• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRADISI PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGA BINANGA : (KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRADISI PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGA BINANGA : (KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA)."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Junita Setiana Ginting (2006) Merdang Merdem Sebagai Suatu Tradisi Pada Masyarakat Karo di Kecamatan Tiga Binanga

(Kajian Perubabao Sosial Dudaya)

Penelitian ini merupakan suatu kajian tehadap tradisi yaitu merdang merdem yang terdapat pada masyarakat Karo di Kecamatan Tiga Binanga. Tradisi ini telah dila.ksanakan secara turun temurun dan tetap eksis sampai sekarang meski telah melewati peijalanan waktu yang panjang.

Merdang merdem merupakan salah satu tradisi pada m asyarakat Karo di Tiga Binanga yang awalnya berkaitan deogan siklus pertanian tanaman padi. Selain itu terdapat hal lain sebagai konteks dan fungsi pendukung yaitu menjadi sarana kekerabatan dan hiburan.

Dari

data yang diperoleh menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada acara ini. Perubahan tersebut dapat diamati dalam konteks, fungsi serta pelaksanaannya. Fungsi dasar yang berkaitan dengan pertanian hampir tidak ditemukan lagi. Suasana kekerabatan yang menjadi salah satu orientasi dilaksanakan acara ini juga tidak seketat dahulu. Fungsi hiburan dan prestise justru semakin kuat. Masyarakat yang diluar daerah (perantau) justru memanfaatkan acara ini untuk menunjukkan keberadaan dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi beberapa faktor dari dalam dan luar masyarakat
(2)

ABSTRACT

Junita Setiana Ginting (2006) Merdang Merdem as One of Karooese Community Traditions in Tiga Binanga District (A Study on Sociai~Culture Change)

This research is a study to one tradition, namely Merdang Merdem available in Karonese community in Tiga Binanga district. The tradition has been inheritated for some generations and rountinely done. Merdang Merdem is permanently existed up to the present time, even though it passed loJ?g time.

Merdang Merdem is one of the traditions in Karonese community in Tiga Binanga district. Initially, it is related to agriculture cycle of rice plants. In addition, it is as the support

for

kinship and entertainment.

From the data obtained) it shows that there has been the change on

t he

tradition. The change can be seen on the oontext, function and implementation. Context and function in the religion is almost not found anymore. The kinship pattern is not similar to the previous again. The relatives use the tradition in order to show up their existence. The changes are influenced either by internal anc external factors.
(3)

MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRADISI PABA

MASYARAKAT KIRO Dl KECAMATAN TIGA BINANGA

(KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA)

OLEH:

J UNITA SETIANA GINTING

g)

( :

NIM : 015050038

~

\?

~/\'?

MIUK

PERPUST AKAANl

(4)

TESIS

.MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRIDISI PIDA

MASYARAKAT KABO Dl KECJIMATAN TIGA BINANGA

(KAJIAN PERUBI.HAN SOSIAL BUDAYA)

<~N,Me.o DlSUSUN DAN DIA.ruKAN OLEH :

Telah Dipertahankan di Depan Paaitia Ujian T esis

Pada Tanggal18 Oktober 2006 dan Dinyatakan Telah Memeiiuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gejar Magister Sains ~

~

:

P ~ ~ m

Studi

:~~ ~ologi

Sosial:

J

~ ~

,

'~

J

<~

11

m.e.O

: /

Me ~ an,

/

~

2006

~

/.:. Menyetujui

~

~ '~ Team Pembimbing

"'$»,.

~

Prof.DR.Bungaran A.Simanju11tak

NIP. 130344786

Prof.DR. Bungaran A. Simanjuntak

NIP. 130344786

Pembimbiog II

Direktur P Universi

~p.- ... .."'~~

~' -$1,.

~ tn

Prof.DR.Bel

fe ~k

Manullang o
(5)

Dipertabankan Didepan Tim Penguji Tcsis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Progam Studi Antropologi Sosial

MERDAN& MERDEM SEBACAI SUATU TRADISI PABA

MASYABAKAT KARO Dl KECAMATIUf TIGA BINUGA

(KAJIAN PERUBAHAlf SOSIAL BUDAYA)

N AMA

~

NIM

Hariffanggal

g > g ~

l> i. l> i.

.})~

y

,.eo.~

" ._,,,.eo

~ ~._,.,,.eo

JUNITA SETIANA GJNTING 015050038

Rabu /18 Oktober 2006

£11 I E1

II'Jie.o-'

Pembimbing II : DR Jongkers T ampubolon ~

Pruf.Usman Pelly, MA, PhD

DR. Ibnu Hajar Damanik, M.Si

(6)

KATAPENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ralunat dan

karuniaNya. penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan ini, banyak halangan

dan rintangan

serta

kekurangan

penulis sendiri.

Namun karena bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulisan ini dapat

diselesaikan. ~

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan

kepada : • ~;

;

~;

Bapak Prof: Dr. Bungaran A. Simanjuntak sebagai Pembimbing I, Ketua Program

Studi dan Dosen yang banyak memberi arahan kepada penulis.

Bapak. Dr. Jongkers Tampubolon sebagat Pembimbing U. ) ~ ;_

lbu Ora. Trisni Handayani, M.Si sebagai S e kre~ris Program Studi Antropologi

Sosial Universitas negeri Medan. '.It> ·r,.

Selumh Dosen dan Civitas Akademi di Program Studi Antropologi Sosial

Universitas Negeri Medan.

"''r~~'(;.O

: /

CIAI_:

c:,O

~

~

Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Antropologi Sosial UNIMED.

Rekan-rekan kerja di Jurusan S~jarah Fakultas sastra USU.

Balitbang Pemprov Sumut, Tanah Karo, Kantor Camat Tiga Binanga, Kepala

Desa, narasumber serta semua pihak yang telah me mbantu penulis. ~

T erima kasih dan penghormatan mendalam buat orang tuaku tercinta

(7)

semua keluarga, abang, kakak dan keponakanku yang selalu mendorong, menghibur

dan menguatkan dalam suka dan duka.

Terima kasih juga buat Bapakku M. Tarigan/Ibu, fbuku (Alm) Kristina Br

Ginting beserta adik sernua. ~p.s NEG(::

"""' .6

Khusus buat seorang yang terkasih dalam hidupku. Kupersembahkan untuk

suamiku tercinta (Alm) dr. Johanes Karya Tarigan yang selalu memberi dorongan, semangat dan bantuan dengan penuh cinta kasih dan kesabaran. Namun

ia

t elah pergi

sebelum mendampingiku meraih gelar. Kupersembahkan semua untuknya. Segala

honnat dan cinta kasihku. '? ~I

Juga buat adikk.u Berliao dan Resbina yang selalu menemaniku. Khusus buat

"Legio Maria dari Lourdes" kuucapkan terima kasih karena menemaniku dihari-hari

yang bernt.

j)

Penulis wenyadari penulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis

mengharapkan masukan dari semua pihak demi kesempumaan tulisan ini. Semoga

bennanfaat bagi semua.

Medan, September 2006

'l

(8)
[image:8.595.91.503.128.710.2]

DAFTARTABEL

Tabel 1. Nama-Nama Hari Dalam Penanggalan Karo ... ... ... 48

Tabel 2. Nama Bulan {Paka) ...

~~

-- ~

...

~

..

~ - ~~ -~ ... ...

...

..

49

~ /~ ~

/

~

Tabel3. Nama Arah Mata Angin ... 49

(9)

BABI

PENDAHULUAN

1.1. Lutar Belakang

liVIILIK PERPUSTAKAAN

l

1 /

U

N I

M E 0

c~~,

Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.

Keduanya sating mendukung agar tetap bertahan dan berkembang. Kebudayaan

membutuhkan masyarakat sebagai penduk.ung keberadaannya Masyarakat

membentuk . kebudayaan sebagai basil dari pemikiran dan upaya manusia untuk

memenuhi kebutuhannya. 7 ~;

Suku·suku di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya sebagarciri khas. Ia

terbentuk sesuai Lingkungan tempatnya berkembang. Hal ini terutama ditemukan pada masyarakat sederhana yaitu pedesaan. Berbagai tradisi tum bub di dalamnya, namun . tradisi juga mengalami perubahan akibat perkemban.,.gan zaman dan berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar masyarak:at. Sering terjadi suatu tradisi hilang akibat

menurunnya kemauan pemilik untuk menjaga dan mempertahankannya. Tetapi sebagian masyarakat ada juga yang mencoba mempertahankan tradisi tertentu meskipun telah terjadi perubahan dalam masyarakat. Bahkan masyarakat yang tidak

lagi bermukim di wilayah lingkungan tradisi tumbuh masih larut di dalamnya. Salah satu contoh adalah tradisi Medang Merdem pada masyarakat Karo, terutama yang

terdapat di daerah Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo.

Penulis membatasi penelitian pada rnasyarakat Karo di Kecamatan Tiga

Binanga karena ada asumsi bahwa tradisi Merdang Merdem paling bertahan

(10)

untuk menyelenggarakan tradisi rru lebih besar dibandingkan terhadap

penyelenggaraan hari besar keagamaan seperti natal, tahun baru maupun lebaran. Hal ini terlihat

dari

kemeriahan pelaksanaan dan tingkat

arus

pulang kampung masyardkat. Merdang Merdem sebagai suatu tradisi budaya telah diwariskan secara

turun temurun. Dahulu Merdang Merdem dikaitkan dengan aspek religi, ekonomi dan interaksi sosial. Pelaksanaannya berhubungan dengan sjklus pertanian yaitu awal

-masa penanarnan padi. Merdang Merdem juga dihubungkan dengan masa perkabungan (kematian) dan arwah leluhur. Pe1aksanaannya memiliki aturan yang jelas tentang waktu, tata cara, situasi dan kelengkapan yang dibutuhkan. ~

f

Perkembangan zaman tentu- berakibat terhadap perubahan dalarn masyarakat.

Tanaman padi sudah jarang ditemukan di daerahini. Pertanian subsistensi bergeser ke tanaman berorientasi pasar industri. Tata cara dan waktu penanaman juga bergeser.

Kepercayaan l!!~yar akat ata~ keberadaan arwah leluhur serta hal supranatural turut berubah.

Ada hal yang memu:ik bagi penulis tentang Merdang Merdem. Mengapa ketika

teijadi perubahan terhadap faktor yang mendasari pelaksanaannya, namun tradisi ini tetap berlangsung. Tanaman padi sudah jarang ditanam lagi di daerah ini, digantikan

tanaman lainnya. Rasional masyarakat Karo atas konsep arwah dan unsur supranatural berubah, serta berbagai perubahan lainnya. Hal ini seharusnya

menurunkan m inat masyarakaf untuk menyelenggarakan Merdang Merdem. Ditambah pula berbagai masyarakat akibat pengaturan waktu untuk pekerjaan dan

pendidik.an. Bagaimanapun tradisi

ini

membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang
(11)

terselenggara. Bahkan ada asumsi antusias tersebut makin besar yang terlihat melaJui

persiapan dan pelaksanaannya.

-Penulis menduga pelaksanaan dapat bertahan namun mungkin terjadi

pergeseran makna yang dikandung. Terjadi perubahan orientasi terhadap tradisi

tersebut sebagai upaya adaptasi atas perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.

Oleh karenanya periu dilakukan suatu penelitian untuk. mengungkapkan keberadaan

tradisi tersebut serta perubahannya.

1.2. ldentit1kasi Masalah >

1. Terdapat kemungkinan bahwa Merdang Merdem telah mengalami pergeseran

orientasi .fungsi ba gi rnasyarakat Karo. c,'

2. Terdapat gejala bahwa tradisi Merdang Merdem mengalami proses adaptasi

terhada_p kondisi masyarakat Karo yang berubah. /

1. Bagaimana Merdang Merdem dan proses pelaksanaannya

2. Faktor apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada tradisi Merdang

Merdem.

3. Apakah terjadinya perubahan tradisi sebagai proses adaptasi terhadap kondisi

masyarnkat sekarang ini.

K

4 . Bagaimana pengaruh pelaksanaan Merdang Merdem terhadap peran serta

(12)

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui fungsi Merdang Merdem bagi masyarakat Karo, khususnya di

Kecamatan Tiga Binanga. G(:".o

2. Mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Merdang Merdem.

3. Mengetahui terjadi atau tidak perubahan pada konsep dasar untuk melaksanalcan Merdeng Merdem.

4. Mengetahui pengaruhnya pada masyarakat yang telah menetap di luar

wilayah Kecamatan Tiga Binanga.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. M em~rikan gambaran tentang makna dan fungsi Merdang Merdem bagi

masyarakat Karo. ~~s Nc:G(:"~ ..

2. Memberi masukan bagi masyarakat agar tetap mempertahankan suatu tradisi.

3. Memberi masukan bagi pengembangan suatu tradisi yang dapat dimantaatkan

demi kepentingan dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat.

fi

tl(f

1.6. Tinjauan Teoritis

~

1.6.1. Merdang Merdem

Menurut Prints (1993 : 209), Merdang Merdem berasal dati kata Merdang dan

Merdem. Merdang diartikan sebagai masa awal turun ke sawah atau ladang untuk

(13)

akhir perkabungan. Hal yang menunjukkan sebagai titik awal kegiatan perekonomian

pada masyarakat yaitu penanaman padi dan titik akhir dari kesedihan akibat

kematian.

Pengertian yang harnpir sama juga J isampaikan Sitepu (1993 : 174) yang

mengatakan bahwa Merdang Merdem merupakan tradisi tahunan yang harus diselenggarakan m.asyarakat pada masa awal turun ke sawab. Hal ini sebagai tanda

ucapan syukur atas basil-hasil panen dan sekaligus permohonan derni penanarnan berikutnya agar dijauhkan dari segala gangguan dan kegagalan. ( $~

....

~

'-(

Selanjutnya Ointing ( 1999 : 173) mengatakan bahwa Merdang Merdem adalah

tradisi pacta masyarakat yang memiliki aturan-aturan sebagai aturan yang harus

dilaksanakan pemilik. tradisi tersebut. Ada norma tertentu yang mendasari

pelaksanaannya. Begitu juga mengenai waktu, tatacara, perlengkapan dan hubungan

dalam struktur masyarakat. Hal

ini

ditandai dengan beberapa konsep seperti konsep

rebu · m erdan~ · bintang pemerdangken dan rendem yang turut menentukan

pelaksanaannya.

g)

Sedangkan Sitepu, dkk (1996 : 10 1) melihat Merdang Merdem dari konsep

hubungan sosial yaitu sebagai sarana mengumpulkan keluarga pada suatu waktu

tertentu demi peningkatan mutu kekerabatan.

1.6.2. Tradisi

Dalam Kamus Sosiologi Antropologi (2001 : 336), tradisi dinyatakan sebagai

adat kebiasaan turon temurun ( dari nenek moyang) yang masih terus dilestarikan

(14)

Merdang Merdem yang dimaksud dalam tulisan ini adalah merupakan suatu

aktivitas budaya yang dilaksanakan secara rutin dan teratur oleh masyarakat Karo di

Kecamatan Tiga Binanga Daeng (2000 : 180) menyatakan tradisi adalah sesuatu

yang telah hidup dalam masyarakat karena didalamnya terdapat nilai-nilai dasar yang

menjadi pedoman bertindak bagi masyarakat tersebut.

Sedangkan Soejito (1987: 4) melihat tradisi dari konsep "social heritage" yaitu

dipertahankannya beberapa Wlsur pokok budaya karena merupakan pola fingkah laku ,

yang dimiliki masyarakat.

rff

Simanjuntak (2004 : 26) menyatakan bahwa tradisi adalah sesuatu yang terkait dengan kekuatan -supranatural sukar dibuktikan dengan akal namun diyakini dengan

tanpa komentar kdanggengannya didasarkan kepada sikap s ehari~hari yang

diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya

EJ

Edward S._J)alam Sajogyo (!_985 : 90) tra dis ~ yang paling me~asar adalah

"Traditium'' yaitu yang diteruskan (trasm ited) dari masa lalu ke rnasa sekarang, bisa

berupa benda atau tindak laku sebagai unsur-tmsur kebudayaan atau berupa nilai,

norma, harapan dan cita-cita. Jadi tradisi sebagai pewarisan unsur-unsur budaya dari

satu generasi ke generasi berikut.

1.6.3. Perubahan Sosial Budaya

Kebudayaan sebagai bagian y a ng tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Koentjaraningrat ( 1986 : 180) mengatakan kebudayaan merupakan keseluruh.an

sistem gagasan tindakan dan hasiJ karya manusia dalarn rangka kehidupan

(15)

wujud yaitu wujud ide berupa gagasan, nilai dan norma. Wujudnya abstrak karena

tumbuh dalam pemilikan masyarakat pendukungnya. Selanjutnya wujud aktifitas atau

tindakan berpola dari masyarakat, disebut juga sistem sosiaJ. Wujudnya konkrit

karena dapat diamati. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik berupa benda hasil karya

manusia sehingga sangat konkrit.

Kebudayaan mengalami proses perubahan sejalan dengan tuntutan situasi yang

dihadapi masyarakat pendu.kungnya, Menurut Soedarsono (1995), cepat atau lambat

kebudayaan akan mengalami perubahan. Transformasi dapat terjadi terhadap bentuk

maupun nilai-nilai yang dimilikinya. Haviland (1993 : 352) mengemukakan bahwa

sesungguhnya ada beberapa hal sebagai penyebab- perubahan kebuday:aan yaitu

perubahan lingkungan yang diikuti oleh perubahan adaptif dalam kebudayaan, variasi

perorangan dalam memahami kara.kteristik kebudayaan yang dimilikinya sehingga · meriimbulkan ~rubah an cara masyarakat dalam menafsirkan nonna dan nilai

budayanya, adanya kontak. dengan kelompok lain sehingga mengak.ibatkan masuknya

gagasan dan cara baru untuk. melakukan sesuatu sehingga .k.emudian menimbulkan

perubahan prilaku tradisional. , 0 ~

Iii ME.

-

-Pada masyarakat Karo transfonnasi budayajuga pasti teijadi yang berpengaruh

terhadap tradisi yang ada. Masyarakat yang dinamis dan dipengaruhi berbagai faktor

dari dalam maupun di luaruya tentu betpengaruh tcrhadap sikap mereka Sejalan

dengan itu, Dove (1 985 : xii) menyatakan masyarakat tradisional di Indonesia juga

dinamis. Bersamaan dengan perubahan lingkungan sosial dan alam. Mereka juga

berubah dalam suatu proses adaptasi. Dalam Karnus Sosiologi Antropologi (200 1 :

(16)

sebagainya. Adaptasi kebudayaan yaitu perubahan dalam unsur-Wlsur kebudayaan

yang menyebabkan unsur-Wlsur itu dapat berfungsi lebih baik lagi bagi manusia yang mendukungnya.

Menurut Haviland ( 1999 : 348), adaptasi mengacu pada satu pengertian tentang

proses yang menyebabkan suatu organisme berhasil menyesuaikan diri dengan baik

pada lingkungan yang ada. Dengan hasil proses tersebut masyarakat mampu untuk

mengatasi kesu1itan dan memenuhi kebutuhan. ~

Soekanto (1988 : 339) menyatakan bahwa keadaan . hannoni. adalah sesuatu

yang diidamkan masyarakat. Maka ketika terjadi perubahan dalam masyarakat, antara

unsur baru dan lama dibutuhkan suatu penyesuaian agar .dapat berf!!.ngsi wajar.

Demikian halnya dengan Merdang Merdem, apakah terjadi perubahan dalam proses

adaptasinya terhadap perkembangan zaman sehingga tradisi ini terus bertahan. Hal ini

terjadi melatui proses pelaksanaan yang rutin dan tanggapan yaJJ.g besar dari

masyarakat. NEe~~

Selanjutnya Brutu (1998 : 2) menyatakan tradisi dari setiap kelompok

sesungguhnya tidak ada yang tetap dan baku. Selalu ada perubahan akibat faktor dari

dalam maupun dari tuar masyarakat itu. Hal ini dilihat dari pergeseran, penambahan

atau pengurangan unsur·unsur tradisi. -~

"f

{~

Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1988 337) mengatakan perubahan·

perubahan sosial merupakan varias-i dan cara hidup-baik karena perubahan kondisi

(17)

Untuk mencoba mengetahui perubahan yang terjadi pada Merdang Merdem,

perlu dilihat hal apa saja yang mendorong pelaksanaannya tetap mtin terselenggara

meskipun terjadi perubahan situasi dalam masyarakat. Untuk mengetahui kondisi

tersebut, pen,elitian

ini

merujuk kepada teori Herkovits (1948 : 525) bahwa perubahan

kebudayaan dapat dilihat dar.i dua arab yaitu bagairnana keadaannya pada masa lalu

dan bagrumana pula pada masa sekarang ini. Jadi kebudayaan dilihat dari asal usul serta faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern dan ekstern.

Herkovits merumuskan bahwa perubahan sebagai pengintegrasian kembali

yaitu berupa pewarisan elemen-elemen baru atau nilai baru atas makna suatu budaya

dalam menyesuaikan diri. Jadi perubahan adalah suatu kejadian yang _ b~rlangsung

dalam suatu jangka waktu.

Faktor intern merupakan segala faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

merdang merdem yang berasal dari masyarakat sendiri. Sedangkan faktor ekstern

merupakan segala hal yang berasal dari luar masyarakat ; namun marnpu untuk

mempengaruhi perubahan pelaksanaan merdang merdem.

CJu,

~o/

~

1.7. Kajian Pustaka ~

Dalam proses mengeijak.an tulisan ini, studi kepustakaan merupakan hal mutlak

yang diperlukan dalam beberapa tujuan. Diantaranya dengan mempelajari

literatur-literatur yang- terkait dengan objek bahac;;an. Melalui literatur-literatur tersebut

diharapkan membantu untuk mendapatkan masukan berupa konsep maupun teori

yang mendukung penulisan. Selain

itu

untuk menghindari terjadinya pengulangan
(18)

kepustakaan baik berupa buku dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan objek

pembahasan.

Penelitian dan penulisan tentang Merdang Merdem telah dilakukan sebelwnnya

dengan pendekatan dan konsep yang berbeda. Tarigan menulis Eksistensi dan Fungsi

Upacara Tradisional Merdang Merdem (Kerja Tahun) Pada Masyarakat Karo di

Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo (2004) (Skripsi Srujana, Fakultas Ilmu Sosial UNIMED). Dengan pokok permasalahaii proses pelaksanaan Merdang

Merdem serta fungsinya terhadap masyarakat Karo di Kecamatan Munte. Tulisan

tersebut memberi masukan kepada penulis untuk mengetahui fungsi dan eksistensi-Merdang Merdem---di daerah lain yaitu desa Munte. Tarigan lebih memfokuskan

kepada gambaran desa Munte, serta fungsi dan pelaksanaan Merdang Merdem secara umum. Ia tidak mendalami dari sisi perubahan yang teljadi pada acara tersebut.

Namun hal i~ membantu penulis_ untuk memahami pengertian umum merdang

merdem tersebut, khususnya di desa Munte sebagai pembanding pelaksanaannya di

Tiga Binanga.

Sitepu~ Dkk, dalam buku "Pilar Budaya Karo" (19%) membicarakan tentang

-kebudayaan suku Karo. Buku ini membantu penulis untuk melihat berbagai tradisi yang terdapat pada masyarakat Karo, salah satu adalah pesta tahunan termasuk Merdang Merdem.

Bulen

ini menjadi pedoman bagi penulis

untuk

mengetahui ragam kerja tahun (termasuk Merdang Merdem) serta daerah-yang melaksanakannya.

Ointing dalam buku "Religi Karo" Membaca Religi Karo dengan Alata Yang

Baru (1999) membicarakan tentang Merdang Merdem sebagai bagian dari ketja tahun

(19)

juga memberikan gambaran waktu pelaksanaan serta istilah yang digunakan. Namun

dengan berkembangnya ajaran agama, terutama Nasrani telah tetjadi perubaha n

terhadap pelaksanaan Merdang Merdem. Hal ini tentu membantu penulis untuk

memahami perubahan Merdang Merdem ditinjau dari aspek religi. ~~

Prints dalam buku "Adat Karo'' (1 996) memberik:an gambaran tentang

Merdang Merdem secara konsep ekonomi dan hubWlgan sosial ia menjadikan

Merdang Merdem sebagai titik awal pelaksanaan penanaman padi (kegiatan ekonomi)

serta titik peralihan dari perkabungan akibat kematian.

Sitepu dalam buku "Tanah Karo Simalem Ras Pijer Podi Karo" (1993)

menyatakan bahwa Merdeng Merdem adalah suatu tradisi yang harus dilaksanakan

masyarakat K.aro setiap tahun karena terkait dengan kehidupan perekonomian dan .

l. . :%.

re 1g1. ?

!J

Ekadjiati dalam buku "Kebufj_ayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah " j ilid I

menyatakan bahwa ma~y ar akat Kanekes di Jawa Barat juga memi{iki tradisi dalam .

berhuma (pertanian), terutama padi. Lahajir dalam buku : Etnoekologi Orang Dayak

Tunj ung Linggang, j uga menyinggung tentang tanaman p adi pqda masyarakat

Benuag, Tunjung dan Rentenukng". Hal ini terkait dengan religi dan perekonomian.

Buku ini menjadi masukan dan pembanding bagi penulis untuk melihat tradisi yang

hampir sama di daerah lain, serta mengetahui hal-hal apa pula yang menjadi

--perbedaannya. ~

&mua basil pene litian dan penulisan diatas memiliki hubungan dengan

penelitan yang penulis lak.ukan. Hal tersebut akan dijadikan sebagai masukan dan

(20)

dari semua tulisan terse but, hanya · merupakan gambaran umum. Penelitian yang

melihat Merdang Merdem dari aspek perubahan secara lebih mendalam belum

dilakukan.

~

1.8. Metode Penelitian \

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan

multidisiplin dan penelitian lapangan. Bogdan dan Taylor dalam Moleong-(2000 : 5)

menyatakan bahwa rnetode kualitatif sebagai proses penelitian yang menghasilkan

· data deskriptif berupa kata·kata tertulis atau Iisan dari orang--orang dan prilaku yang

diamati. ~

Penelitian ini merupakan kajian terhadap perubahan pelaksanaan tradisi

Merdang Merdem pada masyarakat Karo di Tiga Binanga. Fokus penelitian adalah

perubahan

orien~si

makna yang menyangkut

uns ur-u~sur

pelaksanaannya.

Y

/~~5 EG~ ~ ~

/~ ~.... /~'~

$

1.8.1. Lokasi Penelitiao ~

-Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Penulis

-

-memilih daerah

ini

karena adanya asumsi bahwa di daerah ini pelaksanaan Merdang

Merdem masih bertahan. Acara ini tetap dilaksanakan secara rutin walaupun telah

terjadj perubahan situasi/kondisi pada masyarakat yang sesungguhnya mendasari

diselenggarakannya tradisi tersebut. ..,.,..

Populasi adalah keseluruhan masyarakat yang melaksanakan acara Merdang

(21)

Pertumbuken (Perbesi

m

dan T iga Binanga yang dipilih untuk mewakili secara

keseluruhan untuk dapat menggambarkan Merdang Merdem di Kecamatan Tiga

Binanga.

1.8.2. Tebnik Pengumpulan Data

Setiap penelitian ilmiah memerlukan data dalam mencari jawaban

pennasalahan yang dihadapi. Untuk itu tentu dibutuhkan beberapa suihber data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi tiga bagian yaitu :

f

:

(

~

....

.,.~-~-u

1. Studi dokumen

V>

~/

\';

~~

~

Sebelum ke lapangan, peneliti melakuk.an studi dokumen yaitu mempelajari

literatur yang terkait dengan objek pembahasan. Studi dokurnen digunakan

untuk mencari dan mengumpulkan data sebagai landasan teori dalam ·

menyelesaikan pennasalahan. /

2. Observasi ~ T ....

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan penelitian. lapangan. Peneliti harus d.atang ke lapangan dan berinteraksi

dengan masyarakat yang menjadi objek penelitian. Dengan tehnik pengamatan

( observasi) ini peneliti melihat secara langsung pelaksanaan Merdang Merdem tersebut serta hal-hal yang terkait dengannya.

3. Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengmnpulkan

keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat. Hal ini

(22)

(Koentjaraningrat, 1986 : 124). Melalui perbincangan dan tanya jawab

diharapkan diperoleh masukan-rnasukan tentang permasaiahan yang diteliti.

Dalam penelitian ini. peneliti juga memanfaatkan metode wawancara bebas

(tidak berstruktur). Pelaksanaan wawancara infonnal yaitu ketika informan

dalam perbincangan tidak menyadari telah terjadi proses wawancara.

Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dilakukan

dengan mempersiapkan pedoman wawancara yang

akan

ditanyakan. Namun pertanyaan tersebut hanya sebagai acuan. Ada kebebasan daJam

menyampaikan pertanyaan dan jawaban dari informan. Dengan demiKian

jawaban yang diperoleh dapat lebih mendalam, luas dan cukup akumt.

,

1.8.3. Tehnik Analisa Data

Analisa data merupakan hal yang penting karena dari kemampuan kita

menganalisa data diperoleh sesuatu yang akurat dari penelitan tersebut. Semua data yang diperoleh, baik dari perpustakaan maupun lapangan diklasifikasikan. Data-data

tersebut dipilih dan diselidiki kemudian diolah dan dianalisa dengan metode

deskriptif analisis.

Dalam analisis data dipergunakan tehnik triangulasi yaitu memeriksa

keabsahan data dengan menggunakan hal lain diluar data tersebut sebagai

pembandi.ng.

Tehnik triangulasi yang dipakai adalah triangulasi dengan sumber. Menurut

(23)

yang berbeda dalam metode kualitatif. Untuk itu ada beberapa earn

yang

digunakan

yaitu :

l. Memband.ingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

i

H

{

u~~, ~o

: ;

~ u~o~,,.,.e.o

1.8.4. Pertanyaan Penelitian ~

Penelitian ini membahas tentang perubahan

pelaksanaan

tradisi Merdang

Merdern pada masyarakat Karo. Untuk itu perlu diuraikan beberapa po kok permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut. ~ ~

1. Bagaimanakah Merdang Merdem dan proses pelaksanaannya ?

~

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada

tradisi Merdang Merdem ? /

3. Apakah terjadinya perubahan tradisi sebagai proses adaptasi terhadap

( kondisi masyarakat sekarang ini ?

4. Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan Merdang Merdem terhadap peran serta masyarakat daerah ini yang telah bermukir;n di luar Kecamatan Tiga

~

:nru1ga?

)

1.9. Kerangka Berpikir

Merdang Merdem merupakan salah satu tradisi yang terdapat pada masyarakat Karo dan dilaksanakan secara rutin meski telah teljadi perubahan dalam masyarakat.

(24)

Kecamatan Tiga Binanga. Antusias yang tetap besar untuk menyelenggarakannya

baik masyarakat yang tinggal di Kecamatan Tiga Binanga maupun masyarakat yang

telah bennukim di luar wilayah tersebut.

Berbagai kondisi yang tetjadi dimasyarakat, baik

yang

muncul dari dalam

masyarakat maupun dari Iuar mengakibatkan tetjadinya perubahan-perubahan

Merdang Merdem tersebut. Namun Merdang Merdem tetap berlangsung sebagai

suatu tradisi yang seakan telah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Proses

pelaksanaannya tetap bet.jalan dari waktu ke waktu dan disambut dengan antusias

oleh masyarakat.

Penulis menggambarkan Merdang Merdem dan proses pelaksanaan serta

perubahannya dalam kerangka berflkir sebagai berikut :

Faktor intern

Lingkung!fl alam

Wawasan masyarakat

yang dipengaruhi r

pendidikan, agama dan

tehnologi

Faktor ekstem

Pendidikan

~

~

Agama ~ ... .. Q:

Tehnologi ~

Sosial ekonomi Mobilitas masyarakat

(pendat~g)

Konteks &

(25)

1.10. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan dalan1 beberapa tahapan yakni :

No. Kegiatan Bulan ke

2

3

4

5 6

1. Persiapan

2. Pengumpulan Data

3. PengorgaQ.isasian

4.

Pemeriksaan

~'t

'

5.

Pengetikan Akhir Mt:

~sN~

...._

E,
(26)

BABV

KESIMPULAN, 11\.fPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ~

A. Kesimpulan Konseptual

Setiap masyarakat terutama masyarakat pedesaan memiJiki tradisi yang menjadi kek.ayaan budayanya Tr~jsi tersebut di lak~ak an secara terus menerus, namun ada pula yang menjadi hilang. Bertahannya pelaksanaan suatu tradisi pada dasarnya disebabkan oleh keinginan ataupWl kebutuhan masyarakat tersebut Ada

suatu orientasi konteks dan fungsi yang diharapkan tercapai.

1

.,

)

Dinamika masyarakat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubaban pada tradisi. Kondisi ini disebabkan beberapa

fak:tor

yang muncul. Lingk:ungan alam,

faktor dari Iuar mauptk keinginan atau kebutuhan dari masyarakat sendiri menentukan hal ini. Keadaan tersebut sejalan dengan pendapat yang menyatakan

bahwa suatu tradisi akan mengalami perubahan j ika dilihat bagaimana ia dahulu dan sekarang. Terdapat pergeseran maupun hal baru yang dapat diamati. Hal ini sesuai dengan pendapat tentang adaptasi yaitu penyesuaian terhadap faktor lingkru1gan alam

dan sosial. ·~

Faktor linglcungan terlihat pada kondisi pada kondisi alam yang menjadi tempat tumbuhnya tradisi tersebut. Terjadi perubahan terhadap hal ini mempengaruhi kelan.gsungan suatu tradisi sebagai pemilik tradisi maupun pendataog. Terdapat hal

(27)

Maka dapat dikatakan bahwa bagaimana eksisnya pun suatu tradisi pasti telah

terjadi perubahan-perubahan didalamnya. Apak:ah berkaitan dengan konteks, fungsi

maupun tata cara pelak.sanaannya

B. Kesimpulan Faktual

Dari basil penelitian yang dilakukan dapat dismpulkan bahwa : Pelaksanaan

merdang merdem pada awalnya be!_k~tan dengan konte~ pertanian yaitu penanaman

padi. Padi sebagai tartaman utama

tmtuk

itu memiliki penjaga secara magis. Harus

dijaga keharmonisan bubungan agar mendapat basil yang baik. Pelak:sanaan acara

bersifat ritual sebagai wujud ucapan syukur dan permohonan untuk mendapat basil

yang baik juga. Hal ini merupakan fungsi primer dari merdang merdem. ~

Merdang merdem juga merupakan suatu pengikat kekerabatan bagi masyarakat,

baik yang bermukim di desa dengan yang

eli

luar daerah. Sasaran yang diharapkan

terjalinnya hubWlgan baik, penyelesaian segala masalah serta dapat merancang

-

-rencana dengan baik. Hal ini karena menjadi pertemuan para keluarga. s NEe~~.,

Merdang merdem j uga menjadi sarana hiburan bagi masyarak:at setelah

mendapatkan hasil panen. Hiburan tersebut berupa guro-guro aron. Hal

ini

juga

-menjadi sarana pendidikan, terutama generasi muda Misalnya dalam seni tari, tutur,

aturan/tata krama hubungan adat, bekerja sama dan sebagainya. ( ;

Dalam perkembangan sekarang, merdang merdem mengalami perubahan,

terutama konteks dan fungsi. Konte.ks religi yang dahulu merupakan .fungsi primer

digeser oleh konteks lainnya yaitu hiburan, kekerabatan dan pertemanan. Selain itu

muncul pula orientas[ lain yaitu prestise. Sebagian masyarakat memanfaatkan acara

(28)

pendidikan~ jabatan maupun kekayaan. Fungsi primer yang dahulu mendominasi

dasar dilaksanakannya merdang merdem digantikan oleh

fungsi

lain.

Pelaksanaan merdang merdem juga berubah sejalan dengan perubahan situasi

dan kondisi zaman. Dahulu penentuan jadwal dom.inan ditentukan berdasarkan

penanggalan

(wari

beras pati medem). Orang yang pintar tentang hari~bari (simeteh

wari) sangat berperan. Narnun sekarang penentuan waktu lebih utama didasarkan

pada kesempatan yang paling memungkinkan agar orang-orang dapat kembali ke

karnpung halaman. Jadwal paling sesuai adalah liburan sekolah. Keadaan dan

I\;:,.

kesempatan perantau turut mempengaruhi penentuan jadwal. ..,

Perubahan disebabkan faktor -dari dalam dan luar masyarakat Karo di Tiga Binanga. Kondisi masyarakat, perubahan tanaman padi ke tanaman lain, pendidikan,

agama dan berbagai perkem bangan baru lainnya dalam masyarakat turut berperan.

~

5.2. Implikasi

~

Sebagai suatu tradisi, rnerdang merdem dapat dikatakan bertahan. Masyarakat

tetap melakukannya. Respon rnasyarakat yang bermukim di daerah dan di Iuar daerah tetap besar. Partisipasi yang diberikan juga terus berlangsung. Namun berdasarkan

konteks, fungsi dan pelaksanaan telah tetjadi perubahan-perubahan nyata.

~

\

Merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan terjadinya pengaruh-pengaruh

dari luar masf aiakat terhadap malma dasar merda:rfg merdem. Proses adaptasi

terhadap keadaan masyarakat yang terns berubah justru membuat merdang merdem

dapat bertahan. Pergeseran konteks dan fungsi primemya kepada sesuatu yang lain

(29)

sarna dengan masyarakat yang dahulu. Sek.arang telah tetjadi variasi di tengah

masyarakat. Dasar penentuan kedudukan dan status juga turut berubah. Konsep lama

seperti merga taneh. digeser oleh bentuk bam yang berdasarkan pendidik.an, jabatan

dan kekayaan.

5.3. Saran

-Berdasarkan kajian yang telaii dilakukan maka saran yang dapat dikemukakan :

Merdang merdem merupakan suatu tradisi yang mengandung nilai-nilai positif bagi masyarakat. Diantaranya sarana kekerabatan yang dimiliki. Hal ini penting untu.k menjaga hubungan dalam masyarakat, terutama saat ~ ini yang dipengaruhl sikap

individualis.

Merdang merdem juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana menjaring

pemasukan baik materi maupun i~e-ide dari para pe~tau. Hal ini penting untuk pembangunan daerah. Adanya hubungan yang terjalin menumbuhk.an ikatan bathin

terhadap daerah asal. Dengan kekuatan tersebut mempercepat perkembangan daerah. Merdang m,erdem juga dapat dimanfaatkan sebagai daya

tarik

bagi masyarakat

lain. Jika acara ini dikembangkan menjadi suatu produk wisata yang terlaksana secara periodik. Masyarakat di luar etnis Karo di Kecamatan Tiga Binanga dapat menikmati

sebagai salah satu acara hiburan. · -· · _ c

J

'a _ _ c

J

\"'

n _ ' .. _

s:::

J

(30)

5.4.

Rekomendasi

Penelitian

ini

sesungguhnya masih dapat dilanjutkan kepada

hal

lain selain

religi, ekonomi dan budaya. Pengkajian tentang merdang merdem dapat dihubungkan dengan kehidupan sosial

politik

masyarakat, promosi dagang. Misalnya pemanfaatan

dalam ajang :

- PilKaDa ('\

j

?

- Eksistensi I)epala Pemerintahan setempat

-Dsb

~'{($''

Ataupun sebagai sarana promosi untuk: barang"barang produk:si maupun jasa tertentu.

(31)

DAFT AR PUSTAKA

I

MILIK PERPUSTAKAAN}

UN J M

r-, .• ·

' ~ Nl ... . ..

AI Barry, M. Dahlan Yacub, 2001.

Kamus Sosiologi Antropologi, Surabaya:

Penerbit

lndah.

~~sNEc'

Bangun, T. 1986. Manusia Batak Karo,

Jakarta :

Inti ldayu Press.

?'

~

...

~

Barth.

Fredericlt,

1988,

Kelompok Etnik dan Bqtasannya, Jakarta :

UI Press.

I

r

Brutu., Lister, dkk. 1998. TradisL sfan Perubahan, Kgnteks Masyarakf11 Pak-Pak

Dairi, Medan : Monora.

~ r ~ .,

Cassirer, Ernst, 1981. Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esay Tentang Manusia.

Jakarta : Gramedia.

Colletta, Nat J. dkk: 1987. Kebudayaan dan Pembangunan, Sebuah Pendekatan

Terhadap ~ -Antropologi Terapan di Indonesia;- Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

·'

Daeng, Hans. J.

2000.

Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Tinjauan Antropologi.

Jogjakarta :

Pustaka

Pelajar.

Dove, Mich ael. _ ~{ed) . 1985. Per'll'g_n Kebudayaan 'f!:t;_disi. Jakarta : Y~~ Ilmu-Ilmu Sosial dan FIS-UI.

Ekadjati, Edi. S.

Kebudayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah. Jilid

l, Bandung :

Pustaka Jaya.

Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya dan Komuniktas di Indonesia. (Terj.) Jakarta: FISUI.

-Gintings, E. P. 1999. Religi Karo, Membaca Re/igi Karo dengan Mata yang Baru.

Kabanjahe : Abdi Karya. U I

I

-Haviland, A. William.

1999. Antropologi,

Jilid

I.

Jakarta :

Erlangga

_ _ _ __ :-_ - , l999,Antropologi,

Jilid II.

Jakarta: Erlangga

NEe~

~ ...

Herkovits, M. J. Alfned. A .K. 1958. Man and His Work. (Terj.) New York ~

(32)

Keesing, Roger. M. 1999. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, Jilid 1, Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaa, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta Gramedia.

_ _ __ _

~.;...o

___, 1980. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : UI Press.

~

r

>

,

1996. Pengantar Antropologi. Jilid 1, Jakarta : Reineka Cipta. )

Kuntowijoyo. 1999. Budaya & Masyarakat, Jogjakarta: Tiara Wacana. c I

lllle.O /

-Lahajir, Etno Eko/ogi Perladangan Orang Dayak Tunjung Linggang. Jogjakarta : Galang Printika.

I

Lauer, Robert. H. 1989. PrespektifTentang Perubahan Sosial. (Terj.) Jakarta : Bina

Aksara. I

Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kwa/itatif. Bandung: Remaja Rosdahanya.

Perangin -Angin~ Martin. L. 2004. Orang Karo Diantara Orang Batak, Catalan Penting Tentang Eksistensi Masyaraka( Karo. Jakarta :

Pustaka

Soramido.

Prints, Darwan. 1996.

Adat Karo.

Medan : Tanpa PenerbiL

o)

. ' .

n

o)

Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan. Jogjakarta : Pustaka Pelajar. Rahmah, Siti. 2005. Guro-Guro Aron pada Masyarakat Karo, Kajian Terhadap

Perubahan Bentuk Pertunjukan. Tesis Meraih Gelar Magister Sains. Medan. UNfMED.

I -.,,;,t/1~

0

c/

Sajogyo, Pudjiwati. 1985. SosiologUledesaan. Jakarta : UGM Press.

~

Simanjuntak, Bungaran. A. 2004. Kapita Selekta Teori-Teori dan Sejarah Sosiologi.

Medan : Universitas Negeri Medan. 1 V I I

Sitepu, Bujur. 1993. Tanah Karo Simalem ras Pijer Podi Karo. Medan. . ';'- ·

~~ ;

J

~

Sitepu, Sempa,

dkk.

1996. Pilar BUdaya Karo. Medan - Percetakan Bali. ~

Soedarsono. 1995. Mudra. Jurna/ Seni Budaya No.3 Tahun Ill. Denpasar: STSI.

(33)

Soekanto, Soetjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.

Tambun. P, dkk. 1958. Sejarah Adat /stiadat dan Tata Susunan Rakyat Karo.

K.abanjahe: UP. Mbelin Gunana.

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Percikan Budaya Karo. Jakarta : Yayasan Merga Silima.

I

Tarigan, Nenni Wahyuni. 2004. Eksistensi dan Fungsi Upacara Tradisional Merdang Merdem (Kerja Tahun) pada Masyarakat Karo di Desa Munte Kabupaten Karo.

Skripsi Sarjana, FIS UNIMED.

..

"" .. ·~v /

-Van Baal, J. 1988. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Jakarta : Gramedia.

Gambar

Tabel 1. Nama-Nama Hari Dalam Penanggalan Karo .......... .. ................... .........

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini mengkaji secara kritis aspek-aspek konseptual dan teoritis tentang PKn, yakni hakikat PKn, PKn di beberapa negara, PKn sebagai pendidikan disiplin ilmu, teori

[r]

[r]

Harga di pasaran untuk sebuah kusen reproduksi yang terbuat dari kayu jati cenderung lebih murah dengan kualitas kayu yang lebih baik mengingat kayu yang digunakan adalah kayu yang

Salah satu rumah yang berada di Desa Pauh Jalan Jala Terjun Medan.. Sumber: Koleksi Pribadi Penulis, 26 Maret 2017 di Desa Pauh

Bila hal ini ingin lebih dicermati, sebenarnya dapat dilakukan estimasi yang lebih cermat dengan melakukan pendekatan dengan perhitungan statistik untuk pengujian dengan

Serta sistem pengereman yang berjumlah empat roda berupa gabungan antara mekanisme rem cakram dan rem tromol, dengan tahapan perancangan, pembuatan, dan analisa

Metode ini mengasumsikan tingkat periodik diamati dari perubahan posisi garis pantai merupakan estimasi terbaik dalam memprediksi garis pantai di masa depan [19] dan metode EPR