• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan usaha bunga potong lisianthus di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan usaha bunga potong lisianthus di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

PENG

DI P

DE

GELOLA

PT. SAUN

EPARTEM

IN

AAN USAH

NG MIRW

J

LENI A

MEN AGR

FAKU

NSTITUT

HA BUNG

WAN, ME

JAWA BA

ADELINA

A24060

RONOMI

ULTAS PE

T PERTA

2011

GA POTO

EGAMEN

ARAT

A MELIA

0239

I DAN HO

ERTANIA

ANIAN BO

1

ONG LIS

NDUNG, B

ALA

ORTIKU

AN

OGOR

SIANTHU

BOGOR,

ULTURA

US

(2)

RINGKASAN

LENI ADELINA MELIALA. Pengelolaan Usaha Bunga Potong Lisianthus di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing oleh DEWI SUKMA).

Magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari hingga Juni 2010 di PT. Saung Mirwan. Penulis mempelajari aspek teknis dan manajerial selama pelaksanaan magang. Penulis berstatus karyawan harian selama 2 bulan, pendamping kepala divisi 1 bulan, dan pendamping kepala bagian 1 bulan. Magang ini bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, kemampuan dalam budidaya dan produksi bunga potong lisianthus di PT. Saung Mirwan, dan kemampuan dalam menghadapi proses kerja secara nyata.

PT. Saung Mirwan berkantor pusat di Jl. Cikopo Selatan Dusun Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Letak geografis PT. Saung Mirwan antara 54-106 °BT dan 4-6 °LS. Curah hujan bulanan pada kebun produksi Sukamanah sekitar 32-594 mm dan curah hujan tahunan 2 945 mm. Suhu udara harian rata-rata yaitu 26.37 °C dan kelembaban udara berkisar antara 70-80 %. Lokasi perusahaan terletak pada ketinggian 670 m dpl dan berada di kaki Gunung Pangrango. Budidaya lisianthus berada di dua lokasi, yaitu persemaian dan pembibitan di Sukamanah dan pemeliharaan di Lemah Neundeut. Total karyawan PT. Saung Mirwan hingga 15 Februari 2010 adalah 455 orang.

Budidaya lisianthus menggunakan benih yang diimpor langsung dari produsen benih Takii Seed dan Sakata Seed di Jepang. Media persemaian yang digunakan adalah sekam, coco peat, dan media campuran yang mengandung white sphagnum peat dengan perbandingan 1:1:2. Persemaian benih hingga menjadi bibit yang siap untuk ditanam ke lapang memerlukan waktu 12-13 minggu. Budidaya lisianthus mulai dari persemaian hingga panen memerlukan waktu 20-25 minggu, namun hal ini tergantung dari pertumbuhan tiap varietas.

(3)

iii daun, panjang ruas batang (internode), diameter batang, dan jumlah cabang. Karakteristik generatif yang diamati adalah waktu berbunga, jumlah bunga, panjang tangkai bunga, jumlah mahkota, umur panen, total panen, periode panen, pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit, dan vase life bunga. PT. Saung Mirwan membudidayakan 10-17 varietas lisianthus hingga akhir tahun 2010. Pemilihan varietas didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, waktu panen, dan permintaan konsumen.

Jarak tanam lisianthus di lapang adalah 14.5 cm x 14.5 cm dengan menggunakan net penyangga (supporting net). Kegiatan pemeliharaan lisianthus berupa penyiraman dan pemupukan dengan sistem irigasi tetes (drip irrigation), pemberian Mad Gib berbahan aktif giberelin 3-20 %, pengukuran pH dan EC (electric conductivity) larutan nutrisi, pewiwilan atau disbudding, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.

Kriteria lisianthus siap panen ditentukan dari panjang tangkai, minimal terdapat 2 bunga mekar, tanaman segar, dan tidak terserang penyakit. Seleksi kualitas dilakukan dengan mengelompokkan tanaman menjadi 2 kriteria yaitu grade A dan B. Grade A memiliki panjang tangkai tanaman ≥ 60 cm dan minimal sudah ada 2 bunga yang mekar, sedangkan grade B memiliki panjang tangkai < 60 cm dan tidak ada kriteria jumlah bunga yang mekar.

Berdasarkan pengujian vase life, perendaman pangkal batang lisianthus varietas Rosina Green dan Exrosa Pink dengan konsentrasi gula 15 g/l + asam sitrat 0.4 g/l dapat memperpanjang kesegaran bunga hingga 17 hari atau lebih lama 2-5 hari dibandingkan dengan perendaman menggunakan air.

(4)

Lisianthus Cut Flower Management Business in PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, West Java

Abstract

Lisianthus is an annual ornamental plants, that comes from subtropical countries, Southern of United States, Mexico, Caribbean and Northern of South America. In Indonesia, Lisianthus has not well known yet by the public. However, the characteristics of this plant has the advantage, especially as an ornamental plant. Lisianthus has unique flower with attractive colors and has a high selling price. Lisianthus as cut flowers has good development prospects in Indonesia.

PT.Saung Mirwan is one of horticulture company that produces lisianthus as cut flowers. The apprentice was started on February until June in PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, West Java. The student worked as daily employee, assistant of head subdivision, and assistant of head division. This activity was learning how to manage and cultivate Lisianthus, so that the activities in the nursery and field, harvest, post harvest treatment until lisianthus sold to consumer could be produced with good quality. The problems that found in field were many rosette plants, pests and diseases,and not optimal environment conditions for the gowth of lisianthus. Improvements to the cultivation technique, workers skill development, and increase network is needed for better production.

(5)

iv

PENGELOLAAN USAHA BUNGA POTONG LISIANTHUS

DI PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG, BOGOR,

JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

LENI ADELINA MELIALA

A24060239

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

v

Judul :

PENGELOLAAN USAHA BUNGA POTONG

LISIANTHUS DI PT. SAUNG MIRWAN,

MEGAMENDUNG, BOGOR, JAWA BARAT

Nama :

LENI ADELINA MELIALA

NRP :

A24060239

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Sukma, SP., M.Si NIP. 19700404 199702 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 27 Juli 1988 dan merupakan anak pertama dari Darwin Sembiring dan Inget br Karo. Tahun 2000, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar ST. Thomas 2 Medan. Penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 18 Medan dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2006, Penulis lulus dari SMA Negeri 12 Medan dan melanjutkan studi ke IPB melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Tahun 2007 Penulis diterima sebagai penulis Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui sistem mayor minor.

Penulis mengikuti beberapa organisasi selama mengikuti kegiatan akademik. Pada Tahun 2006 hingga saat ini, penulis aktif di Permata GBKP Bogor. Penulis menjadi Sekretaris Komisi Persekutuan PMK IPB pada tahun 2008-2009 dan menjadi Sekretaris PMK IPB 2009/2010. Penulis juga mengikuti berbagai kepanitiaan di dalam organisasi seperti Panitia Malam Sukacita Paskah PMK (2007), Panitia Maper Permata GBKP (2007), Panitia Natal Permata (2007-2008), Panitia Leadership Camp Permata (2009) dan Panitia Retreat Kopral PMK IPB (2010). Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan seminar, lokakarya, dan Program Kreatifitas Penulis 2008.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan anugerah dan berkat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang berjudul “Pengelolaan Usaha Bunga Potong Lisianthus di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Dewi Sukma, SP., MSi. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan magang hingga penyelesaian tugas akhir.

2. Dr. Ni Made Armini Wiendi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis selama menjalani kegiatan perkuliahan. 3. Dr. Ir. Sandra A. Aziz, MS dan Dr. Shinto W. Ardie, SP.,MSi sebagai dosen

penguji yang telah memberikan saran.

4. Orang tua, adik-adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang serta dukungan-dukungan kepada penulis.

5. Seluruh dosen dan staff Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah mendidik penulis selama melaksanakan studi.

6. Manajemen PT. Saung Mirwan yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan magang.

7. Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura 43 atas dukungan, semangat, dan kekeluargaan yang telah terjalin bersama.

(9)

9. Permata GBKP Bogor tercinta, atas komunitas positif, persahabatan, kekeluargaan, dan pertumbuhan rohani.

10.Sahabatku dalam KTB Ruth (Ade Tarigan, Conny Gurusinga, Emta Surbakti, dan Mbak Tina), KTB Kelompok Kecil (Bremin Sembiring, Yosia Ginting, Gandi Ginting, Fitri Milala, dan lain-lain), Adik Kelompok Kecil (Merry, Desi, dan Esty), Kompers, BPH PMK IPB 2009/2010, Perwira 52, Riska, Putri, Kak Yola dan Kak Morin, terimakasih untuk kasih, sukacita dan kebersamaan yang begitu menginspirasi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca, menjadi berkat bagi kemuliaanNya.

Bogor, Januari 2011

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

 

DAFTAR TABEL ... xi 

DAFTAR GAMBAR ... xii 

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv 

PENDAHULUAN ... 1 

Latar Belakang ... 1 

Tujuan ... 2 

TINJAUAN PUSTAKA ... 3 

Bunga Potong ... 3 

Botani Tanaman Lisianthus ... 4 

Syarat Tumbuh ... 5 

Suhu dan Kelembaban... 5 

Pencahayaan ... 6 

Nutrisi ... 6 

Budidaya Tanaman Lisianthus ... 7 

Penyemaian dan Pembibitan ... 7 

Persiapan Lahan ... 8 

Penanaman ... 8 

Irigasi ... 8 

Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh ... 9 

Pengendalian Hama Penyakit Tanaman ... 9 

Panen dan Pascapanen ... 11 

METODE MAGANG ... 13 

Tempat dan Waktu ... 13 

Metode Pelaksanaan ... 13 

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 14 

Analisis Data dan Informasi ... 15 

KEADAAN UMUM ... 16 

Letak Geografi dan Wilayah Administratif ... 16 

Keadaan Iklim dan Tanah ... 16 

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 16 

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 18 

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 20 

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 23 

Aspek Teknis ... 23 

Pembibitan di Sukamanah ... 23 

Penanaman di Lemah Neundeut... 26 

Persiapan Lahan ... 27 

Persiapan Tanam ... 27 

(11)

x

Pemeliharaan ... 29 

Karakteristik dan Pertumbuhan Tanaman ... 35 

Panen ... 42 

Sortasi dan Seleksi Kualitas ... 43 

Pascapanen ... 44 

Pengemasan dan Pengiriman... 45 

Pemasaran ... 46 

Aspek Manajerial ... 47 

Karyawan Harian ... 47 

Pendamping Kepala Divisi ... 48 

Pendamping Manajer ... 48 

PEMBAHASAN ... 51 

Persemaian ... 51 

Tanaman Lapang ... 54 

Analisis Usaha Tani ... 62 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67 

Kesimpulan ... 67 

Saran ... 67 

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Data Penanaman Lisianthus Selama Empat Bulan (Agustus-Desember

2009) ... 19  2. Komposisi Nutrisi Stok A dan Stok B Tanaman Lisianthus ... 31  3. Perkiraan Waktu, Periode, dan Persentase Panen dari Berbagai Varietas

Lisianthus ... 43  4. Jumlah Panen Berdasarkan Seleksi Kualitas Hasil Panen Lisianthus Bulan

Maret Hingga Mei 2010 ... 44  5. Vase Life Bunga Lisianthus pada DuaVarietas Lisianthus ... 45  6. Penjualan Lisianthus PT. Saung Mirwan Tahun 2010 ... 47  7. Analisis Usahatani Bunga Potong Lisianthus Varietas Exrosa Yellow

Selama Empat Bulan (Satu Periode) ... 64 

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bangunan Greenhouse dengan Tipe Rumah Susun Berganda (Shape

Frame) Berbentuk Joglo ... 17 

2. Kemasan Benih (a) dan Bentuk Benih (b-d) ... 23 

3. Mesin Pencuci Tray (a) dan Tray Semai (b) ... 24 

4. Alat Pengisi Media Tanam (a), Media Semai (b), dan Penyiraman Media (c) ... 24 

5. Persemaian Benih (a) Secara Manual dan dengan Alat Semai (b) ... 25 

6. Transplanting Bibit ... 26 

7. Sterilisasi Lahan Menggunakan Basamid dan Disungkup dengan Plastik Selama 12 Hari ... 27 

8. Penanaman Bibit di Lapang ... 28 

9. Tanaman Lisianthus di Lapang ... 29 

10. Jaringan Irigasi dan Nutrisi (a) dan Selang Viaflo (b) ... 30 

11. Pengukuran pH dan EC Tanah (a) dan pH dan EC Meter (b) ... 32 

12. Pewiwilan pada Tanaman Lisianthus ... 33 

13. Fungi (a), Gulma pada Lisianthus (b,c), dan Penyiangan ... 34 

14. Hama pada Lisianthus : Ulat (a) dan Thrips (b) ... 34 

15. Penampilan Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 36 

16. Tinggi Tanaman Berbagai Varietas Lisianthus pada Saat Panen... 37 

17. Jumlah Daun pada Berbagai Varietas Lisianthus... 38 

18. Panjang Ruas (Internode) pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen 38  19. Diameter Batang pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen ... 39 

20. Jumlah Cabang pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen ... 39 

21. Jumlah Kuntum Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen .. 40 

22. Diameter Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen ... 40 

23. Panjang Tangkai Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen . 41  24. Jumlah Daun Mahkota pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen ... 41 

25. Pengemasan pada Bunga Potong Lisianthus ... 44 

(14)

xiii

27. Cool Room Tempat Persemaian Lisianthus ... 51 

28. Ketidakserempakan Pertumbuhan pada Lisianthus di Persemaian ... 53 

29. Perbandingan Tanaman Normal dan Roset pada Umur 5 MST ... 54 

30. Ketidakserempakan Pertumbuhan Lisianthus di Lapang ... 55 

31. Serangan Hama Thrips pada Bunga Lisianthus ... 57 

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Magang Penulis di PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah,

Megamendung, Bogor ... 72

2. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis di Lokasi Produksi Bunga Potong Lisianthus di PT. Saung Mirwan ... 75 

3. Data Suhu Harian (°C), Kelembaban/RH (%), dan Cuaca Bulan April 2010 di Greenhouse Produksi Bunga Potong Lisianthus PT. Saung Mirwan ... 76 

4. Lay Out Bangunan PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor ... 77 

5. Lay Out Greenhouse PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor ... 78 

6. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor ... 79 

7. Data Karyawan PT. Saung Mirwan pada Tahun 2010 ... 83

8. Daya Berkecambah Benih pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 84

9. Jumlah Bibit yang Hidup pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 85 

10. Skema Jaringan Irigasi dan Nutrisi PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor ... 86 

11. Pestisida pada Tanaman Lisianthus ... 87 

12. Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman pada Berbagai Varietas Lisianthus 88  13. Tinggi Tanaman pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 89 

14. Jumlah Daun pada Berbagai Varietas Lisianthus Hingga 13 MST... 90 

15. Jumlah Daun pada Berbagai Varietas Lisianthus... 91 

16. Panjang Ruas (Internode) pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 92 

17. Diameter Batang pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 93 

18. Percabangan pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 94 

19. Jumlah Kuntum Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 95 

20. Panjang Tangkai Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 96 

21. Diameter Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 97 

22. Jumlah Daun Mahkota pada Berbagai Varietas Lisianthus ... 98 

(16)

xv 24. Hasil Pengamatan (Jumlah Bunga Segar) Vase Life Lisianthus Varietas

Rosina Green ... 100  25. Hasil Pengamatan (Jumlah Bunga Segar) Vase Life Lisianthus Varietas

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan bunga potong semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Usaha peningkatan produksi bunga dan tanaman hias juga mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Permintaan tanaman hias dalam bentuk bunga potong cenderung meningkat dan memiliki peluang yang besar di pasar domestik maupun internasional.

Indonesia merupakan negara pengekspor bunga potong terbesar ke-33 (Laws, 2007). Ekspor bunga di Indonesia pada tahun 2004 sampai 2006 adalah (US$) 2 670 739, (US$) 4 060 113, dan (US$) 4 109 907. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2009), Indonesia memproduksi tanaman hias anggrek, krisan, mawar, dan sedap malam dengan total produksi 181 951 100 tangkai pada tahun 2008.

Naeve (2002) menyatakan bahwa lisianthus (Eustoma grandiflorum) yang juga dikenal dengan nama Prairie Gentian, Texas Bluebell, Tulip Gentian, Bluebells dan Lira De San Pedro dapat ditanam sebagai tanaman pot, bunga potong, maupun bedding plant. Pada awalnya bunga lisianthus hanya berwarna biru, namun telah dihasilkan bunga dengan aneka warna melalui persilangan. Pada tahun 2002, The Association of Specialty Cut Flower Growers memilih bunga lisianthus sebagai bunga potong terpopuler di Amerika.

Lisianthus memiliki kualitas dari kriteria sebuah ‘bunga potong yang ideal’ karena memiliki bunga yang menarik dan vase life yang lama. Perawatan dan penanganan bunga potong lisianthus yang tepat dapat memperpanjang vase life bunga lebih dari 2 minggu (Maryland Cooperative Extension, 2000).

(18)

2 meningkatkan biaya produksi. Harga seikat bunga potong lisianthus di Amerika dapat mencapai US$ 169.99 hingga US$ 219.99 (Wholesale Flowers, 2009).

Pengusahaan bunga potong memerlukan teknik budidaya yang baik agar kualitas dan kuantitas bunga dapat dipertahankan. Standar mutu kebutuhan pasar yang mencakup volume, harga penjualan, lokasi pemasaran, organisasi pasar, fasilitas dan promosi harus diperhatikan sampai ke tangan konsumen. Budidaya lisianthus perlu dipelajari lebih lanjut karena memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.

PT. Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang mengusahakan bunga potong lisianthus di Indonesia. Kegiatan magang ini dilakukan untuk mempelajari dan mengetahui pengusahaan lisianthus di PT. Saung Mirwan.

Tujuan

Tujuan kegiatan magang adalah :

1. Secara umum untuk memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan kemampuan dalam segi teknik budidaya, kemampuan manajerial, dan mempersiapkan kemampuan untuk menghadapi proses kerja secara nyata. 2. Secara khusus untuk mengetahui budidaya dan produksi bunga potong

(19)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Bunga Potong

Bunga potong menurut Asosiasi Bunga Indonesia (2007) adalah segala jenis tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan memperoleh bunga yang dapat dipotong dan diperdagangkan setiap saat. Karakteristik tanaman bunga potong adalah :

1. Memiliki produktivitas yang tinggi 2. Memiliki daya tumbuh relatif cepat

3. Memiliki fenotipe yang stabil melalui proses regenerasi yang berulang-ulang 4. Memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit yang relatif baik

5. Dapat dikembangbiakkan dalam jumlah yang besar, cepat, dan murah

6. Produktivitas tanaman dapat dikontrol dan mudah dimanipulasi dengan respon yang positif melalui berbagai perlakuan

7. Bunga yang diproduksi memiliki daya tahan lama setelah dipanen 8. Memiliki tangkai bunga yang cukup panjang.

Penurunan mutu bunga segar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Ketidakmampuan batang untuk mengabsorbsi air yang disebabkan oleh

adanya hambatan pertumbuhan dari bakteri, fungi, atau mikroorganisme lainnya

2. Kehilangan air yang terlalu banyak akibat suhu lingkungan yang tinggi

3. Kadar karbohidrat yang rendah karena kondisi penyimpanan yang kurang memadai untuk mendukung respirasi

4. Penyakit atau serangga

5. Gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak atau busuk.

Perlakuan penanganan pascapanen bunga potong menurut Yayasan Bunga Nusantara (2007) bertujuan untuk:

1. Memperkecil respirasi 2. Mencegah infeksi dan luka

(20)

4 4. Memelihara estetika dan penampakan tanaman

5. Memperoleh nilai jual yang tinggi

Botani Tanaman Lisianthus

Lisianthus (Eustoma grandiflorum) merupakan tanaman herba yang berasal dari daerah selatan Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, dan sebelah utara Amerika Selatan. Nama lisianthus berasal dari bahasa Yunani “lysis”, berarti "putus atau pecah," dan “anthos”, berarti bunga. Tanaman lisianthus yang dibudidayakan umurnya tidak melebihi dari satu tahun, sehingga lisianthus termasuk tanaman annual atau semusim (The Flower Expert, 2009).

Klasifikasi tanaman Lisianthus menurut The Flower Expert (2009) adalah : Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Famili : Gentianaceae Genus : Eustoma

Spesies : Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.

Sistem perakaran lisianthus adalah akar serabut yang tersusun dari akar-akar serabut kecil yang berbentuk benang dan mampu menembus tanah hingga kedalaman 10-15 cm. Tinggi tanaman lisianthus dapat mencapai 60-100 cm. Batang tanaman berbentuk bulat dengan ukuran yang sama dari pangkal sampai ujung dengan permukaan yang licin dan berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus dan membentuk percabangan yang menggarpu (The Flower Expert, 2009).

(21)

5

Lisianthus memiliki warna bunga yang beraneka ragam, yaitu putih, kuning, krem, hijau, merah muda, merah, biru, ungu, dan bi-warna. Bunga lisianthus memiliki penampilan yang hampir sama dengan bunga mawar. Bunga lisianthus merupakan bunga yang lengkap dan sempurna. Tangkai bunga memiliki penampang bulat dan berwarna hijau seperti batang utama. Dasar bunga lisianthus berbentuk rata, yaitu semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga (Flowers Direct, 2009).

Mahkota bunga memiliki sifat simetris beraturan dengan susunan daun-daun mahkota (petal) yang membentuk mangkuk. Benang sari (stamen) sebagai alat kelamin jantan terdiri dari tangkai sari (filamentum) yang berwarna hijau dan kepala sari (anthera) yang berwarna kuning hingga coklat dan diseluruh permukaannya dipenuhi dengan serbuk sari (pollen) berwarna kuning. Putik (pistillum) berwarna hijau dan hanya berjumlah satu di tiap tangkainya. Bakal buah (ovarium) duduk di atas dasar bunga sehingga bagian samping bakal buah tidak berlekatan dengan dasar bunga. Tangkai putik (stylus) lebih besar dan lebih panjang daripada tangkai sari, sehingga kedudukan kepala putik sedikit lebih tinggi daripada tangkai sari (Flowers Direct, 2009).

Syarat Tumbuh Suhu dan Kelembaban

Menurut Maryland Cooperative Extension (2000) lisianthus memerlukan suhu yang berbeda-beda dalam perkembangannya mulai dari benih hingga menghasilkan bunga. Penyimpanan benih memerlukan suhu ± 5 °C pada lemari pendingin. Pembibitan lisianthus memerlukan suhu 15-18 °C atau 59-65 °F. Sementara itu, suhu optimal untuk budidaya di dalam greenhouse berkisar antara 18-20 °C (65-68 °F) pada siang hari dan 15-18 °C (59-65 °F) saat malam hari. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan roset atau tumbuhnya bunga prematur pada tanaman muda dan memiliki batang yang lebih pendek.

(22)

6 pada lokasi penyemaian, pembibitan, dan penanaman. Lokasi persemaian benih dapat diberi naungan paranet 70 % atau paranet ganda. Pengkabutan dilakukan untuk mengendalikan suhu dan kelembaban selain dengan cara membuka dan menutup paranet. Kelembaban optimal di dalam greenhouse berkisar antara 80-90 %. Horizontal airflow fans (HAF) dapat diinstalasikan untuk mengatur pertukaran udara dan menjaga kelembaban media (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Pencahayaan

Menurut Pan American Seed (2005) pencahayaan optimal untuk tanaman dalam greenhouse berkisar pada 4 000-6 000 fc (foot candle) atau 40 000- 60 000 lux. Pencahayaan lebih dari 7 000 fc dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Highsun Express (2008), cahaya yang dibutuhkan lisianthus berkisar pada 32 000-65 000 lux. Fox (1999) mengemukakan bahwa lisianthus memerlukan pemeliharaan yang cukup intensif. Benih lisianthus dikecambahkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung.

Lisianthus merupakan tanaman hari panjang yang membutuhkan penyinaran selama 16 jam untuk menghasilkan bunga. High intensity discharge (HID) dapat digunakan untuk mengontrol intensitas cahaya dan panjang hari yang diinginkan. Penyinaran tambahan mampu memperkuat dan memperpanjang batang tanaman. Penyinaran tambahan diberikan dengan menggunakan lampu pijar 100 watt yang digantung tiap jarak 3 m dan 3 m tingginya dari tanaman, penyinaran dapat dilakukan selama ± 4 jam secara kontinu (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Nutrisi

(23)

7

Menurut Maryland Cooperative Extension (2000), akar tanaman lisianthus rentan dan mudah rusak apabila terkena garam terlarut dengan konsentrasi tinggi pada awal pertumbuhan bibit. Penggunaan pupuk slow release diaplikasikan 3 bulan sekali setelah penanaman. Komposisi pemberian nitrogen harus sama dengan potasium, misalnya pupuk 15-0-15. Suplemen kalsium dibutuhkan apabila tanah kekurangan unsur Ca. Saat inisiasi pembungaan berlangsung, pemberian nitrogen dikurangi sedangkan potasium ditambahkan.

Menurut Ohta et al. (2004), pemberian 1 % (mg/g) chitosan pada media tanam tanah mampu mempercepat pertumbuhan bibit dan meningkatkan kualitas bunga. Bobot basah dan kering dari pucuk dan akar tanaman, jumlah buku, bobot bunga potong, dan jumlah bunga meningkat pada perlakuan media yang mengandung chitosan atau tryptone. Waktu pembungaan pertama dapat dipercepat melalui perlakuan media yang mengandung chitosan, tryptone, casein, dan collagen.

Budidaya Tanaman Lisianthus Penyemaian dan Pembibitan

Benih lisianthus disemai dalam tray atau wadah pengecambahan yang steril. Media persemaian yang digunakan adalah cocopeat, white sphagnum peat atau bahan yang mudah menyerap dan menyimpan air. Media persemaian disiram larutan fungisida untuk mengurangi persentase benih tidak tumbuh. Penyiraman benih dilakukan untuk membantu proses imbibisi benih dan mencegah kekeringan. Benih yang vigornya baik umumnya berkecambah pada umur 2-3 minggu setelah semai (Demas, 2009).

(24)

8 fungisida berbahan aktif propamocarb hidrochloride 722 g/l dengan dosis 0.3 ml/l.

Persiapan Lahan

Sebelum penanaman, perlu dilakukan persiapan lahan, pembuatan bedengan dan sterilisasi lahan untuk menghindari serangan nematoda, misalnya dengan memberikan Dazomet 98 %. Media tanam yang digunakan yaitu tanah, kompos, pupuk kandang, dan campuran cocopeat. Pasir dapat digunakan karena memiliki sedikit ruang udara sehingga oksigen dan nutrisi lebih banyak tersimpan. Seminggu sebelum penanaman, lahan diproteksi dengan herbisida pratumbuh oksifluorfen 240 g/l sebanyak 1 ml/l. Herbisida membentuk lapisan transparan di atas permukaan tanah yang diharapkan mampu menekan laju pertumbuhan gulma (Fox, 1998).

Penanaman

Jarak tanam dapat dibuat dengan bantuan net penyangga atau supporting net yang dijadikan acuan jarak tanam untuk mempermudah penanaman. Supporting net berupa jaring dari tali tambang plastik agar tidak rebah. Panjang dan lebar supporting net disesuaikan dengan panjang bedeng. Agar kualitas batang baik, maka digunakan net penyangga ganda berukuran 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 20 cm (Harbaugh, 1997).

Penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bagian akar. Akar yang rusak mengakibatkan pertumbuhan lambat, tertundanya pendewasaan, dan kematian (Highsun Express, 2008).

Irigasi

(25)

9

Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh

Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Interaksi antara ZPT eksogen dan endogen merupakan perimbangan yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian zat pengatur tumbuh dilakukan untuk merangsang tanaman ke arah pertumbuhan yang diinginkan.

Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa hormon giberelin (GA) merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme. Aplikasi giberelin bertujuan untuk memacu munculnya bunga dan meningkatkan keserempakan pembungaan. Fungsi hormon giberelin yaitu mematahkan dormansi dengan cara mempercepat proses pembelahan sel sehingga tanaman dapat tumbuh normal dan merangsang morfogenesis, pemanjangan dan pembesaran sel, dan inisiasi tunas samping.

Aplikasi giberelin diperlukan untuk menginduksi pemanjangan batang pada tanaman lisianthus yang roset (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Pengendalian Hama Penyakit Tanaman

Hama pada persemaian adalah lalat bibit (Agromyza phaseoli) dan larva Fungus gnat yang menghisap cairan daun sehingga mengakibatkan bibit mati. Hama lain adalah serangga, kutu daun, leaf miner, larva lepidoptera, thrips, dan whitefly (Highsun Express, 2008).

Hama utama lisianthus dalam greenhouse adalah Silverleaf whitefly (Bemisia argentifolia) dan Greenhouse whitefly (Trialeurodes vaporariorum). Seluruh siklus hidup whitefly berlangsung di bawah permukaan daun dengan gejala yang ditimbulkan yaitu warna daun berubah menjadi kuning. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara biologis menggunakan tawon, parasitoid whitefly dan pengendalian secara kimiawi dengan pestisida (McGovern, 2008).

(26)

10 Amblyseius degenerans (Maryland Cooperative Extension, 2000). Pengendalian

hama dapat dilakukan dengan kertas perangkap serangga atau yellow trap yang dipasang di sekeliling tanaman. Penyemprotan pestisida yang tepat sesuai dosis anjuran,yaitu insektisida yang mengandung bahan aktif abamektin 18.4 g/l dengan konsentrasi 0.1 ml/l untuk pengendalian lalat bibit.

Menurut Mc Govern (2008), penyakit pada lisianthus disebabkan oleh fungi dan virus. Penyakit dan fungi yang menyebabkan penyakit adalah hawar botrytis (Botrytis cinerea Pers.:Fr), bercak daun cercospora (Cercospora eustomae Peck), curvularia leaf blotch (Curvularia sp.), downy mildew (Peronospora chlorae deBary), busuk batang fusarium (Fusarium solani (Mart.) Sacc. dan Fusarium avenaceum, layu fusarium (Fusarium oxysporum (Schlechtend):Fr.), bercak daun phyllosticta (Phyllosticta sp.), busuk akar phytium (Pythium sp.), busuk batang rhizoctonia (Rhizoctonia solani Kühn), dan hawar batang sclerophoma (Sclerophoma eustomis Taubenhaus & Ezekiel). Lisianthus sangat rentan terkena serangan penyakit pada saat tanaman masih muda. Akar bibit tanaman muda berkembang lambat dan sangat sensitif terhadap serangan busuk akar.

Virus dapat merusak dengan risiko serangan infeksi lebih tinggi bila lisianthus ditanam bersamaan dengan tanaman lainnya (Maryland Cooperative Extension, 2000). Penyakit akibat virus yang menyebabkan penyakit pada lisianthus yakni bean yellow mosaic (Bean yellow mosaic virus / BYMV), cucumber mosaic (Cucumber mosaic virus / CMV), impatiens necrotic spot (Impatiens necrotic spot virus / INSV), nekrosis lisianthus (Lisianthus necrosis virus / LNV), Iris Yellow Spot (Iris Yellow Spot Virus / IYSV), dan tobacco

mosaic (Tobacco mosaic virus / TMV).

(27)

11

Panen dan Pascapanen

Menurut Fox (1998), lisianthus tumbuh lebih cepat, besar, dan tinggi pada musim hujan karena akumulasi karbohidrat sebahgai energi untuk tumbuh lebih banyak. Bunga lisianthus dapat dipanen pada 12-15 MST pada kondisi yang optimum. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat kadar gula tertinggi dan bunga mekar bersamaan.

Standar khusus lisianthus sebagai bunga potong yaitu tinggi tanaman yang diukur dari pangkal batang hingga ujung tanaman dan jumlah bunga mekar. Tinggi tanaman yang menjadi syarat adalah 70 cm dengan minimal dua bunga kembar yang mekar. Lisianthus memiliki dua jenis mahkota, yaitu mahkota tunggal dan mahkota tumpuk. Bunga mahkota tumpuk memiliki 10-20 helai mahkota, sedangkan bunga mahkota tunggal memiliki jumlah mahkota yang sedikit dan tersusun menjadi satu lapis (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Pasar bunga Eropa dan Jepang lebih menyukai bunga mahkota tunggal. Sementara pasar Amerika lebih menyukai varietas bunga mahkota tumpuk. Warna bunga lisianthus yang diminati di pasar Eropa adalah biru tua, sementara di pasar Jepang didominasi bunga berwarna ganda yaitu putih dengan semburat biru (Highsun Express, 2008).

Periode pembungaan dari bunga pertama ke bunga kedua lebih lama. Waktu dari pemanenan pertama dan kedua adalah 3-4 bulan. Bunga hasil panen kedua memiliki kualitas yang lebih rendah dari hasil pemanenan pertama, batang yang lebih pendek dan bunga lebih sedikit per tangkainya (Yulianingsih, 2004).

(28)

12 Umur kesegaran bunga merupakan komponen utama penentu kualitas lisianthus. Masa kesegaran bunga dihitung sejak bunga dipanen hingga menjadi layu. Bunga menjadi layu akibat perubahan sifat elastis dan menurunnya tegangan turgor. Vase life lisianthus mampu mencapai 9-16 hari (Maryland Cooperative Extension, 2000).

(29)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Saung Mirwan, di Desa Sukamanah, Pasir Muncang, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Magang dilaksanakan selama 4 bulan, mulai Februari sampai Juni 2010.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan magang merupakan praktik kerja di kebun selama 4 bulan dengan pembagian kerja sesuai dengan tingkatan struktur organisasi PT. Saung Mirwan. Pembagian kerja yang dilaksanakan adalah 2 bulan sebagai pekerja harian, 1 bulan sebagai pendamping kepala divisi, dan 1 bulan sebagai pendamping kepala bagian.

Selama menjadi pekerja harian, penulis mempelajari dan melakukan seluruh kegiatan budidaya di lapang bersama dengan pekerja lainnya, sedangkan selama menjadi pendamping kepala divisi maupun pendamping kepala bagian, penulis membantu dan mempelajari aspek manajerial, pengelolaan kebun, dan administrasi.

Kegiatan magang yang dilaksanakan yaitu :

1. Mengenal dan mencari informasi mengenai kondisi umum PT. Saung Mirwan. Informasi kondisi umum meliputi letak geografis, keadaan iklim dan tanah, struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan pekerja maupun penanggung jawab perusahaan.

(30)

14 3. Melakukan pengamatan di lapang untuk mengumpulkan data mengenai

pertumbuhan lisianthus mulai dari persemaian hingga siap dipasarkan, menginventarisasi kendala dalam pengusahaan lisianthus dan mengupayakan solusinya, selain itu dilakukan juga perhitungan analisis usaha tani pengelolaan usaha bunga potong.

4. Mempelajari aspek manajerial atau pengelolaan usaha serta kegiatan administrasi perusahaan. Kegiatan ini dilakukan dengan berdiskusi langsung dengan kepala divisi dan kepala bagian yang menangani bunga potong lisianthus.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh dengan metode langsung melalui pengamatan di lapang dan wawancara dengan pihak perusahaan. Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh dari tiap varietas. Pengamatan dilaksanakan di dua tempat, yaitu Sukamanah sebagai lokasi persemaian dan Lemah Neundet sebagai lokasi penanaman.

Karakteristik vegetatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang ruas batang (internode), diameter batang, dan jumlah cabang. Karakteristik generatif yang diamati yaitu, waktu muncul bunga, jumlah bunga, panjang tangkai bunga, jumlah mahkota, umur panen, total panen, periode panen dan vase life bunga. Periode panen merupakan waktu panen lisianthus pada waktu tanam yang sama.

(31)

15

Analisis Data dan Informasi 

(32)

16

KEADAAN UMUM

Letak Geografi dan Wilayah Administratif

PT. Saung Mirwan berkantor pusat di Jl. Cikopo Selatan Dusun Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PT. Saung Mirwan berbatasan sebelah utara dengan Desa Pasir Kaliki, sebelah selatan dengan Dusun Pondok Gede, batas sebelah barat dan timur adalah Dusun Pasir Muncang. Letak geografis PT. Saung Mirwan antara 54-106 °BT dan 4-6 °LS.

PT. Saung Mirwan memiliki kebun produksi di Gadog (Sukamanah), Lemah Neundeut, dan Cipanas. Kebun di Garut digunakan sebagai tempat membeli hasil panen dari mitra PT. Saung Mirwan.

Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan bulanan pada lahan produksi Sukamanah sekitar 32-594 mm dan curah hujan tahunan 2945 mm. Suhu udara harian rata-rata yaitu 26.37 °C. Data mengenai suhu dan kelembaban dapat dilihat pada Lampiran 3. Suhu udara di dalam greenhouse adalah 18-38 °C. Kelembaban udara berkisar antara 70-80 % dan kelembaban udara dalam greenhouse berkisar antara 80-85 %. Lokasi perusahaan terletak pada ketinggian 670 m dpl dan berada di kaki Gunung Pangrango. Jenis tanah pada lokasi tersebut adalah latosol dengan topografi yang tidak datar.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

(33)

17 Kegiatan PT. Saung Mirwan berpusat di Desa Sukamanah. Bunga yang dibudidayakan adalah bunga potong krisan, krisan pot, kalanchoe, dan kastuba (poinsettia), sedangkan budidaya sayuran meliputi pak choy, tomat cherry, tomat beef, sayuran pot seledri, kaliandra, kemangi, edamame (kedelai jepang), dan selada.

PT. Saung Mirwan memiliki kerja sama dengan PTPN VIII berupa proyek yang berlokasi di hak guna usaha (HGU) PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas Afdeling Cikopo Selatan II Blok Lemah Neundeut seluas 4 ha. Sejak tahun 2001 lokasi proyek ini dijadikan kebun produksi untuk budidaya bunga potong lisianthus, krisan, dan sayuran.

Budidaya tanaman sebagian besar dilakukan di dalam greenhouse. Lay out greenhouse dapat dilihat pada Lampiran 5. Greenhouse berfungsi untuk melindungi tanaman dari angin, hujan, intensitas cahaya matahari yang tinggi, dan melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. PT. Saung Mirwan memiliki greenhouse dengan tipe rumah susun berganda (shape frame) berbentuk joglo (Gambar 1). Pertimbangan menggunakan tipe ini karena pada umumnya penerimaan cahaya matahari di daerah tropis relatif tinggi. Bentuk greenhouse harus memiliki ventilasi untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik sehingga suhu dalam greenhouse tidak terlalu tinggi.

Gambar 1. Bangunan Greenhouse dengan Tipe Rumah Susun Berganda (Shape Frame) Berbentuk Joglo

(34)

18 2 atap dengan lebar masing-masing 6.4 m yang memiliki 4 bedengan. Tiap greenhouse terdiri dari 8 bedengan dengan ketinggian dinding 3-5 m.

Bahan atap greenhouse berupa plastik ultraviolet (UV) dengan tebal plastik 2 milimikron. Plastik ini dapat menahan sinar matahari sebesar 15-20 % dan sisanya diteruskan kepada tanaman. Bahan plastik cocok digunakan karena dapat melindungi tanaman dari faktor-faktor iklim. Posisi greenhouse menghadap ke utara dan selatan agar penyinaran merata sepanjang hari.

Lantai greenhouse umumnya disemen agar kondisi di dalam greenhouse tetap higienis. Ambal atau keset kaki diletakkan di depan pintu masuk untuk membersihkan alas kaki atau sepatu yang digunakan. Alas kaki disterilkan dengan menggunakan lysol dengan konsentrasi 2 cc/l untuk menghindari kotoran sebagai sumber patogen yang terbawa oleh alas kaki atau sepatu.

Pemeliharaan dinding greenhouse dilakukan dua kali dalam setahun dengan mencuci dinding yang terbuat dari plastik atau dengan mengganti plastik tersebut jika telah rusak. Pencucian dilakukan dengan menyemprot dinding dengan air. Penggantian atap dilakukan setahun sekali oleh karyawan harian bagian bangunan.

Keadaan Tanaman dan Produksi

PT. Saung Mirwan mengadakan joint venture dengan PT. Fides Belanda dalam pengusahaan komoditas bunga kalanchoe, kalandiva, dan lisianthus yang diekspor ke Jepang. Proyek ini bernama Mira Flora Internasional. Tanaman kalanchoe dan kalandiva dibudidayakan di daerah Gadog (Sukamanah), sementara lisianthus dibudidayakan di Lemah Neundeut.

(35)

19 dengan rak-rak persemaian sebagai tempat meletakkan tray berisi benih lisianthus.

Pada pertengahan tahun 2009, pengelolaan usaha lisianthus ditangani secara keseluruhan oleh PT. Saung Mirwan dan tidak bekerja sama lagi dengan PT. Fides Belanda. Lokasi budidaya lisianthus dipindahkan ke Lemah Neundeut karena terbatasnya areal budidaya di Sukamanah. Kegiatan budidaya berada di 2 lokasi, yaitu persemaian dengan cool room di Sukamanah dan penanaman bibit hingga menghasilkan bunga di kebun Lemah Neundeut.

[image:35.595.107.515.442.727.2]

Budidaya bunga potong lisianthus dilakukan melalui persemaian benih. Benih lisianthus diimpor langsung dari produsen benih Takii Seed dan Sakata Seed di Jepang. Pada awal pengusahaan lisianthus, PT. Saung Mirwan menyemai sekitar 10 000 benih setiap minggu. Namun saat ini, karena terbatasnya areal penanaman, jumlah benih lisianthus yang disemai hanya mencapai 200 benih per minggu. Jumlah penanaman lisianthus dalam 4 bulan (Agustus-Desember 2009) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Penanaman Lisianthus Selama Empat Bulan (Agustus-Desember 2009)

Varietas

Jumlah Tanam (tanaman)

Jumlah Panen (tanaman)

Persentase Panen

Ambar Double Maron 1 240 583 47.02

Boegoet White 300 69 23.00

Ceremony Orange 365 108 29.59

Ceremony Light 100 35 35.00

Cesna Rose 300 186 62.00

Exrosa Yellow 770 624 81.04

Exrosa Blue 1 910 1 020 53.40

Exrosa Pink 1 550 853 55.03

Exrosa Green 620 354 57.10

King of Snow 1 020 479 46.96

Love Me Tender 390 157 40.26

Picorosa Snow 9 690 6 935 71.57

Rosina Lavender 2 180 916 42.02

Rosina Pink Picote 880 680 77.27

Rosina Rose Pink 1 000 574 57.40

Rosina Green 580 311 53.62

Revolution Green 425 265 62.35

(36)

20 Persemaian benih hingga menjadi bibit yang siap untuk ditanam ke lapang memerlukan waktu 12-13 minggu. Budidaya lisianthus mulai dari persemaian hingga panen memerlukan waktu sekitar 20-25 minggu, namun hal ini tergantung dari pertumbuhan tiap varietas. Persentase panen merupakan jumlah yang dapat dipanen dari jumlah tanaman yang ditanam.

Awalnya PT. Saung Mirwan memasarkan lisianthus di pasar lokal dan ekspor. Pemasaran secara ekspor dilakukan melalui kontrak penjualan bunga ke Jepang. Jenis bunga yang diekspor adalah bunga berwarna putih (King of Snow dan Picorosa Snow). Adanya penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen dari waktu ke waktu menyebabkan kegiatan ekspor dihentikan. Pemasaran bunga lisianthus hanya dilakukan pada pasar lokal saja.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT. Saung Mirwan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian khususnya tanaman hortikultura. Struktur organisasi PT. Saung Mirwan terdiri dari direktur, manajer, kepala bagian (Kabag), kepala divisi (Kasi), kepala subdivisi (Kasubsi), karyawan bulanan, karyawan harian tetap, karyawan harian lepas, dan karyawan borongan. Struktur organisasi ditetapkan berdasarkan kebutuhan, tanggung jawab, dan perencanaan di dalam perusahaan. Struktur organisasi PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Perusahaan dipimpin oleh Tatang Hadinata yang juga merupakan pemilik PT. Saung Mirwan. Pimpinan perusahaan dibantu oleh bagian Research and Development (R&D), Teknik Informatika (IT), dan Quality Assurace (QA). Pimpinan perusahaan membawahi tiga bidang, yaitu bidang produksi, bidang komersil, dan bidang umum. Masing-masing bidang dipimpin oleh seorang direktur dan dibantu manajer serta Kabag dalam pelaksanaan tugas.

(37)

21 kemitraan, pengemasan, penjualan, pengadaan, distribusi, dan semua lokasi kebun.

Kasubsi memimpin dan mengawasi beberapa tenaga kerja bulanan, harian, serta borongan dalam menyelesaikan pekerjaan di lahan yang telah ditetapkan pembagiannya. Kasubsi juga menentukan kebutuhan faktor produksi, misalnya benih, pupuk, pestisida yang diperlukan dalam suatu luasan lahan. Kasubsi bertanggung jawab terhadap Kasi.

Karyawan bidang umum bekerja di dalam ruangan (kantor), karyawan bidang produksi umumnya lebih sering berada di kebun produksi, sedangkan karyawan bidang komersil bekerja di kantor maupun di kebun produksi. Jumlah karyawan ditentukan berdasarkan skala produksi perusahaan dan modal yang tersedia. Total karyawan PT. Saung Mirwan hingga 15 Februari 2010 adalah 455 orang. Jumlah tenaga kerja PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tiap posisi memiliki perbedaan dari segi tanggung jawab, pendidikan, serta upah yang diperoleh. Pembagian upah karyawan ada dua jenis, yaitu upah bulanan bagi karyawan bulanan hingga posisi direktur dan upah mingguan bagi karyawan harian dan borongan. Penentuan upah ditentukan oleh tingkat pendidikan, hari orang kerja, lama pengabdian, jenis kelamin, dan fungsi tanggung jawab. Karyawan bulanan berhak atas tunjangan kesehatan dan pengobatan, tunjangan jabatan, tunjangan hari raya, tunjangan asrama, premi atas lama pengabdian dan kehadiran, serta uang makan.

Karyawan bulanan merupakan tenaga kerja tetap dan memiliki upah dan tunjangan yang dibayar tiap bulan. Karyawan borongan merupakan tenaga kerja tidak tetap dan upah dibayar sesuai prestasi kerja atau jumlah pekerjaan yang diselesaikan dalam sehari. Karyawan harian lepas adalah tenaga kerja tidak tetap dan upah disesuaikan dengan standar gaji karyawan tetap per hari, namun tidak memperoleh tunjangan apapun dari perusahaan.

(38)

22 bekerja. Perubahan posisi diikuti pula oleh perubahan upah, tanggung jawab, dan tunjangan.

Pada umumnya karyawan memiliki jam kerja selama ± 40 jam/minggu. Jam kerja perusahaan yaitu hari Senin hingga Jumat pada pukul 07.30-16.00 WIB dan waktu istirahat selama 1 jam pada pukul 12.00-13.00 WIB. Jam kerja pada hari Sabtu hanya dilakukan setengah hari, yaitu hingga pukul 12.00 WIB. Kegiatan lembur dilaksanakan pada hari Minggu atau diluar waktu bekerja dan karyawan akan menerima upah lembur.

(39)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pembibitan di Sukamanah

[image:39.595.150.462.324.579.2]

Penyemaian benih lisianthus dilakukan setiap hari Rabu. Varietas benih yang disemai disesuaikan dengan ketersedian stok benih. Benih disimpan di dalam lemari pendingin bersuhu ± 5 ºC. Benih lisianthus dikemas dalam kotak dan dilapisi plastik sachet seperti pada Gambar 2. Satu kemasan kotak berisi ± 3 000 benih yang berukuran sangat kecil. Setiap kali menyemai, pekerja akan mengambil sebanyak jumlah benih yang diperlukan.

Gambar 2. Kemasan Benih (a) dan Bentuk Benih (b-d)

Kegiatan penyemaian dilakukan di cool room, sedang pemeliharaan bibit di greenhouse pembibitan di Sukamanah. Tahapan kegiatan pembibitan lisianthus adalah persiapan wadah dan media tanam, persemaian benih, dan pemeliharaan bibit.

a b

(40)

24 1. Persiapan wadah dan media tanam

[image:40.595.127.508.309.432.2]

Wadah persemaian adalah tray berukuran 2 x 2 cm dan terdiri dari 288 sel dan tray berukuran 2.5 x 2.5 cm yang terdiri dari 144 sel. Tray 288 digunakan untuk menyemai benih dan memelihara bibit hingga berumur 8 minggu setelah semai (MSS). Tray 144 digunakan sebagai wadah transplanting untuk memelihara bibit berumur 8-12 MSS. Semua tray yang digunakan dicuci dengan air bersih. Pencucian tray dapat dilakukan secara manual dengan selang air maupun dengan mesin pencuci tray yang menggunakan tenaga listrik (Gambar 3). Jika menggunakan mesin pencuci, tray dimasukkan ke dalam mesin, dan di dalamnya terdapat sikat yang membersihkan tray dari kotoran.

Gambar 3. Mesin Pencuci Tray (a) dan Tray Semai (b)

Media persemaian yang digunakan adalah sekam, coco peat, dan media campuran yang mengandung white sphagnum peat dengan perbandingan 1:1:2. Media diayak hingga halus dan tidak menggumpal. Ketiga media dicampur rata dan dimasukkan ke dalam tray lalu disiram dengan air. Pencampuran dan pengisian media ke dalam tray dapat dilakukan secara manual maupun dengan alat pengisi media tanam yang menggunakan tenaga listrik. Pada Gambar 4 dapat dilihat media semai dan alat pengisi media menggunakan tenaga listrik.

a b

Gambar 4. Alat Pengisi Media Semai (a), Media Semai (b), dan Penyiraman Media (c)

(41)

25 2. Persemaian

[image:41.595.119.501.298.440.2]

Benih disemai di atas media yang telah disiram air, 1 sel tray berisi 1 benih. Pengisian benih ke dalam tray dapat dilakukan secara manual dengan cara menaruh langsung benih di atas media semai maupun dengan menggunakan alat semai (Gambar 5). Alat semai akan memudahkan pekerja dalam menempatkan benih ke atas tray dengan jumlah dan posisi yang tepat. Setiap tray diberi label berisi nama varietas, waktu semai, dan waktu keluar dari cool room. Tray yang berisi benih disimpan di rak persemaian dalam cool room bersuhu 16-18 oC selama 4 minggu. Penyiraman dilakukan sehari sekali agar benih tidak kering dan dapat berkecambah dengan baik.

Gambar 5. Persemaian Benih (a) Secara Manual dan dengan Alat Semai (b) 3. Pemeliharaan bibit

Setelah berumur 4 minggu, benih tumbuh menjadi bibit muda. Bibit tersebut dikeluarkan dari dalam cool room dan dipelihara selama 4 minggu pada greenhouse pembibitan yang beratap paranet 80 %. Suhu di greenhouse pembibitan berkisar antara 18-24 ºC. Daya berkecambah benih pada tray semai 288 dapat dilihat pada Lampiran 8.

Bibit lisianthus dipupuk dengan Growmore sebanyak 1-2 g/l. Pemupukan dilakukan 1-2 kali dalam seminggu dengan melihat pertumbuhan bibit. Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menghindari gagalnya persemaian akibat kekeringan. Penyiraman melalui pengabutan (mist irrigation) dilakukan pada pukul 09.00 dan 13.00 WIB selama 5 menit. Jika suhu udara terlalu tinggi, maka dilakukan penyiraman tambahan dengan gembor.

(42)
[image:42.595.215.404.217.375.2]

26 Setelah berumur 8 minggu, bibit ditransplanting dari tray 288 ke tray 144. Hal ini bertujuan agar jumlah air pada media tanam lebih banyak sehingga bibit dapat tumbuh dengan baik pada ruang yang lebih luas. Kegiatan transplanting dapat dilihat pada Gambar 6. Bibit yang ditransplanting adalah bibit yang tumbuh normal dan memiliki 2-4 daun. Bibit yang masih kecil akan tetap dipelihara hingga dapat ditransplanting.

Gambar 6. Transplanting Bibit

Persentase jumlah bibit yang dipelihara pada tray 144 dan dapat ditanam di lapang terdapat pada Lampiran 9. Selama di lokasi pembibitan, aplikasi pestisida tidak dilakukan. Hama di lokasi pembibitan lisianthus adalah ulat, lalat bibit (Agromyza phaseoli), dan keong. Hama ini memakan daun muda dan menghisap cairan tanaman sehingga bibit mati. Pada media tanam juga banyak ditemukan lumut yang menutupi media dan menghambat aliran air maupun nutrisi.

Penanaman di Lemah Neundeut

Transplanting bibit dari lokasi pembibitan ke lokasi penanaman di Lemah Neundeut dilakukan pada bibit berumur 12 MSS. Ciri bibit yang siap ditanam di lapang adalah bibit yang memiliki 8-10 daun yang segar, dan bebas dari gangguan hama dan penyakit.

Penanaman lisianthus awalnya dilakukan di Sukamanah, namun karena terbatasnya areal penanaman, maka dipindahkan ke Lemah Neundeut yang berjarak ± 3 km dari Sukamanah. Bibit ditanam di greenhouse dengan luas total penanaman lisianthus 1792 m2 (224 m x 8 m).

(43)

27 pemeliharaan, panen dan pascapanen, sortasi dan pengemasan hingga bunga siap untuk dipasarkan.

Persiapan Lahan

Kegiatan persiapan lahan meliputi pengolahan lahan, pemberian pupuk dasar, dan sterilisasi lahan. Pengolahan lahan dilakukan untuk memberikan kondisi media tanam yang sesuai bagi tanaman. Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Tanah dibongkar dan diolah dengan hand tractor ataupun cangkul lalu diberikan pupuk dasar dan pupuk kandang sebanyak 50 kg/100 m2. Pupuk dasar yang diberikan adalah NPK dengan rasio 8:3.5:6.5 sebanyak 5 kg/100 m2, 70 g/m2 MgSO4 dan 80 g/m2 SP 36. Hal ini dilakukan

untuk memberikan tambahan nutrisi ke dalam tanah.

[image:43.595.216.409.440.585.2]

Sterilisasi lahan dilakukan dengan aplikasi larutan Trimathon dengan dosis 10 cc/l/m2 atau larutan Vapam dengan dosis 50-70 cc/l air/m2, maupun Basamid dengan dosis 40-50 g/m2. Gambar 7 merupakan kegiatan dalam sterilisasi lahan. Tanah yang telah diberikan bahan sterilan dan pupuk ditutup dengan plastik hitam dan dibiarkan selama 10-12 hari sebelum dibuka.

Gambar 7. Sterilisasi Lahan Menggunakan Basamid dan Disungkup dengan Plastik Selama 12 Hari

Persiapan Tanam

(44)

28 irigasi, bambu penyangga tali, dan tali plastik sebagai supporting net atau jaring untuk penyangga tanaman.

Irigasi yang digunakan pada budidaya lisianthus adalah irigasi tetes (drip irrigation) menggunakan selang viaflo. Tiap bedengan dipasang 4 selang irigasi untuk mengalirkan air dan nutrisi kepada tanaman.

Tali plastik dibuat sebagai supporting net yang menyangga tanaman. Pemasangan net berfungsi untuk mengatur jarak tanam dan menyangga berdirinya tanaman agar tidak rebah. Net diletakkan di atas pipa atau selang irigasi. Supporting net dibentuk menjadi kotak persegi berukuran 14.5 cm x 14.5 cm. Ketinggian supporting net disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman lisianthus. Pada setiap pinggir bedengan dipasang bambu yang berfungsi untuk menopang supporting net.

Penanaman

[image:44.595.213.408.481.632.2]

Bibit lisianthus dapat ditanam setelah supporting net dipasang. Biasanya penanaman dilakukan setiap Rabu pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Bibit yang telah diseleksi dibawa ke Lemah Neundeut dari lokasi pembibitan dengan menggunakan mobil operasional perusahaan. Lubang tanam dibuat dengan kayu berbentuk silinder dengan posisi lubang di tengah supporting net.

Gambar 8. Penanaman Bibit di Lapang

(45)

29 tumbuh dengan baik. Setelah penanaman, bibit disiram untuk menghindari layu karena kekeringan.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan, pemberian zat pengatur tumbuh, pengukuran pH dan EC tanah dan larutan nutrisi, pewiwilan atau disbudding, pembersihan lahan dari gulma, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman lisianthus di lapang.

Gambar 9. Tanaman Lisianthus di Lapang

1. Penyiraman

Bibit memerlukan penyiraman yang teratur agar memiliki pertumbuhan yang normal. Penyiraman dilakukan setiap pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi tanaman, suhu, dan kelembaban. Jika suhu udara terlalu tinggi diberikan penyiraman tambahan.

Sumber air di Lemah Neundet berasal dari Pegunungan Pangrango yang berjarak ± 3 km dan ditampung pada sebuah kolam berukuran 25 m x 10 m dengan kedalaman 4 m dari permukaan tanah. Air dari kolam dipompa ke dalam tangki penampungan air dengan debit 200 liter/menit.

(46)

30 Air yang ada di dalam tangki dialirkan menuju tangki nutrisi kemudian dipompa melewati saringan pasir menuju saringan piring ke jaringan pipa inlet. Saringan pasir berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang terdapat dalam air atau larutan nutrisi. Saringan piringan berupa piringan berbentuk cincin yang berjumlah 168 buah dengan lebar cincin 1.5 cm, keliling 41.5 cm, dan berdiameter 13.22 cm. Saringan ini berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang tidak dapat disaring oleh saringan pasir. Selanjutnya air dan nutrisi akan masuk ke penyaringan yang terakhir yaitu saringan cincin (ring filter) agar nutrisi yang diberikan kepada tanaman bebas dari kotoran. Saringan cincin (ring filter) akan meneruskan air dan nutrisi ke pipa sub utama dan ke pipa lateral yang ada di dalam greenhouse menuju ke tiap-tiap selang viaflo, seperti pada Gambar 10. Penyiraman tambahan dilakukan menggunakan alat spraying yang sumber airnya berasal dari tangki air.

Gambar 10. Jaringan Irigasi dan Nutrisi (a) dan Selang Viaflo (b)

2. Pemupukan

Pemupukan pertama diberikan pada tanaman berumur 1 MST di lapang dengan frekuensi pemupukan 2 kali semingggu. Pupuk yang diberikan kepada tanaman lisianthus adalah pupuk cair dan diaplikasikan melalui pipa-pipa irigasi viaflo. Pemupukan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-09.00 WIB. Jenis pupuk yang diberikan berbeda dan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman, yaitu fase vegetatif dan generatif. Pupuk pada fase vegetatif diberikan 2 kali dalam seminggu selama 4 minggu, sebelum ada kuncup bunga dan pada fase generatif yaitu setelah kuncup bunga tumbuh sampai bunga mekar. Pada Tabel 2 terdapat komposisi nutrisi stok A dan B yang masing-masing akan dilarutkan pada 90 l air.

(47)

31 Tabel 2. Komposisi Nutrisi Stok A dan Stok B Tanaman Lisianthus

Jenis Pupuk Vegetatif Generatif

Stok A

Kalsium Nitrat Ca(NO3)2 11.7 kg 9.9 kg

Amonium Nitrat NH4NO3 3.4 kg 2.5 kg

Fe Kelat 13 % FeEDTA 174 g 174 g

Stok B

Kalium Nitrat KNO3 6.3 kg 5.5 kg

Monopotasium

Fosfat KH2PO4 3.7 kg 3.7 kg

Magnesium Sulfat MgSO4 3.3 kg 3.3 kg

Kalium Sulfat K2SO4 0.9 kg 3.3 kg

Mangan Sulfat MnSO4 23 g 23 g

Seng Sulfat ZnSO4 27 g 27 g

Borat Na2B4O7 51 g 51 g

Tembaga Sulfat CuSO4 5 g 5 g

Natrium Molibdat Na2MoO4 3 g 3 g

Nutrisi yang digunakan ada dua macam, yaitu stok A dan stok B. Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan untuk membuat larutan nutrisi. Larutan stok A dibuat dengan mencampur bahan-bahan penyusunnya dengan air sebanyak 90 l didalam ember lalu diaduk secara merata dan terus menerus. Larutan yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam tangki larutan stok A yang berkapasitas 100 l.

Bahan-bahan stok B agak sukar larut dalam air sehingga pemberian air dilakukan secara bertahap serta pengadukan dilakukan terus-menerus sampai semua bahan larut. Pembuatan larutan stok B sama dengan larutan stok A, yaitu dengan melarutkan bahan dalam 90 l air lalu dimasukkan ke dalam tangki larutan stok B. Larutan stok A dan B masing-masing berjumlah 90 l dan disimpan dalam tangki. Aplikasi larutan nutrisi pada tanaman lisianthus dilakukan dengan mengencerkan larutan stok A dan stok B dengan air bersih di dalam tangki nutrisi dengan perbandingan 1:1:300 l.

Pada waktu pemupukan, sebelum pompa penyiraman dihidupkan, dilakukan pengecekan untuk memastikan bahwa keran telah terbuka. Pembukaan keran-keran inlet tergantung kepada jumlah dan lokasi greenhouse yang akan digenangi. Proses pemberian nutrisi sama dengan pemberian air yaitu melalui saluran irigasi.

(48)

32 pertumbuhan untuk meningkatkan perkembangan vegetatif dan pertumbuhan tanaman sampai masa pembungaan.

3. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh diberikan saat tanaman berumur 2 minggu agar tanaman lebih cepat tumbuh dan mengurangi jumlah tanaman yang roset. Jenis zat pengatur tumbuh yang diberikan adalah giberelin berbentuk tablet yang mempunyai merek dagang Mad Gib dengan bahan aktif giberelin 3-20 %. Mad Gib diaplikasikan dengan penyemprotan langsung pada seluruh tanaman dengan konsentrasi 5 g/20 l air. Aplikasi Mad Gib dilakukan setiap 2 minggu sekali, sebanyak 2-3 kali khususnya pada tanaman yang kerdil dan memiliki pertumbuhan agak lambat.

4. Pengukuran pH dan EC tanah dan larutan nutrisi

Uji kualitas air dilakukan terhadap pH dan Electrical Conductivity (EC) air dan hara. Alat untuk mengukur pH adalah pH meter, sedangkan untuk mengukur EC digunakan EC meter (Gambar 11). EC merupakan nilai yang menunjukkan jumlah ion-ion tersedia dalam tanah. Nilai EC yang terlalu besar dapat mengganggu akar tanaman dalam menyerap nutrisi. Pengukuran pH dan EC tanah dilakukan sebelum lahan ditanami dan setelah tanaman berumur 6 MST.

Gambar 11. Pengukuran pH dan EC Tanah (a) dan pH dan EC Meter (b) Pengukuran EC dan pH tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah yang akan diukur. Sampel berasal dari setiap titik yang mewakili kondisi lahan. Sampel tanah sebanyak 150 ml dilarutkan dalam 300 ml aquades, sehingga total larutan adalah 450 ml. Larutan diaduk sampai merata dan dibiarkan hingga air terpisah dari tanah dan terbentuk endapan. Pengukuran EC dan pH dilakukan pada air tanah.

(49)

Berd adalah 5.9 0.08 mS/c EC 1.18 m dilakukan

5. Pewiw

Pewiw di sekitar p dapat dila untuk mem seragam pembunga 6. Penge Pengen 3-4 MST pertanama memperol vektor pen dasarkan ha 9 dan EC ad cm. Larutan mS/cm. Pen

.

wilan atau D wilan pada l

pucuk dan b akukan 2-3 mperbanyak dan memb aannya ditun Gam endalian Gu ndalian gu dengan frek an. Gulma leh air dan

nyakit. Gol

asil penguk dalah 3.28 n nutrisi yan ngukuran ter Disbudding isianthus ya bunga yang kali dalam k tumbuhny buat tanam nda. Pewiw

mbar 12. Pew

ulma ulma dilaku kuensi peng yang tumb nutrisi bag longan gulm

kuran, pH t mS/cm, sed ng diberikan rhadap nila

g

aitu membu g terlalu mek m satu peri

ya kuncup b man dapat wilan tiap tan

wiwilan pad

ukan secar gendalian b

uh di lahan gi tanaman, ma yang dit

tanah sebel dangkan pH n pada tana ai pH dan E

uang tunas a kar seperti p ode tanam. bunga deng tumbuh l naman dilak

da Tanaman

ra manual berdasarkan

n tidak han namun jug temui berup

lum dilakuk H air yaitu 6 aman memil EC setelah p

air dan caba pada Gamba . Tujuan pe an pertumb lebih tingg kukan oleh p

n Lisianthus

oleh peke n populasi g

nya menjad ga dapat me

pa teki-teki

kan pemup 6.06, dan E liki pH 6.07 pemupukan

ang yang tum ar 12. Pewiw ewiwilan a buhan yang gi karena

pekerja.

erja pada gulma pada

(50)

34 beberapa jenis daun lebar. Pengendalian gulma dilakukan dengan menyiangi gulma. Sanitasi lahan dilakukan dengan membuang tanaman lisianthus yang terserang hama dan penyakit. Gulma pada tanaman lisianthus tertera pada Gambar 13.

Gambar 13. Fungi (a), Gulma pada Lisianthus (b,c), dan Penyiangan Gulma (d)

7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Pemberian pestisida pada tanaman dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama atau organisme pengganggu tanaman. Hama yang paling sering ditemui di lapang dan mengganggu tanaman yaitu ulat, keong, kupu-kupu putih, dan thrips (Gambar 14). Penyemprotan pestisida dilakukan 2 kali seminggu pada hari Selasa dan Jumat. Jenis pestisida yang diaplikasikan tergantung dari kerusakan tanaman dan hama yang paling dominan di lapang. Pestisida yang diberikan diselingi pemberiannya agar tidak terjadi kekebalan terhadap salah satu jenis pestisida yang digunakan (resistensi).

Gambar 14. Hama pada Lisianthus : Ulat (a) dan Thrips (b)

a b

a b

(51)

35 Kepala subdivisi akan membuat perencanaan mengenai jenis pestisida dan dosis yang akan diaplikasikan setiap minggu dan akan direalisasikan dengan melihat kondisi tanaman. Pestisida yang diberikan pada tanaman lisianthus dapat dilihat pada Lampiran 11.

Karakteristik dan Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan morfologinya, lisianthus dibedakan menjadi organ penyusun yaitu akar, batang, daun, dan bunga. Lisianthus memiliki akar serabut berwarna coklat muda dengan panjang 10-20 cm dari pangkal hingga ujung akar. Akar berfungsi untuk menopang tanaman serta penyerapan air dan unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Batang lisianthus terdiri dari batang utama dan memiliki 2-3 cabang yang dapat memiliki ukuran sama besar. Arah pertumbuhan batang dan cabang tegak. Batang berbentuk bulat dan berwarna hijau. Pada batang akan tumbuh kuncup yang akan membentuk kuncup daun maupun bunga.

Sejak tahun 2007, PT. Saung Mirwan telah membudidayakan sekitar 29 varietas lisianthus, yaitu Ambar Double Maron, Bouquet White, Ceremony Orange, Cesna Rose, Cesna Rose Picote, Cesna Blue, Cesna White, Exrosa Green, Exrosa Yellow, Exrosa Pink, Exrosa Pink Picote, Exrosa Blue, King of Snow, King of Blue Picote, Love Me Tender, Magic Pink, Picolo Snow, Picorosa Snow, Rosina Rose Pink, Rosina Pink Picote, Rosina Green, Rosina Lavender, Rosina Blue, Revolution Green, Super Magic White, Super Magic Purple, Super Magic Deep Blue, Super Magic Lavender Blue, dan Super Magic Blue Picote. Pemilihan varietas didasarkan pada pertumbuhan tanaman di lapang dan jumlah permintaan terhadap varietas.

(52)

Gam Saat jumlah pe Varietas y White, Ce Exrosa Y Picorosa S

mbar 15. Pen t ini PT. Sa ermintaan t yang masih eremony O Yellow, Exro Snow, Ros nampilan B aung Mirwa tertinggi da h dibudida range, Cere osa Pink, E ina Rose P

unga pada B an hanya me

an memilik ayakan adal emony Ligh Exrosa Blu Pink, Rosin Berbagai V embudidaya ki pertumbu lah Ambar ht Pink, C ue, King of na Pink Pic

arietas Lisia akan 10-17 uhan yang r Double M Cesna Rose

f Snow, Lo cote, Rosina

anthus varietas de

baik di la Maron, Bou e, Exrosa G

ove Me Te a Green, R

(53)

Lavender, bunga yan Kon dengan ya dilakukan Exrosa Gr pertambah Lavender Mirwan m Berdasark hanya Ro standar (G Gam 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 Ti nggi Tanam an (cm ) dan Revol ng menarik. ndisi pertum ang lainnya seminggu reen, dan E han tinggi

memiliki p menetapkan kan pengam osina Green Gambar 16).

mbar 16. Tin

53.50 32 00 00 00 00 00 00 00 00 lution Gree mbuhan lisia a. Pengamat sekali. Ber Exrosa Pink yang cep pertumbuha standar tin matan pada

n, Exrosa G

nggi Tanam

2.44 21.09

3

en.

Masing-anthus di lap tan terhadap rdasarkan p memiliki ti pat, sedang

an yang ag ggi tanaman 11 tanama Green, dan man Berbaga 36.60 52.13 6 -masing var pang berbed p pertumbu pengamatan inggi tanam kan Cerem gak lambat n lisianthus an contoh Exrosa Pin

ai Varietas L

64.38

44.82

rietas mem

da antara va uhan vegeta n di lapang man yang pa

mony Oran (Lampiran s siap panen

hingga ber nk memili

Lisianthus p

63.61 60.64

iliki penam

arietas yang atif dan gen g, Rosina G

aling tinggi nge dan R n 12). PT. n yaitu ≥ 60 rumur 13 M iki tinggi s

pada Saat Pa

(54)

Gam Pada mingguny varietas. R daun pada Gam 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Jum lah Daun (helai) 0 2 4 6 8 10 Panjang R u as (cm )

mbar 17. Jum a Gambar ya dan tidak

Rata-rata pe a saat panen

mbar 18. Pan .Saa

0 1 2

6.65

3.50

mlah Daun p 17, terlihat k terlihat pe ertambahan n berkisar an

njang Ruas at Panen

3 4 5

Minggu S 0 4.00 5.7 pada Berbag pertambah erbedaan ju daun setiap ntara 38-40 (Internode)

6 7 9

Setelah Tanam 75 7.07 9 gai Varietas han jumlah umlah daun p minggu ad

daun.

) pada Berb

9 10 11 1

m (MST) .13 7.00 s.Lisianthus daun hamp yang menc dalah 2-4 da

bagai Variet

2 13

8.86 8.73

s

pir terjadi s colok dari s aun. Jumlah as Lisianthu Exrosa Yello Picorosa Sno Ceremony O Rosina Pink Rosina Rose Rosina Gree Exrosa Blue Exrosa Gree Exrosa Pink Rosina Lave

King Of Sno

(55)

Gam Gam Peng diameter bahwa va (19.13 cm dengan di (0.6 cm) cabang ter 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Diam eter Batang (cm ) 0 1 2 3 Jum lah C abang (cabang)

mbar 19. Dia

mbar 20. Jum gamatan p

batang (Ga arietas yan m) dan terpe iameter bat dan diame rbanyak dim 0.60 0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 3.25 ameter Bata mlah Caban ertumbuhan ambar 19), g memiliki endek adalah tang terbesa eter terpend miliki oleh v

57 0.60 0

3.00

1.50

ang pada Be

ng pada Berb n vegetatif

dan jumla i panjang h Rosina L ar adalah E dek adalah varietas Exr .51 0.40 0 2.43 2.64 erbagai Var bagai Varie f pada pan ah cabang (

ruas tertin avender (3. Exrosa Yell Rosina La rosa Yellow 0.57 0.45 1.75 1.45 2 ietas Lisian etas Lisianth njang ruas (Gambar 20 nggi adalah

.00 cm), sed low dan Ce avender (0. w dan Exros

0.56 0.49

2.38 1.91

nthus Saat P

hus Saat Pan s (Gambar

0) menunju h Rosina G

dangkan va eremony Or

37 cm). Ju sa Blue mem

(56)

jumlah ca karakterist 13, 14, 15

Gam Gam 1 1 Jum lah B unga (kunt um ) 1 Di am et er B unga (cm ) abang yang tik vegetati , 16, 17, dan

mbar 21. Jum Pan

mbar 22. Dia

0 2 4 6 8 10 12 7.55 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7.36 5

g paling s f tanaman l n 18.

mlah Kuntu nen

ameter Bun

1.55 4.45 1 5.73 6.55 6 sedikit. Nil lisianthus d

um Bunga pa

nga pada Be

0.64

7.27 9

6.88 7.59 7

lai rataan apat dilihat ada Berbaga erbagai Var 9.36 6.18 1 7.77 7.17 dan standa lebih detai ai Varietas rietas Lisian 11.18 8.91 7.59 6.77 ar deviasi il pada Lam

Lisianthus

nthus Saat P

(57)

Gam

Gam

Pertu mengamat mahkota b lisiantus y Green, dan genaratif t Ana pada Lam 0 2 4 6 8 10 12 Panjang Tangkai B unga (cm ) 1 1 2 2 3 Jum lah Daun M ahkot a bunga (hel ai )

mbar 23. Pan Pan

mbar 24. Jum Pan umbuhan g ti jumlah b bunga yang yang memil

n Rosina Pi tanaman lisi alisis korela mpiran 23. H

0 2 4 6 8 0

2 10.68 10

0 5 10 15 20 25 30 19.36 1 njang Tangk nen

mlah Daun M nen

generatif d bunga, diam g dapat dil

liki jumlah ink Picote. N ianthus dap asi pada tia Hasil uji ko

0.00 9.41 9

9.55 23.45

1

kai Bunga p

Mahkota pa

diamati sete meter bung

ihat pada G bunga terb Nilai rataan at dilihat pa ap karakteri orelasi menu

9.42 10.55 9

1.55 25.09 2 pada Berbag ada Berbaga elah bunga a, panjang Gambar 21 banyak ada n dan standa

ada Lampira istik lisianth unjukkan b

9.55 10.86 22.18 14.18 2 gai Varietas

ai Varietas L

(58)

42 berkorelasi dengan panjang ruas pada taraf 1 %. Semakin panjang ruas tanaman maka tinggi tanaman akan semakin tinggi. Rosina Green memiliki tinggi tanaman dan panjang ruas tertinggi. Jumlah daun nyata berkorelasi dengan diameter batang dan jumlah cabang pada taraf 5 %, dan nyata berkorelasi dengan jumlah bunga pada taraf 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun menyebabkan pertambahan pada jumlah cabang, diameter batang dan jumlah bunga lisianthus. Panjang ruas nyata berkorelasi dengan diameter bunga pada taraf 5 %, sehingga semakin panjang ruas tanaman, maka diameter bunga akan sem

Gambar

Tabel 1. Data Penanaman Lisianthus Selama Empat Bulan (Agustus-Desember 2009)
Gambar 2. Kemasan Benih (a) dan Bentuk Benih (b-d)
Gambar 3. Mesin Pencuci Tray (a) dan Tray Semai (b)
Gambar 5. Persemaian Benih (a) Secara Manual dan dengan Alat Semai (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja

[r]

Tentu saja akan mau, seperti dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa membantu Agen untuk sukses adalah kunci sukses kita. Jadi tidak usah takut. Jika ada prospek Anda bertanya.

Lingkungan sebagai area atau tempat hidupnya semua makhluk hidup memiliki variabel-variabel yang saling terkait, seperti air tanah, sirkulasi udara, dan kesuburan tanah. Misalnya

Dalam mendukung aktivitas bisnis di butuhkan banyak hal yang perlu dikembangkan dari laboratorium PPTI, misalnya pembangunan sistem informasi berbasis website yang akan

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi

Eksraksi dengan HCl 2% dan ekstraksi dengan kapur tohor memberikan hasil yang lebih baik dan berbeda nyata dibandingkan dengan cara ekstraksi air pada variabel tinggi

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Pembatasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Tinjauan Pustaka .... Hasil Belajar