• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN

C.1.1. Fungsi Konsultan Pengawas

Fungsi konsultan pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu :

1) Fungsi administratif

1. Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas Penyedia Jasa Pemborongan.

2. Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas pekerjaan konstruksi saluran saluran dan koker untuk jenis penanganan (peningkatan pemeliharaan/perbaikan, pembangunan baru).

3. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-foto yang dibuat sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang berjalan dan pekerjaan selesai, serta kejadian di lapangan lainnya.

4. Menyiapkan dokumendasi sehubungan dengan Contract Change Order dan Addendum sehingga

perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.

5. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.

2) Fungsi pengawasan (supervisi)

1. Membantu Pengguna Jasa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat diselesaikan sesuai desain, persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.

2. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terperinci untuk mendukung review design (bila ada), dan membantu Pengguna Jasa agar perubahan desain tersebut dapat dilaksanakan.

3. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran, sehingga semua pengukuran pekerjaan, perhitungan volume dan pembayaran

didasarkan kepada ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak.

4. Meninjau pengadaan personil dan peralatan Penyedia Jasa Pemborongan sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan.

5. Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk sertifikasi “Monthly Certificate (MC)”.

6. Melakukan pengecheckan dan persetujuan gambar terlaksana (as built drawing).

7. Membantu Pengguna Jasa dalam menyiapkan pelaksanaan Provisional Hand Over (PHO).

8. Membantu Pengguna Jasa dalam pengawasan pekerjaan pada periode pemeliharaan.

C.1.2. Tanggung Jawab Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin Pekerjaan bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa Pemborongan benar-benar sesuai ketentuan kontrak pemborongan. Konsultan akan memberikan jaminan segala ijin kerja, persetujuan dari setiap jenis/langkah pelaksanaan dan persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan. Untuk memperjelas uraian tersebut, pada Gambar C.2 dijelaskan mengenai Kegiatan Pengawasan Pekerjaan, dari tahap awal sampai tahap akhir pekerjaan.

C.1.3

Gambar C.1 : LINGKUP KEGIATAN PENGAWASAN

C.1.3.1 Pengendalian Teknis

Bertindak untuk dan atas nama Pengguna Jasa mengendalikan pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan pada saat pre-audit, monitoring dan post-audit, meliputi :

(2)

v Aspek volume pekerjaan;

v Aspek waktu penyelesaian pekerjaan;

v Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.

Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak pemborongan.

1). Rentang kendali pre-audit

Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-audit” adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan, yang terdiri dari :

— Pengumpulan dan analisa terhadap data;

— Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi lapangan;

— Pemeriksaan terhadap kesiapan Penyedia Jasa Pemborongan, yang meliputi material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.

Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan akan menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan antara lain :

— Jenis pekerjaan;

— Kuantitas pekerjaan;

— Kualitas yang dipersyaratkan;

— Schedule pelaksanaan;

— Schedule pembayaran.

Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil perencanaan ke lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut telah sesuai dengan kondisi yang ada. Apabila ternyata dari hasil pengecekan hasil design tidak sesuai dengan kondisi lapangan, konsultan team supervisi akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk diajukan kepada Pengguna Jasa.

Material dan peralatan yang didatangkan Penyedia Jasa Pemborongan akan diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan, sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

Jadwal waktu yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan diteliti lebih dahulu apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang akan

mengerjakannya serta alat yang akan digunakan. Apabila menurut analisa tidak seimbang antara volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka konsultan akan menyarankan kepada Penyedia Jasa Pemborongan untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang memadai agar bisa selesai tepat pada waktunya.

Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume pekerjaan. Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainnya sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat peretujuan dari

Pemimpin Kegiatan. Dalam hal ini, konsultan berupaya menghindari pekerjaan tambah, justru mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi teknis dan biaya memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.

Gambar C.2 : CARA MENGONTROL KEGIATAN YANG AKAN DIMULAI

2). Rentang kendali monitoring

Kegiatan pengendalian teknis rentang monitoring adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan pengawas telah melakukan pre-audit namun setiap langkah

pelakanaan pekerjaan akan terus dimonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera diketahui dan dapat diluruskan kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi terhadap progres dan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

(3)

keseluruhan hasil pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya, selain mengawasi pekerjaan fisik konsultan pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar kegiatan, agar jangan sampai pelaksana lapangan berikut tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak flora dan fauna yang ada.

Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.

3). Rentang kendali post-audit

Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi Penyedia Jasa Pemborongan. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk kemajuan pembayaran senilai hasil kerjanya. Namun Penyedia Jasa Pemborongan tidak bisa menyajikan permintaan pembayaran sebelum mendapat rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan teknis atau tidak.

C.1.3.2 Pengendalian Atas Koordinasi Terkait

Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis tersebut di atas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu dilakukan oleh pihak lain (khususnya oleh Pengguna Jasa). Koordinasi dengan instasi terkait, antara lain dilakukan dengan :

v Pemimpin kegiatan fisik;

v Konsultan lain yang terkait;

v Instansi terkait lainnya.

C.1.3.3 Pengendalian Administrasi Kegiatan

Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan serta mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi kegiatan yang diawasinya, yaitu mencakup antara lain : surat, memorandum, risalah, laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak, addendum dan lain-lain yang dianggap perlu. Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan konsultan pengawas untuk maksud tersebut adalah :

v Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas maksud dari surat masuk maupun keluar;

v Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas konsultan;

v Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas;

v Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan;

v Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar sebelum maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan;

v Membantu/menyiapkan addendum serta hal-hal lain yang dianggap perlu dalam penyelesaian pekerjaan.

C.1.3.4 Evaluasi Rencana

Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan serta menyarankan perubahan/penyempurnaan/penyesuaian rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan kegiatan.

C.1.3.5 Verifikasi Hasil Pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan

Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan bahwa hasil pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan telah memenuhi segala persyaratan untuk proses selanjutnya, yaitu persetujuan Pengguna Jasa.

C.1.4. Kontrol Sistimatik terhadap Kegiatan Lapangan

Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi kontrol manajemen kegiatan konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang

(4)

Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan di lapangan memiliki tiga tujuan, yaitu :

 Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang kegiatan pokok. Bilamana terdapat

kekurangan, maka harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk

 Memastikan bahwa pekerjaaan pengawasan berjalan secara benar sehingga peringatan secara dini dapat diberikan

apabila terjadi sesuatu kesalahan.

 Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh kegiatan tidak di-lampaui bila tidak terjadi perubahan

kontrak.

Kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan, yaitu :

 Pencapaian target kemajuan fisik.

 Pencapaian target keuangan

 Pengadaaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.

 Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kerja lapangan.

 Pemantapan kerja sama antar pekerja kegiatan dari seluruh bagian/divisi.

 Hubungan dengan pihak pemilik.

Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau menunjukan tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.

C.1.5. Kunjungan Lapangan/Site Visit

Frekwensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan lapangan, sifatnya dapat secara harian, mingguan. Frekwensi kunjungan dapat bergantung pada tahapan dari pemimpin kegiatan yang mengelolanya beserta para anggota tim sesuai urgensinya.

C.1.6. Pengontrolan Kegiatan

Merencanakan dan membangun adalah suatu aktifitas yang dinamis, dan yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network/scurve chart yang telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanan harus secara periodik atau sesuai kondisi dicheck kembali :

 Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati;

 Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera;

 Nantinya akan ditepati (jangka panjang).

Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya kegiatan seperti yang dikehendaki.

1) Jarak waktu kontrol

Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi dua macam rentang waktu yaitu :

— 1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1 minggu;

— 2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.

2) Cara mengontrol

Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :

— Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai :

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.2.

(5)

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.3.

— Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai :

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.4.

C.1.7. Sistim Informasi Manajemen Kegiatan

Sistim informasi manajemen kegiatan pada hakekatnya adalah suatu sistim untuk mendukung pihak Pimpinan Kegiatan dalam memantau dan mengendalikan kegiatan. Tujuan sistim ini untuk digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan informasi kegiatan setiap saat atau secara berkala, cepat dan akurat. Sistim ini dibuat dan

dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan kondisi yang dihadapi di lapangan serta

mengintegrasikan keinginan-keinginan dari pihak Pemimpin Kegiatan yang mewakili pihak Pengguna Jasa tentang apa-apa yang mau dimonitor dan dikendalikan.

Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu.

Gambar C.3 : CARA MENGONTROL KEGIATAN YANG SUDAH DIMULAI

Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan fisik, peranan sistim informasi manajemen kegiatan hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).

Gambar C.3 : CARA MENGONTROL KEGIATAN YANG SUDAH SELESAI

Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau dimonitor dimana perkembangan suatu kegiatan selalu diikuti oleh perkembangan data kegiatannya. Volume data kian hari kian membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.

Data kegiatan sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pengguna Jasa, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data kegiatan yang telah dikumpulkan secara periodik kemudian diolah/diproses untuk dijadikan informasi kegiatan (laporan kegiatan). Artinya, dari laporan kegiatan dapat diketahui perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan kegiatan ini Pemimpin Kegiatan baru dapat

mengevaluasi perkembangan kegiatannya dengan cara memperbandingkannya terhadap rencana.

Pemimpin kegiatan mengendalikan kegiatannya dengan keputusan-keputusan yang dibuat dan diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya menciptakan data kegiatan baru dan dengan demikian siklus project management control system berulangkali. Siklus ini baru berhenti apabila kegiatan telah selesai.

C.1.8. Pengendalian Mutu

Selama periode kontruksi, konsultan akan senantiasa memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah ini namun tidak terbatas pada :

 Peralatan laboratorium

 Penyimpanan bahan/material

 Cara pengangkutan material yang akan digunakan.

 Pengujian material yang akan digunakan

 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan

 Test lapangan

 Administrasi dan formulir-formulir

(6)

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui kekuatan konstruksi beton yang tidak bisa dilakukan di lapangan. Personil/tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.

C.1.8.2 Penyimpanan Bahan/Material

Mekanisme penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :

 Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk menjamin perlindungan kualitas.

 Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah dapat diperiksa oleh konsultan.

 Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing, dan mempunyai drainase yang lancar.

 Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, kecuali tempat kerja

tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.

 Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk mencegah segregasi dan untuk menjamin

gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.

C.1.8.3 Cara Pengangkutan Material/Campuran

Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada di sekitar pekerjaan. Bilamana terjadi gangguan di antara operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan mempunyai wewenang untuk memerintahkan Penyedia Jasa Pemborongan dalam menentukan urutan pekerjaan yang diperlukan guna mempercepat penyelesaian seluruh pekerjaan.

C.1.8.4 Pengujian Material yang Akan Digunakan

Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspesikan oleh konsultan. Staf anggota team konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja Penyedia Jasa Pemborongan. Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh konsultan. Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapat persetujuan dari konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

C.1.8.5 Job Mix Formula

Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi, sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang disetujui konsultan, antara lain untuk pekerjaan Beton.

C.1.8.6 Pengujian Rutin Laboratorium

Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama pekerjaan berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan. Jenis dan frekuensi/jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

C.1.8.7 Test Lapangan

Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu pengujian/tes lapangan. Gambar C.5 memperjelas uraian di atas.

C.1.8.8 Administrasi Pekerjaan dan Formulir-Formulir

Gambar C.6. menunjukkan kelengkapan administrasi pekerjaan yang umum digunakan. Contoh form-form yang diperlukan pekerjaan antara lain sebagai berikut di bawah ini dapat dilihat pada Lampiran. Form-form contoh ini dapat dimodifikasi/ sesuai dengan keperluan pekerjaan. Form-form yang dimaksud antara lain :

 Buku direksi

 Time schedule

 Mco (Mutual Check Awal)

 Request dan shop drawing

 Laporan mingguan

(7)

 Photo dokumentasi

 Change order

 Addendum

 Monthly certificate (MC)

 PHO (Provisional Hand Over)

 Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.

Gambar C.4 : CARA PENGENDALIAN MUTU

Gambar C.5 : ADMINISTRASI PEKERJAAN

C.1.9. Pengendalian Kuantitas

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan/campuran yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan atau yang terpasang. Konsultan akan memproses

bahan-bahan/campuran berdasarkan :

 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.

 Metode perhitungan

 Lokasi kerja

 Jenis pekerjaan

 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan, baik kualitas maupun kuantitas, dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan dibayar oleh konsultan dan mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain :

1) Pengukuran meter persegi (m2)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang dan lebar, setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau toleransi yang digunakan dan spesifikasi.

2) Pengukuran meter panjang (m’)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, setelah penampang suatu konstruksi sesuai dengan gambar (dimensinya).

3) Pengukuran meter kubik (m3)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang dan lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan alat ukur sehingga panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volume yang akurat.

4) Pengukuran berat (ton)

Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :

— Pertama, yaitu penimbangan dengan timbangan.

— Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan tersebut (berat jenis dapat diketahui dari laboratorium).

Gambar C.7. menunjukan diagram pengendalian volume pekerjaan guna memperjelas uraian di atas.

(8)

C.1.10. Pengendalian Waktu

Di dalam pekerjaan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Berikut ini dijelaskan bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.

C.1.11. Schedule Penyedia Jasa Pemborongan

Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan yang dibuat Penyedia Jasa

Pemborongan. Apakah rencana kerja progres pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau untuk pekerjaan saluran dengan kondisi kerja yang sama. Kemudian dicek juga apakah construction methode dan urutan kerja Penyedia Jasa Pemborongan sudah sistematis, konsepsional dan benar ?

Selanjutnya, berdasarkan schedule Penyedia Jasa Pemborongan yang sudah disetujui, konsultan pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut. Time schedule ini bisa dijabarkan ke dalam target harian, sehingga setiap hari dapat dicek apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak ? Bila target tidak tercapai, maka selisih volume diprogramkan/dikejar untuk schedule hari berikutnya.

Bila time schedule yang dibuat dan disetujui tersebut dilaksanakan sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik, maka diharapkan pekerjaan bisa diselesaikan “on schedule”.

C.1.12. Alat Berat (Heavy Equipment)

Untuk mengerjakan pekerjaan yang tingkat kesulitannya besar, dalam artian kalau tidak menggunakan alat berat tidak efesien dan efektif, bisa kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.

Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil. Dari alat tersebut dihitung produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.

Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut menghasilkan produk sesuai volume yang ditargetkan ? Bila tidak tercapai, perlu diambil tindakan-tindakan, antara lain : menambah jumlah alat atau

menambah jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

C.1.13. Tenaga Kerja

Demikian juga tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga kerja yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa dikerjakan oleh tenaga kerja sesuai dengan jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkiraan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift atau kerja lembur/over time. Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang cukup/efektif, maka pelaksanaan pekerjaan diharapkan bisa tepat waktu sesuai yang ditargetkan.

C.1.14. Jumlah Jam Kerja

Penyelesaian suatu pekerjaan sangat tergantung pada jam kerja per hari. Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil dibandingkan bila jam kerja per harinya lebih banyak.

Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian rupa sehingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja malam/ over time.

Dalam administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara optimal, maka konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh Network Planning yang umumnya telah dibuat oleh Penyedia Jasa

Pemborongan dengan metode lintas kritis (Critical Path Methode/CPM).

Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin “Network Planning” tersebut bila memang diperlukan.

Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart/S-curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui/menunjukkan lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah “ordinat”

(9)

C.1.15. Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan

Di dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :

 Biaya pekerjaan

 Estimated Quantity/Volume Pekerjaan

 Harga satuan pekerjaan

Guna pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan antara sebagai berikut :

 Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar sehingga kwantitas yang dibayar sesuai

dengan gambar rencana. Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.

 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari pengukuran/kwantitas, sehingga biaya yang

dikeluarkan adalah benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.

 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan yang tercantum dalam kontrak

pelaksanaan, sehingga biaya pekerjaan dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan yang ada di kontrak.

C.1.16. Pemeriksaan Sertifikat Bulanan (MC)

Penyedia Jasa Pemborongan harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang dilaksanakan kepada

Resident Engineer pada setiap akhir bulan yang berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai “sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC)”. Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan standart atau diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pengguna Jasa. Resident Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang telah terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menandatangani bersama oleh wakil Penyedia Jasa Pemborongan, konsultan, dan Pemimpin Pekerjaan. Prosedur pembuatan MC dapat dilihat pada Gambar C.7.

Gambar C.7 : PROSEDUR MONTHLY CERTIFICATE (MC)

C.1.17. Pemeriksaan Pembayaran Akhir

Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah lalu. Apabila terdapat kesalahan, pembayaran terdahulu yang sudah disetujui masih dapat dikoreksi pada pembayaran berikutnya.

Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang telah dibayar sebelumnya, sehingga kuantitas/volume yang dibayar dalam pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

C.1.18. Prosedur Perubahan (Contract Change Order)

Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Penyedia Jasa Pemborongan dan harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditanda-tangani oleh kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak, maka Perintah Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.

C.1.19. Sertifikat Penyelesaian Akhir

Bila Penyedia Jasa Pemborongan menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban pada Perioda Jaminan, maka ia harus membuat permohonan untuk serah terima pertama. Setelah pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima selesai dilakukan, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.

C.1.20. Pernyataan Perhitungan Akhir

(10)

C.1.21. Addendum Penutup

Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perhitungan Akhir. Setelah memperoleh tanda tangan Penyedia Jasa Pemborongan, engineer akan menyampaikan addendum penutupan tersebut kepada Pemberi Pekerjaan untuk ditandatangani bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui.

C.1.22. Dokumen Catatan Pekerjaan

Penyedia Jasa Pemborongan harus memelihara catatan yang cermat tentang semua perubahan dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan.

C.1.23. Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Kerja

Bila pekerjaan ini berada di lokasi atau menimbulkan volume lalu lintas yang cukup padat, diperlukan pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan pekerjaan survey maupun pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksinya, agar lalu lintas yang ada tetap terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya. Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih baik pula.

Situasi seperti itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan yang diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan menghambat pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu, penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal dan sedikit mungkin akibat buruknya.

Demikian pula dengan penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan keluar dari lokasi pekerjaan. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di atas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian haruslah

memperhatikan lingkungan. Tanah yang dimuat di atas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer di atas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Dalam pelaksanaan “Traffic Management” untuk pekerjaan ini kriteria penanganan dibagi menjadi 2 (dua) bagian :

 Pelayanan umum; dan

 Keselamatan kerja.

1) Pelayanan umum

Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas sistim informasi

Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan ada pekerjaan pembangunan. Sistim ini dapat diwujudkan melalui :

è Media cetak yang bersifat pengumuman.

è Pembagian “pamflet”

1. Mengurangi kemacetan

Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan perambuan sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.

2) Keselamatan kerja

Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut :

1. Disiplin kerja :

è Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus menerus dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling berhubungan setiap saat dengan cepat.

è Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntutan lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.

(11)

è Perambuan sesuai dengan standar perambuan.

è Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan kerapihan kerja sepanjang daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi lampu agar mudah terlihat pada malam hari.

Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait, antara lain :

— Faktor perambuan darat

— Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan.

— Atribut pada tenaga kerja.

— Astek

— Dan lain-lain.

Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja dari pada semua eksponen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progres yang hendak dicapai.

Gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perambuan darurat

Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada tahap pelaksanaanpun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada daerah perambunan. Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang pengaturan letak

penempatan serta jaraknya, seperti ditunjukan pada keperluan “rambu darurat”.

Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang beroperasi yang diletakkan

sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.

2. Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan

Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :

è Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja ditentukan, rute perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik. Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke belakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.

è Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.

è Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta bantuan pengawal dari pihak kepolisian.

3. Atribut pada tenaga kerja

Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju rompi refleksionis warna orange yang harus dikenakan pada saat melaksanakan tugas.

Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi akurasi.

4. Astek (Asuransi tenaga kerja)

(12)

C.1.24. Quality Assurance

Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi. Juga diperlukan supervisi yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih besar), standarisasi test dan pengetesan (termasuk kekerapan pengetesan) serta kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi yang diijinkan). Diperlukan pula guideline yang spesifik untuk supervisor dan client atau pihak ketiga (seperti konsultan atau team audit teknis).

Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah kecermatan rancangan. Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang tersedia dan/atau berdasarkan survey yang tidak akurat cenderung mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan rancangan yang secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan di lapangan.

Karena sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka fokus pengawasan juga berdasarkan kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan banyaknya perbaikan yang diperlukan sebagai akibat tidak akuratnya rancangan. Perbaikan administratif ini juga memakan banyak waktu dan usaha Penyedia Jasa Pemborongan dan supervisor sehingga mereka hampir tidak mempunyai waktu untuk pemeriksaan mutu.

Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua pengetesan harus dibayarkan oleh Pengguna Jasa (kecuali kontrak tersebut secara spesifik menetapkan yang sebaiknya), dengan kata lain : cadangan anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih memperkuat mutu.

Jaminan mutu mengarah pada kontrak lump sum (dengan harga borongan) dan bentuk-bentuk kontrak lainnya yang tidak berdasarkan unit price, pada paket yang lebih besar yang lebih mudah dilaksanakan dan pada pencantuman per-syaratan testing serta kekerapan testing (yang harus dikeluarkan dari kontrak) di dalam surat kontrak.

Persyaratan testing dan kekerapannya pada dasarnya berarti pergeseran tanggung jawab, yaitu Penyedia Jasa Pemborongan harus membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan ada di bawah standard. Memulai dan membentuk perubahan tanggung jawab ini bukanlah praktek yang mudah dan cepat. Pola kerja dan prosedur yang sudah terbentuk harus dibuang; praktek dan prosedur baru harus diambil tetapi input-input seperti pengauditan teknis, evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan dan lain-lain cenderung mempunyai dampak pada pendekatan masalah ini. Pertama-tama perlu untuk memberi jalan pada publik luas dalam pemerintah untuk melihat hasil perhitungan teknis. Yang kedua, alternatif untuk format kontrak dan prosedur supervisi saat ini perlu ditentukan, ditest dan dibentuk.

Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut melalui saran-saran yang

sehubungan dengan perhitungan teknis, saran yang berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan, saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

C.1.25. Value Engineering

Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian rupa untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah atau sistem dengan tujuan untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan penampilan, rahabilitasi, kualitas, teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan suatu pekerjaan. Program value engineering, mencari kemampuan manajemen seseorang untuk mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat menemukan biaya yang tidak berguna dan menghilangkannya.

Program value engineering secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama siklus pelaksanaan pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan dimulai untuk dikerjakan, langsung dilakukan studi value engineering.

Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value engineering untuk membantu Pengguna Jasa dalam hal mencarikan alternatif yang lebih baik dan lebih murah atas pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pada pekerjaan ini, kegiatan value engineering antara lain dapat berupa :

1. a) Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih mudah dan lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi konstruksi.

Dalam perioda pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan review design untuk penyesuaian-penyesuaian lapangan atas dasar pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi lapangan.

1. b) Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat berat, sehingga didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal, efisien. Dengan cara ini diharapkan diperoleh biaya yang lebih murah dan waktu

pelaksanaan bisa dipercepat.

(13)

Untuk mendapatkan hasil optimal dan efisien, diperlukan suatu rencana/metode kerja yang tepat. Kebutuhan peralatan dan pengendalian biaya pekerjaan dapat ditentukan dari metode kerja yang dipakai.

Rencana kerja value engineering adalah sebagai berikut :

— Phase pemilihan (seleksi)

Memilih pekerjaan : Apa yang dipelajari (studi) ? Siapa akan melaksanakan ? Apa yang perlu diketahui untuk mulai studi tersebut ?

— Informasi (investigasi)

Periksa pekerjaan : Pekerjaan apakah itu ? Apa masalahnya ? Berapa biayanya ? Apa saja yang telah dilaksanakan ? Apa saja yang harus dilaksanakan ?

Analisa fungsi dan biaya : Apa basic fungsinya ? Apa fungsi keduanya ? Berapa biayanya ?

— Spekulasi

Spekulasi atas alternatif : Apa guna fungsi yang lainnya ? Dimana saja yang ada ? Bagaimana fungsi akan tampil ?

— Evaluasi

Evaluasi alternatif : Apakah tiap ide dapat berjalan ? Berapa biayanya ? Apakah tiap ide memenuhi fungsi dasar ? Alternatif mana yang terbaik ?

1. c) Pendekatan kondisi kerja

Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan kondisi sebagai berikut :

— Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau kondisi khusus.

— Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance peralatan.

— Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan over time.

1. d) Analisa waktu penyelesaian

Total volume pekerjaan = V (ton)

Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)

Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)

1. e) Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasi alat berat

Analisis efesiensi alat berat pekerjaan pengaspalan pekerjaan jalan berdasar kerangka pemikiran sebagai berikut :

— Analisis sisem pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya dalam rangka efisiensi pelaksanaan pekerjaan.

— Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang digunakan, dan biaya alat.

— Analisis tersebut menghasilkan : jangka waktu pelaksanaan pembangunan, jenis alat, kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan dan penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan penghematan biaya operasi alat.

— Penghematan biaya operasi alat (operating cost) inilah dapat merupakan salah satu komponen untuk value engineering, selain komponen pekerjaan lainnya.

C.2. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

(14)

 Tahapan Studi;

 Tahapan Perencanaan;

 Tahapan Pelaksanaan;

 Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.

Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan untuk mendukung kegiatan masing-masing tahapan. Secara makro rekayasa, penjabaran dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar C.8.

Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah dijelaskan di atas, pekerjaan ini termasuk dalam Tahapan Pelaksanaan Konstruksi.

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan/TOR, maka dalam menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan yang optimal, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini, pihak konsultan akan menyajikan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan dari masing-masing kegiatan yang dimulai dari tahap awal hingga

penyelesaian akhir pekerjaan.

Lingkup pelaksanaan serta metode yang digunakan di setiap tahapan digambarkan dalam Gambar C.9. Lingkup kegiatan tersebut akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan.

2. Tahapan Koordinasi.

3. Tahapan Pengawasan Lapangan.

4. Tahapan Penyerahan Hasil.

Gambar C.8 : TAHAPAN UMUM KEGIATAN

Gambar C.9 : BAGAN ALIR METODOLOGI PELAKSANAAN PENGAWASAN

C.2.1. Tahapan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan peralatan.

1. Penyelesaian Administrasi

Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun untuk

berhubungan dengan pihak lain.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan

Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini. Kemudian setelah semua personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi untuk menentukan langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan pengawasan ini agar didapatkan hasil kerja yang maksimal.

C.2.2. Tahapan Koordinasi

C.2.2.1 Tujuan

Merupakan tahapan yang mempertemukan berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan

pembangunan/konstruksi, yaitu Pengguna Jasa, Penyedia Jasa Pemborongan, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas serta pihak-pihak lain yang dianggap berkaitan untuk bersama-sama melakukan koordinasi sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi di lapangan.

C.2.2.2 Ruang Lingkup

(15)

Untuk kelancaran pelaksanaan konstuksi, pihak-pihak yang terkait, yaitu Penyedia Jasa Pemborongan, Pengguna Jasa, Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana perlu mengadakan pertemuan guna mencari solusi dari setiap permasalah yang ditemui di lapangan baik menyangkut bahan, metode kerja maupun volume pekerjaan. Hasil keputusan dari pertemuan ini yang akan diterapkan di lapangan guna mengatasi masalah-masalah tersebut. Pertemuan-pertemuan atau koordinasi ini akan kontinu dilakukan selama masa pelaksanaan konstruksi.

2. Penentuan Patok-patok Referensi dan Elevasi Titik Kontrol

Dalam setiap awal pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, Konsultan Pengawas akan memberikan petunjuk secara tertulis kepada Penyedia Jasa Pemborongan mengenai lokasi dan elevasi titik kontrol tetap dan titik referensi berupa patok beton untuk keperluan survey dan pengukuran pelaksanaan pekerjaan.

C.2.2.3 Output

 Notulen rapat koordinasi;

 Surat Perjanjian Perubahan Kontrak (adendum).

C.2.3. Tahapan Pengawasan Lapangan

C.2.3.1 Pengendalian Mutu Pelaksanaan

1. Tujuan

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis, gambar kerja dan kesepakatan yang telah disetujui oleh semua pihak.

1. Ruang Lingkup

— Pengendalian Mutu Bahan;

— Pengendalian Metode Kerja;

— Pengendalian Volume dan Gambar.

1. Metodologi

Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengendalian Mutu Bahan

Pengendalian mutu bahan menyangkut jenis dan spesifikasi bahan-bahan yang digunakan untuk konstruksi baik itu bahan bangunan maupun bahan pompa. Sebelum digunakan, bahan-bahan ini akan diuji kualitasnya oleh

Konsultan Pengawasan.

Penjelasan pengujian bahan selengkapnya telah dijelaskan di pembahasan sebelumnya

2. Pengendalian Metode Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, metode kerja yang digunakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan harus sesuai dengan yang telah diberikan pada spesifikasi teknis. Konsultan akan mengawasi cara-cara yang digunakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan tersebut dan memberikan masukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan apabila tidak begitu mengerti tentang metode yang ada di dalam spesifikasi teknis.

3. Pengendalian Volume dan Gambar

Volume dan gambar merupakan dasar bagi pelaksanaan konstruksi yang utama di lapangan. Oleh karenanyas menjadi tugas Konsultan Pengawas untuk mengecek apakah pelaksanaan yang ada sudah sesuai dengan apa yang tercantum pada gambar rencana dengan volume yang sesuai.

Dari ketiga jenis pengendalian mutu di atas, Konsultan Pengawas akan memberikan laporan kepada Pengguna Jasa secara berkala sesuai dengan perkembangan di lapangan.

(16)

perubahan-perubahan yang ada oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan dibuatkan gambar hasil pelaksanaan dari perubahan-perubahan tersebut.

Mengenai perubahan gambar rencana dan metode pembuatan gambar perubahannya (as built drawing) dapat dilihat pada Data Teknis E.

1. Output

2. Laporan harian, mingguan dan bulanan hasil uji mutu bahan.

3. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi volume pekerjaan.

4. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi metode pekerjaan.

5. Gambar pelaksanaan lapangan (as built drawing).

6. Perjanjian perubahan kontrak (adendum).

C.2.3.2 Pengendalian Waktu Pelaksanaan

1. Tujuan

Tujuannya adalah agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung seperti yang telah direncanakan atau tidak melebihi waktu batas akhir kegiatan.

1. Ruang Lingkup

Pembuatan diagram jaringan (network diagram) dan jadwal kerja pelaksanaan.

1. Metodologi

Diagram jaringan (network diagram) adalah diagram yang memberikan permulaan tanggal dini atau lambat dari masing-masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh jadwal jalur kritis (critical path). Juga dibuat sub jadwal untuk menunjukkan jadwal pekerjaan kritis dari keseluruhan jadwal konstruksi.

Di samping pembuatan diagram jaringan, untuk kontrol terhadap waktu perlu dibuat juga jadwal kerja dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari :

1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Pembuatan jadwal ini yang mengacu pada jadwal kegiatan Penyedia Jasa Pemborongan dibuat untuk rencana pelaksanaan pekerjaan dan agar kemajuan pekerjaan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi ketepatan waktunya. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan berbagai aktivitas pekerjaan.

2. Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan

Jadwal kedatangan bahan bangunan harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan dibuat terpisah. Dalam jadwal harus sudah termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, rencana produksi bahan di pabrik/sumber bahan, jadwal rencana pengiriman, pengujian, pengambilan sampel dan persetujuan dari Pengguna Jasa.

3. Jadwal Penggunaan Tenaga Kerja

Jadwal ini juga mengacu kepada jadwal yang dimiliki oleh Penyedia Jasa Pemborongan pelaksana di lapangan. Dari sini nantinya akan dilihat perkembangan dan kecenderungan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan.

4. Jadwal Penggunaan Peralatan Konstruksi.

Untuk membantu pelaksanan konstruksi, biasa digunakan berbagai peralatan baik itu peralatan ringan maupun alat-alat berat. Untuk itu, sangat perlu dilakukan penjadwalan atas penggunaan alat-alat-alat-alat yang ada untuk melihat tingkat efisien alat-alat tersebut.

Secara berkala pengawas akan memperbarui jadwal-jadwal di atas yang disesuaikan dengan jadwal-jadwal

Penyedia Jasa Pemborongan untuk menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara aktual sampai hari terakhir bulan yang bersangkutan.

(17)

2. Diagram jaringan (network diagram).

3. Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi aktual.

4. Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan bangunan.

5. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja.

6. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.

C.2.3.3 Pengendalian Biaya Pelaksanaan

1. Tujuan

Pengawasan terhadap keadaan arus uang (cash flow) kegiatan agar dapat memaksimalkan keuangan kegiatan yang ada untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan.

1. Ruang Lingkup

Pengontrolan biaya melalui kurva S yang dikembangkan dari Bar Chat/Giant Chart.

1. Metodologi

Seperti diketahui, kurva S bertujuan memberikan gambaran kemajuan pekerjaan dengan waktu yang direfleksikan terhadap bobot penyerapan biaya.

Pengawasan kegiatan dilakukan dengan membandingkan kurva S rencana (yang dibuat Penyedia Jasa Pemborongan) dengan kurva S aktual sehingga dapat diketahui apakah pekerjaan terlambat, sesuai atau

mendahului jadwal rencana. Dari sini kemudian dapat dilihat bobot biaya yang telah dikeluarkan Penyedia Jasa Pemborongan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi sampai dengan kemajuan yang ada. Dengan kurva S ini, Penyedia Jasa Pemborongan dapat mengajukan pembayaran yang akan diterima sesuai dengan hasil kerja yang dilakukan.

1. Output

2. Kurva S Aktual yang dibandingkan dengan Kurva S Rencana.

3. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran Penyedia Jasa Pemborongan.

4. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang bila ada perubahan pekerjaan.

C.2.4. Penyerahan Hasil

1. Tujuan

Tujuan adalah menyerahkan hasil-hasil pekerjaan pengawasan Konsultan terhadap pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

1. Ruang Lingkup

— Mengasistensi kepada Pemimpin Kegiatan atas kebenaran dan kelengkapan hasil pengawasan.

— Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan kontrak oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

— Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.

1. Output

— Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.

— Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.

C.3. PEDOMAN PENGAWASAN PEKERJAAN

C.3.1. Evaluasi Gambar Kerja

(18)

1. Apabila ada keragu-raguan mengenal dimensi satuan, Penyedia Jasa Pemborongan wajib menanyakan terlebih dulu kepada Konsultan Pengawas.

2. Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis. Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas dan atau Konsultan Perencana.

3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguraguan di antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus melaporkan secara tertulis kepada Konsultan

Pengawas, dan Konsultan Pengawas memberikan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan Konsultan Perencana.

4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.

C.3.2. Pembuatan Shop Drawing

1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat kontraktor berdasarkan gambar

perencanaan/gambar kerja yang disesuaikan dengan keadaan lapangan dan/atau persyaratan pabrik dan bahan yang dipakai.

2. Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain-lainnya.

3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut yang sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

4. Pada dasarnya kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada persyaratan khusus dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum tercakup secara lengkap dalam gambar kerja, dan/atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

C.3.3. Dokumentasi Pelaksanaan Konstruksi

1. Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti yang diminta oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Contoh-contoh foto harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan pada akhir setiap bulan. Ukuran foto sekurang-kurangnya ukuran postcard dan dipasang pada album. Keterangan yang menyebutkan kegiatan/macam pekerjaan dan tanggal pengambilan harus disertakan ukuran masing-masing foto.

2. Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus membuat foto dokumentasi 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.

3. Negatif foto dokumentasi tersebut menjadi milik Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan dan tidak diijinkan untuk membuat cetakan dan negatif tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan untuk diserahkan kepada siapa pun.

C.3.4. Mobilisasi dan Demobilisasi

Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi mencakup :

1. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan dan peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi kegiatan bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Pengawas.

2. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor harus memasukkan rencana kepada Konsultan Pengawas/ Pengawas Lapangan mengenai prosedur mobilisasi.

3. Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10 (sepuluh) hari setelah Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan memberikan nota dimulainya pekerjaan, peralatan harus sudah berada di lokasi kegiatan sesuai dengan jadwal dibutuhkannya alat-alat tersebut.

(19)

5. Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut sebagian atau seluruhnya, selama pelaksanaan pekerjaan tanpa persetujuan Pengawas Lapangan.

6. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tiap-tiap

bagian/komponen/tahap pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai. Penyediaannya di tempat pekerjaan dan persiapannya harus terlebih dahulu mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas.

C.3.5. Material/Bahan Bangunan

1. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan macam bahan bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam pekerjaan, yaitu : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.

2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.

3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui Pengawas.

4. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan kepada Pengawas “certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland cement dari produsen/pabrik.

5. Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah :

6. Portland cement :

è Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau V yang memenuhi Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM C-150.

è Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.

è Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.

è Kadar alkali maksimum 0,40%.

2. Agregat :

è Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus memenuhi test, standard laboratorium dan mempunyai gradasi yang memenuhi persyaratan ASTM 0-33. Agregat kasar harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Selain itu, agregat beton yang digunakan haruslah bersih, uncoated, keras dan terbebas dan lumpur, garam, partikel pipih dan material-material merusak lainnya seperti alkali, organik dan bahan-bahan lunak & ekspansif.

è Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

Kontraktor harus menyediakan sample agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran dari sumber pengambilan agregat yang akan digunakan untuk disetujui pengawas. Jika pengawas memandang perlu untuk mengadakan pemeriksaan di laboratorium, maka pemeriksaan tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam penawaran.

è Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan sesuai dengan ASTM Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).

è Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas dan bahan-bahan organik, tanah lempung dan sebagainya.

3. Air :

è Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, dan bahan organik atau bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI – 1982.

è Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

(20)

è Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi lekatannya pada beton dan harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971.

è Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran sesuai dengan dokumen lelang.

è Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai kekuatan dan ukuran baja tulangan.

è Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.

5. Admixture :

è Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontraktor diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Pengawas mengenai hal tersebut.

è Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

è Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion nitrat dan unsur-unsur lainnya yang dapat merusak bahanbahan beton dan tulangan baja tidak boleh digunakan pada pekerjaan ini.

è High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus sesuai dengan persyaratan ASTM C494 type F atau G.

C.3.6. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan kontraktor meliputi pekerjaan mobilisasi peralatan dan material, pemasangan papan nama proyek, pekerjaan pengukuran kembali (setting out).

C.3.6.1 Pekerjaan Mobilisasi Peralatan dan Material/Bahan

Kotraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan, lampu untuk penerangan, rambu-rambu

pengamanan, pekerjaan sementara, suku cadang, tenaga kerja dan orang-orang termasuk segala sesuatau yang diperlukan untuk melaksana-kan pekerjaan dengan baik dan selalu siap selama pekerjaan berlangsung.

Pekerjaan persiapan ini juga menyediakan kantor lapangan untuk Kontraktor dan Direksi, barak untuk tempat tinggal karyawan Kontraktor, lapangan untuk persiapan (work-yards), pengadukan beton (batch plant), bengkel, depot dan gudang. Kegiatan ini juga termasuk pekerjaan asembling dan pemuatan untuk transportasi peralatan di gudang pusat Kontraktor atau tempat dimana peralatan tersebut berada, pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasanga sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasangan sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang termasuk segala sesuatu yang diperlukan untuk melakasanakan pekerjaan.

C.3.6.2 Papan Nama Proyek

Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang mudah terlihat, di sekitar jalan masuk lokasi pekerjaan. Papan nama proyek dipasang pada balok kayu dengan mutu yang baik, yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah.

Papan nama proyek berisi informasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan, meliputi :

v Nama dan nomor kontrak pekerjaan yang dilaksanakan.

v Identitas pemilik pekerjaan.

v Identitas pelaksana pekerjaan.

v Waktu pelaksanaan pekerjaan.

v Nilai pekerjaan yang dilaksanakan.

(21)

C.3.6.3 Pengukuran Kembali

Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memastikan lokasi tapak pekerjaan serta situasi lokasi pekerjaan, agar didapat gambaran yang jelas (dalam bentuk peta situasi) untuk pelaksanan pekerjaan.

1. Persyaratan

Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kepresisiannya.

Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan keputusannya.

Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya hanya dilakukan dengan alat-alat waterpas/theodolit yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.

Kontraktor harus menyediakan theodolit/waterpas beserta Petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama pelaksanaan pekerjaan/proyek.

Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai titik acuan. Untuk patok pekerjaan, kontaktor juga harus memasang patok-patok penuntun dan papan dasar pelaksanaan.

1. Tugu patokan dasar (bench mark)

Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20×20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah sekurang-kurangnya setinggi 40 cm.

Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Direksi Pengawas, minimal diperlukan 2 buah tugu patokan dasar.

Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi Pengawas untuk membongkarnya.

Pada waktu pematokan (penetuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan), Kontraktor wajib membuat shop drawing dahulu sesuai keadaan lapangan.

1. Papan dasar pelaksanaan (bouwplank) dan patok pekerjaan

Papan dasar pelaksanaan dipasang pada sepasang patok kayu ukuran 5/7 cm dengan mutu yang baik. Patok kayu tersebut tertancap dalam tanah dan tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah posisinya, dengan jarak satu sama lain maksimum 1,50 meter.

Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu dengan mutu yang baik yang disetujui Direksi Pengawas, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi Pengawas.

Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar lokasi pekerjaan.

Setelah selesai pemasangan papan dasar peleksanaan, Kontraktor harus melaporkannya kepada Direksi Pengawas.

C.3.7. Pekerjaan Beton

C.3.7.1 Persyaratan

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk membuat mix design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah memenuhi persyaratan dengan pelaksanaannya mengikuti Standar Konstruksi Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.

(22)

3. Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara–cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan Pengawas.

4. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas terlebih dahulu.

5. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas.

6. Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa menghasilkan bentuk permukaan serta ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan gambar kerja.

7. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran harus dilaksanakan oleh pekerja-pekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Pengawas.

C.3.7.2 Pemeriksaan Mutu Beton

1. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat lain atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh Pengawas.

2. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5 m3 beton dengan minimum 1 benda uji setiap hari sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia 1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan diberi tanggal dan nomor urut yang menerus. Pengambilan benda uji dilakukan atas persetujuan Pengawas.

3. Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.

4. Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan.

C.3.7.3 Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria penerimaan hasil pekerjaan beton ditentukan berdasarkan PBI 1971.

Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan beton hasil pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima oleh Pengawas. Atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971. Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar perencanaan atau petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbarui kembali sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan dalam persyaratan dokumen kontrak.

C.3.7.4 Penolakan Hasil Pekerjaan Beton

Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan beton jika pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :

1. Porous, segregasi atau berlubang-lubang.

2. Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak sesuai dengan rencana.

3. Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana) selama dan setelah pengecoran.

4. Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah di luar batas toleransi yang dapat diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.

5. Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.

6. Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya tidak dapat memenuhi persyaratan pada PB 1971 (N I-2).

(23)

C.3.8. Pekerjaan Mekanikal (Pompa)

C.3.8.1 Bahan Baku (Materil)

1. Material (bahan baku) yang digunakan harus baru dan mempunyai nilai kualitas nomor satu bebas dari cacat dan ketidak sempurnaan, serta sesuai dengan tingkatan klasifikasi pada desain.

2. Semua pengadaan komponen ukuran, dimensi dan spesifikasinya harus sesuai dengan gambar desain yang telah disetujui pemilik proyek. Untuk semua komponen mekanik lainnya seperti ulir baut, mur dan pipa harus dalam ukuran matriks.

3. Semua hasil pengecoran harus memenuhi persyaratan ketebalan, bebas terhadap porosity, blow holes, shrinkage, crack dan lain-lain. Kesalahan pengecoran tidak boleh diperbaiki dengan cara penambahan atau pengelasan tanpa ijin dari Pemilik Proyek.

C.3.8.2 Pabrikasi

Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu gambar-gambar yang jelas untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan sebelum pekerjaan fabrikasi dimulai, baik untuk pekerjaan yang perlu difabrikasi di luar area proyek maupun di dalam area proyek. Hasil pekerjaan fabrikasi tersebut, akan diperiksa oleh Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum dikirim ke lokasi/pemasangan.

C.3.8.3 Pengelasan

Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk disetujui oleh pihak proyek sama dengan yang ada didalam gambar. Ukuran dan tipe las yang dibutuhkan harus diperlihatkan dalam gambar kontraktor.

Kualifikasi operator las (tukang las) yang akan melakukan pekerjaan harus mempunyai kartu rekam (pass) selama 6 bulan sesuai dengan JIS Z 3801 atau yang setara. Kontraktor harus menyerahkan (3) tiga salinan sertifikat laporan hasil tes las specimen pada tes kualifikasi. Bila pihak proyek meragukan sertifikat para operator las yang diajukan kontraktor maka pihak proyek berhak untuk meminta tes kualifikasi ulang. Semua biaya tersebut ditanggung oleh kontraktor.

Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212, Low hidrogen type covering atau yang setara. Kawat las tahan karat (stainless) yang digunakan pada bagian di dalam air untuk pelindung atau

penyambungan harus menggunakan chromium nickel. Tipe, komposisi kimia dan JIS atau acuan standar untuk kawar las yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari pihak proyek.

C.3.8.4 Pengecatan

Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh proyek dan kontraktor harus mengusulkan merk cat dan warna, dengan menyerahkan contoh warna termasuk spesifikasi cat untuk setiap lapisan sampai dengan lapisan cat terakhir.

C.4. PROGRAM KERJA

Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu program kerja yang konsepsional, efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja untuk mencapai target sukses pekerjaan dapat terprogram dengan baik. Program kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms of Reference (TOR). Penyusunan program kerja ini dilakukan berdasarkan :

 Ruang lingkup pekerjaan;

 Volume pekerjaan;

 Batas waktu;

 Keahlian personil;

 Jumlah personil;

 Peralatan yang dipakai;

 Schedule mobilisasi;

Referensi

Dokumen terkait

Apa saja tugas dan tanggung jawab konsultan pengawas terhadap pekerjaan. konstruksi

Pada lingkup kegiatan ini, penyedia jasa (Konsultan Pengawas) harus melakukan pemeriksaan dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan

Pada hakekatnya tugas Konsultan Pengawas adalah membantu Pengguna Jasa dalam pengendalian/ pengawasan kualitas, kuantitas maupun waktu pelaksanaan pekerjaan yang

1) Pada saat Kontrak dinyatakan kritis, Pengawas Pekerjaan memberikan peringatan secara tertulis kepada Penyedia dan selanjutnya menyelenggarakanRapat Pembuktian

Pemimpin merupakan pelaku dalam kepemimpinan. Peran seorang pemimpin adalah bertanggung jawab penuh dalam memotivasi bawahannya agar tercapai tujuan dari apa yang

Presentase, yaitu kontrak pelaksanaan jasa konsultasi dibidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan. yang bersangkutan menerima imbalan jasa

Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi Peralatan dan material yang harus disediakan oleh konsultan Pengawas dalam Pekerjaan Pengawasan Teknis Jalan Dan Jembatan

TUJUAN Memastikan bahwa hasil pekerjaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa untuk divalidasi telah sesuai dengan ketentuan Kontrak yang ditunjukkan dalam rekaman pengawasan