TINDAK TUTUR GURU SAINS DALAM PEMBELAJARAN
TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS
SEBAGAI STRATEGI KOMUNIKASI UNTUK MEMAHAMI MATERI AJAR
(Sebuah Kajian Pragmatik)
TESIS
diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
di Bidang Linguistik
oleh NURHASANAH
1101204
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta
==========================================================
TINDAK TUTUR GURU SAINS DALAM PEMBELAJARAN
TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS
SEBAGAI STRATEGI KOMUNIKASI
UNTUK MEMAHAMI MATERI AJAR
(Sebuah Kajian Pragmatik)
Oleh Nurhasanah S.S UPI Bandung, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum.) pada Prodi Linguistik
© Nurhasanah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I,
Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D. NIP.196711161992031001
Pembimbing II,
Dadang Sudana, M.A., Ph.D. NIP.196009191990031000
Mengetahui,
Ketua Program Studi Linguistik
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Science subject is often considered as a difficult subject to understand, especially for senior high school students. It is necessary to have an appropriate communication strategy for teachers speaking in the classroom, so that the students could understand the material.
This research entiteled “Sains Teachers Speech Act in Teaching
Senior High School Students as Communication Strategy for Teaching Material Understanding (a Pragmatics Study).” Is conducted to analyzed the characteristics which arise from speech science teachers based on the type of speech act. Analysis is continued on the identification of speech for unknown opportunities or possibilities for student understanding and their confidence from
Teacher’s explanation. The data were analyzed by using the speech act theory of Searle (1979). The result of this study indicate that the biology teacher utterances likely to chance for make a confidence of students and their understanding from the material. It is because of the teachers are good at making dynamics of speech, and blending types of illocutionary with other mutual support.
Key words: speech act, classroom discourse.
ABSTRAK
Pelajaran Sains seringkali dianggap sebagai pelajaran yang sulit difahami, terutama bagi siswa sekolah menengah atas. Diperlukan adanya sebuah strategi komunikasi yang pas ketika guru bertutur di dalam kelas agar siswa bisa memahami materi yang disampaikan. Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Guru Sains dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar (Sebuah Kajian Pragmatik) ini menganalisis karakteristik yang muncul dari tuturan guru sains berdasarkan klasifikasi tindak tutur. Analisis dilanjutkan pada identifikasi karakteristik tuturan yang muncul untuk diketahui peluang atau kemungkinan siswa yakin dan faham terhadap penjelasan guru. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teori Searle (1979). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuturan guru biologi (GB) berpeluang untuk membuat siswa yakin dan faham terhadap materi. Sebab, GB pandai memilih strategi agar siswa mendapat penjelasan materi yang cukup, meminta perhatian siswa, dan meyakinkan siswa. Ketiga strategi ini tercakup dalam jenis-jenis ilokusi yang dipaparkan oleh Searle (1979).
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR DAN SINGKATAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Rumusan Masalah ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 5
1.6 Manfaat Penelitian ... 6
1.7 Definisi Operasional ... 7
BAB II TINDAK TUTUR DAN PEMBELAJARAN DI KELAS ... 8
2.1 Tindak Tutur... 8
2.2 Komponen Tindak Tutur ... 12
2.2.1 Penutur dan Mitra Tutur ... 12
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2.3 Konteks Tuturan ... 15
2.3 Klasifikasi Tindak Tutur ... 16
2.4 Jenis-Jenis Ilokusi (JJI) ... 18
2.4.1 Asertif ... 20
2.4.2 Direktif ... 22
2.4.3 Komisif ... 24
2.4.4 Ekspresif ... 25
2.4.5 Deklarasi ... 26
2.5Illocutionary Force Indicating Divices (IFID) ... 28
2.6Karakteristik Tuturan ... 29
2.7Tindak Tutur dan Proses Pembelajaran... 30
BAB III METODE PENELITIAN ………... 39
3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.2 Data dan Sumber Data ... 40
3.3 Pengembangan Instrumen ... 42
3.4 Prosedur Pengumpulan Data ... 44
3.5 Prosedur Pengolahan Data ... 45
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
4.1 Sumber, Jenis, dan Metode Analisis ... 51
4.2 Karakteristik Tuturan Guru Sains ... 52
4.2 1 Karakteristik Tuturan Berdasarkan JJI Asertif ... 53
4.2.1.1 JJI Asertif dalam Bentuk Menyatakan ... 54
4.2.1.3 JJI Asertif dalam Bentuk Memberitahu ... 62
4.2.2 Karakteristik Tuturan Berdasarkan JJI Direktif ... 63
4.2.2.1 JJI Direktif dalam Bentuk Perintah ... 65
4.2.2.2 JJI Direktif dalam Bentuk Menyarankan ... 67
4.2.2.3 JJI Direktif dalam Bentuk Menasihati... 68
4.2.2.4 JJI Direktif dalam Bentuk Mengomando ... 71
4.2.2.5 JJI Direktif dalam Bentuk Menekan ... 72
4.2.2.6 JJI Direktif dalam Bentuk Bertanya ... 73
4.2.2.7 JJI Direktif dalam Bentuk Meminta ... 77
4.2.2.8 JJI Direktif dalam Bentuk Melarang ... 79
4.2.2.9 JJI Direktif dalam Bentuk Mendesak ... 80
4.2.2.10 JJI Direktif dalam Bentuk Menginterogasi ... 81
4.2.2.11 JJI Direktif dalam Bentuk Mengkritik ... 81
4.2.2.12 JJI Direktif dalam Bentuk Menuntut ... 82
4.2.3 Karakteristik Tuturan Berdasarkan JJI Komisif ... 83
4.2.3.1 JJI Komisif dalam Bentuk Menawarkan ... 84
4.2.3.2 JJI Komisif dalam Bentuk Berjanji ... 85
4.2.3.3 JJI Komisif dalam Bentuk Mengancam ... 86
4.2.4 Karakteristik Tuturan Berdasarkan JJI Ekspresif ... 87
4.2.4.1 JJI Ekspresif dalam Bentuk Pujian ... 88
4.2.4.2 JJI Ekspresif dalam Bentuk Mengeluh ... 89
4.2.5 Karakteristik Tuturan Berdasarkan JJI Deklarasi ... 90
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.2.5.2 JJI Deklaratif dalam Bentuk Memutuskan ... 91
4.3 Peluang Siswa Yakin dan Faham Terhadap Penjelasan Guru ... 93
4.4 Kesimpulan Bab ... 102
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………. 105
5.1 Simpulan ... 105
5.2 Saran-saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
LAMPIRAN ... 113
BAB 1
PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap
menjadi pelajaran yang sulit dibandingkan dengan pelajaran yang lainnya.
Pelajaran sains lebih menekankan pada cara siswa untuk menguasai
konsep-konsep dan bukan menghafal fakta-fakta satu sama lain. Konsep pelajaran sains
mempunyai tingkat generalisasi dan abstraksi yang tinggi yang menyebabkan
siswa mengalami kesukaran dalam memahami. Hal ini merupakan tantangan bagi
guru. Guru dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya sehubungan profesinya
(Silva, 2012: 27). Sebab guru sebagai aspek penting dalam proses pendidikan
memiliki peran yang sangat besar. Salah satu peran guru yang utama adalah
memahami siswa sebagai dasar pembelajaran. Hal ini selaras dengan UU No. 14
tahun 2005 Bab IV Pasal 10 Ayat 1 tentang guru dan dosen yang harus memiliki
kompetensi pedagodik, kepribadian, dan kompetensi sosial serta kompetensi
profesional. Kompetensi sosial merupakan kompetensi guru dalam berkomunikasi
dengan siswa sebagai bagian dari kegiatan penyelenggaraan pendidikan (Surya,
2008).
Hasil penelitian Moon (2002) dalam tulisannya yang berjudul “Speech Act
2
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam konteks pembelajaran di kelas. Banyak guru yang kurang pandai berbicara,
tetapi mempunyai kompetensi dalam bidang keilmuan, dan hanya sedikit
memberikan perhatian terhadap siswa. Sehingga tugas guru hanya memberikan
penjelasan, sedangkan mereka jarang mengevaluasi materi yang disampaikannya.
Apakah siswa mengerti? Jika tidak, apa yang membuat mereka tidak mengerti?
Dalam hal ini guru harus memiliki strategi komunikasi agar siswa faham
terhadap penjelasan materi. Strategi komunikasi tersebut dapat terlihat dari bentuk
tindak tutur guru di kelas. Kesesuaian tindak tutur guru dalam pembelajaran tidak
hanya mengandalkan sebuah buku petunjuk mengajar atau beberapa pendapat dari
para ahli. Tetapi, akan lebih baik berangkat dari hasil penelitian yang melibatkan
siswa sebagai peserta didik untuk menyampaikan aspirasi mereka. Tindak tutur
seperti apa dan harus bagaimana supaya lebih mudah difahami. Sehingga lahirlah
sebuah penelitian yang berjudul “Tindak Tutur Guru Sains dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas sebagai Strategi Komunikasi untuk Memahami
Materi Ajar (Sebuah Kajian Pragmatik)” karena gurulah yang menjadi motifator utama dalam mencerdaskan siswa.
Dalam pragmatik kita kenal berbagai teori tindak tutur yang penulis rasa
dapat menjawab dari permasalahan dalam penelitian ini. Pragmatik merupakan
sebuah upaya pemaknaan bahasa yang mempertimbangkan aspek pengguna dan
penggunaannya. Levinson (1983), Leech (1983), Yule (1996), dan Allan (1998)
sepakat mendefinisikan pragmatik sebagai kajian tentang makna penutur dengan
melihat konteks. Untuk menelaah makna penutur, kajian tindak tutur dapat
tutur pada awalnya digagas oleh Austin (1962). Selanjutnya dikembangkan oleh
Searle (1979 yang kemudian membagi tindak ilokusi ke dalam beberapa jenis
tindak tutur, yakni tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif.
Hal yang menarik dari kajian ini adalah satu bentuk tuturan dapat dimaknai
berbeda yang mencerminkan maksud penutur. Setiap jenis tindak tutur yang
diuangkapkan Searle (1979) mempunyai fungsinya masing-masing. Misalnya,
tuturan asertif yang berfungsi untuk mengungkapkan kebenaran proposisi yang
disampaikan penutur. Tentunya tuturan seperti ini sangat tepat bila digunakan
dalam wacana kelas. Namun untuk jenis tindak tutur yang lain pun dapat memberi
fungsi terhadap pengajaran pula bergantung dari strategi komunikasi yang
digunakan oleh guru. Oleh karena itu, payung kajian ini adalah pragmatik.
Sebagai pisau analisisnya peneliti menggunakan teori tindak tutur yang
dikemukakan oleh Searle (1979).
Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang Tindak Tutur Guru Sains dalam
Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas sebagai Strategi Komunikasi
untuk Memahami Materi Ajar (Sebuah Kajian Pragmatik) belum pernah
dilakukan. Namun, penelitian dengan masalah sejenis telah banyak dilakukan di
berbagai tempat, seperti penelitian yang berjudul “Penggunaan Bentuk Tindak
Tutur BI Siswa dalam Percakapan di Kelas”, oleh Arifin (2008); Jumadi (2007)
dengan judul “Representasi Kekuasaan dalam Tindak Tutur Guru; Dan Sari
(2012) dengan judul “Analisis Deskriptif Retorika Interpersonal Pragmatik pada
Tuturan Direktif Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas
4
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
interaksi guru di dalam kelas akan mempengaruhi terhadap kemampuan siswa.
Penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang penulis laksanakan,
baik dari segi objek maupun subjek penelitian, walaupun memiliki persamaan dari
segi pengkajian terhadap tuturan.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk memperjelas
kemungkinan permasalahan-permasalahan yang akan timbul dalam penelitian ini.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang teridentifikasi yaitu:
1) Austin (1962); Searle (1979); Leech (1983); Allan (1998) sepakat bahwa
tindak tutur mempunyai berbagai macam fungsi untuk mengutarakan maksud
penutur.
2) Tuturan guru akan sangat mempengaruhi terhadap pemahaman siswa di kelas.
3) Hanya sedikit guru yang menyadari bahwa tindak tutur guru dalam
pmbelajaran tidak selamanya disukai oleh siswa. Adakalanya guru harus
menyesuaikan dengan konteks di dalamnya.
4) Klasifikasi jenis tindak tutur dapat dijadikan parameter untuk mengetahui
peluang atau kemungkinan siswa yakin dan faham terhadap penjelasan guru.
5) Pelajaran Sains dianggap pelajaran sulit oleh siswa, oleh sebab itu perlu
1.3 Batasan Masalah
Mengingat kompleksnya persoalan di atas dan keterbatasan peneliti, maka
dalam hal ini penelitian mengkhususkan pada strategi komunikasi guru sains di
lihat dari tindak tutur ilokusi saja. Teori yang digunakan yaitu jenis tindak tutur
yang digunakan oleh Searle (1979). Dalam hal sumber data, guru sains yang
dijadikan data oleh peneliti hanya guru sains yang mengajar di salah satu sekolah
yang telah ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, itu pun diwakili oleh
satu orang guru biologi, satu orang guru fisika, dan satu orang guru kimia.
1.4 Rumusan Masalah
1) Bagaimana karakteristik tuturan guru sains dilihat dari klasifikasi tindak
tutur?
2) Bagaimana peluang atau kemungkinan siswa teryakinkan dan faham
terhadap penjelasan berdasarkan jenis tindak tutur yang digunakan guru
sains?
1.5 Tujuan Penelitian
Tentunya tujuan penelitian ini sangat erat kaitannya dengan rumusan
masalah di atas, diantaranya:
1) Memperoleh gambaran tentang karakteristik guru sains dilihat dari klasifikasi
tindak tutur pada saat proses pembelajaran.
2) Mengetahui peluang atau kemungkinan murid faham dan yakin terhadap
6
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk lembaga
pendidikan khususnya guru. Sebagai motifator utama dalam proses pembelajaran,
diharapkan guru dapat memilih strategi komunikasi yang sesuai melalui sebuah
tindak tutur ketika materi disampaikan. Sehingga tidak terjadinya kegagalan
dalam komunikasi. Sebagaimana kita ketahui, pokok dari sebuah kurikulum
adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu aktifitas guru
dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena
itu dibutuhkan langkah-langkah persiapan dan strategi komunikasi yang pas untuk
mengefektifkan aktivitas pembelajaran dalam suatu program pembelajaran.
Penelitian ini juga dapat dijadikan sebuah kritikan bahwa secerdas apa
pun penguasaan materi seorang guru, tetap aspek bahasa merupakan hal penting
dalam penyampaian ilmu. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan salah titik tolak
diketahuinya faktor-faktor keterfahaman seorang siswa terhadap materi ajar yang
disampaikan oleh seorang guru.
Manfaat luasnya, penelitian ini daharapkan dapat menjadi evaluasi
terhadap standar nasional pendidikan. Sebagaimana diungkap dalam buku
“Pendidikan di Indonesia Masalah dan Solusi” bahwa evaluasi dilakukan dalam
rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada
1.7 Definisi Operasional
1) Tuturan guru sains merupakan bentuk interaksi lingual yang digunakan guru
sains sebagai upaya untuk menyampaikan materi.
2) Wacana kelas merupakan sejumlah tuturan guru sains yang berkaitan dengan
proses pembelajaran dan digunakan dalam di kelas.
3) Jenis-jenis ilokusi merupakan bentuk tuturan asertif, direktif, komisif,
ekspresif, atau deklaratif yang digunakan sains dalam wacana kelas sekaligus
untuk mengetahui maksud tuturannya.
4) Konteks meliputi tempat, waktu, situasi dan latar belakang penutur dan mitra
tutur, peristiwa yang membangun tindak tutur, maksud dan tujuan para
partisipan, serta pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai budaya partisipan.
5) Respon yang dimaksud dalam penelitian ini berupa reaksi langsung siswa baik
39
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang telah dilakukan untuk
menjawab terhadap: 1) Karakteristik tuturan guru sains dilihat dari jenis tindak
tutur; 2) Peluang atau kemungkinan siswa faham dan yakin dari penjelasan
berdasarkan jenis tindak tutur dan strategi komunikasi yang digunakan guru sains.
Untuk dapat merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, maka diperlukan adanya
sebuah prosedur penelitian. Sebab, sebuah penelitian tentunya tidak dapat
dikatakan penelitian ilmiah jika tidak memiliki sebuah prosedur penelitian. Oleh
sebab itu, dalam bagian ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan: jenis
penelitian, data dan sumber data, pengembangan isntrument, prosedur
pengumpulan data, dan prosedur pengolahan data. Kelima hal tersebut akan
peneliti jelaskan sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan cara dan prosedur analisis datanya penelitian ini dilakukan
melalui metode deskriptif yang lebih bersifat kualitatif. Penelitian ini
menggunakan penggunaan jenis penelitian deskriptif dikarenakan untuk
menggambarkan tuturan yang digunakan oleh guru sains yang nantinya akan
diklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle
(1975). Klasifikasi tersebut dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik
tuturan guru berdasarkan jenis tindak tutur. Selanjutnya, dari klasifikasi tersebut
dapat diambil beberapa tuturan yang memungkinkan berpeluang siswa yakin dan
sains. Pendeskripsian tersebut, mulai dari klasifikasi sampai identifikasi tentunya
diperlukan pandangan yang dikembangkan oleh peneliti yang dituangkan ke
dalam bentuk kata-kata. Oleh sebab itu, jenis penelitian ini merupakan deskriptif
yang lebih bersifat kualitatif.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik yang
memfokuskan pada teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle (1979) mulai
dari jenis-jenis ilokusi asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi sampai
dengan IFID. Sebagaimana diketahui bahwa dalam penelitian pragmatik, sebuah
tuturan akan selalu memiliki makna yang mengimplikasikan pada suatu tindakan
dan konteks dari mitra tutur. Tuturan yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah
tuturan yang disampaikan guru sains pada saat memberi penjelasan di dalam
kelas. Sementara mitra tutur dalam konteks ini adalah siswa yang sedang
mendapatkan pembelajaran dari guru sains.
3.2 Data dan Sumber Data Penelitian
Dalam pengambilan sumber data, peneliti sengaja menyamarkan nama
sekolah dan nama guru sains. Hal tersebut berkaitan dengan kode etik penelitian
yakni salah satunya jangan membahayakan partisipan (Cresswell, 2010: 132) dan
(Bailey, 2007: 17). Dalam penelitian ini, didapatkan hasil tuturan guru yang
memberi peluang atau tidaknya siswa teryakinkan dan faham dari pembelajaran.
Tentunya, jika disampaikan secara transfaran mengenai data informan,
dikhawatirkan akan mendapat kritikan secara langsung dari pihak yang
41
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan sumber data yang diambil penelitian ini merupakan penelitian
lapangan (field research) karena data berupa teks lisan yaitu konversasi linguistik
yang terjadi pada proses interaksi (tindak tutur) dalam pembelajaran antara guru
sains dengan peserta didik. Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah swasta di
Bandung. Alasan penentuan sekolah tersebut, yakni: pertama, sekolah tersebut
berdekatan dengan tempat tinggal peneliti sehingga peneliti pun tahu mengenai
situasi dan latar belakang sekolah tersebut dan dengan memilih sekolah tersebut
dapat mengefektifkan waktu dan biaya; kedua, ditemukannya kekhasan berbahasa
pada saat menjelaskan di dalam kelas dari ketiga guru sains; ketiga, ketika
dilakukan observasi awal hasil persepsi siswa menunjukkan bahwa guru yang
paling disukai dan tidaknya ketika menjelaskan di dalam kelas kedua-duanya
ditujukan untuk kelompok guru sains.
Adapun sumber data kedua yakni berasal dari tuturan guru sains sebagai
berikut. Pertama, guru biologi yang dijadikan sumber data adalah seorang
perempuan dengan usia 41 tahun. Pendidikan terakhir yaitu S1 Pendidikan Agama
dan S1 pendidikan Biologi. Yang menjadi alasan diambilnya data dari guru
biologi tersebut karena berdasarkan hasil observasi awal yakni jawaban angket
siswa menunjukkan bahwa guru biologi ini merupakan guru yang paling
difaforitkan karena penjelasan di dalam kelas mudah dimengerti. Sehingga dari
persepsi siswa tersebut, menarik peneliti untuk mengambil data.
Kedua, guru fisika yang dijadikan sumber data adalah seorang laki-laki
dengan usia 41 tahun. Pendidikan terakhir S2 Pengajaran Fisika. Yang menjadi
observasi awal yakni jawaban angket siswa menunjukkan bahwa guru fisika ini
merupakan guru yang paling ditakuti oleh siswa. Banyak siswa yang tidak
mengerti dengan penjelasannya di dalam kelas. Sehingga, tuturan guru fisika ini
menarik untuk diteliti.
Ketiga, guru kimia yang dijadikan sumber data adalah seorang perempuan
dengan usia 39 tahun. Pendidikan terakhir S1 Pendidikan Agama dan S1
Pendidikan Kimia. Yang menjadi alasan diambilnya data dari guru kimia tersebut
karena berdasarkan hasil observasi awal yakni jawaban angket siswa
menunjukkan bahwa guru kimia ini merupakan guru yang disukai juga
dikarenakan gaya bertuturnya yang khas, simpel, dan mudah dimengerti.
Sehingga, tuturan guru kimia ini juga menarik untuk diteliti.
Selanjutnya, sumber data ke tiga yakni siswa kelas XI IPA di sekolah
tersebut dengan jumlah 35 orang. Yang terdiri dari 21 siswa perempuan dan 14
siswa laki-laki. Penentuan kelas dan siswa ini tentunya telah ditentukan pada saat
observasi awal. Yakni berdasarkan keefektifan pengambilan data di kelas.
Keefektifan di sini dapat melihat pada kualitas yang dimiliki siswa secara
personal, suasana di kelas yang cenderung tertib, latar belakang siswa yang
beragam dari berbagai kalangan dan daerah.
3.3 Pengembangan Instrumen
Dalam bahasa Inggris sering terdengar ungkapan seperti “garbage tool
garbage result”. Ini mengindikasikan bahwa penggunaan instrumen yang keliru
atau kurang tepat akan memberikan hasil penelitian yang menyesatkan.
43
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akurat (Cresswell, 2009). Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen
tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji
hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian. Instrument yang peneliti gunakan
adalah sebagai berikut:
Pertama adalah observasi. Jika Mahsun (2005: 218) menyebut teknik
observasi ini sebagai metode simak. Akan tetapi, peneliti lebih cenderung
menggunakan istilah „observasi‟ sama halnya dengan apa yang digunakan oleh
Meleong (2001) dan Gunarwan (2002). Sebab teknik simak dilakukan apabila
peneliti mengambil data dengan langsung mewawancarai informan. Sedangkan
observasi ini dilakukan hanya untuk melakukan pengamatan terkait penentuan
subjek penelitian. Adapun informasi yang ingin didapatkan langsung, peneliti
melakukan penyebaran angket.
Kedua adalah angket. Angket dalam hal ini merupakan bentuk kuesioner
sederhana yang digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa. Informasi ini
akan berguna untuk mendukung pemaparan dalam latar belakang masalah. Dalam
angket ini, melengkapi penentuan guru yang akan dijadikan sumber data. Angket
ini diisi oleh siswa pada saat dilakukan observasi. Seperti contoh angket di bawah.
Tabel 3.1 Angket observasi No:
Nama Responden:
1. Pelajaran manakah sulit difahami oleh Anda?
2. Siapakah guru yang paling difahami ketika menjelaskan? Alasannya …
Keempat adalah rekaman. Rekaman ini dilakukan pada saat guru sains
menyampaikan materi ajar di dalam kelas. Sehingga, dari rekaman ini hasilnya
ditranskripsi ke dalam bentuk tulisan yang nantinya akan dijadikan data utama
dalam penganalisisan.
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam prosedur pengumpulan data, dibagi ke dalam tiga teknik yaitu
observasi, perekaman, dan angket. Pertama observasi. Taknik observasi ini dibagi
ke dalam tiga tahap. Yaitu observasi awal, dalam kegiatan ini peneliti melakukan
pengenalan terhadap sekolah yang akan dipilih, mendapat informasi untuk
penentuan kelas yang akan diteliti. Penentuan kelas tersebut berdasarkan
pertimbangan dari guru-guru setempat yang paling efektif untuk dilakukan
pengambilan data. Kemudian observasi lanjutan, observasi ini ditujukan untuk
mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang situasi di dalam kelas, guru
yang akan dijadikan sampel penelitian. Terakhir observasi akhir, kegiatan ini
berguna untuk mengecek kembali jika data masih kurang,. Tehnik observasi ini
dipadukan pula dengan pencatatan langsung, sebagai laporan dari hasil observasi.
Teknik kedua, yaitu penyebaran angket. Angket ini disebarkan dan diisi
oleh siswa yang telah ditentukan berdasarkan kriteria pada tahap observasi.
Penyebaran angket ini dilakukan dua kali. Angket pertama ditujukan untuk
mendapat kriteria guru yang mudah difahami dalam proses pembelajarannya oleh
siswa serta guru yang tindak tuturnya sulit difahami oleh siswa. Setelah dapat
diketahui guru yang disukai (dimengerti tindak tuturnya) kemudian untuk
45
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam pengambilan data. Angket kedua ditujukan untuk memberikan sedikit
masukan mengenai siswa faham tidaknya terhadap materi yang disampaikan.
Sebab, angket kedua berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah
disampaikan oleh guru sains pada waktu itu.
Teknik ketiga, yaitu dengan perekaman. Perekaman ini diambil secara
diam-diam oleh siswa yang dipilih menjadi juru kunci. Hal ini dilakukan untuk
mendapat data sealami mungkin. Dalam rekaman ini akan diketahui tindak tutur
guru dalam pembelajaran di kelas. Rekaman ini, dijadikan sebagai sumber data
utama dalam penganalisisan. Perlu dicatat, pengambilan data ini dilakukan enam
kali. Yaitu terhadap tindak tutur guru fisika, kimia, dan biologi.
3.4 Prosedur pengolahan Data
Prosedur pengolahan data dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
Tahap 1. Proses transkripsi, karena sumber data berbentuk rekaman. Maka,
rekaman tersebut ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Hal itu untuk
mempermudah dalam proses penganalisisan.
Contoh: Okey, Assalamu’alaikum Wr.Wb. Okey, kita hari ini akan membahas
tentang sistem ekskresi. Okey, di dalam makhluk hidup ya! Ciri
daripada makhluk hidup ini salah satunya adalah melakukan yang
namanya? Metabolisme… (transkrip data guru biologi).
Tahap 2. Proses klasifikasi. Tahap ini, tuturan guru sains yang telah
ditranskripsi akan dikelompokkan berdasarkan jenis-jenis ilokusi asertif, direktif,
komisif, ekspresif, deklarasi dan untuk diketahui ilokusinya. Seperti pada tabel
3.2 Klasifikasi Tuturan Guru Sains Berdasarkan Jenis Tindak Tutur
No. Wujud Tuturan Jenis-Jenis Ilokusi Ilokusi
6. Okey, Assalamu‟alaikum Wr.Wb. Asertif dalam bentuk menyatakan.
8. Okey, di dalam makhluk hidup ya!
Asertif dalam bentuk menyatakan.
Meminta perhatian siswa dan memberi penjelasan.
3.3 Frekuensi Kemunculan Tuturan pada Jenis Tindak Tutur
JJI Ilokusi f % R
1.Asertif
Menyatakan Mengecek kehadiran siswa Memberi penjelasan
Menunjukkan Menunjukkan gambar, menekan siswa supaya ingat materinya.
2 0,48 7
Memberitahu
Memberi informasi dan meyakinkan siswa.
Menjelaskan sebuah perumpamaan.
1
Tabel analisis ini terbagi ke dalam dua bagian. Tabel 3.1, digunakan untuk
mengelompokkan tuturan guru yang ditranskripsi ke dalam bentuk tulisan.
Pengelompokkan tersebut berdasarkan wujud tuturan per kalimat, jenis-jenis
ilokusi beserta bentuk-bentuk yang muncul pada tuturan guru sains, dan
mengetahui ilokusinya apa. Tabel 3.2, digunakan untuk penghitungan jenis tindak
tutur yang muncul dan ilokusinya untuk apa. Tabel ini akan berguna untuk
menguatkan hasil analisis dan melihat karakteristik yang muncul dari tuturan guru
berdasarkan jenis tindak tutur. Tentunya hal ini diperbolehkan, sebab menurut
Mahsun (2005: 233), meskipun dalam analisis kualitatif, data yang dianalisis ini
bukan berupa kata-kata, namun pada hakikatnya dalam analisis kualitatif tidak
tertutup kemungkinan pemanfaatan data kuantitatif. Penggunaan data kuantitatif
47
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penentuan jenis tindak tutur dan ilokusinya, peneliti melihat
terlebih dahulu bentuk gramatikal dari tuturan tersebut. Sebab, sebelum
menganalisis ilokusinya maka diharuskan melihat terlebih dahulu bentuk dari
tuturan tersebut (lokusi). Penentuan bentuk gramatikal di sini berdasarkan bidang
sintaksis yakni kalimat berita, kalimat perintah, dan kalimat tanya. Akan tetapi,
dalam melihat bentuk gramatikal ini tidak secara langsung dikelompokkan.
Melainkan, pengamatan yang dilakukan peneliti secara sepintas saja. Alasannya,
pertama kajian ini lebih menitik beratkan pada kajian pragmatik yakni berkaitan
dengan isi dan maksud penutur; kedua, dalam menentukan bentuk secara sepintas
pun akan lebih mudah ditentukan. Analisis bentuk ini hanya sebagai penguat data
di dalam pembahasan. Selanjutnya, dari hasil klasifikasi tersebut kemudian
dilakukan penghitungan berdasarkan jenis tindak tutur yang muncul pada tuturan
guru sains yang nantinya akan memberi pertimbangan dalam proses analisis.
Tahap 3. Proses identifikasi. Dari hasil klasifikasi tersebut kemudian
diidentifikasi atau dipaparkan kembali dengan mendeskripsikan hasilnya. Untuk
menganalisis wujud tuturan di atas terdapat enam indikator yang telah ditentukan
pada Bab 2 berdasarkan pandangan dari para ahli. Pertama, tuturan dideskripsikan
berdasarkan bentuk gramatikal; kedua, tuturan diidentifikasi berdasarkan alasan
dimasukkannya ke dalam jenis tindak tutur tertentu; ketiga, melihat persentase
kemunculan jenis tindak tutur; keempat mengidentifikasi pilihan kata (diksi),
intonasi, jeda yang tentunya masuk ke dalam salah satu analisis IFID; kelima,
melihat keruntutan pesan yang disampaikan; keenam Interaksi guru untuk
(apakah siswa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru). Keenam indikator
ini akan memunculkan karakteristik dari masing-masing tuturan guru sains. Dari
karakteristik tersebut, akan diambil karakteristik yang dominan dan akan menjadi
bahan analisis untuk mengetahui peluang atau kemungkinan siswa yakin dan
faham terhadap penjelasan guru.
Untuk lebih jelasnya sebagaimana contoh analisis di bawah ini.
3.4 Peluang Teryakinkan dan Fahamnya Siswa Terhadap Penjelasan Guru
No. Wujud Tuturan Jenis-Jenis Tindak
Tutur Ilokusi
Misalnya, dilihat dari bentuk gramatikalnya tuturan di atas merupakan kalimat perintah. Akan tetapi, jika kita isi tuturan di atas terdapat penanda “Nah,
pernyataan, dan ya!”. Sedangkan yang menjadi inti pada tuturan tersebut adalah
pernyataannya. Yakni guru ingin memberikan penjelasan mengenai sistem eksresi. Adapun penanda “nah” digunakan oleh guru biologi untuk mencari
perhatian dan penanda “ya” digunakan untuk memberi tekanan untuk meyakinkan
siswa agar faham terhadap pemaparan yang disampaikan guru. Sehingga, wujud
tuturan di atas dikelompokkan ke dalam jenis tindak tutur asertif dalam bentuk
menyatakan. Tuturan tipe seperti ini menjadi salah satu karakteristik tuturan guru
sains dalam menyampaikan materinya. Analisis seperti ini, untuk menjawab
49
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemudian untuk mengetahui peluang atau kemungkinan siswa yakin dan
faham terhadap tuturan yang disampaikan guru sains, melanjutkan identifikasi
dari hasil karakteristik tuturan yang muncul tersebut. Misalnya, karakteristik di
atas banyak ditemukan dalam tuturan guru biologi. Dalam hal ini, terlihat adanya
usaha guru biologi untuk menarik perhatian siswa ditengah-tengah ia memberikan
penjelasan. Lebih jelasnya, seperti pada contoh tuturan guru biologi di bawah ini.
Tuturan guru: “Okey, Assalamu‟alaikum Wr.Wb. Okey, kita hari ini akan membahas tentang sistem ekskresi. Okey, di dalam makhluk hidup ya!”
Tuturan di atas merupakan tuturan guru biologi saat membuka pembicaraan di kelas. Pada tuturan tersebut terdapat penanda “okey..”.Fungsi
tuturan tersebut disampaikan oleh guru biologi sebagai sebuah strategi agar ia
dapat diperhatikan oleh siswa. Terdapat tiga penanda “okey” dalam tuturan yang
berdekatan. “okey” pertama digunakan untuk mencari perhatian siswa bahwa
pembelajaran akan segera dimulai. “okey” kedua selain untuk membuat siswa
tetap fokus yakni sebagai penegasan terhadap topik yang akan disampaikan.
“okey” ketiga tetap mencari perhatian siswa dan untuk membuka penjelasan yang
akan disampaikan. Selain hal tersebut fungsi penanda “okey” menunjukkan
adanya power dari penutur. Sehingga dengan strategi seperti ini menunjukkan
tuturannya ingin didengar oleh siswa. Apalagi diakhir tuturan di atas guru biologi menambahkan penanda “ya!” yang seolah-olah guru biologi mengikat siswa
terhadap pernyataan yang disampaikan agar siswa tidak beralih pandangan atau
Walaupun demikian, tuturan guru biologi di atas tidak dimasukkan ke
dalam jenis tindak tutur direktif yang menghendaki siswa melakukan tindakan
yang diinginkan guru. Sebab, tuturan di atas intinya adalah bentuk pernyataan
maka dalam hal ini masuk ke dalam jenis tindak tutur asertif dalam bentuk
menyatakan. Pada tuturan pertama, guru mengucapkan salam. Salam dalam hal
ini, tidak berilokusi meminta jawaban siswa. Akan tetapi merupakan pernyataan
atau tanda dimulainya sebuah pembelajaran. Pandangan ini digunakan pula dalam
tuturan selanjutnya. Sehingga, dengan penanda yang berfungsi untuk mencari
perhatian siswa, pada dasarnya guru menginginkan agar pernyataannya
diperhatikan. Jadi, yang menjadi inti pada tuturan di atas adalah pernyataannya.
Dari penjelasan tersebut, tuturan di atas berpeluang atau memberi
kemungkinan pada siswa untuk yakin dan faham terhadap penjelasan materi.
Walaupun belum sampai ke dalam tuturan yang berisi penjelasan, tetapi guru
mengikat perhatian siswa terlebih dahulu. Tuturan dengan tipe seperti ini banyak
ditemukan dalam data tuturan guru biologi. Sebab dengan menggunakan tipe
tuturan seperti ini, guru biologi mempunyai keuntungan agar pernyataannya bisa
diperhatikan. Sebab, bagaimana mungkin siswa akan faham terhadap penjelasan
guru, sedangkan diperhatikan saja tidak. Tuturan di atas merupakan pintu gerbang
masuknya sebuah peluang siswa untuk faham dan yakin terhadap penjelasan guru.
Tahap 4. Proses evaluasi. Tahap ini, dilakukan untuk memonitor kembali
hasil analisis yang dirasa masih kurang. Kemudian, menarik garis merah hasil dari
temuan dan pembahasan penelitian ini yang dipaparkan ke dalam bentuk
105
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini membahas karakteristik tuturan guru sains berdasarkan jenis
tindak tutur. Selain itu juga telah dibahas mengenai kemungkinan atau peluang
siswa faham dan yakin terhadap penjelasan berdasarkan jenis tindak tutur dan
strategi komunikasi yang digunakan guru sains. Temuan dan pembahasan
penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya melahirkan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
5.1 Simpulan
Berikut ini beberapa kesimpulan penelitian dari hasil analisis dan temuan.
Kesimpulan pertama merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian mengenai
karakteristik tuturan guru sains berdasarkan jenis tindak tutur. Setiap guru sains
mempunyai karakter tersendiri yang digunakan dalam bertutur.
Pertama, karakteristik yang muncul pada TGB adalah penggunaan tuturan
yang kompleks. Artinya, semua JJI digunakan sebagai strateginya untuk
menjelaskan materi. Kompleksnya tuturan yang digunakan GB meliputi: materi
yang disampaikan runtut dan jelas; Penggunaan penanda-penanda dan penekanan
intonasi yang digunakan GB untuk mencari perhatian siswa dan meyakinkan
siswa.
Pada karakteristik yang digunakan oleh GK yakni penggunaan tuturan
yang simpel. Data menunjukkan frekuensi kemunculan tuturan pada
masing-masing JJI sangat sedikit dibandingkan dengan yang lain. Setiap pokok tuturan
masing-masing JJI hampir mirip dengan strategi yang digunakan GB. Yang
membedakannya adalah jumlah tuturan pada masing-masing JJI tersebut.
Selanjutnya untuk karakteristik yang ditemukan pada TGF yakni
penggunaan tuturan yang ekspresif. Artinya, setiap tuturan selalu diikuti sebagai
ungkapan kekecewaan terhadap kemampuan siswa. Banyaknya penggunaan
tuturan direktif dan ekspresif diprediksi siswa mengalami penekanan dan stres.
Kesimpulan kedua, merupakan hasil analisis peluang atau kemungkinan
siswa yakin dan faham terhadap penjelasan guru. Berdasarkan temuan pada
karakteristik tuturan guru sains yang berpeluang atau memungkinkan siswa faham
dan yakin terhadap penjelasan berdasarkan jenis tindak tutur dan strategi
komunikasi yang digunakan guru sains adalah guru biologi. Sebab, GB pandai
memilih strategi yang pas dalam menentukan JJI yang digunakan dalam
pembelajaran. Dalam memberikan penjelasan pun sangat runtut, antara penjelasan
yang satu dengan yang lainnya berkesinambungan. GB pandai mencari perhatian
siswa dengan penggunaan beberapa penanda yang merupakan sebuah strategi agar
tuturannya dapat diperhatikan. Selain itu pada beberapa tuturan setelah GB
menyampaikan penjelasan, GB mencoba untuk meyakinkan siswa dengan
penggunaan penanda-penanda juga. Dengan adanya perpaduan JJI tersebut dapat
mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima penjelasan materi yang banyak di
kelas.
Dalam bentuk tuturan meminta, GB menggunakan strategi yang tidak
langsung. Ia menyadari bahwa tuturan ini terdapat tindakan pengancaman wajah.
107
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberi respon tanpa adanya unsur paksaan. Dan ketika siswa selesai menjawab
pertanyaan, guru biologi pun selalu memberi respon bagus terhadap siswa tersebut
sebagai sebuah strategi untuk memberi semangat terhadap siswa. Adapun untuk
JJI komisif, ekspresif, dan deklaratif digunakan GB untuk menyempurnakan
kegiatan pengajaran di kelas.
Kesimpulan ketiga yakni dengan ditentukannya TGB sebagai tuturan
yang berpeluang untuk membuat siswa faham dan yakin terhadap penjelasan guru
menunjukkan bahwa penggunaan JJI asertif, direktif, komisif, ekspresif, deklaratif
harus tepat dan padu digunakan dalam pembelajaran di kelas. Ketepatan dan
kepaduan penggunaan JJI tersebut, salah satu aspeknya dapat dilihat dari konteks
kelas. Guru harus membuat dinamika tuturan supaya tidak monoton. Guru tidak
bisa hanya mengandalkan terhadap salah satu JJI saja. Walaupun yang menjadi
inti dari tindak tutur wacana kelas adalah JJI asertif, tetapi keempat JJI lainnya
pun harus digunakan sebagai strategi guru sains dalam menjelaskan materi. Hal
ini sekaligus mendukung terhadap teori yang diungkapkan oleh Searle (1969).
Lebih jelasnya ketepatan tuturan ini dapat dilihat dari karakteristik tuturan yang
digunakan oleh GB. Diantaranya: memberikan penjelasan sebanyak mungkin,
disaat siswa merasa jenuh dengan penjelasan guru gunakan strategi untuk mencari
parhatian siswa dengan penanda-penanda yang telah digunakan GB untuk
membuat siswa tetap fokus, dan diakhir pembicaraan yakinkan siswa dengan
Kesimpulan keempat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa seorang
guru dituntut memiliki kompetensi sosial sesuai dengan UU UU No. 14 tahun
2005 Bab IV Pasal 10 Ayat 1 tentang guru dan dosen.
5.2 Saran-saran
Penelitian ini diharapkan membawa manfaat untuk kehidupan masyarakat
pada umumnya dan dunia pendidikan khususnya. Sekalipun penulis menyadari
banyaknya keterbaatasan yang dimiliki baik itu dalam segi waktu, materi, isi dan
teori. Oleh karena itu, atas dasar hasil penelitian ini, penulis memberikan saran
dan harapan kepada pihak-pihak terkait terutama para peneliti bahasa, guru, dan
pelaku pendidikan lainnya.
Pertama, bagi para peneliti bahasa, banyaknya keterbatasan penelitian ini
membutuhkan penelitian lanjutan yang dapat memberikan hasil penelitian yang
lebih mendalam dan akurat, serta memberikan kebermanfaatan yang lebih luas.
Oleh karena itu, bagi para peneliti bahasa disarankan untuk mengkaji lebih dalam
lagi mengenai isu terkait, terutama yang berhubungan dengan
permasalahan-permasalahan komunikasi antara guru dan siswa di dalam pembelajaran di kelas.
Misalnya saja penelitian tuturan guru yang mengkhususkan pada JJI asertif dalam
bentuk menyatakan atau menambahkan variable-variabel lain dalam penelitian ini
seperti isu kesantunan, komunikasi lintas budaya, psikolinguistik, dan sebagainya.
Kedua, untuk para guru, perlu disadari bahwa bahasa merupakan media
utama dalam interaksi dengan siswa di sekolah. Guru harus lebih pandai dan lebih
109
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan siswa. Dalam memberikan penjelasan materi di kelas, guru hendaknya
banyak menggunakan JJI asertif yang dikorelasikan dengan keempat JJI untuk
menghindari kejenuhan siswa. Sebagaimana dari hasil temuan pada pembahasan
sebelumnya bahwa penggunaan JJI asertif yang dikorelasikan dengan keempat JJI
diyakini dapat memberi peluang atau memungkinkan siswa yakin dan faham
terhadap penjelasan guru.
Terakhir, bagi para pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan,
sangatlah penting untuk membuat kurikulum pendidikan yang disinergikan
dengan aspek kebahasaan. Mengingat, salah satu fungsi bahasa yakni fungsi
kognitif yang salah satunya untuk menyampaikan ilmu sehingga tercipta kondisi
yang lebih kondusif dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pembelajaran dan
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Daraji. Dkk. 2012. Offering as a Comisive and Directive Speech Act: Consequence for Cross-Cultural Communication. Tikrit University Iraq: International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2,
Issue 3, March 2012. Hal 1-6 Tersedia:
ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/989 [3 Januari 2013].
Austin,J.L.1962. How to do things with words. Cambridge: Harvard University Press.Education.
Aziz, E. Aminuddin. 2012. Pendekatan Pragmatik dalam Pendidikan Kedwibahasaan. Tersedia http://www.aminudin.staf.upi.edu. [16 Januari 2012]
Aziz, E. Aminuddin dan I. Lukmana. 2012. Kewajaran Komunikasi Pembelajaran Bahasa Inggris dalam Realisasi Pertuturan. Diambil dari website
http://www.aminudin. staf. upi. edu. [16 Januari 2012]
Bachari, Andika Duta. 2011. Analisis Pragmatik terhadap Tindak Tutur yang Berdampak Hukum (Tesis). Bandung: UPI.
Bailey, Carol. A. 2007. A Guide to Qualitative Field Research (Second Edition). California: Sage Publication Company.
Bara, Bruno. G. 2010. Cognitive Pragmatics: The Mental Process of Communication. Massachusetts: Massachusetts Institute of Technology.
Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. New Delhi: Sage Publications, Inc.
Nurhasanah, 2014
Tindak Tutur Guru Sains Dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Atas Sebagai Strategi Komunikasi Untuk Memahami Materi Ajar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Firdaus, Yosi Jannatul.dkk. 2012. Tindak Tutur Direktif Ibu Rumah Tangga Nelayan kepada Anaknya di Kelurahan Gates Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. UNP Padang: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri B 87 – 166 Diambil dari website http//: www. ejournal.unp.ac.id [4 April 2013]
Gunarwan, A. 1996. ‘Kepatutan Ujaran di dalam Pengajaran Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Asing: Implikasinya bagi Pengajar’. Depok : UI.
Jumadi. 2007. Representasi Kekuasaan dalam Tindak Tutur Guru. Jakarta: Jurnal Didaktika Vol. 8 No. 3. Tersedia: http//: www. lib.balaibahasa.org [2 Juni 2013]
Krisnawati, Ekaning. 2011. Pragmatic Competence in The Spoken English Classroom. Bandung: CONAPLIN JOURNAL Vol. 1 no. 1 hal 105-115.
Levinson, Stephen. C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
Leech, Geoffrey.1983. Principles of Pragmatics. London: Longman.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Martinez-Flor, Alicia. 2005. A Theoretical Review of the Speech Act of Suggesting: Towards a Taxonomy for its Use in FLT. Jaume: Jaume 1 university. Hal 167-187
Meleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya.
Mey, J. L. 2005. Pragmatics An Introduction (2nd Edition). Oxford: Blackwell.
Moon, Kyunghye. 2002. Speech Act Study: Differences Between Native and Nonnative Speaker Complaint Strategies. New York: American University. Tersedia: http//: www.american.edu/.../WP-2002-Moon-Speech-Act [27 Juni 2013].
Olshtain, Elite dan A. Cohen. 1990.The learning of Complex Speech Act behavior. TESL Canada Journal.Vol 7. No.2. hal 45-65. Tersedia http://
r . . 1 6
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Rahmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Raz, Subki. 2012. Katanya sih, “Fisika Itu Sulit” (artikel). Tersedia http://edukasi.compasiana.com tanggal 3 Juni 2012.
Rosilawati, Yeni. 2008. Employee Branding Sebagai Strategi Komunikasi Organisasi Untuk Mengkomunikasikan Citra Merek (Brand-Image).
Yogyakarta: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 6, Nomor 3, hal 153-161.
Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.
Searle, John R. 1979. Expression and Meaning: Studies in the Theory of Speech Acts. Cambridge: Cambridge University Press.
Silva, Anna Marietta da. 2012. Guru Idealkah Anda?. Jakarta: Jurnal KOLITA 10. Hal 27-30.
Surya, Mohammad. 2008. Pendidikan di Indonesia Masalah dan Solusi. Jakarta: Kedeputian Bidang Koordinasi Pendidikan, Agama, dan Aparatur Negara.
Syafitri, Dian. 2012. Tindak Tutur Dalihan na Tolu pada Prosesi Makkobar dalam Upacara Perkawinan Adat Angkola-Mandailing (Tesis). Bandung: UPI.
Trosborg, Anna. 1994. Interlangguage Prgmatics: Requests, Complaints And Apologies. Berlin: Walter De Gruyter.
Wardaugh, Ronald. 1994. An Introduction to Sociolinguistics. Victoria: Blackwell Publisher.
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.