• Tidak ada hasil yang ditemukan

Statistika Analisis Data Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Statistika Analisis Data Di Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

ANALISIS DATA

4.1 Analisis Data

Pada tahap analisis data, penelitian ini melakukan dua metode analisis yaitu analisis

Structural Equation Modelling (SEM) untuk menentukan faktor apa saja yang mempengaruhi kesiapan KM pada PTS dan selanjutnya penilaian kesiapan PTS dengan menggunakan metode

ROA. Structural Equation Modelling (SEM) dapat memodelkan secara kuantitatif interaksi dan

kontribusi antara variabel dan menguji hipotesis -hipotesis dari teori yang bersifat kualitatif

melalui data kuantitatif, termasuk mengukur nilai kesalahan (error), signifikansi dan besaran

regresi dari masing-masing interaksi di dalam sebuah model (Latan dan Ghazali, 2012). Structural

Equation Modelling (SEM) secara esensial merupakan suatu metode yang mampu melakukan

analisis jalur (path analysis) dengan variabel laten (Chin 1998).

Teknik analisis ini merupakan gabungan dari dua metodologi disiplin ilmu yaitu perspektif

ekonometrika yang fokus pada prediksi dan psykometrika yang mampu menggambarkan konsep

model dengan variabel laten (Latan dan Ghazali, 2012). Menurut Latan dan Ghozali (2012),

tahapan analisis pada PLS-SEM setidaknya harus melalui lima proses tahapan dimana setiap

tahapan akan berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya. Tahapan analisis PLS-SEM dijelaskan

sebagai berikut:

1. Konseptualisasi Model

Pada tahap ini dilakukan pengembangan dan pengukuran konstruk, dengan langkah-langkah

yaitu spesifikasi domain konstruk, menentukan item yang merepresentasikan konstruk,

mengumpulkan data untuk uji pre-test, melakukan purifikasi konstruk, mengumpulkan data

baru, uji reliabilitas, uji validitas, dan menentukan skor pengukuran konstruk.

2. Menentukan Metode Analisis Algoritma

Setelah tahap pertama, melakukan konseptualisasi model, maka tahap berikutnya adalah

(2)

centroid, dan path weighting. Langkah berikutnya adalah menentukan jumlah sampel

yang harus dipenuhi. Jumlah sampel yang direkomendasikan antara 30 sampai 100 kasus.

3. Menentukan Metode Resampling

Metode resampling merupakan metode menggandakan data yang digunakan untuk

melihat signifikansi data. Terdapat dua metode resampling yang digunakan, yaitu

bootstrapping dan jackkniffing. Metode jackkniffing hanya menggunakan subsampel dari sampel asli yang dikelompokkan dalam grup untuk melakukan resampling kembali. Metode bootstrapping menggunakan seluruh sampel asli yang untuk melakukan resampling kembali.

4. Menggambar Diagram Jalur

Pada tahap ini dilakukan proses menggambar diagram jalur dari model yang akan

diestimasi. Diagram jalur merupakan representasi model ke dalam bentuk susunan

variabel yang dapat dipahami oleh PLS-SEM.

5. Evaluasi Model

Pada tahap ini dilakukan evaluasi model. Dengan menggunakan software Smart PLS 2.0

M3, evaluasi model dilakukan dengan dua tahap, yaitu: mengevaluasi model pengukuran

atau outer model yaitu melalui analisis faktor konfirmatori atau confirmatory factor

analysis (CFA) dan mengevaluasi model struktural atau inner model yaitu uji signifikansi

untuk menguji pengaruh antar variabel atau konstruk (Latan, H., dan Ghozali, 2012).

4.2 Instrumen Penelitian

Pengertian Instrumen Penelitian

Setelah model penelitian dibangun dan ditentukan indikator-indikator penelitian, langkah

berikutnya adalah menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan berupa

(3)

Tabel 4.1 Pernyataan Kuisioner pada Instrumen Penelitian

Organizational Culture

No Pernyataan Sumber

1. Saya merasakan adanya sikap saling percaya untuk berbagi data, informasi, dan pengetahuan antara pegawai/dosen

(Choi, Lee and Choi, 2002) 2. Saya percaya rekan kerja di universitas ini memiliki pengetahuan dan

kompetensi pada bidang mereka masing-masing

3. Saya merasa senang jika bisa berbagi pengetahuan (Knowledge

Sharing) dan skill dengan pegawai/dosen lain dengan berbagai cara

4. Pimpinan selalu mendukung proses terciptanya pengetahuan dan berbagi pengetahuan di lingkungan universitas

5.

Pimpinan memberikan bantuan dan sumber daya yang diperlukan pada proses terciptanya pengetahuan dan berbagi pengetahuan di lingkungan universitas

Organizational Structure

No Pernyataan Sumber

6. Pertimbangan dari pimpinan menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan di unit saya bekerja

(Choi, Lee and Choi, 2002) 7. Saya memahami penjelasan struktur organisasi, tugas, dan tanggung

jawab dari setiap anggota organisasi dengan mudah

8.

Saya memahami penjelasan struktur organisasi, tugas, dan tanggung jawab dari setiap anggota organisasi dengan mudah

Saya mematuhi peraturan yang mengikat dalam setiap pekerjaan saya

9. Pimpinan membantu Saya menyelesaikan masalah pekerjaan berdasarkan pengalamannya.

10.

Saya mendapatkan reward/promosi/pendapatan yang lebih tinggi atas keterlibatan saya pada proses terbentuknya pengetahuan dan berbagi pengetahuan / sharing Knowledge

IT Infrastructure

(4)

11. Saya mendapat dukungan layanan teknologi informasi untuk saling berkomunikasi antara antar dosen dan pegawai

(Choi, Lee and Choi, 2002) 12.

Saya dapat berkomunikasi antar sesama pegawai/dosen melalui portal, forum, atau grup khusus untuk para pegawai/dosen yang disediakan oleh universitas

13. Saya dapat melakukan pencarian dan pengaksesan terhadap informasi dan pengetahuan yang diperlukan dengan mudah

14. Saya memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai sarana untuk mempublikasikan jurnal maupun melalui jaringan sosial dan lain-lain

Saya dapat membuat SAP, dan Silabus sendiri untuk mata kuliah yang akan saya ajarkan di awal semester sebagai pedoman dan persiapan dalam mengajar

17. Saya membuat silabus materi mata kuliah yang saya ajarkan sendiri tanpa bantuan orang lain

18. Saya memahami cara membuat modul pembelajaran untuk mata kuliah yang saya ajarkan. 20. Saya sering berbagi pengetahuan bersama teman saat istirahat makan

siang

(5)

23. Saya ingin terlibat dalam pengumpulan informasi, pengetahuan dan pengalaman dari pihak lain di lingkungan universitas

(Jalaldeen, Shahriza Abdul Karim and Mohamed, 2009) 24. Saya ingin menemukan strategi dan peluang baru di lingkungan universitas

25. Saya ingin terlibat dalam dialog kreatif ataupun diskusi dengan rekan kerja

26. Saya ingin memikirkan mengenai formulasi strategi untuk proses belajar mengajar, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat yang tepat

27. Saya ingin menggunakan literatur umum, simulasi komputer dan prediksi untuk mendukung kegiatan belajar mengajar

28. Saya ingin membuat dokumentasi yang benar dan teratur dalam setiap mata kuliah yang saya ajarkan

29. Saya ingin terlibat dalam pencarian dan berbagi pemikiran baru dengan rekan kerja

30. Saya ingin berbagi dan memahami visi misi universitas melalui komunikasi dengan rekan kerja

Human Orientation

No Pernyataan Sumber

31. Saya, mudah mendapatkan saran secara langsung dan tatap muka dari para ahli di kantor saya..

(Wu, 2012) 32.

Saya menerima proses mentoring dalam memperoleh pengetahuan dari para ahli di kantor saya.

33.

Saya dengan mudah memperoleh pengetahuan dari rekan kerja dan para ahli di kantor saya

34.

Melalui percakapan informal saat bertemu rekan kerja, saya dapat dengan mudah memeproleh pengetahuan.

System Orientation

No Pernyataan Sumber

35. Saya, mudah mendapatkan saran secara langsung dan tatap muka dari para

ahli di kantor saya.. (Calabrese and Orlando,

(6)

36.

Saya menerima proses mentoring dalam memperoleh pengetahuan dari para ahli di kantor saya.

37.

Saya dengan mudah memperoleh pengetahuan dari rekan kerja dan para ahli di kantor saya

38.

Melalui percakapan informal saat bertemu rekan kerja, saya dapat dengan mudah memeproleh pengetahuan.

Kesiapan Penerapan KM

No Pernyataan Sumber

39. Jika universitas tempat saya bekerja memiliki pilihan untuk

mengimplementasikan proses-proses KM, maka saya ingin organisasi mengimplementasikan proses-proses KM .

(Kaveh Mohammadi, Amir Khanlari, 2009) 40.

Jika universitas tempat saya bekerja memiliki pilihan untuk

mengimplementasikan proses-proses KM, maka saya akan mendukung organisasi mengimplementasikan proses-proses KM .

41.

Jika universitas tempat saya bekerja memiliki pilihan untuk mengimplementasikan proses-proses KM, maka saya ingin mengimplementasikan proses-proses KM

42.

universitas tempat saya bekerja memiliki pilihan untuk

mengimplementasikan proses-proses KM, saya prediksi bahwa universitas akan mengimplementasikan proses-proses KM

4.3 Deskripsi Umum Responden

Pada umumnya ketiga PTS telah memiliki portal yang berisi tentang informasi umum PTS, namun

portal tersebut belum dapat dikatakan sebagai repositori KM untuk masing-masing PTS mengingat

fungsi dan penggunaan yang belum optimal. Saat ini PTS A memiliki portal khusus untuk para

Dosen yang berisi tentang kegiatan belajar mengajar, termasuk e-learning untuk masig-masing

mata kuliah yang diampuh. Begitu juga portal khusus mahasiswa yang berisi tentang kegiatan

akademik, administrasi, e-learning masing-masing mata kuliah yang diambil serta kritik dan saran

sebagai umpan balik terhadap Dosen dan Tenaga Pengajar, Implementasi dan pengembangan

portal yang belum maksimal menimbulkan beberapa masalah di lapangan terkait dokumentasi

yang merupakan masalah utama dalam pemberkasan suatu repositori. Begitu pula dengan PTS B

dan PTS C yang juga telah memiliki portal sebagai media informasi juga belum mengoptimalkan

kegunaannya sebagai repositori yang dapat mempermudah PTS menyimpan dan menggunakan

(7)

pengetahuan yang benar diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya proses

dokumentasi di PTS.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menyebar kuesioner kepada 105 orang

responden yang merupakan dosen sekaligus staf yang berada di tiga PTS di wilayah Palembang.

Jumlah responden tersebut dibagi secara proporsional kepada ketiga PTS yaitu sebesar 35% dari

Jumlah Dosen Tetap yang ada.

Tabel 4.2 Rincian Sebaran Responden

No PTS Rektor Jumlah Dosen

Tetap Sampel

1. Universitas A xxxxxxxx 121 42

2. Universitas B xxxxxxxx 116 41

3. Universitas C xxxxxxxx 62 22

Total 105

Sumber: https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi

Dari penyebaran 105 kuesioner tersebut, sebanyak 99 kuesioner yang kembali. Jumlah kuesioner

yang dapat diolah sebagai sampel sebanyak 98 kuesioner. Satu kuesioner tidak dapat digunakan

karena jumlah missing value pada kuesioner tersebut sebanyak 21 item dari 42 item pertanyaan.

Menurut Schlomer dkk., jika jumlah missing value pada suatu sampel lebih dari 5%, maka sampel

itu sebaiknya tidak digunakan. Hal tersebut ditunjukkan secara rinci pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Kondisi Penyebaran Kuesioner di PTS

No. Nama PTS Jumlah Penyebaran Jumlah Kembali

1. Universitas A 42 41

2. Universitas B 41 37

3. Universitas C 22 21

Total Responden 105 99

Sumber: data yang diolah

4.4 Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan bertujuan untuk memastikan bahwa kuesioner yang akan disebar dapat dipahami

dengan baik oleh responden. Penulis melakukan beberapa tahapan dalam pelaksanaan uji

(8)

1. Tahap awal

Pada tahap ini, uji keterbacaan dilakukan dengan meminta perwakilan dari pihak dosen (Tetap

maupun Tidak Tetap) pada setiap PTS (masing-masing 1 orang expert) untuk mengulas kuesioner

yang akan disebarkan dan memberikan saran perbaikan terhadap struktur kalimat, penggunaan

kata dan pemahaman terhadap maksud dari kuesioner tersebut, untuk selanjutnya dilakukan

perbaikan terhadap kuesioner, yang dapat dilihat pada lampiran 2.

2. Tahap Perbaikan

Pada tahap ini, penulis melakukan perbaikan dengan menambahkan penjelasan tentang tujuan

kuesioner, pemahaman tentang masing-masing variabelmemperbaiki penggunaan struktur dan

kata-kata dalam kalimat dengan menggunakan kata-kata yang sifatnya lebih umum sehingga lebih

mudah dimengerti.

3. Tahap Penyebaran Sampel Kuesioner

Pada tahap ini penulis menyebarkan kuesioner yang telah diperbaiki kepada enam orang dosen

yang berbeda melalui cara pendampingan langsung dengan maksud untuk melihat responden

tersebut sudah memahami isi kuesioner. Hasil uji keterbacaan ini menunjukkan bahwa secara

umum kuesioner sudah cukup dipahami oleh responden dan siap untuk disebarkan kepada

responden lainnya.

4.5 Data Survei

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara untuk mengetahui kondisi PTS menyangkut

penerapan KM, urgency KM dan Kesiapan PTS terkait penerapan KM. Selanjutnya dilakukan

penyebaran kuesioner kepada pada masing-masing PTS. Dari 105 kuesioner yang disebar, penulis

hanya menerima 99 kuesioner yang terisi. Satu dari 99 kuesioner tidak dapat digunakan untuk

pengolahan data selanjutnya karena terdapat lebih dari 50% missig value di dalamnya. Sehingga

(9)

Tabel 4.1. Demografi Keseluruhan Responden

Demografi Responden Keseluruhan

Jenis kelamin %

Laki-laki 35 37,1

Perempuan 63 63,9

Usia %

<35 tahun 26 26.2

35-45 tahun 32 32.8

>45 tahun 40 41

Pendidikan %

S1 0 0,0

S2 92 94,6

S3 6 5,4

Lainnya 0 0,0

Masa Kerja %

<5 tahun 24 24.6

5-10 tahun 16 16.4

>10 tahun 58 59

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang berpartisipasi pada penelitian ini

adalah perempuan, yaitu sebanyak 63 orang atau sebanyak 63,9 %. Sedangkan responden dengan

jenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang atau sebanyak 37,1 %. Berdasarkan data responden yang

diperoleh, dapat dilihat bahwa lebih dari 50% dosen yang menjadi responden pada penelitian ini

adalah perempuan. Berdasarkan demografi usia, terlihat bahwa responden yang merupakan dosen

dengan usia kurang dari 35 tahun memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu sebanyak 26 orang,

dosen dengan kisaran usia 35 sampai 45 tahun berjumlah 32 orang, sedangkan dosen dengan usia

di atas 45 tahun memiliki jumlah paling banyak yaitu 40 orang. Berdasarkan pendidikan, diperoleh

bahwa lebih dari sebagian responden yang turut berpartisipasi merupakan lulusan S2 yaitu

sebanyak 94,6%, sedangkan lulusan S3 sebnayak 5,4%. Diikuti dengan masa kerja yang berada di

atas 10 tahun sebanyak 58%, masa kerja dengan kisaran 5 sampai 10 tahun sebanyak 16% dan

yang berada pada masa kerja kurang dari lima tahun sebanyak 24%. Sehingga diperoleh informasi

bahwa sebagian besar dosen yang bekerja pada PTS di wilayah Palembang merupakan dosen

(10)

4.6 Analisis Data

Pada analisis data, penelitian ini melalukan beberapa tahapan yaitu: pembentukan model,

pengujian realibilitas dan validitas model awal, lalu pengujian model akhir dilakukan dengan cara

yang sama pada model awal.

5.5.1. Pembentukan Model Awal

Model awal penelitian dibuat dengan menggunakan program Smart PLS 3.0 M3 dengan

memasukkan seluruh variabel laten beserta indikatornya dan menghubungkan masing-masing

variabel laten dan indikatornya berdasarkan teori kajian penelitian terdahulu yang ditemukan.

Model awal penelitian yang dibuat dalam penelitian ini memiliki 7 variabel laten dan 42 indikator.

Model awal penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Model Awal Penelitian

5.5.2 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Model penelitian setelah dilakukan penghapusan indicator dengan nilai <0,70 dapat dilihat pada

(11)

Gambar 5.2 Model Penelitian setelah indicator yang tidak valid dihapus

Pada evaluasi model pengukuran, terdapat tiga hal yang diukur, yaitu validitas konvergen,

validitas diskriminan dan reliabilitas.

1. Validitas Konvergen

a. Validitas Konvergen: Validitas konvergen dilakukan dengan melihat nilai loading factor,

AVE, dan communality. Menurut (Chin, 1998), suatu indikator dikatakan valid jika nilai

faktor loading-nya > 0,70 sehingga indicator dengan nilai loading factor < 0,70 harus

dihapus. Dari Gambar 5.1 dapat dilihat keseluruhan nilai Loading Factor masing-masing

indicator, hasil perhitungan Smart PLS menunjukkan beberpa indicator dengan nilai

Loading Factor <0,70 sehingga indicator tersebut harus dihapus.

b. Untuk mengukur validitas, selain melihat nilai loading factor, harus memperhatikan nilai

AVE dan communality. Menurut (Chin, 1998), indikator konstruk dikatakan valid jika nilai

AVE dan communality> 0,50. Berdasarkan hasil run (calculate), terlihat bahwa seluruh variabel memiliki nilai AVE dan communality> 0,50. maka semua indikator konstruk merupakan indikator yang valid. Dapat disimpulkan bahwa nilai faktor loading, AVE dan

communality untuk semua indikator variabel di atas memenuhi persyaratan untuk validitas konvergen.

Tabel 5.4 Nilai AVE dan communality

(12)

CK 0,632 0,795 Valid

IT 0,621 0,788 Valid

OC 0,709 0,841 Valid

HO 1,000 1,000 Valid

SO 0,722 0,850 Valid

KMP 0,661 0,813 Valid

OS 0,754 0,868 Valid

PE 0,732 0,850 Valid

KMR 1,000 1,000 Valid

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa nilai AVE dan communality secara keseluruhan memenuhi kriteria validitas.

2. Uji Reliabilitas

Uji Realibilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam

mengukur konstruk. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila pengukuran diulang. Uji reliabilitas diukur dengan memperhatikan nilai

Cronbachs Alpha dan Composite reliability. Menurut (Chin, 1998), nilai Cronbachs Alpha <0,50

memiliki realibilitas rendah, Cronbachs Alpha 0,50 – 0,70 memiliki realibilitas moderat,

Cronbachs Alpha 0,70 hingga 0,90 memiliki realibilitas tinggi, Cronbachs Alpha > 0,90 memiliki

realibilitas sempurna. Selain itu, standar Composite reliability yang bias diterima adalah >0,70, yang berarti bahwa suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki nilai koefisien

keandalan > 0,70. Hasil nilai Cronbachs Alpha dan Composite reliability dapat dilihat pada Tabel

5.5.

Tabel 5.5 Cronbachs Alpha dan Composite reliability

Composite

Reliability Reliabilitas

Cronbachs

Alpha Keterangan

CK 0,837 Tinggi 0,819 Reliable

(13)

OC 0,829 Tinggi 0,820 Reliable

HO 1,000 Sempurna 0,706 Reliable

SO 0,837 Tinggi 0,749 Reliable

KMP 0,796 Tinggi 0,816 Reliable

OS 0,860 Tinggi 0,861 Reliable

PE 0,839 Tinggi 0,610 Reliable

KMR 1,000 Sempurna - Reliable

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa semua instrumen yang digunakan dalam mengukur

konstruk adalah akurat, konsisten dan tepat karena semua instrumen memiliki nilai koefisien>0,70.

Dalam uji reliabilitas, selain nilai Cronbachs Alpha, juga diperhatikan nilai Composite Reliability

(Chin, 1998). Nilai Cronbachs Alpha untuk variabel PE < 0,7 (0,610), tapi nilai composite reliability variabel OP > 0,70 (0,839), sehingga masih memenuhi syarat reliabilitas. Nilai Composite Reliability yang diperoleh semua konstruk > 0,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua indikator konstruk adalah reliabel atau memenuhi uji reliabilitas.

5.5.3 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Setelah melakukan uji outer model sehingga diperoleh konstruk yang valid dan reliabel. Langkah

berikutnya adalah evaluasi inner model, yaitu menguji signifikansi untuk mengetahui pengaruh

antar variabel. Menurut Latan & Ghozali, evaluasi model struktural dapat dilakukan dengan

melihat nilai R-Square (𝑅2 ) dan effect size (𝑓2 ). Nilai 𝑅2 mempresentasikan jumlah variance dari

konstruk yang dijelaskan oleh model. Nilai 𝑅2 digunakan untuk melihat persentasekemampuan

variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat . Menurut Chin, beberapa rentang nilai 𝑅2

adalah sebagai berikut:

1. Nilai 𝑅2 berada di bawah 0,19, hal ini menunjukkan bahwa model tersebut termasuk dalam

kategori lemah

2. Nilai 𝑅2 berada pada rentang 0,19 sampai 0,33 hal ini menunjukkan bahwa model tersebut

termasuk dalam kategori moderat

3. Nilai 𝑅2 berada di atas 0,33 sampai 0,67 atau lebih hal ini menunjukkan bahwa model tersebut

(14)

Hasil evaluasi nilai 𝑅2 pada penelitan ini ditunjukkan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Nilai R-Square (𝑹𝟐)

Variabel Nilai 𝑅2

KMP 0,318

KMR 0,146

Pada tabel R-square di atas nilai R-Square untuk variabel endogen KMP adalah 0,318 dan nilai

variabel eksogen KMR adalah 0.146. Mengacu kepada Chin, maka nilai variabel endogen KMP

berarti kuat, sedangkan nilai variabel endogen KMR termasuk dalam kategori lemah. Semakin

tinggi nilai R-square (semakin mendekati nilai 1), maka semakin besar kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik persamaan struktural.

Variabel KMP memiliki nilai R-square sebesar 0,318 yang berarti 31,8% varibel OC, OS, IT, CK,

PE, HO, SO dapat menjelaskan variabel KMP, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di

luar model penelitian. Begitu juga dengan variabel KMR yang memiliki nilai R-square sebesar 0,146, berarti 14,6% varian KMP dapat menjelaskan variabel KMR sedangkan sisanya oleh

variabel lain di luar model penelitian.

5.6 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji apakah semua konstruk yang ada valid atau tidak untuk model secara keseluruhan,

dilakukan pengukuran dengan melihat nilai t-value. Nilai signifikansi akan dijadikan pertimbangan untuk mengevaluasi model penelitian yang telah diusulkan. Untuk melihat nilai

signifikansi harus melakukan resampling terlebih dahulu dengan metode bootstrapping. Level

signifikansi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah 5% (α = 0.05), sehingga t-valueyang digunakan sebagai standar adalah >1,660. Hasil perhitungan bootstrapping ditunjukkan oleh Tabel

(15)

Tabel 5.6 Nilai Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Variabel (|O/STERR|) T Statistics Kesimpulan

H1 OC -> KMP 1,604 Ditolak

H2 OS -> KMP 1,651 Ditolak

H3 IT -> KMP 2,204 Diterima

H4 CK -> KMP 3,332 Diterima

H5 PE -> KMP 1,799 Diterima

H6 SO -> KMP 0,379 Ditolak

H7 HO -> KMP 3,021 Diterima

H8 KMP-> KMR 3,484 Diterima

Berdasarkan hasil pengukuran signifikansi pada Tabel 5.6, dapat dilihat bahwa dari 8 hipotesis

yang dirumuskan pada penelitian ini hanya tiga hipotesis yang ditolak, yaitu H1, H2 dan H3. Dapat

diartikan bahwa variabel OC, OS dan SO tidak berpengaruh terhadap variabel KMP. Model akhir

penelitian setelah dilakukan perhitungan bootstrapping oleh Smart PLS 3.0. ditunjukkan oleh Gambar 5.2.

(16)

5.7 Pembahasan

Hasil penelitian direpresentasikan dengan hipotesis-hipotesis yang diterima atau ditolak

berdasarkan memenuhi nilai signifikansi> 1.660 (one tail) dengan α = 0,05. Berikut ini

pembahasan mengenai hipotesis penelitian yang diterima dan ditolak.

1. Dari hasil pengujian terdapat tiga Hipotesis yang ditolak yaitu: H1 (Organization Culture

(Budaya organisasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap KM process), H2 (Organization Struture (Struktur organisasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

KM process) dan H6 (System Oriented (Orientasi terhadap Sistem) berpengaruh positif dan signifikan terhadap KM process) dapat diartikan bahwa Budaya Organisasi, struktur organisasi dan orientasi terhadap sistem pada tiga PTS di Palembang tidak berpengaruh

signifikan terhadap optimalisasi Proses KM. Hal ini cukup berseberangan dengan beberapa

hasil penelitian sebelumnya, mengingat status ketiga PTS yang menjadi objek penelitian

ini berada pada naungan suatu Yayasan memungkinkan adanya budaya organisasi dan

struktur organisai yang masih tradisional, hal tersebut juga mengakibatkan rendahnya

orientasi terhadap system pada proses KM.

2. Dari hasil pengujian terdapat lima Hipotesis yang diterima yaitu: H3, H4, H5, H7 dan H8.

Beberapa variabel yang dianggap mempengaruhi proses KM adalah IT Infrastructure, Common Knowledge, Physical Environment, dan Human Oriented. Hal ini dapat diartikan bahwa tiga PTS di Palembang dapat meningkatkan infrastruktur IT, Pengetahuan Umum

sebagai dosen, Lingkungan Fisik serta pengaruh Personal (Expert) untuk dapat

meningkatkan optimalisasi proses KM di lingkungan PTS. Semakin tinggi dukungan yang

diberikan oleh kelima variabel tersebut maka semakin tinggi manfaat yang dapat dirasakan

(17)

5.8 Implikasi Teori

Dari hasil pengujian instrument dan model, penelitian ini menghasilkan sebuah Model Kesiapan

Penerapan KM pada PTS di Palembang. Hal tersebut ditunjukkan oleh Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Model Akhir Penelitian

K

M

I

n

fr

as

tr

uc

tu

re

Organizational Culture

Organizational Sturcture

IT Infrasturcture

Common Knowledge

Physical Environment

System Oriented Human Oriented

KM Process (SECI) KM Readiness

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Becerra-Fernandez, I. and Rajiv Sabherwal (2010) Knowledge Manamgement Systems and Processes, M.E. Sharpe, Inc.

Becerra-Fernandez, I. and Sabherwal, R. (2010) Knowledge management: Systems and processes. Edited by C. Gibson. London, England;Armonk, New York.

Calabrese, F. A. and Orlando, C. Y. (2010) ‘Deriving a 12-step process to create and implement a

comprehensive knowledge management system’, Vine, 36(3), pp. 238–254. doi: 10.1108/03055720610703533.

Chin, W. (1998) ‘The partial least squares approach to structural equation modeling’, Modern methods for business research, 295(2), pp. 295–336. doi: 10.1016/j.aap.2008.12.010.

Choi, B., Lee, H. and Choi, B. (2002) ‘Knowledge management strategy and its link to knowledge

creation process’, Expert Systems with Applications, 23, pp. 173–187. doi: 10.1016/S0957-4174(02)00038-6.

Endang Retnoningsih (2013) ‘Knowledge Management System (KMS) dalam Meningkatkan Inovasi Lppm Perguruan Tinggi’, Evolusi, I(1).

Endang Retnoningsih, D. P. U. (2013) ‘Penerapan Knowledge Management pada Perguruan

Tinggi ( Studi Kasus AMIK BSI Purwokerto )’, Prosiding SNST, 4(1995), pp. 152–158. Fajar Priyautama, Widijanto Satyo Nugroho, S. B. Y. (2014) Analisis Kesiapan Penerapan

Knowledge Management di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Universitas Indonesia.

Gold, A., Malhotra, A. and Segars, A. (2001) ‘Knowledge management: An organizational capabilities perspective’, JOURNAL OF MANAGEMENT INFORMATION SYSTEMS, 18, pp. 185–214. doi: 10.1002/ceat.201000522.

Holt, D. T. et al. (2007) ‘The development of an instrument to measure readiness for knowledge

management’, Knowledge Management Research & Practice, 5(2), pp. 75–92. doi: 10.1057/palgrave.kmrp.8500132.

Holt, D. T. and Armenakis, A. A. e. al (2007) ‘Toward a Comprehensive Definition of Readiness

for Change: A Review of Research and Instrumentation’, Research in Organizational Change and Development, pp. 289–336. doi: 10.1016/S0897-3016(06)16009-7.

Hsin-Jung Hsieh (2007) Organizational Characteristics, Knowledge Management Strategy, Enablers, and Process Capability: Knowledge Management Performance In U.S. Software Companies. Lynn University.

Hu, R. (2014) ‘Migrant knowledge workers: An empirical study of global Sydney as a knowledge city’, Expert Systems with Applications, 41, pp. 5605–5613. doi: 10.1016/j.eswa.2014.02.011.

Jalaldeen, R., Shahriza Abdul Karim, N. and Mohamed, N. (2009) ‘Organizational Readiness and its Contributing Factors to Adopt KM Processes: A Conceptual Model’, Communications of the IBIMA (International Business Information Management Association), 8(2007), pp. 128– 136.

(19)

Management, (1998), pp. 32–40.

Kaveh Mohammadi, Amir Khanlari, B. S. (2009) ‘Organizational Readiness Assessment for

Knowledge Management’, Information Journal of Knowledge Management, 5(1), pp. 29–45.

Kebede, G. (2010) ‘Knowledge management: An information science perspective’, International Journal of Information Management, 30, pp. 416–424. doi: DOI 10.1016/j.ijinfomgt.2010.02.004.

Latan, H., dan Ghozali, I. (2012) Partial Least Square Konsep Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Lee, H. and Choi, B. (2003) ‘Knowledge management enablers, processes, and organizational

performance: an integrative view and empirical examination’, Journal of Management Information Systems, 20, p. 179–228*. doi: 10.2307/40398621.

Mamaghani, N. D., Samizadeh, R. and Saghafi, F. (2011) ‘Evaluating the Readiness of Iranian Research Centers in Knowledge Management Department of IT , ITRC , End of North Karegar St ., Tehran , Iran Faculty of Engineering and Technology , Alzahra University , Tehran , Iran

Department of IT , ITRC , End of Nor’, 3(1), pp. 203–212.

Matin, E. K. and Kashani, B. H. (2012) ‘Comparing Degree of Readiness for Implementation of Knowledge Management in Public and Private Universities in Iran’, Interdisciplinary Journal

of Contemporary …, 4(4), pp. 623–635.

Ni Putu Ayu Yuliantini, Nyoman Natajaya, I. M. Y. (2013) ‘Determinasi Kompetensi, Komitmen, dan Dukungan Organisasi terhadap Pengembangan Profesi Dosen di Lingkungan Yayasan

Triatma Surya Jaya Badung’, e-Jounal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4(2).

Niculcar, D. C. E. (2012) ‘4.4.1 Nonaka-Takeuchi, 1995’, in Gestión del Conocimiento y Aprendizaje Organizacional, p. 135.

Nonaka, I. and Takeuchi, H. (1995) Knowledge-Creating Company, Knowledge-Creating Company.

Sadeghi, M. (2013) ‘Identifying and prioritizing of effective constructs in readiness of knowledge

management implementation by using fuzzy analytic hierarchy process (AHP)’, Journal of Knowledge Management, 5(1), pp. 16–31. doi: 10.1108/17561411311320941.

Shahriza Abdul Karim, N., Jalaldeen Mohamed Razi, M. and Mohamed, N. (2012) ‘Measuring employee readiness for knowledge management using intention to be involved with KM SECI

processes’, Business Process Management Journal, 18(5), pp. 777–791. doi: 10.1108/14637151211270153.

Suharti, L. H. (2009) ‘Identifikasi Kesiapan Penerapan Knowledge Management di Perguruan

Tinggi (Studi Terhadap Faktor Pemberdaya (Enablers) Knowledge Management)’, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, XV(2), pp. 181–196.

Wu, W. (2012) ‘Segmenting critical factors for successful knowledge management

(20)

Gambar

Tabel 4.1 Pernyataan Kuisioner pada Instrumen Penelitian
Tabel 4.2 Rincian Sebaran Responden
Tabel 4.1. Demografi Keseluruhan Responden
Gambar 5.1 Model Awal Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Untuk mencapai akurasi dan kecepatan optimal pengenalan citra tanda tangan menggunakan metode 2DPCA dan 2DLDA yaitu dengan menggunakan jumlah data training 160 dari 200 data

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari

Panjang lapisan batubara secara horizontal diukur pada kombinasi kedua sayatan tersebut dengan sekala 1 : 1500 dengan menggunakan benang dan mistar, Kemudian

Lalu gaya hidup, seseorang yang bereda di dalam suatu komunitas sepeda itu membeli sepeda untuk menghabiskan waktu libur atau luang nya dengan bersepeda dan

Berdasarkan penuturan dari bapak Mailul bahwa kendala-kendala yang menghambat kelancaran proses penyelenggaraan program layanan bimbingan konseling Islam ialah

Dalam tahapan studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang bersifat teori dari jurnal lokal dan internasional, buku pengantar terkait dengan