DISERTASI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika
.
Oleh:
Supriadi (1102672)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh Supriadi
S.Pd UPI, Bandung, 1999 M.Pd UPI, Bandung, 2010
Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA
© Supriadi 2014
Universitas Pendidikan Indonesia November 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Supriadi (1102672)
Promotor
Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed
Ko-Promotor
Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo
Anggota
Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mahasiswa Pgsd Melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika
Penelitian ini berfokus pada pengembangan kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik mahasiswa PGSD melalui pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika (PKBE). Subjek penelitian tahap Didactical Design Research yang digunakan adalah mahasiswa semester 1, 3, 5, dan 7 tahun ajaran 2012/2013 pada Universitas Negeri di Jawa Barat dan Banten dalam pengembangan bahan ajar. Kemudian diuji keberhasilannya melalui tahap eksperimen, instrumen yang digunakan berupa postes, skala disposisi, skala pendapat mahasiswa terhadap PKBE, lembar observasi, jurnal harian, wawancara, dan pendapat mahasiswa terhadap nilai-nilai budaya. Penelitian eksperimen dengan desain kelompok kontrol postes ini menggunakan sampel 135 orang mahasiswa PGSD semester I pada sebuah Universitas negeri di Banten yang terbagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah tiap kelompok 45 orang mahasiswa. Kelompok eksperimen I dengan PKBE-DDR, kelompok eksperimen II dengan PKBE Non-DDR, dan kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional (PKV).
Hasil penelitian menyatakan bahwa: Kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non-DDR dan PKV.
Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap kemampuan pemodelan dan berpikir kreatif matematik, tidak terdapat interaksi untuk disposisinya.
Terdapat asosiasi antara kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik untuk mahasiswa yang mendapatkan PKBE DDR, PKBE Non DDR dan PKV.
Kata Kunci:
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
This research focuses on developing the ability and disposition of mathematical modeling and creative thinking of students through ethnomathematics based contextual learning (EBCL). Subjects used is the semester students 1, 3, 5, and 7 in the 2012-2013 school year at the state university of west Java and Banten in the development of teaching materials prepared by the method of didactical design desearch (DDR). Then tested success through the experimental stage. The instrument used a posttest, scale disposition and opinion to EBCL, observation sheets, daily journals, interviews and opinion to values culture. Experimental studies with posttest control group design was used 135 study subjects students elementary school teacher education first semester students were divided into 3 groups. 2 The experimental group made teaching through DDR and non-DDR and the control group in a state university in Banten.
The study states that: The ability and disposition of mathematical modeling and creative thinking among students who received mathematics instruction using
EBCL- DDR better than students using the EBCL Non-DDR dan conventional learning.
There is no interaction between the learning model used and the educational background of the group's ability and disposition of mathematical modeling and creative thinking. There is interaction between the model of learning and cultural origins of the group's ability to think creatively and mathematical modeling, there is no interaction for disposition.
There is an association between the ability and disposition of mathematical modeling and creative thinking for students who use ethnomathematics-based contextual learning.
Keywords:
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN……… i
ABSTRAK……….………. ii
KATA PENGANTAR……… iv
UCAPAN TERIMA KASIH……….. v
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……….. xi
DAFTAR GAMBAR………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN………. xix
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Penelitian………. 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian……… 10
C. Rumusan Masalah Penelitian……… 11
D. Tujuan Penelitian……… 12
E. Manfaat Penelitian……….. 14
BAB II KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK, PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA, BUDAYA SUNDA……… 15
A. Kemampuan dan Disposisi Pemodelan Matematik……… 15
B. Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kreatif Matematik……… 24
C. Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika ………... 29
D. Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika Berbahan Ajar DDR dan Non DDR……….. 53
E. Hasil Penelitian yang Relevan……… 60
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Hipotesis………. 66
BAB III METODE PENELITIAN………69
A. Metode dan Desain Penelitian……… 69
B. Lokasi, Populasi, Subjek dan Sampel Penelitian……… 75
C. Definisi Operasional……… 76
D. Instrumen Penelitian……… .. 78
E. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika dengan DDR dan Non DDR serta pembelajaran Konvensional………. 88
F. Kegiatan Pembelajaran PKBE DDR, PKBE Non DDR dan PKV………122
G. Prosedur Penelitian……… 130
H. Teknik Pengumpulan Data………. 132
I. Teknik Analisis Data………. ….. 134
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 141
A. Hasil Penelitian……… 141
1. Hasil Analisis Data Tes Kemampuan Awal Matematika………. 141
2. Hasil Tes Kemampuan Pemodelan, Kemampuan Berpikir Kreatif, Disposisi Pemodelan dan Disposisi Berpikir Kreatif …..……… 142
3. Hasil Analisis Data Kemampuan Pemodelan Matematik……… 148
4. Hasil Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik………… 154
5. Hasil Analisis Data Disposisi Pemodelan Matematik………. 160
6. Hasil Analisis Data Disposisi Berpikir Kreatif Matematik………. 164
7. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar Belakang Pendidikan terhadap Kemampuan Pemodelan Matematik... 169
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar
Belakang Pendidikan terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik 174
10. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Asal
Budaya terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik……… 176 11. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar
Belakang Pendidikan terhadap Disposisi Pemodelan Matematik. …. 178
12. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Asal
Budayaterhadap Disposisi Pemodelan Matematik……….. …. 180 13. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar
Belakang Pendidikan terhadap Disposisi Berpikir Kreatif
Matematik………. 182
14. Hasil Analisis Interaksi Model Pembelajaran dengan Kelompok Asal Budaya
terhadap Disposisi Berpikir Kreatif Matematik……….. ……… 184
15. Hasil Analisis Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemodelan dan Berpikir
Kreatif Matematik……… 186
16. Hasil Analisis Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemodelan dan Disposisi
Pemodelan Matematik……….. 187
17. Hasil Analisis Uji Asosiasi Kemampuan Berpikir Kreatif dan Disposisi
Berpikir Kreatif Matematik……….. 188
18. Hasil Analisis Tiap Aspek Disposisi Pemodelan Matematik………. 189
19. Hasil Analisis Tiap Aspek Disposisi Berpikir Kreatif Matematik… 189 20. Rerata Setiap Indikator Kemampuan Pemodelan Matematik ……… 190 21. Rerata Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik…. 192 22. Pendapat Mahasiswa terhadap Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Etnomatematika ………...……… 194 23. Analisis Data Hasil Observasi……… 200
24. Analisis Hasil Jurnal Harian dalam Kesan Pembelajaran dan Nilai Budaya
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26. Analisis Hasil Pendapat Mahasiswa mengenai
Nilai-nilai Budaya Sunda……… 213
B. Pembahasan Hasil Penelitian………. 214
1. Analisis Kemampuan Pemodelan Matematik dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik……… 214
2. Analisis Disposisi Pemodelan dan Berpikir Kreatif Matematik……….. 224
3. Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar Belakang Pendidikan dan Asal Budayaterhadap Kemampuan dan Disposisi Pemodelan dan Berpikir Kreatif Matematik……… 227
4. Analisis Asosiasi Kemampuan dan Disposisi Pemodelan dan Berpikir Kreatif Matematik……… . 228
5. Analisis Disposisi Pemodelan dan Berpikir Kreatif Matematik…….... 228
6. Analisis Pendapat Mahasiswa………. 229
7. Analisis Jurnal Harian, Wawancara, dan Observasi……… 229
8. Analisis Pendapat Mahasiswa mengenai Nilai-nilai Budaya Sunda dalam PKBE……….. 229
9. Kehandalan Bahan Ajar Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika melalui DDR dan Non DDR dan Konsep Etnomatematika Sunda…… 235
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. 232
A. Simpulan……….. 232
B. Implikasi……….. 235
B. Saran ……… 237
DAFTAR PUSTAKA……… 239
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komponen Pembelajaran Kontektual Berbasis Etnomatematika.... 37
Tabel 2.2 Pelaksanaan, Hasil dan Pengembangan Disposisi Pemodelan-Berpikir
Kreatif untuk Analisis Situasi Didaktik , Analisis Metapedadidaktik,
dan Analisis Restrofektif Bahan Ajar Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Etnomatematika... 56
Tabel 2.3 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Etnomatematika-DDR, Pembelajara Kontekstual Berbasis Etnomatematika Non DDR
dan Pembelajaran Konvensional... 58
Tabel. 3.1 Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antara Variabel Kemampuan
Pemodelan, Kemampuan Berpikir Kreatif, Disposisi Pemodelan dan
Disposisi Berpikir Kreatif Matematik, Kelas Pembelajaran dan Latar
Belakang Pendidikan……… 73
Tabel. 3.2 Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antara Variabel Kemampuan
Pemodelan, Berpikir Kreatif, Disposisi Pemodelan, dan Disposisi
Berpikir Kreatif Matematik, Kelas Pembelajaran dan Asal Budaya.74
Tabel 3.3 Rekapitulasi Validitas Kemampuan Pemodelan Matematik…… 81 Tabel 3.4 Rekapitulasi Validitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik 81
Tabel 3.5 Rekapitulasi Validitas Validitas Disposisi Pemodelan Matematik 82
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda Kemampuan Pemodelan dan Berpikir
Kreatif Matematik………. 84
Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Kemampuan Pemodelan dan Berpikir Kreatif Matematik……….. 85
Tabel 3.10 Analisis Respon Soal 1a……….. 89
Tabel 3.11 Analisis Respon Soal 1b……….. 89
Tabel 3.12 Analisis Respon Soal 1c……….. 90
Tabel 3.13 Analisis Respon Soal 1d……….. 90
Tabel 3.14 Analisis Respon Soal 1e……….. 90
Tabel 3.15 Analisis Respon Soal 2a……….. 91
Tabel 3.16 Analisis Respon Soal 2b……….. 91
Tabel 3.17 Analisis Respon Soal 2c……….. 91
Tabel 3.18 Analisis Respon Soal 2d……….. 92
Tabel 3.19 Analisis Respon Soal 2e……….. 92
Tabel 3.20 Analisis Respon Soal 2f……….. 92
Tabel 3.21 Analisis Respon Soal 3a……….. 93
Tabel 3.22 Analisis Respon Soal 3b……….. 93
Tabel 3.23 Analisis Respon Soal 3c……….. 93
Tabel 3.24 Analisis Respon Soal 1a……….. 94
Tabel 3.25 Analisis Respon Soal 1b……….. 94
Tabel 3.26 Analisis Respon Soal 1c……….. 94
Tabel 3.27 Analisis Respon Soal 1d……….. 95
Tabel 3.28 Analisis Respon Soal 2a……….. 95
Tabel 3.29 Analisis Respon Soal 2b……….. 95
Tabel 3.30 Analisis Respon Soal 2c……….. 96
Tabel 3.31 Analisis Respon Soal 2d……….. 96
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.2 Kemampuan Pemodelan Matematik Berdasarkan Model Pembelajaran,
Kelompok Latar Belakang Pendidikan dan Asal Budaya……. 149 Tabel 4.3 Uji Normalitas untuk Kemampuan Pemodelan Matematik pada Kelas
Eksperimen I, Eksperimen II, dan Kelas Kontrol……… 151
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Variansi untuk Kemampuan Pemodelan Matematik
pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas
Kontrol……….. .. 152 Tabel 4.5 Uji Anova Skor Rerata untuk Kemampuan Pemodelan Matematik pada
Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas Kontrol….. 152 Tabel 4.6 Uji Scheffe Skor Rerata untuk Kemampuan Pemodelan Matematik
pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas
Kontrol………. 153
Tabel 4.7 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan Model
Pembelajaran, Kelompok Latar Belakang Pendidikan dan Asal
Budaya……… 155
Tabel 4.8 Uji Normalitas untuk Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik pada
Kelas Eksprimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas Kontrol…….. 157 Tabel 4.9 Uji Homogenitas Variansi untuk Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas
Kontrol……… 157
Tabel 4.10 Uji Anova Skor Rerata untuk Kemampuan Berpikir Matematik pada
Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas Kontrol…… 158 Tabel 4.11 Uji Scheffe Skor Rerata untuk Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas
Kontrol………. 159
Tabel 4.12 Disposisi Pemodelan Matematik Berdasarkan Model Pembelajaran,
Kelompok Latar Belakang Pendidikan dan Asal Budaya……… 160 Tabel 4.13 Uji Normalitas untuk Disposisi Pemodelan Matematik pada Kelas
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.14 Uji Homogenitas Variansi untuk Disposisi Pemodelan Matematik
pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas
Kontrol………. 162
Tabel 4.15 Uji Anova Skor Rerata untuk Disposisi Pemodelan Matematik pada
Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas Kontrol… 163 Tabel 4.16 Uji Scheffe Skor Rerata untuk Disposisi Pemodelan Matematik pada
Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas Kontrol… 164 Tabel 4.17 Disposisi Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan Model
Pembelajaran, Kelompok Latar Belakang Pendidikan dan Asal
Budaya………... 165
Tabel 4.18 Uji Normalitas untuk Disposisi Berpikir Kreatif Matematik pada Kelas
Eksprimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas Kontrol……….... 166 Tabel 4.19 Uji Homogenitas Variansi untuk Disposisi Berpikir Kreatif Matematik
pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas
Kontrol……… 167
Tabel 4.20 Uji Anova Skor Rerata untuk Disposisi Berpikir Kreatif Matematik
pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas
Kontrol……… ... 168
Tabel 4.21 Uji Scheffe Skor Rerata untuk disposisi berpikir Kreatif Matematik
pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas
Kontrol……… … 168
Tabel 4.22 Anova Skor Kemampuan Pemodelan Matematik Berdasarkan
Latar Pendidikan dan Model Pembelajaran……… 170 Tabel 4.23 Anova Skor Kemampuan Pemodelan Matematik Berdasarkan Latar
Asal Budaya dan Model Pembelajaran……… 172
Tabel 4.24 Anova Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan
Latar Pendidikan dan Model Pembelajaran………... 174 Tabel 4.25 Anova Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.26 Anova Skor Disposisi Pemodelan Matematik Berdasarkan Latar
Pendidikan dan Model Pembelajaran………. 178 Tabel 4.27 Anova Skor Disposisi Pemodelan Matematik Berdasarkan Asal
Budaya dan Model Pembelajaran……… 180
Tabel 4.28 Anova Skor Disposisi Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan Latar
Pendidikan dan Model Pembelajaran……….. 182 Tabel 4.29 Anova Skor Disposisi Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan Asal
Budaya dan Model Pembelajaran………... 184 Tabel 4.30 Asosiasi antara Kemampuan Pemodelan Matematik (KP) dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik (KBK)………. 186 Tabel 4.31 Hasil Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemodelan Matematik dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik……….. 186 Tabel 4.32 Asosiasi antara Kemampuan Pemodelan Matematik (KP) dan
Disposisi Pemodelan Matematik (DP)……… 187 Tabel 4.33 Hasil Uji Asosiasi antara Kemampuan Pemodelan dan Disposisi
Pemodelan Matematik………. 187
Tabel 4.34 Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik (KBK) dan
Disposisi Berpikir Kreatif Matematik (DBK)……… 188
Tabel 4.35 Hasil Uji Asosiasi antara Pengembangan Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Disposisi Berpikir Kreatif Matematik……….. 188 Tabel 4.36 Distribusi Skor Rerata Disposisi Pemodelan Matematik
Mahasiswa………. 189
Tabel 4.37 Distribusi Skor Rerata Disposisi Berpikir Kreatif Matematik
Mahasiswa……… 190 Tabel 4.38 Rerata Indikator Kemampuan Pemodelan Matematik…… 190 Tabel 4.39 Rerata Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik…… 192 Tabel 4.40 Distribusi Skor Skala Pendapat Mahasiswa Kelas Eksperimen
terhadap Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika Budaya
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.41 Pendapat Mahasiswa Kelas Eksperimen I dan II terhadap
PKBE…….………. . 196 Tabel 4.42 Hasil Pengamatan terhadap Kegiatan Dosen dalam Perkuliahan
Matematika dengan PKBE DDR pada Kelas Eksperimen I.. 200
Tabel 4.43 Hasil Pengamatan terhadap Kegiatan Dosen dalam Perkuliahan
Matematika dengan PKBE Non DDR pada Kelas Eksperimen II
... 202
Tabel 4.44 Hasil Pengamatan terhadap Kegiatan Mahasiswa dalam Mata Kuliah
Matematika dengan PKBE DDR pada Kelas Eksperimen I. 204
Tabel 4.45 Hasil Pengamatan terhadap Kegiatan Mahasiswa dalam Mata Kuliah
Matematika dengan PKBE Non-DDR pada Kelas Eksperimen II..
... 206
Tabel 4.46 Hasil Pengamatan terhadap Kegiatan Mahasiswa Selama Pembelajaran
Kelompok pada Kelas PKBE DDR/Eksperimen I... 208
Tabel 4.47 Hasil Pengamatan terhadap Kegiatan Mahasiswa Selama
Pembelajaran Kelompok pada Kelas PKBE Non DDRE/ksperimen II
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Lingkaran Pemodelan Pollak……… 17
Gambar 2.2 Proses Pemodelan Matematika Voskoglou……….. 18
Gambar 2.3 Proses Pemodelan Matematika Blum……….. 19
Gambar 2.4 Segitiga Didaktis yang di Modifikasi ………. 47
Gambar 2.5 Metapedadidaktik dilihat dari Sisi ADP, HD, dan HP……… 50
Gambar 3.1 Bagan Tahap Persiapan……… 71
Gambar 3.2 Bagan Tahap Pelaksanaan Eksperimen……….. 72
Gambar 4.1 Rerata Kemampuan Pemodelan Matematik ditinjau dari Keseluruhan, Latarbelakang Pendidikan dan Asal Budaya………. 150
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.3 Rerata Disposisi Pemodelan Matematik ditinjau dari Keseluruhan
Latarbelakang Pendidikan dan Asal Budaya………. 161
Gambar 4.4 Rerata Disposisi Berpikir Kreatif Matematik ditinjau dari
Keseluruhan, Latarbelakang Pendidikan dan Asal Budaya… 166
Gambar 4.5 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar
Belakang Pendidikan terhadap Kemampuan Pemodelan
Matematik………. 171
Gambar 4.6 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Asal Daerah
terhadap Kemampuan Pemodelan Matematik… …………. 173 Gambar 4.7 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar
Belakang Pendidikan terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik……… 175
Gambar 4.8 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Asal Budaya
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik………. 177 Gambar 4.9 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar
Belakang Pendidikan terhadap Disposisi Matematik…… 179
Gambar 4.10 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Asal
Budaya terhadap Disposisi Pemodelan Matematik… 181 Gambar 4.11 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar
Belakang Pendidikan terhadap Disposisi BerpikirKreatif
Matematik………. 183
Gambar 4.12 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Asal
Budaya terhadap Disposisi Berpikir Kreatif Matematik… 185 Gambar 4.13 Contoh Kesulitan Kinerja Kemampuan Pemodelan Matematik 191
Gambar 4.14 Contoh Keberhasilan Kinerja Kemampuan Pemodelan
Matematik ……… 192 Gambar 4.15 Contoh Kesulitan Kinerja Kemampuan Berpikir Kreatif
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.16 Contoh Keberhasilan Kinerja Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik………. 194
Gambar 4.17Analisis Hasil Data Penelitian pada Kelas PKBE DDR… 215
Gambar 4.18 Analisis Hasil Data Penelitian pada Kelas PKBE Non DDR ……… 216
Gambar 4.19 Alur Nilai Positif Pembelajaran PKBE………. 220
Gambar 4.20 Model Konsep Etnomatematika Sunda... 231
DAFTAR LAMPIRAN Silabus dan RPP……… 243
LKM Eksperimen I……… 268
LKM Eksperimen II……… 278
LKM Kontrol……….. 284
Instrumen………. 287
Uji Coba Tes……… 311
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil Tes dan Pengolahannya………. 343
Contoh Kinerja Mahasiswa……… 408
Surat Keterangan Penelitian……….. 418
Dokumentasi………. 421
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran matematika di PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) masih
didominasi oleh metode ekspositori, satu arah dan mahasiswa hanya melihat
dosennya menjelaskan tanpa mahasiswa aktif dalam menemukan sendiri konsep
yang akan mereka pahami. Data hasil belajar selama beberapa semester terhadap
mahasiswa S1 PGSD yang berasal dari SMA, SMK, MA dan SPG, dengan
program studi IPA dan Non-IPA, ternyata kurang memuaskan dengan
diperolehnya rerata kurang dari 50% dari skor maksimal untuk kedua kelompok
tersebut (Supriadi, 2012, hlm 1). Keberagaman mahasiswa yang melatarbelakangi
pendidikan mahasiswa PGSD, yakni mereka berasal dari berbagai jurusan, baik
IPA, IPS maupun bahasa menjadi salah satu faktor penghambat mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan matematika. Faktor yang lainnya adalah lemahnya proses
berpikir mahasiswa. Mereka hanya menghafal informasi, mengingat informasi
dan mengumpulkannya tanpa memahami informasi yang diperolehnya.
Sedangkan visi PGSD dalam kurikulum inti adalah menjadi program pendidikan
sekolah dasar yang menghasilkan calon guru SD yang profesional yang mampu
memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas
(Supriadi, 2010, hlm. 1).
Mahasiswa masih kesulitan memahami matematika yang dipandangnya mata
kuliah yang paling sulit dan tidak menyenangkan. Ekspresi, komunikasi dan
kemampuan berpikir matematika diantara mahasiswa masih kurang. Selain itu,
mahasiswa PGSD cenderung menyenangi soal-soal yang berbentuk rutin sehingga
saat diberikan soal-soal yang bersifat tidak rutin mereka cenderung kesulitan.
Pada umumnya kemampuan mahasiswa PGSD dalam penyelesaian permasalahan
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkemampuan tinggi, serta suasana kegiatan belajar mahasiswa PGSD cenderung
tidak terlalu aktif (Supriadi, 2010, hlm. 2).
Pembelajaran matematika akan lebih menyenangkan jika mahasiswa aktif
dalam menghubungkan antara fenomena nyata dengan pemahaman matematika
yang akan diperoleh mahasiswa. Salahsatu cara untuk merealisasikan
pembelajaran tersebut yaitu dengan pemodelan matematika. Proses pemodelan
matematika memberikan ruang gerak yang cukup bagi mahasiswa untuk
mengembangkan kreativitasnya, mendorong melakukan kegiatan berupa
percobaan dan penyelidikan yang mengarah kepada pembuktian konjektur yang
dibuat mahasiswa serta kemauan melakukan proses eksplorasi dan investigasi
matematika (Turmudi, 2009). Selain itu, dengan pemodelan ini memungkinkan
mahasiswa dapat menemukan kembali konsep-konsep atau hukum matematika
yang pernah ditemukan oleh para ahli sebelumnya, dapat membuat model
matematika yang pada mulanya cukup sederhana, kemudian lambat laun
mahasiswa dapat menguji, menformalkan, dan menggeneralisasikan (Turmudi,
2009).
Pemodelan adalah sebuah pekerjaan aktivitas kognitif berpikir tentang
membuat model dan berpikir tentang menjelaskan bagaimana alat atau objek itu
ada. Model sebagai kata benda merupakan gambaran miniatur dari sesuatu pola
yang dibuat, contoh untuk meniru atau emulasi, uraian atau analogi yang
digunakan untuk membantu memvisualisasi segala sesuatu yang tidak dapat
diamati secara langsung, sebuah sistem postulat, data dan inferensi sebagai
uraian matematika dari entitas atau kondisi (Dym, dalam Parlaungan, 2008, hlm.
21). Model merupakan suatu sistem konseptual internal plus representasi
eksternal dari sistem yang dipergunakan untuk menginterpretasikan sistem
lainnya yang lebih komplek. Model hanya dipergunakan sebagai referensi
terhadap pemikiran dan proses belajar siswa atau guru. (Lesh dan Doerr, dalam
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Blum (Maas, 2006, hlm. 115) mendiskripsikan, proses pemodelan akan
dimulai dari masalah dunia nyata dengan menyederhanakan, menstrukturisasi dan
mengidealisasi masalah ini sehingga akan mendapatkan model real. Matematisasi
model nyata akan mengarah atau melahirkan suatu model. Dengan bekerja dalam
kerangka ilmu matematika, solusi matematis dapat diperoleh. Selanjutnya solusi
ini terlebih dahulu diinterpretasikan dan selanjutnya divalidasi. Jika solusi yang
dipilih terbukti tidak tepat terhadap realita, maka langkah-langkah khusus ataupun
mungkin seluruh proses pemodelan perlu diaplikasikan sekali lagi. Tujuan proses
pemodelan matematika menurut Blum akan dapat memudahkan pemahaman
siswa terhadap matematika dan keyakinan dalam pembelajaran matematika.
Pengembangan kemampuan pemodelan matematik yang dilakukan mahasiswa
perlu didukung oleh aspek afektif, seperti disposisi terhadap pemodelan
matematik. Sumarmo (2013, hlm. 245) berpendapat bahwa:
“…dalam belajar bidang studi apapun mahasiswa perlu mengutamakan pengembangan kemampuan berpikir dan disposisi matematik. Pengutamaan tersebut menjadi semakin penting manakala dihubungkan dengan tuntutan kemajuan IPTEKS dan suasana bersaing yang semakin ketat terhadap semua jenjang pendidikan” .
Polking (dalam Sumarmo, 2013, hlm. 381) mengemukakan bahwa disposisi
matematik menunjukkan: a. rasa percaya diri dalam menggunakan matematika,
memecahkan masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan,
b. fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari
metoda alternatif dalam memecahkan masalah; c. tekun mengerjakan tugas
matematik; d. minat, rasa ingin tahu (curiousity), dan dayatemu dalam melakukan
tugas matematik; e. cenderung memonitor, merefleksikan performance dan
penalaran mereka sendiri; f. menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam
matematika dan pengalaman sehari-hari; g. apresiasi (appreciation) peran
matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat, dan sebagai bahasa.
Dalam konteks matematika, disposisi matematik berkaitan dengan bagaimana
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif strategi
penyelesaian masalah. Disposisi juga berkaitan dengan kecendrungan mahasiswa
untuk merefleksi pemikiran mereka sendiri (NCTM dalam Sumarmo, 2012, hlm.
3). Disposisi pemodelan matematik diperlukan oleh mahasiswa dalam
mengembangkan kemampuan pemodelan matematik. Mahasiswa dapat bergairah
dalam belajar, percaya diri, fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide dan alternatif
pemecahan masalah, kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah,
memonitor dan merefleksikan pemikiran, rasa ingin tahu yang tinggi dan apresiasi
terhadap matematika dalam kegiatan pemodelan matematika.
Berdasarkan pendapat Turmudi (2009), bahwa “…proses pemodelan
matematika dapat mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam pembelajaran
matematika”, sehingga diperlukan sebuah kemampuan berpikir kreatif matematik
untuk mendukung proses pemodelan tersebut. Berpikir kreatif dapat diartikan
cara berpikir untuk mengubah atau mengembangkan suatu permasalahan, melihat
sebuah situasi atau permasalahan dari sisi yang berbeda, terbuka pada berbagai ide
gagasan bahkan yang tidak umum dan mengimplementasikan ide perbaikan.
Puccio dan Murdock (dalam Sumarmo, 2012, hlm. 18) mengemukakan
berpikir kreatif memuat aspek keterampilan kognitif, afektif, dan metakognitif.
Keterampilan kognitif tersebut antara lain meliputi kemampuan: mengidentifikasi
masalah dan peluang, menyusun pertanyaan yang baik dan berbeda,
mengidentifikasi data yang relevan dan yang tidak relevan, masalah dan peluang
yang produktif, menghasilkan banyak idea (fluency), idea yang berbeda
(flexibility), dan produk atau idea yang baru (originality), memeriksa dan menilai
hubungan antara pilihan dan alternatif, mengubah pola pikir dan kebiasaan lama,
menyusun hubungan baru, memperluas, dan memperbaharui rencana atau idea.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematik memerlukan sebuah
disposisi berpikir kreatif untuk mendukung dalam mengembangkan kemampuan
tersebut, dalam penelitian ini disposisi berpikir kreatif yang digunakan adalah
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Intelligence) memegang peran penting bagi keberhasilan mahasiswa dalam
perkuliahan. Pada umumnya kita beranggapan bahwa keberhasilan mahasiswa
dalam perkuliahannya karena memiliki kecerdasan intelektual atau kognitif (IQ)
yang tinggi, sehingga kecerdasan yang lain seperti kecerdasan kreatif kurang
diperhatikan. Kecerdasan yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang
menurut Strenberg (Moller, 2005, hlm. 1) adalah kecerdasan kreatif (Creative
Intelligence).
Kecerdasan kreatif adalah kemampuan untuk melampaui yang ada untuk
menciptakan ide-ide baru dan menarik (Moller, 2005, hlm. 2). Kecerdasan kreatif
berkaitan dengan cara kita melakukan berbagai hal dan juga hasil yang dicapai.
Suatu aktivitas bisa dianggap kreatif kalau melibatkan suatu pendekatan baru
atau unik, bagaimana memecahkan masalah, dan jika hasilnya dianggap berguna
serta dapat diterima (Rowe, 2005, hlm. 12). Akar dari pembelajaran adalah
keingintahuan dan kemampuan untuk bertanya. Jika siswa tidak ingin tahu,
mereka tidak akan bereksperimen untuk melihat bagaimana sebenarnya
lingkungan di sekitar mereka. Rasa ingin tahu itu naluriah, tetapi bisa didorong
oleh pendidikan yang mendukung keterbukaan dan pertanyaan. Sebuah pelajaran
yang menarik akan berdampak pada pembelajaran. Karena siswa itu sangat
menyukai baik dengan guru/dosen maupun cara mengajarnya (Rowe, 2005, hlm.
130) .
Ada banyak pendekatan pembelajaran yang bisa kita gunakan dalam upaya
mengembangkan kemampuan dan disposisi pemodelan serta berpikir kreatif
matematik, salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga akan sejalan dengan
karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah
pembelajaran kontekstual yang biasanya disebut juga dengan CTL (Contextual
Teaching and Learning). Johnson (Hafiziani, 2006, hlm. 8) mengemukakan
bahwa,
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang lebih terhadap suatu konten dapat dicapai siswa jika diberikan konteks yang lebih luas di mana didalamnya siswa dapat membuat hubungan-hubungan. Jadi bagian penting dari pekerjaan guru adalah menyediakan konteks. Semakin banyak siswa mengaitkan pelajaran mereka dengan konteks maka akan lebih banyak pengertian yang dapat diturunkan dari pelajaran tersebut. Menentukan makna atau pengertian dalam pengetahuan dan keterampilan mengarahkan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kontekstual ini
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pembelajaran bermakna, dan belajar dalam perkuliahan matematika dikontekskan
ke dalam situasi nyata, jadi lebih menekankan pada proses penemuan dari
pengetahuan bukan pada hasil akhir. Dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual, dosen harus mengkaitkan materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Bagi dosen yang kreatif, peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar
lingkungan belajar mahasiswa dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk
menciptakan kondisi yang lebih konkrit guna menuntun mahasiswa dalam
memahami konsep matematika melalui model pembelajaran kontekstual. Bila
pembelajaran matematika yang dilakukan menggunakan CTL, maka tentunya
pembelajaran tersebut harus memiliki komponen-komponen yang dimiliki CTL.
Komponen-komponen tersebut adalah konstruktivisme (constructivism),
penemuan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment). Situasi nyata dalam pembelajaran kontekstual
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual
berbasis etnomatematika yang menyajikan nilai-nilai budaya Sunda dalam setiap
pembelajarannya.
Definisi etnomatematika berasal dari kata ethno yang mengacu pada sosial
konteks budaya yang terdiri dari bahasa, jargon, kode perilaku, mitos dan simbol.
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyandian, mengukur, mengelompokkan, menyimpulkan dan pemodelan. Tics
berarti teknik, dengan kata lain etno mengacu pada anggota kelompok di dalam
lingkungan budaya diidentifikasi oleh tradisi budaya mereka, kode simbol, mitos
dan cara khusus yang digunakan untuk berpikir dan untuk menyimpulkan (Rosa
dan Orey, 2007, hlm.10). Etnomatematika merupakan irisan dari tiga himpunan
disiplin ilmu: matematika, antropologi budaya dan pemodelan matematika (Rosa
dan Orey, 2006, hlm. 19).
Keberhasilan negara Jepang dan Tionghoa dalam pembelajaran matematika
karena mereka menggunakan etnomatematika dalam pembelajaran
matematikanya (Emmanuel dkk, 2009, hlm. 386). Matematika adalah produk dari
budaya yang berbasis kegiatan sosial manusia dan semua masyarakat memiliki
praktek-praktek matematika yang dianggap paling sesuai dengan kehidupan
sehari-hari dan budayanya. Sistem ini disebut sebagai etnomatematika (Matang,
1998, hlm. 23). Selain itu, matematika diidentifikasi sebagai kegiatan budaya
dalam masyarakat tradisional dan non tradisional (Rosa dan Orey 2007, hlm. 61).
Matematika dalam etnomatematika dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang
terikat dengan budaya dan nilai-nilai sosial dalam kehidupan mahasiswa, jelas ini
sangat bertentangan dengan pendapat selama ini bahwa matematika adalah
sebagai disiplin ilmu yang bebas dari budaya dan nilai-nilai sosial.
Budaya yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika ini adalah
budaya Sunda, budaya Sunda merupakan budaya yang dimiliki oleh sebagian
besar mahasiswa PGSD di sebuah Universitas Negeri. Mahasiswa PGSD ini
terletak di provinsi Jawa Barat yang terdiri dari Kampus Purwakarta, Kampus
Bumi Siliwangi, Kampus Cibiru, Kampus Sumedang, dan Kampus Tasikmalaya
dan provinsi Banten dengan Kampus Serang. Provinsi Jawa Barat dan Banten
memiliki kebudayaan asli yaitu kebudayaan Sunda.
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa (Koentjaraningrat, 2002, hlm.
181). Definisi kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002, hlm.
180).
Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2002, hlm. 186) adalah:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat tersebut, wujud budaya yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya
merupakan bagian elemen dalam etnomatematika yang terdiri dari bahasa, kode,
nilai, keyakinan, makanan, pakaian, rumah adat, kebiasaan, dan sifat-sifat fisik di
sisi pandangan matematika termasuk penyandian, aritmetika, generalisasi, dan
pemodelan (Matang, 2006). Dalam hal ini nilai-nilai budaya yang dipilih adalah
nilai-nilai budaya Sunda. Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan,
dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota
masyarakat. Sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai
kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis) dan religius (nilai
agama) (Effendi dan Setiadi, 2006, hlm. 132). Nilai Budaya merupakan gabungan
semua unsur kebudayaan yang dianggap baik atau buruk dalam suatu masyarakat,
karena itu pula masyarakat mendorong dan mengharuskan warganya untuk
menghayati dan mengamalkan nilai yang dianggap ideal itu. Nilai budaya lebih
banyak menyangkut kepemilikan bersama anggota masyarakat pada baik
buruknya tindakan sosial dalam melakukan relasi dan interaksi seseorang dengan
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai budaya Sunda merupakan tuntunan hidup orang Sunda yang berhubungan
dengan Tuhan, pribadinya sesama manusia, terhadap alam, dan terhadap waktu
(Suryalaga, dalam Abdullah, 2013, hlm. 16). Nilai budaya Sunda sebagai perilaku
manusia Sunda dalam menghadapi perubahan cara menghadapi masalah, serta
sikap terhadap pendapat dan konflik (Mariana dan Paskrina, 2006, hlm. 65). Nilai
budaya Sunda adalah sebagai konsep yang dimiliki orang Sunda dalam
menghadapi masalah kehidupan dan penghidupannya di dunia ini.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan budaya Sunda diharapkan
dapat menumbuhkan keyakinan bahwa matematika akan dapat diajarkan secara
efektif dan bermakna dengan menghubungkannya dengan budaya atau untuk
mahasiswa secara individual, mahasiswa merasa lebih nyaman dan percaya diri
dalam membahas konsep-konsep matematika, mendorong penciptaan
pengetahuan, dan pembelajaran matematika dapat membantu dalam
mempromosikan nilai-nilai dalam budaya.
Hal tersebut didukung pula oleh beberapa temuan-temuan para ahli dalam
pembelajaran matematika dengan etnomatematika. Emmannuel dkk (2009)
mengemukakan bahwa pembelajaran matematika dengan etnomatematika dapat
meningkatkan prestasi dan retensi siswa, siswa mampu mengintegrasikan atau
menghubungkan latar belakang dan lingkungannya dengan konsep-konsep dalam
matematika. Pembelajaran mengutamakan konsep awal siswa dari rumah ke
sekolah dan dari sekolah untuk kehidupan siswa sehari-hari. Sifat abstrak dari
pembelajaran matematika akan berkurang. Matang (2006) mengatakan bahwa
pengajaran pendidikan dasar lebih efektif dan bermakna jika dimulai dari konteks
sosio-kultural karena lebih akrab bagi peserta didik. Pengetahuan dikonstruksi
secara sosial oleh individu melalui interaksi sosial dengan lingkungan.
Pembelajaran terjadi dalam kegiatan sehari-hari dan kontekstual yang
memberikan makna kontekstual yang relevan dengan apa yang dipelajari dalam
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Latar belakang di atas mendorong penulis melakukan penelitian untuk
melihat pengembangan kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif
matematik mahasiswa PGSD melalui pembelajaran kontekstual berbasis
etnomatematika (PKBE) ditinjau keseluruhan mahasiswa, latar belakang
pendidikan (IPA, dan Non IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda). Untuk
memperdalam kajian penelitian ini, diungkap pula interaksi antara PKBE dengan
latar belakang pendidikan (IPA, dan Non IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non
Sunda). Selain interaksi, akan diungkap pula asosiasi antara kemampuan dan
disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik. Penulis pun ingin
mengetahui pendapat mahasiswa dalam pembelajaran matematika yang
menggunakan PKBE. Bidang etnomatematika yang digunakan dalam penelitian
ini adalah nilai-nilai budaya Sunda. Selain itu, untuk mengoptimalkan proses
PKBE maka diperlukan sebuah bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik
pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika. Bahan ajar yang didesain
sesuai dengan indikator kemampuan pemodelan matematik dan kemampuan
berpikir kreatif matematik. Bahan ajar yang disusun berisi problema budaya yang
terjadi saat ini dan dilengkapi dengan nilai-nilai budaya Sunda yang
dikembangkan dalam pembelajaran. Pengembangan bahan ajar menggunakan
metode Didactical Design Research (DDR). Setelah diperoleh sebuah desain
bahan ajar yang optimal, selanjutnya diuji keberhasilannya dengan metode
eksperimen. Untuk mengetahui kehandalan bahan ajar penulis akan mencoba
membandingkan kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikir kreatif
matematik antara mahasiswa yang mendapatkan PKBE-DDR dengan mahasiswa
yang belajar dengan PKBE Non DDR dan pembelajaran konvensional (PKV).
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah
penelitian adalah: Pengembangan kemampuan pemodelan, berpikir kreatif dan
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
etnomatematika. Rendahnya rerata hasil belajar mahasiswa PGSD selama ini
karena pembelajaran banyak didominasi oleh pembelajaran konvensional,
sehingga diperlukan inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika merupakan sebuah solusi
dalam mengembangkan hasil belajar mahasiswa, khususnya dalam kemampuan
pemodelan, berpikir kreatif, disposisi pemodelan, dan disposisi berpikir kreatif
matematik. Selain inovasi pembelajaran, penyusunan bahan ajar yang sesuai
dengan kapasitas dan kebutuhan mahasiswa sangat penting untuk dikembangkan.
Metode Didactical Design Research (DDR) digunakan dalam pengembangan
bahan ajar pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika. Sehingga PKBE
yang akan digunakan peneliti terdiri dari PKBE DDR dan Non DDR. Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah di atas penelitian ini berjudul: “Mengembangkan Kemampuan dan Disposisi Pemodelan serta Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika”.
C. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah kemampuan pemodelan matematik antara mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik
daripada PKBE Non DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang
pendidikan (IPA dan Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda)?
2. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik
daripada PKBE Non DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang
pendidikan (IPA dan Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda)?
3. Apakah disposisi pemodelan matematik antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non
DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Apakah disposisi berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan PKBE DDR
lebih baik daripada PKBE Non DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar
belakang pendidikan (IPA dan IPA) dan asal budaya (Sunda dan
Non-Sunda)?
5. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar
belakang pendidikan terhadap kemampuan pemodelan matematik?
6. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal
budaya terhadap kemampuan pemodelan matematik?
7. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar
belakang pendidikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik?
8. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal
budaya terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik?
9. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar
belakang pendidikan terhadap disposisi pemodelan matematik?
10.Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal
budaya terhadap disposisi pemodelan matematik?
11.Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar
belakang pendidikan terhadap disposisi berpikir kreatif?
12.Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal
budaya terhadap disposisi berpikir kreatif?
13.Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan pemodelan matematik dengan
kemampuan berpikir kreatif matematik untuk mahasiswa yang menggunakan
PKBE dan yang menggunakan PKV?
14.Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan pemodelan dengan disposisi
pemodelan matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan yang
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15.Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi
berpikir kreatif matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan
yang menggunakan PKV?
16.Bagaimana pendapat mahasiswa terhadap PKBE?
17.Bagaimana pemahaman nilai-nilai budaya Sunda mahasiswa terhadap
kemampuan dan disposisi pemodelan serta berpikir kreatif matematik dalam
PKBE?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi obyektif mengenai kemampuan dan disposisi pemodelan
dan berpikir kreatif matematik mahasiswa PGSD melalui PKBE DDR, PKBE
Non-DDR dan PKV. Unsur etnomatematika yang akan digunakan dalam
pembelajaran matematika adalah nilai-nilai budaya Sunda. Secara lebih khusus
penelitian ini bertujuan untuk menelaah:
1. Kemampuan pemodelan matematik antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non-
DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan
Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda).
2. Kemampuan berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non
DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan
Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda).
3. Disposisi pemodelan matematik antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non
DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Disposisi berpikir kreatif matematik antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik daripada PKBE Non
DDR dan PKV ditinjau dari keseluruhan, latar belakang pendidikan (IPA dan
Non-IPA) dan asal budaya (Sunda dan Non-Sunda).
5. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan
terhadap kemampuan pemodelan matematik.
6. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap
kemampuan pemodelan matematik.
7. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik.
8. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap
kemampuan berpikir kreatif matematik.
9. Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan
terhadap disposisi pemodelan matematik.
10.Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap
disposisi pemodelan matematik.
11.Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok latar belakang pendidikan
terhadap disposisi berpikir kreatif.
12.Interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap
disposisi berpikir kreatif.
13.Asosiasi antara kemampuan pemodelan matematik dengan kemampuan
berpikir kreatif matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan
yang menggunakan PKV.
14.Asosiasi antara kemampuan pemodelan dengan disposisi pemodelan
matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan yang
menggunakan PKV .
15.Asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif
matematik untuk mahasiswa yang menggunakan PKBE dan yang
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16.Pendapat mahasiswa terhadap PKBE.
17.Pemahaman nilai-nilai budaya Sunda mahasiswa terhadap kemampuan dan
disposisi pemodelan serta berpikir kreatif matematik dalam PKBE.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Memberikan referensi keberlakuan dan keterandalan pembelajaran
kontekstual berbasis etnomatematika baik yang berbahan ajar DDR dan
Non DDR terhadap pengembangan kemampuan dan disposisi pemodelan
matematik serta kemampuan dan disposisi berpikir kreatif matematik
mahasiswa PGSD.
b. Memberikan manfaat langsung terhadap dosen dalam pengembangan
keterampilan mengajarkan matematika di PGSD. Disamping itu,
mahasiswa PGSD sebagai calon guru kelas mendapatkan pengalaman
langsung mengenai proses pembelajaran kontekstual berbasis
etnomatematika serta dampak langsung yang dirasakan setelah
pembelajaran.
c. Memberikan manfaat terhadap dosen dalam pengembangan bahan ajar
yang sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan mahasiswa sehingga
mendapatkan hasil yang optimal melalui metode DDR.
d. Memberikan pengetahuan baru bagi mahasiswa PGSD dalam
pembelajaran matematika, bahwa manfaat belajar matematika dapat
membantu pengembangan sebuah budaya lokal. Bagi mahasiswa yang
berasal dari budaya Sunda akan lebih peka dalam melestarikan budayanya
sedangkan untuk mahasiswa non-Sunda dapat memudahkan mereka dalam
berinteraksi dan beradaptasi dengan budaya Sunda. Selain itu, mahasiswa
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 1) Tahap Persiapan dan 2) Tahap
Pelaksanaan. Pada tahap persiapan dilakukan penelitian design research dengan model
Didactical Design Research (DDR) dalam pembuatan bahan ajar pembelajaran kontekstual
berbasis etnomatematika (PKBE)-DDR. Sedangkan bahan ajar lainya tidak disusun melalui
DDR, yaitu bahan ajar PKBE Non-DDR dan PKV.
DDR merupakan sebuah model penelitian yang dikembangkan Suryadi (Suryadi dan
Turmudi, 2011, hlm. 2) yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1) Analisis situasi didaktis (ASD);
2) Analisis metapedadidaktik (AM); dan 3) Analisis retrosfektif (AR).
Analisis situasi didaktis (ASD) dilakukan oleh seorang dosen dalam pengembangan bahan
ajar sebelum diujicobakan dalam peristiwa pembelajaran. ASD diwujudkan dalam bentuk Disain
Didaktik Hipotesis (DDH) termasuk Antisipasi Didaktik dan Pedagogis (ADP) yang akan
termuat dalam bahan ajar. ASD berupa sintesis hasil pemikiran dosen tentang berbagai
kemungkinan respons mahasiswa yang diprediksi akan muncul pada peristiwa pembelajaran dan
langkah-langkah antisipasinya. Analisis metapedadidaktik (AM) dilakukan dosen sebelum, pada
saat, dan setelah uji coba bahan ajar. AM berupa kemampuan dosen untuk dapat memandang
peristiwa pembelajaran secara komprehensif, mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal penting
yang terjadi, serta melakukan tindakan cepat dan tepat (Scaffolding) untuk mengatasi hambatan
pembelajaran (learning obstacles) sehingga tahapan pembelajaran dapat berjalan lancar dan hasil
belajar mahasiswa menjadi optimal. AM meliputi tiga komponen yang terintegrasi, yaitu: 1)
Kesatuan, artinya selama proses pembelajaran berjalan dosen akan senantiasa berpikir tentang
keterkaitan antara ADP, HD, dan HP; 2) Fleksibilitas, artinya antisipasi yang sudah disiapkan
dosen perlu disesuaikan dengan situasi didaktis maupun pedagogis yang terjadi; dan 3)
Koherensi, artinya setiap situasi didaktis-pedagogis yang dimunculkan dalam pembelajaran harus
mendorong dan memfasilitasi aktivitas belajar mahasiswa yang kondusif dan mengarah pada
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
respons atas situasi didaktik yang dikembangkan, serta keputusan yang diambil dosen selama
proses analisis metapedadidaktik. Dari AR dilakukan revisi terhadap bahan ajar yang telah
dikembangkan sebelumnya sehingga akan dihasilkan suatu bahan ajar yang ideal, yaitu bahan
ajar yang sesuai kebutuhan mahasiswa, dapat memprediksi dan mengantisipasi setiap hambatan
pembelajaran yang muncul, sehingga tahapan pembelajaran dapat berjalan lancar dan hasil
belajar mahasiswa menjadi optimal (Suryadi dan Turmudi, 2011, hlm. 12).
Tahap persiapan penelitian dipandang selesai setelah diperoleh: 1) bahan ajar dengan PKBE
DDR, PKBE Non DDR dan PKV; 2) Tes kemampuan pemodelan dan berpikir kreatif matematik
yang telah memenuhi persyaratan: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda;
serta 3) Skala disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik; 4) skala pendapat mahasiswa
terhadap pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematia (PKBE).
Berikut bagan tahap persiapan:
Studi Literatur
Analisis Data Analisis: Learning
Obstacle
Ahli, Uji coba, Uji coba
Supriadi, 2014
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMODELAN SERTA BERPIKIR KREATIF MATEMATIK MAHASISWA PGSD MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Bagan Tahap Persiapan
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan menggunakan metode penelitian eksperimen
dengan disain kelompok kuasi eksperimen. Penelitian eksperimen dilakukan untuk melihat
hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variabel bebas dan menguji perubahan yang
diakibatkan oleh pemanipulasian tadi, namun subjek tidak dikelompokan secara acak
(Ruseffendi, 2005). Hasil dari pemanipulasian terhadap variabel bebas ini dapat dilihat dari
variabel terikatnya yaitu berupa pengembangan kemampuan pemodelan, berpikir kreatif,
disposisi pemodelan dan berpikir kreatif matematik mahasiswa.
Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan mengunakan PKBE
sebagai variabel bebas. Sementara kemampuan pemodelan, berpikir kreatif, disposisi pemodelan
dan berpikir kreatif matematik adalah sebagai variabel terikatnya (variabel yang diamati).
Pengamatan dilakukan 1 kali yaitu sesudah pembelajaran yang disebut postes.
Pada penelitian ini, sampel penelitian dipilih tidak secara acak, sampel dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu 2 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol. Postes dilakukan pada 3
kelompok tersebut. Pada kelompok eksperimen memperoleh perlakuan dengan pembelajaran
menggunakan PKBE sedangkan kelompok kontrol memperoleh perlakuan dengan PKV.
Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok
kontrol postes (posttest only control group design) yang secara ringkas digambarkan sebagai
berikut:
X1 0
X2 0
0
Keterangan: