• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Gugus Ki Hajar Dewantara - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Gugus Ki Hajar Dewantara - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Gugus Ki Hajar Dewantara

4.1.1 Sejarah Singkat berdirinya Gugus Ki Hajar Dewantara Berdasarkan SKB Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Dati I Jawa Tengah. Tentang pembentukan gugus sekolah dasar se Propinsi Jawa Tengah, maka di Kecamatan Ungaran Timur dibutuhkan 4 Gugus, salah satu diantaranya adalah gugus Ki Hajar Dewantara yang beranggotakan SD Inti yaitu SD Kalongan 02/04, dan sebagai SD Imbas yaitu SD Negeri Kalongan 01, SD Negeri Kalongan 03, SD Negeri Kawengen 01, SD Negeri Kawengen 02. Dalam perkembangan gugus selalu dibenahi sedikit demi sedikit, mulai dari Peraturan, Struktur organisasi, permberdayan SDM Pembuatan Program, Evaluasi dan Kegiatan Lintas Struktural.

Namun demikian kegiatan belum bisa optimal, banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya SD Imbas belum aktif. Disamping itu komitmen guru yang kurang terhadap tugas profesionalismenya. SD Imbas merupakan salah satu asset gugus, maka keberadaannya sangat mendukung laju kegiatan gugus.

(2)

Profil gugus ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai gambaran tentang keberadaan gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur. Adapun tujuan dari pendirian gugus ini dimaksudkan meningkatkan kerjasama antar sekolah (guru dan Kepala sekolah) dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui Sistem Pembinaan Profesional dengan cara belajar siswa aktif.

4.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Gugus

Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur adalah sebagai lembaga yang perlu dikelola dengan baik dan dikembangkan terus pertumbuhannya sehingga dapat berfungsi secara efektif dan maksimal. Hal ini perlu ditempuh karena kondisi tenaga kependidikan di Sekolah Dasar saat ini masih memerlukan upaya pembinaan dan peningkatan melalui pemberian bantuan profesional seiring dengan lajunya perkembangan dan kemajuan IPTEK.

(3)

Adapun Visi, Misi dan Tujuan Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur adalah sebagai berikut :

1) Visi Gugus Ki Hajar Dewantara:

“Menumbuhkembangkan Tenaga Pendidik Yang Kompeten, Profesional Dan Berkualitas”

2) Misi Gugus Ki Hajar Dewantara

a. Meningkatkan kompetensi profesional, sosial, pedagogik, kepribadian bagi tenaga pendidik.

b.Mencetak tenaga kependidikan yang dapat memberikan pelayanan prima kepada para peserta didik.

c. Meningkatkan kemampuan manajerial tenaga pendidik.

d.Sebagai sumber informasi dan inovasi bagi sekolah di wilayah gugus.

e. Menerapkan ajaran Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tutwuri Handayani.

3) Tujuan Gugus Ki Hajar Dewantara

a. Sebagai sarana pembinaan profesional tenaga pendidik melalui wadah profesional KKKS, KKG. KKPS.

(4)

c. Sebagai wadah penyebaran informasi dan inovasi pendidikan.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Tehnik Kunjungan Kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur.

Dalam rangka peningkatan profesionalisme guru di gugus Ki Hajar Dewantara kec. Ungaran Timur, kepala sekolah melaksanakan supervisi klinis. Supervisi klinis merupakan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap kependidikannya khususnya guru, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Salah satu teknik supervisi klinis adalah supervisi kunjungan kelas yaitu kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas atau pembina lainnya dalam rangka mengamati guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

(5)

kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif dan efisien.

Tujuan kepala sekolah dalam memberikan supervisi klinis dengan teknik kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara kec. Ungaran Timur adalah untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan guru serta perbaikan profesionalisme guru dalam pengelolaan pembelajaran agar menjadi lebih baik dan maksimal. Hal ini berdasarkan hasil wawancara pada beberapa kepala sekolah dan juga guru diperoleh informasi bahwa supervisi kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk mengetahui keluhan guru terutama untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan guru khususnya yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Kepala sekolah bisa memperbaiki kemampuan profesionalisme guru dalam pengelolaan pembelajaran, kinerja guru yang masih rendah dan mensupport guru yang memiliki kinerja bagus khususnya dalam pengelolaan pembelajaran agar bisa mempertahankan kinerjanya.

(6)

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa kepala sekolah dan guru di gugus Ki Hajar Dewantara terdapat langkah-langkah pokok pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah yang mendukung keberhasilan dan kelancaran sehingga berdampak pada tercapainya tujuan pemberian supervisi pada para guru. Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas dilaksanakan secara teratur dengan penuh kesadaran sesuai dengan juknis yang berlaku. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1) supervisi sesuai jadwal yang telah ditetapkan, 2) mengamati guru dalam mempersiapkan perencanaan (pendahuluan) pembelajaran, 3) mengamati kegiatan inti (proses pembelajaran), 4) mengamati guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung sesuai dengan dokumentasi yang peneliti peroleh mengenai jadwal pelaksanaan supervisi kunjungan kelas sebagai berikut.

Tabel. 4.1

Jadwal supervisi kunjungan kelas di SD Kalongan 02 tahap I

No Hari/Tanggal Guru yang

(7)

2014

Tabel. 4.2

Jadwal supervisi kunjungan kelas di SD Kalongan 02 tahap II

No Hari/Tanggal Guru yang

disupervisi

(8)

Adapun kondisi (kemampuan) guru sebelum dilaksanakan supervisi klinis teknik kunjungan kelas oleh kepala sekolah beraneka kompetensi yang dimiliki, ada yang masih sedang dalam perkembangan dan sudah banyak yang menunjukkan kemampuan profesionalismenya dalam pengelolaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas, meskipun masih perlu ditingkatkan sehingga dilaksanakan supervisi klinis oleh kepala sekolah secara merata dan berkelanjutan. Kondisi ini bisa dilihat sebagaimana tabel hasil observasi (Terlampir: Tabel 4.3).

(9)

standar deviasi 0,25. Hal ini berarti pada dasarnya sebelum disupervisi kondisi guru dalam evaluasinya dalam kondisi cukup.

Pada tahap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, kepala sekolah bersikap layaknya sebagai siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Kepala sekolah duduk di kursi siswa dan mengikuti model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas. kepala sekolah bersikap netral dan pasif karena mengamati jalannya proses pembelajaran yang dikelola oleh guru. kepala sekolah hanya mengamati dan tidak memberikan komentar apapun sekiranya terjadi kekurangan pada guru dalam mengelola pembelajaran.

(10)

Gambar 4.1. salah satu kegiatan kepala sekolah SD Kalongan 04 sedang mengadakan supervisi klinis dengan

teknik kunjungan kelas pada guru kelas III.

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi diperoleh informasi bahwa kepala sekolah saat memberikan supervisi kunjungan kelas berusaha untuk bersikap normal layaknya seperti siswa dalam kelas yang sedang mengikuti PBM. Sehingga guru yang sedang disupervisi tidak merasa terganggu. Kepala sekolah juga mengamati semua aktivitas guru dari awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat proses pembelajaran.

(11)

Kondisi pembelajaran saat dilaksanakan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah berlangsung secara nyaman dan tenang. Siswa mengikuti arahan dan instruksi dari guru sesuai dengan metode pembelajaran yang diterapkan. Siswa juga tidak ramai karena adanya keberadaan kepala sekolah dalam kelas yang sedang mengamati proses pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan beberapa hasil wawancara pada beberapa guru dan siswa serta dokumentasi bahwa diperoleh informasi dimana kondisi pembelajaran saat dilaksanakan supervisi kunjungan kelas bisa berlangsung secara kondusif. Hal ini karena didukung oleh kesiapan guru dalam proses pembelajaran dan pengelolaan kelas, sehingga siswa juga bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan nyaman.

Kondisi (kemampuan) guru setelah dilaksanakan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah mengalami kemajuan, khususnya guru yang semula masih rendah kemampuannya dalam mengelola pembelajaran, sementara guru yang sudah cukup dengan skill yang dimiliki semakin tertata dan meningkat karena mendapat support secara langsung dari kepala sekolah terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif. Hasil wawancara tersebut diperkuat oleh hasil pengamatan yang diperoleh oleh peneliti saat pelaksanaan supervisi klinis kunjungan kelas sebagaimana hasil pengamatan peneliti (terlampir: Tabel 4.4).

Tabel 4.4

(12)

No Aspek yang diamati SD Mean Ket SD Mea

2 Guru mengkondisikan

siswa aktif

5 Guru memberitahukan kompetensi yang akan dicapai. daya imajinasi, intuisi

(13)

dan inovasi.

14 Menggunakan papan tulis secara efisien.

0,45 3,75 BS

15 Mengembangkan daya kompetitif siswa

0,49 3,67 BS

C Hasil Evaluasi Belajar - - - - - -

16 Siswa menunjukkan karakter keimanan

17 Pengetahuan siswa bertambah melalui eksplorasi dan elaborasi infomasi

0 3 B

18 Adanya peningkatan keterampilan belajar dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, atau berinovasi (pilih salah satu)

0,51 2,42 C

(14)

dalam menggunakan pengetahuan dalam berkarya meningkat.

20 Merefleksikan hasil penilaian pencapaian Cukup, B=Baik, BS = Baik Sekali).

Adapun aspek yang menjadi obyek supervisi kunjungan kelas ini meliputi keseluruhan pengelolaan kelas oleh guru, baik pada tahap perencanaan (pendahuluan), tahap pelaksanaan maupun tahap evaluasi pembelajaran. Ketiga aspek ini sebagai indikasi utama yang harus dimiliki oleh guru profesional khususnya dalam pengelolaan pembelajaran. Artinya, guru selain mampu mengelola proses pembelajaran juga harus tertib administrasi sesuai aturan formal yang berlaku.

Berdasarkan hasil penilaian kepala sekolah setelah dilakukan supervisi klinis kunjungan kelas, bahwa kemampuan guru dalam pembelajaran terlihat sebagaimana tabel 4.5 dan tabel 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.5. Hasil supervisi klinis kunjungan kelas keseluruhan.

(15)

Sumber: data diolah 2014

Tabel 4.6. Hasil supervisi klinis kunjungan kelas masing-masing komponen.

No Aspek Rata-rata Standar

Deviasi

Kriteria

1 Perencanaan 3,48 0,45 BS

2 Pelaksanaan 3,35 0,28 BS

3 Evaluasi 3,14 0,25 B

Sumber: data diolah 2014

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa kemampuan guru secara keseluruhan rata-rata sebesar 3,33 dengan standar deviasi 0,23. Hal ini berarti pada dasarnya kondisi guru dalam pembelajaran setelah dilakukan supervisi baik sekali. Ditinjau dari masing-masing komponen menunjukkan perbedaan, komponen persiapan guru memperoleh rata-rata sebesar 3,48 dengan standar deviasi 0,45. Hal ini berarti pada dasarnya sesudah disupervisi kondisi guru dalam persiapannya sudah baik sekali. Ditinjau dari pelaksanaannya guru memperoleh rata-rata sebesar 3,35 dengan standar deviasi 0,28. Hal ini berarti pada dasarnya sesudah disupervisi kondisi guru dalam pelaksanaannya sudah baik sekali. Ditinjau dari evaluasinya guru memperoleh rata-rata sebesar 3,14 dengan standar deviasi 0,25. Hal ini berarti pada dasarnya sesudah dilakukan supervisi dalam evaluasinya dalam kondisi baik.

(16)

aspek-aspek dalam supervisi kunjungan kelas meliputi kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran, baik kemampuan guru dalam penyusunan administrasi perencanaan pembelajaran, tahap pengelolaan pembelajaran di kelas, dan kemampuan guru dalam mengadakan evaluasi pembelajaran, serta tindak lanjut yang berupa pemberian remidi bagi yang kurang berhasil maupun analisis dan pengayaan mengalami peningkatan setelah diadakan supervisi klinis dengan teknik kunjungan kelas.

Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir tabel 4.2) juga menunjukkan bahwa setelah dilakukan supervisi mengalami peningkatan, kemampuan guru dalam kondisi baik. Hal ini berarti bahwa guru sudah memiliki kemampuan yang baik dalam pengelolaan pembelajaran baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

4.2.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Tehnik Kunjungan Kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur.

(17)

seperti: 1) pengalaman kepala sekolah sendiri sebagai kepala sekolah yang telah beberapa kali memberikan supervisi pada guru, 2) kesediaan para guru untuk disupervisi, 3) SDM yang tersedia untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan perangkat supervisi, 4) sarana dan prasarana sekolah yang lengkap.

Selain faktor pendukung (internal) juga ada faktor pendukung (eksternal) yang cukup berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan supervisi kunjungan kelas. Faktor pendukung (eksternal) ini bervariasi antara sekolah yang satu dengan lainnya. hal ini diperkuat dengan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pendukung (eksternal) pelaksanaan supervisi kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara berupa: 1) dukungan pengawas sekolah tingkat UPTD pendidikan kecamatan Ungaran Timur berupa pendampingan dan konsultasi, 2) program instruksi pelaksanaan supervisi oleh dinas pendidikan kabupaten Semarang.

(18)

mendekati pensiun. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru dapat diinformasikan bahwa hambatan eksternal supervisi kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara berupa adanya kegiatan dinas pendidikan yang bersifat mendadak, sehingga harus membatalkan pelaksanaan supervisi yang telah dijadwalkan di awal. Namun, kepala sekolah biasanya menggantikannya pada waktu yang lain.

4.2.3 Solusi dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Tehnik Kunjungan Kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur.

Kepala sekolah memiliki komitmen yang tinggi terhadap program supervisi kunjungan kelas guna mencapai tujuan berupa perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam pengelolaan pembelajaran. Hambatan-hambatan yang muncul tidak menurunkan niatnya. Justru hambatan tersebut menjadi tantangan beberapa kepala sekolah di gugus Ki Hajar Dewantara untuk ditemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.

(19)

buruknya guru dalam mengajar namun ditekankan pada pemberian pembinaan, membangun kesadaran guru, serta meningkatkan pemahaman pada guru yang mengalami kendala dalam pengelolaan pembelajaran yang baik; 2) kepala sekolah memberikan dispensasi berupa fleksibelitas pelaksanaan supervisi dengan melihat kondisi guru tersebut ketika sudah normal.

Untuk mengatasi hambatan (eksternal) pelaksanaan supervisi kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara, kepala sekolah juga menjadwalkan pelaksanaan supervisi dengan 2 waktu, yaitu waktu utama (sebagaimana yang telah dijadwalkan) dan waktu sekunder (yaitu waktu pengganti yang dialokasikan untuk pelaksanaan supervisi jika mengalami ketertundaan waktu yang telah dijadwalkan semula). Sehingga semua guru secara merata satu persatu bisa disupervisi oleh kepala sekolah meskipun waktunya berubah dari semula.

(20)

meskipun pelaksanaannya bergeser. Karena inti dari supervisi kunjungan kelas ini adalah guru menjadi lebih baik profesionalisme dan kinerjanya di sekolah.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Tehnik Kunjungan Kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur.

(21)

Pengertian supervisi klinis dengan teknik kunjungan kelas pada prinsipnya hampir sama yaitu merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang telah direncanakan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran atau mendukung proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif dan efisien. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Sullivan & Glanz (2005) bahwa supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran.

Supervisi kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk mengetahui keluhan guru terutama untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan guru khususnya yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Sehingga kepala sekolah bisa memperbaiki kemampuan profesionalisme guru dalam pengelolaan pembelajaran kinerja guru yang masih rendah dan mensupport guru yang memiliki kinerja bagus khususnya dalam pengelolaan pembelajaran agar bisa mempertahankan kinerjanya. Sebagaimana ditegaskan oleh Mulyasa (2013: 253), bahwa supervisi klinis dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh guru dalam pengelolaan pembelajaran.

(22)

Dewantara kecamatan Ungaran Timur sesuai dengan program yang telah disusun oleh kepala sekolah dengan kesepakatan bersama. Supervisi klinis dengan teknik kunjungan kelas dilaksanakan secara rutin tiap semester dan sudah menjadi program pokok kepala sekolah dalam memperbaiki profesionalisme guru dan kualitas pembelajaran. Supervisi kunjungan kelas rutin diadakan tiap semester. Dalam 1 (satu) semester biasanya kepala sekolah mengadakan adakan 2 (dua) kali supervisi kunjungan kelas. biasanya dalam kurun waktu 3 bulan kepala sekolah melaksanakan sekali supervisi kunjungan kelas.

(23)

Education (1981) dan Mantja (1984), bahwa dalam pelaksanaannya, supervisi klinis mengacu pada langkah-langkah yang terdiri dari tiga tahap esensial yang berbentuk siklus, yaitu (1) tahap pertemuan awal, (2) tahap observasi mengajar, dan (3) tahap pertemuan balikan.

Kondisi (kemampuan) guru sebelum dilaksanakan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah beraneka kompetensi yang dimiliki, ada yang masih sedang perkembangan dan sudah banyak yang menunjukkan kemampuan profesionalismenya dalam pengelolaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas, meskipun masih perlu ditingkatkan sehingga dilaksanakan supervisi oleh kepala sekolah secara merata. Kondisi guru sebelum diadakan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah sebenarnya sudah baik, guru sudah memiliki kemampuan yang cukup dalam pengelolaan pembelajaran. Hal terbukti dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, baik dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran, serta tindak lanjut seperti memberikan remidi bagi siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM.

(24)

yang dikelola oleh guru. kepala sekolah hanya mengamati dan tidak memberikan komentar apapun sekiranya terjadi kekurangan pada guru dalam mengelola pembelajaran. Kepala sekolah mengamati semua aktivitas guru dari awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat proses pembelajaran.

Sikap guru saat dilaksanakan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah seperti biasanya layaknya tidak disupervisi. Bapak/ibu guru dengan rileks memandu proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Sikap guru pada saat dilaksanakan supervisi kunjungan kelas tetap mampu mengelola pembelajaran dengan baik dan lancar. Guru tidak terganggu dengan kehadiran kepala sekolah di kelas, karena hal ini juga sudah diberitahukan di awal oleh kepala sekolah ketika sosialisasi penjadwalan pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, sehingga semua guru tidak kaget ketika kepala sekolah adakan supervisi kunjungan kelas pada masing-masing guru.

(25)

siswa juga bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan nyaman.

Kondisi (kemampuan) guru setelah dilaksanakan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah mengalami kemajuan dalam kondisi baik, khususnya guru yang semula kurang kemampuannya dalam mengelola pembelajaran, sementara guru yang sudah cukup dengan skill yang dimiliki semakin tertata dan meningkat kemampuannya karena mendapat support secara langsung dari kepala sekolah terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif.

Adapun aspek-aspek dalam supervisi kunjungan kelas meliputi kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran, baik kemampuan guru dalam penyusunan administrasi perencanaan pembelajaran, tahap pengelolaan pembelajaran di kelas, dan kemampuan guru dalam mengadakan evaluasi pembelajaran, serta tindak lanjut yang berupa pemberian remidi bagi yang kurang berhasil maupun analisis dan pengayaan.

4.3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Supervisi Klinis dengan Tehnik Kunjungan Kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur.

(26)

beberapa sekolah yang juga mengalami beberapa hambatan dengan adanya dukungan yang cukup seimbang.

Faktor pendukung di gugus Ki Hajar Dewantara terdapat pendukung (internal) pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang cukup baik, seperti: 1) pengalaman kepala sekolah sendiri sebagai kepala sekolah yang telah beberapa kali memberikan supervisi pada guru, 2) kesediaan para guru untuk disupervisi, 3) SDM yang tersedia untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan perangkat supervisi, 4) sarana dan prasarana sekolah yang lengkap.

Terdapat faktor pendukung (eksternal) yang cukup berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan supervisi kunjungan kelas. Faktor pendukung (eksternal) ini bervariasi antara sekolah yang satu dengan lainnya. Pendukung (eksternal) pelaksanaan supervisi kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara berupa: 1) dukungan pengawas sekolah tingkat UPTD pendidikan kecamatan Ungaran Timur seperti pendampingan dan konsultasi serta pengarahan pada rapat tingkat gugus, 2) program instruksi pelaksanaan supervisi oleh dinas pendidikan kabupaten Semarang.

(27)

Adapun hambatan eksternal yang cukup menonjol bagi pelaksanaan supervisi kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara berupa adanya kegiatan dinas pendidikan yang bersifat mendadak, sehingga harus membatalkan pelaksanaan supervisi yang telah dijadwalkan di awal. Namun, kepala sekolah biasanya menggantikannya pada waktu yang lain. 4.3.3 Solusi dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan

Supervisi Klinis dengan Tehnik Kunjungan Kelas di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur.

Hambatan supervisi kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara memperoleh tanggapan positif oleh pihak kepala sekolah sehingga dicarikan solusinya. Kepala sekolah memiliki komitmen yang tinggi terhadap program supervisi kunjungan kelas guna mencapai tujuan berupa perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam pengelolaan pembelajaran. Sehingga, hambatan-hambatan yang muncul tidak menurunkan niatnya.

(28)

memberikan dispensasi berupa fleksibilitas pelaksanaan supervisi dengan melihat kondisi guru tersebut ketika sudah normal. Solusi yang dilakukan oleh kepala sekolah ini sebagaimana dengan ungkapan Mulyasa (2002: 256-257) yang menyebutkan tips dalam supervisi klinis berupa: 1) Membangun kesadaran, 2) Meningkatkan pemahaman, 3) Kepedulian, 4) Komitmen.

Adapun untuk mengatasi hambatan (eksternal) pelaksanaan supervisi kunjungan kelas di gugus Ki Hajar Dewantara salah satunya di SD Kalongan 02 yang berupa kegiatan dinas dalam waktu mendadak, kepala sekolah menjadwalkan pelaksanaan supervisi dengan 2 waktu, yaitu waktu utama (sebagaimana yang telah dijadwalkan) dan waktu sekunder (yaitu waktu perpanjangan yang dialokasikan untuk pelaksanaan supervisi jika mengalami ketertundaan waktu yang telah dijadwalkan semula). Sehingga semua guru secara merata satu persatu disupervisi meskipun waktunya terkadang bergeser.

(29)

bergeser. Karena inti dari supervisi kunjungan kelas ini adalah agar guru menjadi lebih baik profesionalisme dan kinerjanya di sekolah berupa kemampuannya dalam mengelola pembelajaran baik pada tahap perencanaan (pendahuluan), pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Asumsi dari tindak lanjut ini untuk memaksimalkan ketercapaian program tujuan supervisi kunjungan kelas berupa perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kinerja guru meningkat dan berdampak pada output kualitas mutu pembelajaran. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah Widyani (2011) yang menyatakan bahwa supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan keterampilan dan profesionalisme guru SD No. 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Gambar

Tabel. 4.1
Tabel. 4.2
Tabel 4.5. Hasil supervisi klinis kunjungan kelas keseluruhan.
Tabel 4.5

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa saran untuk program penanggulangan GAKI di masa depan meliputi: kerja sama lintas sektoral yang kuat; komitmen terhadap konsumsi garam ber- iodium, baik dari sisi

memenuhi komitmen yang telah ditentukan untuk 1 kali siklus penyaluran bantuan (3 bulan berturut-turut) dengan memblokir dana yang ada pada rekening untuk bantuan Non Tunai.

Menurut Dina, faktor lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tindakan kekerasan terhadap

Berdasarkan hasil penelitian tentang pen- garuh kedalaman undercut gigi pegangan dan tipe bahan cengkeram termoplastik nilon terh- adap kekuatan retensi GTSL Co-Cr kombinasi

Peran Ibu Sebagai Pendidik Remaja dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Usia 10-12 Tahun di SD Negeri 3 Sedayu Bantul. Yogyakarta Tahun 2009

To be successful an organisation should consider all of the following factors, which lead to best practices: high-level framework, independent assurance, performance management

Namun dapatan ini berbeza dengan kajian oleh Raiei (1998) yang mendapati guru-guru yang berpengalaman dalam pentaksiran bagi tempoh 6 hingga 10 tahun mendapat skor min yang

[r]