BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut Aqib (2012: 22) guru sebagai faktor penentu
bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru
merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar.
Mulyasa (2003: 38-39) mengungkapkan seorang guru juga
haruslah berkompetensi, baik itu berupa pengetahuan
(knowledge), pemahaman, kemampuan (skill), nilai, sikap dan
minat (interest), agar proses belajar mengajar berjalan secara
kondusif dan peserta didik akan lebih termotivasi dalam
pembelajaran. Lebih lanjut (Aqib, 2012: 24) menyatakan
bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi dari
seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan. Djamarah
(2009: 74) berpendapat bahwa baik mengajar maupun
mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai
tenaga profesional yang seharusnya memiliki suatu bentuk
kecakapan dan keahlian yang teruji latar belakang
pendidikannya.
Guru profesional dalam pengelolaan pembelajaran juga
harus tetap menjaga dan meningkatkan kinerja guru secara
berkelanjutan yang dibuktikan dengan kemampuannya dalam
mengelola pembelajaran sehingga menghasilkan out put yang
yang perlu dilaksanakan guru dalam manajemen
pembelajaran di kelas berupa 1) mengecek kehadiran siswa, 2)
mengumpulkan hasil kerjaan siswa, 3) Pendistribusian bahan
dan alat, 4) mengumpulkan informasi dari siswa, dan 5)
memberi tugas.Sebagaimana dikemukakan Wahyuni (2007: 5)
bahwa dalam dunia pendidikan menejemen kelas merupakan
hal yang sangat penting ketika proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung di dalam kelas, agar suasana
pembelajaran menjadi nyaman dan sesuai dengan keadaan
diri masing-masing siswa. Guru harus tetap menumbuhkan
interaksi yang positif dengan siswa secara maksimal.
Dalam proses pembelajaran guru memiliki kesempatan
untuk memperoleh pengarahan dan pembinaan dari kepala
sekolah dalam bentuk supervisi. Lebih lanjut (Wahjosumidjo,
2005: 55) mengemukakan bahwa kepala sekolah berfungsi
sebagai supervisor yang secara intensif memberikan
pembinaan dan pengarahan pada guru guna peningkatan
kinerja dalam pengelolaan pembelajaran.
Mensikapi kinerja guru tersebut, Suyanto (2007: 28)
mengemukakan bahwa sistem rekrutmen dan pembinaan
guru perlu selalu ditingkatkan di daerah masing-masing.
Tanpa pembinaan kualitas kinerja guru oleh kepala
sekolah/pengawas akan selalu ketinggalan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata
lain, agar guru tetap profesional perlu ada sistem pembinaan
yang baik, tersistem, dan berkelanjutan. Salah satu langkah
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana
diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu
kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja
guru juga akan lebih bermakna bila dibarengi dengan tekad
yang bulat, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada
pada dirinya, serta berupaya untuk dapat meningkatkan atas
kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan ke
arah yang lebih baik.
Untuk meningkatkan kinerja guru yang lebih maksimal
maka diperlukan supervisi. Adanya supervisi diharapkan
mampu meningkatkan peranan guru di dalam proses
pembelajaran. Supervisor diharapkan mengetahui kelemahan
di dalam proses belajar mengajar serta mengetahui sejauh
mana seorang guru didalam menyampaikan materi kepada
siswa. Salah satu supervisi dalam meningkatkan kinerja guru
oleh supervisor (pengawas) adalah supervisi klinis dengan
teknik kunjungan kelas. Supervisi klinis dapat membantu
menuju pengembangan kemampuan guru melalui refleksi atas
pengalaman praktik pembelajaran dan penerapan prinsip
serta konsep upaya perbaikan secara mandiri (Eko
Supriyanto, 2006: 50).
Sehubungan dengan hal ini, telah dilakukan penelitian
oleh Sri Hartini (2013), dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kepala sekolah lebih yakin dengan
diprogramkan pelaksanaan supervisi di SD Bongsari, kinerja
guru meningkat, terbukti dengan administrasi yang semakin
tinggi, lebih termotivasi, lebih semangat dan bertanggung
jawab dalam mengelola pembelajaran. Penelitian lain
dilakukan oleh Rohikah (2012), yang menyatakan bahwa
supervisi klinis mampu mengefektifkan serta meningkatkan
guru PAI dalam persiapan pembelajaran, pengelolaan kelas,
dan kemampuan dalam penggunaan teknologi. Hal ini juga
didukung penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah Widyani
(2011). simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan
keterampilan dan profesionalisme guru SD No 3 dan 10
Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar,
Provinsi Bali.
Lebih lanjut Norhasni Zainal Abiddin (2008) dalam
penelitiannya menyimpulkan, untuk mengefektifkan supervisi
klinis, supervisor harus: (1) memiliki tujuan tertentu dan
rencana; (2) menjadi komunikator yang baik; (3) memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang relevan tentang daerah
kandidat kepentingan; (4) mampu membangun yang baik dan
profesional hubungan; dan (5) fleksibel dalam strategi
pengawasan tergantung pada individu
persyaratan. Dan dalam menjaga hubungan yang baik,
supervisor dan supervisee harus memiliki tujuan atau sasaran
tertentu yang sepaham. Dalam waktu yang berbeda, penelitian
yang dilakukan oleh Manas Ranjan Panigrah (2012), hasil
penelitian merekomendasikan bahwa untuk menuju tujuan
program pendidikan guru harus berkomitmen untuk
supervisor. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Lily Ng
Chui Mi menyatakan bahwa supervisi klinis di SMAN 2
Sambas terlaksana karena mendapat respon positif oleh para
guru, namun masih menemui beberapa hambatan sehingga
menjadi kendala dalam pelaksanaan supervisi klinis.
Hambatan tersebut 1) berasal dari guru, berupa permintaan
guru untuk menunda pelaksanaan supervisi dari kepala
sekolah, 2) berasal dari diri kepala sekolah, berupa sering
adanya pertemuan mendadak dari kantor dinas Pendidikan,
sehingga program pelaksanaan supervisi tidak bisa
dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan.
Begitu pentingnya supervisi klinis di sekolah maka
kepala sekolah perlu memiliki kompetensi kepengawasan yang
baik, artinya mampu merencanakan program supervisi klinis
dalam rangka peningkatan kinerja dan profesionalisme guru.
Dalam arti melaksanakan supervisi klinis terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan supervisi yang tepat.
dan menindaklanjuti hasil supervisi terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.
Pada kenyataannya permasalahan yang masih dihadapi
guru berupa minimnya keterampilan pengelolaan
pembelajaran sehingga berdampak pada menurunnya kinerja
guru. Permasalahan ini biasanya berupa minimnya
penggunaan metode dan strategi pembelajaran, kemampuan
mengkondisikan kelas, dan kemampuan melaksanakan
permasalahan ini berdampak pada menurunnya kinerja guru
dalam memberikan pelayanan pendidikan pada peserta didik.
Sebagaimana observasi peneliti di lapangan, dalam hal
ini di gugus Ki Hajar Dewantara yang berjumlah 6 SD Negeri.
Menurut hasil wawancara peneliti pada beberapa kepala
sekolah di gugus Ki Hajar Dewantara, bahwa sebagian besar
guru masih rendah kinerjanya. Hal ini diindikasikan dengan
sedikitnya guru yang sadar dalam penyusunan RPP,
penggunaan media pembelajaran, tidak terjadwalnya
pelaksanaan evaluasi pembelajaran, rendahnya pengelolaan
kelas, dan minimnya guru yang memanfaatkan media
teknologi yang telah tersedia. Meskipun ada beberapa guru
yang cukup aktif dalam proses pembelajaran namun
prosentasenya kurang berimbang. Dampak dari kultur
pengelolaan pembelajaran di Gugus Ki Hajar Dewantara ini
mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa pada 3
tahun terakhir.
Sebagai solusi alternatif dalam mensikapi permasalahan
yang muncul di gugus Ki Hajar Dewantara ini, perlu adanya
supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah. Dengan
supervisi kunjungan kelas kepala sekolah pada guru
diasumsikan akan mampu memberikan perbaikan kinerja
guru pada pengelolaan proses pembelajaran di kelas.
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Implementasi Supervisi Klinis
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang yang
berjumlah 5 Sekolah Dasar Negeri.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana implementasi supervisi klinis dengan tehnik
kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan
Ungaran Timur. Rumusan masalah ini dirinci lagi menjadi 3
sub fokus, sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi klinis dengan tehnik kunjungan kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara
Kecamatan Ungaran Timur?
2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi klinis dengan tehnik kunjungan
kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan
Ungaran Timur?
3. Bagaimana solusi dalam mengatasi kendala
pelaksanaan supervisi klinis dengan tehnik kunjungan
kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan
Ungaran Timur?
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasakan perumusan masalah di atas maka
penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang:
1. Pelaksanaan supervisi klinis dengan tehnik kunjungan
kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran
2. Faktor pendukung dan penghambat supervisi klinis
dengan tehnik kunjungan kelas di Gugus Ki Hajar
Dewantara Kecamatan Ungaran Timur.
3. Solusi dalam mengatasi kendala supervisi klinis dengan
tehnik kunjungan kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara
Kecamatan Ungaran Timur.
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat
baik secara teoritis dan praktis bagi para pemerhati
pendidikan:
1.Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam perkembangan
pendidikan yang berkaitan dengan kepengawasan
sebagai upaya peningkatan kinerja guru pada jenjang
sekolah dasar khususnya di wilayah Ungaran Timur.
Kab. Semarang.
2.Manfaat Praktis
a. Bagi guru.
1) Dapat memberikan pengalaman untuk guru dalam memaksimalkan pengelolaan kelas.
2)Dapat memberikan pengalaman untuk guru dalam
memaksimalkan penyampaian materi ajar. b. Bagi Kepala Sekolah.
1)Dapat menumbuhkan semangat kepala sekolah
dalam memberikan pembinaan dan motivasi pada
2)Dapat memberikan gambaran solusi pada kepala