• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI PEREMPUAN MEMINANG LAKI LAKI DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TRADISI PEREMPUAN MEMINANG LAKI LAKI DI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI PEREMPUAN MEMINANG LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

SUB TEMA

AL-QUR’AN DAN KAITANNYA DALAM PENGGALIAN NILAI-NILAI MANUSIA

OLEH

1. NUR ADILA QIBTIYAH 11020074230

2. FINGE ANGGRAENY 11020074221

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA

2014

(2)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan beragam kenikmatan. Salah satu kenikmatan terbesar –Nya adalah kesempatan menuntut ilmu serta karunia keterbukaan ilmu dalam pikiran yang terimplementasi dalam karya, salah satunya sebuah karya tulis berjudul “Tradisi Perempuan Meminang Laki-Laki dalam Perspektif Al-Quran”.Salawat salam terlimpah kepada nabi yang sangat mulia,Muhammad SAW. Semoga pada akhir zaman kelak kita semua mendapat syafaatnya.

Karya tulis ini akan mengungkap sudut pandang Al-Quran dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki di kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Daerah Lamongan dipilih karena wilayah ini termasuk dalam daerah islamisasi salah satu wali songo yaitu sunan Drajat dan kental akan kebudayaan. Penjelasan Al-Quran terhadap tradisi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan mendorong respons positif masyarakat terhadap tradisi ini.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Alloh SWT, kedua orang tua, guru-guru yang tercinta, sahabat, teman, kawan, lawan dan semua pihak yang telah memberikan semangat. Diharapkan karya tulis ini dapat memberikan informasi kepada semua elemen masyarakat. Semoga masyarakat Indonesia khususnya daerah Lamongan bisa memberikan respons positif pada kearifan lokal daerah, karena sebuah negara yang besar adalah negara yang mampu menghargai.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran diharapkan oleh penulis demi perbaikan karya berikutnya.

(3)

Lazimnya, meminang dilakukan oleh pihak laki-laki yang ditujukan kepada pihak perempuan yang akan dinikahi. Akan tetapi, kelaziman tersebut tidak berlaku di sebelas kecamatan di daerah Lamongan—JawaTimur,yaitu: Kecamatan Mantup, Karanggeneng, Sambeng, Kembangbahu, Bluluk, Sukorame, Modo, Ngimbang, Sugio, Tikung, dan sebagian kecamatan kota. Masyarakat di sebelas kecamatan tersebut, mempunyai tradisi perempuan meminang laki-laki. Sebagai masyarakat dengan latarbelakang islam/muslim, tentu harus berpedoman pada firman-firman Alloh, yaitu Al-Quran. Al-Quran dipercaya umat muslim sebagai pedoman hidup sepanjang masa. Menanggapi tradisi yang kurang lazim tersebut, dianggap perlu untuk mengetahui sudut pandang dari Al-Quran.Berdasar hal tersebut diambil rumusan masalah bagaimana asal usul tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan, Jawa Timur; bagaimana nilai sosial masyarakat di daerah Lamongan, Jawa Timur dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki; bagaimana pandangan Al-Quran dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan asal usul tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan, Jawa Timur; mendeskripsikan nilai sosial masyarakat di daerah Lamongan, Jawa Timur dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki; mendeskripsikan pandangan Al-Quran dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa artikel, jurnal, buku pedoman penelitian, buku teori, dan arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa tuturan kalimat dari cerita tentang tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan yang berasal dari informan. Data sekunder dalam penelitian ini berupa teks dan wacana dalam artikel, jurnal, buku pedoman penelitian, buku teori, dan arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi, rambu-rambu wawancara, dan alat rekam/ camera digital. Teknik penganalisisan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah transkripsi data, klasifikasi, interpretasi, sintesis, dan simpulan. Keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Hasil dari penelitian ini adalah asal usul tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan, Jawa Timur berasal dari cerita putri Andansari dan Andanwangi putri dari Adipati Wirasaba yang ingin meminang putra dari Raden Panji Puspa Kusuma yaitu Panji Laras dan Panji Liris; nilai sosial masyarakat di daerah Lamongan, Jawa Timur dalam Menanggapi Tradisi Perempuan Meminang Laki-Laki terletak pada pengakuan/legitimasi masyarakat terhadap tradisi perempuan meminang laki-laki. Tradisi unik ini pun, diakui dan dijunjung tinggi oleh masyarakat sekitar. Legitimasi ini diperkuat dengan realisasi sebuah kebiasaan perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan Jawa Timur; pandangan al-quran dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki hukum perempuan meminang laki-laki diperbolehkan dalam islam selama tidak melanggar syariat islam. Meminang hendaknya dilakukan dengan cara yang baik. Meskipun begitu, mahar tetap diberikan oleh pihak laki-laki dan laki-laki tetap sebagai pemimpin rumah tangga. Perempuan sebagai istri wajib patuh kepada perintah laki-laki sebagai suami.

Kata kunci : tradisi, meminang, Al-Quran

(4)
(5)

2 Saran... 18

3 Daftar Pustaka ... 19

4 Lampiran 1... 21

5 Lampiran 2... 22

6 Lampiran 3... 23

7 Lampiran 4... 24

(6)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia mempunyai tiga kebutuhan dasar dalam kehidupannya, yaitu kebutuhan biologis, kebutuhan sosial,dankebutuhan integratif—hasrat untukreproduksi, memperoleh kesenangan, kehangatan, kasih sayang dan sebagainya yang bisa diperoleh melalui pranata pernikahan (Nur Syam, 2007). Sebuah pernikahan akan terjadi ketika sepasang laki-laki dan perempuan dan orang-orang di lingkungan sekitar sepakat untuk melanjutkan hubungan pasangan tersebut menjadi pasangan suami istri. Sebelum peristiwa pernikahan terlaksana, secara adat dan kebiasaan selalu didahului oleh tahapan penting yang menentukan yaitu proses meminang.

Dalam kalangan masyarakat Jawa dikenal beberapa sistem pernikahan. Misalnya: sistem pernikahan magang atau ngenger, yaitu seorang jejaka yang telah mengabdikan dirinya pada kerabat si gadis; sistem pernikahan triman, yaitu seorang yang mendapatkan istri sebagai pemberian atau penghadiahan dari salah satu lingkungan keluarga tertentu, sebagai contoh: keluarga keraton atau keluarga priayi agung; sistem pernikahan ngunggah-ngunggahi, yaitu pihak si gadis yang meminang si jejaka; dan sistem pernikahan peksan atau paksa, yaitu suatu pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan atas kemauan orang tua mereka. Pada umumnya pernikahan semacam ini banyak terjadi dalam pernikahan anak-anak atau pernikahan di masa terdahulu.

Dari berbagai kebudayaan meminang tersebut, lazimnya meminang dilakukan oleh pihak laki-laki yang ditujukan kepada pihak perempuan yang akan dinikahi. Akan tetapi, kelaziman tersebut tidak berlaku di sebelas kecamatan di daerah Lamongan— JawaTimur,yaitu: Kecamatan Mantup, Karanggeneng, Sambeng, Kembangbahu, Bluluk, Sukorame, Modo, Ngimbang, Sugio, Tikung, dan sebagian kecamatan kota. Masyarakat di sebelas kecamatan tersebut, mempunyai tradisi perempuan meminang laki-laki.

(7)

duwur, dan makam ibu sunan giri. Kekayaan akan pondok pesantren pun memperkuat pernyataan tersebut.

Sebagai masyarakat dengan latarbelakang islam/muslim, tentu harus berpedoman pada firman-firman Alloh, yaitu Al-Quran. Al-Quran dipercaya umat muslim sebagai pedoman hidup sepanjang masa. Menanggapi tradisi yang kurang lazim tersebut, dianggap perlu untuk mengetahui sudut pandang dari Al-Quran. Berdasar penjelasan di muka, karya tulis ini berjudul “Tradisi Perempuan Meminang Laki-Laki dalam Perspektif Al-Quran”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan, Jawa Timur?

2. Bagaimana nilai sosial masyarakat di daerah Lamongan, Jawa Timur dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki?

3. Mendeskripsikan pandangan Al-Quran dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki.

1.4 Manfaat

Manfaat Teoretis, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian sejenis

Manfaat Praktis,

1. bagi masyarakat, khususnya masyarakat di daerah Lamongan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi/klarifikasi/ilmu perihal tradisi perempuan meminang laki-laki sehingga masyarakat bisa menjaga keunggulan tradisi ini;

(8)

3. bagi peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya yang Relevan

(9)

pendidikan anak-anak, dan pemaksa sekaligus pengawas norma, 4) Tradisi sadranan mempunyai beberapa nilai yaitu nilai budaya , nilai religi, nilai sosial, dan nilai berbangsa dan bernegara.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang relevan terletak pada metodologi penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang relevan terletak pada objek kajian, lokasi penelitian, sumber data, data, dan hasil penelitian. Penelitian yang relevan tersebut diharapkan dapat menjadi bukti kelayakan dan acuan penelitian ini.

2.2 Tradisi

Tradisi dikenal sebagai sastra lisan/foklor yang diwariskan secara turun temurun dan berkembang di tengah masyarakat. Pada umumnya pewarisan tradisi dilakukan dari lisan ke lisan oleh masyarakat. Dapat dikatakan tradisi terbentuk dari pola pikir dan kepercayaan masyarakat. Kepercayaan yang melekat pada masyarakat menjadikan tradisi dipercaya sebagai pranata sosial yang memberikan pengaruh. Pengaruh tersebut dapat berupa pembinaan tata nilai, kekuasaan pemerintah daerah, dan pendidikan.

Hutomo (1991:63) berpendapat bahwa tradisi adalah cerita-cerita suci yang mendukung sistem kepercayaan atau agama (religi). Pendapat Hutomo tersebut, dilengkapi oleh Mitchell (dalam Nurgiyantoro,2005:173—174) mengemukakan bahwa tradisi merupakan sebuah kebenaran yang diyakini oleh masyarakat. Tradisi dipercaya memberikan semacam tuntunan dan kekuatan spiritual kepada masyarakat.

Berdasar uraian di muka dapat diinterpretasikan bahwa tradisi merupakan salah satu sastra lisan / folkor masyarakat. Tradisi terbentuk dari pola pikir dan kepercayaan masyarakat. Tradisi dipercaya sebagai kebenaran yang dapat memberikan pengaruh, tuntunan, dan kekuatan spiritual kepada masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berupa pembinaan tata nilai, kekuasaan pemerintah daerah, dan pendidikan.

2.3 Al-Quran

(10)

tentang umat masalalu dan kabar tentang situasi masa datang. Al-Quran merupakan hudan li al-nas yaitu petunjuk bagi umat manusia. Pemaparan di muka tersebut membuktikan bahwa Al-Quran merupakan mukjizat dan bukti kebenaran.

Ustadz Abbas Mahmud al-Aqqad dalam bukunya at-Tafkir Faridhah Islamiyah (dalam Qardhawi, 2001:55) mengatakan bahwa berfikir adalah fardu (wajib) dalam islam. Alloh SWT memerintahkan manusia untuk beribadah dan melaksanakan kewajiban, juga memerintahkan untuk bertafakur dan berfikir tentang ayat-ayat Al-Quran. Hal tersebut ditunjukkan dalam Al-Quran dengan kata-kata tafakur, nazhr— memperhatikan, ru’yah—melihat. Berdasar pemaparan di muka, dapat disimpulkan kebenaran Al-Quran tidak perlu diragukan lagi. Sebagai upaya untuk mengetahui, memaknai, dan menyadari kebenaran dalam Al-Quran diperlukan usaha dan tindakan manusia untuk memperhatikan, melihat, dan berfikir. Hal tersebut dimaksudkan agar manusia dapat memetik hikmah dari kebenaran dan berpedoman teguh pada Al-Quran.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif merupakan penggabungan dua metode yaitu metode deskriptif dan kualitatif. Menurut Moh. Nazir (2005: 54) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,2012:4) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Sehingga metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang memusatkan analisis data deskriptif dari status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa yang dapat diamati.

(11)

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Mantup terletak 20 Km sebelah selatan Kota Kabupaten Lamongan, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Gersik. Kecamatan yang dipimpin oleh Subani S.E ini memiliki luas wilayah dataran tinggi 93.07 km2. Kecamatan dengan 15 desa ini memiliki jumlah peduduk 41.223 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 20.274 jiwa dan perempuan 20.949 jiwa. Wilayah ini dipilih karena memiliki faktor kesejarahan asal usul tradisi perempuan meminang laki-laki yang akan diteliti. Denah lokasi dapat dilihat pada lampiran 1.

3.3 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dilakukan dengan rujukan dari Spradley (2007:68) mengidentifikasikan lima persyaratan minimal untuk memilih informan dengan baik, yaitu bahwa informan yang baik adalah 1) informan yang terenkulturasi penuh dengan kebudayaannya; 2) terlibat secara langsung dalam peristiwa kebudayaan yang diteliti; 3) mengetahui secara detail mengenai suasana kebudayaan yang tidak dikenalpeneliti; 4) mempunyai cukup waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian; dan 5) informan yang selalu menggunakan bahasa mereka untuk menggambarkan berbagai kejadian dan tindakan dengan cara yang hampir tanpa analisis mengenai arti atau signifikansi dari kejadian dan tindakan itu. Berdasar pedoman tersebut diperoleh satu orang informan.

3.4 Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan-informan yang telah ditentukan berdasar teknik penentuan informan. Berdasar pedoman tersebut diperoleh satu orang informan dengan data lengkap pada lampiran 2. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa artikel, jurnal, buku pedoman penelitian, buku teori, dan arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Arsip resmi ini dapat diperoleh melalui Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Lamongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

(12)

Lamongan yang berasal dari informan. Data sekunder dalam penelitian ini berupa teks dan wacana dalam artikel, jurnal, buku pedoman penelitian, buku teori, dan arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Arsip resmi ini dapat diperoleh melalui Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Lamongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Cara yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:

Cara pengumpulan data primer: 1. Observasi

Observasi menurut Kusuma (2007:25) adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui detail lokasi penelitian dan menentukan informan penelitian.

2. Wawancara

Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur,dan wawancara mendalam (in-depth interview). Peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi, Sulistyo dan Basuki (2006:173). Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik penelitian. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data berupa tuturan kalimat dari cerita tentang tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan yang berasal dari informan.

Cara pengumpulan data sekunder: 1. Dokumentasi

(13)

Lamongan merupakan hasil dari teknik dokumentasi. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto tersebut.

2. Studi Kepustakaan

Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya masing-masing sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti. Data ini dikumpulkan dengan cara mendatangi perpustakaan atau badan pemerintahan untuk mencari artikel, jurnal, buku pedoman penelitian, buku teori, dan arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Arsip resmi ini dapat diperoleh melalui Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Lamongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2009:76), menjelaskan instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Dalam penelitian tradisi perempuan meminang laki-laki ini digunakan beberapa instrumen yaitu:

1. Lembar observasi,

sebagai alat pengumpulan data dengan teknik observasi.lihat lampiran 3. 2. Rambu-rambu wawancara,

digunakan sebagai alat pengumpulan data dengan teknik wawancara kepada informan . lihat lampiran 4

3. Alat rekam/ camera digital

digunakan sebagai perekam dan pengambilan foto/ atau gambar pada saat melakukan teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi dan studi kepustakaan.

3.7 Teknik Penganalisisan Data

(14)

dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang kan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Berdasar pemaparan di muka, peneliti menerapkan prosedur penganalisisan data sebagai berikut :

1. Transkripsi data,

dilakukan untuk mengolah data dokumentasi dan wawancara. Data wawancara yang telah direkam dicatat kembali dan diubah ke dalam Bahasa Indonesia. dihubungkan dan disintesis dengan ayat-ayat Al-Quran agar dapat menjawab rumusan masalah

5. Simpulan

data yang telah mengalami penganalisisan akan di simpulkan sesuai rumusan masalah.

3.8 Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, teknik triangulasi data merupakan teknik yang peneliti gunakan dengan tujuan untuk memperkuat data-data yang peneliti dapatkan dengan menggunakan teknik penelitian yang lainnya. Dengan kata lain, teknik trianggulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggabungkan teknik observasi,wawancara,dokumentasi, dan studi pustaka yang bertujuan semakin memperkuat data-data penelitian. Menurut Sugiyono (2009:330) menjelaskan bahwa peneliti mengumpulkan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data dengan berbagai teknik pengumpulan dan berbagai sumber data.

(15)

PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasar analisis data dan pembahasan dapat diambil tiga simpulan yaitu

1. Asal Usul Tradisi Perempuan Meminang Laki-Laki di Daerah Lamongan, Jawa Timur,

berasal dari cerita putri Andansari dan Andanwangi putri dari Adipati Wirasaba yang ingin meminang putra dari Raden Panji Puspa Kusuma yaitu Panji Laras dan Panji Liris.

2. Nilai Sosial Masyarakat di Daerah Lamongan, Jawa Timur dalam Menanggapi Tradisi Perempuan Meminang Laki-Laki,

terletak pada pengakuan/legitimasi masyarakat terhadap tradisi perempuan meminang laki-laki. Tradisi unik ini pun, diakui dan dijunjung tinggi oleh masyarakat sekitar. Legitimasi ini diperkuat dengan realisasi sebuah kebiasaan perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan Jawa Timur.

3. Pandangan Al-Quran dalam Menanggapi Tradisi Perempuan Meminang Laki-Laki,

hukum perempuan meminang laki-laki diperbolehkan dalam islam selama tidak melanggar syariat islam. Meminang hendaknya dilakukan dengan cara yang baik. Meskipun begitu, mahar tetap diberikan oleh pihak laki-laki dan laki-laki tetap sebagai pemimpin rumah tangga. Perempuan sebagai istri wajib patuh kepada perintah laki-laki sebagai suami.

5.2 Saran

1. bagi peneliti, disarankan lebih teliti dan semangat dalam penelitian selanjutnya. 2. bagi pembaca, disarankan sabar dalam membaca penelitian ini.

(16)

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan :Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: Hiski Jawa Timur

Kusuma, Hilman Hadi. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: CV Mandar Maju

Lexy J Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nazir, Mohammad.2005.Metode Penelitian.Bogor : Ghalia Indonesia Nur Syam, 2007. Madzhab-Madzhab Antropologi. Yogyakarta:LKiS

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

Qardhawi, Yusuf. 2001.Al-Quran Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani

Shihab, Quraish. 2013.Secercah Cahaya Illahi Hidup Bersama Al-Quran .Bandung: Mizan

Soekanto.2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. :Rajawali Press

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulistyo dan Basuki, 2006. Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Syaikh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi. 2014. Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim.

Solo: Insan Kamil

Tim Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.2011.Buku Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi. Jakarta:Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia

Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Wahjudhi Dwidjowinoto. Upacara Tradisi Pengantin Bekasri: Upacara Pernikahan Khas Lamongan. Pemerintah, Kabupaten Lamongan Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan, 2006. Jalan Menur Pumpungan 32 Surabaya

Wawancara Mbah Arso—sesepuh 23Oktober 2014

Wilujeng, Isti Ninik. 2013. Foklor, Makna, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Tradisi Sadranan di Dusun Paras Desa Turipinggir Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Quran, Departemen Agama RI.2000.Al-Quran

(17)

Lampiran 1

(18)

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

Nama daerah : Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Pemimpin : Subani, SE

Batas wilayah : 20 km sebelah selatan Kota Kabupaten Lamongan, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Gersik.

Luas Wilayah : Memiliki luas wilayah dataran tinggi 9.307,285 Hektar. Dengan tataguna tanah: - tanah pertanian: 5.952,60 hektaree - tanah hutan: 2.306 hektaree Jumlah Penduduk : 41.223 jiwa

Laki-laki: 20.274 jiwa Perempuan: 20.949 jiwa

Jumlah Desa : 15

Ds. Rumpuk, Ds. Sidomulyo, Ds. Sukosari, Ds. Sumberdadi, Ds. Sumberagung, Ds. Kedukbembem,

Ds. Plabuhanrejo, Ds. Tugu, Ds. Tanggunjagir, Ds. Sumberbendo, Ds. Mojosari, Ds. Sumberkerep, Ds. Kedungsoko, Ds. Sukobendu, Ds. Mantup

(19)

kacang hijau - cabe jamu - tebu - kapas diseluruh wilayah mantup.

Tempat Wisata : makam "Sunan Giri III (Mbah Sedo Margi)"

HASIL WAWANCARA

Nama lengkap :Suwarso Dipanggil Mbah Asro 67 tahun

1. Lamarane nang Lamongan yo wadon sek nag lanang. Sing wadon moro menyang lanang gowo jajan,roti, ya wes seserahan. Wiwit e biyen kuwi kira-kira abad pitulas. Ana anak e bupati Wirasaba, nek saiki kira-kira daerah Kertosonoan, Andansari lan Andanwangi. Karone tersno marang Raden Panji Laras lan Raden Panji Liris, putra saking Bupati Lamongan Raden Panji.

Tradisi meminang di daerah Lamongan, wanita yang meminang pria. Keluarga wanita yang meminang dengan membawa buah tangan bahan makanan dan kue yang bersifat rekat. Tradisi wanita meminang pria di daerah Lamongan karena terpengaruh oleh adanya kejadian pada abad ke 17, yaitu meminang putri Andansari dan Andanwangi. Keduanya adalah putri Adipati Wirasaba (sekarang Kertosono), yang meminang Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris, kedua putra Bupati Lamongan ketiga itu, yaitu Raden Panji.

(20)

Adat meminang ini sampai sekarang masih tetap dipegang teguh masyarakat di 11 kecamatan Kabupaten Lamongan, yaitu: Kecamatan Mantup, Karanggeneng, Sambeng, Kembang bahu, Bluluk, Sukorame, Modo, Ngimbang, Sugio, Tikung, dan sebagaian Kecamatan Kota. Tetapi daerah-daerah lain di Kabupaten Lamongan (16 kecamatan) sudah mulai luntur. Terbukti bahwa gadis Lamongan yang sudah mengenyam pendidikan tinggi, terutama yang mengenyam pendidikan di kota-kota besar, ada kecenderungan malu atau merasa gengsinya turun bila melakukan tradisi meminang ini. Selain sudah enggan dijodohkan oleh orangtuanya, juga karena mereka terpengaruh tradisi daerah lain setelah mereka mengetahui bahwa secara umum di daerah lain tradisi meminang dilakukan oleh pihak pria kepada pihak wanita. Dan mereka umumnya sudah mengenal pacaran dengan teman kuliah yang berasal dari daerah di luar Lamongan

3. Wadon sing duwur sekolah e , gengsi ngelamar lanang. Dalan sing becik ya musyawaroh,sepakat gawe nentokake. Lanang utowo wadon disik sing ngelamar podo ae. Yen wes sepakat karone lamaran. Tapi yo kadang onok sing ngeregani, isih gelem gawe adate wedok ngelamar lanang.

Jalan tengah yang bijaksana ditempuh oleh gadis dan jejaka Lamongan yang telah berpendidikan tinggi, yaitu sebelum memutuskan pihak mana yang harus melaksanakan meminang, antara kedua belah pihak mengadakan kesepakatan terlebih dahulu untuk menentukan keluarga mana yang harus meminang. Setelah terjadi kata sepakat, baru kedua pihak keluarga melaksanakan acara meminang sesuai hasil kesepakatan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan hasil kesepakatan mereka bahwa pihak wanita yang harus meminang sebagai penghormatan kepada tradisi daerah kelahiran mereka

(21)

CERITA PANJI LARAS DAN PANJI LIRIS

Bupati Lamongan yang ketiga, yaitu Raden Panji Puspokusumo adalah putera Cakraningrat dari Madura yang masih keturunan ke 12 dari Prabu Hayam Wuruk raja Raden Tumenggung Pusponegoro Bupati Gresik. Bupati Gresik tersebut adalah putera Pangeran Majapahit. Jadi Raden Panji Puspokusumo merupakan keturunan ke 14 dari Prabu Hayam Wuruk. Raden Panji Puspokusumo ini diambil menantu oleh Sunan Pakubuwono 11 raja Surakarta Adiningrat. Karena letak Lamongan berada di timur laut atau utara (Jawa = /wr)

Kartosuro, maka Raden Panji Puspokusumo juga dikenal dengan sebutan Dewa Kaloran (dewa yang berada di sebelah utara). Raden Panji Puspokusumo memerintah di Lamongan tahun 1640 sampai 1665. Pernikahan Raden Panji Puspokusumo dengan puteri Sunan Pakubuwono II menghasilkan dua orang putera kembar yang sama-sama tampan, diberi nama Raden Panji Laras, dan Raden Panji Liris.

Selain tampan, Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris juga dikenal masyarakat mempunyai sifat yang sangat baik. Maka dari itu banyak gadis-gadis yang jatuh cinta dan berusaha memikat hati kedua putera Bupati Lamongan tersebut. Meskipun tingkah lakunya baik, tetapi keduanya mempunyai kegemaran yang jelek, yaitu beijudi dengan menggunakan menyabung ayam. Meskipun ibunya sudah sering melarang kebiasaannya yang kurang terpuji ini, tetapi keduanya tetap tidak dapat meninggalkan kegemarannya menyabung ayam. Bahkan untuk menghindari kemarahan ibunya, keduanya bila menyabung ayam tidak lagi di wilayah Kabupaten Lamongan, tetapi dilakukan di luar wilayah Kabupaten Lamongan terutama di Kabupaten Wirosobo dekat Kediri (sekarang daerah Kertosono).

(22)

Pada suatu hari, Andansari dan Andanwangi dikejutkan oleh suara beberapa orang yang bersorak-sorai di halaman rumah kabupaten. Karena rasa ingin tahunya, keduanya mengintip keluar melalui celah jendela kamarnya. Ternyata yang tampak orang yang sedang menyabung ayam. Diantara kerumunan orang yang menyabung ayam tersebut tampak dua orang pemuda yang sangat tampan, yaitu Raden Panji laras dan Raden Panji Liris. Melihat ketampanan kedua jejaka kembar tersebut Andansari dan Andanwangi sangat terterik dan bahkan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pada malam harinya kedua gadis kembar ini tidak dapat tidur karena selalu terbayang wajah dan ketampanan Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris. Begitu pula malam-malam berikutnya, wajah jejaka pujaan hatinya sulit dilupakan. Mau menemui kedua jejaka tersebut jelas tidak mungkin, karena kedua puteri Bupati Wirosobo ini sedang dalam pingitan.

Keadaan ini mengakibatkan kedua gadis kembar ini menjadi sakit. Meskipun kedua orangtuanya telah berusaha mendatangkan dukun dan tabib untuk mengobati penyakit kedua puterinya, tetapi penyakit Andansari dan Andanwangi tidak kunjung sembuh. Akhirnya ibunya dengan penuh bijaksana mencoba bertanya kepada kedua puteri kembarnya, apa yang menjadi penyebab keduanya sakit.

Berkat kesabaran dan ketekunan ibunya, maka Andansari dan Andanwangi mengutarakan isi hatinya bahwa sebenarnya keduanya menderita sakit cinta. Keduanya merasa jatuh cinta keda kedua jejaka tampan yang sering menyabung ayam di halaman rumah kabupaten Wirosobo yaitu Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris.

(23)

kedua puterinya, Bupati Wirosobo mengirim utusan ke Lamongan untuk menyampaikan surat lamaran.

Setelah membaca surat lamaran dari Bupati Wirosobo, Raden Panji Puspakusumo memanggil kedua puteranya, menanyakan apakah mereka sudah kenal dengan Andansari dan Andanwangi puteri kembar Bupati Wirosobo. Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris menyatakan bahwa meskipun keduanya sering menyabung ayam di halaman rumah Bupati Wirosobo, tetapi belum pernah bertemu dengan Andansari dan Andanwangi, karena keduanya dipingit. Selain itu Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris menyatakan bahwa keduanya masih senang membujang, , belum ingin menikah.

Untuk menjaga hubungan baik antara Kabupaten Lamongan dengan Kabupaten Wirosobo, Raden Panji Puspokusumo menyarankan agar kedua puteranya jangan menolak secara terang-terangan lamaran kedua puteri kembar Bupati Wirosobo. Sebaiknya ditolak secara halus dengan cara mengajukan persyaratan yang sulit diwujudkan.

Setelah berpikir sejenak, Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris mengajukan persyaratan agar kedua puteri kembar Bupati Wirosobo ini datang ke Lamongan sambil masing-masing membawa sebuah genukIgentong yang dibuat dari batu berisi air penuh, dan membawa kipas dari batu yang akan dijadikan prasasti tentang pernikahan jejaka kembar putera Bupati Lamongan dengan gadis kembar puteri Bupati Wirosobo, dan ditaruh di aloon-aloon Kabupaten Lamongan. Selanjutnya persyaratan ini disampaikan kepada utusan dari Wirosobo agar disampaikan kepada Bupati Wirosobo.

(24)

Setelah waktu yang disepakati tiba, Andansari dan Andanwangi yang telah dibekafi kesaktian oleh ayahnya, berangkat ke Lamongan sambil masing-masing membawa sebuah genuk dari batu berisi air penuh, dan sebuah kipas dari batu, dengan disertai beberapa orang pengawal, Sesampainya mereka di sebelah selatan sungai Lamong, tampak di seberang sungai, yaitu di sebelah utara sungai, rombongan Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris yang telah menunggu kedatangan rombongan dari Wirosobo. Pada waktu itu sungai Lamong tersebut belum ada jembatannya.

Setelah ditunggu-tunggu, ternyata Raden Panji Laras dan Raden panji Liris tidak juga menyeberang menjemput kedatangan Andansari dan Andanwangi. Kedua jejaka ini masih tetap berada di atas kuda tunggangannya. Karena didorongkan rasa rindunya segera ingin bertemu dengan jejaka pujaan hatinya, dan merasa kedua puteri ini yang ingin mendapatkan suami putera Bupati Lamongan tersebut, maka Andansari dan Andanwangi mengalah, dan segera memulai menyeberangi sungai Lamong. Karena air sungai makin ke tengah makin dalam, dan agar kain yang dipakai tidak basah, maka Andansari dan Andanwangi terpaksa harus mensingsingkan kainnya, sehingga kedua betis gadis-gadis ini kelihatan.

Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris yang sejak tadi memperhatikan dari seberang sungai sangat terkejut setelah melihat bahwa betis kedua puteri cantik itu penuh ditumbuhi rambut layaknya betis laki-laki. Di dalam hatinya Raden panji Laras dan Raden Panji Liris tidak dapat menerima Andansari dan Andanwangi yang meskipun cantik tetapi betisnya penuh ditumbuhi rambut. Dengan segera Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris memutar kudanya dan melarikan dengan kencang menuju Kabupaten Lamongan. Andansari dan Andanwangi tidak merasa bahwa Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris menyikkiri dirinya, dan mengira bahwa kedua jejaka itu masih merasa malu-malu atas kedatangan kedua puteri itu. Kedua puteri itu berinisiatif menyusul ke pendapa Kabupaten Lamongan.

(25)

tersebut. Bupati Lamongan menyadari bahwa hal ini akan berakibat peperangan antara Lamongan dengan Wirosobo dan pertumpahan darah tentu terjadi. Apalagi Andansari dan Andanwangi merasa sangat tersinggung karena harga dirinya dilecehkan, telah mengancam akan melaporkan kepada ayahnya karena kedatangannya di pendapa Kabupaten Lamongan tidak mendapatkan sambutan sebagai layaknya tamu terhormat.

Bupati Wirosobo setelah mendapat laporan kedua puterinya tentang penolakan Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris, segera mengerahkan pasukan untuk menggempur Lamongan. Bupati Wirosobo juga minta bantuan pasukan dari Kabupaten Kediri dan Kabupaten Japanan. Pasukan Kabupaten Lamongan juga menyiapkan diri dengan dipimpin panglima perangnya yang bernama Ki Sabilan. Setelah pasukan Kabupaten Wirasaba bersama sekutunya sampai di Lamongan, segera terjadi pertempuran yang sengit. Dalam pertempuran tersebut Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris gurur. Demikian juga Andansari dan Andanwangi mati terbunuh. Panglima perang Lamongan Ki Sabilan juga gugur dalam pertempuran itu. Akhirnya Bupati lamongan Raden Panji Puspokusumo saling berhadapan dengan Bupawi Wirosobo, dan berakhir dengan kematian Bupati Wirosobo yang ditusuk dengan keris pusaka Kyai Jimat oleh Raden Panji Puspokusumo. Prajurit Wirosobo dengan sekutunya dari Kediri dan Japanan dengan bercerai-berai kembali ke daerah masing- masing.

Kedua buah genuk batu, dan dua buah batu berbentuk kipas tersebut, sampai sekaran masih disimpan di halaman Masjid Agung Kabupaten Lamongan. Sedangkan nama Panji Laras-Liris serta Andansari dan Andanwangi ini diabadikan menjadi nama jalan yang lokasinya berada di halaman Masjid Agung Kabupaten Lamongan.

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, dari hasil yang menyatakan tidak ada perbedaan strategi cognitive reappraisal dalam regulasi emosi antara perempuan dan laki-laki, dapat ditarik

Ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan dari penelitian ini dikarenakan remaja perempuan masih dapat mengendalikan emosi, adanya keinginan untuk menghindari

landasan bagi kehadiran gender adalah titik awal dari pembedaan yang ajeg. antara laki-laki

Menurut warga Gili Timur, ‚seorang laki-laki lebih tinggi statusnya daripada seorang perempuan.‛ Maka sepatutnya tradisi metraeh dan nyaleneh dilakukan oleh

UNAIR NEWS – Pada umumnya proses lamaran (meminang) dalam perkawinan dimulai oleh pihak laki-laki, tetapi di Kabupaten Lamongan inisiatif itu dari pihak perempuan yang

Persepsi Pengajar dan Santri Terhadap Relasi Perempuan dan Laki-laki Persepsi pengajar perempuan dan santri dapat dilihat dari pembahasan dan diskusi mengenai beberapa pertanyaan

Menjelaskan Tentang Hukum Khitanan Pada Laki-Laki dan

Perbandingan jumlah perempuan terhadap jumlah laki-laki adalah 5/3.6 Kelompok laki-laki Kelompok perempuan Keterangan 1 1 Batas ketiga hukum waris dari batas- batas hukum Allah wa