporan keuangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh sebanyak 36 sampel selama empat tahun periode yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian. Variabel-variabel dari line of credit yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan, karakteristik bank, dan kondisi ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda yang diuji melalui program SPSS 11.50.
Dari analisis multivariate yang dilakukan menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan, karakteristik bank, dan kondisi ekonomi akan mempengaruhi keputusan perusahaan dalam penggunaan line of credit. Untuk sampel ditemukan bahwa karakteristik perusahaan dan karakteristik bank, seperti bank relationship, bank NPL ratio, credit cooperative berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam penggunaan line of credit. Peneliti juga menemukan bahwa adanya pertumbuhan kondisi ekonomi (PDB) berpengaruh negatif terhadap penggunaan line of credit dalam perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bukti besar bahwa faktor penentu penggunaan line of credit perusahaan memperkuat sejumlah temuan terkait dalam literatur. Dengan demikian, line of credit merupakan mekanisme asuransi likuiditas bagi perusahaan, seperti yang dibahas oleh Gatev dan Strahan (2005), Sufi (2008), dan Jimenez et. al (2008).
Kata Kunci: credit line, line of credit, karakteristik perusahaan, karakteristik bank, kondisi ekonomi (PDB).
commit to user
ABSTRACT
ANALYSIS OF DETERMINANTS LINE OF CREDIT AS A LIQUIDITY MANAGEMENT CORPORATE’S TOOL
(Case Study At Corporates Listed on the Indonesia Stock Exchange 2006-2009)
DINAVITA RIZKYANTI NIM. F0207060
Bank lines of credit is a main source of funding for the corporate and important to the business of commercial banks. The purpose of this study to analyze the determinants of corporate line of credit as a liquidity management tool. In this study empirically tested the main factors affecting the corporate's decision to use the line of credit. The main data source of this research is the annual report issued by corporates listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2006 to 2009. The dataset contains information about the complete annual report with notes of financial statements. Sampling was conducted using purposive sampling method and obtained a total of 36 samples for four-year period in accordance with the criteria in the study. The variables of line of credit used in this study were the firm characteristics, bank characteristics, and condition of economic. The research was conducted using multiple linear regression analysis methods were tested through SPSS 11.50.
From the multivariate analysis conducted showed that the firm characteristics, bank characteristics, and condition of economic affect the corporate's decision in the use line of credit. For samples found that the firm characteristics and bank characteristics, such as bank relationship, bank NPL ratio, credit cooperative influence on corporate decisions in the use line of credit. Researcher also found that the growth of the economy (GDP) adversely affect the use line of credit in the corporate.
The results of research evidence that the determinants usage of line of credit corporate’s reinforces a number of related literature’s found. Thus, the line of credit is a liquidity insurance mechanism for corporate, as discussed by Gatev and Strahan (2005), Sufi (2008), and Jimenez et. al (2008).
Keywords: credit line, line of credit, firm characteristics, bank characteristics, condition of economic (GDP).
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau suatu
kegiatan usaha dari suatu perusahaan, maka akan dirasakan perlu adanya
sumber-sumber untuk penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin
berkembang tersebut. Fasilitas perkreditan bank (bank line of credit) merupakan
sumber utama pendanaan bagi perusahaan dan penting sebagai jalur bisnis untuk
bank umum. Mengingat adanya penggunaan line of credit dan pentingnya
dirumuskan dalam teori, seperti di Holmstrom dan Tirole (1998), tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris faktor utama yang
mempengaruhi keputusan perusahaan untuk penggunaan line of credit.
Sufi (2008) menemukan bahwa line of credit adalah komponen penting dari keputusan manajemen likuiditas perusahaan. Sufi (2008) juga mengungkapkan
dalam menggunakan line of credit, ditentukan oleh interaksi antara perusahaan
dan kreditur terutama melalui pembatasan berdasarkan ukuran kinerja, seperti
profitabilitas. Likuiditas dan sumber daya modal merupakan suatu bagian dari
laporan tahunan perusahaan yang menekankan pentingnya akses perusahaan
untuk line of credit. Meskipun pentingnya line of credit dalam penyediaan likuiditas pada perekonomian, ketidakadaan data yang telah membatasi penelitian
commit to user
empiris yang ada tentang peran mereka dalam mengambil keputusan pembiayaan
perusahaan.
Adanya temuan empiris bahwa perusahaan sangat bergantung pada dana
internal untuk likuiditas agak mengejutkan, mengingat hipotesis yang
dikembangkan dalam literatur teoritis pada line of credit. Literatur ini berpendapat bahwa line of credit termotivasi terutama oleh friksi pasar modal, dan
berkomitmen untuk mengatasi friksi ini dengan memastikan bahwa dana yang
tersedia merupakan sesuatu yang berharga untuk proyek. Dengan kata lain,
menurut literatur teoritis, line of credit harus menyelesaikan tepat pergeseran
pasar modal yang memotivasi perusahaan untuk memegang kas sebagai
penyangga likuiditas. Selain itu, Kashyap et al. (2002) dan Gatev dan Strahan
(2006) berpendapat bahwa bank-bank merupakan penyedia likuiditas yang paling
efisien dalam perekonomian, yang juga menunjukkan bahwa perusahaan harus
mengandalkan line of credit lebih dari kas internal. Meskipun kesamaan dalam
literatur pada kas dan line of credit, masih terdapat kekurangan interaksi antara kedua bidang penelitian. Literatur yang masih ada pada kas ini terutama tidak bisa
menjawab tentang mengapa perusahaan dapat menggunakan uang tunai pada line
of credit untuk pengelolaan likuiditas perusahaan.
Kebanyakan perusahaan memiliki transaksi yang tinggi dan biaya
informasi asimetris untuk mengakses pasar modal. Dengan demikian perlu
cadangan beberapa bentuk likuiditas. Sampai saat ini, penelitian empiris
mengenai pengelolaan likuiditas perusahaan secara khusus berfokus terhadap kas
commit to user
sebagai sumber likuiditas di friksi pasar modal (Opler et al., 1999; Almeida et. al
,2004; Faulkender dan Wang, 2006). Hasil ini menyatakan bahwa perusahaan
dengan kendala pembiayaan eksternal menyimpan uang lebih banyak dari arus
kas mereka, terutama jika peluang investasi yang mungkin muncul ketika arus kas
rendah (Acharya et. al, 2007). Sementara memegang kas memberikan fleksibilitas
keuangan, manajer mungkin akan tergoda untuk menggunakan cadangan kas
perusahaan. Dittmar dan Mahrt- Smith (2007) dan Harford, Mansi, dan Maxwell
(2008) menemukan bukti bahwa manajer lebih mungkin untuk menambah saldo
dengan kelebihan uang tunai, tetapi juga menghabiskan kelebihan uang tunai
dengan cepat. Thakor (2005) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa
perusahaan menggunakan line of credit mereka untuk mengamankan likuiditas
selama memburuknya kondisi ekonomi daripada mengandalkan arus kas sendiri
atau sumber likuiditas lain yang lebih murah selama periode perbaikan kondisi
ekonomi.
Pemahaman yang lebih jelas tentang penggunaan line of credit pada suatu perusahaan harus menyediakan wawasan yang bermakna ke dalam
pertanyaan-pertanyaan yang saling terkait mengenai beberapa finansial perusahaan dan
manajemen risiko kredit. Sufi (2008) menemukan bahwa line of credit adalah komponen penting dari keputusan manajemen likuiditas suatu perusahaan dalam
penggunaan line of credit. Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor penentu yang digunakan sebagai alat alternatif manajemen likuiditas. Penelitian ini merupakan
replikasi sebagian dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Jimenez et al.
commit to user
(2008). Dalam penelitian Jimenez et al. (2008) yang mengacu pada penelitian Sufi
(2008), representasi dari line of credit adalah RDRAWN dengan variabel yang mempengaruhi adalah karakteristik perusahaan, karakteristik bank dan kondisi
ekonomi. Maka dengan adanya hal-hal tersebut dalam penelitian ini, penulis
mencoba menguraikan permasalahan tersebut ke dalam penelitian skripsi dengan
mengambil judul “ANALISIS PENENTU LINE OF CREDIT
PERUSAHAAN SEBAGAI ALAT MANAJEMEN LIKUIDITAS (Studi
Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2006-2009).”
B. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Meneliti penentu line of credit perusahaan sebagai alat manajemen likuiditas. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 31 Desember secara
terus-menerus dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dan
mengeluarkan laporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31
Desember.
b. Perusahaan yang memiliki laba positif yang meningkat selama empat tahun
berturut-turut dikarenakan perusahaan yang memiliki laba positif dapat
commit to user
dipastikan bahwa perusahaan dalam kondisi sehat dan memiliki kinerja
yang baik.
c. Perusahaan yang dijadikan sampel bukan merupakan lembaga keuangan,
sekuritas maupun perbankan.
d. Perusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan pengguna
hutang bank. Bank yang digunakan termasuk dalam Peringkat Bank
Berdasarkan Kredit dalam Statistik Perbankan Indonesia.
C. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dirumuskan :
1. Apakah karakteristik perusahaan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
penggunaan RDRAWN?
2. Apakah karakteristik bank mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
penggunaan RDRAWN?
3. Apakah kondisi ekonomi mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
penggunaan RDRAWN?
4. Apakah karakteristik perusahaan, karakteristik bank dan kondisi ekonomi
mempengaruhi keputusan perusahaan untuk penggunaan RDRAWN?
commit to user
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan terhadap keputusan
perusahaan untuk penggunaan RDRAWN.
2. Mengetahui pengaruh karakteristik bank terhadap keputusan perusahaan untuk
penggunaan RDRAWN.
3. Mengetahui pengaruh kondisi ekonomi terhadap keputusan perusahaan untuk
penggunaan RDRAWN.
4. Mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan, karakteristik bank dan kondisi
ekonomi terhadap keputusan perusahaan untuk penggunaan RDRAWN.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan untuk memberikan gambaran yang jelas dan terukur
bahwa perusahaan harus lebih mengandalkan line of credit selain internal kas perusahaan.
commit to user b. Bagi Bank
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang faktor
penentu dari line of credit sehingga bank dapat menentukan pemberian fasilitas kredit untuk perusahaan.
c. Bagi Investor
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk investor
melihat kemampuan manajemen likuiditas perusahaan dengan
mempertimbangkan penggunaan line of credit. d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat memberikan manfaat minimal dapat memberikan informasi bagi
penelitian-penelitian berikutnya melalui pendekatan dan cakupan variabel
yang digunakan dalam menganalisis penentu line of credit perusahaan yang digunakan sebagai alat manajemen likuiditas.
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Kredit
Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi beraneka ragam, arti kata
kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin “Creditum” yang artinya kepercayaan akan kebenaran,
dalam praktek sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang secara luas
antara lain :
a. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan
dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati
(Kotler dalam Muljono, 2007: 10)
b. Dalam kegiatan perbankan di Indonesia, pengertian kredit telah
dirumuskan dalam bab 1 pasal 1 ayat 12 UU no.7 tahun 1992 tentang
perbankan yang merumuskan sebagai berikut:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
commit to user
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”
Dari perumusan di atas terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik
yaitu:
a. Adanya suatu penyerahan uang/ tagihan atau dapat juga barang yang
menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan harapan
memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai
dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan
bagi bank yang bersangkutan.
b. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang
saling mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya
masing-masing.
c. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan hutang
dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati bersama.
Dalam praktik sehari-hari persetujuan pinjaman kredit dinyatakan dalam
bentuk perjanjian tertulis baik di bawah tangan ataupun secara notariil, dan
sebagai pengamanan bahwa pihak peminjam akan memenuhi kewajibannya
dengan menyerahkan suatu jaminan baik yang bersifat kebendaan maupun
bukan kebendaan.
Pengertian kredit di atas perlu dipahami benar dan agar dibedakan dengan
pengertian kredit yang berlaku di masyarakat luas seperti halnya pada si abang
commit to user
kredit yang memberikan kredit alat-alat rumah tangga di kampung-kampung
dan juga bukannya kredit dari dealer mobil ataupun juga bukannya kredit yang
diberikan oleh seorang rentenir kepada pensiunan.
Sebetulnya sasaran kredit yang pokok dalam penyediaan pinjaman tersebut
bersifat penyediaan suatu modal sebagai suatu alat untuk melaksanakan
kegiatan usahanya, jadi kredit (dana bank) yang diberikan tersebut tidak lebih
dari faktor produksi semata.
2. Kebijaksanaan Kredit
Dalam perkreditan, tidak akan terlepas dari adanya masalah-masalah lain
yang ada dalam suatu kegiatan perbankan, secara minimal suatu bank dapat
memberikan kredit jika memiliki dana yang mencukupi. Dalam
perkembangannya bisnis perbankan yang mengarah pada “one stop shopping bank” maka permasalahannya akan semakin rumit, karena perkreditan itu
sendiri akan saling terkait dengan kegiatan-kegiatan perbankan lainnya dan
akan membentuk network yang tidak putus. Untuk mengatasi beberapa kerumitan serta dalam upaya agar kegiatan perkreditan tersebut dapat berjalan
dengan lancar, maka diperlukanlah suatu rangkaian peraturan-peraturan yang
ditetapkan terlebih dahulu baik secara tertulis ataupun tidak tertulis sebelum
pelaksanaan perkreditan itu sendiri berlangsung. Rangkaian peraturan ini
disebut sebagai kebijaksanaan kredit (credit policy). Karena kebijaksanaan ini
commit to user
merupakan pedoman kerja di bidang perkreditan, maka kebijaksanaan tersebut
harus mengandung keputusan-keputusan yang bersifat teknis operasionil.
3. Manfaat Perkreditan
Ada berbagai pihak yang berkepentingan secara langsung dan secara tidak
langsung terhadap fasilitas perkreditan yang dipasarkan oleh lembaga kredit
dan bank-bank komersial. Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
langsung sudah tentu pihak calon kreditur dan calon debitur itu sendiri, karena
kedua belah pihak inilah yang pertama-tama akan menerima manfaat dari
perkreditan secara langsung. Sedangkan pemerintah, dalam hal ini merupakan
penguasa moneter dan masyarakat luas juga akan menerima atau merasakan
manfaat perkreditan itu secara tidak langsung. Atas dasar pemikiran ini maka
manfaat perkreditan itu sendiri akan dapat ditinjau dari masing-masing pihak
yang mempunyai kepentingan terhadap perkreditan itu sendiri. Manfaat
perkreditan dapat dibagi kedalam empat bagian yaitu (Muljono, 2007: 61) :
a. Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Sudut Kepentingan Debitur
Secara teoritis kebutuhan dana (modal) sebetulnya dapat dipenuhi dari
berbagai sumber baik internal maupun dari sumber-sumber eksternal
perusahaan. Beberapa keuntungan pemenuhan sumber-sumber dana
dari sektor perkreditan adalah:
1) Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya betul-betul
feasible.
commit to user
2) Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat (perbankan) yang
menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).
3) Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, beban administrasi) dapat
diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pengusaha
dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa yang akan
datang.
4) Terdapat berbagai jenis kredit, berbagai bentuk penawaran modal
(dana) sehingga dapat dipilih dana yang paling cocok untuk
kebutuhan modal perusahaan yang bersangkutan.
5) Dengan memperoleh kredit, debitur sekaligus akan memperoleh
manfaat antara lain:
a) Fasilitas perbankan yang lebih murah dalam transfer clearing,
pembukaan L/C impor, bank garansi.
b) Bank juga menyediakan fasilitas-fasilitas konsultasi pasar,
manajemen, keuangan, teknis, yuridis (dengan gratis) kepada
debiturnya.
6) Rahasia keuangan debitur akan lebih terlindungi karena adanya
ketentuan mengenai Rahasia Bank dalam Undang-undang Pokok
Perbankan.
7) Dengan fasilitas kredit memungkinkan para debitur untuk
memperluas dan mengembangkan usahanya dengan lebih leluasa.
commit to user
8) Lembaga perkreditan yang dimiliki perbankan telah mempunyai
ketentuan-ketentuan yuridis yang jelas sehingga memperkecil
kemungkinan-kemungkinan suatu risiko sengketa dikemudian hari
antara nasabah dengan bank sebagai penyedia dana.
9) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana
bagi perusahaan debitur, untuk kredit investasi dapat disesuaikan
dengan rencana pelunasan yang sesuai dengan kapasitas
perusahaan yang bersangkutan, untuk kredit modal kerja dapat
diperpanjang berulang-ulang.
b. Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Sudut Kepentingan Perbankan
atau Lembaga Perkreditan
Salah satu kegiatan pokok dari perbankan yaitu menerima atau
mengumpulkan dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk
kemudian disalurkan kembali ke masyarakat dalam berbagai bentuk
perkreditan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai perantara
keuangan ini (Financial Intermidiary) bank akan memperoleh
berbagai manfaat antara lain:
1) Memperoleh pendapatan bunga kredit.
Yaitu selisih antara bunga kredit yang diterimanya dari para
debitur, dikurangi dengan biaya untuk memperoleh dana dari
masyarakat dan dikurangi lagi dengan biaya-biaya overhead dalam
commit to user
mengelola kredit tersebut. Pendapatan bersih dari bunga atau
sering disebut dengan interest margin atau spread, untuk perbankan di negara kita termasuk komponen pendapatan yang
terbesar bagi perbankan tersebut. Oleh karena itu tidak
mengherankan apabila kita membaca neraca-neraca perbankan
yang diumumkan di media cetak akan terbaca bahwa jumlah kredit
yang diberikan juga merupakan jumlah aset yang memiliki
proporsi terbesar pula.
2) Untuk menjaga solvabilitas usahanya.
Dalam hal ini, dana yang diambil oleh bank merupakan dana
yang tidak menganggur (idle fund) dan harus menghasilkan. Salah
satu cara untuk menanamkan atau mengupayakan agar dana
tersebut memberikan hasil yaitu melalui kegiatan pemberian kredit
kepada para debitur yang feasible. Dengan adanya pendapatan
bunga inilah diharapkan bank dapat memenuhi kewajiban untuk
membayar kembali dana beserta bunganya yang disimpan pada
bank yang bersangkutan kepada para pemiliknya.
3) Dengan memberikan kredit akan membantu memasarkan jasa-jasa
perbankan lainnya.
Di dalam rangka pemberian kredit kepada para nasabahnya
pihak bank dapat menetapkan suatu persyaratan kepada debiturnya
agar semua kegiatan keuangan yang ada harus disalurkan lewat
commit to user
bank yang bersangkutan sehingga dengan demikian secara
otomatis jasa-jasa lain yang ditawarkan oleh bank seperti transfer,
wesel, clearing, inkaso, ekspor-impor, bank garansi, safe deposit box, travallers check, jasa-jasa konsultasi manajemen keuangan
dan lain-lain dapat dipasarkan untuk menampung kegiatan
keuangan dari debitur tersebut. Hal ini juga berarti bank akan
memperoleh pendapatan lain selain dari pendapatan bunga kredit.
4) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan
usahanya.
Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan
usaha suatu bank mempunyai peranan penting mengingat
perkreditan merupakan kegiatan perbankan yang paling besar
proporsinya. Suatu bank komersil akan mampu memperoleh laba
atau surplus yang memadai apabila bank mampu mengelola dana
yang diperolehnya menjadi kredit yang produktif dengan tingkat
kolektibilitas yang tinggi.
5) Pemberian kredit untuk merebut pasar (market share) dalam
industri perbankan.
Saat ini, keseimbangan antara penawaran dana dan permintaan
akan dana masih belum ada keseimbangan yang baik. Maka,
fasilitas kredit yang sering digunakan oleh bank sebagai
perangsang dalam merebut nasabah bank lain dengan pemberian
commit to user
kredit yang lebih besar jumlahnya dan dengan suku bunga yang
lebih rendah. Jadi fasilitas perkreditan ini akan digunakan sebagai
alat penetrasi pasar untuk merebut market share industri perbankan yang ada di suatu daerah.
6) Dengan perbankan akan memungkinkan perbankan mendidik para
stafnya untuk mengenal kegiatan-kegiatan industri yang lain secara
mendetail.
c. Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Sudut Kepentingan
Pemerintah
Perkreditan yang diarahkan secara semestinya akan merupakan alat
yang bermanfaat untuk mengatur suatu sistem perekonomian guna
mencapai berbagai tujuan ekonomi yang diinginkan oleh pemerintah.
Dan akibat selanjutnya berbagai macam tujuan yang ingin dicapai oleh
suatu sistem perekonomian tersebut, juga akan merupakan salah satu
faktor yang menentukan dalam penyusunan kebijaksanaan perkreditan
yang digariskan oleh perusahaan moneter. Kepentingan pemerintah
secara lebih spesifik lagi terhadap kegiatan perkreditan adalah:
1)Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu
pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun untuk
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi tertentu.
2)Sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan moneter.
commit to user
Pemberian kredit yang berlebihan dari suatu sistem perbankan akan
bersifat inflation, hal ini mudah untuk dimengerti karena dengan adanya pemberian kredit akan meningkatkan tingkat likuiditas dari
anggota suatu sistem perekonomian, terutama pemberian kredit
yang ditujukan untuk keperluan-keperluan konsumtif dari rumah
tangga maupun untuk membelanjakan defisit dari suatu anggaran
pendapatan dan belanja negara. Selain itu, suatu pemberian kredit
dalam suatu sistem moneter juga akan mengalami proses
pelipatgandaan (multiplier effect) terhadap perekonomian yang akan
mengakibatkan perputaran uang juga semakin cepat. Dan akibatnya
volume uang yang beredar secara efektif akan semakin bertambah
karena volumenya sendiri yang berkembang dan didorong lagi
dengan adanya kecepatan perputaran dari uang yang lebih tinggi.
3)Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan kegiatan
usaha.
Salah satu faktor produksi yang diperlukan bagi suatu usaha adalah
dana atau modal. Tetapi dengan adanya dana atau modal yang
mencukupi, hampir semua faktor-faktor produksi lain dapat dibeli
juga. Dengan tersedianya faktor-faktor produksi yang lengkap akan
memberikan peluang kesempatan kegiatan bisnis bagi pihak yang
memiliki faktor-faktor produksi tersebut.
commit to user
4)Pemberian kredit sebagai alat peningkatan dan pemerataan
pendapatan masyarakat.
Pemberian kredit yang tepat berarti akan menciptakan lapangan
kegiatan usaha dan lapangan kegiatan usaha akan menciptakan
lapangan kerja baru. Dengan diperolehnya lapangan kerja, berarti
pihak-pihak yang terlibat akan menerima suatu pendapatan,
semakin besar kegiatan usaha tersebut dikuasai maka akan
memungkinkan untuk menerima pendapatan yang semakin besar
dan semakin besar pula terjadinya pemerataan pendapatan.
5)Perkreditan sebagai sumber pendapatan negara.
Sebagian besar kegiatan perkreditan di negara kita ini dikelola oleh
bank-bank milik negara. Jelas bahwa dari perkreditan ini, juga
merupakan sumber pendapatan utama dari bank-bank milik negara
tersebut.
6)Penciptaan pasar.
Perkreditan akan memperbesar volume konsumsi serta
memperbesar volume pola konsumsinya. Hal ini akan memberikan
pengaruh terciptanya pasar baru dan kegiatan pasar yang semakin
luas akan meningkatkan volume perdagangan di suatu kelompok
ekonomi.
commit to user
d. Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Sudut Kepentingan
Masyarakat Luas
Masyarakat luas sebetulnya tidak mempunyai kepentingan langsung
atas kegiatan perkreditan yang diberikan oleh perbankan. Namun ada
kepentingan tidak langsung yang diharapkan dapat ikut dinikmati dari
perkreditan yang disalurkan perbankan antara lain :
1)Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan akan
memperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan
lapangan kerja baru sehingga akan menimbulkan kenaikan tingkat
pendapatan dan pemerataan pendapatan di masyarakat.
2)Para pemilik dana yang disimpan di bank berharap agar dana yang
dimilikinya dapat diterima kembali secara utuh beserta bunganya.
Untuk kelancaran perkreditan pada bank yang bersangkutan akan
merupakan jaminan dalam pengembalian dana yang disimpannya
tersebut.
3)Dari masyarakat pengusaha akan sangat berkepentingan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dengan cara atau prosedur yang
mudah, cepat serta dengan biaya yang relatif murah.
4)Bagi para pengelola pasar modal maka kebijaksanaan perkreditan
terutama kebijaksanaan tentang suku bunga kredit akan sangat
bermanfaat dalam penyusunan perencanaan kegiatannya karena
merupakan product (jasa) subtitusi satu sama lainnya.
commit to user
5)Bagi para suplier bahan-bahan baku atau barang jadi untuk para
relasi usahanya akan merasa lebih terjamin pembayarannya karena
bank menyediakan non cash loan yang berupa bank garansi, Letter of Credit, dan lain-lain.
6)Dengan semakin banyaknya proyek dan perusahaan yang dibuka
karena memperoleh fasilitas kredit sudah tentu akan menyerap
banyak tenaga baru. Oleh karena itu secara tidak langsung adanya
fasilitas kredit kepada pengusaha atau masyarakat luas tersebut
akan sangat bermanfaat di dalam pengembangan sumberdaya
manusia.
4. Manajemen Likuiditas
Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo (Lancaster, 1998: 14).
Sedangkan menurut Munawir (2002: 93) likuiditas diartikan sebagai
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (current obligation). Istilah aktiva likuid menunjukkan jumlah uang yang dimiliki dan
aktiva yang sudah diubah menjadi uang. (Husnan, 1998: 436). Sering
dikatakan bahwa setiap aktiva mempunyai tingkat likuid yang berbeda.
Likuiditas mempunyai dua dimensi, yaitu:
1. Waktu yang diperlukan untuk berubah menjadi kas.
commit to user
2. Tingkat kepastian yang menyangkut dengan rasio perubahan atau harga
aktiva tersebut.
Dengan demikian maka manajemen likuiditas menyangkut penentuan jumlah
kas dan efek yang akan dimiliki oleh perusahaan. Kas (cash) adalah jumlah
uang tunai yang ada di perusahaan (cash on hand). (Munawir, 2002: 115). Perusahaan memperoleh kas dari hasil aktivitas-aktivitas yang menghasilkan
kas, atau aktivitas sumber penerimaan kas (source ofcash). Beberapa aktivitas yang dikategorikan sebagai sumber penerimaan kas antara lain: hasil
operasional, pinjaman baru, pengeluaran saham baru, penjualan aktiva tetap,
dan penjualan selain aktiva tetap. (Munawir, 2002: 115).
Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Keynes (Sukirno, 2004: 300),
perusahaan memegang atau menahan kas karena didorong oleh motif atau
tujuan, yaitu: untuk transaksi, untuk berjaga-jaga, dan untuk berspekulasi.
Dalam menjalankan operasinya perusahaan perlu dana untuk membeli bahan
baku pembuatan produk, membayar pegawai dan lain-lain, dana yang
diperlukan untuk tujuan ini merupakan dana yang disediakan perusahaan
untuk transaksi. Selain itu perusahaan juga perlu menyediakan dana untuk
berjaga-jaga dalam menghadapi ketidakpastian penerimaan kas di masa
depan. Jika pada suatu saat perusahaan menerima kas yang rendah sehingga
tidak mencukupi untuk kebutuhan operasional, maka perusahaan mencukupi
kekurangan dana tersebut dari kas yang disediakan untuk berjaga-jaga. Pada
kondisi perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada
commit to user
aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan keuntungan atau peningkatan nilai
perusahaan, mungkin manajer memutuskan untuk melakukan kegiatan
investasi tersebut. Dana yang dikeluarkan untuk mendanai kegiatan investasi
ini merupakan dana yang disediakan untuk tujuan investasi. Secara umum
aktivitas-aktivitas perusahaan yang sifatnya mengeluarkan kas atau
menggunakan kas dapat dikelompokkan menjadi: pembayaran dividen tunai,
pembayaran kembali utang, pembelian kembali saham, pembelian aktiva
tetap, dan pembelian selain aktiva tetap (Munawir, 2002: 115).
Kim et al. (1998: 349) mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan
dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Faktor-faktor tersebut
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Cost of External Financing
Faktor cost of external financing ini berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan jika perusahaan menggunakan pendanaan dari luar
perusahaan. Kim et al. (1998: 349) menggunakan proksi ukuran perusahaan
(firm size) dan kesempatan bertumbuh (growth opportunities) untuk mengukur faktor cost of external financing tersebut. Barclay dan Smith
(1996, dalam Kim et al., 1998) mengemukakan argumen bahwa, cost of external financing yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan besar relatif
lebih rendah dibanding perusahaan-perusahaan kecil, hal ini disebabkan
perusahaan besar lebih mampu mencapai economic of scale terutama jika dikaitkan dengan biaya tetap pada saat melakukan emisi saham.
commit to user
Berdasarkan literatur tentang asymmetric information, pada
perusahaan-perusahaan yang menghadapi kondisi asymmetric information yang rumit antara insider dan outsider investors, maka perusahaan tersebut cenderung menghadapi cost of external financing yang besar. Myers dan Majluf
(1984, dalam Kim et al., 1998: 347), pada perusahaan-perusahaan yang nilainya sebagian besar ditentukan oleh growth opportunities akan
menghadapi asymmetric information yang besar. b. Cash Flow Uncertainty
Cash flow uncertainty atau ketidakpastian arus kas dapat menentukan
keputusan manajer dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan.
Perusahaan-perusahaan dengan tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi
akan cenderung melakukan investasi dalam aktiva likuid dengan jumlah
yang besar.
c. Current and future investment opportunities
Current and future investment opportunities adalah kesempatan investasi yang dihadapi perusahaan, baik saat ini maupun saat mendatang. Current and future investment opportunities ini dapat mempengaruhi manajemen
dalam memutuskan kebijakan likuiditasnya. Berkaitan dengan current and future investment opportunities ini manajemen akan mempertimbangkan,
apakah lebih baik melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau
melakukan investasi dalam aktiva likuid.
commit to user d. Transactions Demand for Liquidity
Transactions Demand for Liquidity ini berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor transactions demand for liquidity ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan
manajemen dalam menentukan likuiditas perusahaan.
Kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek dari suatu
perusahaan terletak pada atau diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan
kas (alat pembayaran) atau kemampuannya untuk mengkonversikan aktiva
non kas menjadi kas.
Pada umumnya aspek likuiditas tidak dipandang hanya pada suatu saat,
tetapi dikaitkan dengan satu periode tahun buku atau kadang-kadang
diidentifikasikan dengan siklus operasi normal perusahaan. Siklus operasi
normal perusahaan itu sendiri adalah suatu jangka waktu yang tercakup dari
sejak dimulainya aktivitas pembelian, produksi, penjualan hingga aktivitas
pengumpulan piutang. Penilaian atau pengukuran aspek likuiditas suatu
perusahaan yang diidentifikasikan dengan siklus operasi normalnya,
umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang siklus operasinya
melampaui satu periode tahun buku.
Arti penting likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada
berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan
untuk memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang)
commit to user
likuid. Berbagai kemungkinan rugi atau tidak dapat digunakannya kesempatan
untuk memperoleh laba itu misalnya :
a. Aspek likuiditas merupakan suatu tingkat kemampuan yang bersifat relatif.
Karena itu apabila perusahaan berada dalam keadaan kurang likuid, ada
kemungkinan perusahaan tidak bisa memanfaatkan kesempatan potongan
(pembelian, tunai) yang ditawarkan oleh para leverensiernya. Sebagai
akibatnya, perusahaan terpaksa beroperasi pada tingkat biaya yang tinggi,
sehingga mengurangi kesempatan untuk meraih laba yang lebih besar.
b. Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendek baik yang menyangkut kebutuhan
operasional maupun hutang kepada leverensir dan banker (pihak eksternal).
Keadaan yang kurang/ tidak likuid kemungkinan akan menyebabkan
perusahaan tidak bisa melunasi hutang jangka pendek pada tanggal jatuh
tempo. Dalam posisi demikian kadang-kadang perusahaan terpaksa
menarik pinjaman baru dengan tingkat bunga yang relatif tinggi, menjual
investasi jangka panjang atau aktiva tetapnya untuk melunasi hutang
jangka pendek tersebut. Jika keadaan tidak (kurang) likuid demikian
seriusnya, hal ini akan cenderung untuk menuju kebangkrutan.
c. Bagi para pemilik (perusahaan) keadaan kurang/ tidak likuid berarti
mengurangi (kesempatan) untuk meraih keuntungan yang lebih besar, atau
kehilangan kontrol terhadap sebagian atau seluruh modal yang
diinvestasikan. Dalam perusahaan-perusahaan dimana tanggung jawab para
commit to user
pemilik tidak terbatas pada modal yang ditanamkan, kerugian (akibat
likuidasi) itu bahkan bisa lebih dari jumlah penanaman modalnya, seperti
pada bentuk Persekutuan misalnya.
d. Bagi para kreditur perusahaan, keadaan tidak (kurang) likuid dari
perusahaan dimana ia memberikan kredit berarti penundaan akan
pengumpulan atas bunga dan pokok pinjaman yang diberikan. Keadaan ini
bahkan kemungkinan bisa berarti sebagai suatu awal kerugian yang akan
diderita atas sebagian dari atau seluruh jumlah bunga beserta pokok
pinjaman tersebut, bagi kreditur yang bersangkutan.
e. Para langganan seperti halnya para leverensir atas barang-barang dan jasa
bagi perusahaan, kemungkinan juga akan terpengaruh oleh keadaan tidak/
kurang likuid yang sedang dialami perusahaan. Pengaruh atau akibat yang
dirasakan oleh para langganan itu mungkin berupa ketidakmampuan
perusahaan didalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diatur
dalam kontrak, atau kehilangan arti (manfaat) hubungannya dengan
perusahaan sebagai supplier bagi langganan yang bersangkutan.
Dari berbagai akibat yang dapat terjadi karena keadaan tidak (kurang) likuid
seperti dikemukakan itu, dapatlah dipahami bahwa pengukuran atau penilaian
terhadap aspek likuiditas didalam dunia usaha dianggap sebagai suatu
persoalan yang penting. Begitu pentingnya aspek likuiditas ini sehingga
eksistensi perusahaan akan disangsikan, apabila perusahaan tidak lagi
berkemampuan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek
commit to user
pada tanggal jatuh temponya. Apabila hal ini terjadi pada perusahaan, berarti
penilaian terhadap aspek-aspek yang lain dalam perusahaan itu tidak
bermanfaat lagi bagi pihak-pihak berkepentingan. Ada dua faktor penting yang
perlu dipertimbangkan dalam menilai atau mengukur tingkat likuiditas dari
suatu perusahaan yaitu: aktiva lancar dan hutang jangka pendek (lancar).
Dalam mengelola manajemen likuiditas tersebut dituntut untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
a. Kemampuan untuk memprediksi dana di waktu mendatang.
b. Mencari sumber-sumber dana untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan.
c. Melakukan penatausahaan dana atau arus dana masuk dan keluar (cash flow).
Selain itu, dalam mengelola manajemen likuiditas diperlukan strategi.
Strategi manajemen likuiditas akan sangat terkait dengan tujuan penggunaan
likuiditas. Agar strategi manajemen likuiditas menjadi efektif, maka kebijakan
likuiditas juga harus dipadukan dengan kebijakan unit operasional lainnya.
5. RDRAWN (Ratio of DRAWN)
Line of credit adalah kesanggupan bank untuk membantu nasabah dengan kredit sampai jumlah maksimum tertentu, dalam batas waktu tertentu (Padji
dan Alimansyah, 2003:173). Line of credit di dalam dunia perbankan lebih dikenal dengan istilah plafon kredit. Dalam kaitannya dengan manajemen
likuiditas, maka penelitian ini menggunakan representasi dari line of credit
commit to user
yaitu RDRAWN (ratio of DRAWN). RDRAWN merupakan rasio dari jumlah
yang ditarik pada waktu tertentu dengan jumlah yang tersedia dalam satu
tahun (Jimenez et al, 2008). Faktor-faktor penentu penggunaan RDRAWN
terdiri dari karakteristik perusahaan, karakteristik bank dan kondisi ekonomi.
Perubahan RDRAWN akan terjadi hanya karena perubahan dalam jumlah yang ditarik dari line of credit.
Dalam kaitannya sebagai alat manajemen likuiditas, RDRAWN
(representasi line of credit) memberikan asuransi peminjam terhadap guncangan likuiditas di masa depan sehingga memainkan peran kunci
likuiditas. Demiroglu et al. (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
line of credit dapat memberikan asuransi terhadap risiko likuiditas bagi
perusahaan-perusahaan. Yun (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa
ketika kualitas dari tata kelola perusahaan menurun, manajer akan memilih
instrumen likuiditas yang memberi mereka kebijaksanaan dalam
membelanjakannya. Dia berpendapat bahwa manajer memilih kas selama line of credit dipantau oleh bank dan memiliki keterikatan dengan melakukan perjanjian. Para penulis juga menemukan bahwa banyak perusahaan yang
memiliki line of credit berakhir dalam periode yang tidak memperoleh perpanjangan dari bank mereka dan dengan demikian, perusahaan harus
mengurangi investasi dan mulai mengumpulkan uang. Secara keseluruhan,
bukti menunjukkan bahwa potensi kerugian line of credit relatif terhadap kas sebagai sumber likuiditas adalah risiko yang tidak mampu diperbaharui ketika
commit to user
pasokan kredit rendah. Gao dan Yun (2009) menemukan bahwa perusahaan
tanpa asuransi akan relatif mengalami penurunan pada investasi dibandingkan
perusahaan dengan asuransi.
6. Karakteristik (Characteristic)
Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat telah dikenal
beberapa prinsip perkreditan yang salah satunya adalah karakter. Seperti yang
telah diuraikan dimuka dasar dari suatu pemberian kredit adalah atas dasar
kepercayaan, jadi yang mendasari suatu kepercayaan yaitu adanya suatu
keyakinan dari pihak Bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak
ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai
rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia,
kehidupannya sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan
kegiatan usahanya (Muljono, 2007: 11).
Manfaat dari penilaian soal karakter ini untuk mengetahui sampai sejauh
mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya dari calon debitur. Soal karakter ini
merupakan faktor yang dominan, sebab walaupun calon debitur tersebut
cukup mampu untuk menyelesaikan hutangnya tetapi kalau tidak mempunyai
itikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi bank di kemudian
hari.
commit to user
7. Karakteristik Perusahaan (Firm Characteristics)
Dalam pemberian kredit ada berbagai aspek yang menjadi pertimbangan
bank atau lembaga keuangan lainnya dalam pemberian kredit kepada
perusahaan. Perusahaan dapat diartikan sebagai persekutuan yang didirikan
untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Semua sekutu aktif
mengurus perusahaan (Padji, 2003: 129). Perusahaanjuga dapat didefinisikan
sebagai suatu persekutuan dagang yang dimiliki dan dipakai untuk berdagang
oleh beberapa orang secara bersama (Muljono, 2007: 152).
Bank dan lembaga keuangan dalam hal ini sebagai pemberi kredit kepada
debitur/nasabahnya akan menganalisis mengenai berbagai aspek dari
pemohon kredit. Setelah melakukan analisa aspek-aspek tersebut, barulah
akan menyetujui atau menolak permohonan kredit. Oleh karena itu dalam
proses pemberian kredit harus disertai dengan analisa secara mendalam
mengenai calon nasabah yang dalam hal ini adalah perusahaan. Maka
diperlukan analisis karakteristik perusahaan untuk menentukan apakah
perusahaan tersebut layak atau tidak untuk memperoleh pinjaman kredit.
Karakteristik Perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan
sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan
prediktor kualitas pengungkapan (Lang dan Lundholm, 1993). Setiap
perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu entitas dengan entitas
lainnya. Lang dan Lundhlom (1993) membagi karakteristik perusahaan
menjadi tiga kategori yaitu, variabel struktur (structure-related variables),
commit to user
variabel kinerja (performance-related variable), dan variabel pasar (
market-related variables).
Jimenez et. al (2008) berpendapat bahwa karakteristik perusahaan terdiri
dari total assets, age, ROA, equity/ total assets, years with the bank, bank
relationship. Karakteristik tersebut merupakan karakter perusahaan yang dapat mewakili keputusan yang akan diambil perusahaan dalam penggunaan
RDRAWN.
a. Total assets merupakan nilai dari keseluruhan pemasukan yang didapatkan perusahaan. Total assets merupakan bagian dari adanya analisis mengenai
ukuran perusahaan. Dalam penelitian Fitriani (2001, dalam Luciana Spica
Almilia dan Ikka Retrinasari: 2007) terdapat tiga alternatif yang digunakan
untuk menghitung size perusahaan, yaitu total assets, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar. Dalam penelitiannya size perusahaan didasarkan pada
total assets, karena total assets lebih menunjukkan size perusahaan
dibandingkan kapitalisasi pasar (Market Capitalization).
b. Age atau umur perusahaan merupakan jumlah tahun sejak perusahaan tersebut didirikan hingga penelitian dilakukan.
c. Return on Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang merupakan rasio ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, assets, dan modal saham.
d. Equity/ total assets merupakan pengukuran yang diukur sebagai proksi untuk solvabilitas perusahaan. Sejak perusahaan lebih besar, lebih tua,
commit to user
lebih menguntungkan dan lebih baik dalam permodalan maka akan
cenderung memiliki kualitas kredit yang lebih tinggi, dengan harapan
adanya hubungan negatif antara semua variabel-variabel dan penggunaan
batas kredit.
e. Years with the bank merupakan variabel yang mengukur jumlah tahun sejak perusahaan mendapat pinjaman pertama dari bank yang digunakan
untuk meneliti kemungkinan yang disebut "hold-up" yaitu masalah yang dihadapi oleh debitur (Boot, 2000).
f. Bank relationship adalah jumlah bank dengan perusahaan yang mempunyai
fasilitas kredit. Variabel yang bisa bertindak berlawanan arah karena
hubungan bank mungkin menyarankan beberapa posisi tawar-menawar
yang lebih besar oleh peminjam dan karenanya mungkin kurang bertukar
informasi dengan pemberi pinjaman yang bersifat individu.
Keenam karakteristik tersebut yang akan diteliti dalam penelitan ini karena
dirasa karakteristik-karakteristik tersebut merupakan karakteristik yang kuat
yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk
penggunaan RDRAWN.
commit to user
8. Karakteristik Bank (BankCharacteristics)
Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam
perekonomian. Secara umum, bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan
yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.
UU Pokok Perbankan menjelaskan definisi bank adalah usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No.10 Th.1998
tentang perbankan). Atau bank secara umum didefinisikan sebagai perantara
untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit dalam jangka waktu
yang ditentukan dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang
kekurangan dana.
Mishkin (2001: 8), secara sederhana menjelaskan bank sebagai lembaga
keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Ia juga
menjelaskan bahwa bank merupakan perantara keuangan (financial
intermediaries), sehingga menimbulkan interaksi antara orang yang membutuhkan pinjaman untuk membiayai kebutuhan hidupnya, dengan orang
yang memiliki kelebihan dana dan berusaha menjaga keuangannya dalam
bentuk tabungan dan deposito lainnya di bank.
commit to user
Financial intermediation merupakan suatu aktivitas penting dalam
perekonomian, karena dapat menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak
produktif kepada pihak yang produktif dalam mengelola dana. Selanjutnya,
hal ini akan membantu mendorong perekonomian menjadi lebih efisien dan
dinamis.
Bank Indonesia (2006: 5), mengkategorikan fungsi bank sebagai financial
intermediaries ini ke dalam tiga hal. Pertama, sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Kedua, sebagai
lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit, dan
yang ketiga, melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
Beberapa karakteristik yang membedakan bank dengan non-bank financial
intermediaries, menurut Bossone (2001), adalah sebagai berikut:
a. Bank menciptakan likuiditas dalam bentuk bank’s own liabilities atau surat utang yang dibuat untuk peminjam. Bank tidak melanjutkan likuiditas yang
sudah ada, tetapi menambah likuiditas sistem setiap saat bank mengadakan
kredit baru kepada perusahaan melalui penciptaan deposit. Sedangkan non-bank financial intermediaries bertindak sebagai capital market
intermediaries yang mengumpulkan likuiditas yang sudah ada (bank deposit) dari savers dengan long position dan menginvestasikannya pada
investor dengan short position.
b. Bank memberikan pengetahuan pada peminjamnya (borrowers) tentang operasi harian, kebutuhan likuiditas, aliran pembayaran, juga faktor jangka
commit to user
pendek dan pengembangan product market. Sedangkan non-bank
mengembangkan pengetahuan tentang prospek usaha jangka panjang,
investasi potensial, trend pasar (market trends), dan perubahan pada faktor fundamental ekonomi.
Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian,
terutama dalam sistem pembayaran moneter. Dengan adanya bank,
aktivitas ekonomi dapat diselenggarakan dengan biaya rendah. Bank juga
memiliki tiga karakteristik khusus yang berbeda dalam fungsinya bila
dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Tiga hal tersebut menurut
George (1997) dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, terkait dengan fungsi bank sebagai lembaga kepercayaan
untuk menyimpan dana masyarakat, bank berperan khusus dalam
penciptaan uang dan mekanisme sistem pembayaran dalam perekonomian.
Keberadaan perbankan memungkinkan berbagai transaksi keuangan dan
ekonomi dapat berlangsung lebih cepat, aman, dan efisien.
Kedua, sebagai lembaga financial intermediaries, perbankan berperan khusus dalam memobilisasikan simpanan masyarakat untuk
disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha.
Hal ini akan memperbesar dan mempermudah proses mobilisasi dan
alokasi sumber-sumber dana dalam perekonomian.
Ketiga, sebagai lembaga penanaman aset finansial, bank memiliki
peran penting dalam mengembangkan pasar keuangan, terutama pasar uang
commit to user
domestik dan valuta asing. Bank berperan dalam mentransformasikan aset
finansial, seperti simpanan masyarakat ke dalam bentuk aset finansial lain,
yaitu kredit dan surat-surat berharga yang dikeluarkan pemerintah dan bank
sentral. Ketiga fungsi penting tersebut terkait dengan peran bank baik dari
sisi mikro maupun makro. Dari sisi mikro, bank dibutuhkan sebagai
lembaga kepercayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan menyimpan
dana, memperoleh kredit dan pembiayaan lain, maupun dalam melakukan
berbagai transaksi ekonomi dan keuangan. Dari sisi makro, bank
dibutuhkan karena peran pentingnya dalam proses penciptaan uang dan
sistem pembayaran, serta dalam mendorong efektivitas mekanisme
transmisi kebijakan moneter dan efisiensi alokasi sumber dana dalam
perekonomian (Warjiyo, 2006: 431–433). Peran tersebut menempatkan
bank sebagai lembaga keuangan yang berperan penting dalam sistem
perekonomian kita. Jimenez et al (2008) membagi karakteristik bank
sebagai berikut:
a. Main bank merupakan proksi dimana apabila yang memberikan fasilitas kredit bagi perusahaan adalah bank. Sharpe (1990) berpendapat bahwa
proses pemantauan menyediakan pinjaman main bank dengan monopoli lebih dekat dengan informasi peminjam tentang kualitas kredit.
Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan situasi "hold-up". Sebagai alternatif dari hipotesis "hold-up", penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa perusahaan dengan kinerja buruk di masa lalu dan
commit to user
perusahaan-perusahaan yang lebih sering mengalami pembayaran
pinjaman yang telah jatuh tempo lebih memungkinkan untuk memulai
beberapa hubungan baru karena ada keengganan main bank untuk menyediakan dana tambahan.
b. Bank share merupakan proksi dari size bank melalui pangsa pasarnya dalam pinjaman kepada suatu perusahaan. Variabel ini dibangun dengan
menggunakan data sebagai saham bank dari pasar kredit perusahaan yang
merupakan proksi untuk size bank. Dalam hal ini, data yang digunakan adalah data dari Bursa Efek Indonesia.
c. Bank NPL ratio adalah rasio kredit bermasalah bank pada waktu t sehubungan dengan rasio NPL per tahun. Variabel ini dibangun sebagai
rasio kredit bermasalah suatu bank untuk total pinjaman dikurangi dengan
rata-rata NPL perbankan pada tahun tersebut. Bank NPL ratio merupakan proksi untuk keberisikoan bank.
d. Saving bank atau sering disebut sebagai bank tabungan merupakan bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam
bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya
dalam kertas berharga (Padji, 2003: 42). Saving bank merupakan variabel dimana apabila bank yang memberikan kredit untuk perusahaan merupakan
saving bank akan diberi nilai 1.
e. Credit cooperative adalah an organization of people who join together to gain advantage in borrowing (www.qfinance.com). Artinya adalah sebuah
commit to user
organisasi yang terdiri dari orang-orang yang bergabung bersama-sama
untuk mendapatkan keuntungan dalam meminjam.
Kelima karakteristik tersebut yang akan diteliti dalam penelitan ini karena
dirasa kelima karakteristik tersebut merupakan karakteristik yang kuat yang
dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk
penggunaan RDRAWN.
9. Kondisi Ekonomi (Condition of Economic)
Kondisi ekonomi merupakan situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi,
budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu
saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan
dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh
kredit (Muljono, 2007: 17). Kondisi ekonomi sangat penting untuk diketahui
apabila kredit tersebut diberikan untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak
di luar negeri sendiri. Faktor-faktor ekonomis ini termasuk pula
peraturan-peraturan pemerintah setempat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
suatu perusahaan.
Adapun maksud penilaian terhadap kondisi ekonomi dimaksudkan pula
untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi-kondisi yang mempengaruhi
perekonomian suatu negara akan memberikan dampak yang bersifat positif
maupun negatif terhadap perusahaan yang memperoleh kredit tersebut.
commit to user
Kondisi makroekonomi umum harus memainkan peran penting dalam
penggunaan batas kredit dari sudut pandang teoritis. Literatur tentang saluran
pinjaman dari moneter transmisi kebijakan telah ditetapkan bahwa perusahaan
lebih dibatasi dalam akses mereka ke pembiayaan eksternal selama resesi dan
karenanya lebih mungkin untuk menarik line of credit mereka. Hasil ini akan menyiratkan bahwa perusahaan akan menggunakan line of credit mereka
untuk mengantisipasi kemerosotan ekonomi.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Literatur yang ada menjelaskan tentang line of credit yang membahas berbagai isu mulai dari garis originasi kredit yang mengukur pemberian pinjaman
dan manfaat dalam permintaan kredit. Melnik dan Plaut (1986) meneliti
perusahaan-perusahaan AS tentang line of credit berdasarkan ukuran komitmen yaitu peningkatan fungsi jatuh tempo.
Ham dan Melnik (1987) melakukan penelitian terhadap 90 sampel perusahaan
non finansial AS tentang line of credit yang berhubungan positif terhadap total penjualan, meminjam cadangan dan jaminan, tetapi terkait negatif dengan biaya
suku bunga.
Berger dan Udell (1995) meneliti sampel perusahaan kecil di AS tentang
persyaratan line of credit, seperti bunga tarif dan persyaratan agunan, serta terkait dengan panjang hubungan perusahaan dengan perbankan.