• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN STASIUN KERJA ERGONOMI UNTUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANCANGAN STASIUN KERJA ERGONOMI UNTUK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN STASIUN KERJA ERGONOMI

UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADA KONVEKSI PAKAIAN Muhamad Faisal)

1)

Prodi S1 Desain Produk, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom Abstrak

Dalam suatu pekerjaan, stasiun kerja merupakan komponen penting yang harus diperhatikan karena berhubungan dengan peningkatan produktivitas dan kualitas kerja. Kondisi dan pergerakan pada proses kerja yang tidak memperhatikan kenyamanan, keselamatan dan kesehatan kerja akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja manusia. Dalam perancangan ulang atau redesain suatu stasiun kerja, tentunya harus memperhatikan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja manusia itu sendiri, peralatan dan lingkungan fisik stasiun kerja. Stasiun kerja yang tidak ergonomis akan menimbulkan postur-postur tubuh yang tidak sesuai, sehingga kualitas kerja manusia akan menurun, tidak efektif dan efisien. Kesalahan postur tubuh dapat menyebabkan kelelahan yang lebih cepat dibandingkan dengan kondisi yang ergonomis.

Kata kunci : Ergonomi, Produktivitas, Efektif, Efisien, Redesain, Stasiun Kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakan

Pakaian adalah bahan tekstil dan serat yang digunakan sebagai penutup tubuh. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan

sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan,

dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing. Pakaian juga meningkatkan keamanan selama kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak, dengan memberikan penghalang antara kulit dan lingkungan. Pakaian juga memberikan penghalang higienis,

menjaga toksin dari badan dan membatasi penularan kuman.

(2)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat merumuskan permasalahan-permasahan sebagai berikut :

1. Apa yang membuat lambat dalam memproduksi pakaian ? 2. Apa permasalahan yang dapat ditemukan pada ikm konveksi ? 3. Solusi apa yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut?

3. Tujuan Penelitian

1. Memahami konsep produktivitas secara keseluruhan.

2. Mengetahui ke efektivitas dalam waktu yang ditempuh dalam produksi. 3. Mengetahui apa saja proses pembuatan baju.

4. Mengetahui ala tapa saja yang dibutuhkan dalam produksi pembuatan baju.

4. Urgensi / Keutamaan Penelitian

Mewujudkan dan mengetahui apa saja yang membuat keefektivitasan waktu maupun kenyamanan pekerjaan yang dalam segi system dan alat untuk memudahkan dalam pekerjaan.

1.5. Metode Penelitian

Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan :

a. Observasi : Pengamatan langsung di lapangan atau lokasi tempat penelitian

b. Pengumpulan data : Mengumpulan informasi terkait penelitian dengan cara wawanacara

c. Metode penelitian : Lokasi penelitian adalah Jl. H. Ibrahim Adjie No.57, Cijaura, Buahbatu, Kota Bandung, Jawa Barat 40287 .

1.6 Perkiraan Temuan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA & METODOLOGI

A. Tinjauan Pustaka / Metodologi

1. Produktivitas

Produktifitas sering diartikan hubungan antara pemasukan (input) maupun pengeluaran

(output), yang dinamakan produktifitas dalam proses kerja adalah sebuah pekerjaan yang selalu

berusaha dalam meningkatkan pekerjaan yang menghasilkan lebih banyak output dengan input

yang sama.

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan masukan sebenarnya. Misalnya saja, produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara output dan input, masukan seringdibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuanfisik bentuk mental.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

Semua faktor yang mempengaruhi produktivitas dipandang sebagai sub sistem untuk menunjukkan dimana potensi produktivitas dan cadangannya disimpan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

Menurut Muchdarsyah Sinungan dalam Robert Eddy S (2007) :

a) Kuantitas atau jumlah tanaga kerja yang digunakan dalam suatu proyek

b) Tingkat keahlian tenaga kerja.

c) Latar belakang kebudayaan dan pendidikan termasuk pengaruh factorlingkungan

dan keluarga terhadap pendidikan formal yang diambil tenagakerja.

d) Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis situasi yang terjadi dalamlingkup

pekerjaannya dan sikap moral yang diambil pada keadaan tersebut.

e) Minat tenaga kerja yang tinggi terhadap pekerjaan yang ditekuninya.

(4)

2.1 Motion & Time Study

Pada awalnya time study dan Motion Study digunakan hanya untuk hal-hal yang sangat spesifik dan dalam ruang lingkup yang sangat sempit saja.Kedua bidang studi tersebut pertama kali ditemukan dan dikembangkan masing-masing oleh Frederick Taylor untuk Time study dan Gilbreths untuk Motion study yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja perusahaannya.Walaupun dikembangkan dan ditemukan dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, pada awalnya hanya time study dan penurunan insentif upah buruh yang lebih berkembang dibandingkan dengan motion study

Dengan adanya Motion dan time study bisa meningkatkaan pekerjaan dengan cepat mengurangi biaya control, dan memotivasi orang bekerja dengan cepat dan tepat waktu

Ada 3 hal yang memperbaiki dalam penkerjaan supaya tidak membuangkan waktu 1. Dalam teknik analisis pada gerak

2. teknik pembelajaran dalam waktu pengerjaan yang cepat 3. menggunakan waktu yang baik

motion study sangat menggunakan tempat kerja yang baik dari segi penceraahan maupun segi suhu ruangan dll, supaya orang yang berkerja menjadi nyaman ddan menghasilkan pekerjaan yang baik

2.2 Micromotion Study

Motion study pertama kali dipublikasikan pada pertemuan American Society of Mechanical Engineering tahun 1912 oleh Gilbreth. Penjelasan singkat tentang hal ini adalah : micromotion study adalah mempelajari elemen dasar atau subdivisi berdasarkan gambar gerakan kamera, alat penghitung waktu yang secara akurat dapat menghitung interval waktu pada gambar film.

Micromotion study adalah suatu teknik yang mempelajari segmen terkecil dari suatu aktivitas pekerjaan (Barnes, 1980).Serta menganalisis elemen pekerjaan seperti

memindahkan, posisi, menjangkau, memegang, dan lain-lain serta menghitung waktunya sampai dalam seperseribu menit.

Tujuan dari micromotion study adalah (Barnes, 1980) :

a. Membantu mempelajari aktivitas dari dua atu lebih orang dalam suatu kelompok kerja. b. Membantu mempelajari hubungan aktivitas dari mesin dan operator.

c. Menentukan waktu operasi suatu pekerjaan serta memperoleh waktu gerakan untuk menentukan waktu standar.

(5)

BAB III

HASIL PENELITIAN

PENJELASAN TENTANG UKM

Cassa Vendor adalah perusahaan yang bergerak di bidang produk dan jasa pakaian/konveksi/mikro garmen yang berlokasi di Jl. H. Ibrahim Adjie No.57, Cijaura, Buahbatu, Kota Bandung, Jawa Barat 40287. Pengalaman menekuni bidang usaha konveksi sejak tahun 2008 telah memberikan banyak pelajaran berharga untuk senantiasa meningkatkan profesionalisme usaha dalam hal peningkatan manajemen usaha, sumber daya manusia, kualitas, produktifitas, ketepatan waktu dalam kerangka mewujudkan kepuasan mitra/konsumen.

3.1Proses Produksi

Produk-produk Cassa Vendor antara lain kaos Distro Polo Shirt, Training Spack, Seragam Sekolah, Seragam Kerja/Uniform Perusahaan Industri/Jasa/Perdagangan, Jaket, Jersey Team, Wearpack, Rompi, Pakaian Dinas, Kebutuhan Promosi Perusahaan, Event Sosial, Marketing Event, Anniversary Perusahaan dan semua Busana Fashion untuk semua level qualitas.

Alat Bantu yang digunakan pada proses produksi ini adalah screen, mesin pemotong

kain, obras, mesin jahit, Strika uap. adapun jenis jenis mesin yang dimilik yaitu Mesin

Overdeck Kepala Babi, Mesin Jahit Corong Rantai, Mesin Jahit Overdeck, Mesin Obras

benang 4 Servo, Strika Uap. Keluhan dan kekurangan konveksi yang sering terjadi adalah

pada proses pengemasan / packaging baju atau kaos yang tidak efektif, sehingga produksi

menjadi terhambat dan lama.

3.2Sumber Daya Manusia

Berikut adalah kebutuhan sumber daya manusia yag terdapat pada konveksi :  Bagian proses pemotongan bahan ( 3 orang )

 Bagian Screen / Penyablonan ( 5 orang )  Bagian Mesin jahit ( 15 orang )

 Bagian Finishing dan packaging ( 3 orang )

(6)

3.3DENAH RUANG KERJA

25 m

2

0

(7)

3.4sistem kerja

Dapat kita perhatikan pada gambar diatas, system kerja pada proses packaging dan finishing

yaitu :

 Posisi setrika diatas sedangkan posisi packaging / pengemasan dibawah.  Bolak-balik untuk menyimpan baju / kaos.

 Packaging dan setrika dipisah sehingga perlu kerja 2x.

 Penumpukan kaos pada saat packaging. Karena proses pembungkusan dan pelipatan yang makan waktu.

 Sering pegal dibagian pergelangan tangan Karena melipat baju yang kurang efektif dan kelamaan.

3.5kelelahan yang dialami

setelah wawancara pada pemilik konveksi dan beberapa karyawannya, maka diperoleh

data sebagai berikut:

1. Lamanya proses packaging

2. Lamanya proses finishing.

3. Lamanya pada proses pengeringan..

4. Menumpuknya baju / kaos.

5. Mengalami sakit punggung Karena membungkuk.

6. Pegal pada pergelangan tangan.

(8)

3.6aliran proses kerja

Dalam peta diagram diatas aliran kerja dapat diketahui bagaimana proses produksi , jauhnya area penjahitan dan area packaging, dan pada proses finishing lama Karena bolak – balik dari tempat setrika ke tempat packaging sehingga proses finishing menjadi lama dan memakan waktu sehingga tidak efektif dan terhambat proses pengiriman..

3.7simulasi proses kerja (flow chart) a) Flow Chart Sistem Kerja

Flow chart adalah suatu bagan dengan symbol – symbol tertentu yang menggambarkan urutan proses secara mendetail dan hubungan antara suatu proses dengan proses lainnya dalam suatu proses. Pada penelitian ini, saya memfokuskan kepada proses produksi baju.

(9)

Pada proses ini karyawan memilih dan mengambil bahan jeans dengan jarak 6 meter operator tidak menggunakan barang tambahan lain yang membuat operator menjadi bolak balik, saat proses pemotongan bahan karyawan dibantu dengan alat mesin pemotong kain dengan waktu kurang lebih 30 menit.

Pada proses ini karyawan mengambil bahan yang sudah dipola sesuai ukuran,

(10)

Pada proses ini karyawan mengambil bahan yang sudah disablon untuk

selanjutnya masuk ke proses penjahitan bahan, setelah dijahit kemudian bahan hamper jadi terlebih dahulu di obras over deck yang makan waktu selama 4 jam ( menjahit dan

mengobras ). Kemudian proses selanjutnya yaitu masuk ke tahap penyortiran benang bekas jahitan pada kain yang nempel.

Dalam proses ini baju yang sudah jadi dan disortir selanjutnya masuk ke tahap finishing yaitu di strika dan di kasih parfume supaya baju terasa harum, proses ini masih kurang efektif Karena karyawan bulak – balik dari tempat setrika ke tempat packaging.

(11)

3.8Tabel Temuan Ergonomic

Waktu proses pemotongan bahan 2.445 detik

Waktu proses Penyablonan 48.025 detik

Waktu proses penjahitan dan obras 18.640 detik

Waktu proses penyortiran 1.550 detik

Waktu proses finishing & packaging 1.325 detik

Total 71.995 detik =

1.200 menit = 20 jam

Jarak

Jarak proses pemotongan bahan 6 m

Jarak proses penyablonan 5 m

Jarak proses penjahitan dan obras 31 m

Jarak proses finishing & packaging 5 m

(12)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Analisis

Dalam penelitian ini penulis merasa masih banyak masalah dalam proses produksi baju, sehingga terjadi proses produksi memakan waktu yang lama, permasalahan nya antara lain yaitu:

1. Saat proses penyablonan

Pada proses ini bahan yang sudah dipotong terlebih ahulu sesuai dengan pola, kemudian disiapkan untuk tahap penyablonan, kemudian bahan dijemur sampai kering yang memakan waktu kurang lebih 12 jam. Disini penulis meliahat bahwa pada proses ini terlalu lama dan membuang waktu sehingga kinerja tidak efeftif.

2. Saat pemotongan bahan / kain

Saat proses ini karyawan membentangkan kain terlebih dahulu dan ditumpuk sesuai dengan kebutuhan jumlahnya, kemudian dipotong dengan mesin pemotong kain, disini terlihat bahwa saat pemotongan kain tidak bisa sekaligus ditumpuk banyak Karena keterbatasan mata pisau pemotongnya.

3. Saat proses setrika

Disini karyawan mengambil baju yang sudah jadi kemudian masuk ke tahap setrika sebelum dikemas, pada proses ini karyawan menambahkan parfume supaya baju harum. Posisi menyetrika baju yaitu diatas meja dan harus mengantarkan baju untuk dikemas di bawah.

4. Saat Proses Packaging (Quality Control)

Dalam proses ini karyawan merapihkan baju sekaligus menyortir baju, selanjutnya melipat dan memasukan ke dalam plastic / kemasan. Disini penulis melihat bahwa karyawan mengambil baju yang sudah di setrika untuk kemudian dimasukan ke kemasan, pada kondisi ini karyawan bolak balik ke tempat setrika dan terjadi penumpukan baju sehingga proses Quality Control terlalu lama.

4.2 Solusi & Sistem Kerja Usulan  Work Design :

Penulis merasa untuk memperbarui system kerja penjual untuk mempermudah pekerjaannya agar waktu dan hasilnya bisa lebih maksimal seperti :

1. Pengeringan saat disablon

(13)

2. Tempat Quality Control

Saat Proses ini yang lebih efektif adalah meja setrika dan pengemasan didekatkan sehingga proses packaging tidak bolak balik dan memakan waktu yang lama. Sedangkan pada meja dibuat alas duplex dengan pola lipatan supaya baju langsung dilipat dan dikemas.

 Product Design :

Produk yang sekiranya akan di butuhkan oleh konveksi ini adalah :

1. Alas Strika dengan pola bentuk Lipatan Baju

Alas meja setrika ini sangat dibutuhkan di konveksi, dengan adanya alas ini karyawan tidak perlu bolak balik dari / ke tempat setrika ke packaging, sehingga memudahkan karyawan untuk bekerja, dan waktupun efektif Karena tidak memakan waktu yang lama, sehingga proses produksi akan cepat selesai.

(14)

 Simulasi proses chart dan flowchart

(15)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

(16)

Bab VI

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/19330863/Penerapan_Micromotion_Study_dalam_Analisis_Produktivitas_ Desain_Peralatan_Kerja_Cetak_Saring

https://januarsutrisnoyayan.wordpress.com/2008/11/29/definisi-dan-ruang-lingkup-motion-and-time-study/

http://www.slideshare.net/AL_Saqer/motion-time-study

http://masteran.blogspot.co.id/2009/05/motion-and-time-study.html

http://yoza-civiway.blogspot.co.id/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo_18.html

(17)

BAB VII LAMPIRAN 7.1 PROSES WAWANCARA

1. Proses apa saja untuk menjadi pakaian siap guna ?

Pertama membuat design sesuai yang diinginkan, setelah itu tahap pemilihan bahan dengan kualitas terbaik untuk selanjutnya masuk ke tahap pemotongan kain dan penyablonan dengan menggunakan screen dan strika uap supaya sablon nempel dan kuat ke kain. Setelah selesai kain yang sudah disablon selanjutnya masuk ke proses penjahitan dan finishing.

2. Apa saja kendala yang dialami pada waktu pengerjaan? Nyeri pundak saat menjahit

Pegal badan saat memotong bahan dan penyablonan.

Pegal pergelangan tangan saat proses finishing.

3. Apakah sering terjadi kerusakan saat proses kerja? Jarang.

4. Siapa yang menjadi target utama konsumen ?

Semua brand lokal maupun ternama yang memiliki usaha dibidang clothing maupun perusahaan langsung atau pemerintah yang butuh dengan busana fashion nya sebagai ciri perusahaan.

(18)

7.2.2 proses penyablonan

7.2.3 Proses Penjahitan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dikumpulkan dari 40 responden data tentang jenis produk para pedagang pasar tradisional. yang melakukan pembiayaan musyarakah

[r]

Karyawan pada perusahaan ini kurang menunjukan loyalitas kepada perusahaan yang dapat dilihat dari prestasi kerja dan kepeduliannya terhadap perusahaan. Selain

Analisis Keakuratan Kode Diagnosis Penyakit Commotio Cerebri Pasien Rawat Inap Berdasarkan ICD-10 Rekam Medik Di Rumah Sakit Islam Klaten. Jurnal Infokes Apikes Citra

PENERAPAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) PADA PROYEK BIMBINGAN SKRIPSI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. IMPLEMENTATION OF CRITICAL

Perbedaan yang terlihat menonjol di antara dialek-dialek ini terdapat pada intonasi (lentong) dan beberapa kosakata. Berlandasan dari pendapat yang dikemukakan para ahli

Pada anak yang lebih besar, diskusi bisa dilakukan dengan lebih mendalam, misalnya membahas kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi apabila anak mengikuti permintaan orang

Gambar 12. Diagram Sekuensial Aplikasi Prediksi Cuaca Gambar 12 diatas menunjukkan diagram sekuensial untuk aplikasi prediksi cuaca. Ada enam entitas yang saling