• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SIKAP ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP PORNOGRAFI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN SIKAP ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP PORNOGRAFI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN SIKAP ANTARA

REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP

PORNOGRAFI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Della Astrini NIM 999114111

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

PERBEDAAN SIKAP ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP PORNOGRAFI

Della Astrini

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi. Sikap terhadap pornografi adalah sikap yang memihak (favorable) atau sikap tidak memihak (unfavorable) terhadap produk-produk dan praktek-praktek yang berhubungan dengan pornografi. Pornografi adalah suatu hal yang bersifat vulgar atau seronok serta erotis yang dapat berbentuk perbuatan, lukisan, gambar, tulisan, lagu, suara, dan gerakan tubuh dengan memamerkan aurat dan tindakan erotis yang semuanya mampu merangsang birahi seksual atau bahkan menimbulkan rasa malu, jijik dan muak bagi setiap orang yang melihat ataupun mendengarnya, sehingga terlepas dari aturan agama, adat istiadat dan norma susila masyarakat serta dapat mengakibatkan tindakan maksiat yang dapat mengganggu orang lain.

Subyek dalam penelitian ini adalah remaja berusia antara 16 – 24 tahun, belum menikah dan berstatus sebagai mahasiswa di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah subyek 90 orang yang terdiri dari 45 remaja laki-laki dan 45 remaja perempuan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang berisi 40 pernyataan untuk mengetahui sikap terhadap pornografi pada setiap subjek. Subjek penelitian ini remaja laki-laki dan perempuan.

Hasil uji reliabilitas dari skala sikap ini adalah sebesar 0,941. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, maka tehnik untuk membandingkan variabel bebas dan variabel tergantung adalah uji-t untuk dua sample bebas (independent sample t-test).

Dari uji-t didapatkan hasil sebesar 4,954 yang menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi secara signifikan.

(8)

viii

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF ATTITUTES BETWEEN MALE AND FEMALE ADOLESCENCE TOWARD PORNOGRAPHY

Della Astrini

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

This research have purpose to know the difference between male and female adolescence pornography attitudes. Pornography attitude is a favorable or unfavorable attitudes towards products and practices that related with pornography. Pornography is a vulgar or erotic things cases that can be in a form of acts, painting, picture, writings, songs, sounds, and body movements that show “aurat” and erotic action wich can create a sexually stimulating scene or a shameable feelings, it is disguisting and loathing for everybody who sees or hears, so they are out of the rules of religion, customs and prediction, and social norms. It can also create immoral acts toward other people.

Subjects of this research are adolescence in the age 16 to 24 years old, not married and who have status as students of the third campus of Sanata Dharma University Yogyakarta. The total amount of the subject is. 90 people which of 45 males adolescence and 45 females adolescence. The method used scale which containing 40 statements to measure pornography attitude level for each subject.

The result of the reliability test from this attitude scale is 0.941. This research is a comparative research, so the technique to compare independent variable and dependent variable is independent sample t-test.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Sikap Antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka sudah layak dan sepantasnya bila penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bpk. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Falkultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi saya.

2. Ibu Sylvia CMYM., S.Psi., M.Si. selaku Ketua Bidang Studi Falkultas Psikologi USD dan dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga bagi kemajuan penelitian saya.

3. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. yang telah memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi saya.

(10)

x

5. Kakakq “jelex” yang selalu memberikan waktu, dukungan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas ketulusan hatimu menerima aq apa adanya, kesabaranmu mendampingiq selama 5 tahun ini ‘n tetap setia menungguq. Aq sangat menikmati waktu yang qta habiskan bersama. Semoga kita akan selalu bersama… Aminnnn…

6. Cie Yun yang menemaniku nonton “Hero” walau ga sampai tamat ( ), yang memperbolehkanku bermain dengan kursi balonnya (sampae kempes!!), bermain dengan tingkerbell n peterpan, dan tentu saja bantuannya dalam penyusunan skripsiku. O, ya, sosis Solo-nya enaakkkk lo Cie Yun!!

7. Milie, Asti, Rani, Dian, Melly, Ike, Ana, Vincent, O’oh dan temen-temen “seperjuangan” yang selalu memberi semangat dan dengan tulus membantuku. Vincent, terima kasih (lagi), sori ya kalo aq sering telepon gara2 komputer antiqku ... he3x ... O’oh, aq tunggu makan di Rika, nanti aq yang bayarin ..., ‘tul ga Cie Yun?

8. Yuri, Tuing2, Bowo dan temen-temennya yang telah membantuq. ‘tuk Yuri yang bisa membuatq tertawa dengan cerita2 lucunya... ‘tuk Tuing2, sori, udah lama ga ‘ngapel’, masakanmu puedes sih!! Cacingq ga kuat klo kepedesen!!! 9. Komputerku yang tersayang. Aku tahu kamu ga akan mengecewakanku

walaupun sudah waktunya kamu “pensiun” dari kerja berat.

(11)

xi

11.Temen baruq, Oemar Bhakrie, terima kasih atas “bimbingannya” dan semoga jasa2 bapak diterima disisiNya ... Amien ...

12.Mas Doni yang selalu kurepotin, terima kasih wallpapernya, lucu-lucu lo! Minta lagi donk!

13.Mas Mudji, Mas Gandung, Mba’ Nanik n Pak Gi’, terima kasih telah membantuq selama kuliah di Sadhar.

14.Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantuq dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak!!!

Yogya, 23 November 2007 Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... …. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... . iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... . viii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... . x

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... . 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Sikap ... 8

1. Pengertian Sikap ... 8

2. Pembentukan Sikap ... 10

(13)

xiii

1. Pengertian Remaja ... 12

2. Perubahan dan Perkembangan yang Terjadi pada Masa Remaja ... 13

C. Pornografi ... ... 18

1. Pengertian Pornografi ... 18

2. Jenis Pornografi ... . 20

D. Perbedaan Sikap Antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi ... 21

E. Hipotesis ... ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Identifikasi Variabel ... 24

C. Definisi Operasional ... 24

D. Subjek Penelitian ... 26

E. Prosedur Penelitian ... 27

F. Metode Penelitian ... 28

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 31

1. Validitas ... ... 31

2. Reliabilitas ... 32

H. Metode Analisis Data ... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Pelaksanaan Penelitian ... 35

(14)

xiv

1. Uji Asumsi ... ... 35

2. Deskripsi Data Penelitian ... 37

3. Uji Hipotesis ... 43

C. Pembahasan ... 45

BAB V. KESIMPULAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran-saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xiv A. Skala Sikap Uji Coba antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap

Pornografi

B. Skor Sikap Uji Coba antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi

C. Hasil Uji Validitas Aitem Uji Coba D. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Penelitian

E. Skala Sikap Penelitian antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi

F. Skor Sikap Penelitian antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi

G. Hasil Uji Asumsi (Uji Normalitas dan Uji Homogenitas) H. Hasil Uji Hipotesis

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komponen Aitem Sikap Remaja Terhadap Pornografi

Sebelum Uji Coba ... 29

Tabel 1.2 Distribusi Aitem Sikap Remaja Terhadap Pornografi Sebelum Uji Coba ... 29

Tabel 2 Pemberian Skor Skala Sikap Pornografi ... 30

Tabel 3 Distribusi Aitem Skala Sikap Setelah Uji Coba ... 32

Tabel 4 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 33

Tabel 5 Ringkasan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 36

Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 37

Tabel 7.1 Norma Kategori Sikap Terhadap Pornografi ... 38

Tabel 7.2 Kategori Sikap Terhadap Pornografi ... 38

Tabel 7.3 Kategori Sikap Terhadap Pornografi antara Remaja Laki-laki dan Perempuan ... 39

Tabel 8 Kategorisasi Berdasarkan Tempat Tinggal Subjek ... 40

Tabel 9.1 Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja Laki-laki dan Perempuan ... 41

Tabel 9.2 Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja Laki-laki ... 41

Tabel 9.3 Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja Perempuan ... 41

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal suatu budaya atau adat-istiadat yang diwariskan oleh para leluhur atau nenek moyang mereka. Seiring dengan perkembangan zaman maka masuklah budaya asing, yang mengajarkan suatu pola perilaku yang dianggap lebih modern dengan menerapkan keterbukaan atau suatu kebebasan dalam mengekspresikan diri di lingkungan sosial masyarakat. Budaya asing tersebut masuk ke Indonesia melalui usaha kerjasama dagang, penjajahan negara lain terhadap Indonesia, pertukaran pelajar, dan lain-lain. Masyarakat Indonesia berharap bahwa dengan kebudayaan baru yang diadopsi dari negara lain tersebut mampu memperkaya keragaman budaya dan dapat meningkatkan kehidupan ke taraf yang lebih baik seperti kemajuan yang telah diperoleh negara lain dengan kebudayaannya tersebut.

(17)

2

Budaya dan adat-istiadat asing yang tidak disesuaikan dengan budaya dan adat-istiadat yang ada Indonesia akan mempengaruhi sikap dan kepribadian sebagian masyarakat yang lebih bangga menerapkan budaya asing daripada budaya yang telah ada di Indonesia. Mereka tidak menyadari bahwa tidak semua budaya dan adat-istiadat dari negara lain cocok untuk diterapkan pada kehidupan di masyarakat dan mungkin justru bertentangan dengan norma yang telah ada.

Hal ini terbukti dengan adanya perilaku masyarakat, terutama kalangan remaja yang lebih menyukai makanan dan minuman luar negeri, produk buatan luar negeri, meniru dandanan dan gaya orang luar negeri dan justru tidak begitu mengerti atau bahkan tidak tahu tentang budaya serta adat-istiadat bangsa sendiri. Remaja cenderung memilih makanan dan minuman dari luar negeri seperti pizza, hamburger, hotdog, spaggeti, dan minuman bersoda. Remaja juga cenderung membeli baju, sepatu, tas, kosmetik merk luar negeri, bahkan mereka cenderung bergaya dan berdandan model “Punk”, “Harajuku”, “Gothic”, dan lain-lain.

(18)

3

bangkitnya nafsu birahi atau timbulnya rasa muak, malu dan jijik bagi orang yang melihat, mendengar atau menyentuhnya, yang bertentangan dengan agama dan atau adat-istiadat setempat (Muntaqo, 2006). Objek pornografi tidak hanya berkutat pada wilayah tubuh perempuan, melainkan juga pada pria, waria, dan bahkan binatang juga termasuk didalamnya. Menurut Lesmana (1995), sejak tanggal 24 Febuari 1954 sampai bulan Juli 1994 pemerintah telah menangani kasus pornografi lebih dari 38 kasus. Majalah TEMPO Edisi 25 Juni 1994 menulis dari 32 film nasional yang beredar pada

tahun 1993, hanya tiga film yang bebas dari adegan-adegan seks. Pada tahun 1995 dan 2002 menunjukkan hampir semua media massa pernah menggunakan erotisme sebagai salah satu pemberitaan mereka (Bungin, 2005). Usaha pemerintah dalam menangani pornografi ini mengalami pasang surut, sehingga pornografi masih ada sampai saat ini.

(19)

4

dengan beredarnya video adegan ranjang yang dibuat sendiri oleh para remaja tersebut. Pembuatan video ini bukan hanya dilakukan remaja yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta saja, tetapi juga dilakukan oleh remaja yang tinggal di pedesaan seperti di Pati, Pontianak, pulau Sumbawa, dan lain-lain, sehingga dengan kata lain pornografi dan pornoaksi telah merambah dari perkotaan sampai ke pelosok desa seiring dengan kemajuan teknologi yang mulai beredar di masyarakat.

(20)

5

perempuan lebih tertarik terhadap nilai yang berorientasi pada hubungan seksual dalam opera sabun dan membaca majalah remaja.

Berdasarkan sifat-sifat remaja laki-laki yang lebih terbuka, agresif, pernah mengalami orgasme, tahu bagaimana cara menggunakan organ seks mereka, dan adanya perasaan bangga jika mengkonsumsi film atau video serta majalah porno, maka dapat diduga bahwa remaja laki-laki cenderung menerima pornografi. Sedangkan sifat remaja perempuan yang cenderung menyalurkan kebutuhan seksnya dalam bentuk fantasi, mimpi, menonton opera sabun dan membaca majalah tentang percintaan remaja, maka dapat diduga bahwa remaja perempuan cenderung bersikap menolak adanya pornografi.

Dari fenomena-fenomena tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti sikap remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi. Apakah ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi. Apakah remaja laki-laki bersikap menerima pornografi dibandingkan remaja perempuan yang bersikap menolak pornografi.

B. RUMUSAN MASALAH

(21)

6 C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui sikap remaja laki-laki dan perempuan dalam menghadapi masalah pornografi yang telah beredar bebas di masyarakat.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan cara pendidikan anak (terutama remaja) yang baik dan benar mengenai seksualitas agar anak tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

b. Bagi Orang Tua

Diharapkan agar orang tua senantiasa mendidik, memberi informasi, dan membimbing anak-anak (terutama remaja) mengenai seksualitas yang baik dan benar menurut norma agama, sehingga anak tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

c. Bagi Remaja

(22)

7

(23)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. SIKAP

1. Pengertian Sikap

Istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer pada tahun 1862 yang diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Menurut Berkowitz (Azwar, 2003), sejak tahun 1862 sampai tahun 1972 telah ditemukan lebih dari tigapuluh definisi sikap, yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kerangka pikiran, yaitu :

a. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap suatu objek.

(24)

9

c. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh Secord dan Backman. Kelompok yang ketiga ini adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi (susunan) komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.

i. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif berisi kepercayaan seeorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap (Azwar, 2003). Kepercayaan datang dari apa yang telah seseorang lihat atau ketahui, yang kemudian akan membentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan terbentuk, maka kepercayaan itu akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.

ii. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif berisi masalah emosional subjektif atau perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang seseorang percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek.

iii. Komponen konatif (conative)

(25)

10

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Maksudnya, bagaimana seseorang berperilaku terhadap situasi dan stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang dapat dilihat secara langsung dan pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang mengenai suatu objek.

Dalam penelitian ini digunakan pengertian sikap berdasarkan pendapat Secord dan Backman (Azwar, 2003), yaitu konstelasi (susunan) dari komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.

2. Pembentukaan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan timbal-balik dan saling mempengaruhi antar individu yang dapat mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat (Azwar, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap individu adalah : a. Pengalaman pribadi

(26)

11 b. Orang lain yang dianggap penting

Seseorang akan cenderung bersikap seperti orang lain yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting. Beberapa orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, suami dan istri.

c. Kebudayaan

Kebudayaan adalah pengarah sikap seseorang terhadap berbagai masalah. Dengan kepribadian individu yang kuat, dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap dapat memudar.

d. Media massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mempengaruhi pembentukan opini dan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu sehingga terbentuklah suatu sikap tertentu.

e. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama

Meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Hal ini juga berpengaruh pada individu dalam menyikapi sesuatu hal. f. Emosi dalam diri individu

(27)

12 B. REMAJA

1. Pengertian Remaja

(28)

13

2. Perubahan dan Perkembangan yang Terjadi pada Masa Remaja a. Fisik

Menurut Sarwono (2005), diantara perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh.

(29)

14

Menurut Hurlock (1999), perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja yaitu adanya pertambahan tinggi dan berat badan, proporsi tubuh, organ seks dan ciri-ciri seks sekunder, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem endokrin, dan jaringan tubuh.

Perubahan tubuh yang paling menonjol pada remaja perempuan adalah pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut kemaluan. Sedangkan perubahan tubuh yang paling menonjol pada remaja laki-laki adalah pertambahan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis, dan pertumbuhan rambut kemaluan (Santrock, 2002).

Berdasarkan ciri-ciri remaja diatas, dapat disimpulkan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki adalah tinggi dan berat badan bertambah, muncul tanda-tanda seksual sekunder (pertumbuhan penis, pembesaran testis, dan tumbuh bulu pada bagian kemaluan, ketiak serta wajah), dan ditandai dengan mimpi basah. Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan adalah tinggi dan berat badan bertambah, muncul tanda-tanda seksual sekunder (pertumbuhan payudara, tumbuh bulu pada kemaluan dan ketiak), serta ditandai dengan haid.

b. Emosi

(30)

15

sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1999). Adapun meningginya emosi terutama karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Tidak semua remaja mengalami masa “badai dan tekanan”, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai akibat dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan harapan sosial yang baru. Ketidakstabilan emosi remaja dapat dilihat dari sikapnya yang iri hati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak, selain itu remaja sering mengungkapkan amarahnya dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang lain yang menyebabkan mereka marah..

Menurut Sarwono (2005), salah satu ciri yang terjadi pada masa remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak dan sulit dikendalikan. Emosi yang meledak-ledak ini selain menyulitkan orang lain dalam mengerti jiwa remaja, termasuk orang tua dan guru, tetapi juga bermanfaat dalam pencarian identitas dirinya.

(31)

16

mengambil langkah-langkah yang terbaik. Jika remaja tidak berhasil mengatasi konflik peran yang dihadapi karena ia terlalu mengikuti gejolak emosinya, maka besar kemungkinannya ia akan terperangkap dalam penyalahgunaan obat, penyalahgunaan seks atau kenakalan remaja yang lain (Sarwono, 2005).

Sifat remaja laki-laki menurut Kartono (2006) adalah egois, inisiatif, progresif, aktif, tegas, agresif dan mempunyai fantasi erotik dengan tindakan atau perilaku yang mengarah pada hubungan seksual. Sedangkan sifat remaja perempuan antara lain yaitu cenderung mengidentifikasikan seseorang atau beberapa pribadi, suka berfantasi, subyektifitas yang besar, introvert, pasif, memiliki intuisi yang tajam dan rela berkorban demi orang yang dicintainya.

c. Sosial

(32)

17 d. Minat

Tidak ada minat remaja yang bersifat universal, karena minat remaja tergantung pada seks, intelegensi, lingkungan, kesempatan untuk mengembangkan minat, minat teman-teman sebaya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga, dan lain-lain. Beberapa minat remaja yaitu membaca, menonton film dan televisi, melamun serta berbincang-bincang dengan teman sebayanya (Hurlock, 1999).

Seiring meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks, tetapi terkadang mereka tidak memperoleh informasi yang benar dari orang yang berkompeten terhadap masalah ini sehingga remaja cenderung akan bertanya pada teman sebayanya, membaca buku tentang seks atau ingin mencoba dengan jalan masturbasi, bercumbu, atau bersenggama (Hurlock, 1999).

e. Moral

Remaja diharapkan dapat menerapkan prinsip moral yang dapat diterima oleh lingkungan sosial dan dapat difungsikan sebagai pedoman untuk perilakunya. Disaat itulah remaja harus dapat mengendalikan perilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru (Hurlock,1999).

(33)

18

perbuatannya dengan pertimbangan secara matang. Menurut Kohlberg (dalam Hurlock, 1999), adanya kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral, dan remaja dapat menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal yang diinternalisasikan.

Tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas dewasa, yaitu dengan mengganti konsep moral di masa kanak-kanaknya, merumuskan konsep baru yang dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman perilaku, dan melakukan pengendalian terhadap perilakunya sendiri. Remaja yang tidak berhasil melakukan peralihan ke tahap moralitas dewasa, maka harus diselesaikan pada awal masa dewasa atau bahkan membentuk konsep moral yang tidak dapat diterima oleh lingkungan (Hurlock,1999).

C. PORNOGRAFI

1. Pengertian Pornografi

Pornografi berasal dari bahasa Yunani, dari kata-kata porne yang berarti perempuan jalang, dan grapien yang berarti menulis. Sehingga arti pornografi adalah bahan lukisan, gambar atau tulisan serta gerakan-gerakan tubuh yang membuka aurat dengan sengaja dan semata-mata dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu birahi (Basri, 2004).

(34)

19

suara-suara dan bunyi benda atau segala sesuatu yang dapat merangsang birahi kita, yang menyinggung rasa susila masyarakat dan dapat mengakibatkan tindakan-tindakan maksiat serta mengganggu ketentraman umum. Berdasarkan pengertian porno tersebut diatas, Lesmana menarik kesimpulan bahwa tulisan, gambar, foto, dan film disebut porno jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

a. Adanya kesengajaan untuk membangkitkan nafsu birahi orang lain. b. Adanya maksud atau tujuan untuk merangsang nafsu birahi orang lain. c. Karya tersebut tidak mempunyai nilai lain kecuali sebagai perangsang

seksual semata-mata.

d. Menurut standar moral kontemporer yang dianut masyarakat setempat, karya tersebut tidak pantas diperlihatkan secara umum.

Menurut Bungin (2005), pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia, serta bersifat seronok, jorok, vulgar, dan membuat orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornografi berbentuk foto, poster, lieflet, gambar video, film, dan gambar VCD, termasuk alat visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan pencabulan (porno).

(35)

adat-20

istiadat setempat. Objek pornografi tidak hanya berkutat pada wilayah tubuh perempuan, melainkan juga pada pria, waria, dan bahkan binatang juga termasuk didalamnya. Faktor-faktor yang membedakan pengertian pornografi antara lain karena adanya perbedaan sosial dan budaya, agama, pendidikan, politik, serta kondisi ekonomi.

Pengertian pornografi berbeda dengan pengertian pornoaksi. Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja atau disengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi yang melihatnya. Pornoaksi pada awalnya adalah aksi-aksi subjek-objek seksual yang dipertontonkan secara langsung dari seseorang kepada orang lain, sehingga menimbulkan rangsangan seksual bagi seseorang, termasuk menimbulkan histeria seksual di masyarakat (Bungin, 2005). 2. Jenis Pornografi

Menurut Lesmana (1995), pornografi dibagi menjadi dua, yaitu Hard-core Pornography dan Soft-Hard-core Pornography.

a. Hard-core Pornography

(36)

21

homoseksualitas, oral seks, dan anal koitus) juga menjadi sasaran utama pornografi jenis ini.

b. Soft-core Pornography

Persetubuhan tidak pernah dilukiskan sedemikian utuh. Walaupun pemerannya kerap kali telanjang bulat, organ seks biasanya tidak diperlihatkan, juga tidak pernah ada variasi permainan yang sering disebut “abnormal”. Contoh dari Soft-core Pornography adalah film dewasa yang masuk kedalam kategori film semi.

D. PERBEDAAN SIKAP ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP PORNOGRAFI

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa baik secara psikologis maupun fisik. Perubahan-perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari adanya perubahan-perubahan fisik. Perkembangan jiwa remaja dipengaruhi oleh perubahan fisik, yaitu pertumbuhan tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi, dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh. Perkembangan sifat seksual remaja dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual, yaitu hormon testosteron dan androgen pada laki-laki dan sedangkan pada perempuan dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progresteron (Sarwono, 2005).

(37)

22

pikiran dan perasaan (Basri, 2004). Seiring meningkatnya hormon seksual, remaja cenderung mencari informasi mengenai seks dengan bertanya pada teman sebayanya, membaca buku tentang seks, atau ingin mencoba dengan jalan masturbasi, bercumbu, atau bersenggama (Hurlock, 1999). Remaja pada umumnya mengetahui bahwa produk pornografi tidak memberikan informasi yang tepat tentang seks dan melanggar norma, namun karena adanya dorongan rasa ingin tahu tentang seks, mereka tetap mengkonsumsi produk pornografi. Sifat remaja laki-laki lebih terbuka terhadap dorongan seksual, memiliki fantasi erotik yang agresif, pernah mengalami orgasme dan tahu bagaimana menggunakan organ seks mereka (Kartono, 2006). Sifat remaja perempuan penuh dengan keragu-raguan, ketidakpastian emosi, konflik batin, rela mengorbankan segala sesuatu untuk orang yang dicintainya, membutuhkan kemesraan, dan mudah dirangsang dengan sentuhan dari lawan jenis. Kebutuhan seks remaja perempuan umumnya disalurkan dalam bentuk fantasi, kegelisahan secara fisik dan psikis, konflik batin, serta mimpi (Kartono, 2006).

Menurut Halstead dan Reiss (2006), anak laki-laki lebih bangga menonton film 18 tahun keatas, video dan majalah porno. Sedangkan anak perempuan lebih tertarik terhadap nilai yang berorientasi pada hubungan seksual dalam opera sabun dan membaca majalah remaja.

(38)

23

majalah porno, maka dapat diduga bahwa remaja laki-laki cenderung menerima pornografi. Sedangkan sifat remaja perempuan yang cenderung menyalurkan kebutuhan seksnya dalam bentuk fantasi, mimpi, menonton opera sabun dan membaca majalah tentang percintaan remaja, maka dapat diduga bahwa remaja perempuan bersikap menolak adanya pornografi. Berdasarkan dari perbedaan sifat antara remaja laki-laki dan remaja perempuan yang disebut diatas, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja laki-laki lebih bersikap menerima pornografi dibandingkan remaja perempuan.

E. HIPOTESIS

(39)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan apakah ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel adalah suatu sifat atau simbol yang memiliki bilangan atau nilai. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung (Kerlinger, 2003).

1. Variabel bebas adalah sebab yang dipandang sebagai kemunculan variabel terikat yang dipandang (atau diduga) sebagai akibatnya.

Variabel bebas : jenis kelamin, yaitu remaja laki-laki dan perempuan 2. Variabel tergantung adalah akibat yang dipradugakan, yang bervariasi

mengikuti perubahan atau variasi variabel bebas. Variabel tergantung : sikap terhadap pornografi

C. DEFINISI OPERASIONAL

(40)

25

1. Jenis kelamin adalah individu yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan yang masing-masing mempunyai ciri dan karakteristik yang khas. Identitas subjek didapatkan dari kolom identitas pada kuesioner penelitian.

2. Sikap terhadap pornografi ada dua, yaitu sikap yang memihak (favorable) dan sikap menentang (unfavorable). Sikap yang memihak (favorable) diperoleh dari skor sikap terhadap pornografi yang tinggi. Sikap menentang (unfavorable) diperoleh dari skor sikap pornografi yang rendah. Sikap terhadap pornografi memiliki tiga komponen, yaitu :

a. Aspek kognitif, yaitu kepercayaan seseorang terhadap produk dan praktek pornografi

b. Aspek afektif, yaitu perasaan seseorang terhadap produk dan praktek pornogarafi

c. Aspek konatif, yaitu kecenderungan berperilaku seseorang terhadap produk dan praktek pornografi

(41)

26 D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan berusia antara 17 – 24 tahun, belum menikah, dan berstatus sebagai mahasiswa di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Alasan pemilihan subjek ini adalah :

1. Usia 17 – 24 tahun yang tergolong sebagai remaja yang telah mengalami kematangan organ dan fungsi seksual.

2. Status pernikahan untuk membatasi kemungkinan munculnya pengaruh status tersebut terhadap hasil penelitian. Di Indonesia, remaja yang menikah dikategorikan sebagai individu yang sudah dewasa sehingga mereka cenderung diperbolehkan menonton film porno, karena maksud dibuatnya film porno adalah membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan seksual.

3. Dengan mengambil subjek penelitian di Perguruan Tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa subjek telah mempunyai pemikiran yang kritis terhadap suatu masalah sehingga dapat menentukan sikapnya terhadap pornografi.

(42)

27

kegiatan pornografi. Diharapkan mahasiswa mencari informasi mengenai seksualitas dari orang-orang yang berkompeten dan bertanggungjawab, sehingga tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

E. PROSEDUR PENELITIAN

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Membuat skala sikap terhadap pornografi berdasarkan definisi operasional yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti, kemudian diujicobakan pada kelompok uji coba yang memiliki karakteristik sama dengan kelompok subjek yang sesungguhnya.

2. Melakukan analisis statistik terhadap data hasil uji coba untuk seleksi aitem-aitem yang akan digunakan sebagai alat ukur penelitian dan untuk mengetahui tingkat reliabilitas skala yang telah dibuat.

3. Melakukan penelitian dengan aitem-aitem yang telah diujicobakan dan yang memenuhi syarat pada kelompok subjek atau responden yang sesungguhnya diteliti.

4. Menganalisis data yang masuk dengan uji-t untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan sikap antara remaja pria dan wanita terhadap pornografi.

(43)

28 F. METODE PENELITIAN

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala, yaitu skala sikap terhadap pornografi. Skala adalah suatu alat ukur yang memiliki karakteristik (Azwar, 2003) :

1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, sehingga respon yang didapatkan dari subjek berupa proyeksi perasaan atau kepribadiannya.

2. Skala berisi banyak aitem yang harus dijawab subjek. Jawaban subjek terhadap satu aitem merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir dapat dicapai jika semua aitem telah dijawab.

3. Tidak ada jawaban “benar” atau “salah”.

Sebelum menyusun skala sikap, peneliti terlebih dahulu membuat blue print. Pembuatan blue print bertujuan sebagai acuan pembuatan aitem-aitem

pernyataan yang akan mewakili berbagai komponen sikap terhadap pornografi. Skala sikap terhadap pornografi ini dibagi menjadi 3 komponen objek pornografi dan 3 komponen sikap pornografi yang terdiri dari 58 aitem pernyataan.

(44)

29

sikap afektif terhadap pornografi dibagi menjadi 9 pernyataan favorable dan 12 pernyataan unfavorable. Komponen sikap konatif terhadap pornografi dibagi menjadi10 pernyataan favorable dan 9 pernyataan unfavorable.

Tabel 1.1

Komponen Aitem Sikap Remaja Terhadap Pornografi Sebelum Uji Coba

Komponen Objek Sikap

Komponen Sikap

Jumlah Kognitif Afektif Konatif

F UF F UF F UF

Distribusi Aitem Sikap Remaja Terhadap Pornografi Sebelum Uji Coba

Kognitif Afektif Konatif

(45)

30

Skala ini terdiri dari pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Alternatif jawaban netral ditiadakan karena untuk menghindari adanya sosial desirability, dimana individu akan memilih jawaban netral untuk menutupi keadaan dirinya yang mungkin tidak sesuai dengan norma sosial yang mungkin tidak sesuai dengan norma sosial yang ada, sehingga kecenderungan ini akan dapat mempengaruhi data atau informasi yang dapat mempengaruhi data atau informasi yang dapat dijaring dari subjek penelitian (Azwar, 2003).

Pemberian skor skala sikap dimulai dari angka 4 sampai 1 untuk aitem-aitem yang favorable dan angka 1 sampai 4 untuk aitem-aitem yang unfavorable. Dibawah ini adalah tabel pemberian skor skala sikap terhadap

pornografi :

Tabel 2

Pemberian skor skala sikap pornografi

Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

(46)

31

G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Validitas

Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2003).

Validitas pada umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construc validity), dan validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity). Dalam penelitian ini, validitas yang ingin diukur adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang dietimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (Azwar, 2003).

Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner (Trinton, 2006). Uji validitas aitem-aitem pada penelitian ini menggunakan Corrected Item-Total Correlation. Aitem yang dipilih adalah aitem yang memiliki skor korelasi total sebesar >0,30.

(47)

32

mengungkap sikap terhadap pornografi. Aitem yang tidak gugur digunakan sebagai instrumen penelitian, yaitu sebanyak 40 aitem. Hasil aitem yang layak digunakan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3

Distribusi Aitem Skala Sikap Setelah Uji Coba

Komponen Objek

Sikap

Komponen Sikap

Jumlah

Kognitif Afektif Konatif

F UF F UF F UF

Reliabilitas adalah konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. (Trinton, 2006). Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur.

(48)

33

taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikasi 5%. Intrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika alpha hitung lebih besar daripada r tabel dan alpha hitung bernilai positif (Santoso dalam Trinton, 2006). Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai alpha dapat dikelompokkan menjadi lima kelas dengan range yang sama, ukuran kemantapan alpha dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

Dari perhitungan uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,941, maka instrumen skala untuk penelitian ini termasuk dalam kategori sangat reliabel. Berarti skala tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai alat ukur dalam penelitian selanjutnya.

H. METODE ANALISIS DATA

(49)

34

(50)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN Pelaksanaan penelitian berlangsung selama satu minggu, dimulai dari

hari Kamis tanggal 20 September 2007 sampai hari Kamis tanggal 27 September 2007 di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut peneliti mendapatkan data sebanyak 90 remaja berusia antara 17 – 22 tahun dengan perbandingan 45 remaja laki-laki dan 45 remaja perempuan.

B. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi

Uji asumsi diperlukan untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Uji asumsi meliputi dua hal, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor pada kedua kelompok sampel mengikuti distribusi normal (Trinton, 2006). Metode yang digunakan dalam uji normalitas adalah One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, yaitu dengan melihat nilai

(51)

36

nilai probabilitas kurang dari 0,05 (p<0,05), maka sebaran skor dinyatakan tidak normal.

Nilai probabilitas pada penelitian ini adalah 0,718 sehingga p>0,05 atau 0,718 > 0,05, dengan demikian sebaran skor untuk skala sikap terhadap pornografi dinyatakan normal. Dibawah ini disertakan tabel ringkasan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test :

Tabel 5

Ringkasan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N Mean Std. Deviasi Asymp. Sig. (2-tailed)

90 91,76 16,079 0,718

b. Uji Homogenitas

(52)

37

Tabel 6

Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

,181 1 88 ,671

2. Deskripsi Data Penelitian

a. Kategorisasi Sikap terhadap Pornografi

Penentuan kategori sikap remaja laki-laki dan perempuan dilakukan dengan kategori jenjang berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik. Penggunaan kategori jenjang bertujuan menempatkan subjek kedalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2003).

(53)

38 Tabel 7.1

Norma Kategori Sikap Terhadap Pornografi

Kategori Keterangan

x

(

µ−1,5σ

)

Sangat Rendah

(

µ−1,5σ

)

<x

(

µ−0,5σ

)

Rendah

(

µ−0,5σ

)

< x

(

µ+0,5σ

)

Sedang

(

µ+0,5σ

)

< x

(

µ+1,5σ

)

Tinggi

(

µ+1,5σ

)

< x Sangat Tinggi Keterangan :

µ = Mean teoritis

σ

= Standar devisiasi

Sehingga diperoleh kategorisasi sebagai berikut : Tabel 7.2

Kategori Sikap Terhadap Pornografi

Kategori Keterangan

x≤79 Sangat Rendah

101

79< x≤ Rendah

123

101< x≤ Sedang

145

123< x≤ Tinggi

(54)

39

Berdasarkan kategorisasi sikap tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Tabel 7.3

Kategori Sikap Terhadap Pornografi antara Remaja Laki-laki dan Perempuan

Kategori Laki-laki Perempuan Total

Sangat Rendah 5 14 19 (favorable) dan sikap menentang (unfavorable). Sikap yang memihak (favorable) diperoleh dari skor sikap terhadap pornografi yang tinggi. Sikap menentang (unfavorable) diperoleh dari skor sikap pornografi yang rendah.

(55)

40 b. Kategorisasi Tempat Tinggal Subjek

Peneliti mengkategorisasikan tempat tinggal subjek menjadi 4, yaitu kos, kontrak, asrama, dan tinggal bersama orang tua. Berdasarkan data yang diperoleh, maka sebanyak 59 subjek menyewa kamar kos, 4 subjek mengkontrak rumah bersama teman, 1 subjek tinggal di asrama, dan 26 subjek tinggal bersama orang tua. Kategorisasi berdasarkan tempat tinggal subjek dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 8

Kategorisasi Berdasarkan Tempat Tinggal Subjek

Jenis

Kelamin Kos Kontrak Asrama

Orang

tua Total

Laki-laki 29 4 0 12 45

Perempuan 30 0 1 14 45

Total 59 4 1 26 90

c. Ringkasan Skor Data Penelitian

Ringkasan skor data penelitian ini berisi perbandingan skor hipotetik dan skor empiris sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi yang dihitung secara manual. Pengujian secara manual terhadap mean hipotetik dan mean empiris ini dilakukan untuk menguatkan hasil penelitian yang telah didapatkan melalui program SPSS 13.0. Penghitungan secara manual terhadap mean hipotetik dan

(56)

41

Tabel 9.1

Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja Laki-laki dan Perempuan

Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja Laki-laki

Variabel Xmaks. Xmin. Mean SD

H E H E H E H E

Sikap_

Pornografi 180 129 45 65 112,5 98,78 22 14,965

Tabel 9.3

Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja Perempuan

(57)

42

diperoleh bahwa mean hipotetik lebih besar daripada mean empiris (112,5 > 91,76), sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi termasuk kategori rendah. Berdasarkan tabel 8.2 dapat dilihat bahwa skor hipotetik tertinggi adalah 180 dan skor empiris tertinggi adalah 129. Selanjutnya skor hipotetik terendah pada remaja laki-laki adalah 45 dan skor empirik terendah adalah 65. Sedangkan pada mean hipotetiknya 112,5 dan mean empirisnya adalah 98,78 dengan standar devisiasi 14,965. Dari deskripsi data tersebut diperoleh bahwa mean hipotetik lebih besar daripada mean empiris (112,5 > 98,78), sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap remaja laki-laki terhadap pornografi termasuk pada kategori rendah.

(58)

43 3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah peneliti melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan independent sample t-test dengan bantuan program SPSS 13.0. Hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi. Hasil uji hipotesis penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 10

Hasil Uji-t Subjek Laki-laki dan Perempuan

Subyek N Mean SD Std.

Jumlah keseluruhan subjek penelitian ini adalah 90 remaja yang terdiri dari 45 remaja laki-laki dan 45 remaja perempuan. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui rerata (mean) yang diperoleh dari kelompok subjek remaja laki-laki adalah 98,78 dan rerata (mean) kelompok subjek remaja perempuan adalah 84,73. Mean adalah jumlah skor total dibagi dengan jumlah subjek (Hadi, 1997). Nilai Standar deviasi dari kelompok remaja laki-laki adalah 14,965 dan standar deviasi kelompok remaja perempuan adalah 14,077. Standar deviasi adalah pengukuran statistik yang digunakan untuk melihat variabilitas (penyebaran nilai-nilai) dalam suatu distribusi skor (Hadi, 1997).

(59)

44

adalah 2,098. Standar eror adalah deviasi standar eror yang menunjukkan variasi eror pengukuran pada sekelompok subjek (Azwar, 1997). Nilai standar eror dari dua kelompok subjek ini akan mempengaruhi perhitungan standar eror perbedaan mean antara dua kelompok subjek yang akan menentukan harga uji-t. Harga uji-t adalah harga yang digunakan sebagai patokan dalam menilai suatu hipotesis.

Hipotesis penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi

Ha : Ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi

Dasar pengambilan keputusan :

a.Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima

Dari perhitungan uji-t didapatkan nilai thitung sebesar 4,586, dengan ttabel sebesar 1,658. Karena thitung lebih besar daripada ttabel (4,586 > 1,658), maka hipotesis nol diditolak dan hipotesis alternatif diterima. b.Jika p > 0,05 maka Ho diterima

Jika p < 0,05 maka Ho ditolak

(60)

45

Berdasarkan perhitungan tersebut diatas dapat disimpulkan ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi secara signifikan

C. PEMBAHASAN

Dari perhitungan uji-t dengan menggunakan independent sample t-test program SPSS 13.0 didapatkan hasil t hitung lebih besar daripada t tabel (4,586 > 1,987), maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut diatas, maka hasil dari penelitian ini menunjukkan ada perbedaan sikap remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi secara signifikan.

Hasil skor hipotetik dan skor empiris pada remaja laki-laki diperoleh bahwa mean hipotetik lebih besar daripada mean empiris (112 > 98,78). Hasil skor hipotetik dan skor empiris pada remaja perempuan diperoleh bahwa mean hipotetik lebih besar daripada mean empiris (112 > 84,73). Dari hasil tersebut maka respon sikap baik dari kelompok remaja laki-laki maupun remaja perempuan terhadap pornografi sama-sama rendah.

(61)

46

(62)

47

ditarik kesimpulan bahwa remaja laki-laki cenderung bersikap menerima produk-produk pornografi dibandingkan remaja perempuan.

Pembentukan sikap remaja terhadap pornografi dibentuk dari kualitas diri pribadi dan adanya interaksi sosial yang dialami oleh mereka. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan timbal-balik dan saling mempengaruhi antar individu yang dapat mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat (Azwar, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap remaja adalah emosi, pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama. Ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan dari penelitian ini dikarenakan remaja perempuan masih dapat mengendalikan emosi, adanya keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain atas sikap yang dianggap salah bila melanggar nilai-nilai kebudayaan Indonesia, pengaruh media massa yang membawa pesan yang berisi dampak negatif dari pornografi, lembaga pendidikan dan lembaga agama yang terus-menerus memberi pengertian dan konsep moral tentang seksualitas yang benar.

(63)

48

seperti situasi keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan pengertian, kemampuan ekonomi orang tua yang mendukung untuk melakukan rekreasi atau hobi yang disukainya, nilai dan moral kesusilaan yang baik di lingkungan sekitar, serta kehadiran media massa yang membawa pesan yang positif mengenai seksualitas dapat mempengaruhi respon sikap remaja untuk tidak mendukung pornografi.

Jumlah keseluruhan subjek penelitian ini 90 subjek yang terdiri dari 45 remaja laki-laki dan 45 remaja perempuan. Peneliti mengkategorikan tempat tinggal subjek berdasarkan data yang diperoleh menjadi 4, yaitu kos, kontrak, asrama, dan tinggal bersama orang tua. Dari keempat tempat tinggal tersebut didapatkan jumlah subjek yang menyewa kamar kos ada 59, menyewa (kontrak) rumah ada 4, tinggal di asrama ada 1 orang, sedangkan yang tinggal dirumah orang tua ada 26 subjek.

(64)

49 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan kesimpulan ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi secara signifikan. Sikap remaja perempuan terhadap pornografi lebih rendah daripada remaja laki-laki. Hal ini disebabkan karena remaja perempuan masih dapat megendalikan emosi, adanya keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain atas sikap yang dianggap salah bila melanggar nilai-nilai kebudayaan Indonesia, kehadiran media massa yang membawa pesan yang berisi dampak negatif dari pornografi, lembaga pendidikan dan lembaga agama yang terus-menerus memberi pengertian dan konsep moral tentang seksualitas yang benar.

B. Saran-saran

Sehubungan dengan penelitian ini, berikut akan dikemukakan beberapa saran yang seyogyanya diperhatikan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan, orang tua, remaja, dan penelitian selanjutnya.

1. Lembaga pendidikan terkait

(65)

50

budaya bangsa Indonesia sehingga remaja tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

2. Orang tua

Diharapkan agar orang tua senantiasa mendidik, memberi informasi, dan membimbing anak-anak (terutama remaja) mengenai seksualitas menurut norma agama, adat-istiadat, norma kesusilaan, dan etika, sehingga anak tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

3. Remaja

Hendaknya remaja mencari informasi mengenai seksualitas dari orang-orang yang berkompeten dan bertanggungjawab, sehingga tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

4. Penelitian selanjutnya

Penelitian ini telah mengukur tentang perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan dengan demikian dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.

(66)

LAMPIRAN :

A.

Skala Sikap

Uji Coba antara Remaja

Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi

B.

Skor Sikap Uji Coba antara Remaja Laki-laki

dan Perempuan Terhadap Pornografi

C.

Hasil Uji Validitas Aitem Uji Coba

(67)

“TERIMA KASIH” Status :

Tempat Tinggal : kost / kontrak / tinggal bersama keluarga (coret yang tidak perlu) Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai pornografi . Anda diminta untuk menjawab dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu kolom jawaban. Dalam hal ini tidak ada jawaban baik dan buruk, juga tidak ada benar dan salah. Anda bebas menentukan pilihan sesuai dengan keadaan diri anda sendiri.

Adapun pilihan jawaban tersebut adalah : STS = Sangat Tidak Setuju untuk mendapatkan pengetahuan tentang seks 3. Browsing situs porno di internet adalah hak

asasi setiap manusia

4. Saya merasa jijik melihat seseorang yang dengan sengaja mempertontonkan auratnya di majalah porno

5. Saya ingin melakukan hubungan seksual setelah menonton blue film

6. Saya tidak suka browsing situs porno

7. Saya mendesak/mengajukan tuntutan agar pemerintah segera memberantas peredaraan video porno

8. Saya sering menyediakan waktu untuk browing situs porno diinternet

9. Jika kita memahami bahwa pengetahuan tentang seks dengan benar maka membaca majalah porno tidak perlu dilakukan

10. Hanya negara maju yang memperbolehkan adanya blue film

11. Majalah porno seharusnya dilegalkan / diperbolehkan di Indonesia

12. Saya merasa mual melihat blue film

13. Saya tidak peduli dengan pendapat sebagian orang dan aturan agama yang melarang browsing situs porno

(68)

“TERIMA KASIH” bermoral jika ia menyukai majalah porno 20. Saya pernah membayangkan membuat blue film

bersama pasangan saya

21. Saya tidak pernah membayangkan menjadi artis porno di situs porno

22. Saya akan menolak ajakan teman melihat blue film

23. Membaca majalah porno bukan cara yang benar untuk mendapatkan pengetahuan tentang seks 24. Blue film memberikan pengetahuan yang postif

jika dipergunakan secara benar

25. Apapun alasannya browsing situs porno tidak dapat dibenarkan

26. Saya pernah berangan-angan berfoto untuk majalah porno

29. Saya tidak akan pernah membaca majalah porno 30. Saya akan tetap melihat blue film karena oleh orang dewasa atau sudah menikah

34. Saya dengan senang hati mendukung diberantasnya video porno

35. Saya merasa gelisah jika tidak menonton blue film

36. Saya kecewa jika teman saya browsing situs porno

37. Saya pernah mengajak teman membaca majalah porno

(69)

“TERIMA KASIH”

45. Saya mendukung pemberantasan situs-situs porno agar tidak ada orang yang browsing situs porno di internet

46. Saya akan tetap akan membaca majalah porno walaupun tahu hal tersebut dilarang

47. Saya pernah melihat blue film

48. Saya akan menolak jika ada yang menawari uang yang banyak agar saya mau menjadi artis porno di situs porno

49. Browsing situs porno bukan cara yang benar untuk mendapatkan pengetahuan tentang seks 50. Saya tidak ingin memiliki koleksi majalah

porno

51. Saya merasa dengan melihat blue film dapat menambah pengetahuan tentang seks

52. Saya muak dengan seseorang yang browsing

56. Dengan pemahaman yang benar mengenai seks, maka browsing situs porno di internet tidak perlu dilakukan

57. Saya merasa senang dengan membaca majalah porno

(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)

LAMPIRAN :

E.

Skala Sikap

Penelitian antara Remaja

Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi

F. Skor Sikap

Penelitian antara Remaja

Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi

G.

Hasil Uji Asumsi (Uji Normalitas dan Uji

Homogenitas)

(83)

Tempat Tinggal : kost / kontrak / tinggal bersama keluarga (coret yang tidak perlu) Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai pornografi. Anda diminta untuk menjawab dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu kolom jawaban. Dalam hal ini tidak ada jawaban baik dan buruk, juga tidak ada benar dan salah. Anda bebas menentukan pilihan sesuai dengan keadaan diri anda sendiri. Kerjakan semua dengan cermat, jangan terlewatkan satu pernyataanpun.

Adapun pilihan jawaban tersebut adalah : STS = Sangat Tidak Setuju

TS = Tidak Setuju S = Setuju

SS = Sangat Setuju

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Majalah porno adalah salah satu media yang dapat menjelaskan tentang seks

2. Menonton blue film bukan cara yang benar untuk mendapatkan pengetahuan tentang seks

3. Browsing situs porno di internet adalah hak asasi setiap manusia

4. Saya merasa jijik melihat seseorang yang dengan sengaja mempertontonkan auratnya di majalah porno

5. Saya ingin melakukan hubungan seksual setelah menonton blue film

6. Saya tidak suka browsing situs porno 7. Saya mendesak/mengajukan tuntutan agar

pemerintah segera memberantas peredaraan video porno

8. Jika kita memahami bahwa pengetahuan tentang seks dengan benar maka membaca majalah porno tidak perlu dilakukan

9. Hanya negara maju yang memperbolehkan adanya blue film

10. Majalah porno seharusnya dilegalkan / diperbolehkan di Indonesia

11. Saya merasa mual melihat blue film

12. Saya tidak peduli dengan pendapat sebagian orang dan aturan agama yang melarang browsing situs porno

13. Saya tidak pernah browsing situs porno di internet 14. Membaca majalah porno adalah hal yang biasa

dilakukan masyarakat modern

15. Tidak ada nilai positif yang dapat diambil dari blue film

(84)

18.

untuk mendapatkan pengetahuan tentang seks 19. Blue film memberikan pengetahuan yang postif jika

dipergunakan secara benar

20. Apapun alasannya browsing situs porno tidak dapat dibenarkan

21. Saya lebih suka browsing situs porno daripada berolahraga bersama teman

22. Saya tidak akan pernah membaca majalah porno 23. Saya akan tetap melihat blue film karena

pengetahuan seksual saya bertambah

24. Saya dengan senang hati mendukung diberantasnya video porno

25. Saya merasa gelisah jika tidak menonton blue film 26. Saya kecewa jika teman saya browsing situs porno 27. Tidak ada nilai positif yang dapat diambil dari

majalah porno

31. Saya mendukung pemberantasan situs-situs porno agar tidak ada orang yang browsing situs porno di internet

32. Saya akan tetap akan membaca majalah porno walaupun tahu hal tersebut dilarang

33. Saya pernah melihat blue film

34. Browsing situs porno bukan cara yang benar untuk mendapatkan pengetahuan tentang seks

35. Saya tidak ingin memiliki koleksi majalah porno 36. Saya merasa dengan melihat blue film dapat

menambah pengetahuan tentang seks

(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)

LAMPIRAN :

(98)

Gambar

gambar atau foto, sekarang pornografi tidak hanya gambar dan foto tetapi ada
gambar atau kegiatan pencabulan (porno) berdasarkan aspek kognitif, afektif,
Tabel 1.1 Komponen Aitem Sikap Remaja Terhadap Pornografi
Tabel 2 Pemberian skor skala sikap pornografi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada usia 13 tahun, saat duduk di kelas 5 SD, Mizar dan keluarganya memutus- kan pindah ke Kampung Bojong. Walau berjarak tidak lebih dari 3 kilometer, Mizar kecil dituntut harus

Komariyah Siswanti kepatuhan dalam melaksanakan Standar Operasional Prosedur cuci tangan pembedahan tenaga kesehatan di IBS sedangkan peneliti akan melakukan

kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi

Bagi penyedia barang/jasa lainnya yang merasa tidak puas terhadap penetapan pemenang pelelangan ini diberi kesempatan untuk megajukan sanggahan secara tertulis ditujukan

Diantara perlakuan atau aplikasi kompos yang diperkaya batuan, perlakuan yang secara nyata meningkatkan bobot daun tanaman adalah pada perlakuan KP1 yaitu sebesar 13,43 gram dan

Barang/Jasa Tahun 2011 Pelelangan Umum dengan Sistem Pascakualifikasi. Adapun Daftar Paket Pekerjaan sebagaimana dalam lampiran dengan ketentuan.. sebagai

Dari hasil analisis terlihat bahwa bahan organik eceng gondok, melalui teknologi pengomposan dapat menghasilkan media tumbuh dengan kandungan hara yang tersedia bagi tanaman

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis pertumbuhan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, (2) Menganalisis seberapa