• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter I Analisis Loyalitas Pengusaha UKM Muslim Terhadap Institusi Perbankan di Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter I Analisis Loyalitas Pengusaha UKM Muslim Terhadap Institusi Perbankan di Kota Tebing Tinggi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keterlibatan umat muslim dalam berbagai kegiatan bisnis bukan

merupakan hal baru. Namun telah berlangsung sejak empat belas abad yang lalu

(Buchari, 2014 : 111). Seorang muslim yang kreatif akan mampu menggerakkan

masyarakat di sekitarnya, mampu mendorong penyerapan tenaga kerja, serta

mampu mendidik tenaga kerja untuk berkembang. Kegiatan berbisnis bagi umat

muslim sudah diatur dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menggunakan terminology

bisnis demikian ekstensif, tema komersial ini memiliki 20 macam terminology,

yang diulang sebanyak 370 kali dalam Al-Qur’an (Torrey, 1982). Al-Qur’an

membolehkan kegiatan bisnis dalam terminology yang sangat eksplisit. Salah satu

bentuk kegiatan bisnis yang banyak dilakukan oleh umat muslim pada masa ini

ialah dengan menjadi pengusaha UKM (Usaha, Kecil, dan Menengah).

UKM sendiri dalam perkembangannya sudah diakui oleh dunia memiliki

suatu peran penting dalam membangun perekonomian suatu negara. Tidak hanya

di negara-negara sedang berkembang saja tetapi juga di negara maju seperti

Jepang, Amerika, dan negara-negara di Eropa. Hal ini dikarenakan UKM dapat

membuka lapangan kerja baru dan menyerap banyak tenaga kerja dari pada usaha

besar. Selain itu UKM juga berjasa dalam menaikkan pendapatan per kapita

sekaligus turut menyumbang kepada Produk Domestik Bruto (PDB) (Tambunan,

(2)

dioptimalkan dalam upaya membangun perekonomian Indonesia dan menciptakan

kesejahteraan masyarakat.

Sejak tahun 1970-an, negara-negara sedang berkembang (NSB)

sebenarnya telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif menggembirakan.

Akan tetapi pada masa yang sama negara-negara sedang berkembang (NSB) ini

mulai menyadari bahwa mereka belum berhasil menyediakan lapangan kerja yang

layak kepada tenaga kerjanya baik ditinjau dari segi pendapatan maupun

kesesuaian jenis pekerjaan dengan keahlian yang dimiliki (Irsan Azhary Saleh,

1986). Disamping itu, sebagian negara-negara sedang berkembang yang

pendapatannya sebagian besar bergantung kepada minyak dan gas mulai

menyadari kenyataan bahwa minyak dan gas bersifat non-renewable dan sering

mengalami fluktuasi harga (Solehah Abdul Hamid, 1997). Kondisi dan kenyataan

ini menyebabkan NSB mulai memberikan perhatian kepada eksistensi Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) dan para pengusaha. Perhatian yang diberikan

negara kepada eksistensi UKM dan para pengusahanya semakin serius karena

keberhasilan negara-negara industri baru (NIC’s) sering dihubungkan dengan

keberhasilan pengembangan UKM (Rahmat Ismail, 1995). Tindakan dan

kebijakan seperti ini dianggap benar, sebab diberbagai negara maju seperti

Amerika, Kanada, dan beberapa negara Eropa pun, UKM telah menjadi mesin

penggerak utama pembangunan ekonomi negara-negara yang bersangkutan

(Clotefi, 1999, Smith Nixon, 1999).

Limpahan kekayaan sektor industri yang membawa kemewahan dan

(3)

mengidamkannya (Mountjoy, 1978). Hal ini dianggap wajar sebab eksistensi

UKM di berbagai sektor memberikan banyak kebaikan dan keuntungan seperti

menyerap tenaga kerja, menekan pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan

dan sebagainya (Yep Putih, 1985). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika suatu

negara memberikan perhatian dan keistimewaan yang luas dalam pengembangan

UKM disamping sektor-sektor unggulan lainnya. Malaysia misalnya, sejak

penetapan Rancangan Malaysia I (RM-I) (1967-1970) telah menetapkan berbagai

bantuan dan dukungan negara terhadap pembangunan UKM-nya (Moha Asri

Abdullah, 1997).

Sejalan dengan kenyataan seperti di atas, pemerintah Indonesia juga terus

memberikan perhatian yang serius terhadap eksistensi UKM. Perhatian ini

diberikan dalam berbagai bentuk fasilitas seperti penyederhanaan pengurusan

perizinan, kenyamanan, dan kepastian hukum, pendidikan dan pelatihan,

informasi pemasaran dan sebagainya. Bahkan lebih jauh dari itu, pemerintah

sangat konsen membantu dan memfasilitasi pengusaha UKM dari aspek

permodalan dan pembiayaan. Misalnya, Kementerian Koperasi dan UKM pada 23

Februari 2015 mengatakan menurunkan suku bunga Lembaga Penyaluran Dana

Bergulir Kredit Usaha Kecil Menengah (LPDB KUKM) dan berlaku mulai Maret

2015. Penurunan ini salah satunya bertujuan mencapai target penyaluran dana

pembiayaan bagi pengusaha UKM sebesar Rp 2,65 triliun (Bisnis.com).

Kebijakan pemerintah ini akan membantu seluruh pengusaha UKM di Indonesia

(4)

Kebijakan pengembangan UKM secara nasional harus diikuti dengan

adanya keselarasan kebijakan pengembangan UKM di berbagai daerah sehingga

memberikan kontribusi positif yang paling maksimum. Tugas dan beban ini

merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan semua pihak yang terkait. Semua pihak

harus bekerjasama dan saling membantu sehingga sasaran dan tujuan

pengembangan UKM yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi tercapai dengan

efektif. Dalam hal pendanaan dan pembiayaan misalnya, kerjasama dan kemitraan

antara bank dan lembaga keuangan lainnya dengan para pengusaha UKM harus

terbina dan berjalan dinamis, saling menguntungkan dan lain-lain seperti mana

maksud penetapan PP No. 44 tahun 1997 tentang Kemitraan.

Berkaitan dengan kemitraan dan kerjasama ini, pengusaha-pengusaha

UKM Muslim Tebing Tinggi dianggap relatif beruntung karena di Tebing Tinggi

telah eksis berbagai bank dan lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan.

Eksistensinya pula relatif luas dan merata sebab banyak bank konvensional dan

beberapa bank syariah/unit usaha syariah. Pengusaha Muslim mempunyai sarana

institusi keuangan Islam yang cukup sehingga mereka tidak semestinya terlibat

dengan riba yang dilarang Allah SWT.

Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang no.10 tahun 1998

bank umum dibagi menjadi dua yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional dan bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syari’ah. Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan

(5)

keuntungan melalui hasil riba. Sedangkan bank syariah adalah bank yang

menjalankan usahanya sesuai prinsip-prinsip Islam dan hukum bermuamalah

dalam Islam. Prinsip syariah sebagaimana dituliskan dalam pasal 1 butir 13 yaitu

aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana dan atau untuk pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip

sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina).

Perkembangan bank syariah di Indonesia saat ini dianggap sangat

progresif. Diketahui sebanyak 188 bank Syari’ah termasuk Unit Usaha Syariah

dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah telah berdiri di Indonesia. Hal ini

menandakan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang mempercayakan

masalah keuangan mereka pada bank Syari’ah. Dengan menyediakan beragam

produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang

lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang

kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa

(6)

Tabel 1.1. menunjukkan eksistensi perbankan syariah di Indonesia,

Sumatera Utara, dan kota Tebing Tinggi. Dari 11 perbankan syariah yang ada di

Indonesia ternyata sebanyak 4 bank ada dan beroperasi di Kota Tebing Tinggi,

dan masih ada 1 Unit Usaha Syariah yang juga memberikan layanan dan fasilitas

kepada masyarakat Tebing Tinggi termasuk para pengusaha UKM. Eksistensi

perbankan syariah sebanyak 4 bank dan 1 Unit Usaha Syariah bersama beberapa

bank konvensional di kota Tebing Tinggi diyakini memberi corak beragam

khususnya dalam hal pendanaan dan pembiayaan UKM.

Tabel 1.1.

Eksistensi Bank Umum Syariah di Indonesia, Sumatera Utara, dan Kota Tebing Tinggi Tahun 2015

No. Bank Umum Syariah Indonesia Sumatera Utara

Tebing Tinggi

1. PT Bank Syariah Muamalat

(7)

Tabel 1.1.

Eksistensi Bank Umum Syariah di Indonesia, Sumatera Utara, dan Kota Tebing Tinggi Tahun 2015 (Lanjutan)

No. Bank Umum Syariah Indonesia Sumatera Utara

Tebing Tinggi

10. PT Bank Syariah BNI √ √ √

11. PT Maybank Indonesia

Syariah √ √

J U M L A H 11 9 4

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia

Selain itu ada 14 bank konvensional yang beroperasi di Kota Tebing

Tinggi, yaitu : Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Sumut, BTN, BRI Agro, BCA,

Bank Danamon, CIMB Niaga, Bank Mestika, Bank Panin, Bank Mega, BII,

BTPN. Eksistensi perbankan konvensional dan perbankan syariah serta Unit

Usaha Syariah yang ada di Kota Tebing Tinggi merupakan lembaga-lembaga

terdepan dalam menyalurkan berbagai jenis dana, kredit, dan pembiayaan kepada

pengusaha UKM antara lain : Kredit Usaha Tani, Kredit KUD, Kredit Koperasi

Primer untuk Anggota, Kredit Kelayakan Usaha dan sebagainya.

Dengan adanya 2 sistem perbankan di Kota Tebing Tinggi yakni sistem

perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah diyakini menimbulkan

(8)

sangat dituntut agar tidak terlibat dengan riba. Pengusaha Muslim Tebing Tinggi

dengan sendirinya diyakini ter-klasifikasi kepada 4 golongan berdasarkan sumber

dana / kredit / pembiayaan yang mereka gunakan. Empat golongan ini adalah :

1. Pengusaha Muslim yang sama sekali tidak terlibat dengan bank manapun

(Gol. A)

2. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional saja

(Gol. B)

3. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah saja (Gol. C)

4. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional dan

perbankan syariah (campuran) (Gol. D)

Dengan kata lain, eksistensi 2 sistem perbankan yang berbeda di tengah

masyarakat Tebing Tinggi yang masyarakatnya mayoritas Muslim diyakini

menimbulkan konsekuensi yang sangat luas dan beragam sehingga relatif menarik

diteliti secara ilmiah.

Dengan adanya penggolongan tersebut, loyalitas pengusaha UKM Muslim

menjadi sangat penting dalam menentukan digolongan manakah para pengusaha

UKM Muslim berada.Loyalitas mereka dalam memilih bank syari’ah dapat

menunjukkan ketaatan dan kepahaman mereka tentang hukum bermuamalah

dalam Islam serta kepuasan mereka dalam bekerjasama dengan bank Syari’ah.

Para pengusaha UKM Muslim yang memanfaatkan jasa perbankan

dikatakan sebagai nasabah atau konsumen bank. Sebelumnya, pengertian dari

loyalitas nasabah adalah perilaku nasabah dalam membeli atau menggunakan

(9)

merasakan manfaatnya memiliki opini yang positif tentang produk tersebut

sehingga nasabah turut mempromosikan produk kepada orang lain. Loyalitas para

pengusaha UKM terkait juga dengan layanan yang telah diberikan oleh bank dan

dirasakan manfaatnya dalam mengembangkan usaha UKM.

Sekarang ini program-program pemerintah untuk mendorong

perkembangan UKM telah banyak dilaksanakan termasuk di Kota Tebing Tinggi.

Salah satunya adalah turut membantu mempermudah pemberian kredit kepada

pengusaha UKM melalui kerjasama dengan Bank dan memberikan bantuan

berupa alat-alat produksi yang dibutuhkan oleh pengusaha UKM.

Jumlah usaha UKM di Kota Tebing Tinggi terbilang cukup banyak. Data

yang tercatat dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kota

Tebing Tinggi diketahui terdapat sekitar 6153 unit pelaku usaha di berbagai

bidang yang tersebar di lima kecamatan yang ada pada tahun 2012. Hal ini

merupakan peluang yang cukup baik bagi perbankan konvensional maupun

perbankan syariah untuk memasarkan produk-produk mereka kepada para

pengusaha UKM di Kota Tebing Tinggi sekaligus turut membantu program

pengembangan usaha UKM di kota ini.

Tabel 1.2.

Jumlah UKM di Kota Tebing Tinggi

No. Kecamatan Jumlah UKM

1. Padang Hulu 930

2. Tebing Tinggi Kota 1.453

3. Rambutan 1.490

4. Bajenis 1.245

(10)

Jumlah 6.153

Sumber : Dinas Kouperindag Kota Tebing Tinggi

Dari sekian banyak bank baik itu BUMN maupun swasta, konvensional

maupun syariah. Setiap bank menawarkan berbagai produk dan jasa sebagai daya

tarik nasabah untuk memilih bank tersebut. Dari berbagai produk dan jasa yang

ditawarkan oleh bank kepada nasabah dalam hal ini para pengusaha UKM

Muslim,maka kiranya penulis tertarik untuk memilih judul “Analisis Loyalitas

Pengusaha UKM Muslim terhadap Institusi Perbankan di Kota Tebing Tinggi”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari kondisi dan kenyataan seperti diuraikan pada bagian 1.1 penelitian

ini, maka perumusan masalah dibatasi pada 3 persoalan utama, yakni :

1. Bagaimana profil pengusaha dan profil perusahaan UKM Muslim di Kota

Tebing Tinggi.

2. Bagaimana tingkat loyalitas pengusaha UKM Muslim terhadap institusi

perbankan di Kota Tebing Tinggi.

3. Faktor – faktor utama apa yang menyebabkan pengusaha UKM Muslim loyal

terhadap institusi perbankan pilihannya.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian yang bersifat deskiptif-eksploratif serta menggunakan data-data

primer ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis profil pengusaha dan profil perusahaan

UKM Muslim di kota Tebing Tinggi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat loyalitas pengusaha UKM

(11)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor utama apa yang

menyebabkan pengusaha UKM Muslim loyal terhadap institusi perbankan

pilihannya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diyakini bermanfaat luas terutama bagi :

1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yakni sebagai alat dan bahan

pertimbangan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan khususnya yang

berkaitan dengan pengembangan UKM khususnya di Tebing Tinggi.

2. Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya, yakni sebagai alat dan bahan

pertimbangan dalam menetapkan kebijakan peningkatan dan perluasan

layanan bagi masyarakat khususnya para pengusaha UKM.

3. Pengusaha UKM, yakni sebagai data dan informasi kea rah introspeksi dan

pengembangan diri dan usaha yang lebih baik dan kontributif.

4. Dunia Akademik, yakni sebagai data, informasi, bahan acuan, bahan

perbandingan dan lain-lain terutama bagi mahasiswa, dosen, dan civitas

akademik lainnya.

5. Masyarakat Umum, yakni sebagai sumber informasi ilmiah dalam

menentukan keputusan dan kegiatan terutama yang berkaitan dengan bisnis

Gambar

Tabel 1.1. Eksistensi Bank Umum Syariah di Indonesia, Sumatera Utara, dan Kota
Tabel 1.1. Eksistensi Bank Umum Syariah di Indonesia, Sumatera Utara, dan Kota

Referensi

Dokumen terkait

Gubernur melalui kepala SKPD yang membidangi urusan kesatuan bangsa dan politik atau nama lainnya memberikan tanda penghargaan pembauran kebangsaan kepada

Figure 1: CAD model of our UAV with motor arrangement and sensor setup: continuously rotating 3D laser range finder, two stereo camera pairs and a ring of ultrasonic distance

Calon nominator penerima penghargaan pembauran kebangsaan hasil tinjauan lapangan menjadi dasar penetapan penerima penghargaan pembauran kebangsaan. Penerima penghargaan

Figure 1: Platform Twinstar Multiplex (top) and Canon Ixus 100 camera with fixed lens element (bottom). Similar to other cameras, the Canon IXUS 100 IS features

4.3.1 Menentukan letak suatu unsur dalam tabel periodic berdasarkan konfigurasi electron 4.3.2 Menjelaskan hubungan antara sifat unsurdengan konfigurasi elektron..

of the geo-referencing of point clouds by using UAV image data, (c) modeling buildings with their façades from laser point clouds and terrestrial images, (d) setting an

Good translation: art, craft, or science. Topics in audiovisual

Sejumlah benda-benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan benda magnetik. Apabila benda magnet tersebut diletakkan dalam medan luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi