• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR KOMPONEN DALAM KEGIATAN PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR KOMPONEN DALAM KEGIATAN PE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR/KOMPONEN DALAM KEGIATAN PESERTA DIDIK

I.

Sifat dan Hakekat Peserta didik

Pengertian peserta didik

Menurut Toto Suharto (2006: 123) peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri

dari aspek jasmani dan rohani yang belum tercaapi taraf kematangan, baik fisik, mental,

intelektual, maupun psikologinya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan,

bimbingan dan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan

membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi dasar yang dimiliki peserta didik, kiranya

tidak akan berkembang secara maksimal tanpa melalui proses pendidikan

Peserta didik bersetatus sebagai pendidik subjek didik. Pandangan modern cendrung

menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi

yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan

otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna

memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:

a) Individu yang memilki potensi fisik dan psikis yang khas, sehinnga merupakan insan yang unik.

Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan dan

diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya membutuhkan bantuan dan

bimbingan.

b) Individu yang sedang berkembang.

Yang dimaksud dengan perkembangan disini ialah perubahan yang terjadi

dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditunjukkan kepada diri sendiri maupun

kearah penyesuaian dengan lingkungan.

Sejak manusia lahir bahkan sejak masih dalam kendungan ia berada dalam

(2)

bertingkat-tingkat. Tiap tingkatan (fase) mempunyai sifat-sifat khusus. Tiap fase berbeda dengan

yang lainnya. Anak yang berada dalam fase bayi berbeda dengan fase remaja, dewasa,

dan orang tua. Perbedaan-perbadaan ini meliputi perbedaan minat, kebutuhan,

kegemaran, emosi, intelegensi dan sebagainya. Perbedaan tersebut harus diketahui

oleh pendidik pada masing-masing tingkat perkembangan tersebut. Atas dasar itu

pendidikan dapat mengatur kondisi strategi yang relevan dengan kebutuhan peserta

didik.

c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

Dalam proses perkembangannya peserta didik membutuhkan bantuan dan

bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati tidak terlepas dari ibunya,

seharusnya setelah ia tumbuh berkembang menjadi dewasa ia sudah dapat hidup

sendiri. Tetapi kenyataannya untuk perkembangan kebutuhan hidupnya, ia masih

menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang dewasa, sepanjang ia belum dewasa.

Hal ini menunjukkan bahwa pada diri peserta ada dua hal yang menggejala:

• Keadaannya yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan bantuan. Hal ini menimbulkan kewajiban orang tua untuk membantunya.

• Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini membutuhkan bimbingan. Orang tua berkewajiban untuk membimbingnya. Agar bantuan dan

bimbingan itu tercapai hasil mak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan

anak.

mengundurkan diri. Jadi pendidik tidak boleh memaksakan agar peseta didik berbuat

menurut pola yang dikehendaki pendidik. Ini dimaksud agar peserta didik

memperoleh kesempatan memerdekakan diri dan bertanggung jawab sesuai dengan

kepribadiannya sendiri. Pada saat ini si anak telah dapat berdiri sendiri dan

(3)

Mengingat pentingnya pendidikan itu merupakan bimbingan terhadap peserta

didik dan agar supaya bimbingan tersebut tidak bertentangan dengan kodrat anak,

maka pendidik perlu memahami sifat-sifat peserta didik atau segala sesuatu tentang

peserta didik, baik pada peserta didik pada umumnya maupun pada peserta didik

khusus dirumah, disekolah dan diperkumpulan pemuda. Ilmu yang dapat membantu

usaha pemahaman tersebut anatara lain. Paedologi, psikologi anak, psikologi pemuda,

psikologi perkembangan, psikologi pendidikan dan lain-lain.

Langeveld menyatakan bahwa anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk

kecil. Oleh karena itu anak mempunyai sifat kodrati kekanakan yang berbeda dengan

oarang dewasa. Anak mempunyai sifat tergantung dan tidak berdaya sehingga

memerlukan pertolongan dan bimbingan dalam rangka mengembangkan diri baik

jasmani maupun rohaninnya.

Sebagai manusia, anak pun memiliki potensi untuk menjadi besar (individu

yang sedang berkembang). Perubahan ini dialamianak sejak lahir, bahkan sejak masih

dalam kandungan anak mengadakan aktivitas yang terus meningkat fase demi fase

sesuai dengan kebutuhannya. Perkembangan pada setiap fase, (bayi, anak, remaja, dan

orang dewasa) memiliki tanda dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan inilah yang

harus diketahui dan dipahami oleh pendidik. Sehingga pendidik dapat mengatur

peserta didik memiliki motivasi internal/intrinsik yang cukup besar sehingga tampak

minat positif peserta didik terhadap kegiatan pendidikan yang dilaksanakan, tetapi

apabial motivasi ini rendah ataupun belum muncul yang disebabkan berbagai faktor,

hendaknya pendidik dapat berperan aktif memberikan semangat dan dorongan

(motivasi eksternal/ektrinsik) dengan berbagai cara agar motivasi internal peserta

didik dapat muncul.

(4)

1. Anak bukan miniatur orang dewasa, pandangan kuno berpendapat bahawa anak

adalah orang dewasa dalam bentuk kecil (miniatur). Pandangan yang keliru ini telah

disanggah oleh J.J Rousseau, dimana ia berpendapat bahawa anak bukan miniaturnya

orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang berlainan sekali dengan alam orang

dewasa.

2. Peserta didik mengikuti face-face/ periode-periode perkembangan tertentu.

Perkembangan dari lahir sampai kedewasaan mengikuti periode-periode

perkembangan tertentu.

3. Peserta didik mempunyai pola perkembangan sendiri.

Walaupun didalam perkembangan peseta didik mengikuti face-face

perkembangan umum, tetapi tiap individu mempunyai pola perkembangan yang

berbeda. Misalnya tiap anak mempunyai tempo dari irama perkembangannya sendiri.

4. Tugas perkembangan.

Peserta didik harus melaksanakan tugas perkembangan, yaitu tugas yang harus

diselesaikan oleh individu didalam tiap-tiap face perkembangannya

Havighurst mengemukakan tugas perkembangan pada masa bayi dan kanak-kanak

(0-6 tahun) sebagai berikut:

• Belajar berjalan

• Belajar makan makanan padat

• Belajar bercakap-cakap.

• Belajar mengusai pembungan kotoran tubuh.

• Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi

(5)

• Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan keluaraga.

• Memperkembangkan kecakapan-kecakapan intelektual dan pengertian yang

perlu bagi seseorang warga negara yang cakap

• Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab dalam masyarakat

• Memperoleh beberapa nilai dan sistematik sebagai pedoman bertingkah laku

5. Kebutuhan peserta didik

Peserta didik mempunyai macam-macam kebutuhan, pemenuhan kebutuhan

ini merupakan syarat yang penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat.

Macam-macam kebutuhan tadi antara lain kebutuhan rasa sayang, kebutuhan rasa

aman, kebutuhan rasa harga diri,kebutuhan kebebasan, kebutuhan sukses, dan

kebutuhan ingin tahu.

L.J Cronbach mengemukakan sebagai berikut:

• Kebutuhan efeksi (kasih sayang)

• Kebutuhan diterima oleh orang tua.

• Kebutuhan untuk dapat diterima oleh kawan sekelompok sebaya.

• Kebutuhan independence.

• Kebutuhan harga diri.

Maslow mengemukakan kebutuhan manusia secara hierarchis.

• Kebutuhan biologis.

(6)

• Kebutuhan rasa kasih sayang.

• Kebutuhan rasa harga diri.

• Kebutuhan self realisasi.

Sedangkan untuk masa anak sekolah (6-12 tahun) Robert J. Havighurst

mengemukakan developmental sebagai berikut:

• Mempelajari kecakapan-kecakapan jasmaniah yang dibutuhkan untuk permaianan sehari-hari.

• Membentuk sikap yang baik terhadap diri sendirisebagai makhluk yang tumbuh

• Belajar bergaul dengan teman sebaya

• Mempelajari peranan sosial laki-laki atau wanita.

• Memperkembangan kecakapan dasar dalam menulis,membaca dan berhitung.

• Memperkembangkan pengertian yang perlu untuk kehidupan sehari-hari

• Memperkembangkan kata hati, kesusilaan danukuran-ukuran nilai

• Mencapai kebebasan abadi

• Memperkembangkan sikap terhadap lembaga atau kelompok sosial

Tugas perkembangan masa remaja (13-18 tahun)

• Bergaul dengan teman sebaya didalam pergaulan konstruktif

• Mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita

(7)

• Mencapai kebebasan emosional dari pada orang tua atau orang dewasa lainnya

6. Perbedaan individual

Setiap anak merupak pribadi tersendiri atau pribadi unik setiap anak berbeda.

Di dunia ini tidak ada dua orang anak yang benar-benar sama . walaupun mereka anak

kembar. Perbedaan individual (individual differnces) ini disebabkan karena perbedaan

faktor indogeen (pembawaan) dan exsogeen (lingkungan). Perbedaan tersebut

meliputi segi jasmaini intelegensi, sosial, bakat, minat, lingkungan, dan

lain-lain.dalam hubungannya dengan perbedaan intelegensi terdapat penggolongan

berdasarkan tingkat IQ (Intelegensi Quuotixent).

Adanya perbedaan individual ini mempunyai nilai yang besar bagi

“kemajuan-kemajuan dalam banyak lapangan hidup manusia justru ditimbulkan oleh orang-orang

yang mempunyai pendirian, kesanggupan dan pikiran yang orisinil yang lain dari pada

yang lain. Inisiatif perseorangan yang mencapai jalan-jalan baru sering membawa

kebahagiaan kepada umat manusia, walupun pada mulanya mereka kadang-kadang

ditentang oleh orang lain.

Menngingat perbedaan individual , ini merupakan kenyataan yang bersifat

kodrat, dan perbedaaan individual tersebut mempunyai nilai yang penting untuk

kemajuaan kebudayaan manusia maka usaha pendidikan perlu memperhatikan adanya

perbedaan individual tersebut. Pendidikan tidak boleh menyam ratakan semua anak

didik, pendidik harus dapat melayani atau menyesuaikan pada perbedaan individual

tersebut, sehingga setiap anak dapat merealisasikan dirinya sesuai dengan

individualitetnya.

(8)

Sesuai dengan hakekat manusia sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi

anak didik itu walaupun terdiri dari banyak segi tetapi merupakan satu kesatuan atau

satu keseluruhan. Anak merupakan satu kesatuan raga dan jiwa (cipta rasa dan rasa)

dalam segala tindakannya manusia itu bersikap sebagai suatu keseluruhan bila

seseorang berfikir tentang sesuatu, maka didalam proses itu tidak hanya orang tua

atau lembaga lain. Disini anak tidak menggantungkan diri secara kodrat tetapi

menggantungkan diri sebagai kebetulan.

8. Anak makhluk aktif dan kreatif

Anak merupakan mahluk yang memiliki aktivitet sendiri (swadaya) dan

kreativitet sendiri (daya cipta), sehingga di dalam proses pendidikan kita tak boleh

memandang anak sebagai obyek pasif yang dikenai sesuatu tetapi sebagai subyek

aktif dan kreatif, yang bereaksi terhadap lingkungan secara selektif.

Hakekat Peserta Didik

Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan

pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan

pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai

objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai

subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam

memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini,

maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan

atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.

Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati

anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kodrati ini dapat dimengerti dari

kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya,

dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh

sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :

(9)

Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal

educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia

dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik,

sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih

secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan

dikembangkan kearah yang diciptakan.

2) Aspek Sosiologi dan Kultural.

Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu

makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.

3) Aspek Tauhid.

Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia

adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous

(makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk

yang beragama).

II.

Hakekat, tanggung jawab dan kewibawaan pendidik

Pengertian pendidik

Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peseta didik mengalami pendidikannya

dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat. Sebab itu bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru,

pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/ organisasi.

Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi

pendidik, karena setiap orang dewasa mempunyai ciri memiliki rasa tanggung jawab

termasuk rasa tanggung jawab untuk mendidik anak yang belum dewasa untuk mencapai

tingkat kedewasaan (kematangan dari berbagai aspek).

Dalam masyarakat, orang yang memiliki pribadi dewasa susila mempunyai pula

(10)

susila yang karenakodratinya mempunyai tanggung jawab mendidik adalah orang tua,

sedangkan orang dewasa susila lainnya yang dapat dimasukkandalam kelompok ini adalah

guru, konselor,administrator sekolah, tokoh agama,pemimpin pemerintahan dan pemimpn

organisasi( sutari Imam Barnadib,1986), diman mereka semua mempunyai tanggung jawab

utuk membawa peserta didik maupun pengikutnya kearah pencapaian tujuan yang

diharapkan.

Sebagai pendidik maupun seorang pemimpin seorang pemimpin tentunya harus

memiliki karakteristik atau sifat-sifat yang khas dan diperlukan, dalam melaksanakan tugas

mendidik, yaitu antara lain kematangan diri, kematangan sosial dan kematangan profesional

(kemampuan mendidik: memiliki sikap cinta, kasih sayang, perhatian, pengetahuan tentang

latar belakang peserta didik dan perkembangsnnya, kecakapan dalam menggunakan cara-cara

mendidiki).

Sebagai seorang pendidik yang bertanggung jawab moral berarti ia sadar akan

tugasnya (mendidik) dan mau melaksanakan tugas tersebut sebaik-baiknya agar tujuan

pendidikan disini bukan hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga terhadap peserta didik,

masyarakat dan Tuhan. Pendidik sadar semua aspek kehidupan yang berkaitan dengan fungsi

tugasnya menilai perbuatannya dan meminta pertanggungjawabnya.

Selain tanggung jawab, agar tugas yang diemban seorang pendidik dapat dilaksanakan

dengan lancar idealnya seorang pendidik memiliki kewibawaan (gezag). Yang dimaksud

kewibawaan disini segala perkataan dan perbuatan yang benar didengar, dipatuhi, dituruti,

dan dipercaya tanpa adanya paksaan.

tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan

3) Seorang penddidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan

(11)

bahwa tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan

serta membaha hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.

Sedangkan tanggung jawab dari seorang pendidik adalah :

1) Bertanggung moral.

2) Bertanggung jawab dalam bidang pedidikan.

3) Tanggung jawab kemasyarakatan

4) Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.

Pengertian kewibawaan (Gezag)

Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau

gezag terhadap orang lain. Pendidik harus dimiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) dan menghindari penggunaan kekusaan lahir, yaitu kekuasaan yang semata-mata didasarkan

kepada unsur wewenang jabatan. Kewibawaan justru merupakan sesuatu pancaran batin yang

dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan

penuh pengertian atas kekuasaan tersebut. Fungsi dari wibawa pendidikan, yaitu membawasi

anak ke arah pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang

lain dan mau menjalankannya juga. Bentuk yang paling sederhana dalam hubungan

kewibawaan barulah timbul bila si anak dapat mengerti bahasa untuk menerima

petunjuk-petunjuk tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan oleh pendidik.

Kewibawaan guru atau pendidik-pendidik

Guru atau pendidik-pendidik lain menerima jabatannya sebagai pendidik bukan dari kodrat

(dari Tuhan), melainkan dari pemerintah. Ia ditunjuk, ditetapkan, dan diberi kekuasaan

sebagai pendidik oleh negara atau masyarakat. Maka dari itu, kewibawaan yang ada padanya

pun berlainan dengan kewibawaan orang tua.

Kewibawaan guru atau pendidik lainnya, yang karena jabatan, juga memiliki dua sifat :

(12)

Guru atau pendidik karena jabatan atau berkenaan dengan jabatanmnya sebagai pendidik,

telah diserahi sebagian dari tugas orang tua untuk mendidik anak-anak. Selain itu, guru atau

pendidik karena jabatan menerima kewibawaannya sebagian lagi dari pemerintah yang

mengangkat mereka. Kewibawaan pendidikan yang ada pada guru ini terbatas oleh

banyaknya anak-anak yang diserahkan kepadanya, dan setiap tahun berganti murid.

b. Kewibawaan pemerintah

Selain memiliki kewibawaan pendidikan, guru atau pendidik karena jabaatan juga

mempunyai kewibawaan memrintah. Mereka telah diberi kekuasaan (gezag) oleh pemerintah

atau instansi yang mengangkat mereka.

optimal:jadi telah mencapai proporsi yang sudah mantap. Kedewasaan rohani tercapai bila

individu telah memiliki cita-cita hidup dan pandangan hidup yang tetap. Cita-cita dan

pandangan hidup ini dijalaninya kedalam dirinya dan selanjutnya berusaha untuk direalisir

dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Sebagai pendidik, realisasi cita-cita dan pandangan

hidupnya secara konkret berlangsung melalui aktifitas statusnya sebagai orang tua maupun

sebagai pendidik. Orang dewasa adalah orang yang mamapu mempertanggung jawabkan

segenap aktivitas yang bertalian dengan statusnya. Yang dimaksud dengan bertanggung

jawab ialah kemampuan untuk menyatukan diri dengan norma-norma hidup dan meragakan

dalam hidupnya. Bagi orang yang telah dewasa bila melanggar norma ia bersedia menerima

tuntutan hukum atas dirinya. Pendidik adalah pendukung norma-norma (pendukung

kewibawaan). Dia mempunyai tugas untuk mentranformasikan noram-norma atau

kewibawaan itu kepada peserta didik. Persoalannya ialah mengapa pendidik (sang dewasa)

memiliki kewibawaan di mata peserta didik. Intinya adalah karena peserta didik

membutuhkan sesuatu (perlindungan, bantuan, bimbingan, dan seterusnya) bdari pendidik,

(13)

pendidiknya terdapat suasana hubungan gayung bersambut kata berjawab maka selama itu

pula terdapat pengakuan akan adanya kewibawaan pendidik oleh peserta didik.

Bagaimana memelihara kewibawaan?

Ibarat cahaya lampu bagaimanapun juga suatu kewibawaan dapat memudar jika tidak

dirawat dan dibina. Ada tiga sendi kewibawaan yang menurut M. J. Langeveld harus dibina

(Langveld, 1955: 42-44) yaitu kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan.

• Kepercayaan

Pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan juga harus percaya bahwa

peserta didik dapat dididik.

• Kasih sayang

Kasih sayang mengandung dua makna yakni penyerahan diri kepada yang disayangi dan

pengendalian terhadap yang disyangi. Dengan adanya sifat penyerahan diri maka pada

pendidik timbul kesediaan untuk berkorban yang dalam bentuk konkretnya berupa

pengabdian dalam kerja. Pengendalian terhadap yang disayangi dimaksudkan agar peserta

didik tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya.

• Kemampuan

Kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara lain pengkajian

terhadap ilmu pengetahuan kependidikan, mengambil manfaat kerja dan lain-lain.

Bagaiamana kewibawaan ditarnsformasikan?

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pentranformasian (pengoperan)

kewibawaan:

• Untuk dapat mengikuti kewibawaan maka peserta didik harus mengerti tentang kewibawaan. Hal ini dapat diperoleh dengan perantaraan pergaulan dengan pendidik.

• Pendidik harus menyadari bahwa ia hanyalah sekedar penghantar kewibawaan (gezag

drager) dan dirinya bukan kewibawaan itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa

(14)

bukannya menuruti pendidiknya. Oleh sebab itu, pendidik secara berangsur-angsur

harus melepaskan diri dari ikatannya dengan peseta didik. Dikatakan mendidik adalah

membimbing untuk melepaskan.

KESIMPULAN

Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus

pendidikan dalam persepektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional

(15)

DAFTAR PUSTAKA

http://rumahmakalah.wordpress.com/2009/05/18/hakekat-pendidik-dan-peserta-didik/

http://insanakrozi.blogspot.com/2010/02/makalah-hakikat-peserta-didik.html

Umar Tirtorahardjo dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Dirjen

Dikti Depdikbud, 1994

Referensi

Dokumen terkait

RELEVANSI KURIKULUM MATA KULIAH KEAHLIAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI TERHADAP KOMPETENSI KEAHLIAN QUALITY CONTROL (QC) UNTUK KEBUTUHAN DUNIA INDUSTRI PANGAN..

Pendidikan Ibu pada penelitian tingkat pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Tanda- Tanda Persalinan Normal di RSUD Kebumen tahun 2010, dengan persentase terbesar

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai “ studi komparasi pendidikan kesehatan multimedia pembelajaran dan metode

Pada Frame 1 Layer Back ground perbesar ukuran image sehingga menutupi Stage dan ubah Alpha objek im- age menjadi 0% lalu buat animasi Tween hingga Frame 35.... Lanjutkan

Pada bab ini penulis menjelaskan secara rinci metode penelitian yang digunakan, tahapan serta proses pengumpulan data yang berkaitan dengan judul ” seni lukis

Usaha sablon digital merupakan jenis usaha yang memiliki target pasar yang masih sangat luas.. Target pasar usaha ini meliputi perseorangan sampai perusahaan

he purpose of this study was to analyze diferences in the bank's soundness was assessed using a bank's risk proile, good corporate governance, income, and capital (RGEC)

 Jadi pseudo-code bisa dikatakan juga sebagai algortima yang sudah sedikit digabungkan dengan bahasa pemrograman yang akan