Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
97
PENGARUH PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL, SUBJECTIVE NORM, DAN ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA ANTARA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN STIE IT&B MEDAN JULIANA
DOSEN PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERPAJAKAN POLITEKNIK IT&B MEDAN
ABSTRACT
This research aimed to examine the effect of perceived behavioral control, subjective norm, and attitude toward behavior towards entrepreneurship intentions. The variables used were perceived behavioral control, subjective norm, attitude toward behavior and intentions entrepreneurship. The population in this study were students STIE IT & B Medan. The sample in this study were 150 students STIE IT & B Medan.Sampling techniques is using a purposive sampling. Data collection technique is using a questionnaire. Data were analyzed using multiple regression method. The results of the analysis concluded that there are significant perceived behavioral control, subjective norm, and the attitude toward the behavior of the student entrepreneurship intentions STIE IT & B Medan
Keyword perceived behavioral control, subjective norm, attitude toward behavior entrepreneurship intentions
PENDAHULUAN
Kegiatan membelanjakan penghasilan untuk berbagai barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan manusia disebut kegiatan konsumsi. Kebutuhan manusia yang paling penting untuk dipenuhi melalui kegiatan konsumsi tentu saja adalah kebutuhan pokok atau kebutuhan dasarnya. Akan tetapi kebutuhan manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan jaman dan peningkatan pendapatan yang diterima. Manusia tidak sekadar dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, tetapi juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pendidikan, kesehatan, transportasi, komukasi dan lain sebagainya. Oleh karena melimpahnya pencari kerja dan sedikitnya lowongan kerja, perusahaan yang membutuhkan karyawan cenderung menetapkan standar kualitas sumber daya manusia yang cukup tinggi. Kualitas sumber daya manusia menentukan keberhasilan kerja dan perolehan pekerjaan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka pengembangan sikap wirausaha sangat diperlukan dalam menanggapi kurangnya lapangan pekerjaan. Seorang wirausahawan diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Manfaat ini diharapkan mampu menekan laju pengangguran di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha adalah perceived Behavioral control, subjective norm, dan attitude toward Behavior. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan karena jiwa kewirausahaan merupakan solusi dalam mengatasi jumlah pengangguran di Indonesia.Model theory of planned behavior mengkuantifikasi control beliefs dengan mengalikan kemungkinan subjektif adanya faktor-faktor yang mempersulit atau mempermudah dilaksanakannya suatu perilaku (strength of control belief atau control belief strength) dengan seberapa jauh adanya faktor tersebut memiliki kekuatan untuk mempermudah atau mempersulit pelaksanaan perilaku (power of control belief atau control belief power). Hasil perkalian ini dijumlahkan sesuai dengan jumlah control beliefs yang ada. Hubungan perceived behavioral control dengan control beliefs strength dan control belief power dapat dinyatakan secara aljabar sebagai berikut,
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
98
di mana PBC adalah perceived behavioral control, ci adalah control belief strength dan pi adalah control belief power.
Sikap terhadap Perilaku (Attitude Towards the Behavior)Untuk meyakinkan bahwa bipolar adjective yang dipilih sesuai (untuk perilaku tersebut dan minat populasi), harus dimulai dengan kumpulan yang relatif besar, misalnya skala 10 atau 12. Kumpulan awal dapat diambil dari daftar skala adjektif yang diterbitkan, yang berlaku untuk konsep dan populasi. Skala subset kecil yang menunjukkan internal konsistensi yang tinggi dipilih untuk indikator akhir. Kriteria kedua untuk pemilihan pernyataan ditentukan berdasarkan aspek kualitatif dari evaluasi yang ditunjukkan dengan skala adjektif. Sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai evaluasi secara keseluruhan dari menjalankan perilaku seperti yang diminta. Walaupun demikian, penelitian empiris menunjukkan bahwa evaluasi secara keseluruhan seringkali terdiri dari 2 (dua) komponen. Komponen pertama yaitu bersifat instrumental, ditunjukkan dengan pasangan kata adjektif (kata sifat) misal: bernilai - tidak bernilai, dan merugikan - menguntungkan. Komponen kedua lebih merupakan kualitas pengalaman dan ditunjukkan dengan skala seperti: menyenangi--tidak menyenangi.Prosedur pemilihan pernyataan seperti yang digambarkan dalam menentukan indikator maksud / tujuan, juga berlaku pada pemilihan pernyataan untuk penskalaan sikap (attitude)
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mengevaluasi pengaruh perceived Behavioral control, subjective norm, dan attitude toward Behavior terhadap intensi berwirausaha.Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perceived Behavioral Control, Subjective Norm, Dan Attitude Toward Behavior Terhadap Intensi Berwirausaha Antara Mahasiswa Laki-Laki Dan Perempuan STIE IT&B MEDAN.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perceived Behavioral Control
Fishbein dan Ajzen dalam Jessvita dan Edwin (2014) mendefinisikan perceived behavioral control
sebagai persepsi seseorang terhadap hambatan dalam melakukan suatu perilaku. Menurut Leo (2013)
perceived behavior control adalah keyakinan individu mengenai seberapa besar kontrolnya untuk memunculkan perilaku yang akan dimunculkannya.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perceived behavioral control adalah keyakinan individu mengenai seberapa besar kontrolnya untuk memunculkan perilaku yang akan dimunculkannya sebagai akibat dari akses sumber daya dan peluang yang dibutuhkan untuk menampilkan perilaku.
Pengertian Subjective Norm
Menurut Nurul et al (2013) subjective norm adalah persepsi atau asumsi seseorang mengenai harapan orang lain atas perilaku tertentu yang akan atau tidak dilakukan. Fishbein dan Ajzen dalam Jessvita dan Edwin (2014) mendefinisikan norma subyektif sebagai persepsi individu tentang apakah orang penting bagi individu berpikir perilaku harus dilakukan. Leo (2013) mendefinisikan Subjective Norm sebagai evaluasi seseorang mengenai tekanan sosial yang mempengaruhi individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa subjective norm adalah persepsi atau asumsi seseorang mengenai harapan orang lain atas perilaku tertentu yang akan atau tidak dilakukan dan merupakan evaluasi seseorang mengenai tekanan sosial yang mempengaruhi individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan.
Pengertian Attitude Toward Behavior
Fishbein dan Ajzen dalam Jessvita dan Edwin (2014) mendefinisikan sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan individu positif atau negatif tentang melakukan suatu perilaku. Menurut Leo
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
99
(2013) attitude toward behavior adalah evaluasi dan kencenderungan seseorang yang relatif konsisten untuk bereaksi atau berespon terhadap suatu objek sikap.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat didefinisikan bahwa attitude toward Behavior adalah tingkatan dimana seseorang mempunyai evaluasi yang baik atau kurang baik tentang perilaku tertentu yang relatif konsisten untuk bereaksi atau berespon terhadap suatu objek sikap.
Pengertian Gender
Menurut Damayanti (2013), genderadalah perbedaan biologis dan fisiologis antara laki-laki dan perempuan, yang dapat dibedakan melalui perbedaan anatomi dari sistem reproduksinya. Menurut Lips dalam Marzuki (2004) secara terminologis gender bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat didefinisikan bahwa gender adalah perbedaan biologis dan fisiologis antara laki-laki dan perempuan yang secara etimologis dapat diartikan sebagai jenis kelamin dan secara terminologis dapat diartikan sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Pengertian Intensi Berwirausaha
Rano (2012) mendefinisikan intensi berwirausaha sebagai pencapaian kemajuan usahanya, kesediaan menanggung macam-macam risiko berkaitan dengan tindakan berusaha yang dilakukannya, bersedia menempuh jalur dan cara baru, kesediaan untuk hidup hemat, kesediaan dari belajar yang dialaminya. Menurut Fuadi dalam Rano (2012): “Intensi berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan risiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan.” Menurut Linan dan Leon dalam Eka (2012) intensi berwirausaha adalah: “the individual’s decision to become an entrepreneur”.
Berdasarkan definisi tersebut maka intensi berwirausaha dapat diartikan sebagai keinginan bekerja keras untuk menjadi wirausaha.
Sampel Penelitian
Malhotra dan Birks (2007) mendefinisikan populasi sebagai gabungan seluruh elemen yang memiliki beberapa karakteristik umum tertentu, yang mencakup semesta untuk kepentingan masalah riset.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa STIE IT&B Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003).Menurut Cohen, Manison, dan Morrison (2007) sampel minimum adalah sebanyak 30 sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 150 mahasiswa STIE IT&B Medan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner digunakan karena merupakan mekanisme pengumpulan data yang efisien ketika peneliti mengetahui dengan pasti data yang dibutuhkan dan bagaimana mengukurnya (Sekaran, 2003). Teknik pengumpulan data dengan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang memberikan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan responden akan memberikan respon terhadap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Dalam kuesioner ini nantinya akan digunakan model pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawaban sebelumnya, sehingga responden dapat memilih salah satu alternatif jawaban tersebut.
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Uji Validitas
Menurut Malhotra dan Birks (2007) validitas adalah tingkat seberapa dalam pengukuran mewakili karakteristik yang ada pada fenomena yang diteliti. Pengujian validitas tiap butir pertanyaan menggunakan
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
100
analisis item. Dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir pertanyaan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa item tersebut mempuntai validitas yang tinggi. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah apabila koefisien korelasi skor butir pertanyaan dengan skor total minimal 0,3 sehingga butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Sugiyono, 2003).
Uji Reliabilitas
Menurut Sekaran (2003) reliabilitas menunjukkan tingkat tanpa bias(bebas kesalahan) dan karenanya menjamin pengukuran yang konsisten sepanjang waktu dan di berbagai item dalam instrumen. Dengan kata lain, keandalan ukuran adalah indikasi stabilitas dan konsistensi instrumen dalam mengukur konsep dan membantu untuk menilai kebaikan suatu ukuran. Pengujian reliabilitas instrumen diuji dengan menggunakan analisis Alpha Cronbach. Menurut Malhotra dan Birks (2007) Alpha cronbach adalah rata-rata seluruh bagian koefisien yang mungkin yang merupakan hasil dari cara yang berbeda dalam membagi item skala.
Besarnya nilai koefisien alpha yang diperoleh sama dengan penafsiran atas koefisien korelasi, yakni antara -1 sampai dengan +1. Artinya jika Alpha Cronbach mendekati 1, maka nilainya kuat dan positif, jika Alpha Cronbach mendekati -1, maka nilainya kuat dan negatif. Bila koefisien reliabilitasnya positif dan semakin besar maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Dalam penelitian ini digunakan pedoman uji reliabilitas, suatu data dikatakan reliabel apabila nilai reliabilitas data tersebut menunjukkan nilai Alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70 (Ghozali, 2006).
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari beberapa pengujian yang harus dilakukan, yakni Uji Multikolonieritas, Uji Heterosdastisitas, dan Uji Normalitas.
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik (Ghozali, 2006). Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat drafik P-P Plot. Apabila penyebaran data residual berada di dekat garis trend maka data terdistribusi normal.
Uji Multikolineritas
Uji Multikolonieritas bertujuan menguji hubungan antar variabel bebas di dalam model regresi. Jika ditemukan adanya multikolonieritas, maka koefisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak terhingga.
Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity adalah dengan menganalisis variance inflation factor (VIF). Menurut Gujarati (2004), VIF menunjukkan variansi estimator dikembangkan oleh adanya multikolinearitas. Apabila nilai VIF kurang dari 10 maka model regresi terbebas dari multikolinearitas (Ghozali, 2006).
Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas, yakni variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatter plot (Ghozali, 2006).
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
101 Uji Hipotesis
Ho: Tidak terdapat perbedaan Perceived Behavioral Control, terhadap Intensi Berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan di STIE IT&B Medan.
Ha : Terdapat perbedaan Perceived Behavioral Control, terhadap Intensi Berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan di STIE IT&B Medan. Hipotesis diatas kemudian akan dibuktikan dengan uji independent sample t-test yang hasilnya bisa dilihat dalam lampiran. Hasil Uji Independent Sample t-test t df Sig. (2-tailed) Pola Equal variances assumed 1.620 168 .107 Equal variances not assumed 1.686 121.602 Berdasarkan hasil perhitungan ujiin dependent sample t diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 1,620 dengan nilai signifikansi sebesar 0,107. Hal ini menunjukkan t hitung < t tabel 5% (1,6200,05) yang berarti H0 diterima atau Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat antara mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan. perempuan tentang Perceived Behavioral Control Terhadap Intensi Berwirausaha.
Hipotesis 2
Ho : Tidak terdapat perbedaan Subjective Norm Terhadap Intensi Berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan STIE IT&B Medan.
Ha : Terdapat perbedaan Subjective Norm Terhadap Intensi Berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan STIE IT&B Medan.
Berdasarkan Hasil Uji Independent Sample t-test t df Sig. (2- tailed) Pola Konsumsi Equal variances assumed 4.634 168 .000 Equal variances not assumed 4.845 137.704 .000 dari data primer yang diolah. Berdasarkan hasil perhitungan ujiin dependent sample t test diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 4,634dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan t hitung > t tabel 5% (4,634>1,973) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000< t tabel 5% (-1,5090,05) yang berarti H0 diterima atau Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaaan antara laki-laki dengan perempuan tentang
Subjective Norm, Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa STIE IT&B Medan Hipotesis 3
Ho : Tidak terdapat perbedaan. Attitude Toward Behavior terhadap Intensi Berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan STIE IT&B Medan.
Ha : Terdapat perbedaan Attitude Toward Behavior terhadap Intensi Berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan STIE IT&B Medan.
Hipotesis diatas kemudian akan dibuktikan dengan uji independen sample t-test yang hasilnya bisa dilihat dalam tabel berikut. Tabel 18. Hasil Uji Independent Sample t-test t df Sig. (2- tailed) Pola Konsumsi Equal variances assumed -1.617 168 .108 Equal variances not assumed -1.512 86.304 .134 Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan hasil perhitungan uji independent sample t-test pada, diperoleh bahwa nilai t hitung sebesar -1,617dengan nilai signifikansi sebesar 0,108. Hal ini menunjukkan t hitung < t tabel 5% (-1,6170,05) yang berarti H0 diterima atau Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan Attitude Toward Behavior terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa STIE IT&B Medan berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa.
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
102 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji validitas butir pertanyaan kuesioner valid karena memiliki nilai corrected item total correlation minimal 0,3. Berdasarkan uji reliabilitas kuesioner reliabel karena memiliki nilai cronbach’s alpha minimal 0,7. Berdasarkan hasil kuesioner responden terbanyak adalah pria dan berusia kurang atau sama dengan 20 tahun
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis untuk responden pria dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan perceived behavioral control terhadap intensi berwirausaha, tidak terdapat pengaruh subjective norm terhadap intensi berwirausaha, terdapat pengaruh
attitude toward behavior terhadap intensi berwirausaha, terdapat pengaruh subjective norm terhadap perceived bahavioural control, dan terdapat pengaruh subjective norm terhadap attitude toward behavior.
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesisuntuk responden wanita dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan perceived behavioral control terhadap intensi berwirausaha, tidak terdapat pengaruh subjective norm terhadap intensi berwirausaha, terdapat pengaruh
attitude toward Behavior terhadap intensi berwirausaha, terdapat pengaruh subjective norm terhadap perceived bahavioral control, dan terdapat pengaruh subjective norm terhadap attitude toward behavior.
KESIMPULAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa STIE IT&B Medan baik yang laki-laki maupun perempuan tentang Perceived Behavioral Control, terhadap Intensi Berwirausaha. Hal ini bisa dilihat dari hasil perhitungan uji independent sample t-test diketahui bahwa nilai t hitung < t tabel 5% (1,6200,05). Meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan pengeluaran konsumsi antara mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan, namun pada kenyataannya rata-rata prosentase pengeluaran mahasiswa laki-laki lebih besar dibanding mahasiswa perempuan.
2. Tidak Terdapat perbedaan antara laki-laki dengan perempuan tentang Subjective Norm, terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa STIE IT&B Medan . Hal ini bisa dilihat dari hasil perhitungan uji independent sample t-test diketahui bahwa t hitung > t tabel 5% (4,634>1,973) dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000< t tabel 5% (-1,5090,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahassiswa STIE IT&B Medan berpendapat bahwa dalam berira usaha anatara mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan mempunyai pendapat yang sama tentang norma-norma dalam melakukan wira usaha dilihat dari hasil perhitungan uji independent sample t-test diketahui bahwa nilai t hitung < t tabel 5% (-1,6170,05). Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa Mahasiswa STIE IT&B Medan tidak perlu memperhatikan norma-norma dalam berwirausaha.
3. Tidak terdapat perbedaan Attitude Toward Behavior terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa STIE IT&B Medan berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa STIE IT&B Medan baik yang laki-laki maupun perempuan mempunyai pandangan yang sama terhadap perilaku dan kebiasaan.
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
103 SARAN
Berdasarkan kesimpulan maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Variabel perceived behavioral control dan attitude toward behavior dapat digunakan sebagai prediktor intensi berwirausaha.
2. Penambahan variabel yang relevan sangat disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha. 3. Penambahan sampel penelitian dapat memberikan hasil yang berbeda sehingga dapat memberikan
kontribusi penelitian mengenai intensi berwirausaha. DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I.: 2002a, „Perceived Behavioral Control, Self Efficacy, Locus of Control, and the Theory of Planned Behavior’, Journal of Applied Social Psychology 32(4), 665–683.
Ajzen, I.: 2002b, 'Residual Effects of Past on Later Behavior: Habituation and reasoned Action Perspectives', Personality and Social Psychology Review 6(2), 107– 122.
Ajzen, I. and T. Madden: 1986, 'Perceived Goal-Directed Behavior: Attitudes, Dimensions, and Perceived Behavioral Control', Journal of Experimental Social Psychology 22, 453–474.
Anderson, R. and D. Johnson, et al.: 1993, 'Using the New ACM Code of Ethics in Decision Making', Communications of the ACM 36(2), 98–107.
Bamberg, S., I. Ajzen and P. Schmidt: 2003, 'Choice of Travel Mode in the Theory of Planned Behavior: The Roles of Past Behavior, Habit, and Reasoned Action', Basic and Applied Social Psychology 25(3), 175–187.
Banerjee, D. and T. P. Cronan, et al.: 1998, 'Modeling IT Ethics: A Study in Situational Ethics', MIS Quarterly 22(1), 31–60.
Beck, L. and I. Ajzen: 1991, 'Predicting Dishonest Actions Using the Theory of Planned Behavior', Journal of Research in Personality 25(3), 285–301.
Bhattacharjee, S. and R. Gopal, et al.: 2003, 'Digital Music and Online Sharing: Software Piracy 2.0', Communication of the ACM 46(7), 107–111.
Bhattacharjee, S. and R. Gopal, et al.: 2006, 'Consumer Search and Retailer Strategies in the Presence of Online Music Sharing', Journal of Management Information Systems 23(1), 129–141. Bhattacharjee, S. and R. Gopal, et al.: 2006, 'What Happened to Payola? An Empirical Analysis
Online Music Sharing', Decision Support Systems 42(1), 104– 110.
Bodur, H. and D. Brinberg, et al.: 2000, 'Belief, Affect, and Attitude: Alternative Models of the Determinants of Attitude', Journal of Consumer Psychology 9(1), 17–28.
Bono, S., A. Rubin, A. Stubblefield and M. Green: 2006, 'Security Through Legality', Communications of the ACM 49(6), 41–43.
Bommer, M. and C. Gratto: 1987, „A Behavioral Model of Ethical and Unethical Decision Making‟, Journal of Business Ethics 6(4), 265–280.
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
104
Chang, M.: 1998, 'Predicting Unethical Behavior: A Comparison of the Theory of Rea soned Action and the Theory of Planned Behavior', Journal of Business Ethics 17, 1825–1834.
Chellappa, R. and S. Shivendu: 2003, 'Economic Impacts of Variable Technology Standards for Movie Piracy in a Global Context', Journal of Management Information Systems 20(2), 137–149.
Cheng, H. and R. Sims, et al.: 1997, 'To Purchase or to Pirate Software: An Empirical Study', Journal of Management Information Systems 4, 49–60.
Conner, M. and C. Armitage: 1998, 'Extending the Theory of Planned Behavior: A Review and Avenues for Further Research', Journal of Applied Social Psychology 28(15), 1429–1464.
Conti, G.: 2006, 'Hacking and Innovation', Communications of the ACM 49(6), 33–36.
Cronan, T. P. and D. E. Douglas: 2006, 'Information Technology Ethical Behavior: Toward a Comprehensive Ethical Behavior Model', Journal of Organizational and End User Computing 18(1), i–xi.
Cronan, T. P., C. B. Foltz and T. W. Jones: 2006, 'Piracy, Komputer Crime, and IS Misuse at the University', Communications of the ACM 49(6), 85–90.
Cross, T.: 2006, 'Academic Freedom and the Hacker
Dubinsky, A. and B. Loken: 1989, 'Analyzing Ethical Decision Making in Marketing', Journal of Business Research 19, 83–107.
Eining, M. and A. Christensen: 1991, 'A Psycho-Social Model of Software Piracy: The Development and Test of a Model', in R. Dejorie, G. Fowler and D. Paradice (eds.Ethical Issues in Information Systems. (Boyd and Fraser, Boston, MA).
Feuilherade, P.: (2004) Online Piracy „Devastates‟ Music, BBC News. 2004.
Madden, T. and P. Ellen, et al.: 1992, 'A Comparison of the Theory of Planned Behavior and the Theory of Reasoned Action', Personality and Social Psychology Bulletin 18, 3–9.
Nunnaly, J.: 1978, Psychometric Theory (Mcgraw Hill, NY).
O‟Leary-Kelly, S. and R. Vokura: 1998, 'The Empirical Assessment of Construct Validity', Journal of Operations Management 16, 387–405.
Olson, J. and M. Zanna: 1993, 'Attitudes and Attitude Change', Annual Review of Psychology 44, 117– 154.
Peace, A. G., D. F. Galletta and J.Y.L. Thong: 2003, 'Software Piracy in the Workplace: A Model and Empirical Test', Journal of Management Information Systems 20(1), 153–177.
Pedhauzr, E. and L. Schmelkin: 1991, Measurement, Design, and Analysis: An Integrated Approach (Hillsdale, NJ).
Petty, R. and D. Wegener: 1997, „Attitudes and Attitude Change‟, Annual Review of Psychology 48, 609– 647.
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 1 No. 4
November 2017
105
Randall, D. and A. Gibson: 1991, 'Ethical Decision Making in the Medical Profession: An Application of the Theory of Planned Behavior', Journal of Business Ethics 10, 111–122.
Reiss, M. and K. Mitra: 1998, 'The Effects Of Individual Difference Factors On The Acceptability Of Ethical And Unethical Workplace Behaviors', Journal of Business Ethics 17(14), 1581–1593. Report MPAA, 2003: Thoughts on the Digital Future of M o v i e s , t h e T h r e a t O f P i r a c y , t h e Ho p e
o f Redemption. Encino, CA, Motion Picture Association of America. Rest, J.: 1986, Moral Development: Advances in Research and Theory (Praeger, New York).
Schwab, D.: 1999, Research Methods for Organizational Studies (Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, Mahwah, NJ).
Schwartz, S. and R. Tessler: 1972, 'A Test of a Model for Reducing Measured Attitude-Behavior Discrepancies', Journal of Personality and Social Psychology 42(2), 225– 236.
Shepherd, G. and D. O‟Keefe: 1984, 'Separability of Attitudinal and Normative Influences on Behavioral Intentions in the Fishbein-Ajzen Model', The Journal of Social Psychology 122, 287–288.