Informasi Dokumen
- Sekolah: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
- Mata Pelajaran: Kepuasan Pemangku Kepentingan
- Topik: Ringkasan Laporan Eksekutif Survei Kepuasan Pemangku Kepentingan Kemendikbud 2015
- Tipe: laporan
- Tahun: 2015
- Kota: Jakarta
Ringkasan Dokumen
I. Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Bidang Pendidikan
Bagian ini merangkum indeks kepuasan pemangku kepentingan di bidang pendidikan, baik internal maupun eksternal, berdasarkan survei tahun 2015. Analisis mencakup indeks kepuasan secara nasional, per provinsi, perbandingan antara pemangku kepentingan internal dan eksternal, serta analisis Importance-Performance Analysis (IPA) dan tingkat pencapaian harapan.
1.1. Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Bidang Pendidikan Total
Indeks kepuasan nasional rata-rata untuk pelayanan 10 parameter bidang pendidikan mencapai 77,3 untuk pemangku kepentingan internal dan 75,7 untuk eksternal, dikategorikan 'sangat puas' (kategori BB – Sangat Baik menurut PermenPAN RB No. 16/2014). Terlihat tren kepuasan yang lebih tinggi terhadap dampak layanan daripada proses layanan, menunjukkan apresiasi pemangku kepentingan terhadap hasil yang diperoleh daripada proses pelayanan itu sendiri. Kelompok Peserta Didik menunjukkan indeks kepuasan lebih tinggi daripada kelompok internal lainnya, sementara Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) serta Pengelola Pendidikan memiliki skor yang relatif sama, mencerminkan pemahaman mereka yang mendalam terhadap program dan kendala layanan pendidikan.
1.2. Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Bidang Pendidikan Berdasarkan Provinsi
Indeks kepuasan internal berada di rentang 71,2–86,1, dan eksternal di rentang 67,8–83,7. Semua provinsi berada dalam kategori 'puas–sangat puas sekali'. Terdapat kesamaan pola antara indeks kepuasan internal dan eksternal antar provinsi; misalnya, Kalimantan Timur memiliki indeks terendah baik internal maupun eksternal, begitu pula Sulawesi Utara yang memiliki indeks tertinggi. Meskipun demikian, disparitas antar provinsi masih signifikan, menandakan perlunya peningkatan dan pemerataan kinerja layanan pendidikan di seluruh Indonesia.
1.3. Perbandingan Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Internal dan Eksternal dan Antar Parameter Layanan
Secara umum, indeks kepuasan internal terhadap 9 parameter layanan lebih tinggi daripada eksternal, meskipun keduanya masuk kategori 'sangat puas'. Ini menunjukkan apresiasi positif dari pemangku kepentingan internal yang memiliki pengalaman langsung dengan layanan pendidikan. Parameter Unit Layanan Terpadu (ULT) memiliki indeks kepuasan tertinggi (internal dan eksternal), diikuti oleh parameter yang berkaitan dengan kesejahteraan guru. Parameter Peningkatan Kapasitas PTK (internal) dan Kurikulum (eksternal) menunjukkan indeks kepuasan terendah, mengindikasikan perlunya peningkatan layanan pada parameter tersebut.
1.4. Analisis Kepentingan – Kinerja (IPA) dan Preferensi IPA Pemangku Kepentingan Bidang Pendidikan
Analisis IPA memetakan parameter berdasarkan kepentingan dan kinerja. Kuadran I (Prioritas Utama) menunjukkan parameter penting dengan kinerja rendah, Kuadran II (Pertahankan Prestasi) menunjukkan parameter penting dengan kinerja baik, Kuadran III (Kinerja Berlebihan) menunjukkan parameter kurang penting dengan kinerja tinggi, dan Kuadran IV (Prioritas Rendah) menunjukkan parameter kurang penting dengan kinerja rendah. Terdapat perbedaan preferensi IPA antara pemangku kepentingan internal dan eksternal, terutama pada parameter Uji Kompetensi Guru (UKG) dan Ujian Nasional (UN) yang berada di Kuadran III, menunjukkan perlunya penyesuaian implementasi layanan agar sesuai dengan persepsi pemangku kepentingan.
1.5. Tingkat Pencapaian Harapan Bidang Pendidikan Menurut Pemangku Kepentingan Internal dan Eksternal
Tingkat pencapaian harapan diukur dengan rasio Kinerja/Harapan (%P/E). Internal: Reformasi Birokrasi Kemendikbud pada ULT memiliki rasio tertinggi (95%), sementara Program Indonesia Pintar terendah (87%). Eksternal: Ujian Nasional (UN) memiliki rasio tertinggi (88%), sementara Block Grant Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Peningkatan Kapasitas PTK terendah (86%). Perbedaan ini menunjukkan perbedaan persepsi antara pemangku kepentingan internal dan eksternal terhadap pencapaian harapan layanan pendidikan.
II. Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Bidang Kebudayaan
Bagian ini serupa dengan bagian sebelumnya, tetapi fokus pada bidang kebudayaan. Analisis mencakup indeks kepuasan nasional, per provinsi, perbandingan internal dan eksternal, analisis IPA, dan tingkat pencapaian harapan.
2.1. Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Bidang Kebudayaan Total
Indeks kepuasan nasional rata-rata untuk 10 parameter bidang kebudayaan adalah 74,5 (internal) dan 73,7 (eksternal), keduanya dikategorikan 'sangat puas' (kategori BB – Sangat Baik menurut PermenPAN RB No. 16/2014). Sama seperti di bidang pendidikan, kepuasan terhadap dampak layanan lebih tinggi daripada proses layanan. Kepala Sekolah, Pemuka Adat, dan Pengelola Situs/Cagar Budaya menunjukkan indeks kepuasan tertinggi di kalangan internal, mencerminkan dampak langsung layanan kebudayaan terhadap kelompok tersebut.
2.2. Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Bidang Kebudayaan Berdasarkan Provinsi
Indeks kepuasan internal berada di rentang 65,7–81,6, dan eksternal di rentang 63,7–87,0. Semua provinsi berada dalam kategori 'puas–sangat puas sekali'. Kemiripan pola indeks antara internal dan eksternal juga terlihat di bidang kebudayaan; Papua Barat memiliki indeks terendah, dan Sulawesi Utara tertinggi. Namun, perbedaan antar provinsi masih cukup besar, sehingga pemerataan kinerja layanan kebudayaan perlu ditingkatkan.
2.3. Perbandingan Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Internal dan Eksternal dan Antar Parameter Layanan
Indeks kepuasan internal umumnya lebih tinggi daripada eksternal, kecuali pada parameter Fasilitasi Kegiatan Budaya. Ini kembali menunjukkan apresiasi lebih tinggi dari pemangku kepentingan internal yang berinteraksi langsung dengan layanan kebudayaan. Parameter Kemah Budaya (Pramuka) dan Kemah Perbatasan (internal) serta Warisan Budaya Benda dan Takbenda (eksternal) menunjukkan indeks kepuasan tertinggi. Fasilitasi Kegiatan Budaya (internal) dan Registrasi Cagar Budaya (eksternal) memiliki indeks terendah, menunjukkan perbedaan persepsi antara internal dan eksternal terkait layanan kebudayaan.
2.4. Analisis Kepentingan – Kinerja (IPA) dan Preferensi IPA Pemangku Kepentingan Bidang Kebudayaan
Analisis IPA menunjukkan kesamaan penilaian internal dan eksternal pada empat parameter di Kuadran II (Pertahankan Prestasi), yaitu Revitalisasi Cagar Budaya, Pemeliharaan Cagar Budaya, Kemah Budaya, dan Warisan Budaya Benda dan Takbenda. Ini menunjukkan apresiasi positif terhadap layanan yang berpotensi meningkatkan rasa kebangsaan. Perbedaan preferensi antara internal dan eksternal menunjukkan perbedaan sudut pandang terhadap pentingnya berbagai layanan kebudayaan.
2.5. Tingkat Pencapaian Harapan Bidang Kebudayaan Menurut Pemangku Kepentingan Internal dan Eksternal
Rasio %P/E untuk internal: Kemah Budaya dan Revitalisasi Cagar Budaya memiliki rasio tertinggi (90% dan 89%), sementara Fasilitasi Kegiatan Budaya dan Revitalisasi Desa Adat terendah (81% dan 82%). Eksternal: Kemah Budaya memiliki rasio tertinggi (85%), sementara Bantuan Sosial (Bansos) Komunitas Budaya terendah (82%). Perbedaan ini menunjukkan perbedaan persepsi antara internal dan eksternal terhadap layanan kebudayaan dan pencapaian harapan.
III. Informasi Tambahan
Bagian ini menyajikan informasi tambahan berupa penilaian terhadap Rencana Strategis (Renstra) Kemendikbud 2015-2019 dan layanan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
3.1. Rencana Strategis (Renstra) Kemendikbud 2015-2019
Indeks kepuasan terhadap Renstra di 34 provinsi menunjukkan variasi yang cukup besar. Sulawesi Utara memiliki indeks tertinggi, sementara Kalimantan Barat terendah, baik untuk internal maupun eksternal. Secara keseluruhan, indeks kepuasan internal (77,9) dan eksternal (77,0) masuk kategori 'sangat puas', menunjukkan apresiasi terhadap Renstra Kemendikbud 2015-2019.
3.2. Layanan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Survei terhadap sembilan layanan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menunjukkan tingkat pengetahuan responden yang bervariasi (33%–53%). Responden yang mengetahui layanan tersebut memberikan skor kepuasan yang relatif seragam (3,4–3,6 dari 6), menunjukkan perlunya peningkatan sosialisasi, edukasi, dan komunikasi untuk meningkatkan pemahaman dan aksesibilitas terhadap layanan tersebut. Perlu strategi komunikasi yang lebih intensif dan terukur melalui berbagai media untuk menjangkau target sasaran.