• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tentang pembelajaran menurut Teori Gestalt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tentang pembelajaran menurut Teori Gestalt"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Tentang : Teori Gestalt

Sumber : Psikologi Pendidikan

Karangan : Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.s., Ph.D.

Halaman : 274 – 279

Terbit Tahun : 2004

Disusun Oleh :

(2)

Teori Gestalt

A. Pengantar

Tokoh yang dipandang menjadi perintis langsung dari teori Gestalt ialah Chr. Von Ehrenfels, dengan karyanya Uber Gestaltqualitation (1890). Aliran ini berlawanan dengan aliran-aliran asosiasi yang bersifat molecular, aliran ini menekankan pentingnya keseluruhan.

Pokok pikiran aliran ini adalah:

(1) Teori Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsure-unsurnya, (2) Teori Gestalt itu timbul lebih dulu daripada bagian-bagian.

Sedangkan tokoh yang benar-benar dipandang sebagai pendiri aliran ini ialah Wertheimer. Eksperimen Wertheimer mengenai Scheinbewegung (gerak semu) yang memberikan kesimpulan, bahwa pengamatan mengandung hal yang melebihi jumlah unsur-unsurnya. Ini adalah gejala Gestalt. Penelitian dalam bidang optik ini kemudian juga dipandang berlaku (kesimpulan serta prinsip-prinsipnya) di bidang lain, seperti misalnya di bidang belajar. Penelitian lebih jauh yaitu eksperimen yang dilakukan oleh W. Kohler dengan chimpanse yang dilakukannya di pulau Tenerife (1913 – 1917) memberikan kesimpulan-kesimpulan yang berlawanan dengan teori-teori molecular.

B. Hukum-hukum Pengamatan (Hukum-hukum Belajar) Menurut Aliran

Gestalt

Menurut aliran Gestalt ini ada satu hukum pokok, yaitu hukum Pragnanz, dan empat hokum tambahan (subside) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum-hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan dan kontinuitas.

(1) Hukum Pragnanz

Kata Pragnanz itu sulit diterjemahkan; barangkali kita dapat mengambil istilah dari bahasa daerah Jawa “momot” (memuat) yang berarti banyak isi dan artinya. Di dalam bahasa Jerman sendiri dijelaskan sebagai knapp,und docb vielsagend. Hukum Pragnanz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian, yaitu berarah kepada Pragnanz itu, yaitu sesuatu keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik, keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keteraturan, kesederhanaan, kestabilan, simetri, dan sebagainya.

Medan pengamatan, jadi juga setiap hal yang dihadapi oleh individu, mempunyai sifat dinamis, yaitu cenderung untuk menuju ke keadaan Pragnanz itu, keadaan seimbang. Keadaan yang problematic adalah keadaan yang tidak Pragnanz, tidak beratur, tidak sederhana, tidak stabil, tidak simetri, dan sebagainya dan pemecahan problem itu ialah mengadakan perubahan dalam struktur medan atau hal itu dengan memasukkan hal-hal yang dapat membawa hal yang problematis ke sifat Pragnanz.

(2) Hukum-hukum Tambahan

Tentang keempat hukum tambahan itu pokoknya keempat hukum tersebut merupakan prinsip-prinsip tambahan yang memperkuat atau membantu proses menjadi Pragnanz itu. Dalam penyelesaian problem, kita mengatur problem yang kita hadapi itu menurut prinsip-prinsip yang terdapat dalam keempat hukum itu juga.

C.

Memecahkan Problem, Mendapatkan pencerahan (insight)

Insight adalah didapatkanya pemecahan problem, dimengertinya persoalan; inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan

insight. Hilgard (1948:190-195) memberikan enam macam sifat khas belajar dengan insight itu, sebagai berikut:

(3)

(2) Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yang relavan.Walaupun insight itu tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relavan, namun memiliki pengalaman masa lampau tersebut belum menjamin dapatnya memecahkan problem. Jadi misalnya anak tidak dapat mengerjakan problem aljabar kalau dia belum tahu menggunakan simbol-simbol dalam aljabar tersebut terlebih dahulu (dari masa lampau), tetapi anak yang telah menguasai simbol-simbol tersebut serta mengetahui cara- cara pemecahan problem dalam aljabar belum tentu dapat memecahkan problem tersebut. Di sinilah letak perbedaan antara teori Gestalt dengan teori asosiasi yang berangapan bahwa hanya memiliki pengalaman masa lampau yang di perlukan seseorang akan dapat memecahkan problem, sebab pemecahan- pemecahan problem berarti penerapan operation- operation yang telah di pelajari terlebih dahulu.

(3) Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental. Insight itu hanya mungkin apabila situasi belajar itu di atur sedemikian rupa sehinga segala aspek yang perlu dapat di amati. Apa bila alat yang di perlukan untuk pemecahan problem itu dapat di buat seakan akan menjadi tidak mungkin, maka problem menjadi lebih sulit.

(4) Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba. Insight bukanlah hal yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan hal yang harus dicari. Sebelum dapat memperoleh insight

orang harus sudah meninjau problemnya dari berbagai arah dan mencoba-coba memecahkanya.

(5) Belajar dengan insight itu dapat diulang. Jika sesuatu problem yang telah dipecahkan dengan

insight lain kali diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan dia akan dengan langsung dapat memecahkan problem itu lagi.

(6) Insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.

D. Pokok-pokok Teori Belajar Menurut Aliran Gestalt

Teori Gestalt bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomal demikian yang meyakinkan sehingga bisa dikatakan tidak dapat dibantah.Kritik pokok yang dilancarkanya terhadap teori asosiasi ditujukan terhadap anggapan yang mengatakan bahwa pengamatan itu terdiri dari unsur-unsur pengamatan yang dipersatukan (diikat) oleh asosiasi.

Ketika para ahli psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, hasil-hasil yang telah sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawa dalam studi mengenai belajar, dan alasan-alasan yang dulunya ditujukan terhadap teori asosiasi kini dilancarkan terhadap teori refleks bersyarat dan teori-teori refleks yang lain.

Tokoh utama yang merumuskan transfer dari pengamatan ke dalam belajar ini ialah Koffka. Titik tolak yang digunakan oleh Koffka dalam mempersoalkan belajar adalah asumsi bahwa hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu berlaku bagi belajar. Hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa belajar itu pada pokoknya yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapat respons yang tepat. Karena penemuan respons yang tepat ini tergantung kepada struckturierung daripada bahan yang tersedia di depan si pelajar, maka mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan. Dalam arti tertentu Chimpanse Kohler memang dihadapkan kepada problem pengamatan itu, dan apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka mereka memperoleh “pencerahan” dan dapat memecahkan problem yang dihadapinya.

Referensi

Dokumen terkait

Akuntansi 1 atau disebut dengan Pengantar Akuntansi telah berkembang dengan cukup pesat selama lima belas tahun terakhir. Selain itu, dalam mata kuliah ini juga akan

Supplier Pemilik Pengecekan barang Start Mengkonfirmasi Supplier Nota Pembelian Nota Pembelian Mengembalikan barang retur Memeriksa barang retur Uang/Barang Proses

56  Sebagai anggota penguji tugas akhir mahasiswa FISE UNY atas nama Ratna Tri Astuti, NIM.034414787, SK PD1 No... 57  Sebagai anggota penguji tugas akhir mahasiswa Fise UNY

[r]

Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa vegetasi di kawasan Hutan Sekunder Universitas Riau memiliki tingkat keanekaragaman yang sedang dan stabil, ditunjukkan dari nilai

Berdasarkan proses pengembangan yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasilberupa LKPD dengan pendekatan CTL yang valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun sirih hutan efektif menghambat bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan