• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Aksi Rehabilitasi Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rencana Aksi Rehabilitasi Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya

Rencana Aksi Recovery Pasca Bencana Merapi (Status Siaga) tahun 2010 di Kabupaten

Sleman ini dapat diselesaikan.

Rencana aksi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian utama yaitu Gambaran Kondisi Wilayah Kabupaten Sleman sebelum bencana, Ringkasan Kejadian Bencana Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 dan langkah-langkah yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam masa tanggap darurat dan Rencana aksi Rehabilitasi Rekonstruksi pasca bencana erupsi Gunung Merapi yang disusun berdasarkan penilaian kerusakan dan kerugian akibat bencana dan analisis akibat bencana. Ketiganya merupakan satu

kesatuan yang saling melengkapi untuk rencana aksi pemulihan dini (early recovery) dan

rehabilitasi rekonstruksi sebagai langkah perbaikan ke depan.

Penyajian dalam dokumen tentang fakta dan peristiwa serta penanganan bencana alam diupayakan melalui pengidentifikasian dan pemetaan secara obyektif, sehingga diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendukung rencana aksi ini serta sebagai acuan dalam penyusunan program dan kegiatan untuk malaksanakan upaya pemulihan pasca bencana.

Sangat disadari bahwa rencana aksi ini masih jauh dari sempurna, namun demikian tetap diupayakan dapat memenuhi kebutuhan sebagai acuan program rehabilitasi dan rekonstruksi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Akhirnya disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan Rencana Aksi ini.

Sleman, Desember 2010

Kepala Bappeda Kabupaten Sleman

(2)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman ii

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN

Kabupaten Sleman secara geografis merupakan daerah rawan bencana karena di bagian utara / hulu wilayah ini bertengger Gunung Merapi, salah satu gunung berapi paling aktif di dunia yang secara periodik siap memuntahkan lava ke lereng dan daratan sekitarnya Kejadian bencana alam erupsi Merapi memacu Pemerintah Kabupaten Sleman untuk memiliki konsep baku antisipasi dan penangggulangan bencana.

Kejadian bencana erupsi gunung api Merapi yang terjadi pada akhir tahun 2010 ini memberi banyak pelajaran berharga, masa tanggap darurat yang sangat kritis untuk penyelamatan jiwa, pemulihan dini dan rencana langkah rehabilitasi dan rekontruksi menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pelaksanaan dan pengorganisasian yang mantap

menjadi kata kunci dalam langkah penanganan, what must be done, apa yang seharusnya

dilakukan oleh berbagai pihak untuk memperlancar tindakan penanggulangan bencana menjadi hal vital untuk dipahami saat kejadian yang tidak dapat diduga waktunya. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah langkah untuk membangun kembali, menatap masa depan untuk bangkit dari keterpurukan akibat bencana. Rencana aksi ini disusun sebagai kerangka membangun kembali melalui langkah program rehabilitasi dan rekonstruksi.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi ini.

Sleman, Desember 2010

Bupati Sleman

(3)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Gambaran Umum Wilayah ... 3

1.2.1. Letak Wilayah ... 3

1.2.2. Luas Wilayah ... 3

1.2.3. Topografi dan Geohidrologi ... 4

1.2.4. Karakteristik Wilayah ... 5

1.2.5. Perekonomian Daerah ... 6

1.2.6. Pertanian ... 10

1.2.7. Peternakan ... 10

1.2.8. Perkebunan ... 11

1.2.9. Perikanan ... 12

1.2.10. Ketahanan Pangan ... 12

1.2.11. Perdagangan ... 13

1.2.12. Perindustrian ... 13

1.2.13. Koperasi ... 13

1.2.14. Pariwisata ... 14

1.2.15. Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 14

BAB II KEJADIAN BENCANA DAN PENANGANAN TANGGAP DARURAT ... 16

2.1. Erupsi Merapi ... 16

2.2. Kronologis Perubahan Zona Bahaya ... 17

2.3. Keputusan Bupati Sleman Berkaitan dengan Masa Tanggap .... Darurat ... 17

2.4. Pelaksanaan Tanggap Darurat ... 18

2.5. Kelembagaan Masa Tanggap Darurat ... 19

BAB III PERKIRAAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN ... 24

3.1. Metodologi Penilaian Kerusakan dan Kerugian ... 24

3.2. Damage and Loss Assesment/DaLA ... 25

3.2.1. Sektor Perumahan ... 27

3.2.2. Sektor Infrastruktur ... 28

(4)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman iv

3.2.4. Sektor Ekonomi ... 32

3.2.5. Sektor Lintas Sektor ... 38

3.3. Human Recovery Need Assesment (HRNA) ... 40

BAB IV RENCANA PENATAAN KAWASAN LERENG MERAPI ... 46

BAB V PERKIRAAN KEBUTUHAN PASCA BENCANA ... 52

BAB VI MANAJEMEN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI ... 60

6.1. Perencanaan ... 60

6.2. Kelembagaan ... 60

6.3. Pelaksanaan Kegiatan ... 61

6.4. Pemantauan, Evaluasi dan Pengawasan ... 61

BAB VII PENUTUP ... 63

LAMPIRAN MATRIKS RENCANA AKSI ... - Perumahan ... 1

- Lingkungan Hidup ... 3

- Pekerjaan Umum ... 4

- Perhubungan ... 17

- Komunikasi dan Informatika ... 18

- Energi dan Sumber Daya Mineral ... 18

- Pendidikan ... 18

- Kesehatan ... 21

- Sosial ... 25

- Transmigrasi ... 29

- Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ... 29

- Pemberdayaan Masyarakat Desa ... 29

- Tenaga Kerja ... 30

- Kebudayaan ... 31

- Ketahanan Pangan ... 33

- Pertanian ... 34

- Kehutanan ... 39

- Kelautan dan Perikanan ... 39

- Perdagangan ... 41

- Perindustrian ... 43

- Koperasi dan UKM ... 46

- Penanaman Modal ... 49

- Pariwisata ... 49

(5)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman v

- Pertanahan ... 54

- Kependudukan dan catatan Sipil ... 55

- Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri ... 57

- Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum dst... 61

- Statistik ... 67

- Kearsipan ... 68

- Perpustakaan ... 69

(6)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 1

RENCANA AKSI

REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA

BENCANA MERAPI

(STATUS MERAPI SIAGA)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Kabupaten Sleman merupakan bagian utara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berujung di Gunung Merapi sebagai batas wilayah paling utara.

Gunung Merapi di Kabupaten Sleman merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, sehari-hari dalam kondisi normal aktif mengeluarkan asap yang berasal dari dapur magmanya, namun gunung ini secara periodik aktifitasnya meningkat dengan bererupsi dan meletus. Di satu sisi Merapi merupakan anugerah dengan keindahan dan kesuburan tanah di sekitarnya namun di sisi lain merupakan ancaman yang sering menimbulkan kerugian dan memakan korban. Telah disadari bahwa Merapi sebagai salah satu gunung teraktif di dunia, sehingga masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Sleman senantiasa waspada dalam hidup berdampingan dengan gunung ini. Diperlukan kewaspadaan yang teus menerus untuk dapat mengantisipasi untuk memantau aktivitasnya agar apabila terjadi erupsi dapat diminimalisir korban dan kerusakan yang ditimbulkannya. Dari data empiris diketahui bahwa periodisasi meningkatnya aktivitas Merapi berkisar antara 2 tahun sampai 7 tahun.

(7)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 2

tingkat Nasional. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Sebagai dasar penyusunan rencana pemulihan diperlukan penilaian kerusakan dan kerugian agar dapat diukur skala dampak bencana sehingga dapat menentukan prioritas penanganan dan pada akhirnya menentukan strategi rehabilitasi dan rekonstruksi.

Kaitan antara penilaian kerusakan dan kerugian dengan rencana aksi sebagai pedoman kebijakan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi jelasnya dapat dilihat dalam gambar 1.1-I.

Gambar 1.1-I

Kaitan Penilaian Kerusakan dan Kerugian dengan Rencana Aksi

Sumber: Sekretariat P3B Bappenas

Penyusunan Rencana Aksi Penanganan Bencana Alam Letusan Merapi di Kabupaten Sleman dimaksudkan untuk mengidentifikasi kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh meletusnya Gunung Merapi pada tahun 2010, menyusun dan memetakan permasalahan dalam penanganan bencana, menyusun rencana aksi untuk mengatasi dampak bencana, sebagai upaya pendokumentasian peristiwa dan penanganan bencana alam di wilayah Kabupaten Sleman, sebagai

lesson learned ketika terjadi peristiwa serupa di masa depan, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik.

Mengingat sampai saat ini status Gunung Merapi belum normal, maka rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi ini bersifat sementara. Adapun rencana aksi ini akan digunakan pula sebagai dasar dalam menyusun rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi disusun secara bersama dengan Provinsi DIY dan Pusat.

Penilaian Kerusakan & Kerugian

Strategi Rehabilitasi & Rekonstruksi

Strategi Pendanaan & Pengawasan Penilaian Kebutuhan

(8)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 3

1.2. Gambaran Umum Wilayah

1.2.1. Letak Wilayah

Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110°15’13” sampai dengan 110°33’00” Bujur Timur dan 7°34’51” sampai dengan 7°47’03” Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.2.2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km2. Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara.

Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel 1.2-I.

Tabel 1.2-I

Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman

Banyaknya No Kecamatan

Desa Padukuhan

Luas (Ha)

1. Moyudan 4 65 2.762

2. Minggir 5 68 2.727

3. Seyegan 5 67 2.663

4. Godean 7 77 2.684

5. Gamping 5 59 2.925

6. Mlati 5 74 2.852

7. Depok 3 58 3.555

8. Berbah 4 58 2.299

9. Prambanan 6 68 4.135

10. Kalasan 4 80 3.584

(9)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 4 Banyaknya

No Kecamatan

Desa Padukuhan

Luas (Ha)

12. Ngaglik 5 87 3.852

13. Sleman 6 83 3.132

14. Tempel 8 98 3.249

15. Turi 4 54 4.309

16. Pakem 5 61 4.384

17. Cangkringan 5 73 4.799

Jumlah 86 1.212 57.482

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman.

1.2.3. Topografi dan Geohidrologi

a. Topografi

Keadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal.

Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-499 meter, 500-999 meter, dan >1.000 meter dpl. Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau 10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Berbah, dan Prambanan.

b. Geohidrologi

Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi dari keberadaan gunung Merapi. Formasi geologi dibedakan menjadi endapan vulkanik, sedimen, dan batuan terobosan, dengan endapan vulkanik mewakili lebih dari 90% luas wilayah.

(10)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 5

pasir berkerikil) di bagian atas. Formasi Yogyakarta dan formasi Sleman ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air utama yang sangat potensial dan membentuk satu sistem akifer yang di sebut Sistem Akifer Merapi (SAM). Sistem akifer tersebut menerus dari utara ke selatan dan secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul.

Air tanah Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan bergerak menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi, rekahan atau patahan maka akan muncul mata air. Di Kabupaten Sleman terdapat 4 jalur mata air (springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi.

Di Kabupaten Sleman terdapat 154 sumber mata air, yang airnya mengalir ke sungai-sungai utama yaitu sungai Boyong, Kuning, Gendol, dan Krasak. Di samping itu terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Samudera Indonesia.

1.2.4. Karakteristik Wilayah

Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman terbagi menjadi 4 kawasan sesuai dengan RTRW Kabupaten Sleman, yaitu :

1. Kawasan lereng gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan kota Tempel, Pakem, dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumberdaya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan gunung Merapi dan ekosistemnya.

2. Kawasan timur meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan Kalasan, dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih.

3. Wilayah tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa.

(11)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 6

Berdasar jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan kota-kota pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, Jakarta). Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, Tempel, dan Gamping. Selain itu, wilayah Kecamatan Depok, Mlati, dan Gamping juga dilalui jalan lingkar yang merupakan jalan arteri primer, sehingga kecamatan-kecamatan tersebut menjadi wilayah yang cepat berkembang, yaitu dari pertanian menjadi industri, perdagangan, dan jasa.

Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan, wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah hulu kota Yogyakarta. Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut:

1. wilayah aglomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu) merupakan perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah aglomerasi kota Yogyakarta; 2. wilayah sub-urban (wilayah perbatasan antara desa dan kota) meliputi kota

Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik terletak agak jauh dari kota Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di wilayah kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan.

Wilayah fungsi khusus/ wilayah penyangga (buffer zone) meliputi Kecamatan Tempel, Pakem, dan Prambanan yang merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya.

1.2.5. Perekonomian Daerah

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(12)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 7

Gambar 1.2-II

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009

(Milyar Rupiah)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

2005 2006 2007 2008 2009

ADHB ADHK

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010

b. Pertumbuhan Ekonomi

(13)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 8

Gambar 1.2-III

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009

‐20 ‐10 0 10 20 30 40 50 60 70 80

2005 2006 2007 2008 2009

PERTANIAN

PERTAMBANGAN/PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK,GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN

PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA KEUANGAN

JASA‐JASA

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010

c. Struktur Perekonomian Daerah

Dinamika kegiatan ekonomi menyebabkan pertumbuhan tiap-tiap sektor berbeda-beda, yang memungkinkan terjadinya pergeseran sumbangan tiap-tiap sektor dalam pembentukan PDRB. Selama periode tahun 2005-2009, kontribusi sektor primer cenderung terus mengalami penurunan yaitu dari 17,86% pada tahun 2005 menjadi 16,94% pada tahun 2009; kontribusi sektor sekunder cenderung mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2005 sebesar 27,45% menjadi 27,77% pada tahun 2007 dan mengalami penurunan kembali menjadi sebesar 27,25% pada tahun 2009; sedangkan kontribusi sektor tersier terus mengalami kenaikan yaitu dari 54,69% pada tahun 2005 meningkat menjadi 55,79% pada tahun 2009.

(14)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 9

d. PDRB Per Kapita

PDRB perkapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun meningkat rata-rata per tahun 11,55% yaitu dari Rp7.672.227 pada tahun 2005 menjadi Rp11.868.036 pada tahun 2009. Sedangkan PDRB perkapita menurut harga konstan (ADHK 2000) meningkat rata-rata per tahun 3,31% yaitu dari Rp5.082.668 pada tahun 2005 menjadi Rp5.789.440 pada tahun 2009. PDRB per kapita Kabupaten Sleman menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir disajikan pada tabel 1.2-IV.

Gambar 1.2-IV

PDRB Per Kapita Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009

0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000

2005 2006 2007 2008 2009

ADHB ADHK

e. Inflasi

Tingkat inflasi di Kabupaten Sleman selama periode tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi (turun naik) yaitu dari 15,48% pada tahun 2005 turun menjadi 10,88% pada tahun 2006, kemudian turun lagi menjadi 7,62% pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 naik menjadi 10,16%. Pada tahun 2009 inflasi turun menjadi 4,03%.

(15)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 10

Pada tahun 2008 inflasi tertinggi pada kelompok pengeluaran perumahan sebesar 18,21% dan terendah pada kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 4,75%. Pada tahun 2009 inflasi tertinggi pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minumam, rokok, dan tembakau sebesar 6,41% dan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi yakni sebesar (1,62%). Inflasi kabupaten Sleman menurut kelompok pengeluaran dapat dilihat pada tabel 1.2-V.

Tabel 1.2-V

Inflasi Kabupaten Sleman Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2005-2009

Tingkat Inflasi (%)

No Kelompok Pengeluaran

2005 2006 2007 2008 2009*)

1 Bahan Makanan 14,74 16,86 11,12 10,30 4,25

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau 16,21 13,38 3,35 7,91 6,41

3 Perumahan 15,39 11,72 5,13 18,21 5,11

4 Sandang 10,20 10,27 5,37 9,18 3,26

5 Kesehatan 7,75 4,02 5,84 4,75 3,63

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 6,17 11,04 11,08 5,50 4,26

7 Transportasi dan Komunikasi 26,58 1,92 1,92 4,86 (1,62)

Umum 15,48 10,88 7,62 10,16 4,03

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010

1.2.6. Pertanian

Produksi padi selama 5 tahun mengalami kenaikan rata-rata 1,19% per tahun yaitu dari 241.931 ton pada tahun 2005 menjadi 269.404 ton pada tahun 2009. Surplus beras juga mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,24% pertahun yaitu dari 83.349 ton pada tahun 2005 menjadi 95.925 ton pada tahun 2009.

1.2.7. Peternakan

(16)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 11

1.2.8. Perkebunan

Data perkebunan luas lahan usaha perkebunan menurun dari 9.236,00 ha tahun 2005 menjadi 9.117 ha pada tahun 2009, sehingga jumlah produksi dari tahun 2004 sampai tahun 2008 mengalami penurunan kecuali tanaman kakao, mendong, tebu, jambu mete, kapuk randu, kenanga, nilam. Untuk lebih jelasnya jumlah populasi perkebunan dapat dilihat pada tabel 1.2-VI.

Tabel 1.2-VI

Data Perkebunan Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009

NO Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009

1 Luas Lahan Usaha

28.476,00 30.325,00 33.744,00

9 Tebu

14 Penyerapan Tenaga Kerja

(17)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 12

1.2.9. Perikanan

Perkembangan luas lahan usaha perikanan darat khususnya yang dilakukan di kolam luasannya dari tahun 2005 sampai 2009 cenderung meningkat, dari data yang ada pada tahun 2005 seluas 529,82 ha kemudian naik menjadi 573,75 ha pada tahun 2009. Kenaikan luas lahan ini diikuti dengan kenaikan jumlah produksi yang sangat besar, pada tahun 2005 hanya sebesar 4.932,70 ton menjadi 10.013,92 ton pada tahun 2009.

Produksi ikan per tahun di Kabupaten Sleman juga mengalami kenaikan yang sangat besar. Ikan konsumsi pada tahun 2005 sebesar 5.275,80 ton dan pada tahun 2009 meningkat pesat menjadi 12.104,70 ton, demikian juga dengan benih ikan juga mengalami peningkatan yang signifikan, data yang ada menunjukkan pada tahun 2005 sebanyak 302.127.800 ekor dan pada tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 789.367.500 ekor.

Konsumsi ikan perkapita di Kabupaten Sleman juga mengalami peningkatan, pada tahun 2005 konsumsi ikan perkapita sebesar 17,50 kg/kapita/th dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 25,95 kg/kapita/th.

1.2.10. Ketahanan Pangan

(18)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 13

1.2.11. Perdagangan

Perkembangan jumlah eksportir, volume dan nilai eksport sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan disebabkan adanya krisis keuangan global pada pertengahan tahun 2008, semakin ketatnya persaingan pada pasar global dan semakin maraknya atribut ekspor yang dipersyaratkan negara mulai tahun 2007 seperti Amerika dan Eropa dengan berbagai pertimbangan untuk keselamatan konsumen.

1.2.12. Perindustrian

Jumlah kelompok industri kecil dan rumah tangga meningkat dari 14.867 pada tahun 2005 menjadi 15.012 pada tahun 2009. Penurunan jumlah industri kecil dan rumah tangga yang diakibatkan adanya bencana gempa bumi dan erupsi gunung Merapi pada tahun 2006 sudah mulai bisa naik kembali pada tahun 2007. Sedangkan kelompok industri menengah dan besar mengalami peningkatan yaitu dari 81 pada tahun 2005 menjadi 100 pada tahun 2009. Nilai investasi industri kecil dan rumah tangga serta industri menengah dan besar selama tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan sebesar 11,21%, yaitu dari Rp433,83 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp482,46 miliar pada tahun 2009.

1.2.13. Koperasi

Peningkatan dan perkembangan perkoperasian di Kabupaten Sleman terlihat dari jumlah koperasi yang ada menunjukkan tren yang semakin meningkat yaitu 530 koperasi pada tahun 2005 menjadi 601 koperasi pada tahun 2009. Jumlah koperasi aktif juga meningkat dari 247 koperasi pada tahun 2005 menjadi 481 pada tahun 2009. Sementara jumlah koperasi beku semakin menurun dari 96 pada tahun 2005 menjadi 91 pada tahun 2009. Jumlah anggota semakin meningkat dari 199.095 orang pada tahun 2005 menjadi 218.835 orang pada tahun 2009.

(19)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 14

1.2.14. Pariwisata

Pariwisata merupakan sektor yang mempunyai potensi yang baik dan memiliki daya tarik yang kompetitif. Kabupaten Sleman merupakan daerah tujuan utama wisata di DIY karena banyaknya potensi obyek wisata yang ada. Perkembangan jumlah wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara meningkat dari 3.312.674 orang pada tahun 2005 menjadi 3.595.924 orang tahun 2009. Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara meningkat dari 2,06 hari pada tahun 2005 menjadi 2,81 hari pada tahun 2009. Sedangkan lama tinggal wisatawan nusantara meningkat dari 1,36 hari pada tahun 2005 menjadi 2,84 hari pada tahun 2009.

1.2.15. Penduduk menurut kelompok umur

Pada tahun 2005 jumlah penduduk kelompok umur yang paling banyak adalah kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 122.652 jiwa (12,84%) sedangkan jumlah kelompok umur paling sedikit adalah kelompok umur 55-59 tahun yaitu sebanyak 36.457 jiwa (3,81%). Pada tahun 2009 kelompok umur yang paling banyak juga kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 134.374 jiwa (12,75%) dan kelompok umur paling rendah juga masih terjadi pada kelompok umur 55-59 tahun yaitu sebesar 42.665 jiwa (4,04%).

Tabel 1.2-VII

Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009

Tahun Jenis Data

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah penduduk

menurut Kelompok Umur 955.124 1.008.264 1.026.704 1.040.220 1.053.500

0 – 4 tahun 63.438 68.593 65.772 71.362 67.489

5 – 9 tahun 66.990 68.550 72.296 73.405 74.183

10 – 14 tahun 68.429 68.855 70.924 69.385 72.775

15 – 19 tahun 73.673 75.444 83.944 95.282 86.135

20 - 24 tahun 122.652 126.761 130.956 148.295 134.374

25 – 29 tahun 85.853 99.400 100.156 100.483 102.770

30 – 34 tahun 71.305 79.633 79.352 86.736 81.423

35 – 39 tahun 73.764 76.709 75.292 76.476 77.257

40 – 44 tahun 65.553 67.415 71.904 68.066 73.781

(20)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 15 Tahun

Jenis Data

2005 2006 2007 2008 2009

50 – 54 tahun 55.314 43.373 51.828 41.786 52.181

55 – 59 tahun 36.457 43.766 41.580 38.303 42.665

60 – 64 tahun keatas 112.662 130.466 119.252 117.003 122.364

(21)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 16

BAB II. KEJADIAN BENCANA DAN PENANGANAN TANGGAP DARURAT 

2.1. Erupsi Merapi

Setelah gunungapi Merapi erupsi yang terakhir pada tahun yang 2006, pada tahun 2010 ini Merapi erupsi lagi dengan intensitas letusan yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan erupsi tahun-tahun 2010 ini merupakan tipe letusan dan erupsi periode 100 tahunan. Pada bulan Oktober dan November 2010 terjadi erupsi dan letusan yang membawa korban baik harta maupun jiwa manusia. Sampai dengan saat ini status Gunung Merapi masih dalam kondisi Siaga. Setelah sebelumnya dinyatakan Awas dan berakhir pada tanggal 3 Desember 2010. Pada tanggal 26 Oktober 2010 terjadi erupsi dan letusan yang cukup besar, kemudian erupsi kembali besar pada tanggal 5 November 2010. Letusan pada tahun 2010 ini banyak menimbulkan kerusakan, kerugian dan korban.

Adapun kronologi kejadian erupsi dan letusan merapi tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 2.1-I.

Tabel 2.1-I.

Kronologi Kejadian Erupsi Dan Letusan

NO TANGGAL KETERANGAN

1. 20 September 2010 Status Gunung Merapi ditingkatkan dari Normal menjadi Waspada

2. 21 Oktober 2010 Status Merapi menjadi Siaga 3. 25 Oktober 2010 Status Merapi menjadi Awas.

Warga, terutama Ibu hamil, anak balita, lansia mulai di evakuasi ke daerah yang lebih aman. Telah disiapkan 7 barak pengungsian yakni Glagaharjo, Kepuhar-jo, Umbulharjo, Hargobinangun, Purwo-binangun, Girikerto dan Wonokerto. Pemkab Sleman telah siapkan sarana transportasi di Wilayah Cangkringan, Desa Kepuharjo 10 truk, Umbulharjo 10 truk, Glagaharjo 7 truk, Kecamatan Turi Wonokerto 6 truk, Girikerto 6 truk, dan swadaya dari masyarakat sendiri.

4 26 Oktober 2010 Gunung Merapi meletus. Sebanyak 40 orang tewas. (sumber slemankab.go.id). Warga yang berada di lokasi Kawasan Rawan Bencana diungsikan ke barak barak pengungsian. 5 3 November 2010 Terjadi awanpanas besar selama 1,5 jam. Dilaporkan bahwa

awan panas mencapai 9 km di alur Sungai. Gendol.

Daerah aman diluar radius 15 km dari puncak Merapi. (Sumber http://www.merapi.bgl.esdm.go.id

6 5 November 2010 Gunung Merapi Erupsi. 222 Jiwa Meninggal. (sumber slemankab.go.id). Wilayah yang aman bagi para pengungsi diubah dari di luar radius 15 km, menjadi di luar radius 20 km

dari puncak G. Merapi. (sumber

http://www.merapi.bgl.esdm.go.id)  

(22)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 17

NO TANGGAL KETERANGAN

7 19 November 2010 Terhitung tanggal 19 November 2010 pukul 12:00 WIB, wilayah yang aman bagi parapengungsi adalah sebagai berikut: Kab. Sleman: sebelah Timur K. Boyong di luar 15 km, sebelah Barat K. Boyong di luar 10 km dari puncak G. Merapi. Kab. Magelang di luar 10 km daripuncak G. Merapi. Kab. Boyolali di luar 5 km dari puncak G. Merapi. Kab Klaten di luar 10 km dari puncak G. Merapi.

8 3 Desember 2010 Terhitung sejak tanggal 3 Desember 2010 status Gunung Merapi diturunkan menjadi siaga, namun demikian penanganan masih bersifat tanggap darurat mengingat masih adanya ancaman lahar dingin.

2.2. Kronologis Perubahan Zona Bahaya

Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas Gunung Merapi, yang ditandai dengan peningkatan status Awas dan sampai saat ini baru menurun ke status Siaga, Badan Geologi juga meningkatkan radius zona berbahaya. Perubahan zona aman dari Merapi tergambarkan sebagai berikut :

NO NO SURAT BADAN

GEOLOGI

TANGGAL ZONA BAHAYA

1 2048/45/BGL.V/2010 25 Oktober 2010 10 Km DARI PUNCAK MERAPI

2 2317/45/BGL.V/2010, 5 November 2010 20 km dari puncak Merapi 3 2377/45/BGL.V/2010 19 November 2010 10 km dari puncak diwilayah

barat S. Boyong dan 15 km di wilayah timur S. Boyong 4 3120/45/BGL.V/2010 3 Desember 2010 2.5 km dari puncak G. Merapi.

Lebih khusus pada KRB III sementara di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman

2.3. Keputusan Bupati Sleman Berkaitan Dengan Masa Tanggap Darurat

Menyikapi dinamika dan perkembangan yang ada seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas Gunung Merapi, Pemerintah Kabupaten Sleman menerbitkan Keputusan Bupati sebagai payung hukum bagi aparat Pemerintah Kabupaten Sleman dalam melakukan tindakan. Beberapa Keputusan Bupati yang diterbitkan diantaranya meliputi :

(23)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 18 • Keputusan Bupati Sleman No 322/Kep. KDH/A/2010 Tentang Status Keadaan

Darurat Bencana tanggal 22 Oktober 2010, yang intinya mengenai :

a. Status keadaan darurat bencana, yaitu darurat siaga Gunungapi Merapi dan darurat bencana hidrometeorologis

b. Instansi terkait bersama-sama masyarakat untuk dapat mengambil langkah-langkah penangan bencana secara koordinatif.

• Keputusan Bupati Sleman No 323/Kep. KDH/A/2010 Tentang penunjukkan Komandan Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi, yakni, IR Widi Sutikno, Msi, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman sebagai komandan tanggap darurat Bencana Gunungapi Merapi.

• Keputusan Bupati Sleman No 325/Kep. KDH/A/2010 Tentang keadaan darurat Gunungapi Merapi dengan status AWAS tanggal 25 Oktober 2010, yang intinya mengenai :

a. Keadaan darurat Gunungapi Merapi dengan status AWAS.

b. Instansi terkait bersama-sama masyarakat untuk dapat mengambil langkah langkah penangan bencana gunungapi secara koordinatif.

• Keputusan Bupati Sleman No 327/Kep. KDH/A/2010 Tentang Status Keadaan darurat Gunungapi Merapi tanggal 26 Oktober 2010, yang intinya mengenai : a. Status keadaan darurat bencana Gunungapi Merapi

b. Status keadaan darurat bencana Gunungapi Merapi ditetapkan selama 14 (empat belas) hari sejak tangal Keputusan ini ditetapkan

c. Sintansi terkait bersama-sama masyarakat unutk dapat mengambil langkah-langkah penanganan bencana gunung api secara koordinatif

• Perpanjangan masa tanggap darurat dalam Keputusan Bupati Sleman no 342/Kep.KDH/A/2010 (tanggal 9 Oktober 2010) dengan masa tanggap darurat 14 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tanggap darurat sesuai Keputusan Bupati Sleman no 327/Kep.KDH/A/2010.

• Perpanjangan kedua status keadaan darurat bencana gunung api Merapi berdasarkan Keputusan Bupati no 350/Kep. KDH/A/2010 tanggal 23 November 2010, selama 14 hari sejak diterbitkannya keputusan tersebut.

2.4. Pelaksanaan Tanggap Darurat

(24)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 19

Pelaksanaan kegiatan tanggap darurat di kabupaten Sleman ditangani oleh Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi sesuai Keputusan Bupati Sleman No 31 Tahun 2010 Tentang Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi, tanggal 9 November 2010.

Selain melakukan evakuasi untuk penyelamatan jiwa maka kegiatan tanggap darurat termasuk pula memenuhi kebutuhan pengungsi. Pelaksanakan kegiatan ini dibantu pula oleh Pemerintah Provinsi DIY, Pemerintah Pusat/BNPB, kabupaten/kota tetangga, LSM, dan beberapa lembaga relawan.

Berdasarkan data terakhir pada tanggal 9 Desember 2010, jumlah korban bencana letusan merapi di Kabupaten Sleman adalah 285 jiwa korban meninggal dunia yang terdiri dari 189 meninggal karena luka bakar dan 96 jiwa karena non luka bakar. Dari semua korban meninggal terdapat 9 orang balita meninggal.Korban yang mengalami luka berat adalah 121 jiwa. Terdapat 24.286 jiwa saat ini masih mengungsi.

2.5. Kelembagaan Masa Tanggap Darurat

Agar kinerja aparat Pemkab Sleman, relawan maupun pihak lain dalam menangani bencana Merapi 2010 ini dapat terkoordinasi dengan baik, maka dibentuklah Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi. Pembantukan organisasi penanganan tangap darurat bencana tersebut berdasarkan atas Keputusan Bupati Sleman No 31 Tahun 2010 Tentang Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi, tanggal 9 November 2010. Dalam organisasi ini, Bupati Sleman dan Wakil Bupati Sleman selaku penanggungjawab penangulangan bencana Gunungapi Merapi. Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi berkedudukan di Pos Komando Utama Stadion Maguwoharjo.

(25)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 20

1. Komandan 2. Wakil Komandan 3. Sekretariat, terdiri dari :

a. Urusan Umum b. Urusan Keuangan

c. Urusan Perencanaan dan pelaporan 4. Bidang operasi

5. Bidang logistik

6. Bidang sarana dan prasarana 7. Bidang Kesehatan

8. Bidang Penanganan khusus dan 9. Bidang data dan informasi

Struktur Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi adalah sebagai berikut:

Sekretariat

Kesehatan Bidang Data

(26)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 21

a. Penunjukan Komandan

Dalam melaksanakan aktivitas selama masa tanggap darurat, Pemkab Sleman melalui Keputusan Bupati Sleman No 323/Kep. KDH/A/2010 Tentang penunjukkan Komandan Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi telah menunjuk IR Widi Sutikno, Msi, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman sebagai Komandan Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi. Dengan adanya satu komando, maka seluruh aktivitas selama masa tanggap darurat dapat dikoordinir dengan baik dan tidak saling tumpang tindih.

b. Aktivitas Di Masa Tanggap Darurat

Dalam menyikapi setiap perubahan status Merapi, Pemerintah Kabupaten Sleman telah mempersipakan langkah-langkah antisipasi. Sehingga saat status Gunung Merapi berubah, maka langkah-langkah yang harus dilakukan sudah direncanakan dengan matang.

c. Saat Status Waspada

• Persiapan Aktivasi Posko Pakem • Updating Data Penduduk Terancam

• Identifikasi Kebutuhan Aktivasi Barak (Rapat Antara Kesbanglinmas PB Dengan SKPD Terkait Operasi Tanggap Darurat ; Kepala Desa Sebagai Koordinator Barak; Tanggal 6 Oktober 2010

• Rapat Koordinasi Dengan BPPTK; Tanggal 10 Oktober 2010; Tentang Kemu ngkinan Letusan Merapi Yang Tidak Lazim

• Sosialisasi Status Waspada Di Kinahrejo (Tanggal 14 Oktober 2010) Turgo (Tanggal 16 Oktober 2010)

• Persiapan Anggaran Tanggap Darurat d. Status Siaga

• Rapat Operasional Penanggulangan Bencana Tanggal 21 Oktober 2010 Jam 22.00 Sd 24.00 Diikuti Oleh Pemkab Sleman, Propinsi DIY, Kodim, Polres, Pmi, Dan Sar.

• Percepatan Program Penanggulangan Bencana :

1) Sosialisasi 4 Titik Pada Tgl 22 Oktober 2010 (Glagaharjo, Kepuharjo, Girikerto, dan Wonokerto – 100 Audien/Pertemuan)

2) Perbaikan Ruas Jalan Evakuasi Mulai Tanggal 22 Oktober 2010 Diawali Ruas Jalan Kepuharjo, Glagaharjo

(27)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 22

4) Droping Perlengkapan Barak Tanggal 22 Oktober 2010 (Tenda, Alat Dapur, Alat Makan, dsb) Ke Wonokerto, Girikerto, Purwobinangun, Hargobinangun, Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo)

5) Persiapan Armada Transportasi Evakuasi Dengan Menghubungi Transport Lokal

6) Pemasangan Lampu Penerang Jalan Evakuasi Di Beberapa Titik (Tanggal 22 Oktober 2010)

7) Persiapan Aktivasi Pos Pelayanan Kesehatan 8) Persiapan Droping Logistik Ke Barak Pengungsian e. Status Awas

• Pembuatan Organisasi Komando Tanggap Darurat Tanggal 25 Oktober 2010

• Tanggal 25 Oktober 2010 Dilakukan Operasi Evakuasi Dengan Target 13.581 Orang, Berdasarkan Rekomendasi Badan Geologi Tentang Dusun Yang Harus Dikosongkan (Operasi Evakuasi Dilakukan Oleh Pemkab Sleman, Tni, Polri, Sar, Pmi, Ormas)

• Menetapkan 7 (Tujuh) Barak Utama Untuk Pengungsian Yaitu: 1) Wonokerto

2) Girikerto (2 Titik) 3) Purwobinangun 4) Hargobinangun 5) Umbulharjo 6) Kepuharjo 7) Glagaharjo

• Melakukan Aktivasi Barak Dengan Droping Logistik Dan Perlengkapan Sarana Prasarana Pengungsian

• Penetapan Posko Utama Pakem Sebagai Pusat Organisasi Tanggap Darurat

• Aktivasi Rencana Tanggap Darurat Masing-Masing Sektor f. Perpindahan Titik Pengungsian

• Tanggal 29 Oktober 2010 Pengungsi Di Barak Umbulharjo Pindah Ke Kiyaran Dan Desa Wukirsari (Sektor Logistik Dan Sarpras Menambah Lokasi Droping Dan Penambahan Sarpras Pengungsi – Mck Dan Air Baku)

(28)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 23

• Pada Tanggal 2 November 2010, Titik Pengungsian Sudah Mencapai 23 Titik, Dengan Jumlah Pengungsi Mencapai 21.428 Jiwa.

• Tanggal 4 November 2010 Pengungsian Dipindahkan Tersentral Di Maguwoharjo; Operasi Evakuasi Jam 23.00 Wib

• Pengungsi Sejumlah 36.000 Memenuhi Stadion Maguwoharjo g. Mekanisme Penyaluran Bantuan

   

 

h. Penyesuaian Anggaran

Guna mendukung aktivitas pada masa tanggap darurat, Pemerintah Kabupaten Sleman melakukan penyesuaian dalam anggaran APBD tahun 2010. Kegiatan yang dianggap tidak dapat dilaksanakan akibat dampak erupsi Merapi maka harus ditangguhkan, anggaran yang ditangguhkan tersebut dapat dimanfaatkan guna mendukung kegiatan tanggap darurat dan pemulihan dini (early recovery) yang dilaksanakan tahun 2010. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sleman juga melakukan penyesuaian anggaran dan reschedule anggaran tahun 2011. Melalui penyesuaian anggaran dan reschedule ini merupakan langkah Pemerintah Kabupaten Sleman untuk tanggap terhadap upaya rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, sehingga SKPD terkait dapat melaksanakan kegiatan recovery dengan dana APBD tahun anggaran 2011.

Penyaluran

Permintan

kebutuhan

Formulir

(29)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 24

III. PERKIRAAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN

3.1. Metodologi Penilaian Kerusakan dan Kerugian

Tujuan utama penilaian seberapa besar kerusakan dan kerugian adalah untuk sesegera mungkin mengukur skala dampak bencana sehingga dapat ditentukan prioritas penanganan dan pada akhirnya menentukan strategi rehabilitasi dan rekonstruksi. Tujuan lain penilaian kerusakan dan kerugian adalah memperkirakan apakah investasi yang akan dialokasikan dapat memberikan manfaat atau tidak bagi kehidupan masyarakat dan pembangunan daerah yang terkena dampak bencana.

Penilaian kerusakan dan kerugian (Damage and Loss Assesment/DaLA) merupakan upaya untuk mendapatkan gambaran komprehensif dampak langsung dan tidak langsung dari bencana tentang kerusakan infrastuktur dan perumahan. Metodologi yang sudah digunakan secara luas telah dikembangkan oleh United Nation yaitu Economic Commission for Latin America and Caribbean / ECLAC atau Badan PBB Komisi untuk Amerika Latin dan Karibia. Pada awalnya penilaian kerusakan dan kerugian dilakukan oleh multi sektor dibawah pengawasan Bappenas. Dengan lahirnya UU No.24 tahun 2007 tentang penanggulangan Bencana , penilaian kerusakan dan kerugian secara sah sudah menjadi bagian dari tahapan tahapan penanggulangan bencana. Dengan demikian sangatlah penting bagi pemerintah untuk membangun kapasitas sumberdaya manusia yang ahli dalam penilaian kerusakan dan kerugian. Perkiraan kerusakan dan kerugian menganalisis tiga aspek utama yaitu :

1. Kerusakan (dampak langsung), merupakan dampak aset, saham, properti yang dinilai dengan harga unit penggantian (bukan rekonstruksi) yang disepakati. Perkiraan itu harus memperhitungkan tingkat kerusakan (apakah aset masih bias dipulihkan/diperbaiki, atau sudah sama sekali hancur).

2. Kerugian (dampak tidak langsung), merupakan aliran-aliran yang akan terkena dampak, seperti pendapatan yang berkurang pengeluaran yang bertambah dan lain-lain selama periode waktu hingga aset dipulihkan.

(30)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 25

3.2. Damageand Loss Assesment/DaLA

Damage and Loss Assesment (DaLA) atau penilaian kerusakan dan kerugian akibat erupsi gunung Merapi yang menimpa kabupaten Sleman, sudah mulai dilakukan setelah terjadinya letusan tanggal 22 Nopember 2010. Pada saat itu status Merapi masih dinyatakan Awas, sehingga hasil pendataan kerusakan dan kerugian dilakukan terus menerus sampai akhirnya data tersebut baru dikunci pada tanggal 9 Desember setelah 6 hari status merapi diturunkan menjadi siaga pada tanggal 3 Desember 2010.

Penilaian kerusakan dan kerugian dibagi dalam 5 (lima) sektor yaitu pemukiman, infra strukstur, sosial, ekonomi dan lintas sektor. Berdasarkan data yang terkumpul dan setelah melalui verifikasi, maka perhitungan sementara total perkiraan kerusakan dan kerugian akibat erupsi gunungapi Merapi di kabupaten sleman sebesar Rp. 5,405 Triliun, yang terdiri dari nilai kerusakan sebesar Rp 894,357 Milyar serta nilai kerugian sebesar Rp 4,511 Trilyun.

Adapun rincian nilai kerusakan dan kerugian akibat letusan gunung Merapi di kabupaten Sleman menurut sektor pemukiman, sektor infrastruktur, perekonomian, soial dan lintas sektor dapat dilihat pada tabel 3.2-I.

Tabel 3.2-I

Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Pasca Erupsi Gunung Merapi

NILAI KERUSAKAN NILAI KERUGIAN TOTAL

NO SEKTOR/

SUBSEKTOR (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)

1 2 3 4 5 6 7 8

A PERUMAHAN 446,332,974,000 49.91 31,352,010,000 0.69 477,684,984,000 8.84

1 Perumahan 446,217,534,000 31,352,010,000 477,569,544,000

2 Taman 115,440,000 - 115,440,000

B INFRASTRUKTUR 219,461,374,600 24.54 4,965,570,463 0.11 224,426,945,088 4.15

(31)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 26

1 2 3 4 5 6 7 8

6 Bendung, Irigasi, Sungai, Mata air:

Informatika 1,555,000,000 - 1,555,000,000

C SOSIAL 29,370,871,306 3.28 20,268,657,422 0.45 49,639,528,731 0.92

1 Kesehatan 2,258,534,952 7,796,357,422 10,054,892,374 2 Lembaga Sosial 1,190,000,000 370,000,000 1,560,000,000

3 Agama 9,640,000,000 1,745,000,000 11,385,000,000 4 Budaya 1,322,000,000 610,000,000 1,932,000,000

5 Pendidikan

D EKONOMI 193,437,367,200 21.63 1,067,893,577,957 23.67 1,261,330,945,178 23.33

1 Tanaman Pangan

3 Peternakan 48,048,000,000 48,184,766,667 96,232,766,667 4 Kehutanan Rakyat) (Hutan 103,740,000,000 * 103,740,000,000 5 Perkebunan 14,413,675,000 10,689,440,000 25,103,115,000

6 Industri Kecil Rumah Tangga & Koperasi

Perbankan - 308,744,308,040 308,744,308,040

E LINTAS SEKTOR 5,755,212,896 0.64 3,386,931,588,000 75.07 3,392,686,800,897 62.76

1 Lingkungan Hidup (TNGM)

5,755,212,896 3,384,000,000,000 3,389,755,212,896

2 Pemerintahan - 1,018,748,000

TOTAL 894,357,800,002 100 4,511,411,403,842 100 5,405,681,153,844 100

(32)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 27

Penilaian kerusakan dan kerugian per sektor dan sub sektor dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :

3.2.1. Sektor perumahan

Sektor perumahan terdiri dari dua sub sektor yaitu sub sektor perumahan dan taman menempati posisi kerusakan dengan nilai tertinggi yaitu Rp.446.332.974.000,- atau sebesar 49,91 % dari total dari keseluruhan nilai kerusakan.

a. Sub Sektor Perumahan

Akibat letusan gunung merapi terdapat 2.613 unit rumah mengalami rusak berat, sedangkan 156 unit rumah mengalami rusak sedang dan 632 unit rumah mengalami kerusakan ringan. Penduduk yang rumahnya rusak berat ada yang secara fisik rumahnya tampak rusak, tetapi ada pula sebagian rumah atau total rumah secara fisik tidak tampak karena tertimbun material vulkanik. Penduduk yang rumahnya rusak sedang, berat / tertimbun pasir dan berlokasi di wilayah tidak aman umumnya mengungsi ketempat yang aman juga untuk menghindari potensi bahaya banjir lahar dingin. Adapun penilaian kerusakan untuk rumah rusak berat / total terimbun yaitu 2.613 unit rumah x Rp 154.070.000 x 100% = Rp. 402.584.910.000,-sedangkan untuk rumah rusak sedang nilai kerusakannya 156 unit rumah x Rp. 154.070.000 x 60 % = Rp.14.420.952.000,- serta untuk rumah rusak ringan nilai kerusakannya 632 unit rumah x Rp.154.070.000 x 30 % = Rp. 29.211.672.000,- Sehingga akhirnya didapat nilai kerusakan pada sub sektor perumahan sebesar Rp.446,332 milyar.

Penilaian terhadap kerugian sub sektor perumahan juga berdasarkan pada nilai pembuatan tempat tinggal sementara/shelter, karena sebelum mereka menempati rumah di relokasi mereka tinggal di shelter. Besaran nilai kerugian adalah Rp 31,352 milyar.

b. Taman

(33)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 28

3.2.2. Sektor Infrastruktur

Erupsi Gunungapi Merapi (Oktober-November 2010) telah mengakibatkan kerusakan serta kerugian yang merupakan dampak langsung dan tidak langsung terhadap sistem jaringan infrastruktur terutama di wilayah sekitar Gunungapi Merapi. Penilaian kerusakan dan kerugian pada sektor infrastruktur meliputi jalan, jembatan/gorong-gorong, bandara/terminal/kendaraan, gedung pemerintah, air bersih, bending/irigasi/sungai/mata air, energi, serta komunikasi dan informatika.

Nilai kerusakan sektor infrastruktur adalah sebesar Rp 219,461 milyar atau sekitar 24,54% dari nilai total kerusakan sedangkan nilai kerugian adalah sebesar Rp 4,965 milyar atau sekitar 0,11% dari nilai total kerugian. Adapun nilai total kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 224,427 milyar atau sekitar 4,15% dari nilai total kerusakan dan kerugian.

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sektor infrastruktur dapat diuraikan ke dalam sub-sub sektor sebagai berikut:

a. Jalan

Penilaian terhadap kerusakan jalan dilakukan terhadap jalan desa dan kabupaten serta perlengkapan di atasnya seperti lampu penerangan jalan umum dan rambu lalu lintas. Kerusakan jalan dapat berupa kerusakan berat seperti hancurnya jalan sampai kerusakan ringan seperti tertutupnya jalan oleh material vulkanik. Nilai kerusakan jalan desa adalah sebesar Rp 43,682 milyar, jalan kabupaten sebesar Rp 26,525 milyar, lampu penerangan jalan umum sebesar Rp 935 juta, serta rambu lalu lintas sebesar Rp 88,05 juta.

b. Jembatan/Gorong-gorong

Penilaian terhadap jembatan/gorong-gorong dilakukan terhadap jembatan/gorong-gorong yang mengalami kerusakan baik kerusakan berat , sedang, maupun ringan. Nilai kerusakan jembatan dan gorong-gorong yang rusak adalah sebesar Rp 2,3 milyar.

c. Bandara, Terminal, Kendaraan

(34)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 29

umum juga terhenti kegiatannya. Nilai kerugian yang dialami oleh bandara, dan terminal adalah sebesar Rp 3,563 milyar.

d. Gedung Pemerintah

Kerusakan yang dialami oleh gedung pemerintah adalah berupa tertutupnya gedung oleh material vulkanik Merapi sehingga akhirnya tidak dapat dipergunakan untuk kegiatan pemerintahan. Nilai kerusakan yang dialami oleh gedung pemerintah adalah sebesar Rp 6,2 milyar.

e. Air Bersih

Guna memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat di sekitar Gunungapi Merapi memanfaatkan Sistem Instalasi Penyediaan Air Bersih Sederhana (SIPAS) yakni dengan cara mengalirkan air dari sumber mataair menggunakan pipa/selang ke rumah-rumah. Nilai kerusakan yang dialami oleh SIPAS adalah sebesar Rp 20,250 milyar. Selain merusak SIPAS, erupsi Merapi juga merusak jaringan air bersih PDAM senilai Rp 8,225 milyar serta menimbulkan kerugian senilai Rp 300 juta.

f. Bendung, Irigasi, Sungai, Mataair

Material vulkanik yang dikeluarkan Gunungapi Merapi juga telah merusak bendung, saluran irigasi, sungai, serta mataair yang terdapat di sekitar gunungapi. Nilai kerusakan terhadap bendung dan irigasi yang ditangani oleh Pemerintah Kabupaten adalah sebesar Rp 9,975 milyar, sedangkan bendung dan irigasi yang ditangani oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) adalah sebesar Rp 40,575 milyar. Adapun kerusakan sungai diperkirakan senilai Rp 15,536 milyar dan embung/mataair diperkirakan rusak senilai Rp 22,848 milyar.

g. Energi

(35)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 30

h. Komunikasi dan Informatika

Terjangan material vulkanik berupa awan panas serta pasir Merapi telah merusak sejumlah peralatan komunikasi dan informatika di sekitar Gunungapi Merapi seperti alat pemantau awan panas dan lahar dingin sampai kamera pemantau CCTV. Nilai kerusakan pada sub sektor komunikasi dan informatika diperkirakan mencapai Rp 1,555 milyar.

3.2.3. Sektor Sosial

Aktivitas masyarakat di sekitar Gunungapi Merapi praktis terganggu bahkan terhenti selama terjadinya erupsi Merapi. Masyarakat terfokus untuk menghindari ancaman bahaya erupsi Merapi yang mungkin terjadi dengan cara mengungsi ke tempat-tempat pengungsian yang tersebar di beberapa lokasi. Pada uraian Sektor Sosial digambarkan seberapa besar dampak dari erupsi Merapi terhadap aktivitas masyarakat di Bidang Sosial. Sektor Sosial tersebut meliputi Kesehatan, Lembaga Sosial, Agama, Budaya dan Pendidikan.

Erupsi Gunungapi Merapi telah menghancurkan serta melumpuhkan beberapa fasilitas sosial seperti Puskesmas, Tempat Ibadah, Sekolah, Gedung Pertemuan serta Lembaga Sosial Budaya lainnya. Hancurnya sarana dan prasarana sosial ini menyebabkan terhentinya pula aktivitas masyarakat. Penilaian kerusakan dilakukan terhadap fasilitas sosial yang mengalami kerusakan baik berat maupun ringan sampai fasilitas tersebut kembali dapat digunakan seperti semula. Adapun penilaian kerugian dilakukan terhadap fasilitas sosial yang mengalami kerusakan sehingga potensi pendapatan atau pemasukan retribusi dari fasilitas sosial tersebut terhenti.

Nilai kerusakan sektor sosial adalah sebesar Rp 29,371 milyar atau sekitar 3,28% dari total nilai kerusakan, sedangkan nilai kerugian dari sektor sosial adalah sebesar Rp 20,268 milyar atau sekitar 0,45% dari total nilai kerugian. Adapun total nilai kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 49,639 milyar atau sebesar 0,92% dari total nilai kerusakan dan kerugian.

(36)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 31

a. Kesehatan

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sekor kesehatan meliputi fasilitas sosial seperti rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, balai pengobatan/rumah bersalin, polindes, posyandu, poskesdes, tempat praktek dokter swasta, tempat praktek bidan swasta, biaya pemulasaran jenazah, biaya perawatan korban bencana, biaya penanganan psikologis dan gangguan jiwa, serta pencegahan penyakit menular hingga bantuan tenaga kesehatan. Adapun nilai kerusakan pada sub sektor kesehatan adalah sebesar Rp 2,258 milyar dan nilai kerugian adalah sebesar Rp 7,796 milyar sehingga nilai total kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 10,054 milyar.

b. Lembaga Sosial

Penilaian kerusakan dan kerugaian pada sub sektor lembaga sosial meliputi fasilitas sosial seperti panti asuhan, panti cacat, dan panti rehabilitasi sosial, serta lembaga-lembaga sosial lainnya seperti komunitas lereng merapi yang melakukan aktivitas pemantauan perkembangan Gunungapi Merapi. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui besaran nilai kerusakan pada sub sektor lembaga sosial adalah sebesar Rp 1,190 milyar dan nilai kerugian adalah sebesar Rp 370 juta sehingga nilai total kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 1,560 milyar.

c. Agama

Nilai kerusakan pada sub sektor agama adalah sebesar Rp 9,64 milyar dan nilai kerugian pada sub sektor agama adalah sebesar Rp 1,745 milyar sehingga nilai total kerusakan dan kerugian adalah sebesar Rp 11,385 milyar. Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor agama meliputi tempat-tempat ibadah seperti masjid, gereja Kristen, gereja Katolik, pura, dan vihara yang terdapat di sekitar Gunungapi Merapi.

d. Budaya

(37)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 32

e. Pendidikan

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor pendidikan meliputi pendidikan TK, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/SMK/sederajat serta biaya pemeliharaan fasilitas pendidikan sampai kembali dapat dipergunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar. Besaran nilai kerusakan pada fasilitas TK adalah sebesar Rp 2,523 milyar dan nilai kerugian sebesar Rp 130,5 juta serta nilai kerusakan fasilitas SD adalah sebesar Rp 9,76 milyar dan nilai kerugian adalah sebesar Rp 526,8 juta. Sedangkan untuk fasilitas SMP tidak terdapat unit yang rusak namun memiliki nilai kerugian sebesar Rp 200 juta. Adapun untuk fasilitas SMA/SMK nilai kerusakan didapat sebesar Rp 2,676 milyar dan nilai kerugian sebesar Rp 50 juta. Mengingat pentingnya penyelenggaraan pendidikan terutama pada pendidikan dasar dan menengah, maka upaya merehabilitasi dan merekondisi fasilitas-fasilitas pendidikan yang ada sampai dapat dipergunakan kembali untuk kegiatan belajar dan mengajar dilakukan melalui pemeliharaan dan perawatan terhadap sekolah-sekolah tersebut. Adapun biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas pendidikan tersebut yang merupakan nilai kerugian adalah Rp 8,84 milyar.

3.2.4. Sektor Ekonomi

Bencana Erupsi Gunungapi Merapi di Kabupaten Sleman telah melumpuhkan kegiatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan gunungapi Merapi terutama saat mulai ditetapkannya status gunungapi menjadi awas akibat peningkatan aktivitas gunungapi yang semakin intensif. Letusan dahsyat beserta material-material vulkanik yang dikeluarkan oleh gunungapi Merapi telah menghancurkan sebagian besar lahan pertanian di Kabupaten Sleman Bagian Utara terutama wilayah di sekitar gunungapi. Selain menghancurkan lahan pertanian, letusan Gunungapi juga merusak sarana prasarana ekonomi lainnya sehingga masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya.

(38)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 33

dan kerugian yang terjadi dengan menilai kerusakan dan kerugian tersebut ke dalam satuan uang rupiah serta mengacu pada sistem harga yang berlaku saat ini.

Nilai kerusakan sektor ekonomi adalah sebesar Rp 193,437 milyar atau sekitar 21,63% dari total kerusakan. Sedangkan nilai kerugian sektor ekonomi adalah sebesar Rp 1,068 trilyun atau sekitar 23,67% dari total kerugian. Adapun nilai total kerusakan dan kerugian sektor ekonomi adalah Rp 1,261 milyar atau sekitar 23,33%. Penilaian terhadap kerusakan dan kerugian pada sektor ekonomi diuraikan ke dalam sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan, kehutanan (hutan rakyat), perkebunan, industri kecil rumah tangga dan koperasi, pasar, pariwisata, serta keuangan dan perbankan. Kerusakan dan kerugian fasilitas ekonomi berupa pasar, peternakan, pariwisata, keuangan dan perbankan termasuk akibat tidak berfungsinya sarana tersebut.

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sektor ekonomi diuraikan ke dalam sub-sub sektor ekonomi sebagai berikut:

a. Tanaman Pangan dan Hortikultura

Penilaian kerusakan dan kerugian pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura dilakukan pada lima komoditas yaitu padi sawah, sayur, salak pondoh, tanaman hias, dan palawija. Penilaian kerusakan dihitung melalui biaya produksi mulai dari biaya pengolahan lahan, biaya bibit, biaya perawatan, dan lainnya. Nilai kerusakan tanaman pangan dan hortikultura adalah sebesar Rp 11,499 milyar dengan nilai rata-rata biaya produksi untuk tanaman pangan dan hortikultura adalah Rp 6 juta per Ha.

(39)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 34

Tabel 3.2-II

Nilai Kerugian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Sleman

NO KOMODITAS LUAS/RUMPUN/BATANG NILAI KERUGIAN

1 Padi Sawah 238 Ha 2,795,131,440

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

b. Perikanan

Kerusakan dan kerugian pada sub sektor perikanan dinilai berdasarkan tiga jenis usaha yaitu Usaha Pembenihan Rakyat (UPR), pembudidayaan ikan konsumsi, dan pembudidaya ikan hias. Kerugian sub sektor perikanan akibat bencana erupsi gunungapi merapi adalah sebesar Rp 11,317 milyar yang terdiri dari kerugian dari usaha pembenihan rakyat sebesar Rp 6,384 milyar, pembudidaya ikan konsumsi sebesar Rp 4,698 milyar, pembudidaya ikan konsumsi sebesar Rp 206 juta, usaha pembenihan ikan rakyat di luar radius 20 km sebesar Rp 20 juta, serta pembudidaya ikan hias sebesar Rp 11,317 milyar rupiah.

Tabel 3.2-III

Nilai Kerugian Perikanan di Kabupaten Sleman

NO JENIS USAHA

1 UPR (Usaha Pembenihan Rakyat) 82 24.714 6,384,660,000

2 Pembudidaya Ikan Konsumsi

(Ngemplak, Turi, Pakem, Cangkringan)

75 163.9 4,698,950,000

Pembudidaya Ikan Konsumsi 3

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

c. Peternakan

(40)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 35

sebanyak 2.233 ekor, sapi potong sebanyak 235 ekor, kambing sebanyak 110 ekor, Burung Puyuh sebanyak 37.000 ekor, ayam potong sebanyak 47.000 ekor, dan ayam petelur sebanyak 106.300 ekor dengan nilai total sebesar Rp 32,495 milyar. Selain mengakibatkan kematian hewan ternak, erupsi merapi juga merusak kandang hewan ternak sebesar Rp 10,172 milyar, tanaman Hijauan Makanan Ternak (HMT) sebesar Rp 1,394 milyar, serta instalasi air sebesar Rp 3,896 milyar. Nilai total kerusakan pada sub sektor peternakan karena itu tercatat sebesar Rp 48,048 milyar.

Adapun kerugian yang dihadapi peternak adalah menurunnya/berhentinya produksi hewan ternak dikarenakan terpapar material vulkanik sehingga produk menjadi tidak dapat dikonsumsi/dijual ke pasar. Jumlah susu seharusnya dapat diproduksi adalah sebesar 4.482 liter atau senilai Rp 12,549 milyar, jumlah telur burung puyuh yang seharusnya diproduksi adalah sebanyak 1.998 butir atau senilai Rp 299,7 juta, dan telur ayam yang seharusnya diproduksi adalah sebanyak 51.024 butir atau senilai Rp 32,598 milyar. Selain terhentinya produksi hewan ternak, kerugian lain yang dihadapi adalah biaya evakuasi hewan ternak sebesar Rp 180,5 juta, biaya penyediaan tanaman HMT sebesar Rp 953,400 juta serta pembuatan kandang shelter/sementara sebesar Rp 1,602 milyar. Nilai total kerugian pada sub sektor peternakan karena itu tercatat sebesar Rp 48,184 milyar.

Tabel 3.2-IV

Nilai Kerusakan Peternakan di Kabupaten Sleman

Ternak mati Kandang

Tanaman HMT

rusak Instalasi Air No

1 Sapi Perah 2,233 22,330,000 10,049 m2 7,536,375 76.75 1,151,250 762 3,810,000 34,827,625

2 Sapi Potong 235 1,880,000 1,058 m2 793,125 11.25 168,750 45 135,000 2,976,875

(41)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 36 Tabel 3.2-V

Nilai Kerugian Peternakan di Kabupaten Sleman

No Komoditas Produksi Susu/Telur Evakuasi HMT Kandang Shelter

1 Sapi Perah 4,482 12,549,600 1,781 89,050 1,068,600 534,300 8,015 801,450 13,974,400,000

2 Sapi Potong 1,397 69,850 838,200 419,100 6,287 628,650 1,117,600,000

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

d. Kehutanan (Hutan Rakyat)

Sebagian wilayah di sekitar Gunungapi Merapi terutama kawasan hutan rakyat yang terkena aliran awan panas serta material vulkanik lainnya mengalami kehancuran. Hutan rakyat yang hasilnya dimanfaatkan oleh sebagian penduduk sebagai mata pencaharian setidaknya mengalami kerusakan seluas 840 Ha yang tersebar di Kecamatan Turi, Pakem dan Cangkringan. Jenis tanaman rusak yang biasa dimanfaatkan penduduk di kawasan hutan rakyat adalah sengon, mahoni, mindi, multi purpose trees species (MPTS), dan Bambu senilai Rp 103,740 milyar.

Tabel III.2-VI

Nilai Kerusakan Hutan Rakyat di Kabupaten Sleman

Kerusakan Hutan Rakyat Per Jenis Tanaman (000 Rp)

Sengon Mahoni Mindi MPTS Bambu

1. Girikerto 50 3,750,000 1,487,500 437,500 375,000 125,000 6,175,000 1

2. Wonokerto 30 2,250,000 892,500 262,500 225,000 75,000 3,705,000

Pakem

1. Purwobinangun 15 1,125,000 446,250 131,250 112,500 37,500 1,852,500 2

2. Hargobinangun 15 1,125,000 446,250 131,250 112,500 37,500 1,852,500

Cangkringan

1. Umbulharjo 100 7,500,000 2,975,000 875,000 750,000 250,000 12,350,000 2. Kepuharjo 245 18,375,000 7,288,750 2,143,750 1,837,500 612,500 30,257,500 3. Glagaharjo 240 18,000,000 7,140,000 2,100,000 1,800,000 600,000 29,640,000 4. Wukirsari 120 9,000,000 3,570,000 1,050,000 900,000 300,000 14,820,000 3 Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

Keterangan :

(42)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 37 4. Tanaman MPTS, harga Rp. 150.000,- / batang

5. Tanaman Bambu, 1 Ha = 5 rumpun, 1 rumpun terdapat 100 batang, harga Rp. 5.000,- / batang

e. Perkebunan

Wilayah di sekitar Gunungapi Merapi yang subur beserta iklim yang kondusif dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lahan perkebunan dengan komoditas yang dikembangkan antala lain kelapa, kopi, cengkeh, kakao, lada, panili, teh, dan jarak pagar. Kerusakan yang terjadi akibat terkena dampak erupsi gunungapi pada sub sektor perkebunan setidaknya tercatat sebesar Rp 14,413 milyar. Sedangkan kerugian yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 10,689 milyar.

Tabel 3.2-VII

Nilai Kerusakan Perkebunan di Kabupaten Sleman

Luas Jumlah Jumlah Nilai/pohon Kerusakan Kerugian

No Komoditas (Ha) Tan/Ha Tanaman (btg) (Rp) (Rp) (Rp)

1 Kelapa 372 125 46,500 150,000 6,975,000,000 2,929,500,000 2 Kopi 215 1,000 215,000 20,000 4,300,000,000 774,000,000 3 Cengkeh 89.5 150 13,425 125,000 1,678,125,000 1,611,000,000 4 Kakao 9.7 1,100 10,670 40,000 426,800,000 1,728,540,000 5 Lada 9.25 1,000 9,250 60,000 555,000,000 407,000,000 6 Panili 0.7 4,500 3,150 50,000 157,500,000 239,400,000 7 T e h 1 10,000 10,000 4,000 40,000,000 3,000,000,000 8 Jarak pagar 15 2,500 37,500 7,500 281,250,000 -

Total 14,413,675,000 10,689,440,000

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sleman

f. Industri Kecil Rumah Tangga dan Koperasi

Dampak terjadinya erupsi Gunungapi Merapi telah mengakibatkan terhentinya kegiatan ekonomi masyarakat terutama selama meletusnya gunungapi baik yang terkena dampak secara langsung maupun tidak langsung.Dampak secara langsung terhadap industri kecil dan rumah tangga dan koperasi berupa kerusakan yang dialami tercatat sebesar Rp 3,423 milyar, sedangkan dampak tidak langsung berupa kerugian akibat terhentinya kegiatan ekonomi tercatat sebesar Rp 8,008 milyar.

g. Pasar

(43)

Rencana Aksi Rehabilitasi & Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 (Status Siaga)Kab.Sleman 38

dialami akibat tidak beroperasinya pasar diperkirakan sebesar Rp 372,126 milyar.

h. Pariwisata

Selain dari pertanian, perekonomian Kabupaten Sleman juga diwarnai oleh kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keanekaragaman sumber daya alam serta budaya yang berkembang di sekitar Gunungapi Merapi. Letusan Gunungapi Merapi yang merupakan salah satu focal point dari Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Sleman telah menimbulkan kerusakan baik sarana maupun prasarana pendukungnya. Kerusakan yang dialami oleh sub sektor pariwisata setidaknya tercatat Rp 7,488 milyar. Sedangkan kerugian yang dialami baik berupa hilangnya pendapatan serta potensi pendapatan yang seharusnya diterima adalah sebesar Rp 70,525 milyar.

i. Keuangan dan Perbankan

Guna mendukung kegiatan sehari-hari terutama untuk melaksanakan kegiatan perekonomiannya, masyarakat di sekitar Gunungapi Merapi banyak yang memanfaatkan jasa keuangan perbankan serta lembaga keuangan lainnya. Umumnya, masyarakat yang membutuhkan tambahan modal usaha mengagunkan aset-aset yang dimiliki baik berupa rumah maupun lahan pertaniannya kepada lembaga keuangan. Namun selama terjadinya letusan gunungapi sebagian masyarakat telah kehilangan aset-aset mereka baik rumah maupun lahan pertanian serta menjadi tidak mampu untuk melunasi utang yang telah mereka sanggupi. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kredit macet pada lembaga-lembaga keuangan serta terhentinya program-program penguatan modal yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Setidaknya, jumlah kerugian yang akan dihadapi oleh sub sektor keuangan dan perbankan adalah sebesar Rp 308,744 milyar.

3.2.5. Sektor Lintas Sektor

Gambar

Gambar 1.1-I
Tabel 1.2-I
Gambar 1.2-II
Gambar 1.2-III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum Satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini dikembangkan berdasarkan pada Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK), Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)

Dan setelah dilakukan Evaluasi Penawaran Administrasi,Teknis,Harga,Kualifikasi, maka Penyedia dinyatakan GUGUR pada Evaluasi Kualifikasi dengan alasan Tidak ada Sertifikat Halal dari

Untuk memulai pendidikan moral, pihak sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah harus menyamakan persepsi tentang norma-norma atau nilai-nilai kehidupan seperti apa yang

Pada gambar diatas terlihat bahwa praktek pada mata pelajaran dasar kecantikan kulit, saat melakukan praktek pengaplikasian bulu mata palsu masih jauh dari yang

Misi 5 yaitu “Mempercepat penguatan kelembagaan, dan SDM pengawas serta aparatur Sekretariat di seluruh jenjang kelembagaan pengawas pemilu, melalui penerapan tata kelola

Pemprov Sumut dan India sepakat meningkatkan kerja sama yang lebih baik lagi dalam berbagai bidang, “kata Gubernur Sumut, H Gatot Pujo Nugroho di Medan, Sabtu (3/5) usai

Bagi peneliti yang menggunakan jasa konsultan dan laboran dari luar FKG diharuskan untuk membuat surat pengajuan kepada Dekan FKG UI. Pembayaran via BNI a/c 1273000502 a/n FKG UI

Maklemat mengenai sistem ini juga diper lehi daripada umber rujuknn perpustakaan. Pembacaan buku-buku rujukan mcmbcrikan pcmaharnan. nm umurn tentang cabang kajian