• Tidak ada hasil yang ditemukan

MISTIK di LUAR Dan di DALAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MISTIK di LUAR Dan di DALAM (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MISTIK di LUAR Dan di DALAM

Diajukan Sebagai Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pembimbing :

Mardzuqoh

Disusun Oleh:

Elvita Fatchiyyatus Sa’adah (1112032100051)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT PERBANDINGAN AGAMA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam bukan sekedar agama , islam juga merupakan peradaban, agama akan mapu memberikan khasanah budaya umum yang bahkan menjadi lebih penting dari pada unsur etnis atau kedaerahan.

Mistisisme merupakan salah-satu sisi dan pokok bahasan dalam psikologi agama. Mistisisme dijumpai dalam semua agama, baik agama teistik (Islam,Kristen dan yahudi) maupun nonteistik (misalnya penganut agama budha)1 . Tokoh mistik

teistik maupun nonteistik sependapat mengenai arti penting pengalaman yang mereka anggap murni terhadap salah satu aspek realitas, meskipun barangkali mereka berbeda jauh dalam pernyataan verbal yang mereka kemukakan mengenai apa yang mereka persepsikan 2 .

Untuk lebih jelasnya kami pemakalah di dalam pembahasan selanjutnya akan menjelaskan lebih rinci lagi mengenai mistisisme.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Dari mistisisme dalam psikologi agama itu ? 2. Bagaimana ciri khas atau karakteristik mistisisme itu ?

3. Bagaimana awal mula sejarah perkembangan aliran kepercayaan ? 4. Hal-hal apa saja yang termasuk didalam mistisisme ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian mistisme dalam psikologi agama 2. Untuk mengetahui ciri khas atau karakteristik mistisisme

3. Untuk mengetahui awal mula sejarah perkembangan aliran kepercayaan 4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk didalam mistisisme

1 Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) cet I, hal. 207

(3)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Mistisisme dalam Psikologi Agama

Kata mistisisme berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya “menutup mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Dalam arti luas, mistik dapat didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan, cahaya, cinta atau nihil 3.

Menurut Prof. Harun Nasution dalam tulisan Orientalis Barat, mistisisme yang dalam islam adalah tasawuf disebut sufisme, sebutan ini tidak dikenal dalam agama-agama lain, melainkan khusus untuk sebutan mistisisme islam 4. Sebagaimana halnya

mistisisme, tasawuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan5.

2. Karakteristik Mistisisme dalam Psikologi Agama

Ciri khas mistisme yang pertama kali yang menarik para ahli psikologi agama adalah kenyataan bahwa pengalaman-pengalaman mistik atau perubahan-perubahan atau kesadaran yang mencapai puncaknya dalam kondisi yang digambarkanya sebagai kemanunggalan gambaran tersebut merupakan pengalaman menyatu dengan tuhan.

Kondisi kesadaran serupa juga dialami oleh tokoh mistik nonteistik (kalangan para penganut budha). Tokoh mistik teistik maupun non teistik sependapat mengenai arti penting pengalaman yang mereka anggap sebagai persepsi murni terhadap salah satu aspek realitas, meskipun ada perbedaan jauh dalam pernyataan verbal yang mereka gunakan ketika mengemukaan mengenai apa yang mereka persepsikan. Kondisi kesadaran mistik seperti ini diperoleh melalui kontempalsi dan pengasingan diri dari kehidupan sosial 6.

3 Jalauddin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 1993, cet. ke-2. Hal 174

4 Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama..hal 207

5 Prof. Harun Nasution (1973:56)

(4)

Sedangkan menurut William James menjelaskan tentang kondisi mistisisme. Menurutnya, kondisi tersebut ditandai dengan empat karakteristik:

a. Ineffability (tidak dapat diungkapkan), merupakan suatu kondisi yang mustahil dapat dideskripsikan atau dijabarkan, kondisi tersebut merupakan perasaan (state of feeling) yang sulit dilakukan pada orang lain dengan detail kata seteliti apa pun.

b. Neotic, yaitu merupakan merupakan suatu kondisi pemahaman sebab bagi para pelakunya ia merupakan kondisi pengetahuan. Dalam kondisi tersebut tersingkap hakikat realitas yang baginya merupakan ilham dan bukan pengetahuan demonstratif.

c. Transiency, yaitu merupakan suatu kondisi yang cepat sirna. Dengan kata lain, ia tidak langsung tinggal lama pada sang sufi atau mistikus, tapi ia menimbulkan kesan-kesan yang sangat kuat dalam ingatan.

d. Passivity, yaitu merupakan kondisi pasif.

Dari sudut pandang tokoh mistis itu sendiri, pengasingan diri dan kontemplasi itu adalah dalam upaya menyucikan diri, membersihkan jiwa dari keterikatan akan kenikmatan materi. Kecenderungan yang demikian itu menampilkan sikap yang berbeda dari masyarakat umumnya. Penarikan diri dari kehidupan social dengan cara mengasingkan diri juga dijumpai pada penderita gangguan jiwa.

Mistisisme dalam kajian psikologi agama dilihat dari hubungan sikap dan perilaku agama dengan gejala kejiwaan yang melatar belakanginya. Jadi bukan dilihat dari absah tidaknya mistisisme itu berdasarkan pandangan agama masing-masing.

3. Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan

(5)

Diciptakanya mantra-mantra yang dianggap sakti untuk menguasai, menangkal atau membinasakan kekuatan gaib perkembangan itu melibatkan masyarakat umum dan dan individu yang bersifat umum berkembang menjadi kultus dan individualis berkembang menjadi perdukunan.

Perkembangan masyarakat pada kenyataan selalu membawa berkas dari generasi terdahulu. Demikian pula perkembangan kepercayaan dari tahap politeisme menjadi monoteisme 7.

4. Hal-hal yang Termasuk Mistisisme A. Ilmu ghaib

Yakni cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang di duga ada didalam alam ghaib, yaitu yang tidak dapat diamati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia.

Kekuatan-kekuatan ghaib ini dipercayai ditempat-tempat tertentu, pada benda pusaka ataupun berada dan menjelma dalam tubuh manusia. Sejalan dengan kepercayaan tersebut timbullah fetisen, tempat keramat dan dukun sebagai wadah dari kekuatan ghaib.

Ilmu ghaib memegang peranan dalam keperluan pribadi dan tidak mempunyai makna yang langsung bagi masyarakat umum.

B. Magis

Ialah suatu tindakan dengan anggapan bahwa kekuatan ghaib bisa mempengaruhi duniawi secara secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu tujuan yang di ingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab-akibat secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang diingini.

(6)

Untuk menjelaskan hubungan antara unsur-unsur kebatinan ini, kita

pertentangkan magis ini dengan masalah lain yang erat hubungannya:

1) Magic dan Takhayul

Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat dipergunakan bagian yang berasal dari tubuh orang dimaksud. Misalkan, membunuh musuh dengan cara membakar rambut atau kukunya. Tindakan membunuh tersebut adalah magis dan penggunaan rambut dan kuku sebagai alat pembunuh adalah takhayul.

2) Magis dan Ilmu Ghaib

Contoh diatas jika kita mempercayai maka suatu proses tersebut secara rasional tergolong ilmu gaib.

3) Magis dan Kultus

Jika dihubungkan dengan kultus, magis merupakan perbuatan yang dianggap mempunyai kekuatan memaksakan kehendak kepada supernatural (tuhan).

C. Kebatinan

Menurut Prof. Djojodiguno, S.H., berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi:

1) Golongan yang hendak menggunakan kekuatan ghaib untuk melayani berbagai keperluan manusia.

2) Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup dialam baka sebelum mengalami kematian.

3) Golongan yang berniat mengenal tuhan dan menembus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.

4) Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur didunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang saling menghargaidan mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah-perintah tuhan.

(7)

D. Tasawuf dan Tarekat

Tasawuf disebut juga mistisme islam memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berarti dihadirat tuhan.

Menurut Harun Nasution, intisari dari mistisisme ialah kesadaran akan adanya komunikasi dengan tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi.

Tarikat pada mulanya diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan tujuan berada sedekat mungkin dengan tuhan. Kemudian, tarikat mengandung arti organisasi (tarikat) tiap organisasi mempunyai syekh, upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.

 Pelaksanaan tarikat diantaranya:

a. Dzikir. b. Ratib

c. Muzik, yaitu dalam membaca wirid-wirid diiringi bacaan-bacaan supaya lebih khidmat.

d. Bernapas, yaitu mengatur napas pada waktu melakukan dzikir tertentu 8.

(8)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

1. Pengertian Mistisisme dalam Psikologi Agama

Kata mistisisme berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya “menutup mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri.

2. Karakteristik Mistisisme dalam Psikologi Agama

a. Ineffability: Tidak Dapat Diungkapkan. c. Transiency : kondisi yang cepat sirna.

b. Neotic : Kondisi Pemahaman. d. Passivity : Kondisi Pasif. 3. Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan

Manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan, yaitu lingkungan alam dan masyarakat. Lingkungan alam meliputi benda organis yang hidup disekitar manusia dan lingkungan masyarakat , adalah masa manusia yang berada di sekitarnya. 4. Hal-hal yang Termasuk Mistisisme

A. Ilmu ghaib

Kekuatan yang di duga ada didalam alam ghaib, yaitu yang tidak dapat diamati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia.

B. Magis

Suatu tindakan bahwa kekuatan ghaib bisa mempengaruhi duniawi secara secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman.

C. Kebatinan

a) Golongan yang hendak menggunakan kekuatan ghaib

b) Golongan yang mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan c) Golongan yang berniat mengenal tuhan

d) Golongan yang menempuh budi luhur didunia 5. Tasawuf dan Tarekat

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Djaelani. 1996, Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf, (Gema Insani Press, Jakarta)

Darajat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang

Prof. Dr. Jalaluddin. Psikologi Agama. Rajawali Press. Jakarata

Rahardjo, Mudjia . Dkk . 2009 . Filsafat Ilmu . Malang : Uin-Malang Press

Susanto, A . 2011 . Filsafat Ilmu : Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis,

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa partisipasi masyarakat merupakan sikap sadar, kemandirian serta kerja sama antar masyarakat maupun aparat desa dalam memanfaatkan

usaha pengolahan singkong dari hulu hingga hilir yang dimiliki Bapak Daud dapat dikatakan memiliki kemajuan dan keberhasilan walaupun terdapat beberapa kendala dalam melakukan

Akan tetapi jika ia mengetahui bahwa ayat ini turun bagi orang yang berpergian atau pun orang yang salat dengan hasil ijtihad dan ternyata hasil ijtihadnya salah

Dalam membuat Sistem Kepesertaan Berbasis Web di Dana Pensiun GKJ dibutuhkan 61 file php, dimana setiap file php dikoneksikan dengan database beserta tabel untuk

Moleong, L. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wawasan Pendidikan Islam. Bandung: Penerbit Marja. Standar Kompetensi dan

Pengertian Merger dan Akuisisi , Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan komposisi terbaik dari kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan Carbopol terhadap % moisture content (MC)

Dari latar belakang di atas maka penulis memberikan judul pada penelitian ini adalah “Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran IPA