ABSTRAK
Junita Setiana Ginting (2006) Merdang Merdem Sebagai Suatu Tradisi Pada Masyarakat Karo di Kecamatan Tiga Binanga
(Kajian Perubabao Sosial Dudaya)
Penelitian ini merupakan suatu kajian tehadap tradisi yaitu merdang merdem yang terdapat pada masyarakat Karo di Kecamatan Tiga Binanga. Tradisi ini telah dila.ksanakan secara turun temurun dan tetap eksis sampai sekarang meski telah melewati peijalanan waktu yang panjang.
Merdang merdem merupakan salah satu tradisi pada m asyarakat Karo di Tiga Binanga yang awalnya berkaitan deogan siklus pertanian tanaman padi. Selain itu terdapat hal lain sebagai konteks dan fungsi pendukung yaitu menjadi sarana kekerabatan dan hiburan.
Dari
data yang diperoleh menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada acara ini. Perubahan tersebut dapat diamati dalam konteks, fungsi serta pelaksanaannya. Fungsi dasar yang berkaitan dengan pertanian hampir tidak ditemukan lagi. Suasana kekerabatan yang menjadi salah satu orientasi dilaksanakan acara ini juga tidak seketat dahulu. Fungsi hiburan dan prestise justru semakin kuat. Masyarakat yang diluar daerah (perantau) justru memanfaatkan acara ini untuk menunjukkan keberadaan dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi beberapa faktor dari dalam dan luar masyarakatABSTRACT
Junita Setiana Ginting (2006) Merdang Merdem as One of Karooese Community Traditions in Tiga Binanga District (A Study on Sociai~Culture Change)
This research is a study to one tradition, namely Merdang Merdem available in Karonese community in Tiga Binanga district. The tradition has been inheritated for some generations and rountinely done. Merdang Merdem is permanently existed up to the present time, even though it passed loJ?g time.
Merdang Merdem is one of the traditions in Karonese community in Tiga Binanga district. Initially, it is related to agriculture cycle of rice plants. In addition, it is as the support
for
kinship and entertainment.From the data obtained) it shows that there has been the change on
t he
tradition. The change can be seen on the oontext, function and implementation. Context and function in the religion is almost not found anymore. The kinship pattern is not similar to the previous again. The relatives use the tradition in order to show up their existence. The changes are influenced either by internal anc external factors.MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRADISI PABA
MASYARAKAT KIRO Dl KECAMATAN TIGA BINANGA
(KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA)
OLEH:
J UNITA SETIANA GINTING
g)
( :
NIM : 015050038
~
\?
~/\'?MIUK
PERPUST AKAANl
TESIS
.MERDANG MERDEM SEBAGAI SUATU TRIDISI PIDA
MASYARAKAT KABO Dl KECJIMATAN TIGA BINANGA
(KAJIAN PERUBI.HAN SOSIAL BUDAYA)
<~N,Me.o DlSUSUN DAN DIA.ruKAN OLEH :
Telah Dipertahankan di Depan Paaitia Ujian T esis
Pada Tanggal18 Oktober 2006 dan Dinyatakan Telah Memeiiuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gejar Magister Sains ~
~
:
P ~ ~ m
Studi
:~~ ~ologi
Sosial:
J
~ ~
,
'~
J
<~
11
m.e.O
: /Me ~ an,
/~
2006~
/.:. Menyetujui~
~ '~ Team Pembimbing
"'$»,.
~Prof.DR.Bungaran A.Simanju11tak
NIP. 130344786
Prof.DR. Bungaran A. Simanjuntak
NIP. 130344786
Pembimbiog II
Direktur P Universi
~p.- ... .."'~~
~' -$1,.
~ tn
Prof.DR.Bel
fe ~k
Manullang oDipertabankan Didepan Tim Penguji Tcsis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Progam Studi Antropologi Sosial
MERDAN& MERDEM SEBACAI SUATU TRADISI PABA
MASYABAKAT KARO Dl KECAMATIUf TIGA BINUGA
(KAJIAN PERUBAHAlf SOSIAL BUDAYA)
N AMA
~
NIM
Hariffanggal
g > g ~
l> i. l> i.
.})~
y
,.eo.~
" ._,,,.eo
~ ~._,.,,.eo
JUNITA SETIANA GJNTING 015050038
Rabu /18 Oktober 2006
£11 I E1
II'Jie.o-'
Pembimbing II : DR Jongkers T ampubolon ~
Pruf.Usman Pelly, MA, PhD
DR. Ibnu Hajar Damanik, M.Si
KATAPENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ralunat dan
karuniaNya. penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan ini, banyak halangan
dan rintangan
sertakekurangan
penulis sendiri.Namun karena bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulisan ini dapat
diselesaikan. ~
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
kepada : • ~;
;
~;Bapak Prof: Dr. Bungaran A. Simanjuntak sebagai Pembimbing I, Ketua Program
Studi dan Dosen yang banyak memberi arahan kepada penulis.
Bapak. Dr. Jongkers Tampubolon sebagat Pembimbing U. ) ~ ;_
lbu Ora. Trisni Handayani, M.Si sebagai S e kre~ris Program Studi Antropologi
Sosial Universitas negeri Medan. '.It> ·r,.
Selumh Dosen dan Civitas Akademi di Program Studi Antropologi Sosial
Universitas Negeri Medan.
"''r~~'(;.O
: /CIAI_:
c:,O~
~
Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Antropologi Sosial UNIMED.
Rekan-rekan kerja di Jurusan S~jarah Fakultas sastra USU.
Balitbang Pemprov Sumut, Tanah Karo, Kantor Camat Tiga Binanga, Kepala
Desa, narasumber serta semua pihak yang telah me mbantu penulis. ~
T erima kasih dan penghormatan mendalam buat orang tuaku tercinta
semua keluarga, abang, kakak dan keponakanku yang selalu mendorong, menghibur
dan menguatkan dalam suka dan duka.
Terima kasih juga buat Bapakku M. Tarigan/Ibu, fbuku (Alm) Kristina Br
Ginting beserta adik sernua. ~p.s NEG(::
"""' .6
Khusus buat seorang yang terkasih dalam hidupku. Kupersembahkan untuk
suamiku tercinta (Alm) dr. Johanes Karya Tarigan yang selalu memberi dorongan, semangat dan bantuan dengan penuh cinta kasih dan kesabaran. Namun
ia
t elah pergisebelum mendampingiku meraih gelar. Kupersembahkan semua untuknya. Segala
honnat dan cinta kasihku. '? ~I
Juga buat adikk.u Berliao dan Resbina yang selalu menemaniku. Khusus buat
"Legio Maria dari Lourdes" kuucapkan terima kasih karena menemaniku dihari-hari
yang bernt.
j)
Penulis wenyadari penulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis
mengharapkan masukan dari semua pihak demi kesempumaan tulisan ini. Semoga
bennanfaat bagi semua.
Medan, September 2006
'l
DAFTARTABEL
Tabel 1. Nama-Nama Hari Dalam Penanggalan Karo ... ... ... 48
Tabel 2. Nama Bulan {Paka) ...
~~
-- ~
...~
..~ - ~~ -~ ... ...
...
..
49~ /~ ~
/
~Tabel3. Nama Arah Mata Angin ... 49
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Lutar Belakang
liVIILIK PERPUSTAKAAN
l
1 /
U
N I
M E 0
c~~,
Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.
Keduanya sating mendukung agar tetap bertahan dan berkembang. Kebudayaan
membutuhkan masyarakat sebagai penduk.ung keberadaannya Masyarakat
membentuk . kebudayaan sebagai basil dari pemikiran dan upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. 7 ~;
Suku·suku di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya sebagarciri khas. Ia
terbentuk sesuai Lingkungan tempatnya berkembang. Hal ini terutama ditemukan pada masyarakat sederhana yaitu pedesaan. Berbagai tradisi tum bub di dalamnya, namun . tradisi juga mengalami perubahan akibat perkemban.,.gan zaman dan berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar masyarak:at. Sering terjadi suatu tradisi hilang akibat
menurunnya kemauan pemilik untuk menjaga dan mempertahankannya. Tetapi sebagian masyarakat ada juga yang mencoba mempertahankan tradisi tertentu meskipun telah terjadi perubahan dalam masyarakat. Bahkan masyarakat yang tidak
lagi bermukim di wilayah lingkungan tradisi tumbuh masih larut di dalamnya. Salah satu contoh adalah tradisi Medang Merdem pada masyarakat Karo, terutama yang
terdapat di daerah Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo.
Penulis membatasi penelitian pada rnasyarakat Karo di Kecamatan Tiga
Binanga karena ada asumsi bahwa tradisi Merdang Merdem paling bertahan
untuk menyelenggarakan tradisi rru lebih besar dibandingkan terhadap
penyelenggaraan hari besar keagamaan seperti natal, tahun baru maupun lebaran. Hal ini terlihat
dari
kemeriahan pelaksanaan dan tingkatarus
pulang kampung masyardkat. Merdang Merdem sebagai suatu tradisi budaya telah diwariskan secaraturun temurun. Dahulu Merdang Merdem dikaitkan dengan aspek religi, ekonomi dan interaksi sosial. Pelaksanaannya berhubungan dengan sjklus pertanian yaitu awal
-masa penanarnan padi. Merdang Merdem juga dihubungkan dengan masa perkabungan (kematian) dan arwah leluhur. Pe1aksanaannya memiliki aturan yang jelas tentang waktu, tata cara, situasi dan kelengkapan yang dibutuhkan. ~
f
Perkembangan zaman tentu- berakibat terhadap perubahan dalarn masyarakat.
Tanaman padi sudah jarang ditemukan di daerahini. Pertanian subsistensi bergeser ke tanaman berorientasi pasar industri. Tata cara dan waktu penanaman juga bergeser.
Kepercayaan l!!~yar akat ata~ keberadaan arwah leluhur serta hal supranatural turut berubah.
Ada hal yang memu:ik bagi penulis tentang Merdang Merdem. Mengapa ketika
teijadi perubahan terhadap faktor yang mendasari pelaksanaannya, namun tradisi ini tetap berlangsung. Tanaman padi sudah jarang ditanam lagi di daerah ini, digantikan
tanaman lainnya. Rasional masyarakat Karo atas konsep arwah dan unsur supranatural berubah, serta berbagai perubahan lainnya. Hal ini seharusnya
menurunkan m inat masyarakaf untuk menyelenggarakan Merdang Merdem. Ditambah pula berbagai masyarakat akibat pengaturan waktu untuk pekerjaan dan
pendidik.an. Bagaimanapun tradisi
ini
membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yangterselenggara. Bahkan ada asumsi antusias tersebut makin besar yang terlihat melaJui
persiapan dan pelaksanaannya.
-Penulis menduga pelaksanaan dapat bertahan namun mungkin terjadi
pergeseran makna yang dikandung. Terjadi perubahan orientasi terhadap tradisi
tersebut sebagai upaya adaptasi atas perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
Oleh karenanya periu dilakukan suatu penelitian untuk. mengungkapkan keberadaan
tradisi tersebut serta perubahannya.
1.2. ldentit1kasi Masalah >
1. Terdapat kemungkinan bahwa Merdang Merdem telah mengalami pergeseran
orientasi .fungsi ba gi rnasyarakat Karo. c,'
2. Terdapat gejala bahwa tradisi Merdang Merdem mengalami proses adaptasi
terhada_p kondisi masyarakat Karo yang berubah. /
1. Bagaimana Merdang Merdem dan proses pelaksanaannya
2. Faktor apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada tradisi Merdang
Merdem.
3. Apakah terjadinya perubahan tradisi sebagai proses adaptasi terhadap kondisi
masyarnkat sekarang ini.
K
4 . Bagaimana pengaruh pelaksanaan Merdang Merdem terhadap peran serta
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui fungsi Merdang Merdem bagi masyarakat Karo, khususnya di
Kecamatan Tiga Binanga. G(:".o
2. Mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Merdang Merdem.
3. Mengetahui terjadi atau tidak perubahan pada konsep dasar untuk melaksanalcan Merdeng Merdem.
4. Mengetahui pengaruhnya pada masyarakat yang telah menetap di luar
wilayah Kecamatan Tiga Binanga.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. M em~rikan gambaran tentang makna dan fungsi Merdang Merdem bagi
masyarakat Karo. ~~s Nc:G(:"~ ..
2. Memberi masukan bagi masyarakat agar tetap mempertahankan suatu tradisi.
3. Memberi masukan bagi pengembangan suatu tradisi yang dapat dimantaatkan
demi kepentingan dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat.
fi
tl(f
1.6. Tinjauan Teoritis
~
1.6.1. Merdang Merdem
Menurut Prints (1993 : 209), Merdang Merdem berasal dati kata Merdang dan
Merdem. Merdang diartikan sebagai masa awal turun ke sawah atau ladang untuk
akhir perkabungan. Hal yang menunjukkan sebagai titik awal kegiatan perekonomian
pada masyarakat yaitu penanaman padi dan titik akhir dari kesedihan akibat
kematian.
Pengertian yang harnpir sama juga J isampaikan Sitepu (1993 : 174) yang
mengatakan bahwa Merdang Merdem merupakan tradisi tahunan yang harus diselenggarakan m.asyarakat pada masa awal turun ke sawab. Hal ini sebagai tanda
ucapan syukur atas basil-hasil panen dan sekaligus permohonan derni penanarnan berikutnya agar dijauhkan dari segala gangguan dan kegagalan. ( $~
....
~'-(
Selanjutnya Ointing ( 1999 : 173) mengatakan bahwa Merdang Merdem adalah
tradisi pacta masyarakat yang memiliki aturan-aturan sebagai aturan yang harus
dilaksanakan pemilik. tradisi tersebut. Ada norma tertentu yang mendasari
pelaksanaannya. Begitu juga mengenai waktu, tatacara, perlengkapan dan hubungan
dalam struktur masyarakat. Hal
ini
ditandai dengan beberapa konsep seperti konseprebu · m erdan~ · bintang pemerdangken dan rendem yang turut menentukan
pelaksanaannya.
g)
Sedangkan Sitepu, dkk (1996 : 10 1) melihat Merdang Merdem dari konsep
hubungan sosial yaitu sebagai sarana mengumpulkan keluarga pada suatu waktu
tertentu demi peningkatan mutu kekerabatan.
1.6.2. Tradisi
Dalam Kamus Sosiologi Antropologi (2001 : 336), tradisi dinyatakan sebagai
adat kebiasaan turon temurun ( dari nenek moyang) yang masih terus dilestarikan
Merdang Merdem yang dimaksud dalam tulisan ini adalah merupakan suatu
aktivitas budaya yang dilaksanakan secara rutin dan teratur oleh masyarakat Karo di
Kecamatan Tiga Binanga Daeng (2000 : 180) menyatakan tradisi adalah sesuatu
yang telah hidup dalam masyarakat karena didalamnya terdapat nilai-nilai dasar yang
menjadi pedoman bertindak bagi masyarakat tersebut.
Sedangkan Soejito (1987: 4) melihat tradisi dari konsep "social heritage" yaitu
dipertahankannya beberapa Wlsur pokok budaya karena merupakan pola fingkah laku ,
yang dimiliki masyarakat.
rff
Simanjuntak (2004 : 26) menyatakan bahwa tradisi adalah sesuatu yang terkait dengan kekuatan -supranatural sukar dibuktikan dengan akal namun diyakini dengan
tanpa komentar kdanggengannya didasarkan kepada sikap s ehari~hari yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
EJ
Edward S._J)alam Sajogyo (!_985 : 90) tra dis ~ yang paling me~asar adalah"Traditium'' yaitu yang diteruskan (trasm ited) dari masa lalu ke rnasa sekarang, bisa
berupa benda atau tindak laku sebagai unsur-tmsur kebudayaan atau berupa nilai,
norma, harapan dan cita-cita. Jadi tradisi sebagai pewarisan unsur-unsur budaya dari
satu generasi ke generasi berikut.
1.6.3. Perubahan Sosial Budaya
Kebudayaan sebagai bagian y a ng tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Koentjaraningrat ( 1986 : 180) mengatakan kebudayaan merupakan keseluruh.an
sistem gagasan tindakan dan hasiJ karya manusia dalarn rangka kehidupan
wujud yaitu wujud ide berupa gagasan, nilai dan norma. Wujudnya abstrak karena
tumbuh dalam pemilikan masyarakat pendukungnya. Selanjutnya wujud aktifitas atau
tindakan berpola dari masyarakat, disebut juga sistem sosiaJ. Wujudnya konkrit
karena dapat diamati. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik berupa benda hasil karya
manusia sehingga sangat konkrit.
Kebudayaan mengalami proses perubahan sejalan dengan tuntutan situasi yang
dihadapi masyarakat pendu.kungnya, Menurut Soedarsono (1995), cepat atau lambat
kebudayaan akan mengalami perubahan. Transformasi dapat terjadi terhadap bentuk
maupun nilai-nilai yang dimilikinya. Haviland (1993 : 352) mengemukakan bahwa
sesungguhnya ada beberapa hal sebagai penyebab- perubahan kebuday:aan yaitu
perubahan lingkungan yang diikuti oleh perubahan adaptif dalam kebudayaan, variasi
perorangan dalam memahami kara.kteristik kebudayaan yang dimilikinya sehingga · meriimbulkan ~rubah an cara masyarakat dalam menafsirkan nonna dan nilai
budayanya, adanya kontak. dengan kelompok lain sehingga mengak.ibatkan masuknya
gagasan dan cara baru untuk. melakukan sesuatu sehingga .k.emudian menimbulkan
perubahan prilaku tradisional. , 0 ~
Iii ME.
-
-Pada masyarakat Karo transfonnasi budayajuga pasti teijadi yang berpengaruh
terhadap tradisi yang ada. Masyarakat yang dinamis dan dipengaruhi berbagai faktor
dari dalam maupun di luaruya tentu betpengaruh tcrhadap sikap mereka Sejalan
dengan itu, Dove (1 985 : xii) menyatakan masyarakat tradisional di Indonesia juga
dinamis. Bersamaan dengan perubahan lingkungan sosial dan alam. Mereka juga
berubah dalam suatu proses adaptasi. Dalam Karnus Sosiologi Antropologi (200 1 :
sebagainya. Adaptasi kebudayaan yaitu perubahan dalam unsur-Wlsur kebudayaan
yang menyebabkan unsur-Wlsur itu dapat berfungsi lebih baik lagi bagi manusia yang mendukungnya.
Menurut Haviland ( 1999 : 348), adaptasi mengacu pada satu pengertian tentang
proses yang menyebabkan suatu organisme berhasil menyesuaikan diri dengan baik
pada lingkungan yang ada. Dengan hasil proses tersebut masyarakat mampu untuk
mengatasi kesu1itan dan memenuhi kebutuhan. ~
Soekanto (1988 : 339) menyatakan bahwa keadaan . hannoni. adalah sesuatu
yang diidamkan masyarakat. Maka ketika terjadi perubahan dalam masyarakat, antara
unsur baru dan lama dibutuhkan suatu penyesuaian agar .dapat berf!!.ngsi wajar.
Demikian halnya dengan Merdang Merdem, apakah terjadi perubahan dalam proses
adaptasinya terhadap perkembangan zaman sehingga tradisi ini terus bertahan. Hal ini
terjadi melatui proses pelaksanaan yang rutin dan tanggapan yaJJ.g besar dari
masyarakat. NEe~~
Selanjutnya Brutu (1998 : 2) menyatakan tradisi dari setiap kelompok
sesungguhnya tidak ada yang tetap dan baku. Selalu ada perubahan akibat faktor dari
dalam maupun dari tuar masyarakat itu. Hal ini dilihat dari pergeseran, penambahan
atau pengurangan unsur·unsur tradisi. -~
"f
{~Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1988 337) mengatakan perubahan·
perubahan sosial merupakan varias-i dan cara hidup-baik karena perubahan kondisi
Untuk mencoba mengetahui perubahan yang terjadi pada Merdang Merdem,
perlu dilihat hal apa saja yang mendorong pelaksanaannya tetap mtin terselenggara
meskipun terjadi perubahan situasi dalam masyarakat. Untuk mengetahui kondisi
tersebut, pen,elitian
ini
merujuk kepada teori Herkovits (1948 : 525) bahwa perubahankebudayaan dapat dilihat dar.i dua arab yaitu bagairnana keadaannya pada masa lalu
dan bagrumana pula pada masa sekarang ini. Jadi kebudayaan dilihat dari asal usul serta faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern dan ekstern.
Herkovits merumuskan bahwa perubahan sebagai pengintegrasian kembali
yaitu berupa pewarisan elemen-elemen baru atau nilai baru atas makna suatu budaya
dalam menyesuaikan diri. Jadi perubahan adalah suatu kejadian yang _ b~rlangsung
dalam suatu jangka waktu.
Faktor intern merupakan segala faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
merdang merdem yang berasal dari masyarakat sendiri. Sedangkan faktor ekstern
merupakan segala hal yang berasal dari luar masyarakat ; namun marnpu untuk
mempengaruhi perubahan pelaksanaan merdang merdem.
CJu,
~o/
~
1.7. Kajian Pustaka ~
Dalam proses mengeijak.an tulisan ini, studi kepustakaan merupakan hal mutlak
yang diperlukan dalam beberapa tujuan. Diantaranya dengan mempelajari
literatur-literatur yang- terkait dengan objek bahac;;an. Melalui literatur-literatur tersebut
diharapkan membantu untuk mendapatkan masukan berupa konsep maupun teori
yang mendukung penulisan. Selain
itu
untuk menghindari terjadinya pengulangankepustakaan baik berupa buku dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan objek
pembahasan.
Penelitian dan penulisan tentang Merdang Merdem telah dilakukan sebelwnnya
dengan pendekatan dan konsep yang berbeda. Tarigan menulis Eksistensi dan Fungsi
Upacara Tradisional Merdang Merdem (Kerja Tahun) Pada Masyarakat Karo di
Desa Munte Kecamatan Munte Kabupaten Karo (2004) (Skripsi Srujana, Fakultas Ilmu Sosial UNIMED). Dengan pokok permasalahaii proses pelaksanaan Merdang
Merdem serta fungsinya terhadap masyarakat Karo di Kecamatan Munte. Tulisan
tersebut memberi masukan kepada penulis untuk mengetahui fungsi dan eksistensi-Merdang Merdem---di daerah lain yaitu desa Munte. Tarigan lebih memfokuskan
kepada gambaran desa Munte, serta fungsi dan pelaksanaan Merdang Merdem secara umum. Ia tidak mendalami dari sisi perubahan yang teljadi pada acara tersebut.
Namun hal i~ membantu penulis_ untuk memahami pengertian umum merdang
merdem tersebut, khususnya di desa Munte sebagai pembanding pelaksanaannya di
Tiga Binanga.
Sitepu~ Dkk, dalam buku "Pilar Budaya Karo" (19%) membicarakan tentang
-kebudayaan suku Karo. Buku ini membantu penulis untuk melihat berbagai tradisi yang terdapat pada masyarakat Karo, salah satu adalah pesta tahunan termasuk Merdang Merdem.
Bulen
ini menjadi pedoman bagi penulisuntuk
mengetahui ragam kerja tahun (termasuk Merdang Merdem) serta daerah-yang melaksanakannya.Ointing dalam buku "Religi Karo" Membaca Religi Karo dengan Alata Yang
Baru (1999) membicarakan tentang Merdang Merdem sebagai bagian dari ketja tahun
juga memberikan gambaran waktu pelaksanaan serta istilah yang digunakan. Namun
dengan berkembangnya ajaran agama, terutama Nasrani telah tetjadi perubaha n
terhadap pelaksanaan Merdang Merdem. Hal ini tentu membantu penulis untuk
memahami perubahan Merdang Merdem ditinjau dari aspek religi. ~~
Prints dalam buku "Adat Karo'' (1 996) memberik:an gambaran tentang
Merdang Merdem secara konsep ekonomi dan hubWlgan sosial ia menjadikan
Merdang Merdem sebagai titik awal pelaksanaan penanaman padi (kegiatan ekonomi)
serta titik peralihan dari perkabungan akibat kematian.
Sitepu dalam buku "Tanah Karo Simalem Ras Pijer Podi Karo" (1993)
menyatakan bahwa Merdeng Merdem adalah suatu tradisi yang harus dilaksanakan
masyarakat K.aro setiap tahun karena terkait dengan kehidupan perekonomian dan .
l. . :%.
re 1g1. ?
!J
Ekadjiati dalam buku "Kebufj_ayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah " j ilid I
menyatakan bahwa ma~y ar akat Kanekes di Jawa Barat juga memi{iki tradisi dalam .
berhuma (pertanian), terutama padi. Lahajir dalam buku : Etnoekologi Orang Dayak
Tunj ung Linggang, j uga menyinggung tentang tanaman p adi pqda masyarakat
Benuag, Tunjung dan Rentenukng". Hal ini terkait dengan religi dan perekonomian.
Buku ini menjadi masukan dan pembanding bagi penulis untuk melihat tradisi yang
hampir sama di daerah lain, serta mengetahui hal-hal apa pula yang menjadi
--perbedaannya. ~
&mua basil pene litian dan penulisan diatas memiliki hubungan dengan
penelitan yang penulis lak.ukan. Hal tersebut akan dijadikan sebagai masukan dan
dari semua tulisan terse but, hanya · merupakan gambaran umum. Penelitian yang
melihat Merdang Merdem dari aspek perubahan secara lebih mendalam belum
dilakukan.
~
1.8. Metode Penelitian \
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
multidisiplin dan penelitian lapangan. Bogdan dan Taylor dalam Moleong-(2000 : 5)
menyatakan bahwa rnetode kualitatif sebagai proses penelitian yang menghasilkan
· data deskriptif berupa kata·kata tertulis atau Iisan dari orang--orang dan prilaku yang
diamati. ~
Penelitian ini merupakan kajian terhadap perubahan pelaksanaan tradisi
Merdang Merdem pada masyarakat Karo di Tiga Binanga. Fokus penelitian adalah
perubahan
orien~si
makna yang menyangkutuns ur-u~sur
pelaksanaannya.Y
/~~5 EG~ ~ ~
/~ ~.... /~'~
$
1.8.1. Lokasi Penelitiao ~
-Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Penulis
-
-memilih daerah
ini
karena adanya asumsi bahwa di daerah ini pelaksanaan MerdangMerdem masih bertahan. Acara ini tetap dilaksanakan secara rutin walaupun telah
terjadj perubahan situasi/kondisi pada masyarakat yang sesungguhnya mendasari
diselenggarakannya tradisi tersebut. ..,.,..
Populasi adalah keseluruhan masyarakat yang melaksanakan acara Merdang
Pertumbuken (Perbesi
m
dan T iga Binanga yang dipilih untuk mewakili secarakeseluruhan untuk dapat menggambarkan Merdang Merdem di Kecamatan Tiga
Binanga.
1.8.2. Tebnik Pengumpulan Data
Setiap penelitian ilmiah memerlukan data dalam mencari jawaban
pennasalahan yang dihadapi. Untuk itu tentu dibutuhkan beberapa suihber data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi tiga bagian yaitu :
f
:
(
~
....
.,.~-~-u
1. Studi dokumen
V>
~/
\';
~~
~
Sebelum ke lapangan, peneliti melakuk.an studi dokumen yaitu mempelajari
literatur yang terkait dengan objek pembahasan. Studi dokurnen digunakan
untuk mencari dan mengumpulkan data sebagai landasan teori dalam ·
menyelesaikan pennasalahan. /
2. Observasi ~ T ....
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan penelitian. lapangan. Peneliti harus d.atang ke lapangan dan berinteraksi
dengan masyarakat yang menjadi objek penelitian. Dengan tehnik pengamatan
( observasi) ini peneliti melihat secara langsung pelaksanaan Merdang Merdem tersebut serta hal-hal yang terkait dengannya.
3. Wawancara
Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengmnpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat. Hal ini
(Koentjaraningrat, 1986 : 124). Melalui perbincangan dan tanya jawab
diharapkan diperoleh masukan-rnasukan tentang permasaiahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini. peneliti juga memanfaatkan metode wawancara bebas
(tidak berstruktur). Pelaksanaan wawancara infonnal yaitu ketika informan
dalam perbincangan tidak menyadari telah terjadi proses wawancara.
Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dilakukan
dengan mempersiapkan pedoman wawancara yang
akan
ditanyakan. Namun pertanyaan tersebut hanya sebagai acuan. Ada kebebasan daJammenyampaikan pertanyaan dan jawaban dari informan. Dengan demiKian
jawaban yang diperoleh dapat lebih mendalam, luas dan cukup akumt.
,
1.8.3. Tehnik Analisa Data
Analisa data merupakan hal yang penting karena dari kemampuan kita
menganalisa data diperoleh sesuatu yang akurat dari penelitan tersebut. Semua data yang diperoleh, baik dari perpustakaan maupun lapangan diklasifikasikan. Data-data
tersebut dipilih dan diselidiki kemudian diolah dan dianalisa dengan metode
deskriptif analisis.
Dalam analisis data dipergunakan tehnik triangulasi yaitu memeriksa
keabsahan data dengan menggunakan hal lain diluar data tersebut sebagai
pembandi.ng.
Tehnik triangulasi yang dipakai adalah triangulasi dengan sumber. Menurut
yang berbeda dalam metode kualitatif. Untuk itu ada beberapa earn
yang
digunakanyaitu :
l. Memband.ingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
i
H
{
u~~, ~o
: ;
~ u~o~,,.,.e.o
1.8.4. Pertanyaan Penelitian ~
Penelitian ini membahas tentang perubahan
pelaksanaan
tradisi MerdangMerdern pada masyarakat Karo. Untuk itu perlu diuraikan beberapa po kok permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut. ~ ~
1. Bagaimanakah Merdang Merdem dan proses pelaksanaannya ?
~
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada
tradisi Merdang Merdem ? /
3. Apakah terjadinya perubahan tradisi sebagai proses adaptasi terhadap
( kondisi masyarakat sekarang ini ?
4. Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan Merdang Merdem terhadap peran serta masyarakat daerah ini yang telah bermukir;n di luar Kecamatan Tiga
~
:nru1ga?
)
1.9. Kerangka Berpikir
Merdang Merdem merupakan salah satu tradisi yang terdapat pada masyarakat Karo dan dilaksanakan secara rutin meski telah teljadi perubahan dalam masyarakat.
Kecamatan Tiga Binanga. Antusias yang tetap besar untuk menyelenggarakannya
baik masyarakat yang tinggal di Kecamatan Tiga Binanga maupun masyarakat yang
telah bennukim di luar wilayah tersebut.
Berbagai kondisi yang tetjadi dimasyarakat, baik
yang
muncul dari dalammasyarakat maupun dari Iuar mengakibatkan tetjadinya perubahan-perubahan
Merdang Merdem tersebut. Namun Merdang Merdem tetap berlangsung sebagai
suatu tradisi yang seakan telah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Proses
pelaksanaannya tetap bet.jalan dari waktu ke waktu dan disambut dengan antusias
oleh masyarakat.
Penulis menggambarkan Merdang Merdem dan proses pelaksanaan serta
perubahannya dalam kerangka berflkir sebagai berikut :
Faktor intern
Lingkung!fl alam
Wawasan masyarakat
yang dipengaruhi r
pendidikan, agama dan
tehnologi
Faktor ekstem
Pendidikan
~
~
Agama ~ ... .. Q:Tehnologi ~
Sosial ekonomi Mobilitas masyarakat
(pendat~g)
Konteks &
1.10. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dalan1 beberapa tahapan yakni :
No. Kegiatan Bulan ke
2
3
4
5 61. Persiapan
2. Pengumpulan Data
3. PengorgaQ.isasian
4.
Pemeriksaan~'t
'
5.
Pengetikan Akhir Mt:~sN~
...._
E,BABV
KESIMPULAN, 11\.fPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ~
A. Kesimpulan Konseptual
Setiap masyarakat terutama masyarakat pedesaan memiJiki tradisi yang menjadi kek.ayaan budayanya Tr~jsi tersebut di lak~ak an secara terus menerus, namun ada pula yang menjadi hilang. Bertahannya pelaksanaan suatu tradisi pada dasarnya disebabkan oleh keinginan ataupWl kebutuhan masyarakat tersebut Ada
suatu orientasi konteks dan fungsi yang diharapkan tercapai.
1
.,
)
Dinamika masyarakat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubaban pada tradisi. Kondisi ini disebabkan beberapafak:tor
yang muncul. Lingk:ungan alam,faktor dari Iuar mauptk keinginan atau kebutuhan dari masyarakat sendiri menentukan hal ini. Keadaan tersebut sejalan dengan pendapat yang menyatakan
bahwa suatu tradisi akan mengalami perubahan j ika dilihat bagaimana ia dahulu dan sekarang. Terdapat pergeseran maupun hal baru yang dapat diamati. Hal ini sesuai dengan pendapat tentang adaptasi yaitu penyesuaian terhadap faktor lingkru1gan alam
dan sosial. ·~
Faktor linglcungan terlihat pada kondisi pada kondisi alam yang menjadi tempat tumbuhnya tradisi tersebut. Terjadi perubahan terhadap hal ini mempengaruhi kelan.gsungan suatu tradisi sebagai pemilik tradisi maupun pendataog. Terdapat hal
Maka dapat dikatakan bahwa bagaimana eksisnya pun suatu tradisi pasti telah
terjadi perubahan-perubahan didalamnya. Apak:ah berkaitan dengan konteks, fungsi
maupun tata cara pelak.sanaannya
B. Kesimpulan Faktual
Dari basil penelitian yang dilakukan dapat dismpulkan bahwa : Pelaksanaan
merdang merdem pada awalnya be!_k~tan dengan konte~ pertanian yaitu penanaman
padi. Padi sebagai tartaman utama
tmtuk
itu memiliki penjaga secara magis. Harusdijaga keharmonisan bubungan agar mendapat basil yang baik. Pelak:sanaan acara
bersifat ritual sebagai wujud ucapan syukur dan permohonan untuk mendapat basil
yang baik juga. Hal ini merupakan fungsi primer dari merdang merdem. ~
Merdang merdem juga merupakan suatu pengikat kekerabatan bagi masyarakat,
baik yang bermukim di desa dengan yang
eli
luar daerah. Sasaran yang diharapkanterjalinnya hubWlgan baik, penyelesaian segala masalah serta dapat merancang
-
-rencana dengan baik. Hal ini karena menjadi pertemuan para keluarga. s NEe~~.,
Merdang merdem j uga menjadi sarana hiburan bagi masyarak:at setelah
mendapatkan hasil panen. Hiburan tersebut berupa guro-guro aron. Hal
ini
juga-menjadi sarana pendidikan, terutama generasi muda Misalnya dalam seni tari, tutur,
aturan/tata krama hubungan adat, bekerja sama dan sebagainya. ( ;
Dalam perkembangan sekarang, merdang merdem mengalami perubahan,
terutama konteks dan fungsi. Konte.ks religi yang dahulu merupakan .fungsi primer
digeser oleh konteks lainnya yaitu hiburan, kekerabatan dan pertemanan. Selain itu
muncul pula orientas[ lain yaitu prestise. Sebagian masyarakat memanfaatkan acara
pendidikan~ jabatan maupun kekayaan. Fungsi primer yang dahulu mendominasi
dasar dilaksanakannya merdang merdem digantikan oleh
fungsi
lain.Pelaksanaan merdang merdem juga berubah sejalan dengan perubahan situasi
dan kondisi zaman. Dahulu penentuan jadwal dom.inan ditentukan berdasarkan
penanggalan
(wari
beras pati medem). Orang yang pintar tentang hari~bari (simetehwari) sangat berperan. Narnun sekarang penentuan waktu lebih utama didasarkan
pada kesempatan yang paling memungkinkan agar orang-orang dapat kembali ke
karnpung halaman. Jadwal paling sesuai adalah liburan sekolah. Keadaan dan
I\;:,.
kesempatan perantau turut mempengaruhi penentuan jadwal. ..,
Perubahan disebabkan faktor -dari dalam dan luar masyarakat Karo di Tiga Binanga. Kondisi masyarakat, perubahan tanaman padi ke tanaman lain, pendidikan,
agama dan berbagai perkem bangan baru lainnya dalam masyarakat turut berperan.
~
5.2. Implikasi
~
Sebagai suatu tradisi, rnerdang merdem dapat dikatakan bertahan. Masyarakat
tetap melakukannya. Respon rnasyarakat yang bermukim di daerah dan di Iuar daerah tetap besar. Partisipasi yang diberikan juga terus berlangsung. Namun berdasarkan
konteks, fungsi dan pelaksanaan telah tetjadi perubahan-perubahan nyata.
~
\Merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan terjadinya pengaruh-pengaruh
dari luar masf aiakat terhadap malma dasar merda:rfg merdem. Proses adaptasi
terhadap keadaan masyarakat yang terns berubah justru membuat merdang merdem
dapat bertahan. Pergeseran konteks dan fungsi primemya kepada sesuatu yang lain
sarna dengan masyarakat yang dahulu. Sek.arang telah tetjadi variasi di tengah
masyarakat. Dasar penentuan kedudukan dan status juga turut berubah. Konsep lama
seperti merga taneh. digeser oleh bentuk bam yang berdasarkan pendidik.an, jabatan
dan kekayaan.
5.3. Saran
-Berdasarkan kajian yang telaii dilakukan maka saran yang dapat dikemukakan :
Merdang merdem merupakan suatu tradisi yang mengandung nilai-nilai positif bagi masyarakat. Diantaranya sarana kekerabatan yang dimiliki. Hal ini penting untu.k menjaga hubungan dalam masyarakat, terutama saat ~ ini yang dipengaruhl sikap
individualis.
Merdang merdem juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana menjaring
pemasukan baik materi maupun i~e-ide dari para pe~tau. Hal ini penting untuk pembangunan daerah. Adanya hubungan yang terjalin menumbuhk.an ikatan bathin
terhadap daerah asal. Dengan kekuatan tersebut mempercepat perkembangan daerah. Merdang m,erdem juga dapat dimanfaatkan sebagai daya
tarik
bagi masyarakatlain. Jika acara ini dikembangkan menjadi suatu produk wisata yang terlaksana secara periodik. Masyarakat di luar etnis Karo di Kecamatan Tiga Binanga dapat menikmati
sebagai salah satu acara hiburan. · -· · _ c
J
'a _ _ c
J
\"'
n _ ' .. _
s:::J
5.4.
Rekomendasi
Penelitian
ini
sesungguhnya masih dapat dilanjutkan kepadahal
lain selainreligi, ekonomi dan budaya. Pengkajian tentang merdang merdem dapat dihubungkan dengan kehidupan sosial
politik
masyarakat, promosi dagang. Misalnya pemanfaatandalam ajang :
- PilKaDa ('\
j
?- Eksistensi I)epala Pemerintahan setempat
-Dsb
~'{($''
Ataupun sebagai sarana promosi untuk: barang"barang produk:si maupun jasa tertentu.
DAFT AR PUSTAKA
I
MILIK PERPUSTAKAAN}
UN J M
r-, .• ·
' ~ Nl ... . ..
AI Barry, M. Dahlan Yacub, 2001.
Kamus Sosiologi Antropologi, Surabaya:Penerbit
lndah.
~~sNEc'
Bangun, T. 1986. Manusia Batak Karo,
Jakarta :
Inti ldayu Press.?'
~
...
~
Barth.
Fredericlt,1988,
Kelompok Etnik dan Bqtasannya, Jakarta :UI Press.
I
r
Brutu., Lister, dkk. 1998. TradisL sfan Perubahan, Kgnteks Masyarakf11 Pak-Pak
Dairi, Medan : Monora.
~ r ~ .,
Cassirer, Ernst, 1981. Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esay Tentang Manusia.
Jakarta : Gramedia.
Colletta, Nat J. dkk: 1987. Kebudayaan dan Pembangunan, Sebuah Pendekatan
Terhadap ~ -Antropologi Terapan di Indonesia;- Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
·'
Daeng, Hans. J.
2000.
Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Tinjauan Antropologi.Jogjakarta :
Pustaka
Pelajar.Dove, Mich ael. _ ~{ed) . 1985. Per'll'g_n Kebudayaan 'f!:t;_disi. Jakarta : Y~~ Ilmu-Ilmu Sosial dan FIS-UI.
Ekadjati, Edi. S.
Kebudayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah. Jilidl, Bandung :
Pustaka Jaya.
Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya dan Komuniktas di Indonesia. (Terj.) Jakarta: FISUI.
-Gintings, E. P. 1999. Religi Karo, Membaca Re/igi Karo dengan Mata yang Baru.
Kabanjahe : Abdi Karya. U I
I
-Haviland, A. William.
1999. Antropologi,Jilid
I.
Jakarta :Erlangga
_ _ _ __ :-_ - , l999,Antropologi,
Jilid II.
Jakarta: ErlanggaNEe~
~ ...
Herkovits, M. J. Alfned. A .K. 1958. Man and His Work. (Terj.) New York ~
Keesing, Roger. M. 1999. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, Jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaa, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta Gramedia.
_ _ __ _
~.;...o
___, 1980. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : UI Press.~
r
>
,
1996. Pengantar Antropologi. Jilid 1, Jakarta : Reineka Cipta. )Kuntowijoyo. 1999. Budaya & Masyarakat, Jogjakarta: Tiara Wacana. c I
lllle.O /
-Lahajir, Etno Eko/ogi Perladangan Orang Dayak Tunjung Linggang. Jogjakarta : Galang Printika.
I
Lauer, Robert. H. 1989. PrespektifTentang Perubahan Sosial. (Terj.) Jakarta : Bina
Aksara. I
Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kwa/itatif. Bandung: Remaja Rosdahanya.
Perangin -Angin~ Martin. L. 2004. Orang Karo Diantara Orang Batak, Catalan Penting Tentang Eksistensi Masyaraka( Karo. Jakarta :
Pustaka
Soramido.Prints, Darwan. 1996.
Adat Karo.
Medan : Tanpa PenerbiL
o)
. ' .
no)
Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan. Jogjakarta : Pustaka Pelajar. Rahmah, Siti. 2005. Guro-Guro Aron pada Masyarakat Karo, Kajian Terhadap
Perubahan Bentuk Pertunjukan. Tesis Meraih Gelar Magister Sains. Medan. UNfMED.
I -.,,;,t/1~
0
c/
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. SosiologUledesaan. Jakarta : UGM Press.
~
Simanjuntak, Bungaran. A. 2004. Kapita Selekta Teori-Teori dan Sejarah Sosiologi.
Medan : Universitas Negeri Medan. 1 V I I
Sitepu, Bujur. 1993. Tanah Karo Simalem ras Pijer Podi Karo. Medan. . ';'- ·
~~ ;
J
~
Sitepu, Sempa,
dkk.
1996. Pilar BUdaya Karo. Medan - Percetakan Bali. ~Soedarsono. 1995. Mudra. Jurna/ Seni Budaya No.3 Tahun Ill. Denpasar: STSI.
Soekanto, Soetjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.
Tambun. P, dkk. 1958. Sejarah Adat /stiadat dan Tata Susunan Rakyat Karo.
K.abanjahe: UP. Mbelin Gunana.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Percikan Budaya Karo. Jakarta : Yayasan Merga Silima.
I
Tarigan, Nenni Wahyuni. 2004. Eksistensi dan Fungsi Upacara Tradisional Merdang Merdem (Kerja Tahun) pada Masyarakat Karo di Desa Munte Kabupaten Karo.
Skripsi Sarjana, FIS UNIMED.
..
"" .. ·~v /
-Van Baal, J. 1988. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Jakarta : Gramedia.