• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIGITAL NATIVES SEBAGAI TANTANGAN DAN PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DIGITAL NATIVES SEBAGAI TANTANGAN DAN PE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DIGITAL NATIVES SEBAGAI TANTANGAN DAN PELUANG PADA PENGEMBANGAN LAYANAN PERPUSTAKAAN

Kholifah Indriyani

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes

Email : ifaifuh@gmail.com

Abstrak

The digital generation of natives fills more lives with the use of computers, because they already exist in a technological environment that gives them the ease and pleasure in exploring the various features provided. This state of affairs can not be separated in the present life. From the fact that there is a school does provide a role for children to know the outside world, the school also put the library as a means and infrastructure that must exist in order to support the continuity of the curiosity of children. Libraries in the current era can not be separated from the advancement of existing technology, so the library should be alert and responsive to provide services in accordance with unlimited technological advances in the ability to provide technology such as free wifi, the ability in the form of facilities and prasara services must also be considered for the sake of support The continuity of the library as one of the facilities used by the librarians to seek and obtain information.

(2)

Keyword : Digital Native, Layanan Perpustakaan Pendahuluan

(3)

Wiji Suwarno mengatakan bahwa perpustakaan seperti halnya sebuah organism yang selalu tumbuh dan berkembang. Ia selalu beradaptasi dengan kemajuan zaman, berupaya memahami perkembangan kebutuhan penggunanya, sehingga suatu ketika dapat menjelma menjadi pilihan utama bagi pemustaka dalam menelusur informasi. Inilah sesungguhnya yang dikatakan perpustakaan mengikuti trend, perpustakaan tidak mau ketinggalan zaman (Wiji Suwarno,2016:1). Dari pendapat diatas tentu perpustakaan memiliki peluang yang besar terhadap penyediaan yang dirasa sebagai kebutuhan bagi anak-anak, baik secara langsung maupun secara teknologi atau virtual. Tantangan yang akan dihadapi yakni kemampuan layanan perpustakaan apakah mampu mengoptimalkan kebutuhan yang anak-anak butuhkan dalam mencari informasi melalui teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Jika tidak dapat memenuhi makan perpustakaan akan tinggal sebagai sebuah gedung yang hanya menyimpan buku dan berkas-berkas tanpa mencapai fungsinya sebagai layanan edukatif, informatif, rekreatif.

Ditinjau dari sisi pandang yang lebih luas maka peran perpustakaan merupakan agen perubahan, pembangunan, dan agen budaya dan pengembangann ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan selalu terjadi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan zaman seiring dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, eksplorer, dan berbudaya. Dalam hal ini termasuk perubahan nilai-nilai, pengayaan dan pencerahan kehidupan umat manusia agar tetap seimbang antara hal-hal yang bersifat fisik jasmaniah dan kejiwaan rohaniyah dan tiak terjebak pada hal-hal yang bersifat materi belaka dan terhindar dari kehancuran karena tindakan orang-orang yang kurang bertanggung jawab. (Sutarno Ns,2005:61)

Dari peran perpustakaan tersebut, perpustakaan sangat penting bagi terbentuknya kebiasaan anak-anak untuk lebih aktif membaca dan mengembangkan ilmu dari pengetahuan yang ia dapatkan di perpustakaan. Dengan kemudahaan teknologi pula perpustakaan menjadi semakin dipermudah untuk mengakses berbagai macam pengetahuan. Karena perpustakaan memang selakyaknya mengutamakan fungsinya sebagai perpustakaan yang unggul dari mulai layanan dan sarana prasaranannya. Beberapa fungsi perpustakaan antara lain:

1) Fungsi Edukatif.

(4)

mengembangkan gaya pikir yang rasional dan kritis serta mampu membimbing dan membina para siswa dalam hal cara menggunakan dan memelihara bahan perpustakaan dengan baik.

2) Fungsi Informatif.

Yang dimaksud dengan fungsi informatif adalah perpustakaan menyediakan bahan perpustakaan yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang diperlukannya.

3) Fungsi Administratif

Yang dimaksudkan dengan fungsi administratif ialah perpustakaan harus mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan pemrosesan bahan-bahan perpustakaan serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan efisien.

4) Fungsi Rekreatif.

Yang dimaksudkan dengan fungsi rekreatif ialah perpustakaan disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan bermutu, sehingga dapat digunakan para pembaca untuk mengisi waktu senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru.

5) Fungsi Penelitian.

Yang dimaksudkan dengan fungsi penelitian ialah perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber/ obyek penelitian sederhana dalam berbagai bidang studi.

6) Fungsi pelestarian.

Yang dimaksudkan fungsi pelestarian ialah merawat bahan perpustakaan baik secara fisik ataupun konten/ isi (kandungan informasi dengan alih media misalnya)

(5)

animasi dan sebagainya yang terkait dengan teknologi. Beberapa isu yang dikemukakan oleh Prensky terkait dengan cara/proses berfikir para Digital Native, antara lain: Dikarenakan para Digital Native menerima informasi dengan sangat cepat, sehingga mereka beradaptasi dengan cara dapat melakukan beberapa pekerjaan sekaligus (multi task). Mereka lebih memilih untuk melihat representasi dari suatu fenomena untuk kemudian mendeskripsikannya dengan kata-kata. Mereka cenderung bekerja secara random dan lebih memilih untuk bekerja dalam tim. Serta mereka lebih menyukai suasana yang serius namun santai. Kondisi seperti inilah yang membuat anak-anak terlena dan semakin mudah untuk diperdaya teknologi. Dengan kata lain mereka akan semakin mencari tahu dan menemukan celah untuk masuk lebih dalam pada ranah teknologi. Perpustakaan sebagai layanan yang merepresentasikan kemajuan teknologi seharusnya ikut serta dalam pengadaan sumber-sumber untuk belajar. Dimudahkan anak-anak untuk mengakses sumber belajar mereka dengan menyediakan akses internet yang baik dan membatasi penggunaannya. Yang pada intinya anak akan benar-benar fokus untuk belajar dan menemukan hal baru di dalam teknologi.

(6)

Digital Natives Sebagai Tantangan Pada Layanan Perpustakaan

Telah dipaparkan diatas bahwa tantangan yang akan terjadi pada layanan perpustakaan adalah bagaimana perpustakaan dapat mengikuti dan memanfaatkan perkembangan tersebut secara maksimal ataupun tidak. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana perpustakaan akan masih terus diminati dengan sudah banyaknya kemudahan untuk mengakses komunikasi lewat teknologi. Kecenderungan lain yang harus diakui adalah disintermediasi yaitu berkurangnya kebutuhan hadirnya perantara sebuah komunikasi atau transaksi. Sebagai contoh, melalui pemanfaatan gadget yang digenggamnya pemustaka dapat melihat katalog, berinteraksi secara praktis, dan melakukan transaksi berbagai layanan.

Wijayanti (2010) menyebutkan pengajaran dengan menggunakan teknologi informasi lebih mudah dicerna dan efektif, sehingga keterampilan menggunakan fasilitas teknologi informasi diperlukan dalam literasi informasi serta didukung pada aspek: (a) perkembangan model pembelajaran; (b) perangkat keras dan lunak yang lebih mudah digunakan; (c) tuntutan kemudahan akses, pengolahan dan distribusi informasi.

Dengan mengoptimalkan layanan pepustakaan tentu akan masih menjadi salah satu tempat untuk belajar, menemukan semua informasi. Para pemustaka juga akan lebih dimudahkan dengan keadaan yang ada, pemanfaat teknologi sangat akan membantu mendapatkan apapun layanan yang diiinginkan. Jadi layanan perpustakaan yang baik adalah layanan yang berkembang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Tapi perpustakaan kenyataan yang ada perpustakaan saat ini masih belum dapat mengoptimalkan layanannya dikarenakan biaya yang harus dikeluarkan belum lagi harus melakukan beberapa pengajuan yang dirasa memberatkan. Memang sangat diperlukan tenaga ahli untuk menutupi semua kekurangan ini.

Digital Natives Sebagai Peluang Pada Pada Layanan Perpustakaan

(7)

Digital native sangat erat kaitan dengan kemampuan sumber daya menemukan sesuatu yang baru yang didapatkan pada perkembangan teknologi. Pentingnya literasi informasi dan literasi media sangat berdampak pada kemampuan mereka untuk berfikir luas. Menurut Bruce (1997), pemikiran tentang literasi informasi di kalangan pustakawan muncul bersamaan dengan kehadiran konsep masyarakat informasi (information society). Sebagai sebuah konsep yang jelas dan baku, literasi informasi baru muncul dalam publikasi final report American Library Association tahun 1989. Sejak itulah konsep literasi informasi mulai digunakan secara meluas.

Generasi digital native hidup dalam kebebasan digital. Interaksi di media sosial menjadi andalan mereka dibandingkan dengan komunikasi konvensional. Mereka sangat peduli dengan identitas dan eksistensi dan hal ini diekspresikan secara terbuka di dunia maya. Mereka lebih menyukai tantangan dan membenci rutinitas. Tidak suka menunggu dan didikte, tetapi lebih memilih belajar dengan metode sendiri menggunakan teknologi multimedia. Mereka cenderung menolak komunikasi searah dalam bentuk apapun, baik offline maupun online. Dunia digital mendorong orang untuk berbagi dan berkolaborasi dan ini menjadi salah satu ciri digital native. Mereka suka berbagi apa saja di dunia maya. Tidak peduli apakah yang dibagikan itu diperlukan orang lain atau tidak. Karakteristik ini penting dijadikan acuan ketika pustakawan merancang layanan. Sementara itu, pustakawan banyak yang tergolong kelompok digital immigrant. Mereka bekerja menggunakan teknologi namun tidak lahir di era teknologi. Perlu ada upaya dan kreativitas dalam merancang layanan agar tidak ada gap (kesenjangan).

(8)

Perkembangan ICT ini akhirnya melahirkan sebuah perpustakaan berbasis komputer. Perpustakaan berbasis komputer seperti ciri adanya automasi perpustakaan dan akhirnya terdapat apa yang disebut perpustakaan digital (Digital Library).

Perbedaan “perpustakaan biasa” dengan “perpustakaan digital” terlihat pada keberadaan koleksi (Subrata, 2009:5). Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau komputer, sedangkan konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat. Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja pengguna itu berada dan dengan tanpa terbatasnya waktu, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpusakaan tersebut.

Pada keadaan ini tentu akan merubah pola belajar pemustaka saat berada di perpustakaan. Proses transformasi implementasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi diberbagai bidang tugas, pekerjaan dan layanan publik merupakan hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Pada kegiatan pelayanan perpustakaan transformasi menuju e-library menjadi satu kebutuhan. Pada tahap pertama implementasi aplikasi e-library di perpustakaan terbatas pada website yang disediakan oleh perpustakaan. Masyarakat yang membutuhkan informasi tentang perpustakaan dapat melakukan browsing menggunakan internet. Pada tahap kedua mulai ada komunikasi dua arah antara perpustakaan dan penggunanya melalui email atau chatting. Pada tahap ketiga aplikasi teknologi menawarkan adanya transaksi secara online, seperti pemesanan buku yang akan dipinjam, otomasi penagihan buku jika sistem mendeteksi buku terlambat dikembalikan, pemesanan artikel/penelusuran melalui online dan dengan cara online pula pesanan artikel dikirimkan kepada pengguna. Pada tahap ini ada transaksi jasa atau informasi yang dilakukan pengguna dan perpustakaan. Tahap keempat

(9)

Penutup

Perpustakaan pada era saat ini tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi yang ada, sehingga perpustakaan harus dengan sigap dan tanggap memberikan pelayanan yang sesuai dengan kemajuan teknologi tidak berbatas pada kemampuan memberikan teknologi seperti wifi gratis, kemampuan yang berupa layanan sarana dan prasara juga hrus diperhatikan demi menunjang keberlangsungan perpustakaan sebagai salah satu fasilitas yang digunakan para pemustakan untuk mencari dan mendapatkan informasi. Berikut strategi yang dapat dilakukan oleh perpustakaan untuk memberikan solusi menghadapi tantangan dari para generasi digital adalah:

1. Optimasi sistem automasi perpustakaan dan pengembangan perpustakaan digital

2. Mulai memperhatikan pengadaan sumber elektronik atau koleksi digital

3. Peningkatan pengetahuan, keterampilan hard skills dan soft skills pustakawan

4. Peningkatan fasilitas bagi generasi digital seperti, colokan listrik, wifi/hotspot, kecepatan data internet, perabotan yang informal dan santai, fasilitas audio video

(10)

Daftar Pustaka

Mardina, Riana. 2011. Potensi Digital Natives Dalam Representasi Literasi Informasi Multimedia Berbasis Web Di Perguruan Tinggi. Sekolah Pascasarjana IPB. Jurnal Pustakawan Indonesia.

Manurung , Vivid Rizqy. 2014. Perkembangan Tekhnologi Informasi Perpustakaan Menggunakan Digital Library System Dan Kaitannya Dengan Konsep Library 3.O. Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02

Santi, Triana. 2016. Peran sosial perpustakaan di era digital native. UINSU. Jurnal Perpustakaan dan Informasi.

Istiana, Purwani (2016) Gaya belajar dan perilaku digital native terhadap teknologi digital dan perpustakaan. UGM. Perpustakaan UGM

Adi , Mahargjo Hapsoro. 2017. Handout Perpustakaan Sekolah. Unnes. Perpustakaan Unnes

Referensi

Dokumen terkait

Peran serta masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan pemerintah namun kenyataannya masih dijumpai masyarakat

Pendapatan suatu negara biasanya dapat diukur dengan pendapatan perkapita penduduk nya,besar rendahnya pendapatan ini ditentukan yang bekerja di dalam rumah tangga, dalam

Sistem Usulan Administrator Petugas Waserda Bendahara Sekretaris Ketua Koperasi Login Mengelola Data Barang Mengelola data Users Input Permission Access Mengelola Data

Namun saat ini, kegiatan para anggota komunitas dalam meng-update berita hanya dilakukan seperlunya dan ketika mereka mempunyai waktu luang saja, serta hanya berita tentang artis

Meskipun ada data yang kami eksklusi karena (a) mengisi > 1 pilihan wahana, (b) tidak mengisi satupun pilihan wahana, atau (c) mengisi lebih dari 1 kali, semoga

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung

Judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Kompos dan Pupuk Kandang dalam Bentuk Biasa dan Briket terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst) pada

Tutkimuksen mielenterveys- ja päihdeongelmaisten tukiasumisesta tulosten mukaan monet kyselyyn vastanneista olivat tyytyväisiä siitä, että heille on ylipäätään järjestynyt