• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Depresi Lansia Dengan Sakit Kronis Di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Tingkat Depresi Lansia Dengan Sakit Kronis Di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN SAKIT KRONIS DI DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI

SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

JERRY AGUSTIAN J210090121

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN SAKIT KRONIS DI DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI

SUKOHARJO ABSTRAK

Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang utama. Gangguan depresi sering dijumpai pada lansia. Depresi yang terjadi pada lansia terkadang tidak dapat didiagnosis dan tidak mendapatkan penanganan yang semestinya, hal tersebut karena gejala yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses penuaan yang normal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahi gambaran tingkat deresi lansia dengan sakit kronis di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Responden penelitian adalah 30 lansia di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo, teknik pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian: (1) Tingkat deresi lansia dengan sakit kronik pada kategori ringan sebanyak 6 orang (20,0%). (2) Tingkat depresi lansia dengan sakit kronik pada kategori sedang sebanyak 21 orang (70,0%). (3) Tingkat depresi lansia dengan sakit kronik pada kategori berat sebanyak 3 orang (10,0%). Simpulan dari penelitian ini bahwa tingkat depresi pada lansia sakit kronik sebagian besar mempunyai tingkat depresi sedang. Saran bagi lansia yang mempunyai sakit kronis agar dapat meningkatkan kualitas hidup dengan menjaga kebersihan dan kesehatannya agar tidak terjadinya penyakit kronis yang menahun.

Kata kunci: Depresi, lansia, Sakit kronis,

ABSTRACT

Depression is one of the main mood disorder. Depression that occurs in the elderly often can not be diagnosed and do not receive proper treatment, it is because the symptoms are often regarded as a part of the normal aging process. The purpose of this study is to describe the level of depression in the elderly with chronic pain Gedongan Village District of Baki, Sukoharjo. This study was a descriptive study because researchers did not provide treatment to the subjects but aims to portray the nursing problems in subjects where samples were taken. This study used a cross-sectional approach. The sample is 30 elderly people in the village of the District Gedongan, Baki, Sukoharjo. The sample in the study using the method of non-probability sampling with purposive sampling technique Based on the research concluded : (1) The rate of depression in the elderly with chronic pain as much light category 6 (20.0%). (2) The rate of depression elderly with chronic pain in the category as many as 21 people (70.0%). (3) The rate of depression in the elderly with chronic pain as much weight category 3 (10.0%). Conclusion is the rate of depression elderly with chronic pain in the category as many.

(6)

2

1 PENDAHULUAN

Pada tahun 2000 penduduk usia lanjut (lansia) di seluruh dunia sebanyak 426 juta (6,8%) dari total penduduk dunia dan pada tahun 2025 jumlah lansia akan meningkat hampir dua kali lipat menjadi sekitar 828 juta jiwa (9,7%) dari total penduduk dunia. Lansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan (Agus, 2011).

Sementara, angka harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) meningkat dari 67,8% pada tahun 2000-2005 dan diperkirakan menjadi 73,6% tahun pada tahun 2020-2025. Badan Pusat Statistik memperkirakan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun 2020

Proses menua (aging) pada seseorang terjadi sejak pembuahan sampai saat kematian. Proses menua adalah proses alamiah yang disertai dengan penurunan kondisi fisik, psikologis serta sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan tersebut berpotensi kesehatan jiwa secara umum dan secara khususnya menimbulkan masalah secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada usia lanjut (Juwita, 2013).

Faktor psikososial lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang dapat membebani kehidupan lanjut usia tersebut, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap gangguan fisik, sosial dan mentalnya. Adanya peningkatan usia harapan hidup, berdampak pada lebih banyak terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Beberapa gangguan mental yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah depresi, insomnia, anxietas, dan delirium (Marchira, Wirasto dan Sumarni, 2007).

Gangguan depresi yang dijumpai pada lansia adalah masalah psikososio-geriatri sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Depresi yang terjadi pada lansia terkadang tidak dapat didiagnosis dan tidak mendapatkan penanganan yang semestinya, hal tersebut karena gejala yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses penuaan yang normal. (Marchira, Wirasto dan Sumarno, 2007).

(7)

3

Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Jumlah orang lansia di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta atau 11% dari total populasi penduduk. Namun, ada sekitar 74% dari lansia usia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis yang harus makan obat terus-menerus selama hidup mereka.

Peningkatan jumlah lansia tersebut berdampak pada munculnya masalah kesehatan, yang terjadi pada lansia berupa masalah fisik, biologi, maupun psikososial. Lansia cenderung untuk menderita penyakit kronis dan sekitar 80% lansia di dumia menderita sedikitnya satu jenis penyakit kronis seperti hipertensi, arthritis, diabetes mellitus dan Iain-lain (Zulfitri, 2011).

Hasil observasi pendahuluan bahwa Di Desa Gedongan Sukoharjo terdapat 3.046 jumlah penduduk dan sebanyak 416 orang (14,0%) adalah lansia. Data yang didapat dari bidan dan kader desa terdapt 30 lanjut usia yang mengalami sakit kronis. Dimana pada proses ini lansia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun social yang saling berinteraksi satu sama lain, serta mengalami gangguan atau sakit yang menahun sehingga muncul tanda-tanda depresi, oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Gambaran Tingkat Depresi Lansia Dengan Sakit Kronis di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat depresi lansia dengan sakit kronis.

2 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional, dengan variabel tunggal yaitu tingkat depresi lansia dengan sakit kronis.

Populasi dalam penelitian ini adalah warga lanjut usia di Kelurahan Gedongan Baki Sukoharjo yang berjumlah 314 orang, diambil sampel 30 orang dengan teknik non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dengan kuesioner GDS (Geriatric Depression Scale). Teknik analisis data dengan analisis deskriptif.

(8)

4

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Umur, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Status, dan Lama Menderita pada Lansia dengan Sakit Kronis di Desa

Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo (N = 30) Variabel (f) (%) Umur : 60 – 65 tahun 17 56,7 66 – 70 tahun 10 33,3 > 70 tahun 3 10,0 Jenis Kelamin : Laki-laki 11 36,7 Perempuan 19 63,3 Pendidikan Akhir : SD 23 76,7 SMP 4 13,3 SMA 3 10,0 Pekerjaan : Tidak bekerja 16 53,3 Bekerja 14 46,7 Status : Tidak Kawin 13 43,3 Kawin 17 56,7 Lama Sakit : 1 – 5 tahun 24 80,0 6 – 10 tahun 6 20,0 Jumlah 30 100,0

Sumber: Data yang diolah, 2016

Berdasarkan distribusi umur responden diketahui bahwa sebagian besar responden berumur antara 60-75 tahun yaitu sebanyak 33 orang (6,7%) dan terkecil adalah berumur lebih dari 70 tahun yaitu sebanyak 3 orang (10,0%).

Jenis kelamin responden diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Pendidikan akhir responden diketahui sebagian besar tamat SD yaitu sebanyak 23 orang (76,7%).

(9)

5

Sebagian besar responden mempunyai pekerjaan atau tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 16 orang (53,3%), berstatus kawin sebanyak 17 orang (56,7%) dan lama sakit sebagian besar antara 1-5 tahun yaitu sebanyak 24 orang (80,0%).

3.1.2 Analisis Deskriptif :

Tabel 2. Distribusi Frekuensi tentang Tingkat Depresi pada Lansia dengan Sakit Kronis di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo

Tingkat Depresi f (%) Rendah Sedang Tinggi 6 21 3 20,0 70,0 10,0 Jumlah 30 100,0 Sumber: Data yang diolah, 2016

Berdasarkan distribusi data tentang tingkat depresi pada lansia dengan sakit kronis di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo sebagian besar mempunyai tingkat depresi sedang yaitu sebanyak 21 orang (70,0%) dan sebagian kecil mempunyai tingkat depresi tinggi yaitu sebanyak 3 orang (10,0%), adapun yang termasuk tingkat depresi rendah sebanyak 6 orang (20,0%).

3.2 Pembahasan

3.2.1 Karakteristik Responden 3.2.1.1 Umur

Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa sebagian besar responden berumur lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 33 orang dan terkecil adalah berumur 40-50 tahun yaitu sebanyak 13 orang (21,3%). Hal ini juga sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa umur rata-rata lansia dengan sakit kronis di desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo adalah usia lansia (elderly) yaitu usia 60-74 tahun, namun juga banyak pasien berada pada lanjut usia tua (old) berusia antara 75 – 90 tahun.

Oleh karena itu dengan usia tersebut akan berdampak pada perubahan fisik, hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Stanley, Mickey & Beare (2006), bahwa dampak proses menua seseorang mengalami masalah baik dari segi fisik, biologi, mental dan sosial. Semakin tua kemampuan fisik semakin turun. Perubahan fisik dari tingkat sel sampai

(10)

6

tingkat organ misalnya sistem indra, sistem muskulos-keletal, sistem kardiovas-kuler dan respirasi, pencernaan dan metabolisme, endokrin, perkemihan, sistem saraf serta sistem reproduksi. Hal ini akan berdampak pada penyakit yang bersifat kronis.

Sebagaimana dikemukakan oleh Apriliani (2009) dalam suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang disebutnya sebagai a series of i’s. Mulai dari immobility (imobili-sasi), instabi-lity (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gang-guan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yang menjelaskan bahwa sebagian lanjut usia berumur di atas 60 tahun. Menurut Partini (2011), bahwa pengaruh proses menua dapat menimbulkan masalah baik fisik, mental, sosial maupun ekonomi sehingga timbul gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Gejala-gejala yang dialami dari perubahan fisik kulit kehilangan keelastisannya, kering, keriput, kemampuan indra mengalami penurunan dalam sensitivitasnya dan efisiensinya.

3.2.1.2 Jenis Kelamin

Hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin responden diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini merupakan gambaran secara umum di lapangan bahwa jenis kelamin lansia yang mempunyai penyakit kronis sebagian besar berjenis kelamin perempuan dibandingkan berjenis kelamin laki-laki. Perempuan ketika datang manopause kadang mempunyai pola hidup yang tidak teratur misalnya makan dan minum yang sekehen-daknya sendiri, jarang melakukan aktivitas fisik. Hal ini akan berdampak pada ketidakstabilan emosional dan psikologis responden tersebut sehingga apabila tidak berkurang dampak psikologisnya seperti stress, kecemasan dan gugup maka akan timbul terjadinya peningkatan kadar gula darah (Sugondo, 2012).

(11)

7

Penyakit kronik degeratif yang kerap dialami para lanjut usia adalah diabetes mellitus. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita diabetes mellitus. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sari (2012) dengan bahwa sebagian besar lanjut usia yang diteliti mempunyai penyakit kronis berupa diabetes mellitus dengan 40,6% lansia menderita depresi, terdiri dari lansia dengan depresi ringan, 25,9% dan yang depresi berat ada 14,7%. Selain itu juga didapatkan penyakit kronis yang diderita adalah hipertensi. Berkaitan dengan hiperten-si menurut Soeharto dalam Haryati (2014), bahwa penyakit diebetes mellitus ini sebagian besar dapat dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena pada perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit diebetes mellitus. Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki, sehingga faktor resiko terjadinya Diabetes Mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki yaitu 2-3 kali.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Rustina (2012), yang menjelaskan bahwa sebagian responden gagal ginjal kronis berjenis kelamin perempuan dengan lamanya menderita lebih dari 4 tahun.

3.2.1.3 Pendidikan Akhir

Berdasarkan penemuan diketahui sebagian bear responden mem-punyai pendidikan SD yaitu sebanyak 23 orang (76,7%). Hal ini sebagaimana kenyataan di lapangan bahwa responden sebagian besar berasal dari lingkungan pedesaan yang umumnya lanjut usia sudah mengalami gejala psikologis seperti depresi. Apabila dikaitkan dengan tingkat pendidikan bahwa dengan tingkat pendidikan responden dengan rasio akademik lebih tinggi akan memudahkan dalam menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Namun demikian responden umumnya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) namun kenyataannya dengan pendidikan yang dimilikinya seseorang

(12)

8

umumnya memiliki pekerjaan dan pendapatan yang layak sehingga kurang adanya kontrol terhadap diet diabetes mellitus.

3.2.1.4 Status

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden masih berstatus kawin. Menurut Kaplan dan Saddock (2007), faktor resiko dari depresi dipengaruhi oleh status perkawinan, pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang-orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau karena perceraian atau berpisah dengan pasangan.

3.2.1.5 Pekerjaan

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai pekerjaan atau tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Hal ini sebagaimana kenyataan di lapangan bahwa umumnya sebagian besar responden di samping sudah tua juga ekonomi banyak yang sudah ditanggung oleh anaknya, namun juga masih ada beberapa lansia yang masih bekerja sebagai buruh/tani.

Keterkaitan antara penghasilan dengan penyakit kronis lain seperti penyakit DM secara tinjauan teoritik belum ada kejelasan yang pasti, namun peneliti berasumsi bahwa dengan penghasilan yang rendah akan dapat mempengaruhi kondisi DM yang sudah ada. Menurut Butlet (2002) dalam Yusra (2011), bahwa status ekonomi dan pengetahuan tentang DM mempenga-ruhi seseorang untuk melakukan manajemen perawatan diri DM. Keterbatasan finansial seseorang akan membatasi responden untuk mencari informasi, perawatan dan pengobatan untuk dirinya.

3.2.1.6 Lamanya sakit

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai lamanya sakit antara 1-5 tahun (80,0%). Menurut Apriliani (2009), bahwa sakit kronis adalah suatu keadaan sakit yang berlangsung lama. Sakit yang tidak berakhir dalam tiga bulan atau lebih dapat dikatakan kronis. Penyakit kronis umumnya terjadi pada mereka yang telah hidup cukup lama untuk mengalaminya. Kenyataannya, sebagian besar penyakit kronis terjadi pada semua usia, walaupun kebanyakan di antaranya terjadi pada tahap kehidupan lanjut, tantangan yang dihadapi dalam epidemiologi penyakit kronis adalah

(13)

9

bagaimana can menaklukkan penyakit kronis dan penyakit akibat perilaku, yang di antaranya berkaitan dengan proses penuaan.

3.2.2 Tingkat Depresi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Lansia dengan Sakit Kronis di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo mempunyai tingkat depresi sedang yaitu sebanyak 21 orang (70,0%) dan yang laing sedikit lansia yang mempunyai tinkat depresi tinggi yaitu sebanyak 3 orang (10,0%).

Hasil penelitian terbukti sebagian besar responden mempunyai tingkat depresi sedang. Hal ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Sebagaimana dinyatakan oleh Kaplan dan Saddock (2007), faktor resiko dari depresi dipengaruhi oleh umur, rata-rata usia onset untuk depresi berat adalah kira-kira 40 tahun, 50% dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Gangguan depresif berat juga mungkin memiliki onset selama masa anak-anak atau pada lanjut usia, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Selain itu depresi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Alasan adanya perbedaan telah didalilkan sebagai melibatkan perbedaan hormonal, perbedaan stressor psikososial bagi perempuan dan laki-laki. Dan menurut Nevid dkk (2004), bahwa faktor-faktor yang meningkatkan resiko lansia untuk terjadi depresi meliputi : usia, status sosial ekonomi, status pernikahan, jenis kelamin dan dukungan sosial.

4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Sebagian besar lansia dengan sakit kronis di Desa Gedongan Kecamatan Baki Sukoharjo mempunyai tingkat depresi sedang.

(14)

10 4.2 Saran

4.2.1 Bagi Lansia dengan sakit kronis. Memberikan gambaran kepada lansia yang mempunyai penyakit kronis tentang gambaran tingkat depresi sehingga

memotivasi lansia untuk meningkatkan kualitas hidup dengan menjaga kebersihan dan kesehatannya agar tidak terjadinya penyakit kronis yang menahun.

4.2.2 Bagi institusi kesehatan. Memberikan tambahan informasi dan pengembangan pelayanan kesehatan pada lansia yang mempunyai penyakit kronis dalam meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan khususnya untuk mengurangi depresi pada lansia yang menderita penyakit kronis.

4.2.3 Bagi institusi pendidikan. Memberikan gambaran dan menyediakan data dasar yang dapat di gunakan penelitian selanjutnya yang terkait dengan kasus depresi yang diderita pada lansia yang mempunyai penyakit kronis.

4.2.4 Bagi peneliti. Menambah pengetahuan dan digunakan sebagai pembelajaran peneliti dalam melakukan penelitian terkait dengan depresi pada lansia yang mempunyai penyakit kronis serta mampu merencanakan usaha-usaha kesehatan yang dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat khususnya pada lansia dengan penyakit kronis.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2011). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Rimbo Kaduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sintuk Padang Pariaman. Jurnal Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Apriliani, IF. 2009. Keperawatangerontik I " Penyakit yang Sering terjadi Pada Lansia”. Artikel. Malang : Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang.

(15)

11

Arista, A. (2007). Hubungan Antara Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Pekerjaan Dengan Timbulnya Depress. (Studi Pada Pengungsi Banjir Bandung di Lapangan Gaplek Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember Tahun 2006. Jurnal Publikasi. Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Depkes RI. (2010). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes.

Haryati, dkk (2014). Hubungan Faktor Resiko, Jenis Kelamin, Kegemukan dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. Vol 8: No1.

Hawari, H. (2011). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Idrus, MF. (2007). Depresi Pada Penyakit Parkinson. Makasar .FKUNHAS.

Juwita, R. (2013). Hubungan Keluarga Dengan Depresi Pada Lansia di UPTD Rumah Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2013. Katya Tulis Ilmiah. Banda Aceh : Sekolah Tinggi limu Kesehatan U'budiyah Program Studi Diploma III Kebidanan Banda Aceh.

Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis Psikiatri (ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis). Jakarta : Binarupa Aksara.

Marchira, CR, Wirasto, RT dan Sumarno, DW. (2007). Pengarnh Faktor-Faktor Psikososial dan Insomnia Terhadap Depresi Pada Lansia Di Kota Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 23, No. I.

Muslim, R. (2007). Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik (Psychotropic Medication) Edisi ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fk Unika Atma Jaya

Nevid, J.S. Rathus, S.A. Greene, B. (2004). Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(16)

12

Partini, S. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Rustina. (2012). Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

Menjalani Haemodialisis Di RSUD DR. Soedarso Pontianak.

http://portalgaruda.org/article.php? diakses 8 Juni 2015

Saputri, MAW dan Indrawati, ES. (2011). Hubungan antara Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Lanjnt Usia Yang Tinggal Di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip .Vol. 9, No.I, April 2011

Sari. (2012). Gambaran Tingkat Depresi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Jurnal Publikasi. Bandung: UNPAD.

Stanley, Mickey. Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.

Wulandari, A.F.S. (2011). Kejadian Dan Tingkat Depresi Pada Lanjnt Usia : Studi Perbandingan di Panti Wreda Dan Komunitas. Artikel Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Semarang : Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Yusra, A. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Zulfitri, R (2011). Konsep Diri dan Gaya Hidnp Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis

di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbarn. Jurnal Ners Indonesia, Vol. 1, No.2.

http://portalgaruda.org/article.php?

Gambar

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Umur, Jenis kelamin, Pendidikan,  Pekerjaan, Status, dan Lama Menderita pada Lansia dengan Sakit Kronis di Desa

Referensi

Dokumen terkait

Ikan tuna yang didaratkan hampir sebagian besar berukuran kecil (tidak sesuai kriteria layak tangkap. Jika kegiatan ini terus dilakukan tanpa adanya pengawasan

Hasil analisis peragam menunjukkan bahwa kambing kacang memiliki bobot potongan komersial karkas bagian leg yang sangat nyata lebih rendah (P<O.Ol) dibandingkan

“PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM CERITA PENDEK PADA SURAT KABAR JAWA POS EDISI JANUARI – FEBRUARI 2012 “.

Hubungan antara harga, penerimaan dan volume produksi dapat diketahui dengan melakukan analisis break even point (BEP) yang meliputi BEP Price/TIH (Titik Impas Harga) dan

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIAN AUDITOR MENGGUNAKAN TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Each contestant should solved the assigned problems individually and submit their answer at the end of 30 minutes.. The last two problems are to be solved by the team members

Prestasi belajar yang akan diteliti dibatasi pada mata kuliah Komputer.

Saung Mirwan dalam budidaya lisianthus yaitu ketidakserempakan bibit yang tumbuh, banyaknya tanaman roset, gangguan hama dan penyakit, serta rendahnya persen tanaman yang